1
menggabungkan antara teori dan praktek secara analisis, sehingga didapat kesimpulan bahwa analisis wacana mampu menjadi praktek penelitian
media massa.
D. Metodologi Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada wacana “Plus-Minus Nikah Muda” di Rubrik Islamika yang ada di Tabloid Ibadah. Dalam penelitian ini bukan hanya
ingin mengetahui bagaimana isi teks media, tapi juga bagaimana pesan tersebut disampaikan. Maka penelitian ini lebih pada pendekatan kualitatif, dengan
menggunakan analisis wacana yang merupakan salah satu alternatif lain akibat keterbatasan dari analisis isi. Jika analisis isi konvensional pada umumnya hanya
dapat digunakan untuk membedah muatan teks komunikasi yang bersifat nyata manifest, sedangkan analisis wacana lebih memfokuskan pada pesan yang
tersembunyi laten. Yang menjadi titik perhatian bukan pesan massage tetapi juga makna.
4
Jika analisis isi hanya dapat mempertimbangkan “apa” what tetapi tidak dapat menyelidiki “bagaimana seseorang mengatakannya how. Dalam
konteks ini, yang penting bukan hanya yang diucapkan atau dianggap penting oleh komunikator, melainkan bagaimana cara komunikator mengungkapkannya.
5
Analis wacana secara teoritis memiliki prinsip yang hampir sama dengan beberapa pendekatan metodologis, seperti analisis struktural. Dapat dilihat dari
beberapa ciri analisis struktural yang ada kesamaan tujuan dengan analisis
4
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media,Yogyakarta: PT. LkiS Printing Cemerlang, 2001, h. 20-21
5
Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif:Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi,Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006, hlm
151-152
1
wacana.
6
Dasar analisis wacana adalah interpretasi, karena analisis wacana merupakan bagian dari metode interpretatif yang mengendalikan interpretasi dan
penafsiran peneliti. Oleh karena itu, dalam proses kerjanya, anlisis wacana tidak memerlukan lembar koding yang mengambil beberapa item atau turunan dari
konsep tertentu.
7
Metode penelitian analisis wacana yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah model Teun A. van Dijk. Sebenarnya ada beberapa model analisis wacana
yang diperkenalkan oleh para ahli, diantaranya model Theo van Leeuwen, Sara Mills, dan lainnya. Tetapi pada penelitian ini lebih memilih model Teun A. van
Dijk karena model van Dijk yang paling banyak dipakai. Model ini mengolaborasi elemen-elemen wacana sehingga bisa diaplikasikan secara praktis. Analisis
wacana van Dijk sering disebut sebagai “kognisi sosial”. Karena menurut Van Dijk, penelitian atas wacana tidak hanya didasarkan pada analisis teks saja, teks
adalah hasil dari suatu praktik produksi yang harus diamati juga. Ia melihat suatu wacana terdiri dari berbagai struktur atau tingkatan, yang masing-masing bagian
saling mendukung. Van Dijk membaginya dalam tiga tingkatan, yakni: Pertama, struktur makro yang merupakan makna globalumum dari suatu
teks yang dapat diamati dengan melihat topik atau tema yang dikedepankan dalam suatu berita.
6
Burhan Bungin, Analisis Data Kualitatif:Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi,Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006, hlm 152-153
7
Alex Sobur, Analisis Teks Media:Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing,Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2006, hlm 70