Latar Belakang Penggunaan tepung kepala udang sebagai bahan substitusi tepung ikan dalam formulasi pakan ikan patin Pangasianodon hypophtalmus.

1 I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberhasilan budidaya ikan ditentukan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah ketersediaan bahan pakan yang berkualitas baik. Dalam industri perikanan budidaya, pakan memegang peranan sangat besar, karena hampir 60-80 biaya produksi berasal dari pakan. Budidaya perikanan yang intensif sangat menuntut tersedianya pakan dalam kualitas yang baik, kuantitas yang cukup, harga yang relatif murah, tepat waktu dan berkesinambungan. Usaha budidaya perikanan di Indonesia menghadapi permasalahan yang berat dengan naiknya harga pakan ikan sebagai akibat naiknya komponen impor pada bahan bakunya. Hal ini dapat mengakibatkan keuntungan yang diperoleh pembudidaya ikan rendah. Dengan keuntungan yang rendah akan mempengaruhi keberlanjutan usaha budidaya. Salah satu bahan baku pakan yang masih impor dengan harga inggi adalah tepung ikan. Data yang didapatkan dari Badan Pusat Statistik 2010 bahwa Indonesia mengimpor tepung ikan sebesar 65.601 ton pada tahun 2009. Ikan patin Pangasianodon hypopthalmus merupakan kelompok ikan budidaya yang termasuk kelompok ikan omnivora cenderung herbivora. Kelompok ikan ini menggunakan tepung ikan dalam jumlah yang lebih tinggi dibandingkan ikan kelompok herbivora. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menyubstitusi tepung ikan dengan sumber protein lain yang harganya lebih murah dan berkualitas baik. Pakan alternatif yang diberikan pada ikan hendaknya bermutu baik sesuai dengan kebutuhan ikan, tersedia setiap saat, dan harganya murah Suprayudi 2010. Salah satu bahan pakan alternatif sebagai substitusi tepung ikan sumber protein hewani antara lain adalah kepala udang. Industri pengolahan udang beku Indonesia berkembang pada beberapa tahun terakhir ini, sejalan dengan meningkatnya produksi udang. Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor udang terbesar di dunia. Data BPS tahun 2010 menunjukkan produksi udang Indonesia sebesar 338.060 ton pada tahun 2009 dan 352.600 ton pada tahun 2010. Apabila udang segar ini diolah menjadi udang beku, maka sebesar 35 –40 dari bobot utuh akan menjadi limbah udang, 2 kualitasnya bervariasi tergantung jenis udang dan proses pengolahannya Abun 2009. Ekspor udang umumnya berupa udang tidak beku, udang beku dan udang dalam kaleng. Produk udang beku sebagian besar berupa produk tanpa kepala headless dan produk udang kupasan peeled. Dari bagian udang yang terbuang tersebut ada bagian yang masih layak bagi konsumsi, misalnya bagian kepala dan dada udang cephalothorax. Kepala udang sangat potensial dijadikan bahan pakan sumber protein hewani karena ketersediaannya cukup banyak dan mengandung zat-zat gizi yang tinggi. Menurut Hetramf dan Piedad-Pscual 2000 melaporkan bahwa berdasarkan komposisi bahan kering, kepala udang mengandung 43,2 protein kasar, 5,6 lemak, 15,8 serat kasar, 33,0 abu, dan 2,4 BETN. Untuk mengetahui pemanfaatan tepung kepala udang, perlu dilakukan penelitian mengenai pemanfaatannya untuk menggantikan tepung ikan dalam pakan ikan.

1.2 Tujuan