Adanya pendangkalan sungai ANALISA TEMUAN

Sumber : Departement Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2004 Untuk menanggulangi banjir, pemerintah Kota Medan membangun sebuah kanal yang dikenal dengan Medan Flood Way. Medan Flood Way ini berfungsi menampung dan mengalirkan air yang datang dari parit sekunder dan parit primer. Kanal ini berjasa besar untuk menghindarkan Kota Medan dari banjir. Namun seiring berjalannya waktu, kanal ini mulai tidak terurus perawatannya. Hal ini dapat terlihat dari rimbunnya tanaman dan lalang di kanal ini. Kurangnya perawatan ini di takutkan dapat mengurangi efektivitas fungsi kanal dalam menampung air dan menyalurkannya saat musim hujan melanda.

b. Adanya pendangkalan sungai

Adanya pendangkalan sungai ini secara otomatis akan mengakibatkan terjadi beberapa kerusakan pada penampang air, juga penyempitan pada penampang air. Penyempitan penampang air mengakibatkan anak-anak sungai Gambar V. 1. Kondisi Kanal di Medan Timur Universitas Sumatera Utara harus mengantri untuk dapat masuk ke penampang air. Padahal dalam kenyataannya, Penampang air ini juga sudah banyak mengalami sedimentasi , dan akibatnya parit primer ini juga ikut mengantri sehingga kecepatan air berkurang. Dan jika terjadi antrian pada parit primer , maka terjadi peningkatan kotoran atau biasa disebut sedimen. Ketika arus air melemah, maka sedimen akan lebih cepat sehingga parit harus mengantri, itulah sebabnya bisa terjadi banjir di beberapa tempat. c. Kurangnya kesadaran masyarakat Salah satu penyebab utama banjir di Kota Medan adalah kurangnya kesadaran masyarakat, terutama dalam hal membuang sampah. Banyak masyarakat yang masih membuang sampah kesungai. Sampah-sampah ini selanjutnya akan mengendap dan mengakibatkan pendangkalan di dasar sungai dan menyebabkan sungai tidak lagi mampu menampung debit air yang besar. Kanal yang dibangun di daerah Medan Timur juga berfungsi sebagai penampung air yang datang dari sungai termasuk Sungai Babura yang terdapat pada Kecamatan Medan Baru, di daerah tersebut juga sering terjadi banjir akibat luapan dari setiap Sungai yang mengaliri kota, kanal ini dibangun dan didesain agar air yang berasal dari sungai tidak melewati titik jalurnya. Selain itu kanal juga berfungsi mengurangi ancaman banjir, namun kanal yang terdapat di Medan Timur belum secara utuh berfungsi dengan baik dikarenakan proses pembangunannya , akibatnya apabila terjadi hujan debit air dari sungai-sungai tersebut tidak dapat lagi tertampung oleh kanal sehingga banjir dapat terjadi disetiap daerah. Universitas Sumatera Utara hasil Wawancara dengan Bpk. Sitompul, Kepala seksi Pembangunan Drainase Dinas Bina Marga Kota Medan, tanggal 5 Maret 2013 V.2. Peranan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Dalam Menyusun, Menetapkan, Menginformasikan Peta Rawan Bencana. Pemetaan daerah rawan bencana merupakan salah satu tugas dari BPBD seperti termasuk UU No. 24 Tahun 2007 Pasal 21. Sebelum membahas mengenai peta rawan bencana ada baiknya mengetahui apa itu menyusun, menetapkan dan menginformasikan. Menyusun, menetapkan dan menginformasikan adalah tahapan proses pembuatan peta daerah-daerah rawan bencana yang diawali dengan menyusun peta yang bersumber dari data sekunder. Data sekunder tersebut direkapitulasi dan diplot ke peta dasar. Selanjutnya dilakukan survei lapangan untuk memastikan apakah daerah-daerah itu daerah rawan bencana atau tidak, draff peta itu kemudian diinformasikan kepada masyarakat luas bila tidak ada sanggahan atau saran masukan berarti penyusunan sudah baik dan benar. Tahapan terakhir dibuatnya buku untuk menjadi acuan dalam melaksanakan tugas dan sekaligus sebagai pedoman masyarakat dan pemerintah. Dalam pembuatan peta, negara telah mempercayakan pembuatannya kepada BAKOSURTANAL Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional 31 . BAKOSURTANAL membuat sistem standar agar sebuah peta yang dibuat oleh instansi tertentu mudah dimengerti oleh instansi lainnya namun dengan perbandingan skala yang terbatas pada 1: 25.000, seperti contohnya peta rupa 31 http:www.bakosurtanal.go.idartikelshowkerawanan-peta-rawan-bencana-dan-kesiapan- menghadapi-bencana pukul 20:35 WIB Universitas Sumatera Utara bumi. Peta rupa bumi adalah peta umum yang menyajikan kondisi topografi seperti rotasi jalan, gunung, sungai, informasi ketinggian, dan tutupan lahan dan batas administrasi. Peta rupa bumi biasanya dijadikan dasar bagi berbagai peta tematik yang dibuat secara spesifik untuk keperluan khusus dan dengan detil skala 1: 2.500. Namun, BAKOSURTANAL tidak menciptakan peta dengan detil skala tersebut sehingga BAKOSURTANAL menghimbau daerah untuk membuat sendiri peta-peta tematik yang berhubungan dengan daerahnya, termasuk peta rawan bencana. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Medan sudah membuat sendiri peta rawan bencana yang gunanya untuk mengantisipasi dan mengevakuasi bila bencana datang. Peta rawan bencana diartikan sebagai suatu informasi fundamental dalam program pengurangan resiko bencana dan dapat juga diartikan suatu aspek penting memperkuat kesiapsiagaan untuk menghadapi keadaan darurat dalam bencana. Adapun fungsi dari peta rawan bencana, meliputi 32 : 1. Agar masyarakat dan pemerintah dapat mengetahui dan memahami kondisi kebencanaan di lingkungannya sehingga mereka dapat membuat rencana kesiapsiagaan jika terjadi banjir 2. Untuk menyediakan informasi yang berkaitan dengan masalah-masalah bencana dan kesehatan yang kerap mengancam dalam masyarakat 3. Peta ini dapat pula digunakan sebagai bahan advokasi ke Pemerintah tentang resiko bencana yang ada di daerahnya, sehingga Pemda dapat turut 32 http:nationalgeographic.co.idforumtopic-1062.html, diakses pada tanggal 17 Mei 2013 pukul 20:15 WIB Universitas Sumatera Utara membantu dalam kegiatan pengurangan resiko bencana. Upaya pengurangan resiko bencana harus dilakukan secara bersama-sama. 4. Untuk mempermudah koordinasi antara instansi dalam mengatasi bencana di suatu daerah. Hal ini dikarenakan tidak adanya suatu wadah yang legal yang bertugas untuk mengkoordinir dan mengakomodasi kerjasama antar instansi jika terjadi suatu bencana. Peta rawan bencana dibuat melalui dalam tiga tahapan proses. Pertama, adalah proses menyusun laporan dari masyarakat baik secara tertulis maupun secara lisan, media massa, media cetak dan adanya laporan-laporan pada wilayah yang rawan bencana dari lingkungan dan kelurahan, laporan dari BMKG Balai Besar Wilayah I tentang prakiraan curah hujan setiap bulan, dan laporan dari BMKG Jakarta tentang prakiraan musim hujan dan kemarau secara periodik di Indonesia. Selanjutnya tim BPBD Kota Medan akan melakukan survai kelapangan dan mengevaluasi semua data yang ada secara detail yang mengacu pada peta yang dibuat berdasarkan peta topografi wilayah Medan. Kemudian peta tersebut di informasikan kepada Masyarakat apakah daerah-daerah ini telah sesuai kejadian yang di lapangan, baik berdasarkan banjir kecil maupun banjir besar dan dirapatkan untuk dalam rangka memfinalisasikan peta rawan bencana tersebut kepada pihak pejabat wilayah kecamatan setempat dan juga menghadirkan Dinas Bina Marga Kota Medan. Sehingga melalui keseluruhan proses tersebut akan diperoleh informasi mengenai daerah-daerah yang rawan bencana sesuai dengan jenis bencana yang terjadi. Universitas Sumatera Utara Adapun titik-titik rawan kawasan banjir Kota Medan dapat dilihat pada tabel dan peta di bawah ini. NO KECAMATAN JUMLAH KELURAHAN DAERAH BANJIR DI KELURAHAN 1 Medan Tuntungan 11 Tidak ada 2 Medan Johor 11 Tidak ada 3 Medan Amplas 8 Tidak ada 4 Medan Denai 14 Kelurahan Menteng, kelurahan denai 5 Medan Area 12 Kelurahan Suka Ramai 6 Medan Kota 26 Tidak ada 7 Medan Maimun 6 Kelurahan Aur dan Kelurahan Sei Mati 8 Medan Polonia 5 Kelurahan Madras dan kelurahan Anggrung 9 Medan Baru 6 Kelurahan Padang Bulan, kelurahan Babura, Kelurahan Titi Rantai 10 Medan Selayang 6 Tidak ada 11 Medan Sunggal 14 Kelurahan Karang Berombak Tabel V. 1 Titik Kawasan Rawan Banjir di Kota Medan Universitas Sumatera Utara 12 Medan Helvetia 7 Tidak ada 13 Medan Petisah 7 Tidak ada 14 Medan Barat 13 Tidak ada 15 Medan Timur 18 Kelurahan Pulau Brayan Bengkel Lama, Kelurahan Pulau Brayan Bengkel Baru 16 Medan Perjuangan 9 Kelurahan Sei Kera Hilir I, Kelurahan Sei Hilir II 17 Medan Tembung 7 Kelurahan Bandar Selamat, Kelurahan Tembung 18 Medan Deli 6 Kelurahan Kota Bangun, Kelurahan Titi Papan, Kelurahan Mabar Hilir 19 Medan Labuhan 7 Kelurahan Pekan Labuhan, Labuhan Deli, Kelurahan Sei Mati, Kelurahan Nelayan Indah 20 Medan Marelan 4 Kelurahan Terjun, Kelurahan Rengas Pulau, Kelurahan Paya Pasir 21 Medan Belawan 6 Kelurahan Belawan Bahagia, Kelurahan Bagan Deli, Kelurahan Belawan Sicanang Sumber: Inventarisasi Titik Rawan Bencana Kota Medan- Laporan Akhir, 2012. Khusus untuk daerah Kecamatan Medan Baru, titik-titik rawan bencana banjir dapat dilihat pada peta dibawah ini. Universitas Sumatera Utara Sumber : Inventarisasi Titik Rawan Bencana Kota Medan, Album Peta, 2012. Dalam pembuatan peta rawan bencana juga diperlukan dana yang cukup besar, seperti di tahun 2012 Badan Penanggulangan Bencana Daerah mengeluarkan dana kurang lebih sekitar Rp. 100.000.000. Pendanaan ini dilakukan secara bertahap sesuai dengan pemanfaatan dan perkembangan lajunya pembangunan khusunya dibidang kebencanaan Kota Medan tahun 2013. hasil wawancara dengan Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan, Ir. M. Syahdar DH pada tanggal 30 Januari 2013 Berdasarkan penelitian ini maka BPBD Kota Medan yang baru terbentuk kurang lebih satu tahun telah melaksanakan program pemetaan daerah rawan bencana. Dengan adanya peta daerah rawan bencana tersebut, maka masyarakat akan mengetahui bagaimana melakukan pengurangan resiko bencana bila terjadi. Gambar 5.2. Peta Rawan Banjir Kecamatan Medan Baru Universitas Sumatera Utara Sebagai contoh dengan adanya peta rawan bencana Kecamatan Medan Baru, maka masyarakat dapat mengetahui lingkungan-lingkungan yang terkena banjir di setiap kelurahan dan kecamatan tersebut, sehingga masyarakat dapat mengantisipasi bila ada gejala terjadinya banjir dan dapat mempersiapkan atau menjaga diri masing-masing. V.3. Peranan Badan Penanggulangan Bencana Daerah dalam Menyusun dan Menetapkan Prosedur Tetap Penanganan Bencana Agar memahami kegiatan dalam suatu pekerjaan dengan baik, setiap organisasi harus memiliki suatu acuan, instruksi ataupun prosedur kerja. Karena dengan adanya prosedur atau acuan ini para pelaksana lapangan, atasan, manajemen maupun masyarakat mendapatkan suatu kejelasan serta kemudahan transparansi dalam setiap prosedur pelayanan yang diberikan. Demikian juga dalam penanganan bencana diperlukan adanya suatu acuan dan pegangan. Hal ini diperlukan agar pekerjaan dan kegiatan yang dilakukan menjadi lebih terarah dan dapat diukur keefektivannya juga tingkat keefesienannya. Acuan dan pegangan inilah yang lebih dikenal dengan Standard Operating Procedure SOP. Standart Operasional Procedur adalah pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja instansi pemerintahan berdasarkan indikator-indikator teknis, administratif dan prosedural sesuai dengan tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada unit kerja yang bersangkutan. Universitas Sumatera Utara Ketiadaan acuan dalam pelaksanaan penanggulangan bencana dapat menimbulkan berbagai masalah dan kerumitan, karena para pihak yang terlibat dalam penanggulangan bencana menjadi tidak dapat berfungsi dan bekerja sama dengan baik. Masalah dan kerumitan yang mungkin muncul antara lain pihak BPBD dan pihak-pihak terkait yang bekerja sama dalam penanggulangan bencana banjir akan kesulitan dalam mengambil keputusan tentang langkah-langkah yang akan diambil dalam penanggulangan bencana banjir. Sehingga para pihak yang bekerja di lapangan juga akan lebih sulit dan lebih lamban dalam melaksanakan kegiatan yang diperlukan dalam penanggulangan banjir, tentu bantuan dan kegiatan yang akan dilakukan juga tidak akan terinventarisir dan disalurkan dengan baik bahkan besar kemungkinan akan ada yang tumpang tindih bahkan tidak tersentuh bantuan, dan pihak yang berwenang untuk menentukan langkah dan mengambil keputusan pun akan tidak mempunyai pedoman dalam pengambilan keputusan sehingga apabila ada suatu kesalahan atau kekeliruan tidak bisa dianalisis dimana kesalahan itu terjadi karena tidak memiliki alur pedoman yang jelas. Sedangkan fungsi dari Standart Operasional Prosedur adalah : 1. Untuk mendefinisikan semua konsep dan teknik yang penting serta persyaratan yang dibutuhkan, yang ada dalam setiap kegiatan yang dituangkan ke dalam suatu bentuk yang langsung dapat digunakan oleh karyawan dalam pelaksanaan kegiatan sehari-hari. 2. Menjelaskan secara detail setiap kegiatan dari proses yang dijalankan. 3. Adanya standarisasi kegiatan membantu dalam pengambilan keputusan. Universitas Sumatera Utara 4. Mengarahkan suatu pekerjaan dalam konsep yang jelas. Tujuan Standart Operasional Prosedur adalah menciptakan komitment mengenai apa yang dikerjakan oleh satuan unit kerja instansi pemerintahan untuk mewujudkan good governance. Standar operasional prosedur tidak saja bersifat internal tetapi juga eksternal, karena SOP selain digunakan untuk mengukur kinerja organisasi publik yang berkaitan dengan ketepatan program dan waktu, juga digunakan untuk menilai kinerja organisasi publik di mata masyarakat berupa responsivitas, responsibilitas, dan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Hasil kajian menunjukkan tidak semua satuan unit kerja instansi pemerintah memiliki SOP, karena itu seharusnyalah setiap satuan unit kerja pelayanan publik instansi pemerintah memiliki standar operasional prosedur sebagai acuan dalam bertindak, agar akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dapat dievaluasi dan terukur. BPBD sebagai sebuah lembaga pemerintah juga memerlukan sebuah SOP agar segala kegiatan yang menjadi tugas dan kewajibannya dapat berjalan dengan baik. Demikian juga halnya dengan BPBD Kota Medan memerlukan SOP dalam pelaksanaan kegiatannya. BPBD Kota Medan dibentuk sebagai amanat dari UU Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana dan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Penanggulangan Bencana dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah. Mengingat BPBD Kota Medan yang baru berdiri kurang lebih selama 2 tahun, maka belum dibuat suatu SOP khusus yang mengatur pelaksanaan tugas dan kewajibannya. Dan untuk mengatur tugas Universitas Sumatera Utara dan kewajiban BPBD Kota Medan, maka dikeluarkanlah Peraturan Walikota Medan Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Rincian Tugas Pokok Dan Fungsi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Medan. Unsur-unsur dan seksi-seksi yang dimiliki BPBD Kota Medan, tugas dan tanggung jawab setiap seksi secara jelas dan terperinci. Jadi, walaupun secara khusus BPBD Kota Medan belum mempunyai SOP, namun BPBD Kota Medan telah mempunyai seperangkat peraturan yang yang mengatur tugas dan tanggung jawabnya bila terjadi bencana, sehingga akan lebih mudah untuk diawasi dan dievaluasi. Penyusunan SOP BPBD Kota Medan telah dianggarkan pada tahun 2013 dan diharapkan pada tahun 2014 telah tersusun SOP BPBD Kota Medan sehingga BPBD Kota Medan dalam menjalankan tugasnya dapat lebih efektif dan efisien. Prosedur SOP penanggulangan bencana disusun dan ditetapkan sesuai dengan jenis kegiatan bencana dan daerah wilayah bencananya. SOP diperlukan untuk mempercepat proses penanggulangan bencana. Selain itu, dengan adanya SOP, segala kegiatan penanggulangan bencana yang dilakukan akan menjadi lebih efisien dan terukur tingkat keberhasilan dan kegawatannya. Dalam menetapkan SOP, setiap jenis bencana harus berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidangnya masing-masing. BPBD Kota Medan melakukan koordinasi ketika terdapat situasi potensi bencana dan BPBD menjadi komando dan pelaksananya. Selain itu, BPBD Kota Medan juga terus mengkoordinasikan prosedur-prosedur tetap dalam pelaksanaan penanggulangan bencana oleh instansi-instansi terkait seperti TNI, Polri, Basarnas, Tim TAGANA, Relawan bencana karang taruna serta unit lainnya agar kesiapan penanganan banjir Universitas Sumatera Utara menjadi maksimal. Dengan adanya prosedur penanganan yang tepat, maka akan memudahkan pengimplementasian penanggulangan bencana di Kota Medan. hasil wawancara dengan Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan, Ir. M. Syahdar DH pada tanggal 15 April 2013. Dengan adanya prosedur tanggap darurat yang tepat juga akan mengurangi resiko bencana yang mungkin terjadi. Informan juga menyatakan apabila terjadi banjir, BPBD Kota Medan langsung memberi komando kepada instansi-instansi lainnya agar segera memberi bantuan kepada korban bencana. hasil wawancara dengan pegawai kecamatan Medan Baru, Ibu Sion Br. Bangun pada tanggal 14 April 2013 V.4. Peranan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Dalam Menetapkan Standarisasi Serta Kebutuhan Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana Berdasarkan Perundang-Undangan. Standarisasi adalah suatu ukuran tertentu dalam pelaksanaan pemberian bantuan kepada korban bencana sesuai kejadian bencana yang meliputi pencegahan dan kesiapsiagaan, tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi, yang dususun dalam Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana No.18 Tahun 2009 tentang Standarisasi Logistik Penanggulangan Bencana. Ada tiga jenis bantuan yang diberikan menurut standarisasinya yaitu sebagai berikut: 1. Bantuan Logistik, seperti makanan yaitu beras, sambal saos, kecap manis, mie goreng, sardencis, mie instan, telur, roti dan gula. Universitas Sumatera Utara 2. Bantuan Sandang, seperti kain sarung, daster, seragam SD, handuk, selimut, kain panjang, kemeja laki-laki dan pembalut wanita. 3. Bantuan peralatan dapur, seperti teko alumunium, panci serba guna, tempat nasi, piring melamin, gelas, tikar lipat. Dalam Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana No.18 Tahun 2009 tentang Standarisasi Sumber Daya logistik Penanggulangan bencana, pemberian bantuan yang dilaksanakan oleh dinas terkait terhadap korban bencana sudah sesuai dengan standar yang dijelaskan dalam peraturan tersebut. Dalam hal kerja sama atau koordinasi BPBD Kota Medan tidak melakukan pertemuan dengan dinas-dinas pemerintah Kota Medan atau badan lainnya, tetapi BPBD Kota Medan menghimbau instansi pemerintah tersebut dengan menggunakan surat yang telah ditandatangani oleh Bapak Walikota Medan agar mereka melakukan tugas yang seharusnya mereka kerjakan dalam upaya pencegahan terjadinya bencana banjir di Kota Medan. Pada saat bencana maka bidang kedaruratan dan logistik BPBD Kota Medan bekerja sama dengan Dinas Sosial Kota Medan. Dimana dalam tugasnya Dinas sosial harus mendata kebutuhan-kebutuhan apa saja yang harus diberikan kepada korban bencana tergantung kebutuhan yang diperlukan. Dalam mendata korban banjir, BPBD Kota Medan bekerja sama dengan kelurahan dan kecamatan yang menjadi wilayah tempat lokasi kejadian banjir terjadi. Selain itu BPBD Kota Medan juga bekerja sama dengan pihak ketiga yaitu PMI, LSM TNIPOLRI dan beberapa yayasan dalam hal memberikan bantuan, baik bantuan tenaga dan Universitas Sumatera Utara logistik. hasil wawancara dengan Kepala Camat Medan Baru Mopul Bernad Susanto, AP, S.Sos Perlu diketahui pemberian bantuan logistik yang dilakukan oleh BPBD Kota Medan dengan Dinas Sosial Kota Medan adalah bantuan berupa kebutuhan pokok dari Kementrian Sosial Republik Indonesia lalu diturunkan ke Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara dan selanjutnya ke Pemerintahan Kota Medan. Agar bantuan pemenuhan dasar tersebut berdaya guna dan berhasil guna, perlu disusun suatu pedoman yang berisi tentang tata cara atau perencanaan sektoral yang ditunjukan untuk mencapai penanganan bencana alam yang dapat melindungi segenap masyarakat. Perencanaan sektoral dilakukan sebagai fungsi manajemen penanganan bencana yang telah melakukan evaluasi terhadap tingkatan ancaman yang terjadi, prinsip evakuasi pengungsian untuk perlindungan masyarakat sementara dan akan menata kembali kehidupan setelah pasca bencana. Perencanaan sektoral terdiri atas: 1. Sektor Manajemen dan koordinasi; Kegiatan yang diperkirakan akan dilakukan dalam rangka menangani bencana banjir di Kota Medan untuk sektor manajemen dan koordinasi adalah sebagaimana terlihat pada Tabel 5. 2. Dibawah ini. Universitas Sumatera Utara NO KEGIATAN PELAKU WAKTU 1 Mendirikan Posko dan Rencana Operasional Renop tanggap darurat BPBD Setelah adanya tanda-tanda bencana 2 Aktivitas Manajemen dan Koordinasi BPBD, TNI, POLRI, POL PP, Dinas Kesehatan, Dinas Infokom, Dinas Perkim,Dinas Sosial dan ketenagakerjaan Jika terjadi tanda-tanda bencana 3 Mengkoordinasikan kegiatan sektoral BPBD, TNI, POLRI, Satpol PP, Dinas Kesehatan,Dinas Infokom, Dinas Perkim,Dinas Sosial Ketenagakerjaan Setiap hari 4 Membuat laporan menyeluruh penanganan bencana BPBD, TNI, POLRI, Satpol PP, Dinas Kesehatan,Dinas Infokom,Dinas Perkim,Dinas Sosial Setiap hari Tabel 5. 2. Kegiatan Penanganan Banjir Sektor Manajemen Koordinasi Universitas Sumatera Utara Ketenagakerjaan 5 Memberikan arahan kelaksanaan Walikota, SEKDA, Asisten,BPBD,TNI,POLRI, POL PP,Dinas Kesehatan, Dinas Infokom,Dinas Perkim, Dinas Sosial Ketenagakerjaan Setiap hari 6 Menerima dan menyampaikan BPBD, TNI, POLRI, POL PP, Dinas Kesehatan, Dinas Infokom, Dinas Perkim, Dinas Sosial Ketenagakerjaan Setiap saat Sumber : Laporan Akhir, Rencana Kontijensi Bencana Banjir di Kota Medan, 2012. Sebagai upaya untuk lebih mendekati kesiapan serta kesiagapan penanganan tanggap darurat banjir, maka diperkirakan dan diproyeksikan kebutuhan-kebutuhan disaat kejadian dengan menggunakan sumber daya yang ada diharapkan juga pemenuhannya dari berbagai pihak yang terkait. Proyeksi kebutuhan, ketersediaan dan kesenjangan di sektor manajemen dan koordinasi dapat dilihat pada Lampiran- 01. 2. Sektor Kesehatan; Universitas Sumatera Utara Kegiatan yang diperkirakan dapat dilakukan dalam rangka menangani bencana banjir di Kota Medan untuk sektor kesehatan adalah sebagaimana terlihat pada Tabel 5. 3. di bawah ini. NO KEGIATAN PELAKSANA WAKTU 1 Menyiapkan dan mengaktifkan Tim Kesehatan a.Tim reaksi cepat pelayanan kesehatan b.Tim penilaian cepat kesehatan Dinas Kesehatan, RSUD, PM I, RSUP, Adam Malik Hari pertama kejadian 2 Menyiapkan dan mendistribusikan paket obat, bahan habis pakai dan alat kesehatan Dinas Kesehatan, RSUD, RSUP Adam Malik Hari pertama Kejadian 3 Membentuk pos kesehatan Dinas Kesehatan, RSUD, RSUP, Adam Malik Hari kedua dan ketiga 4 Mengaktifkan puskesmas dan pos pelayanan Dinas Kesehatan, RSUD, RSUP, Adam Hari pertama kejadian Tabel 5. 3. Kegiatan Penanganan Banjir Sektor Kesehatan Universitas Sumatera Utara kesehatan barak selama 24 jam Malik 5 Menyiapkan ambulance Dinas Kesehatan, RSUD, RSUP Adam Malik Hari pertama kejadian 6 Menyiapkan Rumah Sakit lapangan Dinas Kesehatan, RSUD, RSUP Adam Malik Hari pertama kejadian 7 Pelayanan rujukan Dinas Kesehatan, RSUD Hari pertama Kejadian Sumber : Laporan Akhir, Rencana Kontijensi Bencana Banjir di Kota Medan, 2012. Proyeksi kebutuhan, ketersediaan dan kesenjangan di sektor kesehatan dapat dilihat pada Lampiran -02. 3. Sektor Sarana dan Prasarana; Kegiatan yang diperkirakan akan dilakukan dalam rangka menangani bencana banjir di Kota Medan untuk sektor sarana dan prasarana adalah sebagaimana terlihat pada Tabel 5. 4. dibawah ini. Universitas Sumatera Utara NO KEGIATAN PELAKSANA WAKTU 1 Menyiapkan armada transport evakuasi untuk kebutuhan pengusi Dinas Perhubungan, TNI, Polri, Kesbang Linmas, Satpol PP, Dinas Sosial dan ketenagakerjaan Saat bencana 2 Staffing personil dan pengarahan BPBD Setiap waktu 3 Persiapan BBM, Oli, suku cadang Dinas Perhubungan, TNI, Polri, Kesbang Linmas, Satpol PP, Dinas Sosial dan ketenagakerjaan Setiap waktu 4 Penyediaan sarana prasarana pendukung tempat pengungsian, pos kesehatan dan dapur umum Dinas Perhubungan, TNI, Polri, Kesbang Linmas, Satpol PP, Dinas Sosial dan ketenagakerjaan, Dinas kesehatan, TNI, PLN, PDAM, Saat bencana Tabel 5. 4. Kegiatan Penanganan Banjir Sektor Sarana dan Prasarana Universitas Sumatera Utara SAR, PMI 5 Pemulihan fungsi sarana prasarana umum Dinas Bina Marga, Satpol PP, Dinas sosial ketenagakerjaan, Dinas kesehatan, kesbang Linmas, PLN, PDAM,Dishub Sesaat terjadi bencana, tanggap darurat 6 Rehabilitasi Sarana Prasarana -Transportasi -Kesehatan -Gedung pemerintahansekolah Dinas Bina Marga, Dinas Kesehatan, Dinas Pertamanan, Dinas Kebersihan, Satpol PP, dan Kesbang Linmas Pasca bencan Sumber : Laporan Akhir, Rencana Kontijensi Bencana Banjir di Kota Medan, 2012. Proyeksi kebutuhan, ketersediaan dan kesenjangan di sektor sarana prasarana dapat dilihat pada Lampiran-03. 4. Sektor Logistik; Kegiatan dapur umum bertugas untuk melayani para petugas pertolongan kedaruratan dalam bencana banjir terdiri dari: BPBD, Dinas Universitas Sumatera Utara Sosial ketenagakerjaan, TNI, Dinas kesehatan, sektor terkait, relawan dan korban bencana banjir selama 10 hari sesuai kebutuhan. Adapun kegiatan-kegiatan yang diperkirakan akan dilakukan dalam rangka tanggap darurat banjir di Kota Medan pada sektor logistik adalah sebagaimana terlihat pada Tabel 5. 5. berikut ini: NO KEGIATAN PENANGGUNG JAWAB WAKTU 1 Dapur umum Dinas Sosial ketenagakerjaan Sesaat setelah terjadi bencana selama 10 hari 2 Menghimpun barangmobilisasi barang Dinas Sosial ketenagakerjaan, TNI, Kesbang Linmas, satpol PP, Dinas kesehatan Tanggap darurat, selama 10 hari 3 Menyortir dan memeriksa jenis bantuan Dinas Sosial ketenagakerjaan, kesbang Linmas, Satpol PP, Dinas kesehatan Tanggap darurat selama 10 hari 4 Distribusi bantuan Dinas Sosial dan ketenagakerjaan, SAR, Tanggap darurat selama 10 hari Tabel 5. 5. Kegiatan Penanganan Banjir di Kota Medan Sektor Logistik Universitas Sumatera Utara PMI, Satpol PP, Dishub, Dinas Perkim 5 Administrasi bantuan Dinas Sosial ketenagakerjaan, BPBD Tanggap darurat selama 10 hari 6 KBM di lokasi pengungsian Dinas Pendidikan Selama tanggap darurat 7 Pergudangan Dinas Sosial Ketenagakerjaan, BPBD, Dinas Perkim Sebelum bencana Sumber : Laporan Akhir, Rencana Kontijensi Bencana Banjir di Kota Medan, 2012. Proyeksi kebutuhan, ketersediaan dan kesenjanngan di sektor logistik dapat dilihat pada Lampiran-04.

V.5. Kendala Yang Dihadapi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Dalam Penanggulangan Bencana Banjir