Sejarah Lebaran Betawi Pengertian dan Sejarah Lahirnya Lebaran Betawi 1 Pengertian Lebaran Betawi

Bahkan bagi kalangan pejabat atau pemimpin tokoh masyarakat dikenal istilah “ open house ” dimana setelah sholat Idul Fitri para pemuka masyarakat dan seluruh anggota keluarganya bersiap diri di rumah untuk menerima kunjungan anak buah, relasi dan masyarakat umum. Tujuannya sekedar bersalam-salaman, bermaaf- maafan. Dari segi budaya, lebaran dimaknai sebagai kesempatan untuk silaturahim, saling memaafkan dan mempererat pertalian kekeluargaan serta kekerabatan yang ini diyakini akan mampu menciptakan keharmonisan dan meningkatkan kerukunan diantara sesama di dalam masyarakat. Upaya ini dipahami karena suku bangsa Indonesia memang amat erat persaudaraannya. Sehingga momentum “lebaran” dipandang sebagai suatu tuntunan ajaran agama, bagian dari ritual sekaligus sarana melestarikan budaya.

1.2 Sejarah Lebaran Betawi

Menurut JJ Rizal lebaran secara umum terjadi pada tahun 1929 di lapangan pergerakan politik nasional banyak terjadi kekalutan karena kerisis ekonomi dunia yang dampaknya sampai ke Hindia Belanda begitu menyengsarakan rakyat dan pemerintah Hindia Belanda malah menerapkan peraturan yang semakin menambah kesengsaraan rakyat. Sementara itu Politieke Inlichtingendienst PID atau Dinas Intelejen Politik merajalela membungkam kaum pergerakan. Hindia Belanda menjadi Politie Staat atau Negara Polisi. 50 Dalam situasi krisis ekonomi dan politik pergerakan nasional itulah lebaran tahun 1929 dijadikan momentum politis. Java Bode di halaman muka memberitakan umat Islam di Jakarta untuk pertama kali mengadakan sembahyang 50 JJ. Rizal, “Menemukan makna Tradisi Lebaran”, dalam Majalah Jendela Betawi, Edisi I Lebaran h. 5 Idul Fitri di lapangan terbuka koningsplein Gambir. Selain merupakan perlambangan kepercayaan akan filosofi doa perlu di samping ikhtiar ekonomi dan politik, para tokoh pergerakan nasional menjadikannya momentum bertemu dan menguatkan semangat rakyat, sekaligus menghayati deritanya. Semoga lebaran menghantar rakyat Indonesia sampai di ujung menang dan sejahtera lahir batin. Membawa kemasa depan yang baik. Tidak itu saja, sebagai simbolisasi keinginan zaman baru, rakyat mengganti kartu lebaran yang beredar pertama kali tahun 1927 dengan gambar orang berperahu sambil mengibarkan bendera Belanda dengan desain baru yang lebih sesuai semangat zaman. 51 Ridwan Saidi dalam orang Betawi dan Mordernisasi Jakarta meriwayatkan bahwa koningsplein menjadi pusat sholat Id di Jakarta sampai dengan penduduk Jepang ketika lapangan itu berganti nama menjadi Ikada. Tahun 1942, kemenangan yang diharapkan memang hadir. Belanda dilibas lars militer Jepang dan Indonesia jatuh ke tangan “saudara tua”. Namun belum merupakan kemenangan yang sempurna. Seperti ditelaah oleh Harry J Belanda dalam Bulan Sabit dan Matahari Terbit bahwa sang saudara tua bukan saja penuh sikap militeristik, tetapi juga menerapkan politik agama yang tak jarang bikin naik pitam. Contohnya adalah Jepang mengimbau agar sholat Id diadakan di pagi buta persis selesai subuh, sebab sebelum matahari terbit Jepang akan bikin upacara sekerel sembah matahari di lapangan yang sama. Saat itulah rakyat kehilangan puncak wahana sosial-politik-budaya yang mengikat secara khidmat para pemimpin untuk menghayati penderitaan rakyat. 52 51 JJ. Rizal, “Menemukan…….. h. 6 52 JJ. Rizal, “Menemukan…….. h. 6 Tetapi setelah tiga setengah tahun sudah dijajah Jepang, kemenangan pun menyempurnakan dirinya. Jumat 17 Agustus 1945 di bulan puasa, Proklamasi Kemerdekaan dibacakan dwitunggal Soekarno-Hatta. Sebagai tanda syukur dan bukan saja kelak dalam preambule UUD 45 disebut kemerdekaan atas berkat rahmat Tuhan panitia Proklamasi Kemerdekaan RI pun merencanakan sholat Id di halaman gedung Proklamasi. Tetapi, balatentara Dai Nippon melakukan penjagaan ketat di sekitar gedung bersejarah itu. Sholat Id akhirnya diadakan di Jalan Raya Pegangsaan Timur Nomor 17. 53 Di zaman liberal, sholat Id dilaksanakan di lapangan Banteng. Setelah di tengah lapangan berdiri monumen pembebasan Iran Barat, maka sejak itu sholat Id terpencar diberbagai lapangan dan mesjid yang ada di Jakarta. Istilah lebaran banyak dipopulerkan orang Betawi, tetapi istilah itu tidak begitu saja ditinggalkan ketika ibukota RI diungsikan dari Jakarta ke Yogjakarta pada akhir tahun 1945. Belanda yang kembali masuk ke Indonesia dan rasa ingin menjajah lagi dengan menebeng rombongan Sekutu memperhebat suasana revolusi. Revolusi itu menghebat karena perbedaan pendapat antar tokoh- tokoh revolusi itu sendiri. Brosur kontra brosur dikeluarkan oleh masing-masing tokoh yang ingin agar revolusi berjalan sebagaimana keinginan kelompoknya. Keadaan memprihatinkan rakyat terjepit. 54 Sejumlah tokoh di bulan puasa 1946 menghubungi Bung Karno. Meminta agar ia sedia di hari raya yang jatuh pada bulan Agustus itu, mengadakan perayaan lebaran dengan mengundang seluruh komponen revolusi yang pendirian politiknya beraneka macam dan kedudukannya di dalam 53 JJ. Rizal, “Menemukan…….. h. 6 54 JJ. Rizal, “Menemukan…….. h. 6 mayarakat pun berbeda-beda. Biar lebaran menjadi ajang saling memaafkan dan memaklumi serta menerima keragaman bukan sebagai laknat, tetapi rahmat, seraya sadar bahwa musuh adalah kolonialis Belanda yang menjajah kembali dan jangan rakyat dibiarkan tersia-sia hidupnya oleh lilitan kesusahan akibat revolusi. Semoga di hari kemenangan Tuhan bimbing RI sampai di ujung menang. Bung Karno setuju lebaran jadi ajang menggalang potensi solidaritas nasional. 55 Menurut Ridwan Saidi itulah detik tanggal lahirnya lebaran. Istilah dari bahasa Arab yang diracik sendiri oleh para pendiri RI sebagai perhelatan menghalalkan perbedaan, tapi kukuh dalam satu kebersamaan. Ketika lebaran tiba, di istana Yogyakarta diselenggarakan lebaran sebagai symbol kokohnya semangat Yogya 45. 56 Menurut Amarullah Asbah, wakil ketua umum BAMUS Betawi periode V, Mengatakan bahwa Lebaran Betawi ini secara sosiologis adalah orang Betawi tidak lagi menjadi komunitas yang utuh karena orang Betawi tersebut sudah banyak yang sudah bermencar, tetapi tetap ada keinginan untuk saling berjumpa. Bagi orang Betawi yang paling ideal untuk berjumpa pada saat lebaran. Sedangkan secara filosofis saling maaf-memaafkan merupakan bagian penting dari seremonialnya lebaran, dalam kaitan prilaku sosial yang mempunyai muatan- muatan filosofis orang Betawi. Mereka akan berbahagia apabila bertemu dengan orang yang dituakan dan juga bisa bertemu dengan pemimpin mereka. Jadi ada konsepsi kebahagiaan yang terpenuhi di dalam penyelenggaraan perayaan Lebaran Betawi. Secara arsip ekonomi lebaran yang standar adalah dari rumah ke rumah, yang muda cium tangan kepada yang tua. Tanpa adanya dukungan orang 55 JJ. Rizal, “Menemukan…….. h. 7 56 JJ. Rizal, “Menemukan…….. h. 7 yang berjualan tidak mungkin Lebaran Betawi itu jadi ramai, jadi dalam hal ini kita gerakan potensi ekonomi orang Betawi. 57

2. Tujuan Lebaran Betawi