4 14 tahun
3 2,07
3 2,07
Total 18
12,42 44
30,36 4
2,76 69
100 Berdasarkan tabel 5.4 diatas diketahui bahwa hasil responden berdasarkan usia
menarche di SMP Swasta GKPI Padang Bulan Medan mayoritas berpengetahuan cukup di usia menarche 12 tahun sebanyak 35 responden 24,15.
Tabel 5.5 Distrbusi Frekuensi Pengetahuan Berdasarkan Sumber Informasi
Di SMP GKPI Padang Bulan Medan Tahun 2015
No Usia
menarche Tenaga
Kesehatan Media
Cetak Masyarakat
Jumlah Presentase
f F
f 1
11 tahun 1
0,69 4
2,76 9
6,21 14
9,66 2
12 tahun 5
3,45 7
4,83 24
16,56 36
24,84 3
13 tahun -
- 3
2,07 14
9,66 17
47,61 4
14 tahun -
- 1
0,69 2
1,38 3
2,07 Total
6 4,14
15 10,35
49 33,81
69 100
Berdasarkan tabel 5.5 diatas diketahui bahwa hasil responden berdasarkan sumber informasi di SMP Swasta GKPI Padang Bulan Medan mayoritas mendapatkan
sumber informasi dari masyarakat sebanyak 49 responden 33,81.
5.3. Pembahasan
Istilah menarche adalah saat pertama kali menstruasi datang pada remaja putri. Selama dekade terakhir ini diketahui bahwa menarche terjadi pada umur
yang lebih muda. Usia menarche pada wanita di Indonesia adalah usia antara 14– 15 tahun dan menurun menjadi 10–16 tahun dan rata–rata 12 tahun.
Berdasarkan table 5.1 menunjukkan bahwa sebagian besar usia menarche responden rata-rata usia 12 tahun sebanyak 35 reponden 24,15. Hal ini
diakibatkan banyaknya faktor–faktor yang mempengaruhi menarche. Faktor– faktor yang mempengaruhi menarche adalah status gizi, faktor keturunan, status
sosial ekonomi, tingkat pendidikan, status kesehatan dan paparan media massa. Semakin dini usia remaja mengalami menarche, maka semakin banyak
pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi. Hal ini dikarenakan, remaja yang mengalami menarche lebih dini memiliki rentang usia yang lebih panjang untuk
memperoleh informasi mengenai kesehatan reproduksi dibandingkan remaja lain yang mengalami menarche pada usia yang lebih tua. Meningkatnya pengetahuan
remaja mengenai kesehatan reproduksi disebabkan oleh berkembangnya sisitem reproduksinya sebagai akibat dari perubahan biologis dan pengaktifan hormon
yang mebuat remaja bertanya–tanya dan ingin mendapatkan jawaban tentang reproduksinya sehingga remaja selalu berusaha mencari informasi yang lebih
banyak. Penurunan usia menarche harus disertai dengan pemberian pengetahuan kesehatan reproduksi yang lebih dini. Hal ini dikarenakan remaja tidak lagi
menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri seiring dengan
munculnya dorongan rasa ingin tahu yang tinggi Husodo.2008, hal.59-62.
Tabel 5.2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi dengan kategori cukup yaitu sebanyak
48 responden 71,64 dan sebanyak 17 responden 25,6 mempunyai tingkat pengetahuan baik. Hal ini dimungkinkan karena semakin banyaknya akses
informasi yang bisa mereka dapatkan. Penelitian Huruah dan Nisa tahun 2008 menyatakan bahwa pada masa usia 10–14 remaja sangat dekat dan terbuka sekali
dalam masalah kesehatan reproduksi Huria Nisma 2008. Hal ini jika dibimbing dan diarahkan dengan baik akan berakibat positif. Pengaruh dari faktor
luar sering kali membuat remaja cenderung memanfaatkan potensi tersebut untuk perbuatan negatif. Oleh karena itu, remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi
agar memiliki informasi yang benar dan memiliki sikap serta tingkah laku yang bertanggung jawab terhadap proses reproduksinya Muadz 2008.
Pengetahuan mempunyai 6 tingkatan yaitu tahu know, memahami komprehention, aplikasi aplication, analisi analysis, sintesis syntesis,
evaluasi evaluation. Remaja putri dimungkinkan hanya sampai tahu mengenai informasi tentang kesehatan reproduksi tanpa memahami, menganalisis atau
bahkan mengevaluasi informasi yang telah diperoleh itu benar atau tidak. Hal ini juga disebabkan tidak adanya mata kuliah Kesehatan Reproduksi
di Yayasan Pendidikan Swasta GKPI Padang Bulan. Namun seharusnya pengetahuan kesehatan reproduksi siswi di SMP Swasta GKPI Padang Bulan
lebih baik karena lokasi sekolah tersebut berada didaerah perkotaan sehingga lebih banyak mendapatkan sumber informasi dari media dan teman sebaya peer
grup dan bila perlu dilakukan bimbingan kelompok terhadap tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. Dan ini sudah pernah dilakukan penelitian oleh
Meilani tahun 2012 dan hasilnya menunjukkan bahwa bimbingan kelompok berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan kesehatan reproduksi remaja.
Tabel 5.3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai mendapatkan informasi lebih banyak dari masyarakat yaitu sebanyak 49
responden 33,81. Hasil penelitian Muadz 2008 tentang pengetahuan kesehatan reproduksi remaja, menjelaskan bahwa kebanyakan remaja memperoleh
pengetahuan kesehatan reproduksi dari media cetak dan elektronik serta informasi yang mudah dijangkau antara lain teman–teman sebaya peer group bacaan
popular dan akses internet yang belum tentu benar terbaik dan bermutu Nisma 2008.
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan individu. Salah satu yang mempengaruhi adalah usia Hartati 2009. Usia
merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi perilaku seseorang. Proses pertumbuhan otak mencapai kesempurnaanya dari mulai 12-20 tahun, pada usia
12 tahun, walaupun secara intelektual remaja termasuk anak berbakat dan mampu memecahkan masalah secara benar, tetapi tidak seterampil remaja yang lebih tua
usianya Poltekes Depkes 2010. Remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta mengadaptasikanya
dengan pemikiran mereka sendiri seiring dengan munculnya dorongan rasa ingin tahu yang tinggi Husodo 2008.
Remaja yang sedang dalam masa ingin tahu dan ingin mencoba apa yang dilihat dan didengarnya sangat mudah dipengaruhi oleh hal–hal yang bersifat
negatif. Ketika keingintahuan remaja akan segala hal yang menyangkut
seksualitas meningkat dan pendidikan seks di sekolah yang tidk memadai ditambah kurangnya informasi tentang kesehatan reproduksi bagi remaja dari
orang tuanya menyebabkan remaja mencari informasi sendiri Kurniawan 2002; Omarsari 2008.
Hal ini akan meningkatkan keretanan remaja putri atas sejumlah masalah, oleh karena itu remaja perlu megetahui kesehatan reproduksi agar memiliki
informasi yang benar megenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada disekitarnya dan diharapkan remaja memiliki sikap serta tingkah laku yang
bertanggung jawab terhadap proses reproduksinya Muadz 2008. Keterbatasan penelitian ini yaitu kemungkinan terjadinya bias informasi.
Salah satu bias informasi pada penelitian ini adalah kemungkinan respoden mengetahui bahwa dirinya sedang diamati diteliti sehingga dikhawatirkan
jawaban tidak objektif dan kejujuran responden dalam pengisian kuesioner juga akan mempengaruhi hasil penelitian.