BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses demineralisasi yang progresif pada jaringan keras permukaan gigi oleh asam organis yang berasal dari makanan
yang mengandung gula. Karies gigi merupakan penyakit yang paling banyak dijumpai di rongga mulut bersama-sama dengan penyakit periodontal, sehingga merupakan masalah
utama kesehatan gigi dan mulut.
7
Karies gigi memiliki etiologi multifaktorial, yaitu adanya beberapa faktor utama yang saling mempengaruhi yaitu faktor tuan rumah gigi dan saliva, faktor agen
mikroorganisme, dan faktor lingkungan yaitu substrat diet. Selain ketiga faktor ini terdapat faktor waktu yang juga mempengaruhi terjadinya karies.
3,8,9
Untuk terjadinya karies diperlukan tuan rumah yang rentan, mikroorganisme yang kariogenik, substrat yang sesuai,
dan waktu yang lama.
8,9
2.1 Risiko Karies
Risiko karies merupakan risiko terjadinya sebuah lesi karies pada seseorang. Peningkatan risiko karies merupakan hasil dari beberapa faktor penyebab karies yang sesuai
ataupun mekanisme pertahanan yang tidak cukup sehingga mengarah kepada perbedaan prevalensi karies.
10
Berdasarkan definisinya, risiko ditujukan untuk mengukur terjadinya karies pada masa yang akan datang. Hal ini, mungkin dilakukan karena yang diukur hanya
gejala awal saat karies muncul atau manifestasi yang telah timbul selama pengukuran. Menurut Hausen et al. 1994, risiko karies adalah peluang seseorang untuk mempunyai
beberapa lesi karies selama kurun waktu tertentu. Risiko karies pada setiap orang berbeda, bahkan tidak tetap seumur hidup oleh karena dapat berubah apabila pasien melakukan
tindakan pencegahan karies baik oleh dirinya sendiri maupun yang dilakukan dokter gigi.
2
Risiko karies dapat dikelompokkan menjadi dua faktor, yaitu faktor yang mempengaruhi proses karies dan faktor yang berhubungan dengan kejadian karies.
5
Faktor risiko karies adalah hubungan sebab akibat terjadinya karies. Beberapa faktor yang dianggap sebagai
faktor risiko adalah pengalaman karies, penggunaan fluor, oral hygiene, jumlah bakteri, saliva, pola makan, serta faktor risiko demografi atau faktor modifikasi karies, seperti umur,
jenis kelamin, dan sosial ekonomi.
2,3,11
Beberapa kategori risiko karies : 1. Pengalaman karies
Penelitian epidemologis telah membuktikan adanya hubungan pengalaman karies dengan perkembangan karies di masa mendatang. Sensitivitas parameter ini hampir mencapai
Universitas Sumatera Utara
60. Prevalensi karies pada gigi bercampur dapat memprediksi karies pada gigi permanennya.
2,3
2. Penggunaan fluor Berbagai macam konsep tentang mekanisme kerja fluor yang berkaitan dengan
pengaruhnya pada gigi sebelum dan sesudah erupsi.
2,3
Pemberian fluor yang teratur baik secara sistemik maupun lokal merupakan hal yang penting diperhatikan dalam mengurangi
terjadinya karies oleh karena dapat meningkatkan remineralisasi. Namun demikian, jumlah kandungan fluor dalam air minum dan makanan harus diperhitungkan pada waktu
memperkirakan kebutuhan tambahan fluor, karena pemasukan fluor yang berlebihan dapat menyebabkan fluorosis.
4
3. Oral higiene Salah satu komponen pembentukan karies adalah plak. Insidens karies dapat
dikurangi dengan melakukan penyingkiran plak secara mekanis dari permukaan gigi, namun banyak pasien tidak melakukannya secara efektif.
2,3
Peningkatan oral higiene dapat dilakukan dengan menggunakan alat pembersih interdental yang dikombinasi dengan pemeriksaan gigi
secara teratur. Pemeriksaan gigi rutin ini dapat membantu mendeteksi dan memonitor masalah gigi yang berpotensi menjadi karies. Plak yang berada di daerah interdental dan sulit
dibersihkan melalui penyikatan gigi dapat disingkirkan dengan menggunakan pembersih interdental. Penyingkiran plak dapat juga dilakukan secara kimia menggunakan obat kumur
oral rinse.
2
4. Jumlah bakteri Segera setelah lahir, ekosistem oral pada bayi terdiri atas berbagai jenis bakteri.
Kolonisasi bakteri di dalam mulut disebabkan transmisi antar manusia, yang paling banyak dari ibu atau ayah. Bayi yang memiliki S. mutans yang banyak, maka usia 2-3 tahun akan
mempunyai risiko karies yang lebih tinggi pada gigi susunya. Walaupun laktobasillis bukan merupakan penyebab terjadinya karies, tetapi bakteri ini ditemukan meningkat pada orang
yang mengonsumsi karbohidrat dalam jumlah banyak.
2,3
5. Saliva Saliva dapat mempengaruhi proses karies dengan berbagai cara, yaitu:
12
a. Aliran saliva dapat menurunkan akumulasi plak pada permukaan gigi dan juga menaikkan tingkat pembersihan karbohidrat dari permukaan rongga mulut.
b. Difusi komponen saliva seperti kalsium, fosfat, ion H
-
dan F
-
ke dalam plak dapat menurunkan kelarutan enamel dan meningkatkan remineralisasi.
Universitas Sumatera Utara
c. Sistem bufer asam karbonat-bikarbonat serta kandungan ammonia dan urea dalam saliva dapat menyangga dan menetralkan penurunan pH yang terjadi saat bakteri plak sedang
memetabolisme gula. d. Beberapa komponen saliva yang termasuk dalam komponen non imunologi seperti
lisozyme, lactoperoxydase, dan lactoferrin mempunyai daya anti bakteri langsung terhadap mikroflora tersebut sehingga derajat asidogeniknya dapat berkurang.
e. Molekul immunoglobin A IgA disekresi oleh sel-sel plasma yang terdapat dalam kelenjar liur, sedangkan komponen protein lainnya diproduksi di lapisan epitel luar yang
menutup kelenjar. Kadar keseluruhan IgA di saliva berbanding terbalik dengan timbulnya karies.
6. Pola makan Pengaruh pola makan dalam proses karies biasanya lebih bersifat lokal daripada
sistemik, terutama dalam hal frekuensi mengonsumsi makanan. Setiap kali seseorang mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat, maka beberapa bakteri
penyebab karies di rongga mulut akan mulai memproduksi asam sehingga terjadi demineralisasi yang berlangsung selama 20-30 menit setelah makan. Di antara periode
makan, saliva akan bekerja menetralisir asam dan membantu proses remineralisasi. Namun, apabila makanan dan minuman berkarbonat terlalu sering dikonsumsi, maka enamel gigi
tidak akan mempunyai kesempatan untuk melakukan remineralisasi dengan sempurna sehingga terjadi karies.
3
7. Umur Penelitian epidemologis menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi karies sejalan
dengan bertambahnya umur. Gigi yang paling akhir erupsi lebih rentan terhadap karies. Kerentanan ini meningkat karena sulitnya membersihkan gigi yang sedang erupsi sampai gigi
tersebut mencapai dataran oklusal dan beroklusi dengan gigi antagonisnya. Anak-anak mempunyai risiko karies yang paling tinggi ketika gigi mereka telah erupsi sedangkan orang
dewasa lebih berisiko terhadap terjadinya karies akar.
4
8. Jenis kelamin. Selama masa kanak-kanak dan remaja, wanita menunjukkan nilai DMF yang lebih
tinggi daripada pria. Walaupun demikian, umumnya oral higiene wanita lebih baik sehingga komponen gigi yang hilang M missing yang lebih sedikit daripada pria. Sebaliknya, pria
mempunyai komponen F filling yang lebih banyak dalam indeks DMF.
2,3
9. Sosial ekonomi. Karies dijumpai lebih banyak pada kelompok sosial ekonomi rendah daripada
kelompok sosial ekonomi tinggi. Hal ini dikaitkan dengan lebih besarnya minat hidup sehat pada kelompok sosial ekonomi tinggi. Ada dua faktor sosial ekonomi yaitu pekerjaan dan
Universitas Sumatera Utara
pendidikan.
2,3
Menurut Tirthankar, pendidikan adalah faktor kedua terbesar dari faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi status kesehatan. Seseorang yang mempunyai tingkat
pendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang kesehatan sehingga akan mempengaruhi perliakunya untuk hidup sehat.
4
2.2 Pengukuran Risiko Karies