BAB II GAMBARAN UMUM KERATON CIREBON
2.1 Letak Keraton Cirebon
Kota Cirebon secara administrative termasuk wilayah Daerah Tingkat I Jawa Barat. Kota Cirebon berada dibagian timur Jawa Barat, tepatnya dekat pantai laut Jawa. Kota
Cirebon secara geografis terletak pada lintang 108º35’ Bujur Timur dan 90º30’ Lintang Selatan.
Menurut naskah Carita Purwaka Caruban Nagari yang disusun oleh pangeran Arya Carbon pada tahun 1720 Masehi,istilah Cirebon asalnya dari kata Caruban kemudian
Carbon dan akhirnya Cirebon. Pada mulanya Cirebon hanya berupa tempat pemukiman beberapa keluarga dan dikenal dengan nama Tegar Alang-alang sekarang dengan Lemah
Wungkuk. Lama-kelamaan daerah ini didatangi oleh beberapa suku bangsa sehingga disebutlah Caruban yang artinya Campuran yaitu percampuran suku bangsa. Selanjutnya
di Cirebon didirikan sebuah bangunan baru berupa istana yang diberi nama Keraton. Dengan dibangunnya Keraton pada tahun 1452 Masehi ini menandakan bahwa Cirebon
sudah mulai berfungsi sebagai pusat pemerintahan lokal. Keraton Cirebon yang tertua disebut dengan keraton Kasepuhan. Sebuah keraton
yang sekaligus juga menyimpan sejarah cikal bakal kemaritiman negara kita. Keraton Kasepuhan terletak di pusat kota tepatnya tiga kilometer dari stasiun kereta api atau
sekitar sepuluh menit dengan naik kendaraan umum.
Keraton Kasepuhan menghadap ke utara dengan alun-alun berbentuk lapangan persegi dan dikelilingi jalan. Keraton ini dahulu biasa digunakan sebagai tempat
berkumpulnya masyarakat yang berhubungan dengan acara kesultanan.
2.2 Fungsi dan Makna Keraton
Keraton berasal dari bahasa jawa kuno dengan kata dasar ratu yang berarti raja yang mendapat awalan ke dan akhiran an menunjukkan keterangan tempat, yaitu tempat
bersemayam raja. Keraton merupakan kumpulan bangunan yang sekaligus sebagai tempat
tinggal raja dan keluarganya. Keraton biasanya dijadikan sebagai pusat dari segala kegiatan politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Demikian pula para pejabat tinggi
kerajaan, bangsawan, dan keluarga raja juga bertempat tinggal di sekitar keraton. Karena hampir semua kegiatan terpusat di sekitar keraton, maka tempat kediaman raja
berkembang menjadi kota. Keraton Kasepuhan yang didirikan di atas tanah seluas 25 hektar, sekarang
terlihat menyerupai pura kuno ditengah bangunan-bangunan modern yang ada di sekitarnya. Kraton Kasepuhan dibangun pada tahun 1529 oleh Sunan Gunung Jati
Syarif Hidayatullah dengan perpaduan unsur kebudayaan Islam dan Hindu. Masing- masing bangunan keraton mempunyai makna dan fungsi, misalnya bangunan Mande
Semar Tinandu yang bertiang dua, yang melambangkan dua kalimat syahadat, digunakan untuk penasehat Sultan. Sedangkan Mande Malang Semirang, di tengahnya
terdapat enam tiang berukir, yang melambangkan Rukun Iman. Bangunan ini juga dikelilingi oleh 20 tiang, yang melambangkan 20 sifat Tuhan. Tempat ini dikhususkan
untuk sang Raja saat melihat acara di alun-alun. Kemudian Pandawa Lima, yang
bertiang lima melambangkan Rukun Islam, digunakan sebagai tempat pengawal raja. Dalam bangunan keempat ini, Mande Karesmen, dikhususkan untuk kesenian dan
digunakan hanya untuk membunyikan gamelan Sekaten setiap tanggal 1 Syawal dan 10 Dzulhijah setelah Sholat Ied. Bangunan kelima disebut sebagai Mande Pengiring, tempat
bagi para prajurit pengiring raja sekaligus tempat hakim menyidangkan terdakwa yang dituntut hukuman mati.
Keraton Kasepuhan dilengkapi pula oleh sebuah mushola bernama Langgar Agung yang dibangun pada 1529. Langgar Agung merupakan tempat penyelenggaraan
upacara sakral, seperti Upacara Panjang Jimat. Disini pula benda-benda pusaka keraton disucikan.
3.3 Kegiatan di Keraton Upacara Panjang Jimat merupakan satu di antara upacara adat keagamaan yang