Busana Pengantin Wanita BUSANA ADAT PENGANTIN KERATON CIREBON

BAB III BUSANA ADAT PENGANTIN KERATON CIREBON

Pada tahun 1985, Walikota Kodya Cirebon meresmikan pembakuan busana pengantin Cirebon, yang bersumber pada pengantin Keraton Cirebon. Pengantin Keraton Cirebon itu sendiri terdiri atas dua macam, yaitu pengantin kebesaran yang berasal dari Keraton Kanoman dan pengantin Kepangeranan yang berasal dari Keraton Kasepuhan.

3.1 Busana Pengantin Wanita

Untuk menutupi tubuh pengantin wanita bagian atas, pakaian yang digunakan berupa kemben hijau yang berhiaskan manik-manik warna keemasan. kemudian untuk menutupi tubuh bagian bawah digunakan kain berlancar dan dodot Cirebonan dengan warna dasar violet muda yang diberi motif dengan bentuk besar-besar di setiap pojoknya. Selanjutnya, untuk menutup daerah pangkal leher sampai dada digunakan tratean, yakni kain berbentuk melingkar yang berfungsi menutup dada bagian atas, bahu, dan belikat. Bahan, warna, dan motif pada tratean sama dengan bahan, warna, dan motif pada kemben. Dengan demikian, kemben menutupi badan mulai dari bawah ketiak sampai ke atas pinggul, sedangkan tratean menutupi bagian atasnya, kemudian pada bagian kepala pengantin wanita yang sudah memakai sanggul dikenakan pula mahkota suri yang dilengkapi dengan hiasan permata jarot asem. Kemudian, di pelipis kiri dan kanan digantungi untaian bunga yang setiap ujungnya dibiarkan terjuntai di dada. Benda-benda lain yang dikenakan sebagai perhiasan ialah: giwang yang dikenakan pada telinga kiri dan kanan; kalung tiga susun yang seolah-olah tertempel pada tratean untuk menghiasi leher dan dada; kelat bahu berbentuk naga kelat bahu naga yang dikenakan pada lengan bagian atas dekat bahu; gelang kono yang dipakai dikedua pergelangan tangan; cincin yang dikenakan pada jari manis di kedua tangan; dan pending emas atau yang terbuat dari logam lain yang disepuh warna keemasan yang dipakai di pinggang. Yang terakhir dari bagian busana pengantin wanita Cirebon ialah selop yang digunakan sebagai alas kaki. Selop itu berwarna hijau dan berhiaskan manik-manik. Warna dan motif pada selop tidak berbeda dari warna dan motif pada kemben dan tratean. Busana pengantin wanita Cirebon yang telah diuraikan di atas memiliki simbol, makna, dan fungsi sebagai berikut: a . Warna Warna yang dipakai pada busana dan tata rias pengantin wanita keraton Cirebon didominasi oleh warna hijau dan kuning. Warna kuning terdapat pada bagian tubuh berikut benda yang digunakan pengantin wanita yaitu bedak sebagai pemoles wajah, sulaman-sulaman sebagai penghias busana, dan pada perhiasan yang berupa giwang, kalung, gelang, kelat bahu, dan cincin. Adapun warna hijau terdapat pada kemben, tratean, dan selop. Tentu saja penggunaan kedua warna tersebut memiliki arti tersendiri, dan mencerminkan nilai budaya Islam. Warna hijau merupakan manifestasi dari kata Rahman, yaitu salah satu sifat Allah yang berarti Maha Pengasih. Begitu pula dengan warna kuning yang merupakan manifestasi dari kata Rahim, yaitu sifat Allah yang memiliki arti Maha Penyayang. Dengan demikian, warna hijau dan kuning adalah manifestasi dari bacaan Bismillah yang senantiasa diucapkan umat Islam bila akan memulai sesuatu perbuatan atau pekerjaan yang baik. Fungsinya untuk mengingatkan kepada pengantin agar di dalam memasuki gerbang perkawinan haruslah dimulai dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Artinya, pernikahannya itu semata-mata demi Allah, jadi, dalam kerangka ibadah kepada Allah dan hanya untuk mengharapkan keridoan Allah. b . Mahkota Suri Mahkota suri yang dipakai oleh mempelai wanita memiliki simbol bahwa mempelai wanita itu diindentifikasikan sebagai ratu. Maknanya adalah adanya harapan agar pengantin wanita dapat memiliki keluhuran budi di dalam kehidupannya. Dalam kehidupan keseharian mahkota tidak pernah dipakai kecuali oleh seorang ratu pada masa lalu, akan tetapi pada hari perkawinan justru dipakai. c . Tratean Tratean sebagai busana pengantin mencerminkan simbol kesucian hati. Tratean itu sendiri berasal dari teratai sejenis tumbuhan air yang berbunga indah. Walaupun tumbuhnya di dalam lumpur, tetapi pada saat berbunga, di bunganya tidak ada lumpur sedikit pun, begitu bersihnya sehingga menawan setiap orang yang melihatnya. Adapun fungsinya jelas untuk memperindah penampilan pengantin wanita. d . Kelat Bahu Naga Kelat bahu naga selain berfungsi estetis juga memiliki fungsi simbolis. Kelat bahu naga ini bukanlah perhiasan yang biasa dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Kelat bahu naga disimbolkan sebagai kesiapan fisik dan mental. e . Gelang Kono Gelang kono juga bukanlah perhiasan yang biasa dipakai dalam kehidupan sehari- hari. Adapun simbol yang melekat pada gelang kono ialah kebulatan yang mengandung makna bahwa pengantin wanita telah siap memasuki gerbang perkawinan dengan penuh kebulatan hati. f . Cincin Cincin yang dipakai di jari manis pada kedua tangan berfungi sebagai perhiasan yang memperindah bentuk jari si mempelai wanita. g . Selop Selop yang dipakai mempelai wanita memiliki fungsi praktis dan estetis. Praktis karena mudah dikenakan dan tetap nyaman walaupun dipakai seharian sedangkan fungsi estetisnya ialah memperindah bentuk kaki. Adapun simbol dan makna yang tercantum pada selop ialah terletak pada warnanya yang hijau dan bersulam benang emas. h . Kemben Pengantin wanita keraton Cirebon menggunakan kemben sebagai busana bagian atas. Pemakaian itu mengandung fungsi praktis, estetis, sekaligus religius. Fungsi praktisnya terlihat pada kerapihan yang melekat pada pengantin wanita sedangkan fungsi estetisnya telihat pada penampilan pengantin wanita yang tampak semakin cantik. Adapun fungsi religiusnya terletak pada warna kemben, yaitu warna hijau. i . Dodot Dodot merupakan busana pengantin bagian bawah yang berupa kain batik berlancar Cirebonan. Motifnya harus motif Cirebonan selain untuk mempercantik penampilan pengantin wanita juga untuk menunjukkan dari keluarga keraton. j . Bokor Tengkureb Bentuk bokor tengkureb mempunyai fungsi estetis yang serasi dengan mahkota suri. Adapun bunga melati yang digunakan untuk menutupi sanggul berfungsi memperindah dan memperharum juga sebagai lambang kesucian.

3.2 Busana Pengantin Pria