Tujuan Manfaat Konsep Hutan Hutan Bekas Tebangan

Pengelolaan hutan alam produksi sekarang ini memasuki rotasi tebang kedua, yang artinya pengelolaan hutan dilakukan pada areal bekas tebangan logged over area. Pengelolaan hutan bekas tebangan tentunya berbeda dengan pengelolaan hutan alam primer, dalam hal rotasi penebangan dan penentuan pengaturan hasilnya. Pengaturan hasil berdasarkan jumlah pohon merupakan salah satu metode alternatif dalam menentukan jatah produksi tahunan atau Annual Allowable Cut AAC. Pengaturan hasil dalam Rencana Kerja Usaha menggunakan metode berdasarkan volume kayu dan luas areal. Penentuan jatah produksi tahunan yang selama ini digunakan dapat memberikan gambaran ketersedian bahan baku kayu bulat, tetapi tidak dapat dijadikan alat kendali kelestarian hutan alam produksi. Oleh karena itu, simulasi pengaturan hasil berdasarkan jumlah pohon dilakukan untuk memperbaiki metode pengaturan hasil dan melengkapi aspek dalam pengaturan hasil yang selama ini dipakai di setiap perusahaan kehutanan.

1.2 Tujuan

Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang rotasi tebang dan jatah produksi tahunan yang dinyatakan dalam jumlah pohon, volume dan luas areal dengan mempertimbangkan dinamika struktur tegakan setelah penebangan di areal IUPHHK-HA PT. Timberdana, Kalimantan Timur.

1.3 Manfaat

Manfaat dari penelitian ini untuk memberikan informasi mengenai pengaturan hasil, sehingga dapat digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam penentuan jatah tebang tahunan atau Annual Allowable Cut AAC pada pengelolaan hutan alam produksi. II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Hutan

Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan UU No. 41 1999. Hutan alam merupakan hutan yang tumbuh secara alami tanpa adanya campur tangan manusia yang terdiri dari bermacam komposisi jenis heterogen, merupakan tegakan pohon seumur yang tidak memiliki ukuran pohon yang beragam Arifin 2001. Menurut Suhendang 2002, hutan hujan tropis terdapat di wilayah yang memiliki ciri-ciri yaitu iklim yang selalu basah, tanah podsolik, latosol, alluvial, dan regosol, drainase tanah baik, serta terletak jauh dari pantai. Tegakannya didominir oleh pohon-pohon yang selalu hijau dan tidak menggugurkan daun. Hutan hujan tropis juga memiliki berbagai jenis kayu penting yang berasal dari suku dipterocarpaceae seperti Shorea, Dipterocarpus, Vatica, dan Dryobalanops serta genus-genus lainnya.

2.2 Hutan Bekas Tebangan

Hutan alam bekas tebangan atau logged over area LOA adalah area hutan alam yang sebelumnya virgin forest yang mendapat perlakuan tebang pilih TPITPTI sehingga meninggalkan tegakan sisa dengan struktur tegakan yang secara alamiah masih memungkinkan untuk dapat berkembang atau memulihkan diri membentuk kembali tegakan layak tebang pada rotasi tebang berikutnya Muhdin 2012. Hutan sekunder adalah hutan yang tumbuhannya terbentuk setelah adanya perusakan total lebih dari 90 dari hutan primer akibat pengaruh manusia, yang tumbuh diatas lahan yang luas, sehingga karena terjadinya perubahan iklim mikro dan kondisi permudaan yang berbeda menunjukkan struktur, komposisi jenis pohon dan dinamika yang berbeda dari tegakan aslinya, serta belum berkembang mencapai keadaan tegakan awalnya masih dapat dibedakan dengan tegakan aslinya Enette et al. 2000. Menurut Bruenig 1996 dalam Suhendang 2002, hutan sekunder merupakan hutan yang tumbuh melalui suksesi sekunder alami pada lahan hutan yang telah mengalami gangguan yang berat, seperti lahan bekas perladangan berpindah atau untuk pertanian menetap, peternakan dan pertambangan.

2.3 Pengaturan Hasil Berdasarkan Jumlah Pohon