Pengukuran Risiko Karies Dengan Menggunakan Kariogram Pada Siswa SMP Kalam Kudus Medan

(1)

ANALISIS RISIKO KARIES DENGAN MENGGUNAKAN

KARIOGRAM PADA SISWA SMP

KALAM KUDUS MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

PEITER GOZALI

NIM: 070600160

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan

dihadapan tim penguji skripsi

Medan, 23 Juni 2011

Pembimbing

Tanda tangan

Prof. Sondang Pintauli, drg., Ph.D

………


(3)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji

pada tanggal 23 Juni 2011

TIM PENGUJI

KETUA :

Prof. Lina Natamiharja, drg., SKM

ANGGOTA : 1. Rika Mayasari Alamsyah, drg., M.Kes 2. Prof. Sondang Pintauli, drg., Ph.D


(4)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/

Kesehatan Gigi Masyarakat

Tahun 2011

Peiter Gozali

Pengukuran risiko karies dengan menggunakan kariogram pada siswa SMP

Kalam Kudus Medan

x + 36 halaman

Risiko karies merupakan peluang seseorang untuk mempunyai beberapa lesi

karies selama kurun waktu tertentu. Risiko karies pada setiap orang tidak sama dan

tidak tetap seumur hidup oleh karena hal ini dapat berubah apabila pasien melakukan

tindakan pencegahan baik oleh dirinya sendiri maupun dokter gigi. Pengukuran risiko

karies diperlukan agar dapat melakukan tindakan pencegahan yang ditujukan

langsung kepada orang yang mempunyai risiko tinggi terhadap karies.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat persentase risiko karies

pada siswa SMP Kalam Kudus Medan. Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif.

Sampel dipilih secara purposive sampling, yaitu pada siswa kelas 1 dan 2 sebanyak

72 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner

sedangkan pemeriksaan pengalaman karies (DMFT), skor plak, sekresi saliva dan

kapasitas buffer dilakukan menggunakan sonde, kaca mulut, disclosing solution, dan

saliva buffer kit.


(5)

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata skor pengalaman karies pada

responden siswa SMP Kalam Kudus rendah dengan skor 1,65 ± 1,61 yang

dikelompokkan dalam kariogram sebagai skor 1. Sebanyak 36,1% responden sangat

sering mengonsumsi jajanan dengan kandungan karbohidrat sedang menyebabkan

karies seperti bakso, gorengan, dan kerupuk yang dikelompokkan dalam kariogram

sebagai skor 1. Hampir keseluruhan responden mengonsumsi makanan dengan

frekuensi maksimal tiga kali dalam satu hari dengan persentase 91,6% yang

dikelompokkan dalam kariogram sebagai skor 0. Sebanyak 34,7% responden

mempunyai oral higiene yang baik, yaitu (PI = 0,4-1,0) yang dikelompokkan dalam

kariogram sebagai skor 1. Dalam penggunaan program fluor, keseluruhan responden

menyatakan menggunakan pasta gigi yang mengandung fluoride. Hanya 4,2%

responden yang menggunakan pasta gigi yang mengandung fluoride dan juga rutin

berkumur dengan larutan fluor yang dikelompokkan dalam kariogram sebagai skor 2.

Sebanyak 41,7% responden mempunyai skor rata-rata sekresi saliva 0,5-0,9 ml/menit

yang dikelompokkan dalam kariogram sebagai skor 2. Keseluruhan responden

mempunyai kapasitas buffer dengan pH normal, yaitu pH

≥ 6,0 yang dikelompokkan

dalam kariogram sebagai skor 0.

Dengan memadukan ketujuh parameter yang sudah diberi nilai, hasil

pengukuran risiko karies dengan menggunakan kariogram pada responden siswa

SMP Kalam Kudus menunjukkan sebanyak 58,33% memiliki tingkat risiko karies

sedang, dan 36,11% responden memiliki tingkat risiko karies rendah. Hanya 5,55%

responden yang memiliki tingkat risiko karies tinggi. Namun demikian, siswa SMP

Kalam Kudus Medan diharapkan mengupayakan dalam menjaga pola makan dengan


(6)

mengonsumsi jajanan dengan kandungan karbohidrat rendah dengan frekuensi

maksimal 3 kali sehari dan penggunaan program fluor yang rutin untuk mengurangi

faktor risiko karies.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan,

pengarahan, saran-saran, dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala

kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis menyampaikan rasa terima

kasih kepada:

1. Prof. Nazruddin, drg., sp. Ort., Ph.D selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Sondang Pintauli, drg., Ph.D selaku Ketua Departemen dan juga

sebagai dosen pembimbing yang telah begitu banyak meluangkan waktu, tenaga, dan

pikiran untuk membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan

baik.

3. Prof. Lina Natamiharja, drg., SKM sebagai dosen penguji dan juga

sebagai penasehat akademik yang telah membimbing dan memberi petunjuk kepada

penulis selama masa pendidikan.

4. Rika Mayasari Alamsyah, drg., M. Kes sebagai dosen penguji yang telah

memberikan saran agar skripsi ini menjadi lebih baik.

5. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Gigi di Departemen Ilmu

Kedokteran Gigi Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi


(8)

Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membimbing penulis selama

menuntut ilmu di masa pendidikan.

6. Prof. Dr. Sutomo Kasiman, Sp.PD., Sp.JP(K) selaku ketua komisi etik

penelitian bidang kesehatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan

persetujuan pelaksanaan penelitian ini.

7. Lasmaida, SH selaku Kepala Sekolah di SMP Kalam Kudus Medan yang

telah memberikan izin kepada penulis sehingga penelitian ini dapat diselesaikan

dengan baik.

Rasa terima kasih yang tidak terhingga penulis sampaikan kepada ayahanda

Oei Tiong Kwan dan ibunda Hanifah, SE yang selalu memberikan dorongan, baik

moril maupun materil serta doanya kepada penulis.

Penulis juga tidak lupa menyampaikan terima kasih kepada Chandra Susanto,

Theresia, Andrew Armand, Tyson Majin, Cathrine, Robert, Ulipe, Fransisca Wihary,

serta teman-teman seangkatan yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas

semangat dan dukungan yang diberikan kepada penulis selama melakukan penelitian.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan

sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, perkembangan penelitian dan ilmu

pengetahuan.

Medan, 23 Juni 2011

Penulis,


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... l

HALAMAN PERSETUJUAN ... l

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... l

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Risiko Karies ... 4

2.2 Pengukuran Risiko Karies ... 9

2.3 Klasifikasi Kariogram ... 11

2.4 Cara Penggunaan Kariogram ... 12

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ... 20

3.2 Populasi Penelitian ... 20

3.3 Sampel Penelitian ... 20

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 21

3.5 Waktu dan Lokasi Penelitian ... 24

3.6 Pengolahan Data ... 24


(10)

BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Responden ... 25

4.2 Pengalaman Karies... 25

4.3 Pola Makan ... 26

4.4 Skor Plak ... 27

4.5 Penggunaan fluor

...

27

4.6 Sekresi dan Buffer Saliva

...

28

4.7 Analisis Risiko Karies dengan menggunakan Kariogram

...

28

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Pengalaman Karies(DMFT) ... 30

5.2 Pola Makan dan Kesehatan Rongga Mulut ... 30

5.3 Saliva ... 31

5.4 Analisis risiko karies ... 31

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 33

6.2 Saran... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 35

LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin... 25

2. Rata-rata DMFT responden siswa SMP Kalam Kudus berdasarkan

jenis kelamin

...

25

3. Persentase kategori kandungan jajanan responden siswa SMP Kalam

Kudus

...

26

4. Persentase kategori frekuensi jajan responden siswa SMP Kalam

Kudus

...

26

5. Persentase kategori indeks plak responden siswa SMP Kalam Kudus ... 27

6. Persentase kategori penggunaan fluor responden siswa SMP Kalam

Kudus

...

27

7. Persentase kategori sekresi saliva responden siswa SMP Kalam Kudus .. 28

8. Persentase kategori kapasitas buffer responden siswa SMP Kalam

Kudus

...

28

9. Analisis pengukuran risiko karies pada responden siswa SMP Kalam


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. Diagram lingkaran kariogram ... 12

2. Ikon fungsi pada kariogram ... 13

3. Cara mendaftar pasien ... 14

4. Pengisian data siswa pada kariogram ... 14

5. Data yang telah diisi ... 15

6. Sektor warna pada kariogram ... 15

7. Pilihan risiko karies pada Negara/daerah ... 16

8. Pilihan risiko karies pada kelompok ... 16

9. Hasil dari pemberian skor pada 7 parameter ... 17

10. Rekomendasi secara umum pada kariogram ... 18

11. Interpretasi awal dan tindakan yang diusulkan ... 18


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Kuesioner.

2. Surat keterangan izin penelitian.


(14)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/

Kesehatan Gigi Masyarakat

Tahun 2011

Peiter Gozali

Pengukuran risiko karies dengan menggunakan kariogram pada siswa SMP

Kalam Kudus Medan

x + 36 halaman

Risiko karies merupakan peluang seseorang untuk mempunyai beberapa lesi

karies selama kurun waktu tertentu. Risiko karies pada setiap orang tidak sama dan

tidak tetap seumur hidup oleh karena hal ini dapat berubah apabila pasien melakukan

tindakan pencegahan baik oleh dirinya sendiri maupun dokter gigi. Pengukuran risiko

karies diperlukan agar dapat melakukan tindakan pencegahan yang ditujukan

langsung kepada orang yang mempunyai risiko tinggi terhadap karies.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat persentase risiko karies

pada siswa SMP Kalam Kudus Medan. Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif.

Sampel dipilih secara purposive sampling, yaitu pada siswa kelas 1 dan 2 sebanyak

72 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner

sedangkan pemeriksaan pengalaman karies (DMFT), skor plak, sekresi saliva dan

kapasitas buffer dilakukan menggunakan sonde, kaca mulut, disclosing solution, dan

saliva buffer kit.


(15)

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata skor pengalaman karies pada

responden siswa SMP Kalam Kudus rendah dengan skor 1,65 ± 1,61 yang

dikelompokkan dalam kariogram sebagai skor 1. Sebanyak 36,1% responden sangat

sering mengonsumsi jajanan dengan kandungan karbohidrat sedang menyebabkan

karies seperti bakso, gorengan, dan kerupuk yang dikelompokkan dalam kariogram

sebagai skor 1. Hampir keseluruhan responden mengonsumsi makanan dengan

frekuensi maksimal tiga kali dalam satu hari dengan persentase 91,6% yang

dikelompokkan dalam kariogram sebagai skor 0. Sebanyak 34,7% responden

mempunyai oral higiene yang baik, yaitu (PI = 0,4-1,0) yang dikelompokkan dalam

kariogram sebagai skor 1. Dalam penggunaan program fluor, keseluruhan responden

menyatakan menggunakan pasta gigi yang mengandung fluoride. Hanya 4,2%

responden yang menggunakan pasta gigi yang mengandung fluoride dan juga rutin

berkumur dengan larutan fluor yang dikelompokkan dalam kariogram sebagai skor 2.

Sebanyak 41,7% responden mempunyai skor rata-rata sekresi saliva 0,5-0,9 ml/menit

yang dikelompokkan dalam kariogram sebagai skor 2. Keseluruhan responden

mempunyai kapasitas buffer dengan pH normal, yaitu pH

≥ 6,0 yang dikelompokkan

dalam kariogram sebagai skor 0.

Dengan memadukan ketujuh parameter yang sudah diberi nilai, hasil

pengukuran risiko karies dengan menggunakan kariogram pada responden siswa

SMP Kalam Kudus menunjukkan sebanyak 58,33% memiliki tingkat risiko karies

sedang, dan 36,11% responden memiliki tingkat risiko karies rendah. Hanya 5,55%

responden yang memiliki tingkat risiko karies tinggi. Namun demikian, siswa SMP

Kalam Kudus Medan diharapkan mengupayakan dalam menjaga pola makan dengan


(16)

mengonsumsi jajanan dengan kandungan karbohidrat rendah dengan frekuensi

maksimal 3 kali sehari dan penggunaan program fluor yang rutin untuk mengurangi

faktor risiko karies.


(17)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karies merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi, yaitu email, dentin, dan sementum yang disebabkan oleh aktivitas jasad renik yang ada dalam suatu karbohidrat yang diragikan.1 Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi pada jaringan keras gigi, diikuti dengan kerusakan pada jaringan pulpa serta penyebaran infeksi ke jaringan periapikal.2

Prevalensi karies gigi pada siswa sekolah telah mengalami penurunan selama beberapa tahun di banyak negara.3 Hal ini dapat dilihat dari hasil pengukuran indeks karies yang lebih kecil di negara–negara maju. Namun studi epidemologi yang ada menunjukkan bahwa distribusi karies gigi tidak sama di setiap negara; di negara berkembang seperti Indonesia, indeks karies cenderung meningkat sebagai akibat kurangnya pemeliharaan gigi.3

Prevalensi karies di Indonesia menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2004) mencapai 90,05%. Menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007, prevalensi karies pada usia lebih dari 12 tahun di Indonesia mencapai 46,5%.4 Hal ini menunjukkan mayoritas siswa sekolah di Indonesia mengalami masalah karies.3

Tingginya karies di Indonesia masih belum mendapatkan penanganan yang signifikan.5 Beberapa upaya telah dilakukan untuk mengurangi prevalensi karies gigi, di antaranya dengan melakukan pengukuran risiko karies. Risiko karies adalah peluang seseorang untuk mempunyai beberapa lesi karies selama kurun waktu tertentu. Pengukuran risiko karies dilakukan agar tindakan pencegahan dapat ditujukan langsung kepada orang yang mempunyai risiko tinggi terhadap karies.2

Dewasa ini, telah dikembangkan teknik pengukuran risiko karies dengan menggunakan kariogram yang diperkenalkan oleh Dr. Bratthal. Kariogram adalah sebuah program perangkat lunak pada komputer yang bertujuan untuk menunjukkan latar belakang multi-faktorial karies gigi dengan menggambarkan interaksi yang berhubungan dengan sepuluh faktor penyebab karies.6 Pengukuran risiko karies dengan kariogram ini dilakukan dengan cara mengisi dan memberi skor pada kotak yang tersedia pada sepuluh parameter, yaitu pengalaman karies, penyakit yang berpengaruh, kandungan makanan, frekuensi makan, banyaknya plak, jumlah streptokokus mutans, sekresi saliva, kapasitas buffer, program fluor, dan penilaian klinik.2

Pengukuran risiko karies pada siswa SMP perlu dilakukan karena usia siswa SMP merupakan akhir masa gigi desidui dan telah memasuki masa gigi permanen seluruhnya.


(18)

Oleh karena itu, perlu ditekankan pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut agar dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam menurunkan risiko karies.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana tingkat risiko karies pada siswa sekolah di Sekolah Menengah Pertama Kalam Kudus Medan?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan Umum :

Untuk mengetahui tingkat persentase risiko karies pada siswa sekolah di Sekolah Menengah Pertama Kalam Kudus.

Tujuan Khusus :

1. Untuk mengetahui rata-rata pengalaman karies (DMF-T).

2. Untuk mengetahui persentase kategori kandungan jajanan yang dikonsumsi. 3. Untuk mengetahui persentase kategori frekuensi jajan perhari.

4. Untuk mengetahui persentase kategori skor plak.

5. Untuk mengetahui persentase kategori penggunaan program fluor. 6. Untuk mengetahui persentase kategori sekresi saliva dalam 1 menit. 7. Untuk mengetahui persentase kategori kapasitas buffer berdasarkan pH.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan masukan kepada orang tua dan pihak sekolah untuk mengontrol kandungan dan frekuensi jajan siswa.

2. Sebagai bahan masukan kepada orang tua dan pihak sekolah untuk memotivasi anak dalam menjaga kebersihan rongga mulut.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses demineralisasi yang progresif pada jaringan keras permukaan gigi oleh asam organis yang berasal dari makanan yang mengandung gula. Karies gigi merupakan penyakit yang paling banyak dijumpai di rongga mulut bersama-sama dengan penyakit periodontal, sehingga merupakan masalah utama kesehatan gigi dan mulut.7

Karies gigi memiliki etiologi multifaktorial, yaitu adanya beberapa faktor utama yang saling mempengaruhi yaitu faktor tuan rumah (gigi dan saliva), faktor agen (mikroorganisme), dan faktor lingkungan yaitu substrat (diet). Selain ketiga faktor ini terdapat faktor waktu yang juga mempengaruhi terjadinya karies.3,8,9 Untuk terjadinya karies diperlukan tuan rumah yang rentan, mikroorganisme yang kariogenik, substrat yang sesuai, dan waktu yang lama.8,9

2.1 Risiko Karies

Risiko karies merupakan risiko terjadinya sebuah lesi karies pada seseorang. Peningkatan risiko karies merupakan hasil dari beberapa faktor penyebab karies yang sesuai ataupun mekanisme pertahanan yang tidak cukup sehingga mengarah kepada perbedaan prevalensi karies.10 Berdasarkan definisinya, risiko ditujukan untuk mengukur terjadinya karies pada masa yang akan datang. Hal ini, mungkin dilakukan karena yang diukur hanya gejala awal saat karies muncul atau manifestasi yang telah timbul selama pengukuran. Menurut Hausen et al. (1994), risiko karies adalah peluang seseorang untuk mempunyai beberapa lesi karies selama kurun waktu tertentu. Risiko karies pada setiap orang berbeda, bahkan tidak tetap seumur hidup oleh karena dapat berubah apabila pasien melakukan tindakan pencegahan karies baik oleh dirinya sendiri maupun yang dilakukan dokter gigi.2 Risiko karies dapat dikelompokkan menjadi dua faktor, yaitu faktor yang mempengaruhi proses karies dan faktor yang berhubungan dengan kejadian karies.5 Faktor risiko karies adalah hubungan sebab akibat terjadinya karies. Beberapa faktor yang dianggap sebagai faktor risiko adalah pengalaman karies, penggunaan fluor, oral hygiene, jumlah bakteri, saliva, pola makan, serta faktor risiko demografi atau faktor modifikasi karies, seperti umur, jenis kelamin, dan sosial ekonomi.2,3,11

Beberapa kategori risiko karies : 1. Pengalaman karies

Penelitian epidemologis telah membuktikan adanya hubungan pengalaman karies dengan perkembangan karies di masa mendatang. Sensitivitas parameter ini hampir mencapai


(20)

60%. Prevalensi karies pada gigi bercampur dapat memprediksi karies pada gigi permanennya.2,3

2. Penggunaan fluor

Berbagai macam konsep tentang mekanisme kerja fluor yang berkaitan dengan pengaruhnya pada gigi sebelum dan sesudah erupsi.2,3 Pemberian fluor yang teratur baik secara sistemik maupun lokal merupakan hal yang penting diperhatikan dalam mengurangi terjadinya karies oleh karena dapat meningkatkan remineralisasi. Namun demikian, jumlah kandungan fluor dalam air minum dan makanan harus diperhitungkan pada waktu memperkirakan kebutuhan tambahan fluor, karena pemasukan fluor yang berlebihan dapat menyebabkan fluorosis.4

3. Oral higiene

Salah satu komponen pembentukan karies adalah plak. Insidens karies dapat dikurangi dengan melakukan penyingkiran plak secara mekanis dari permukaan gigi, namun banyak pasien tidak melakukannya secara efektif.2,3 Peningkatan oral higiene dapat dilakukan dengan menggunakan alat pembersih interdental yang dikombinasi dengan pemeriksaan gigi secara teratur. Pemeriksaan gigi rutin ini dapat membantu mendeteksi dan memonitor masalah gigi yang berpotensi menjadi karies. Plak yang berada di daerah interdental dan sulit dibersihkan melalui penyikatan gigi dapat disingkirkan dengan menggunakan pembersih interdental. Penyingkiran plak dapat juga dilakukan secara kimia menggunakan obat kumur (oral rinse).2

4. Jumlah bakteri

Segera setelah lahir, ekosistem oral pada bayi terdiri atas berbagai jenis bakteri. Kolonisasi bakteri di dalam mulut disebabkan transmisi antar manusia, yang paling banyak dari ibu atau ayah. Bayi yang memiliki S. mutans yang banyak, maka usia 2-3 tahun akan mempunyai risiko karies yang lebih tinggi pada gigi susunya. Walaupun laktobasillis bukan merupakan penyebab terjadinya karies, tetapi bakteri ini ditemukan meningkat pada orang yang mengonsumsi karbohidrat dalam jumlah banyak.2,3

5. Saliva

Saliva dapat mempengaruhi proses karies dengan berbagai cara, yaitu:12

a. Aliran saliva dapat menurunkan akumulasi plak pada permukaan gigi dan juga menaikkan tingkat pembersihan karbohidrat dari permukaan rongga mulut.

b. Difusi komponen saliva seperti kalsium, fosfat, ion H- dan F- ke dalam plak dapat menurunkan kelarutan enamel dan meningkatkan remineralisasi.


(21)

c. Sistem bufer asam karbonat-bikarbonat serta kandungan ammonia dan urea dalam saliva dapat menyangga dan menetralkan penurunan pH yang terjadi saat bakteri plak sedang memetabolisme gula.

d. Beberapa komponen saliva yang termasuk dalam komponen non imunologi seperti lisozyme, lactoperoxydase, dan lactoferrin mempunyai daya anti bakteri langsung terhadap mikroflora tersebut sehingga derajat asidogeniknya dapat berkurang.

e. Molekul immunoglobin A (IgA) disekresi oleh sel-sel plasma yang terdapat dalam kelenjar liur, sedangkan komponen protein lainnya diproduksi di lapisan epitel luar yang menutup kelenjar. Kadar keseluruhan IgA di saliva berbanding terbalik dengan timbulnya karies.

6. Pola makan

Pengaruh pola makan dalam proses karies biasanya lebih bersifat lokal daripada sistemik, terutama dalam hal frekuensi mengonsumsi makanan. Setiap kali seseorang mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat, maka beberapa bakteri penyebab karies di rongga mulut akan mulai memproduksi asam sehingga terjadi demineralisasi yang berlangsung selama 20-30 menit setelah makan. Di antara periode makan, saliva akan bekerja menetralisir asam dan membantu proses remineralisasi. Namun, apabila makanan dan minuman berkarbonat terlalu sering dikonsumsi, maka enamel gigi tidak akan mempunyai kesempatan untuk melakukan remineralisasi dengan sempurna sehingga terjadi karies.3

7. Umur

Penelitian epidemologis menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi karies sejalan dengan bertambahnya umur. Gigi yang paling akhir erupsi lebih rentan terhadap karies. Kerentanan ini meningkat karena sulitnya membersihkan gigi yang sedang erupsi sampai gigi tersebut mencapai dataran oklusal dan beroklusi dengan gigi antagonisnya. Anak-anak mempunyai risiko karies yang paling tinggi ketika gigi mereka telah erupsi sedangkan orang dewasa lebih berisiko terhadap terjadinya karies akar.4

8. Jenis kelamin.

Selama masa kanak-kanak dan remaja, wanita menunjukkan nilai DMF yang lebih tinggi daripada pria. Walaupun demikian, umumnya oral higiene wanita lebih baik sehingga komponen gigi yang hilang M (missing) yang lebih sedikit daripada pria. Sebaliknya, pria mempunyai komponen F (filling) yang lebih banyak dalam indeks DMF.2,3

9. Sosial ekonomi.

Karies dijumpai lebih banyak pada kelompok sosial ekonomi rendah daripada kelompok sosial ekonomi tinggi. Hal ini dikaitkan dengan lebih besarnya minat hidup sehat pada kelompok sosial ekonomi tinggi. Ada dua faktor sosial ekonomi yaitu pekerjaan dan


(22)

pendidikan.2,3 Menurut Tirthankar, pendidikan adalah faktor kedua terbesar dari faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi status kesehatan. Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang kesehatan sehingga akan mempengaruhi perliakunya untuk hidup sehat.4

2.2 Pengukuran Risiko Karies2

Ada beberapa metode pengukuran risiko karies, yaitu uji Streptokokus mutans, kariostat, dan Traffic Light Matrix Model (TL-M). Uji S. mutans merupakan indikator yang layak digunakan dalam pengukuran karies, namun uji ini kurang sensitif untuk memprediksi karies dini. S. mutans memiliki beberapa karakteristik yang dapat meningkatkan potensi kariogenik dan merupakan mikroorganisme asidogenik yang pertama berkolonisasi pada permukaan gigi. Uji ini dilakukan dengan menggunakan 1 mL spesimen saliva yang ditempatkan pada agar mitis salivarius yang sudah ditambahkan sukrosa dan bacitracin kemudian diinkubasi selama 4 hari. Metode kariostat dirancang oleh Professor Tsitomo Shimono. Metode ini dapat membuat bakteri penghasil asam merubah warna media dari biru kehitaman menjadi biru, hijau, dan kuning yang menggunakan cairan semi-sintesis yang mengandung 20% sukrosa dan indikator pH sebagai pengukuran risiko karies. Traffic Light Matrix Model (TL-M) adalah suatu model tabel pemeriksaan seperti lampu lalu lintas dengan warna merah, kuning, dan hijau yang hasilnya akan ditulis pada kolom yang tersedia. Kekurangan dari model ini adalah tidak memprediksi insiden karies tetapi lebih sebagai suatu peringatan dini sehingga mengingatkan dokter gigi adanya faktor risiko pada pasien untuk kunjungan berulang.

Pada tahun 1997, kariogram diperkenalkan oleh Dr. Bratthal untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang karies gigi sebagai penyakit multi-faktorial. Kariogram pertama kali diluncurkan dalam versi bahasa Swedia, kemudian kariogram diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa yang digunakan beberapa negara untuk kepentingan studi penelitian termasuk bahasa Indonesia.11

Kariogram adalah sebuah program perangkat lunak pada komputer yang bertujuan untuk menunjukkan latar belakang multi-faktorial karies gigi dengan menggambarkan interaksi yang berhubungan dengan sepuluh faktor karies.6

Kariogram memiliki beberapa tujuan, yaitu mengilustrasikan hubungan karies dengan beberapa faktor, mengilustrasikan pencegahan karies, menunjukkan grafik risiko karies, merekomendasikan upaya pencegahan (preventif), sehingga dapat digunakan di klinik, dan dimasukkan sebagai program pendidikan.12

Faktor risiko karies yang terdapat pada kariogram : 1. Pengalaman karies


(23)

2. Penyakit yang berpengaruh

Penyakit umum atau kondisi yang berhubungan dengan karies gigi, yaitu penyakit mulut kering dan penyakit gula.

3. Kandungan makanan

Untuk mengetahui makanan yang mengandung karbohidrat yang dibedakan atas tingkat rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi.

4. Frekuensi makan

Untuk mengetahui frekuensi makan atau jajan dalam 1 hari. 5. Skor plak

Untuk mengetahui skor kebersihan gigi dengan menggunakan Indeks Plak. 6. Streptokokus mutans

Untuk mengetahui banyaknya jumlah bakteri Streptokokus mutans pada permukaan gigi.

7. Program fluor

Untuk mengetahui frekuensi dan bentuk pemakaian fluoride. 8. Sekresi saliva

Untuk mengetahui rata-rata sekresi saliva yang dibedakan atas tingkat normal, rendah, lebih rendah, dan sangat rendah selama 1 menit.

9. Kapasitas buffer

Untuk mengetahui asam, basa dan netralnya saliva dalam rongga mulut. 10. Penilaian klinik

Penilaian dan pemberian skor secara langsung oleh peneliti berdasarkan faktor sosial ekonomi pasien.

2.3 Klasifikasi Kariogram11

Kariogram, sebuah diagram lingkaran, seperti yang terlihat pada gambar, dibagi menjadi lima sektor dalam beberapa warna, yaitu hijau, biru tua, merah, biru muda, dan kuning yang mengindikasikan kelompok faktor yang berbeda-beda yang berhubungan dengan karies gigi. Sektor hijau menunjukkan sebuah perkiraan mengenai kemungkinan untuk menghindari timbulnya kavitas baru. Sektor biru tua menunjukkan diet berdasarkan


(24)

kombinasi kandungan dan frekuensi diet. Sektor merah menunjukkan sektor bakteri berdasarkan kombinasi skor plak dan Streptococcus mutans. Sektor biru muda menunjukkan kerentanan berdasarkan kombinasi program fluoride, sekresi saliva, dan kapasitas buffer saliva. Sektor kuning menunjukkan faktor keadaan yang berdasarkan kombinasi pengalaman karies masa lalu dan penyakit yang terkait.3

Gambar 1. Diagram lingkaran kariogram11

2.4 Cara Penggunaan Kariogram11

Terdapat beberapa tahapan menggunakan kariogram, yaitu: 1. Start program

Program kariogram hanya dapat digunakan pada komputer berbasis Windows. Kemudian ikuti petunjuk yang diberikan pada halaman tersebut dan dilanjutkan dengan mengklik simbol ‘start’ pada kariogram.

2. Fungsi

Dengan cara mengklik ikon yang terdapat pada ujung kiri atas layar terdapat beberapa informasi yang memiliki fungsi sebagai berikut:


(25)

Gambar 2. Ikon fungsi pada kariogram11 a. Keluar, digunakan jika ingin menutup program.

b. Pasien baru, digunakan jika ingin membuat halaman (pasien) baru. c. Mengenai, digunakan untuk mengetahui tujuan program.

d. Bantuan, digunakan untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang penggunaan program.

e. Catatan, digunakan untuk mendaftar dan menulis komentar pasien.

f. Rekomendasi secara umum, digunakan untuk mengetahui tindakan preventif dan klinis yang berdasarkan nilai yang telah dimasukkan.

g. Cetak, digunakan untuk mencetak kariogram.

Dua ikon yang terakhir tidak dapat digunakan hingga kariogram tampil di layar. 3. Mendaftar pasien

Untuk mendaftar pasien baru, dapat dilakukan dengan mengklik ikon catatan yang terdapat pada ujung kiri atas program. Untuk mendaftar pasien, diperlukan beberapa data, yaitu nama, nomor, tanggal, dan pemeriksa.

Gambar 3. Cara mendaftar pasien11

Untuk memasukkan informasi data pasien pada program, dapat dilakukan dengan mengklik ikon catatan. Kemudian mengisi informasi data pasien dan dapat juga memberi beberapa komentar pada halaman tersebut. Apabila ingin menutup halaman catatan dengan mengklik 'OK'


(26)

Gambar 4. Pengisian data siswa pada kariogram11

Informasi rincian data pasien yang telah dimasukkan akan muncul di sudut kiri layar seperti gambar di bawah ini. Informasi data pasien tidak dapat disimpan dalam program ini. Oleh karena itu, disarankan untuk mencetak informasi data dan komentar tersebut.

Gambar 5. Data yang telah diisi11 4. Warna pada beberapa sektor

Pada bagian bawah kiri layar, terdapat beberapa sektor kariogram. Setiap sektor kariogram tersebut, memiliki warna dan memiliki faktor tersendiri.


(27)

Gambar 6. Sektor warna pada kariogram11 5. Pengaturan untuk 'negara/daerah'

Faktor risiko karies pada setiap negara atau daerah berbeda-beda, bergantung pada latar belakang negara tersebut. Terdapat beberapa pilihan dalam menentukan 'negara/daerah', yaitu 'standar', 'risiko rendah', dan 'risiko tinggi'. Untuk negara dan daerah industri tanpa fluoridasi air minum, digunakan pilihan standar. Pilihan risiko rendah dan risiko tinggi disesuaikan terhadap negara/daerah yang berisiko rendah atau tinggi.

Gambar 7. Pilihan risiko karies pada negara/daerah11 6. Pengaturan 'kelompok'

Seorang pasien mungkin dikategorikan dalam kelompok risiko yang lebih tinggi atau lebih rendah. Contoh: pasien lanjut usia dengan permukaan akar gigi yang terbuka, maka memiliki risiko yang lebih tinggi. Oleh karena itu, pasien lanjut usia tersebut dapat dikatergorikan dalam kelompok risiko tinggi.


(28)

7. Memberi skor pada beberapa faktor yang berbeda

Untuk membentuk sebuah kariogram, diharuskan memberi skor (0-2) atau (0-3) sedikitnya tujuh dari sepuluh parameter yang sesuai dengan kriteria pasien yang terdapat pada kotak kosong dengan mengklik tanda panah ke atas atau ke bawah. Setiap skor memiliki prevalensi yang berbeda-beda.

Gambar 9. Hasil pemberian skor pada 7 parameter11 8. Rekomendasi secara umum

Kariogram dapat memberikan interpretasi umum dan beberapa tindakan yang perlu dilakukan dengan mengklik ikon ‘Rekomendasi secara umum‘, setelah hasil kariogram dari data-data yang dimasukkan muncul. Rekomendasi yang dihasilkan bergantung pada skor yang kurang baik pada parameter kariogram.


(29)

Gambar 11. Interpretasi awal dan tindakan yang diusulkan11 9. Cetak

Program kariogram ini dapat mencetak dalam dua pilihan warna, yaitu cetakan berwarna dan cetakan berwarna hitam putih. Program ini juga dapat mencetak komentar dan interpretasi awal dan tindakan yang diusulkan.

Gambar 12. Pemilihan cetak11

Risiko karies rendah menandakan sektor hijau (peluang untuk menghindari karies baru) diatas 75%, maka dapat disimpulkan bahwa pasien memiliki peluang yang besar terhindar dari karies baru dengan catatan bahwa kondisi tidak berubah. Apabila sektor hijau


(30)

bernilai 25% - 75% menandakan risiko karies sedang dan apabila sektor hijau dibawah 25%, menandakan bahwa risiko karies sangat tinggi.


(31)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian.

Jenis penelitian adalah penelitian survei deskriptif yaitu pemeriksaan yang menggambarkan situasi untuk mendapatkan informasi yang tepat, biasanya merupakan suatu studi pada suatu daerah sehubungan dengan kondisi tertentu atau prevalensi.

3.2 Populasi Penelitian.

Populasi pada penelitian ini adalah semua siswa SMP kelas 1 dan 2 yang diperoleh dari Sekolah Menengah Pertama Kalam Kudus Medan. Berjumlah 118 orang siswa.

3.3 Sampel Penelitian.

Sampel adalah siswa sekolah kelas 1 dan 2 SMP Kalam Kudus Medan. Besar sampel diperoleh dengan menggunakan rumus13

n = (1,96)2 0.9(1-0,9) 118

(0.05)2 117 + (1,96)2 0.9(1-0,9) n = 63.33 ~ 64

dari rumus diperoleh sampel minimum sebanyak 64 orang siswa. Sampel ditentukan secara purposive, dengan memilih kelas berdasarkan izin dari kepala sekolah, yaitu kelas 1A dan 2A. Sampel dipilih berdasarkan absensi dari atas ke bawah sebanyak 36 siswa.

1. SMP kelas 1 sebanyak 36 siswa. 2. SMP kelas 2 sebanyak 36 siswa.

Sehingga diperoleh sampel sebanyak 72 siswa.

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Pada penelitian ini, variabel yang digunakan yaitu: 1. Usia : ulang tahun pasien terakhir responden

n = Z12-α/2 P(1 - P) N d2(N 1) Z 2 α/ P(1 P)


(32)

2. Jenis kelamin : laki-laki dan perempuan 3. Pemeriksaan risiko karies

a. Pengalaman karies : karies gigi, kehilangan gigi, dan tambalan pada masa lalu yang diukur dengan pemeriksaan keseluruhan gigi dengan menggunakan kaca mulut dan sonde, kemudian peneliti memberi kode D, M, dan F.

Skor 0 = DMFT < 1,1 Skor 1 = DMFT 1,2-2,6 Skor 2 = DMFT 2,7-4,4 Skor 3 = DMFT > 4,5

b. Skor plak : skor rata-rata kebersihan gigi yang diukur memakai indeks Löe and Silness yang dimodifikasi. Pemeriksaan skor plak pada enam gigi yang telah ditentukan dengan bantuan kaca mulut. Sonde ditempatkan pada insisal gigi kemudian digerakkan ke arah mesial dan distal, selanjutnya bergerak ke arah gingival setiap 1/3 permukaan gigi dan skor diberikan sesuai kriteria.

Skor 0 = Tidak dijumpai adanya plak. (< 0,4)

Skor 1 = Dijumpai lapisan tipis plak yang tidak lebih dari sepertiga permukaan gigi. (0,4 – 1,0)

Skor 2 = Dijumpai lapisan tipis plak yang lebih dari sepertiga permukaan gigi tetapi belum sampai duapertiga permukaan gigi. (1,1 – 2,0)

Skor 3 = dijumpai lapisan tipis plak yang lebih dari duapertiga permukaan gigi. (>2,0)

c. Sekresi saliva : pengukuran dilakukan dengan mengunyah parafin wax selama 1 menit, lalu saliva siswa ditampung dalam gelas ukur mL selama 3 menit. Kemudian peneliti mencatat volume saliva pada gelas ukur mL.

Skor 0 = Sekresi saliva normal > 1,1ml / menit

Skor 1 = Sekresi saliva rendah dari 0,9 – 1,1 ml / menit Skor 2 = Sekresi saliva lebih rendah dari 0,5 – 0,9 ml / menit Skor 3 = Sekresi saliva sangat rendah, xerostomia, < 0,5 ml / menit


(33)

d. Kapasitas buffer berdasarkan pH : perkiraan asam, basa dan netralnya saliva pada siswa yang diukur dengan memasukkan pH indikator ke dalam saliva siswa pada gelas ukur mL selama 3 detik. Kemudian peneliti menyesuaikan warna pada pH indikator.

Skor 0 = pH ≥ 6,0 Skor 1 = pH 4,5 – 5,5 Skor 2 = pH ≤ 4,0

e. Kandungan makanan : makanan dengan kandungan karbohidrat yang rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi.

Skor 0 = Kandungan karbohidrat rendah (susu coklat, pecel, gado-gado, rujak) Skor 1 = Kandungan karbohidrat sedang (bakso, gorengan, kerupuk)

Skor 2 = Kandungan karbohidrat tinggi (teh manis, manisan, softdrink, roti)

Skor 3 = Kandungan karbohidrat sangat tinggi (sirup, permen, coklat, es krim coklat) f. Frekuensi makan : frekuensi jajan dalam sehari.

Skor 0 = Frekuensi jajan maksimal 3 kali sehari (24jam) Skor 1 = Frekuensi jajan 4 - 5 kali sehari (24jam) Skor 2 = Frekuensi jajan 6 - 7 kali sehari (24jam) Skor 3 = Frekuensi jajan > 7 kali sehari (24jam)

g. Pemakaian fluor : frekuensi dan bentuk aplikasi fluor.

Skor 0 = mendapatkan fluoride dari pemakaian pasta gigi rutin dan sering berkumur-kumur dengan larutan fluor.

Skor 1 = mendapatkan fluoride dari pemakaian pasta gigi rutin dan jarang berkumur-kumur dengan larutan fluor.

Skor 2 = hanya mendapatkan fluor dari pemakaian pasta gigi berfluoride.

Skor 3 = tidak pernah menggunakan pasta gigi berfluoride dan tidak pernah berkumur-kumur dengan fluoride.

Untuk data kandungan jajananan, frekuensi jajan, dan pemakaian fluor, data diperoleh dari pengisian kuesioner.


(34)

Risiko rendah, sektor hijau > 75% Risiko sedang, sektor hijau = 25% - 75% Risiko tinggi, sektor hijau < 25%

3.5 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 2 hari sesuai dengan yang diizinkan pihak sekolah. Penelitian dimulai jam 08.00 – 11.00 WIB. Lokasi penelitian berada di aula SMP Kalam Kudus Medan.

3.6 Pengolahan Data.

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan kariogram yang merupakan program perangkat lunak komputer. Semua hasil dan data yang telah diperoleh dalam kuesioner dimasukkan ke dalam kariogram.

3.7 Analisis data.

1. Dihitung persentase kategori pengalaman karies (DMFT), kandungan jajanan, frekuensi jajan, skor plak, penggunaan program fluor, sekresi saliva dan kapasitas buffer berdasarkan pH pada siswa SMP Kalam Kudus.

2. Dihitung persentase peluang untuk menghindari karies baru, pola makan, banyaknya bakteri, kerentanan, dam keadaan lain yang berpengaruh dengan menggunakan kariogram pada siswa SMP Kalam Kudus.


(35)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Responden

Dari 72 orang responden, persentase responden terbanyak adalah perempuan, yaitu 63,8% sedangkan laki-laki 36,2% (Tabel 1).

Tabel 1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Jenis kelamin N %

Perempuan 46 63,8

Laki-laki 26 36,2

Total 72 100

4.2 Pengalaman Karies

Rata-rata pengalaman karies keseluruhan responden adalah 1,65 ± 1,61. Skor DMFT pada keseluruhan responden perempuan adalah 1,37 ± 1,61. Skor ini lebih rendah dari keseluruhan responden laki-laki, yaitu 2,15 ± 1,51 (Tabel 2). Dalam parameter kariogram, rata-rata skor DMFT siswa adalah 1,65 yang dikelompokkan dalam kategori rendah, yaitu 1,2 - 2,6 (Tabel 2).

Tabel 2. Rata-rata DMFT responden siswa SMP Kalam Kudus berdasarkan jenis kelamin

JENIS KELAMIN

PENGALAMAN KARIES

JUMLAH

D M F DMFT

X SD X SD X SD X SD

Perempuan 0,91 1,35 0,17 0,68 0,28 0,78 1,37 1,61 46 Laki-laki 1,35 1,38 0,35 0,89 0,46 1,03 2,15 1,51 26

Total 1,07 1,37 0,24 0,76 0,35 0,87 1,65 1,61 72


(36)

Seluruh responden menyatakan bahwa mereka menyukai jajan. Persentase terbanyak responden menyatakan sangat sering mengonsumsi kandungan jajanan dengan karbohidrat sedang menyebabkan karies seperti bakso, gorengan, dan kerupuk, yaitu sebanyak 36,1%. Hanya 12,5% responden mengonsumsi kandungan jajanan dengan karbohidrat sangat tinggi menyebabkan karies seperti sirup, permen, es krim coklat, dan coklat (Tabel 3).

Tabel 3. Persentase kategori kandungan jajanan responden siswa SMP Kalam Kudus Skor Kandungan jajanan N %

0 Rendah 24 33,3

1 Sedang 26 36,1

2 Tinggi 13 18,1

3 Sangat tinggi 9 12,5

Total 72 100

Hampir keseluruhan responden mengonsumsi makanan dengan frekuensi maksimal tiga kali sehari dengan persentase 91,6% yang termasuk kategori sangat rendah. Hanya 8,4% responden dengan frekuensi jajan 4-5 kali sehari. Tidak ada seorangpun responden dengan frekuensi > 5 kali sehari (Tabel 4).

Tabel 4. Persentase kategori frekuensi jajan responden siswa SMP Kalam Kudus Skor Frekuensi jajan N %

0 Sangat rendah, ≤ 3 kali 66 91,6

1 Rendah, 4-5 kali 6 8,4

2 Tinggi, 6-7 kali - -

3 Sangat tinggi, > 7 kali - -

Total 72 100

4.4 Skor Plak

Persentase terbanyak responden mempunyai banyaknya plak berdasarkan Plaque Indeks dengan skor plak = 0,4-1,0, yaitu sebanyak 34,7% yang termasuk dalam kategori baik. Hanya 8,3% responden yang mempunyai banyaknya plak dengan skor > 2,0 (Tabel 5).


(37)

Tabel 5. Persentase kategori indeks plak responden siswa SMP Kalam Kudus Skor Indeks plak N %

0 Sangat baik, PI = < 0,4 20 27,8

1 Baik, PI = 0,4 – 1,0 25 34,7

2 Kurang baik, PI = 1,1 – 2,0 21 29,2

3 Buruk, PI = > 2,0 6 8,3

Total 72 100

4.5 Penggunaan Fluor

Dalam program penggunaan fluor, keseluruhan responden menyatakan menggunakan pasta gigi fluoride. Hanya 4,2% responden yang menggunakan pasta gigi fluoride dan juga rutin berkumur dengan larutan fluor (Tabel 6).

Tabel 6. Persentase kategori penggunaan fluor responden siswa SMP Kalam Kudus Skor Program fluoride N %

0 Rutin menggunakan pasta gigi fluoride & kumur larutan fluoride

3 4,2

1 Jarang menggunakan pasta gigi fluoride & kumur larutan fluoride

- -

2 Hanya menggunakan pasta gigi fluoride 69 95,8 3 Tidak pernah menggunakan pasta gigi fluoride &

kumur larutan fluoride

- -

Total 72 100

4.6 Sekresi dan Buffer Saliva

Persentase terbanyak responden mempunyai skor rata-rata sekresi saliva 0,5-0,9 ml/menit, yaitu sebanyak 41,7% yang termasuk dalam kategori rendah. Hanya sebanyak 5,5% responden mempunyai skor rata-rata sekresi saliva < 0,5 ml/menit (Tabel 7).

Tabel 7. Persentase kategori sekresi saliva responden siswa SMP Kalam Kudus Skor Sekresi saliva N %


(38)

0 Normal, > 1,1 ml/menit 17 23,6 1 Sedang, 0,9 – 1,1 ml/menit 21 29,2 2 Rendah, 0,5 – 0,9 ml/menit 30 41,7 3 Sangat rendah, < 0,5 ml/menit 4 5,5

Total 72 100

Keseluruhan responden mempunyai kapasitas buffer dengan pH normal, yaitu pH 6,0. Tidak ada responden yang mempunyai kapasitas buffer dengan pH sedang (4,5 -5,5) atau rendah (≤ 4,0) (Tabel 8).

Tabel 8. Persentase kapasitas buffer responden siswa SMP Kalam Kudus Skor Kapasitas buffer N %

0 Normal / baik, pH ≥ 6,0 72 100

1 Sedang / kurang baik, pH = 4,5 – 5,5 - -

2 Rendah, pH ≤ 4,0 - -

Total 72 100

4.7 Analisis Risiko Karies dengan menggunakan Kariogram

Hasil pengukuran ketujuh parameter dari setiap responden dimasukkan ke dalam kariogram untuk memperoleh tingkat risiko karies pada setiap responden tersebut

Tabel 9. Analisis pengukuran risiko karies pada responden siswa SMP Kalam Kudus

Tingkat risiko karies N %

Rendah, > 75% 26 36,11

Sedang, 25% - 75% 42 58,33

Tinggi, < 25% 4 5,55


(39)

BAB 5

PEMBAHASAN

5.1 Pengalaman Karies (DMFT)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden siswa SMP Kalam Kudus mempunyai rata-rata DMFT siswa 1,65 dengan rata-rata decay 1,07, missing 0,24, dan filling 0,35, dimana terlihat responden laki-laki memliki pengalaman karies yang lebih besar dari responden perempuan. Menurut Jakobsen dan Astrom, anak laki-laki jarang menjaga kebersihan rongga mulut dan lebih sering mengonsumsi jajanan dengan kandungan gula yang tinggi.14,15 Rata-rata DMFT ini termasuk kategori rendah. Namun, hal ini masih perlu menjadi perhatian karena target WHO tahun 2010 adalah ≤ 1,0 pada usia kelompok 12 tahun.15

5.2 Pola Makan dan Kesehatan Rongga Mulut

Kebanyakan responden mengonsumsi jajanan dengan kandungan karbohidrat rendah (33,3%) dan sedang (36,1%) menyebabkan karies. Sedangkan jajanan dengan kandungan karbohidrat tinggi (18,1) menyebabkan karies seperti roti, teh manis, biskuit, softdrink, manisan dan jajanan dengan kandungan karbohidrat sangat tinggi (12,5%) menyebabkan karies seperti sirup, permen, es krim, dan coklat hanya kadang-kadang dikonsumsi oleh siswa SMP Kalam Kudus Medan. Penyebabnya mungkin karena teh manis, sirup, soft drink umumnya dikonsumsi siswa saat makan makanan pokok yaitu sarapan, makan siang, atau makan malam. Sebagian besar siswa SMP Kalam Kudus Medan (91,6%) mengonsumsi jajanan dengan frekuensi maksimal tiga kali sehari dan hanya sebagian kecil (8,4%) dengan frekuensi jajan 4 -5 kali sehari di antara jam makan makanan pokok.

Persentase terbesar skor plak pada siswa SMP Kalam Kudus termasuk kategori baik menurut Löe & Silness (baik : PI = 0,4 - 1,0). Hal ini mungkin karena keseluruhan responden siswa SMP Kalam Kudus menyatakan menggunakan pasta gigi fluoride dalam menjaga dan mempertahankan kesehatan rongga mulut.

5.3 Saliva

Dari hasil penelitian, rata-rata sekresi saliva permenit pada responden siswa SMP Kalam Kudus Medan termasuk dalam kategori sedang dalam parameter kariogram. Selain itu, kapasitas buffer berdasarkan pH dengan menggunakan pH indikator pada siswa SMP Kalam Kudus Medan termasuk dalam kategori keadaan saliva yang optimal. Dengan kapasitas buffer saliva yang optimal, saliva dapat mengembalikan keadaan di dalam rongga mulut yang asam akibat demineralisasi menjadi normal dengan remineralisasi saliva.


(40)

5.4 Analisis Risiko Karies

Dari hasil penelitian, terlihat bahwa persentase pengukuran risiko karies pada responden siswa SMP Kalam Kudus paling banyak terdapat pada risiko sedang, yaitu 58,33% dan risiko rendah, yaitu 36,11. Hanya 5,55% responden siswa SMP Kalam Kudus Medan yang menunjukkan risiko karies tinggi. Menurut Bratthall, risiko sedang yang ditunjukkan kariogram memiliki peluang untuk menghindari karies pada masa mendatang dengan syarat tidak terjadi perubahan skor pada parameter kariogram.11 Walaupun demikian, untuk memperoleh hasil yang lebih tepat, uji Streptococcus mutans perlu dilakukan untuk memperoleh gambaran risiko karies yang lebih lengkap. Hal ini mungkin disebabkan karena karies adalah penyakit multifaktorial dimana bakteri sebagai salah satu penyebabnya. Selain itu, diketahui bahwa Streptococcus mutans merupakan penyebab utama karies. Sedangkan pada penggunaan program fluor, menyikat gigi dengan pasta berfluoride dikombinasi dengan pemakaian obat kumur yang mengandung fluor masih perlu ditingkatkan untuk mencegah pembentukan plak gigi sehingga kesehatan rongga mulut dapat dipertahankan.


(41)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata skor pengalaman karies pada responden siswa SMP Kalam Kudus adalah 1,65 ± 1,61 dengan rata-rata decay 1,07 ± 1,37, missing 0,24 ± 0,76, dan filling 0,35 ± 0,87 yang termasuk dalam kategori rendah.

Sebanyak 36,1% responden sangat sering mengonsumsi kandungan jajanan dengan karbohidrat sedang menyebabkan karies seperti bakso, gorengan, dan kerupuk. Hampir keseluruhan siswa SMP Kalam Kudus mengonsumsi makanan dengan frekuensi tiga kali dalam satu hari (91,6%) yang termasuk dalam kategori sangat rendah. Sebanyak 34,7% responden mempunyai skor plak 0,4 – 1,0 yang termasuk dalam kategori baik.

Dalam program penggunaan fluor, keseluruhan responden menyatakan menggunakan pasta gigi fluoride. Hanya 4,2% responden yang juga menggunakan pasta gigi fluoride dan rutin berkumur dengan larutan fluor.

Sebanyak 41,7% responden mempunyai skor rata-rata sekresi saliva 0,5-0,9 ml/menit yang dikelompokkan sebagai kategori rendah. Dari paramter kapasitas buffer, keseluruhan siswa termasuk dalam kategori normal, yaitu pH ≥ 6,0.

Hasil pengukuran risiko karies menunjukkan bahwa sebahagian siswa SMP Kalam Kudus mempunyai peluang untuk menghindari karies baru di masa mendatang sebesar 58,33% yang termasuk dalam kategori sedang. Walaupun demikian, kesehatan gigi dan mulut harus tetap dipelihara agar persentase peluang tersebut dapat ditingkatkan.

6.2 Saran

1. Agar pihak sekolah berperan dalam mengawasi perilaku jajan anak dan

menyediakan jajanan yang tidak berpotensi tinggi terhadap karies, sebaliknya

menyediakan jajanan yang mampu menghambat karies seperti buah-buahan,

sayur-sayuran, susu, keju, kacang-kacangan, dan permen karet xilitol di kantin sekolah.


(42)

2. Agar dilakukan penyuluhan oleh tenaga pelaksana UKGS dalam menjaga

kebersihan rongga mulut, yaitu perilaku menyikat gigi dengan pasta gigi berfluoride

dan juga rutin berkumur larutan fluor.


(43)

DAFTAR PUSTAKA

1. Suwargiani AA. Indeks def-t dan DMF-T. Masyarakat Desa Cipondoh dan Desa Mekarsari Kecamatan Tirtamulya Kabupaten Karawang. 2008.

2. Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat : pencegahan dan pemeliharaan. Medan: USU Press, 2008:1; 4-37.

3. Riech E, Lussi A, Newburn E. Caries risk assessment. Int Dent J 1999 ; 19 :15-26. 4. Departemen Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset

Kesehatan Dasar. Status kesehatan gigi nasional. 2007 : 6

5. Panjaitan M. Ilmu pencegahan karies gigi. Kedokteran Gigi UI J 1997; 2: 1-5. 6. Petersson GH, Isberg E, Twetman S. Caries risk assessment. 2010.

2010).

7. Situmorang N. Dampak karies gigi dan penyakit periodontal terhadap kualitas hidup. Dentika Dent J 2001; 6(1): 184-8.

8. Kidd EAM, Bechal SJ. Dasar-dasar karies penyakit dan penanggulangannya. Alih bahasa : Narlan S, Safrida F. Jakarta : EGC, 1991: 1-9.

9. Panjaitan M. Etiologi karies gigi dan penyakit periodontal. Medan: USU Press, 1997: 4-25.

10. Koch G. Importance of early determination of caries risk. Int Dent J 1988 ; 38; ; 203-10(abstract).


(44)

11. Bratthal D. Caries risk assessment. Department of Cariology, Faculty of Odontology, Malmo University; Sweden, 2003.

12. Bratthal D, Petersson GH, Stjernsward JR. Cariogram manual. A new and interactive way of illustrating the interaction of factors contributing to the development of dental

caries. 2004.

Sept. 2010)

13. Budiharto. Metodologi penelitian kesehatan : Dengan contoh bidang ilmu kesehatan gigi. 1st ed. Jakarta : EGC, 2008 : 33

14. Astrom AN, Jakobsen R. Stability of dental health behavior: A 3–year prospective cohort study of 15-, 16-, and 18-year-old Norwegian adolescents. Community Dent Oral Epidemiol 1998;26:129-38.

15. Kuusela S, Honkala E, Kannas L, Tynjala J, Wold B. Oral hygiene habits of 11-year-old schoolchildren in 22 European countries and Canada in 1993/94. J Dent Res 1997;76:1602–9


(45)

DEPARTEMEN KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ KESEHATAN GIGI MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PENGUKURAN RISIKO KARIES DENGAN MENGGUNAKAN KARIOGRAM PADA SISWA SMP KALAM KUDUS MEDAN ( KUESIONER )

Nama : Nomor kartu

Usia : Kelas :

Jenis kelamin a. Laki-laki b. Perempuan

1. Pengalaman karies

Indeks DMFT (WHO)

17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37

D = decay DMFT = ( ∑ D + ∑ M + ∑ F)

M = missing DMFT = ( + + ) F = filling DMFT = ...


(46)

Skor 0 = ≤ 1,1 Skor 1 = 1,2-2,6 Skor 2 = 2,7-4,4

Skor 3 = > 4,5 1

2. Kandungan jajanan

Kandungan jajanan mana yang sering anda konsumsi di antara jam makan? Skor 0 = Rendah (susu coklat, pecel, gado-gado, rujak)

Skor 1 = Sedang (bakso, gorengan, kerupuk) Skor 2 = Tinggi (teh manis, manisan, softdrink, roti)

Skor 3 = Sangat tinggi (sirup, permen, coklat, es krim coklat) 2

3. Frekuensi jajan

Seberapa sering anda jajan dalam sehari? Skor 0 = ≤ 3 kali.

Skor 1 = 4 - 5 kali. Skor 2 = 6 - 7 kali.

Skor 3 = > 7 kali. 3

4. Program fluoride

Apakah gigi anda pernah mendapat fluoride?

Skor 0 = Rutin menggunakan pasta gigi fluoride & kumur larutan fluoride Skor 1 = Jarang menggunakan pasta gigi fluoride & kumur larutan fluoride Skor 2 = Hanya menggunakan pasta gigi fluoride


(47)

5. Sekresi saliva

Skor 0 = Sekresi saliva > 1,1 ml/menit Skor 1 = Sekresi saliva 0,9-1,1 ml/menit Skor 2 = Sekresi saliva 0,5-0,9 ml/menit

Skor 3 = Sekresi saliva < 0,5 ml/menit Sekresi saliva = ...ml/menit 5

6. Kapasitas buffer berdasarkan pH Skor 0 = pH ≥ 6,0

Skor 1 = pH 4,5 – 5,5

Skor 2 = pH ≤ 4,0 pH = ... 6

7. Banyaknya plak.

Skor plak Löe and Silness

16 21 24 44 41 36

Indeks plak = jumlah seluruh skor permukaan jumlah gigi yang diperiksa Indeks plak =


(48)

Pengukuran risiko karies:

Sektor hijau (peluang untuk menghindari karies) = ...% Sektor biru (pola makan) = ...%

Sektor merah (bakteri) = ...%

Sektor biru muda (kerentanan) = ...% Sektor kuning (keadaan lain yang berpengaruh) = ...%

a. Risiko rendah, sektor hijau > 75% b. Risiko normal sektor hijau = 25% - 75%

c. Risiko tinggi, sektor hijau < 25% 8

Skor Kriteria

0 Tidak terdapat plak pada gigi , Plaque Index (PI) < 0,4

1 Terdapat plak pada <1/3 permukaan gigi, PI = 0,4 – 1,0

2 Terdapat plak pada 1/3-2/3 permukaan gigi, PI = 1,1 – 2,0


(1)

DAFTAR PUSTAKA

1. Suwargiani AA. Indeks def-t dan DMF-T. Masyarakat Desa Cipondoh dan Desa Mekarsari Kecamatan Tirtamulya Kabupaten Karawang. 2008.

2. Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat : pencegahan dan pemeliharaan. Medan: USU Press, 2008:1; 4-37.

3. Riech E, Lussi A, Newburn E. Caries risk assessment. Int Dent J 1999 ; 19 :15-26. 4. Departemen Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset

Kesehatan Dasar. Status kesehatan gigi nasional. 2007 : 6

5. Panjaitan M. Ilmu pencegahan karies gigi. Kedokteran Gigi UI J 1997; 2: 1-5. 6. Petersson GH, Isberg E, Twetman S. Caries risk assessment. 2010.

2010).

7. Situmorang N. Dampak karies gigi dan penyakit periodontal terhadap kualitas hidup. Dentika Dent J 2001; 6(1): 184-8.

8. Kidd EAM, Bechal SJ. Dasar-dasar karies penyakit dan penanggulangannya. Alih bahasa : Narlan S, Safrida F. Jakarta : EGC, 1991: 1-9.

9. Panjaitan M. Etiologi karies gigi dan penyakit periodontal. Medan: USU Press, 1997: 4-25.


(2)

203-11. Bratthal D. Caries risk assessment. Department of Cariology, Faculty of Odontology, Malmo University; Sweden, 2003.

12. Bratthal D, Petersson GH, Stjernsward JR. Cariogram manual. A new and interactive way of illustrating the interaction of factors contributing to the development of dental

caries. 2004.

Sept. 2010)

13. Budiharto. Metodologi penelitian kesehatan : Dengan contoh bidang ilmu kesehatan gigi. 1st ed. Jakarta : EGC, 2008 : 33

14. Astrom AN, Jakobsen R. Stability of dental health behavior: A 3–year prospective cohort study of 15-, 16-, and 18-year-old Norwegian adolescents. Community Dent Oral Epidemiol 1998;26:129-38.

15. Kuusela S, Honkala E, Kannas L, Tynjala J, Wold B. Oral hygiene habits of 11-year-old schoolchildren in 22 European countries and Canada in 1993/94. J Dent Res 1997;76:1602–9


(3)

DEPARTEMEN KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ KESEHATAN GIGI MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PENGUKURAN RISIKO KARIES DENGAN MENGGUNAKAN KARIOGRAM PADA SISWA SMP KALAM KUDUS MEDAN ( KUESIONER )

Nama : Nomor kartu

Usia : Kelas :

Jenis kelamin a. Laki-laki b. Perempuan

1. Pengalaman karies Indeks DMFT (WHO)

17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37

D = decay DMFT = ( ∑ D + ∑ M + ∑ F)

M = missing DMFT = ( + + ) F = filling DMFT = ...


(4)

Skor 0 = ≤ 1,1 Skor 1 = 1,2-2,6 Skor 2 = 2,7-4,4

Skor 3 = > 4,5 1

2. Kandungan jajanan

Kandungan jajanan mana yang sering anda konsumsi di antara jam makan? Skor 0 = Rendah (susu coklat, pecel, gado-gado, rujak)

Skor 1 = Sedang (bakso, gorengan, kerupuk) Skor 2 = Tinggi (teh manis, manisan, softdrink, roti)

Skor 3 = Sangat tinggi (sirup, permen, coklat, es krim coklat) 2

3. Frekuensi jajan

Seberapa sering anda jajan dalam sehari? Skor 0 = ≤ 3 kali.

Skor 1 = 4 - 5 kali. Skor 2 = 6 - 7 kali.

Skor 3 = > 7 kali. 3

4. Program fluoride

Apakah gigi anda pernah mendapat fluoride?

Skor 0 = Rutin menggunakan pasta gigi fluoride & kumur larutan fluoride Skor 1 = Jarang menggunakan pasta gigi fluoride & kumur larutan fluoride Skor 2 = Hanya menggunakan pasta gigi fluoride


(5)

5. Sekresi saliva

Skor 0 = Sekresi saliva > 1,1 ml/menit Skor 1 = Sekresi saliva 0,9-1,1 ml/menit Skor 2 = Sekresi saliva 0,5-0,9 ml/menit

Skor 3 = Sekresi saliva < 0,5 ml/menit Sekresi saliva = ...ml/menit 5

6. Kapasitas buffer berdasarkan pH Skor 0 = pH ≥ 6,0

Skor 1 = pH 4,5 – 5,5

Skor 2 = pH ≤ 4,0 pH = ... 6

7. Banyaknya plak. Skor plak Löe and Silness

16 21 24 44 41 36

Indeks plak = jumlah seluruh skor permukaan jumlah gigi yang diperiksa Indeks plak =


(6)

Pengukuran risiko karies:

Sektor hijau (peluang untuk menghindari karies) = ...% Sektor biru (pola makan) = ...% Sektor merah (bakteri) = ...% Sektor biru muda (kerentanan) = ...% Sektor kuning (keadaan lain yang berpengaruh) = ...%

a. Risiko rendah, sektor hijau > 75% b. Risiko normal sektor hijau = 25% - 75%

c. Risiko tinggi, sektor hijau < 25% 8

Skor Kriteria

0 Tidak terdapat plak pada gigi , Plaque Index (PI) < 0,4 1 Terdapat plak pada <1/3 permukaan gigi, PI = 0,4 – 1,0 2 Terdapat plak pada 1/3-2/3 permukaan gigi, PI = 1,1 – 2,0 3 Terdapat plak pada >2/3 permukaan gigi, PI >2,0