Pengertian Nikah Muda dan UUD. Pernikahan
21
maka hendaknya ia berpuasa, karena puasa itu adalah sebuah penawar.” HR. al- Bukhairi dan Muslim
Hukum asal suatu pernikahan adalah mubah, namun bisa berubah menjadi sunnah, wajib, makruh dan haram. Perinciannya sebagai mana dibawah ini:
a Wajib hukumnya menurut jumhur ulama bagi orang yang mampu untuk menikah dan kuatir akan melakukan perbuatan zina. Alasannya, dia wajib
menjaga dirinya agar terhindar dari perbuatan haram. b Haram hukumnya bagi orang yang yakin akan menzalimi dan membawa
mudarat kepada istrinya karna ketidak mampuan memberi nafkah lahir batin. c Sunnah hukumnya menurut jumhur ulama bagi yang, apabila tidak menikah,
sanggup menjaga diri untuk tidak melakukan perbuatan haram dan, apabila menikah, ia yakin tidak menzalimi dan membawa mudarat kepada istrinya.
16
Sayyid Sabiq mengomentari “perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku pada semua mahluk Tuhan, baik pada manusia, hewan
maupun tumbuh-tumbuhan. Perkawinan merupakan cara yang dipilih Allah sebagai jalan bagi manusia untuk beranak-pinak, berkembang biak, melestarikan
hidupnya setelah masing-masing pasangan siap melakukan peranannya yang positif dalam mewujudkan tujuan perkawinan.
17
16
Asrorun Ni’am Sholeh, Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga, Jakarta:Graha Paramuda, 2008, h. 3-6.
17
Abdul Rahman Ghozali, Fiqih Munakahat,Jakarta:Kencana, 2010, h. 10-11.
22
An-Nahl ayat 72:
Artinya: “Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan
bagimu dari istri-istri kamu itu anak-anak dan cucu-cucu...” Islam mengatur manusia dalam hidup berjodoh-jodohan itu melalui
jenjang perkawinan yang ketentuannya dirumuskan dalam wujud aturan-aturan yang disebut hukum perkawinan dalam.
Hukum Islam juga ditetapkan untuk kesejahteraan umat, baik secara perorangan maupun secara bermasyarakat, baik untuk hidup di dunia maupun di
akhirat. Islam mengatur keluarga bukan secara garis besar, tetapi sampai terperinci. Yang demikian ini menunjukan perhatian yang sangat besar terhadap
kesejahteraan keluarga. Keluarga terbentuk melalui perkawinan, karna itu perkawinan sangat dianjurkan oleh islam bagi yang telah mempunyai
kemampuan.
18
Pengertian Nikah Muda pernikahan dini
Pengertian pernikahan dini adalah sebuah bentuk ikatanpernikahan yang salah satu atau kedua pasangan berusia di bawah 19 tahun atau sedang mengikuti
pendidikan di sekolah menengah atas. Jadi sebuah pernikahan di sebut pernikahan
18
Abdul Rahman Ghozali, Fiqih Munakahat,Jakarta:Kencana, 2010, h.13-14
23
dini, jika kedua atau salah satu pasangan masuk berusia di bawah 19 tahun masih berusia remaja.
Pernikahan dini pada remaja pada dasarnya berdampak pada segi fisik maupun biologis remaja yaitu :
1.
Remaja yang hamil akan lebih mudah menderita anemia selagi hamil dan melahirkan, salah satu penyebab tingginya angka kematian ibu dan bayi,
kehilangan kesempatan kesempatan mengecap pendidikan yang lebih tinggi, interaksi dengan lingkungan teman sebaya menjadi berkurang, sempitnya dia
mendapatkan kesempatan kerja, yang otomatis lebih mengekalkan kemiskinan status ekonomi keluarga rendah karena pendidikan yang minim.
2.
Dampak bagi anak: Akan melahirkan bayi lahir dengan berat rendah
,
Sebagai penyebab utama tingginya angka kematian ibu dan bayi, Cedera saat lahir
, dan
Komplikasi persalinan yang berdampak pada tingginya mortalitas
3.
Pernikahan dini merupakan salah satu faktor penyebab tindakan kekerasan terhadap istri, yang timbul karena tingkat berpikir yang belum matang bagi
pasangan muda tersebut.
4.
Kesulitan ekonomi dalam rumah tangga
5.
Pengetahuan yang kurang akan lembaga perkawinan
6.
Rerelasi yang buruk dengan keluarga.
Walaupun begitu, dalam konteks beberapa budaya, pernikahan dini bukanlah sebuah masalah, karena pernikahan dini sudah menjadi kebiasaan.
24
Tetapi, dalam konsep perkembangan, pernikahan dini akan membawa masalah psikologis yang besar dikemudian hari karena pernikahan tersebut.
19
Batas umur yang tercantum dalam Undang-undang Perkawinan tersebut bila dikaji lebih lanjut, lebih menitik beratkan pada pertimbangan segi kesehatan.
Hal itu akan jelas dapat dibaca pada penjelasan dari undang-undang tersebut, bahwa “untuk menjaga kesehatan suami-istri dan keturunan, perlu ditetapkan
batas-batas umur untuk perkawinan”. Dengan kalimat itu nampak bahwa dalam meletakan batas dalam perkawinan lebih atas dasar pertimbangan kesehatan, dari-
pada mempertimbangkan baik segi psikologis, maupun segi sosialnya.
20
UUD Pernikahan
Dasar Perkawinan Pasal 1
Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga rumah tangga
yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Mahaesa. Pasal 2
1 Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing
agamanya dan kepercayaan itu. 2
Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Syarat-syarat Perkawinan
19
http:www.referensimakalah.com201108pernikahan-dini-di-indonesia_1271.html
20
Bimo Walgito, Bimbingan Konseling Perkawinan, yogyakarta:Andi, 2004, h.27-28
25
Pasal 6 1
Perkawinan harus didasarkan atas persetujuan kedua calon mempelai 2
Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21 dua puluh satu tahun harus mendapat izin kedua orang tua.
3 Dalam hal salah seorang dari kedua orang tua telah meninggal dunia atau
dalam keadaan tidak mampu menyatakan kehendaknya, maka izin dimaksud ayat 2 pasal ini cukup diperoleh dari orang tua yang masih
hidup atau dari orangtua yang mempu menyatakan kehendaknya. 4
Dalam hal kedua orang tua telah meninggal dunia atau dalam keadaan tidak mampu untuk menyatakan kehendaknya, maka izin diperoleh dari
wali, orang yang memelihara atau keluarga yang mempunyai hubungan darah dalam garis keluarga yang mempunyai hubungan darah dalam garis
keturunan lurus keatas selam mereka masih hidup dan dalam keadaan dapat menyatakan kehendaknya.
5 Dalam hal ini da perbedaan pendapat aantara orang-orang yang disebut
dalam ayat 2,3 dan 4 pasal ini, aatau salah seorang atau lebih diantara mereka tidak menyatakan pendapatnya, mka Pengadilan dalam daerah
hukum tempat tinggal orang yang akan melangsungkan perkawinan atas permintaan orang tersebut dapat memberikan izin setelah permintaan
orang tersebut dapat memberikan izin setelah lebih dahulu mendengar orang-orang tersebut dalam ayat 2,3 dan 4 pasal ini.
26
6 Kesatuan tersebut ayat 1 sampai dengan ayat 5 pasal ini berlaku
sepanjang hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu dari yang bersangkutan tidak menentukan lain.
21
21
Aslih Kurniwan, Pedoman Pelaksanaan Akad Nikah dan Beberapa Kasus Perkawinan, Jakarta: kementrian agama h.44-47
26