xxii f. Media pembelajaran, yaitu bahan pelajaran dengan atau tanpa peralatan digunakan untuk
menyajikan informasi kepada siswa agar mereka dapat mencapai tujuan. g. Evaluasi, yaitu cara tertentu yang digunakan untuk suatu proses dan hasilnya.
3. Metode Pembelajaran
Ada beberapa pendapat mengenai pengertian metode. Menurut Mulyani Sumantri 2001 : 114 metode merupakan cara-cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi
pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan.
Menurut Mulyati Arifin 1990 : 107 metode mengajar menyangkut permasalahan kegiatan fisik apa yang harus diberikan kepada siswa sehingga kemampuan intelektualnya dapat
berkembang, sehingga belajar dapat berjalan secara efisien dan bermakna bagi siswa. Metode mengajar menurut Slameto 1995 : 65 adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui didalam
mengajar. Untuk mencapai hal-hal tersebut maka guru harus dapat memilih dan mengembangkan
metode mengajar yang tepat, efisien dan efektif sesuai dengan materi yang diajarkan. Dengan pemilihan metode yang tepat, maka akan mempengaruhi belajar siswa dengan baik sehingga
siswa benar-benar memahami materi yang diberikan. Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan pengertian metode pembelajaran adalah
cara-cara yang ditempuh oleh guru untuk menciptakan situasi pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan membuat kemampuan intelektual siswa berkembang, sehingga belajar dapat
berjalan secara efisien dan bermakna bagi siswa.
4. Pembelajaran Kooperatif
Bekerja sama berarti melakukan sesuatu bersama dengan saling membantu dan bekerja sebagai tim kelompok. Jadi, pembelajaran kooperatif berarti belajar bersama, saling membantu
pembelajaran agar setiap anggota kelompok dapat mencapai tujuanmenyelesaikan tugas yang diberikan dengan baik. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa dikelompokkan secara variatif
beraneka ragam berdasarkan prestasi mereka sebelumnya, kesukaankebiasaan, dan jenis kelamin Slavin, 1995 : 3. Menurut Lee Manning dan Lucking dalam Slavin 1995 : 5 belajar
xxiii kooperatif mempunyai kelebihan yang tidak ditemukan dalam kegiatan individual seperti
interaksi sosial, pertanggung jawaban individu dan kerja sama dalam kelompok. Dalam kegiatan belajar individual cenderung mementingkan pribadi dan tidak memperhatikan lingkungan
sekitarnya. Menurut Dewey dalam Davies 1982 : 31 kegiatan belajar individual maupun belajar bersama dalam kelompok harus didukung oleh inisiatif dari masing-masing pribadi
karena kegiatan belajar menyangkut apa yang harus dikerjakn oleh mereka. Dalam teori konstruktivisme peserta didik harus menemukan sendiri dan memecahkan
informasi baru dengan aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai lagi. Sesuai dengan disiplin ilmu kimia dimana dalam hal ini perkembangan dalam dunia kimia
sangat dinamis maka kondisi seperti ini mutlak diperlukan. Pandangan konstruktivisme menyatakan bahwa peserta didik diberi kesempatan agar menggunakan suatu strategi sendiri
dalam belajar secara sendiri dan pendidikan dalam hal ini membimbing peserta didik ke tingkat pengetahuan kearah yang lebih tinggi. Oleh karena itu, agar peserta didik benar-benar
memahami mereka harus bekerja keras untuk memecahkan masalah dan kesulitan yang ada dengan ide-ide dan kemampuannya.
Ide pokok pada teori konstruktivis adalah peserta didik secara aktif membagi pengetahuan mereka sendiri. Pendekatan dalam pembelajaran konstruktivisme dapat
mengguanakan pembelajaran secara kooperatif ekstensif. Menurut teori ini peserta didik akan lebih mudah menanamkan dan mengerti akan konsep-konsep yang sulit jika mereka dapat
membicarakan dan mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya. Peserta didik secara rutin bekerja dalam kelompok yang terdiri sekitar 4 orang untuk saling membantu memecahkan
masalah-masalah dalam hal ini penekanannya pada aspek social dalam pembelajaran dan penggunaan kelompok yang sederajat untuk menghasilkan pemikiran. Pada sistem pengajaran
ini memberij\kan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dengan temannya dalam tugas-tugas terstruktur dan inilah yang disebut pengajaran gotong royongcooperative learning
Slavin, 1995 : 2. Menurut Slavin 1995 : 2, keberhasilan dari proses belajar kooperatif adalah karena
lima prinsip, yaitu: a. Adanya sumbangan dari ketua kelompok
Tugas dari seorang ketua kelompok adalah memberikan sumbangan pengetahuannya untuk anggota kelompoknya, karena ketua kelompok adalah seseorang yang dinilai
xxiv berkemampuan lebih dibandingkan dengan anggota yang lainnya. Dalam hal ini anggota
kelompok diharapkan dapat memperhatikan, mempelajari informasi penjelasan yang diberikan oleh ketua kelompok jika ada anggota kelompok yang merasa belim jelas, walaupun tugas ini
bisa dilakukan oleh anggota lain. b. Keheterogenan kelompok
Kelompok belajar yang efektif adalah yang mempunyai anggota kelompok yang heterogen, baik dalam jenis kelamin, latar belakang sosial, ataupun tingkat kecerdasan.
c. Ketergantungan pribadi yang positif Setiap anggota kelompok belajar untuk berkembang dan bekerja sama satu sama lain.
Ketergantungan pribadi ini dapat memberikan motivasi bagi setiap individu karena pada awalnya mereka harus bisa membangun pengetahuannya sendiri terlebih sebelum mereka
bekerja sama dengan temannya. d. Ketrampilan bekerja sama
Dalam proses bekerja sama perlu adanya ketrampilan khusus sehingga kelompok tersebut dapat berhasil membawa nama kelompoknya. Proses yang dibutuhkan di sini adalah
adanya komunikasi yang baik antar anggota kelompok. e. Otonomi kelompok
Setiap kelompok mempunyai tujuan agar bias membawa nama kelompoknya untuk menjadi yang terbaik. Jika mereka mengalami kesulitan dalam pemecahan masalah setelah
melampaui tahap kegiatan kelompok maka mereka akan bertanya kepada gurunya bukan kepada kelompok lain.
Di dalam metode mengajar kooperatif diharapkan siswa bekerja sama satu sama lainnya berdiskusi dan berdebat, menilai kemampuan pengetahuan dan mengisi kekurangan
anggota lainnya. Bila diorganisasikan dengan tepat, siswa dapat bekerja sama dengan yang lainnya untuk memastikan bahwa setiap siswa dalam kelompok tersebut telah menguasai konsep
yang telah diajarkan. Hal ini akan menumbuhkan realisasi bahwa siswa membutuhkan belajar dan berpikir untuk memecahkan masalah dan mengaplikasikan pengetahuan dan
ketrampilannya.
5. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD