Saran Effectiveness of Tubular Lamp on Floating Bamboo Lift Net Fisheries.

Prasetyo, EW. 2009. Pemusatan Cahaya Petromaks pada Areal Kerangka Jaring di Permukaan Air Menggunakan Tudung Berbentuk Kerucut Terpancung : Pengaruhnya terhadap Hasil Tangkapan Bagan. [Skripsi]. Bogor : Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Priatna, A, dan Mahiswara. 2009. Pengaruh Cahaya lampu terhadap Pola Agregasi Ikan di Bagan Tancap Perairan Kepulauan Seribu. Pusat Riset Perikanan Tangkap. JPPI Vol 15 No. 2 Tahun 2009 hal 141 : 149. Purnomo, HS. 2011. Light Fishing. [terhubung berkala]. www. Tyrenos. blogspot.com . [20 Oktober2011]. Puspito. G. 2008. Ujicoba Penggunaan Tudung Petromaks Berbentuk Kerucut pada Bagan Apung. Jurnal Mangrove dan Pesisir. Vol. VIII No 1 2008. 1 – 11 hal. Padang : Pusat Studi Pesisir dan Kelautan, Universitas Bung Hatta. Reigada, R. 2011. [terhubung berkala]. www.jstor,org . [15 Juni 2011, pukul 10.05 WIB] Roper, CFC, M J Sweenwy and CE Nauen. 1984. Cephalopods of the World : An Anotated and Illustrated Catalogue of Spesies of Interest to Fisheries . FAO Spesies Catalogue Vol. 3. FAO Fish. Synop. Vol.3. Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Jilid 1 dan 2. Bandung : Bina Cipta. 520 Hal. Subani, W. 1972. Alat dan Cara Penangkapan Ikan di Indonesia. Jilid 1. Jakarta: Lembaga Penelitian Perikanan Laut. Subani, W dan HR Barus, 1988. Alat Penangkapan Ikan dan Udang di Indonesia. Nomor 50 tahun 19881999. Edisi khusus. Jurnal Penelitian Perikanan Laut. Jakarta : Balai Penelitian Perikanan Laut. Departemen Pertanian. Jakarta. 248 Hal. Ta’aliddin, Z. 2000. Pemanfaatan Lampu Listrik dalam Upaya Peningkatan Hasil Tangkapan pada Bagan Apung Tradisional di Pelabuhan Ratu [Tesis]. Bogor : Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Tampubolon, N. 1990. Studi tentang Perikanan Cakalang dan Tuna serta Kemungkinan Pengembangannya di Palabuhanratu. Bogor : Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, 123 Hal. Tasywiruddin, M. 1999. Sebaran Kelimpahan Cumi-cumi Berdasarkan Jumlah dan Posisi Lampu pada Operasi Penangkapan dengan Payang Oras di Perairan Selat Alas, Nusa Tenggara Barat [Tesis]. Bogor : Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Tupamahu. A. 2001. Komparasi Adaptasi Retina Ikan Tembang dan Selar yang Tertarik dengan Cahaya Lampu. Buletin PSP. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor, Vol, X No, 1 : hal 65-74 Tobing, TMDNL. 2008. Pemusatan Cahaya Petromaks pada Areal Kerangka Jaring di Permukaan Air Menggunakan Tudung Berbentuk Kerucut Terpancung : Pengaruhnya terhadap Hasil Tangkapan Bagan [Skripsi]. Bogor : Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Von Brandt, A. 1985. Fish Catching Methods of the World. Third Edition. Farnham : Fishing News Books Ltd. 418 p. Walpole, R.E. 1992. Pengantar Statistik. Edisi ketiga. Alih bahasa oleh Sumantri, 1982, Introduction to Statistic edition. Jakarta : P.T. Gramedia Pustaka Utama. 515 Hal. Widyaningsih, T. 1995. Analisis Potensi dan Musim Ikan Kembung Rastrelliger spp di Perairan Utara Jawa [Skripsi] tidak dipublikasikan. Bogor : Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Lampiran 1. Gambar jenis ikan hasil tangkapan bagan 1 Ikan Tongkol Euthynus affinis 2 Ikan Kembung Rastreliger kanagurta 3 Ikan Tembang Sardinella fimbriata 4 Cumi Loligo sp 5 Bawal Formio niger 6 Rebon Mysis sp 7 Teri Nasi Stelophorus sp Lampiran 2. Peta lokasi penelitian Cimandiri Palabuhanratu Citepus Cimaja Cisolok Pangleseran Karang Payung Guhagede Tg. Kembang Gedogan Tg. Karangbentang Tl. Ciletun Tl. Bedog Tl. Cikepuh Ug. Sodongparat Tl. Amuran Ug. Panarikan Ug. Genteng 6 5 2 3 6 4 7 3 6 3 7 3 6 3 2 3 6 4 2 3 6 2 7 3 106 1730 106 2230 106 2730 106 3230 Laut Daratan Lokasi penelitian Kota PETA TELUK PALABUHANRATU Skala 1 : 250.000 INSERT PETA Sumber Peta : DIHIDROS Lampiran 3. Data iluminasi lampu dalam air di medium air Titik 0,0 Kedalaman 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 350 240 290 245 250 255 250 253 245 252 -1 120 240 290 190 200 208 200 203 244 201 -2 40 80 90 45 115 110 115 118 85 118 -3 35 20 25 10 75 70 75 11 21 80 -4 21 27 20 19 30 28 30 19 29 34 -5 13 9,5 19 9,5 19 9,5 19 9,5 14 24 -6 5 8,5 9,5 3,5 10 8,5 10 9,5 10 11 -7 4 5 5,5 1 5,5 5 5,5 5,5 7 8 -8 1 2 2,5 2,5 2,5 2,5 2 3 7 -9 0,5 1 0,5 1 0,5 1 2 Titik 1,3 Kedalaman 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 130 85 40 60 105 108 105 107 106 106 -1 6 65 42,5 55 50 58 50 52 52 52 -2 2 40 25 20 35 40 35 37 36 38 -3 28 39 32,5 28 25 30 25 27,5 26 29 -4 15 25 19 15 19 23 19 17 20 24 -5 10 14 11,5 9 11,5 14 11,5 9 13 18 -6 6 8 6,5 5 7 8 7 6,5 8 14 -7 4 4 3,5 0,5 3,5 4 3,5 3,5 5 12 -8 1 2 2 3 2 3 1,5 5 12 -9 0,5 0,5 1 0,5 3 1 Titik 2,6 Kedalaman 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 5 1,5 1 5 3 8 3 3,5 3 4 -1 19 15 15 8 18 21 18 18,5 18 18 -2 14 24 20 19 23 28 23 23,5 23 26 -3 9 20,5 18 12 19 19 19 12 19 23 -4 6 11 13,5 9 13,5 9,5 13,5 9 14 13 -5 3 9 9 4 9 9 9 4 9 14 -6 1,5 6 5,5 1,5 5 6 5 6 5 9 -7 0,5 3,5 3,5 3 3,5 3 3,5 3 6 -8 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 2 3 -9 0,5 0,1 0,1 0,5 0,1 5 Titik 3,9 Kedalaman 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1,5 1,5 1,5 1,5 2 1,5 1,5 2 2 -1 1 2 3 2 2 3 2 2,5 2 2 -2 2,5 3 5 3 3,5 4 3,5 3 4 3 -3 2 5,5 6,5 0,5 4 4,5 4 0,5 4 6 -4 1,5 5 6,5 1 6,5 5 6,5 1 7 5 -5 1 4,5 5 0,5 5 4 5 0,5 5 5 -6 1 3 3,5 4 3 4 3 4 3 -7 1,5 2 1,5 1,5 1,5 2 2 2 -8 0,5 1 1 0,5 1 1 1 1 Lampiran 4. Data Iluminasi Lampu Luxmeter Air Non Reflektor Lacuba Reflektor Sudut Nilai Sudut Nilai Sudut Nilai 0 30 0 0 0 0 15 45 15 0 15 0 30 50 30 25 30 0 45 60 45 35 45 0 60 85 60 80 60 0 75 110 75 100 75 90 160 90 135 90 105 155 105 133 105 120 150 120 125 120 44 135 145 135 115 135 219 150 140 150 100 150 274 165 125 165 95 165 332 180 105 180 85 180 333 195 125 195 95 195 333 210 140 210 100 210 332 225 145 225 115 225 274 240 150 240 125 240 219 255 155 255 133 255 44 270 160 270 135 270 285 110 285 100 285 300 85 300 80 300 0 315 60 315 35 315 0 330 50 330 25 330 0 345 45 345 0 345 0 360 30 360 0 360 0 Luxmeter Udara Non Reflektor Lacuba Reflektor Sudut Nilai Sudut Nilai Sudut Nilai 0 32 0 0 0 0 15 55 15 0 15 0 30 81 30 0 30 0 45 132 45 46 45 60 144 60 83 60 75 151 75 104 75 90 167 90 137 90 105 171 105 134 105 28 120 184 120 132 120 312 135 179 135 127 135 427 150 173 150 119 150 512 165 155 165 97 165 536 180 153 180 93 180 562 195 155 195 97 195 536 210 173 210 119 210 512 225 179 225 127 225 427 240 184 240 132 240 312 255 171 255 134 255 28 270 167 270 137 270 285 151 285 104 285 300 144 300 83 300 315 132 315 46 315 330 81 330 0 330 0 345 55 345 0 345 0 360 32 360 0 360 0 Lampiran 5. Analisis Data NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Jumlah Ikan N 27 Normal Parameters a Mean 11.5981 Std. Deviation 12.46267 Most Extreme Differences Absolute .207 Positive .207 Negative -.176 Kolmogorov-Smirnov Z 1.075 Asymp. Sig. 2-tailed .198 a. Test distribution is Normal. UJI NORMALITAS Uji Kolmogorov Smirnov dengan Hipotesis; H0 : data residual berdistribusi normal H1 : data residual tidak berdistribusi normal p-value 0.198 0.05, terima H0, artinya data Jumlah Ikan berdistribusi normal Univariate Analysis of Variance Between-Subjects Factors N Perlakuan Lampu air 9 Non Reflektor 9 Reflektor 9 Descriptive Statistics Dependent Variable: Jumlah Ikan Perlakua n Mean Std. Deviation N Lampu air 16.9056 18.04319 9 Non Reflektor 7.2333 5.10049 9 Reflektor 10.6556 9.95441 9 Total 11.5981 12.46267 27 Levenes Test of Equality of Error Variances a Dependent Variable: Jumlah Ikan F df1 df2 Sig. 1.705 2 24 .203 UJI HOMOGENITAS Levenes Test normal distribution Dengan Hipotesis : H0 : data residual homogen. H1 : data residual tidak homogeny. P-value 0.203 0.05 maka terima H0, artinya data jumlah ikan homogeny. Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Jumlah Ikan Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 432.978 a 2 216.489 1.441 .256 Intercept 3631.960 1 3631.960 24.178 .000 Perlakuan 432.978 2 216.489 1.441 .256 Error 3605.294 24 150.221 Total 7670.232 27 Corrected Total 4038.272 26 a. R Squared = .107 Adjusted R Squared = .033 Berdasarkan Uji F diketahui F hitung 1,441 F table 19,454 artinya perlakuan tidak berpengaruh terhadap jumlah ikan. Parameter Estimates Dependent Variable: Jumlah Ikan Parameter B Std. Error t Sig. 95 Confidence Interval Low Bound Up Bound Intercept 10.656 4.085 2.608 .015 2.224 19.088 [Perlakuan= Lampu air] 6.250 5.778 1.082 .290 -5.675 18.175 [Perlakuan= Non Reflektor] -3.422 5.778 -.592 .559 -15.347 8.502 [Perlakuan= Reflektor] a . . . . . Jumlah Ikan Duncan Perlakuan N Subset 1 Non Reflektor 9 7.2333 Reflektor 9 10.6556 Lampu air 9 16.9056 Sig. .126 Univariate Analysis of Variance Between-Subjects Factors N Hauling A 9 B 9 C 9 Descriptive Statistics Dependent Variable: Jumlah Ikan Hauling Mean Std. Deviation N A 11.0278 6.50226 9 B 7.2444 5.91674 9 C 16.5222 19.45583 9 Total 11.5981 12.46267 27 Between-Subjects Factors N Hauling A 9 B 9 Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Jumlah Ikan Source Type III Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Corrected Model 391.739 a 2 195.870 1.289 .294 Intercept 3631.960 1 3631.960 23.904 .000 Hauling 391.739 2 195.870 1.289 .294 Error 3646.533 24 151.939 Total 7670.232 27 Corrected Total 4038.272 26 a. R Squared = .097 Adjusted R Squared = .022 Berdasarkan Uji F diketahui F hitung 1,289 F table 19,454 artinya hauling tidak berpengaruh terhadap jumlah ikan Parameter Estimates Dependent Variable: Jumlah Ikan Parameter B Std. Error T Sig. 95 Confidence Interval Lower Bound Upper Bound Intercept 16.522 4.109 4.021 .000 8.042 25.002 [Hauling=A] -5.494 5.811 -.946 .354 -17.487 6.498 [Hauling=B] -9.278 5.811 -1.597 .123 -21.270 2.715 [Hauling=C] a . . . . . Duncan Hauling N Subset 1 B 9 7.2444 A 9 11.0278 C 9 16.5222 Sig. .143 Univariate Analysis of Variance Between-Subjects Factors N Ikan Kembung 9 Lain-lain 9 Tembang 9 Descriptive Statistics Dependent Variable: Jumlah Ikan Ikan Mean Std. Deviation N Kembung 6.4167 4.13627 9 Lain-lain 17.8222 19.27341 9 Tembang 10.5556 6.41894 9 Total 11.5981 12.46267 27 Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Jumlah Ikan Source Type III Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Corrected Model 600.065 a 2 300.032 2.094 .145 Intercept 3631.960 1 3631.960 25.352 .000 Ikan 600.065 2 300.032 2.094 .145 Error 3438.208 24 143.259 Total 7670.232 27 Corrected Total 4038.272 26 Berdasarkan Uji F diketahui F hitung 2,094 F table 19,454 artinya jenis ikan tidak berpengaruh terhadap jumlah ikan Parameter Estimates Dependent Variable: Jumlah Ikan Parameter B Std. Error T Sig. 95 Confidence Interval Lower Bound Upper Bound Intercept 10.556 3.990 2.646 .014 2.321 18.790 [Ikan=Kembung] -4.139 5.642 -.734 .470 -15.784 7.506 [Ikan=Lain-lain] 7.267 5.642 1.288 .210 -4.378 18.912 [Ikan=Tembang] a . . . . . Jumlah Ikan Duncan Ikan N Subset 1 Kembung 9 6.4167 Tembang 9 10.5556 Lain-lain 9 17.8222 Sig. .067 Hasil Uji DUNCAN Jumlah Ikan Duncan Perlakuan N Subset 1 NonReflektor 9 7.2333 a Reflektor 9 10.6556 a Lampu air 9 16.9056 a Antar perlakuan Non Reflektor, Reflektor dan Lampu dalam air tidak terdapat perbedaan akan tetapi jika dilihat dari rata-rata atau nilai tengahnya Maka Perlakuan Lampu dalam air memiliki nilai rata-rata yang paling tinggi 16.9056, jadi dibandingkan dengan Non Reflektor dan Reflektor maka Perlakuan Lampu dalam air menghasilkan jumlah ikan yang paling banyak. Jumlah Ikan Duncan Hauling N Subset 1 B 9 7.2444 a A 9 11.0278 a C 9 16.5222 a Antar Hauling A, B dan C tidak terdapat perbedaan akan tetapi jika dilihat dari rata-rata atau nilai tengahnya Maka Perlakuan C memiliki nilai rata-rata yang paling tinggi 16.5222, jadi dibandingkan dengan A dan B maka Hauling C menghasilkan jumlah ikan yang paling banyak. Jumlah Ikan Duncan Ikan N Subset 1 Kembung 9 6.4167 a Tembang 9 10.5556 a Lain-lain 9 17.8222 a Antar jenis Ikan Kembung, Tembang, dan Lain-lain tidak terdapat perbedaan akan tetapi jika dilihat dari rata-rata atau nilai tengahnya Maka jenis ikan Lain-lain memiliki nilai rata-rata yang paling tinggi 17.8222, jadi dibandingkan dengan kembung dan tembang maka jenis ikan lain-lain menghasilkan jumlah ikan yang paling banyak. Hari Rabu Tanggal 04082010 Hauling Jam Jenis ikan WT kg 1 19.00 Kembung 0,5 2 22.00 Tembang 2 2 22.00 Kembung 1 Hari Sabtu Tanggal 07082010 Hauling Jam Jenis ikan WT kg 2 22.00 Tembang 0,5 3 04.00 Tembang 1 3 04.00 Kembung 1,2 Hari Sabtu Tanggal 14082010 Hauling Jam Jenis ikan WT kg 1 19.00 Kembung 3,5 1 19.00 Tongkol 5 1 19.00 Tembang 0,7 2 22.00 Tembang 0,8 3 04.00 Tembang 0,4 Hari Jumat Tanggal 20082010 Hauling Jam Jenis ikan WT kg 2 22.00 Tembang 1,2 2 22.00 Kembung 2 3 04.00 Tembang 1,3 Hari Senin Tanggal 23082010 Hauling Jam Jenis ikan WT kg 1 19.00 Tembang 1 2 22.00 Tembang 1,3 3 04.00 Tembang 0,6 Hari Minggu Tanggal 29082010 Hauling Jam Jenis ikan WT kg 1 19.00 Tembang 0,5 2 22.00 Tembang 0,6 3 04.00 Tembang 0,7 3 04.00 Layur 3 Hari Kamis Tanggal 02092010 Hauling Jam Jenis ikan WT kg 1 19.00 Tembang 2,3 2 22.00 Kembung 0,5 3 04.00 Kembung 0,5 Hari Senin Tanggal 20092010 Hauling Jam Jenis ikan WT kg 1 19.00 Tembang 0,3 1 19.00 Layur 5 1 19.00 Teri 2 2 22.00 Tembang 0,6 3 04.00 Tembang 1,3 3 04.00 Teri 3 Hari Minggu Tanggal 26092010 Hauling Jam Jenis ikan WT kg 2 22.00 Tembang 0,9 3 04.00 Kembung 1,3 3 04.00 Tembang 1,5 Hari Rabu Tanggal 29092010 Hauling Jam Jenis ikan WT kg 1 19.00 Kembung 1,3 Lampu Tabung Lampiran 6. Data hasil tangkapan 2 22.00 Kembung 0,3 3 04.00 Kembung 0,2 Hari Selasa Tanggal 17082010 Hauling Jam Jenis ikan WT kg 1 19.00 Tembang 1,3 2 22.00 Kembung 0,7 3 04.00 Cumi 8,5 3 04.00 Rebon 3 Hari Rabu Tanggal 01092010 Hauling Jam Jenis ikan WT kg 1 19.00 Kembung 0,8 2 22.00 Tembang 0,5 3 04.00 Tembang 0,5 3 04.00 Rebon Hari Selasa Tanggal 03082010 Hauling Jam Jenis ikan WT kg 1 19.00 Tembang 1,5 2 02.00 Tembang 2,2 2 02.00 Kembung 3 2 02.00 Cumi 0,5 3 04.00 Tembang 1,1 Hari Jumat Tanggal 06082010 Hauling Jam Jenis ikan WT kg 1 19.00 Tembang 3 2 02.00 Tembang 0,5 3 04.00 Tembang 1,3 3 04.00 Kembung 2,7 3 04.00 Cumi 3 Hari Kamis Tanggal 12082010 Hauling Jam Jenis ikan WT kg 1 19.00 Tembang 2,1 1 19.00 Kembung 2 2 02.00 Tembang 1,7 2 02.00 Kembung 0,9 3 04.00 Tembang 1,9 Hari Jumat Tanggal 13082010 Hauling Jam Jenis ikan WT kg 1 19.00 Tongkol 3,1 1 19.00 Kembung 0,5 1 19.00 Tembang 2,3 2 02.00 Tembang 2,7 3 04.00 Tembang 0,9 3 04.00 Tongkol 3,4 Hari Senin Tanggal 16082010 Hauling Jam Jenis ikan WT kg 1 19.00 Tembang 1,1 2 02.00 Tembang 0,8 3 04.00 Tembang 2,5 3 04.00 Tongkol 2,5 Hari Selasa Tanggal 31082010 Hauling Jam Jenis ikan WT kg 1 19.00 Tembang 3,4 2 02.00 Tembang 2,3 2 02.00 Kembung 0,7 3 04.00 Tembang 6.3 Hari Rabu Tanggal 15092010 Hauling Jam Jenis ikan WT kg 2 02.00 Tembang 2,2 2 02.00 Kembung 0,4 3 04.00 Tembang 5,5 3 04.00 Cumi 3,5 Hari Rabu Tanggal 22092010 Hauling Jam Jenis ikan WT kg 1 19.00 Kembung 1,2 2 02.00 Tembang 1,5 2 02.00 Kembung 0.5 3 04.00 Tembang 1 3 04.00 Tongkol 0,5 Lampu Tabung Bereflektor Hari Selasa Tanggal 28092010 Hauling Jam Jenis ikan WT kg 1 19.00 Tembang 0,5 1 19.00 Kembung 0,7 2 02.00 Tembang 1,5 2 02.00 Cumi 1 2 02.00 Tongkol 5,5 Hari Jumat Tanggal 01102010 Hauling Jam Jenis ikan WT kg 2 02.00 Kembung 1,5 3 04.00 Kembung 0,8 3 04.00 Tembang 0,5 3 04.00 Bawal 20,5 Hari Senin Tanggal 02082010 Hauling Jam Jenis ikan WT kg 1 19.00 Teri 5 1 19.00 Layur 7 2 02.00 Kembung 1,8 3 04.00 Teri 2,1 3 04.00 Teri 3,2 Hari Kamis Tanggal 05082010 Hauling Jam Jenis ikan WT kg 2 02.00 Tembang 1,5 2 02.00 Kembung 0,4 3 04.00 Kembung 1,2 Hari Minggu Tanggal 08082010 Hauling Jam Jenis ikan WT kg 1 19.00 Tembang 2,7 1 19.00 Kembung 1 2 02.00 Kembung 2,5 2 02.00 Layur 3,3 3 04.00 Kembung 0,5 3 04.00 Teri 3,9 Hari Kamis Tanggal 12082010 Hauling Jam Jenis ikan WT kg 1 19.00 Tembang 2,3 2 02.00 Tembang 0,5 3 04.00 Kembung 3,1 3 04.00 Teri 1,5 Hari Minggu Tanggal 15082010 Hauling Jam Jenis ikan WT kg 1 19.00 Tembang 0,3 1 19.00 Kembung 2,05 1 19.00 Teri 2,6 2 02.00 Tembang 0,6 3 04.00 Teri 3,1 Hari Rabu Tanggal 18082010 Hauling Jam Jenis ikan WT kg 1 19.00 Tembang 0,9 1 19.00 Kembung 0,7 3 04.00 Teri 3,6 3 04.00 Layur 4,1 Hari Sabtu Tanggal 21082010 Hauling Jam Jenis ikan WT kg 1 19.00 Tembang 1,1 1 19.00 Kembung 0,8 2 02.00 Layur 3,5 2 02.00 Teri 1,1 3 04.00 Teri 2,5 Hari Kamis Tanggal 28082010 Hauling Jam Jenis ikan WT kg 1 19.00 Tembang 0,2 2 02.00 Teri 2,3 3 04.00 Teri 5,1 Lampu Celup dalam Air Hari Senin Tanggal 30082010 Hauling Jam Jenis ikan WT kg 1 19.00 Kembung 1,3 1 19.00 Tembang 3,8 3 04.00 Layur 0,9 3 04.00 Teri 3,4 Hari Rabu Tanggal 01092010 Hauling Jam Jenis ikan WT kg 1 19.00 Tembang 2,5 2 02.00 Kembung 2,1 3 04.00 Tembang 0,4 Hari Selasa Tanggal 14092010 Hauling Jam Jenis ikan WT kg 1 19.00 Tembang 3,2 2 02.00 Kembung 1,3 3 04.00 Tembang 3 Hari Selasa Tanggal 21092010 Hauling Jam Jenis ikan WT kg 1 19.00 Tembang 2,7 1 19.00 Kembung 0,9 2 02.00 Tembang 0,8 Hari Senin Tanggal 27092010 Hauling Jam Jenis ikan WT kg 1 19.00 Tembang 2,1 1 19.00 Kembung 0,4 3 04.00 Cumi 4,3 3 04.00 Rebon 18,5 Hari Kamis Tanggal 30092010 Hauling Jam Jenis ikan WT kg 1 19.00 Tembang 0,6 1 19.00 Kembung 9,5 2 02.00 Layur 2,7 2 02.00 Rebon 4 3 04.00 Rebon 27,5 3 04.00 Tongkol 0,5 ABSTRACT HENDRAWAN SYAFRIE. Effectiveness of Tubular Lamp on Floating Bamboo Lift Net Fisheries . Supervised by GONDO PUSPITO and MOKHAMAD DAHRI ISKANDAR The objective of this research was to determine the effectiveness of tubular lamp construction to attract organisms in floating bamboo lift net and the best time interval to operate floating bamboo lift net. Lamp construction consisted of standard lamp, lamp with reflector, underwater lamp, and surface lamp without reflector as control. The research was started while floating lift net using lamps without reflector at 07.00 pm to 10.00 pm; the lamp with reflector between 10.00 pm to 01.00 am; and underwater lamp between 01.00 am to 04.00 am. The lamp operation series was changed at each floating bamboo lift net operation. Every lamp construction was operated 1-3 times in a time interval. Collected data were light illumination of each lamp construction in water, and weight and species composition of caught organisms. Data were showed on tables and graphs. Data analysis used descriptive comparative methods. The result of this research indicated that tubular lamp construction with reflector and underwater lamp had the best distribution light on floating bamboo lift net operation. Light penetration of both lamps were about 9 and 10 m, respectively. The standard tubular lamp spread in all direction with maximum light penetration of 6 m. Time interval between 07.00 pm to 10.00 pm and 01.00 am to 04.00 am were the effective time to catch organisms. Both time intervals produced 119.8 kg and 125.2 kg. While, time interval between 10.00 pm to 01.00 am was only 41.3 kg. The organisms that was caught by floating bamboo lift net consisted of 4 positive phototaxis organisms and 4 predator organisms. The positive phototaxis organisms were mackerel, indian mackerel, anchovy, and trasi shrimp. While the predator were hairtails, silver pomfret, cuttlefish, and little tuna. Lift net with underwater lamp caught heavier organisms than those tubular lamp with reflector and standard lamp, i.e. 151,7 kg, 95,9 kg and 65,6 kg in weight. Keyword: Effectiveness, tubular lamp, floating bamboo lift net,and palabuhanratu waters . RINGKASAN HENDRAWAN SYAFRIE. Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan Apung. Dibimbing oleh GONDO PUSPITO dan MOKHAMAD DAHRI ISKANDAR. Bagan apung merupakan alat tangkap yang banyak dioperasikan oleh nelayan Palabuhanratu. Alat tangkap ini dioperasikan pada malam hari. Tujuan penangkapannya adalah jenis-jenis ikan yang bersifat fototaksis positif, atau tertarik pada cahaya. Lampu digunakan sebagai alat bantu untuk menarik ikan fototaksis positif datang mendekati bagan. Terdapat berbagai jenis lampu yang digunakan sebagai alat bantu penangkapan ikan dengan bagan. Salah satunya adalah petromaks yang awalnya sangat populer. Seiring dengan dicabutnya subsidi pemerintah terhadap bahan bakar minyak tanah pada tahun 2010 yang menjadikan harganya mahal dan langka, nelayan terpaksa beralih memakai lampu tabung TL = tubular lamp. Sebagai sumber listrik untuk menghidupkan lampu digunakan generator berbahan bakar bensin. Cara pengoperasian lampu tabung masih belum dipahami oleh nelayan. Berdasarkan pengamatan langsung di lapang, nelayan mengoperasikan lampu dengan cara digantung di bawah bagan. Cara seperti ini mengakibatkan pemanfaatan cahaya lampu tidak maksimal, karena hanya sebagian kecil cahaya yang masuk kedalam perairan. Nelayan terkadang menggunakan loyang, baskom dan ember sebagai tudung lampu untuk memusatkan cahaya lampu kedalam air. Cara inipun belum memberikan hasil maksimal, karena sebagian cahaya akan terserap oleh dinding tudung dan hanya sebagian kecil cahaya yang masuk kedalam air. Pembuatan tudung seharusnya melalui perhitungan. Tudung juga harus difungsikan sebagai reflektor untuk memperkuat cahaya yang masuk kedalam air. Keberhasilan penangkapan ikan dengan bagan salahsatunya sangat tergantung pada pemanfaatan seluruh cahaya yang terpancar dari lampu. Dalam penelitian ini, cara pemanfaatannya dilakukan dengan menenggelamkan lampu ke dalam air dan pemasangan reflektor agar cahaya lampu terpusat ke air. Cat berwarna perak digunakan sebagai pelapis reflektor. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan konstruksi lampu tabung yang efektif untuk mengumpulkan ikan pada bagan. Konstruksi lampu berupa lampu standar, lampu bereflektor dan lampu dalam air. Reflektor dan lampu dalam air dirancang berdasarkan arah sebaran cahaya lampu tabung. Penelitian dilakukan dalam 2 tahap, yaitu perancangan konstruksi lampu dan ujicoba lapang. Metode penelitiannya adalah experimental fishing, yaitu melakukan penangkapan ikan langsung di laut. Ujicoba dilakukan dengan mengoperasikan lampu standar antara jam 19.00-22.00 ; lampu bereflektor antara 22.00-01.00 ; dan lampu dalam air antara 01.00-04.00 WIB. Urutan pengoperasian lampu diubah pada setiap pengoperasian bagan. Setiap konstruksi lampu dioperasikan 1-3 kali dalam satu selang waktu. Data yang dikumpulkan berupa iluminasi cahaya setiap konstruksi lampu dalam air, komposisi jenis dan berat hasil tangkapan. Data disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Analisa data menggunakan metode deskriptif komparatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konstruksi lampu tabung bereflektor dan lampu dalam air memiliki sebaran cahaya yang sesuai bagi pengoperasian bagan. Penetrasi cahaya kedua lampu mencapai kedalaman 9 dan 10 m. Adapun cahaya lampu tabung standar menyebar ke segala arah dengan kedalaman penetrasi maksimal cahaya hanya mencapai 6 m. Komposisi jenis tangkapan terdiri atas 4 organisme fototaksis positif dan 4 predator. Organisme fototaksis positif terdiri atas : tembang, kembung, teri, dan rebon. Adapun 4 jenis predator terdiri atas : layur, bawal, cumi dan tongkol. Hasil tangkapan terberat dihasilkan oleh bagan yang menggunakan lampu dalam air seberat 151,7 kg. Adapun lampu bereflektor dan lampu tabung standar, masing- masing menghasilkan tangkapan seberat 95,9 kg dan 65,6 kg. Kata kunci : Efektivitas, lampu tabung, bagan apung, dan teluk palabuhanratu. 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dunia perikanan Indonesia mengenal berbagai jenis alat tangkap. Subani dan Barus 1988 mengelompokkannya ke dalam 10 jenis, yaitu pukat tarik trawl, pukat kantong lingkar bag seine nets, pukat cincin purse seine, perangkap dan penghadang trap and guiding barrier, jaring angkat lift nets, alat penangkap dengan penggiring drive in nets, pancing hook and line, jaring insang gill nets, jala cast nets dan jenis alat tangkap lain. Bagan merupakan salah satu jenis alat tangkap yang diklasifikasikan sebagai jaring angkat. Jenis alat tangkap ini banyak dioperasikan di perairan Teluk Palabuhanratu, Lampung, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan beberapa perairan di wilayah Indonesia Timur. Jenis – jenis bagan yang dioperasikan di Indonesia, adalah bagan tancap dan bagan apung. Pada umumnya bagan yang dioperasikan adalah bagan apung. Jenis bagan ini dapat didaratkan di pantai, sehingga tidak mengganggu alur pelayaran ketika tidak dioperasikan. Kelebihan bagan apung dibandingkan dengan jenis bagan lainnya adalah bersifat tidak menetap dan dapat dioperasikan di lokasi perairan pantai yang berbeda-beda disesuaikan keberadaan ikan. Konstruksi bagan apung dibentuk oleh susunan bambu yang dirangkai menjadi bangun berbentuk persegi. Pelampung yang biasa digunakan adalah drum plastik. Pada bagian bawah bagan digantungkan jaring yang dapat dinaik-turunkan ketika operasi penangkapan dilakukan. Pada bagian tengah bagan – di atas jaring – digantungkan lampu sebagai penarik ikan. Bagan dioperasikan pada malam hari dan ditujukan untuk menangkap jenis- jenis ikan pelagis yang bersifat fototaksis positif. Lampu digunakan untuk menarik ikan fototaksis positif agar datang mendekati bagan. Penggunaan lampu pada pengoperasian bagan sangat menentukan keberhasilan penangkapan ikan. Berbagai jenis sumber cahaya digunakan sebagai alat bantu penangkapan ikan di bagan. Salah satunya adalah lampu petromaks. Jenis lampu ini awalnya sangat populer, tetapi saat ini dianggap sangat tidak ekonomis. Ini disebabkan oleh harga bahan bakarnya berupa minyak tanah yang sangat mahal dan sulit didapatkan. Harga bahan bakar meningkat akibat dicabutnya subsidi pemerintah tahun 2010. Penggunaan lampu petromaks yang tidak ekonomis membuat nelayan bagan terpaksa beralih menggunakan jenis lampu lain. Nelayan bagan di Palabuhanratu memakai lampu tubular lamp TL dengan sumber listrik berasal dari generator berbahan bakar bensin premium. Menurut nelayan bagan Palabuhanratu, produktifitas bagan yang menggunakan lampu TL relatif masih rendah. Nelayan merasa kesulitan untuk mengatasi permasalahan ini. Berdasarkan pengamatan di lapang didapatkan bahwa banyak faktor teknis yang menjadi sumber permasalahan ini, misalnya 1 lampu TL tidak dilengkapi reflektor yang tepat untuk memantulkan dan mengarahkan cahaya ke perairan, dan 2 lampu TL terlalu ringan sehingga mudah bergerak akibat tiupan angin, sehingga arah cahaya lampu bergerak kemana-mana. Keberhasilan penangkapan ikan dengan bagan salah satunya sangat tergantung pada pemanfaatan cahaya yang dihasilkan oleh lampu. Pada penelitian ini, lampu ditenggelamkan kedalam air dan pemasangan reflektor lampu. Kedua cara ini dimaksudkan agar cahaya yang terpancar hanya tersebar di dalam perairan. Pelapis reflektor berwarna perak, karena menurut Prasetyo 2009, jenis warna ini akan memantulkan cahaya lebih baik dibandingkan dengan jenis warna lainnya. Lampu TL yang digunakan dalam penelitian ini bermerek dagang Philips dengan daya 24 watt sebanyak 4 buah. Adapun generator yang dioperasikan menghasilkan daya 1.000 watt. 1.2 Perumusan Masalah Pemusatan cahaya lampu TL oleh nelayan belum dilakukan secara baik. Beberapa nelayan menggunakan berbagai macam alat rumah tangga, seperti loyang, baskom dan ember sebagai reflektor. Semua peralatan rumah tangga tersebut belum secara tepat dan efektif mengarahkan dan memantulan cahaya ke permukaan air. Cahaya masih menyebar ke segala arah. Buktinya, hasil tangkapan bagan masih belum maksimal. Perlakuan terhadap lampu harus diperbaiki untuk meningkatkan hasil tangkapan. Dua perlakuan yang perlu diperbaiki adalah posisi lampu dan penggunaan reflektor. Penempatan lampu di dalam perairan dapat mengurangi penyebaran cahaya di kolom perairan, sehingga ikan akan lebih cepat tertarik untuk mendatangi sumber cahaya. Adapun penggunaan reflektor dilakukan untuk memusatkan pancaran cahaya lampu. Ikan memiliki tingkat kenyamanan pada intensitas cahaya tertentu. Arah penyinaran yang tidak sesuai akan menyebabkan gerombolan ikan tidak berada tepat di atas jaring. Pemusatan cahaya ke dalam perairan dan upaya pengurangan penyebaran cahaya ke udara perlu dilakukan untuk meningkatkan produktifitas bagan apung. Posisi lampu yang berada di atas jaring sebaiknya memiliki arah cahaya yang tepat. Posisi lampu di dalam air akan memancarkan cahaya secara optimal. Peneliti merasa perlu melakukan penelitian terkait dengan reflektor dan posisi lampu TL yang diposisikan di dalam air.

1.3 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk : 1 Menentukan konstruksi lampu yang efektif untuk menangkap organisme air pada bagan apung; dan 2 Menentukan interval waktu yang efektif dalam pengoperasian bagan apung. 1.4 Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada nelayan dalam meningkatkan produksi bagan apung dengan menggunakan alat bantu penangkapan berupa lampu penerangan jenis tubular lamp TL. 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bagan

Bagan merupakan salah satu alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan pelagis kecil, dioperasikan pada malam hari dan menggunakan cahaya lampu sebagai atraktor untuk mengarahkan ikan pada jaring. Menurut Subani dan Barus 1989, berdasarkan cara pengoperasiannya maka bagan di kelompokkan sebagai jaring angkat lift net. Namun, karena menggunakan lampu untuk mengumpulkan ikan maka disebut juga light fishing Von Brandt, 1985. Bagan diperkenalkan ke seluruh wilayah perairan Indonesia oleh nelayan Sulawesi. Penggunaan bagan semakin berkembang dan terus mengalami perubahan, baik pada bentuk maupun jenisnya. Jenis bagan yang pertama dikenal adalah bagan tancap. Selanjutnya bagan perahu, bagan rakit, dan bagan apung atau hanyut . Bagan perahu dan apung dapat dioperasikan secara berpindah- pindah pada tempat-tempat yang diperkirakan banyak ikannya Subani dan Barus, 1988. Metode pengoperasian bagan apung dapat dijelaskan secara berurutan sebagai berikut Ta’aliddin, 2000: 1 Penurunan jaring setting ke dalam air dengan melepaskan ikatan tali jaring pada roller. Jaring diturunkan sampai kedalaman tertentu di atas perairan. Jaring turun kedalam air dengan bantuan pemberat batu yang diikatkan pada setiap sudut jaring bagian bawah. 2 Menyalakan dan memasang lampu TL berjumlah 4 buah, digantung dengan menggunakan tangkai bambu dengan jarak 1 m di atas permukaan air laut. Untuk operasi penangkapan ini, yang menggunakan sumber cahaya lampu listrik, pemasangan sumber cahaya dilakukan bersamaan. 3 Jaring berada dalam air rata-rata selama 2 jam. Setelah 2 jam, lampu dipadamkan satu demi satu dan pada akhirnya hanya tinggal satu lampu listrik saja yang dipasang sungkup bambu di atas untuk menarik ikan agar terkonsentrasi di bawah lampu. Jaring kemudian diangkat hauling dengan menggunakan alat pemutar dari bambu roller. Pada saat awal pengangkatan jaring dilakukan secara perlahan-lahan, dan semakin cepat ketika jaring sudah akan mencapai permukaan air. Tujuannya adalah untuk menghindari agar ikan yang berkumpul diatas jaring tidak dapat melarikan diri. 4 Setelah jaring selesai diangkat, ikan-ikan yang tertangkap dikumpulkan pada salah satu sudut jaring dan diambil dengan menggunakan serok bertangkai panjang, disimpan dalam keranjang bambu. Selanjutnya ikan-ikan tersebut dipisahkan berdasarkan jenisnya. Secara keseluruhan data waktu operasi penangkapan ikan dengan menggunakan bagan apung tradisional selama penelitian di Palabuhanratu adalah sebagai berikut: 1 Penurunan jaring setting selama 6 menit; 2 Jaring dalam air 110 menit; dan 3 Penarikan jaring hauling 5 menit.

2.1.1 Konstruksi

Komponen penting bagan terdiri atas jaring bagan, rumah bagan anjang- anjang, serok dan lampu. Jaring bagan umumnya berukuran 9 × 9 m dengan ukuran mata 0,5 – 1 cm. Bahan jaring adalah nilon. Keempat sisi jaring diikatkan pada bingkai berbentuk bujur sangkar yang terbuat dari bambu atau kayu. Rumah bagan terbuat dari bambu. Pada bagan tancap, bagian bawah berukuran 10 × 10 m, sedangkan bagian atas 9,5 × 9,5 m. Pada bagian atas rumah bagan terdapat penggulung roller yang berfungsi untuk menurunkan dan mengangkat jaring bagan pada waktu dilakukan operasi penangkapan Subani dan Barus, 1988. Pada Gambar 1 ditunjukkan bagan apung dan bagian-bagiannya. Bagan apung biasanya menggunakan drum plastik sebagai pengapung yang ditempatkan pada bagian dasar kiri dan kanan bagan. Jumlahnya 8 buah yang terbuat dari bahan plastik. Menurut nelayan, hasil tangkapan dengan bagan apung menghasilkan tangkapan yang lebih baik dibandingkan bagan jenis lainnya. Sumber : Tobing 2008 Gambar 1. Bagan apung dan bagian-bagiannya 2.1.2 Lampu bagan Bagan tergolong dalam light fishing karena menggunakan lampu sebagai alat bantu penangkapan Fridman, 1986. Fungsi lampu adalah sebagai pemikat ikan yang bersifat fototaksis positif untuk datang ke bagan. Posisi lampu harus berada tepat di atas jaring bagan untuk memudahkan operasi penangkapan. Ilustrasi posisi lampu pada alat tangkap bagan dapat dilihat pada Gambar 2. Pengoperasian bagan menggunakan lampu sebagai alat bantu penangkapan. Lampu yang digunakan biasanya berjumlah 4 buah dan diletakkan tepat di tengah – tengah bangunan bagan. Penggunaan lampu tersebut berfungsi sebagai atraktor agar ikan berkumpul dalam catchable area. Penangkapan ikan dengan bagan hanya dilakukan pada malam hari, terutama pada bulan gelap. Hal ini karena pancaran sinar lampu akan maksimal pada waktu tersebut. Menurut Effendi 2005, keberhasilan penangkapan ikan dengan alat bantu cahaya light fishing sangat ditentukan oleh teknik penangkapan, kondisi perairan dan lingkungan serta kualitas cahaya yang digunakan untuk memikat ikan. Adapun penetrasi cahaya yang masuk ke dalam perairan sangat ditentukan oleh