Persepsi Suami dan Istri Tentang Tubektomi Terhadap Respon Seksual di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan medan Tuntungan

(1)

PERSEPSI SUAMI DAN ISTRI TENTANG TUBEKTOMI

TERHADAP RESPON SEKSUAL di KELURAHAN

KEMENANGAN TANI KECAMATAN

MEDAN TUNTUNGAN

s

Skripsi

Oleh

Elsa Jois Karolina Situmorang 091121030

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ Persepsi Suami dan Istri Tentang Tubektomi Terhadap Respon Seksual di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan medan Tuntungan”.

Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nur Afi Darti, S.Kep, M.Kep selaku pembimbing 1 dan Pak Iwan Rusdi,S.Kp, MNS selaku pembimbing 2 yang selama ini telah meluangkan waktu untuk memberikan binbingan, saran dan sumbangan pikiran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak mendapat masukan dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan dan Bapak Drs Eben Ezer selaku camat medan tuntungan.

Teristimewa kepada ayahanda tercinta T. Situmorang dan Ibunda tercinta M.Tambunan yang telah memberikan dukungan moril dan material serta semangat yang tidak ternilai, terima kasih yang tak terhingga atas segala doa dan kasih sayang yang telah diberikan. Kepada adik- adikku tercinta yang telah memberikan dukungan dan motivasinya. Seluruh teman-temanku di Fakultas Keperawatan Program B 2009 universitas sumatera utara yang telah memberikan semangat dan dorongan dalam penyelesaian skripsi ini.


(4)

Sebelumnya penulis memohon maaf jika dalam skripsi ini masih terdapat kesalahan maupun kekurangan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna penyempurnaan skripsi ini.

Medan, Desember 2010 Penulis


(5)

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan …………...………...i

Abstrak…...……….ii

Prakata...,,………..iii

Daftar Isi………...………v

Daftar Lampiran……....……….vii

Daftar Tabel...……….viii

BAB 1. PENDAHULUAN...1

1. Latar Belakang………....1

2. Pertanyaan Penelitian………...…..5

3. Tujuan Penelitian………5

4. Manfaat penelitian………..…5

BAB 2. Tinjauan Pustaka... 7

1. Persepsi... 7

1.1Pengertian... 7

1.2Proses terjadinya persepsi... 9

2. Tubektomi...9

2.1 Pengertian...9

2.2 Manfaat Tubektomi...11

2.3 Kerugian Tubektomi...11

3. Konsep Respon seksual...12

3.1 Pengertian...12

3.2 Siklus respon seksual manusia... ..13


(6)

3.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi respon suami...16

3.5 Persepsi suami dan istri tentang pengaruh tubektomi terhadap respon seksual...18

BAB 3. KERANGKA KONSEPTUAL...21

1.Kerangka Penelitian...21

2. Defenisi Operasional...22

BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN...23

1. Desain Penelitian...23

2. Populasi dan sampel...23

3. Lokasi dan waktu penelitian...24

4. Pertimbangan etik...24

5. Instrumen penelitian...24

6. Pengumpulan data...25

7. Analisa data...26

8. Uji reabilitas dan validitas instrumen...26

BAB 5. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...27

1. Hasil Penelitian...27

2. Pembahasan...32

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN...38

1. Kesimpulan...38

2. Saran...39

Daftar Pustaka


(7)

(8)

Judul : Persepsi Suami dan Istri Tentang Tubektomi Terhadap Respon Seksual di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan.

Nama : Elsa Jois Karolina.Situmorang NIM : 091121030

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2010

ABSTRAK

Persepsi adalah tanggapan langsung dari sesuatu dan merupakan proses seseorang mengetahui berapa hal melalui panca inderanya. Tubektomi adalah suatu tindakan untuk membatasi keturunan dalam jangka waktu yang tidak terbatas, yang dilakukan terhadap istri atas permintaan yang bersangkutan suka rela. Dengan Tubektomi maka perjalanan sel telur terhambat sehingga tidak dapat dibuahi oleh sperma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi suami dan istri tentang tubektomi terhadap respon seksual. Sampel dalam penelitian ini total sampling

yaitu seluruh populasi akan menjadi objek penelitian. Dengan menggunakan

deskriptif murni. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 32 orang suami dan 32 orang istri, dengan kriteria pasangan bersedia menjadi responden. Sebelum melakukan penelitian penulis melakukan uji validitas dulu kepada responden yang pengguna KB Tubektomi di kelurahan yang sama tapi di lingkungan yang berbeda sebanyak 10 orang.

Data demografi dari usia yaitu suami 41-60 (68.8%) dan usia istri 20-40 (71.9%), pendidikan suami SMU (46.9%) dan istri SMU (40.6), pekerjaan suami PNS (40.6%) dan istri IRT (50%), suku karo suami (71.9%) dan istri (68.8% ).

Dari penelitian diperoleh hasil bahwa persepsi suami 50% dan istri 53.1% mempunyai persepsi baik mengenai tubektomi ini dan menerima kontrasepsi ini.


(9)

Judul : Persepsi Suami dan Istri Tentang Tubektomi Terhadap Respon Seksual di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan.

Nama : Elsa Jois Karolina.Situmorang NIM : 091121030

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2010

ABSTRAK

Persepsi adalah tanggapan langsung dari sesuatu dan merupakan proses seseorang mengetahui berapa hal melalui panca inderanya. Tubektomi adalah suatu tindakan untuk membatasi keturunan dalam jangka waktu yang tidak terbatas, yang dilakukan terhadap istri atas permintaan yang bersangkutan suka rela. Dengan Tubektomi maka perjalanan sel telur terhambat sehingga tidak dapat dibuahi oleh sperma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi suami dan istri tentang tubektomi terhadap respon seksual. Sampel dalam penelitian ini total sampling

yaitu seluruh populasi akan menjadi objek penelitian. Dengan menggunakan

deskriptif murni. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 32 orang suami dan 32 orang istri, dengan kriteria pasangan bersedia menjadi responden. Sebelum melakukan penelitian penulis melakukan uji validitas dulu kepada responden yang pengguna KB Tubektomi di kelurahan yang sama tapi di lingkungan yang berbeda sebanyak 10 orang.

Data demografi dari usia yaitu suami 41-60 (68.8%) dan usia istri 20-40 (71.9%), pendidikan suami SMU (46.9%) dan istri SMU (40.6), pekerjaan suami PNS (40.6%) dan istri IRT (50%), suku karo suami (71.9%) dan istri (68.8% ).

Dari penelitian diperoleh hasil bahwa persepsi suami 50% dan istri 53.1% mempunyai persepsi baik mengenai tubektomi ini dan menerima kontrasepsi ini.


(10)

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Tubektomi dapat berupa pengikatan dan pemotongan, dapat juga Tubektomi untuk wanita disebut juga sebagai oklusi tuba atau sterilisasi. Indung telur akan menghasilkan sel telur dengan siklus sebulan sekali mulai menarche sampai menopause. Sel telur tersebut kemudian masuk ke dalam saluran tuba yang apabila bertemu dengan spermatozoa akan terjadi pembuahan. Kehamilan terjadi apabila mudigah tertanam pada dinding rahim. Dengan tubektomi maka perjalanan sel telur terhambat sehingga tidak dapat bertemu dan tidak dibuahi oleh sperma (Prawiroharjo, 1996). Dijepit dengan cincin (tubal ring), penjepit (tuba klip), atau pita tuba (tuba band). Selain itu dapat dilakukan koagulasi elektrik. Setelah melakukan tubektomi, siklus haid akan tetap berlangsung seperti semula sebelum tubektomi (Siswadi, 2007).

Tubektomi mempunyai keunggulan-keunggulan sebagai berikut; cara relative mudah, murah dan aman, hanya memerlukan sekali motivasi, sekali tindakan dan tidak memerlukan pengawasan lebih lanjut yang terus menerus. Angka kegagalan rendah dan sangat efektif dalam mencegah kehamilan dan efek samping sedikit. Umumnya tidak terjadi keluhan yang berkepanjangan pada akseptor tubektomi (kontrasepsi mantap) apabila dilakukan secara baik,benar dan sesuai prosedur (Sarwono,1996)

Keluhan awal yang terjadi pada post operasi hanya bersifat rasa nyeri pada daerah sayatan, dan infeksi yang terjadi sekitar 1-3% dan ini dapat ditanggulangi


(11)

dengan antibiotik dan perawatan yang adekuat. Selain keunggulan dari tubektomi juga mempunyai dampak negatif seperti; dapat terjadi perdarahan dalam rongga perut atau terjadi infeksi daerah panggul, tetapi angka kejadiannya sangat jarang. Lebih ekonomis karena hanya memerlukan biaya untuk sekali tindakan saja, apabila dilakukan dengan syarat-syarat yang telah ditentukan, maka efek samping, resiko komplikasi dan kematian sangat minimal (Sarwono, 1996).

Faktor yang mempengaruhi masyarakat khususnya wanita yang PUS tidak memilih metode kontrasepsi tubektomi ini salah satunya adalah tidak ada dukungan dari keluarga khususnya suami yang disebabkan oleh banyaknya efek samping dari tubektomi terutama respon seksual terhadap suami. Banyak yang tidak setuju terhadap tubektomi ini dari salah satu pasangan suami dan istri yang disebabkan oleh kurangnya informasi tentang tubektomi.

Hasil penelitian Sahid (2008) tentang dari 43 respon ditemukan pengguna akseptor tubektomi mayoritas sudah mendapat konseling pra tubektomi sehingga dapat disimpulkan bahwa penting untuk memberikan informasi terkait tubektomi untuk memberikan pemahaman positif tentang hal ini. Oleh sebab itu bagi pasangan suami istri yang akan melaksanakan tubektomi ini perlu konseling dari tenaga kesehatan seperti dokter atau perawat yang melayani kontrasepsi keluarga berencana.

Faktor lain yang menyebabkan masyarakat tidak menggunakan tindakan tubektomi ini dapat dianggap tidak reversibel artinya kontrasepsi ini dilakukan sekali dalam seumur hidup wanita tersebut (Sarwono,2008). Walaupun sekarang ada kemungkinan untuk membuka tuba kembali pada mereka yang akhirnya masih menginginkan anak lagi dengan operasi rekanalisasi yaitu operasi dengan


(12)

bedah mikro sudah banyak dikembangkan. Tehnik ini tidak saja menyambung kembali tuba fallopi dengan baik, tetapi juga menjamin kembalinya fungsi tuba.

Hal ini disebabkan oleh tehnik bedah mikro yang secara akurat menyambung kembali tuba dengan trauma yang minimal,, mengurangi perlekatan pasca operasi, mempertahankan fisiologi tuba, serta menjamin fimbriae tuba tetap bebas sehingga fungsi penangkapan ovum masih tetap baik (Sarwono,2006) walaupun angka keberhasilannya kecil.

Faktor-faktor lain yang mengharuskan seorang wanita usia subur yang berstatus pasien psikiatrik yang dirawat dirumah, tidak menutup kemungkinan akan menjadi hamil. Kondisi ini menyebabkan wanita tersebut kurang tanggap terhadap penggunaan jenis kontrasepasi lain. Sebaiknya pada wanita ini dengan status tersebut diberikan kontrasepsi tubektomi. Jika ada kegagalan pada metode tubektomi ini maka kemungkinan terjadi resiko tinggi kehamilan ektopik. (Sarwono,2006).

Pada ibu yang post tubektomi sementara waktu akan merasa berduka atau merasa kehilangan sesuatu dari tubuhnya disebabkan kurangnya pengetahuan pasien tentang tubektomi ini atau tingkat pengetahuan / pendidikan pasien yang rendah. Metode dengan operasi tubektomi ini dijalankan atas dasar sukarela dalam rangka Keluarga Berencana. Tugas perawat harus memberikan penjelasan tentang berbagai alternatif pengendalian kehamilan permanent dan sementara, konseling difokuskan untuk membicarakan rasa takut dan pemahaman yang keliru tentang tubektomi ini dan kenikmatan seksual menurun tidak benar kecuali hal tersebut disebabkan oleh faktor psikis (Sujiyatini,2009).


(13)

Dengan menandatangani surat Informed Consent atau surat persetujuan dari pasien atas tindakan medis yang akan dilakukan, karena penutupan tuba hanya dapat dikerjakan pada mereka yang memenuhi syarat-syarat tertentu. Namun dari banyaknya faktor diatas yang menyebabkan masyarakat untuk tidak memilih Dengan dilakukannya tindakan medis termasuk kontrasepsi tubektomi ini, maka pengaruhnya terhadap pasangan suami istri cukup besar sehingga izin dari kedua belah pihak sangat dibutuhkan metode kontrasepsi tubektomi, tidak salah menjadi kondisi yang dominan. Adanya faktor lain yang menyebabkan masyarakat untuk tidak memilih metode kontrasepsi tubektomi seperti persepsi yang salah tentang metode ini (Wiknjosastro, 1999).

Hasil para penelitian yang dilakukan peneliti terhadap beberapa ibu yang tidak mau memilih metode ini menyebutkan bahwa tubektomi dapat menyebabkan permasalahan seksualitas seperti menurunnya kenikmatan saat melakukan hubungan suami istri. Apabila pasangan tidak yakin benar bahwa atas alasan apapun, mereka tidak lagi menginginkan anak maka tidak di lakukan tubektomi. Namun tidak jarang dijumpai wanita yang menginginkan tubektomi karena tidak ada metode kontrasepsi lain yang cocok untuknya, atau karena ia beranggapan bahwa prosedur ini akan memperbaiki pola menstruasinya.

Faktor-faktor lain yang diketahui meningkatkan resiko penyesalan setelah dilakukan tubektomi antara lain menurut Glasier&Gebbie (2006), adalah: Masalah perkawinan / hubungan seksual, pasangan suami dan istri beranggapan bahwa tubektomi ini menyebabkan menurunnya respon seksual. Usia muda tidak dibenarkan untuk melalukan tubektomi, kecuali jika anak mereka sudah cukup dan istri tersebut tidak cocok menggunakan kontrasepsi yang lain. Waktu


(14)

dilakukan tubektomi pada wanita yang menjalani seksio ceisar biasanya segera setelah melahirkan atau menjalani aborsi karena lebih besar kemungkinannya untuk proses pemulihan.

Berdasarkan kondisi diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap respon seksual pada pasangan usia subur yang ada di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan.

2. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana persepsi suami dan istri tentang pengaruh tubektomi terhadap respon seksual.

3. Tujuan Penelitian

Mengidentifikasi persepsi suami dan istri tentang pengaruh tubektomi terhadap respon seksual.

4. Manfaat penelitian. 4.1 Pendidikan Keperawatan

Dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk mata kuliah keperawatan maternitas, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan peserta didik terutama mengenai persepsi suami dan pasien tentang pengaruh tubektomi terhadap respon seksual.

4.2 Pelayanan Keperawatan

Dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan dan strategi bagi keperawatan maternitas dalam memberikan asuhan keperawatan yang lebih komprehensif pada pasangan usia subur dengan faktor resiko tinggi yang terkait dengan tubektomi.


(15)

4.3 Penelitian Keperawatan

Diharapkan dapat menjadi data dasar dan informasi bagi peneliti selanjutnya yang terkait dengan tubektomi terhadap respon seksual.


(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Persepsi 1.1.Pengertian

Persepsi adalah tanggapan langsung dari sesuatu dan merupakan proses seseorang mengetahui berapa hal melalui panca inderanya (Depdiknas, 2005). Rahmat (2005) mendefinisikan persepsi sebagai informasi dan menafsirkan pesan.

Persepsi adalah pengorganisasian, penginterpretasian pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan terhadap stimulus yang diterima oleh panca indera sehingga merupakan sesuatu yang berarti. Persepsi merupakan aktifitas yang terintegrasi dalam individu, oleh sebab itu apa yang ada dalam diri individu akan ikut aktif dalam persepsi. Hasil persepsi terhadap suatu stimulus dapat berbeda antara individu yang satu dengan yang lain. Hasil persepsi dipengaruhi oleh perasaan, kemampuan berfikir, pengalaman individu yang berbeda satu dengan yang lain (Davidoff, 1981 dalam walgito, 2002).

Kozier (1995) menyatakan bahwa persepsi juga dapat dijelaskan sebagai proses seleksi dan menginterpretasikan stimuli sensori kedalam gambaran yang saling berkaitan. Persepsi merupakan kesadaran seseorang terhadap realita dan didasarkan pada pengetahuan dan pengalaman masa lalu individu. Lapangan persepsi seseorang dipengaruhi oleh kebutuhan, nilai atau kepercayaan dan konsep diri seseorang.


(17)

Siagian (1995) menyatakan bahwa persepsi seseorang tidak timbul begitu saja, ada faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor itulah yang menyebabkan adanya perbedaan interprestasi pada dua orang tentang suatu objek yang sama.

Secara umum, terdapat 3 faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang, yaitu: 1.Diri orang yang bersangkutan.

Apabila seseorang melihat sesuatu dan berusaha memberikan interprestasi tentang apa yang dilihat. Kemampuan memahami apa yang dilihat dipengaruhi oleh karakteristik individual seperti sikap, motif, pengalaman, dan harapan.

2.Sasaran persepsi

Mungkin berupa Sasaran orang, benda, atau peristiwa. Sifat-sifat sasaran itu biasanya terhadap persepsi orang yang melihatnya.

3.Faktor situasi.

Persepsi harus dilihat secara konstektual yang berarti dalam situasi apa persepsi itu timbul. Situasi merupakan faktor yang turut berperan dalam pertumbuhan persepsi seseorang. Ada dua bentuk persepsi yaitu positif dan negatif, apabila objek yang dipersepsi sesuai dengan penghayatan dan dapat diterima secara rasional dan emosional maka manusia akan mempersepsikan positif atau cenderung menyukai dan menanggapi sesuai dengan objek yang dipersepsikan. Apabila tidak sesuai dengan penghayatan maka persepsinya negatif atau cenderung menjauhi, menolak dan menanggapinya secara berlawanan terhadap objek persepsi tersebut (Rahmat, 2005).


(18)

1.2. Proses terjadinya persepsi

Objek menimbulkan stimulus dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor dimana proses ini disebut dengan proses fisik. Stimulus yang diterima oleh proses alat indera diteruskan oleh syaraf sensori ke otak proses ini disebu

proses fisiologis. Kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran inilah yang disebut sebagai proses psikologis. Dalam proses persepsi tidak semua stimulus mendapatkan respon individu untuk persepsi, tergantung pada stimulus dan perhatian individu yang bersangkutan. (Walgito, 2002).

2. Tubektomi 2.1. Pengertian.

Tubektomi (kontap) adalah suatu tindakan untuk membatasi keturunan dalam jangka waktu yang tidak terbatas, yang dilakukan terhadap salah seorang dari pasangan suami dan istri atas permintaan yang bersangkutan, secara mantap dan sukarela. Tindakan tubektomi pada wanita disebut kontap wanita atau MOW (metode operasi wanita) atau sterilisasi (BKKBN, 1993).

Tubektomi (kontap) pada wanita atau MOW (metode operasi wanita) atau sterilisasi, yaitu tindakan pengikatan dan pemotongan saluran telur agar sel telur tidak dapat dibuahi oleh sperma. Tubektomi (kontap) menghentikan kemampuan seorang wanita untuk hamil dan mendapat keturunan, tetapi tidak menghentikan fungsi ovarium. Ovarium tetap mensekresi hormon dan menstruasi tetap berlangsung seperti biasa (Sarwono,1996).

Metode yang digunakan untuk tubektomi (kontap) berbeda-beda sesuai dengan pendekatan tehnik bedah yang digunakan untuk mencapai tuba. Dua pendekatan yang sering digunakan untuk memperoleh akses ketuba fallopii;


(19)

1. Laparatomi mini berupa penarikan tuba fallopii melalui sebuah insisi kecil diabdomen.

2. Laparoskopi berupa pemasukan sebuah laparaskop ke abdomen sehingga penyediaan layanan dapat melihat ke dalam rongga abdomen dan menyumbat tuba (mochtar,1996).

Tubektomi wanita biasanya dilakukan dengan anastesi umum atau lokal dan produser yang paling sering dilakukan adalah sterilisasi laparoskopik. Prosedur ini dilakukan dengan membuat insisi kecil di umbilikus dan abdomen diisi dengan gas karbon dioksida. Meja operasi dimiringkan kebelakang, yang memastikan bahwa semua organ lain jauh dari uterus. Dengan menggunakan laparoskop, tuba fallopi dicari letaknya, kemudian di ikat atau dipasang klip. Prosedur ini dapat dilakukan sebagai kasus satu hari dan bergantung pada keadaan rumah dan kemungkinan wanita dapat pulang pada hari yang sama (Mochtar,1996).

Apabila wanita pernah menjalani pembedahan ginekologi sebelumnya atau kegemukan, tidak mungkin dapat dilakukan sterilisasi laparoskopik dalam situasi ini, laparotomi-mini dapat di indikasikan. Prosedur ini dilakukan dengan membuat insisi besar pada abdomen dan biasanya membutuhkan perawatan di rumah sakit selama 4-5 hari. Setelah sterilisasi, sebagian besar ahli bedah melakukan dilatasi dan kuretasi untuk memastikan bahwa tidak ada risiko kehamilan sebelum dilakukannya prosedur laparaskopik (Mochtar,1996).

2.2. Manfaat Tubektomi

Secara umum manfaat kontrasepsi tubektomi ini dibanding dengan kontrasepsi lain adalah lebih aman, lebih praktis, karena hanya memerlukan satu kali tindakan saja. Lebih efektif, karena tingkat kegagalannya sangat kecil dan


(20)

merupakan cara kontrasepsi yang permanent. Lebih ekonomis, karena hanya memerlukan biaya untuk satu kali tindakan saja (Bobak, 2005).

2.3. Kerugian tubektomi.

Prosedur vaginal mempunyai angka kegagalan yang tinggi dibandingkan laparoskopi atau minilaparatomi, tetapi kerugian utamanya adalah angka infeksi yang lebih tinggi dan pendekatan ini tidak disukai. Infeksi intraperitonial merupakan komplikasi kerugian tubektomi.

Langkah dari tehnik minilap atau laparoscopi. Pada prosedur vaginal, pembentukan abses mendekati 1%. Resiko ini dapat dikurangi dengan antibiotik profilaktik yang diberikan intraoperatif, tetapi laparoskopi terbuka biasanya lebih mudah dan lebih aman, bahkan pada wanita penderita obesitas ( Speroff & Leon,2002 ).

3. Konsep respon seksual 3.1. Pengertian

Siklus respon seksual dengan fase-fase excitement, plateu, orgasmus dan resolusi. Fase –fase ini adalah akibat dari vasokontriksik dan miotonia, yang merupakan respon fisiologis dasar dari rangsangan seksual (master dan johnson, 1996).

Vasokongesti adalah pengumpulan darah dalam alat genitalia dan payudara wanita selama rangsangan seksual. Pada wanita reaksi ini menyebabkan lubrikasi vaginal, tumescence (pembengkakan) klitoris, labia minora dan mayora, dan pembesaran sepertiga bagian luar vagina.

Pada pria, vasokongesti menyebabkan ereksi penis miotonia atau tensi neuromuskular, secara bertahap meningkat di seluruh tubuh selama fase


(21)

perangsangan dan plateu. Miotonia memuncak selama orgasmus, sehingga menyebabkan kontraksi involunter vagina wanita dan duktus deferens serta uretra pada pria. Kedua jender mengalami kontraksi pada lengan, tungkai, wajah, dan otot gluteal. Spasme kartopedal atau kontraksi spastis dari otot tangan dan kaki dapat terjadi setelah orgasmus tubuh kembali pada tingkat sebelum perangsangan. Fase yang di gambarkan oleh master dan johnson tidak absolut. Meskipun fase ini beragam dalam durasi dan intensitasnya, pola respon pada wanita dan pria lebih banyak kemiripannya ketimbang perbedaannya. Respon tersebut banyak di pengaruhi oleh faktor psikologis dan lingkungan seperti kelebihan mengkonsumsi alkohol, dan ketepatan waktu diantara individu bervariasi (Potter & perry ,2005).

Menurut Bobak (2005) respon seksual pada tahap awal dapat menyebabkan munculnya stimulasi pada hipotalamus dan kelenjar hipopisis anterior pada wanita dan pria kemudian menyebabkan keluarnya hormon FSH dan LH, jaringan target hormon-hormon ini adalah gonad, ovarium dan testis. Pada wanita ovarium berfungsi memproduksi ovum dan mensekresi hormon progesteron dan estrogen. Sedangkan pada pria testis berfungsi memproduksi sperma dan mensekresi hormon testosteron. Mekanisme umpan balik antara hormon yang disekresi oleh gonad, hipotalamus dan hipopisis anterior membantu mengendalikan produksi sel-sel kelamin dan sekresi hormon seksual steroid.

3. 2 Siklus respon seksual manusia.

Menurut Masters dan Johnson (1966) siklus respon seksual terdiri dari fase


(22)

a. Tahap exicetement (peningkatan bertahap dalam rangsangan (seksual). Yang terjadi pada wanita pada tahap ini adalah lubrikasi vaginal yaitu dinding vagina berkeringat, ekspansi 2/3 bagian dalam rongga vagina (lorong vagina membuka), peningkatan sensitivitas dalam pembesaran klitoris serta labia, kemudian terjadi ereksi puting dan peningkatan ukuran payudara. Sedangkan pada pria yang terjadi pada tahap ini yaitu ereksi penis (penambahan besar penis dari yang sebelumnya), penebalan dan elevasi skrotum, pembesaran skrotum, ereksi puting susu dan pembengkakan (tumescence).

b. Tahap Plateu (penguatan respon fase exicetement).

Pada tahap berikutnya yang terjadi pada wanita pada tahap ini adalah pembesaran klitoris (retraksi klitoris dibawah topi klitoris), pembentukan platform orgasmus: pembengkakan 1/3 luar vagina dan labia minora, elevasi serviks dan uterus: perubahan warna kulit yang tampak hidup pada labia minora, pembesaran areola dan payudara, peningkatan tegangan otot dan pernapasan, peningkatan frekuensi denyut jantung, tekanan darah dan prekuensi pernafasan. Sedangkan pada pria yang terjadi pada tahap ini yaitu peningkatan ukuran glans (ujung) penis, peningkatan intensitas warna glans, elevasi dan peningkatan 50% ukuran testis, peningkatan tegangan otot dan pernafasan, peningkatan frekuensi denyut jantung, tekanan darah dan frekuensi pernapasan.

c. Tahap orgasmus (penyaluran kumpulan darah dan tegangan otot)

Pada tahap ini yang terjadi pada wanita adalah kontraksi volunter platformorgasmik, uterus, rektal dan spinter uretral, dan kelompok otot lain, hiperventilasi dan peningkatan frekuensi jantung, memuncaknya frekuensi jantung, tekanan darah dan frekuensi pernafasan. Sedangkan pada pria yang


(23)

terjadi adalah penutupan sfinter urinarius internal, sensasi ejakulasi yang terjadi tertahankan, kontraksi duktus deferens vesikel seminalis prostat dan duktus ejakulatorius, relaksasi sfinter kandung kemih eksternal, memuncaknya frekuensi jantung, tekanan darah dan frekuensi pernafasan, ejakulasi.

d. Tahap Resolusi (fisiologis dan psikologis kembali ke dalam keadaan tidak terangsang).

Pada tahap ini yang terjadi pada wanita adalah relaksasi bertahap pada dinding vagina, perubahan warna yang cepat pada dinding labia minora, berkeringat, secara bertahap frekuensi jantung, tekanan darah dan frekuensi pernapasan kembali normal, wanita mampu kembali mengalami orgasmus karena tidak mengalami periode refraktori seperti yang terjadi pada pria (Purnawan, 2004). Sedangkan yang terjadi pada tahap ini pada pria adalah kehilangan ereksi penis, periode refraktori ketika dilanjutkan stimulasi menjadi tidak enak, reaksi berkeringat, penurunan testis, secara bertahap frekuensi jantung, tekanan darah dan frekuensi pernafasan kembali normal.

3.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi seksualitas antara lain: 1. Faktor Fisik

Klien dapat mengalami penurunan keinginan seksual karena alasan fisik, karena bagaimanapun aktivitas seks bisa menimbulkan nyeri dan ketidaknyamanan. Kondisi fisik dapat berupa penyakit ringan/berat, keletihan, medikasi maupun citra tubuh. Citra tubuh yang buruk terutama disertai penolakan atau pembedahan yang mengubah bentuk tubuh menyebabkan seseorang kehilangan gairah.


(24)

2. Faktor Hubungan

Masalah dalam berhubungan (kemesraan, kedekatan) dapat mempengaruhi hubungan seseorang untuk melakukan aktivitas seksual.

Hal ini sebenarnya tergantung dari bagimana kemampuan mereka dalam berkompromi dan bernegoisasi mengenai perilaku seksual yang dapat diterima dan menyenangkan.

3. Faktor Gaya Hidup

Gaya hidup disini meliputi penyalahgunaan alkohol dalam aktivitas seks, ketersediaan waktu untuk mencurahkan perasaan dalam berhubungan, dan penentuan waktu yang tepat untuk aktivitas seks. Penggunaan alkohol dapat menyebabkan rasa sejahtera atau gairah palsu dalam tahap awal seks dengan efek negatif yang jauh lebih besar dibanding perasaan eforia palsu tersebut. Sebagian klien mungkin tidak mengetahui bagaiman mengatur waktu antara bekerja dengan aktivitas seksual, sehingga pasangan yang sudah merasa lelah bekerja merasa kalau aktivitas seks merupakan beban baginya.

4. Faktor Harga Diri

Jika harga-diri seksual tidak di pelihara dengan mengembangkan perasaan yang kuat tentang seksual-diri dan dengan mempelajari ketrampilan seksual, aktivitas seksual mungkin menyebabkan perasaan negatif atau tekanan perasaan seksual (Purnawan, 2004).


(25)

3.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi respon suami 1. Kesibukan

Dalam memenuhi kebutuhan ekonomi dan sosial menjadikan pasangan suami istri lupa akan kebutuhan seks mereka, mereka lebih menikmati hidup apabila mereka kebutuhan ekonominya dikatakan layak dan kebutuhan sosialnya terpenuhi. Mereka rela pergi pagi-pagi dan pulang sudah larut malam. Intenitas bertemu juga jarang walaupun mereka pergi kerja bersama-sama dan pulangnya pun bersama-sama. Tetapi mereka jarang berkomunikasi dan mereka larut dalam pikiran masing-masing karena kecapekan atau sebab lain mengenai masalah kerja.

2. Faktor Anak

Seringkali anak menjadi alasan klasik mengapa pasangan kita tidak mau diajak berhubungan seks. Awal pernikahan sebelum ada kehadiran seorang anak, kegiatan seks begitu menyenangkan, tetapi setelah ada kehadiran anak kegiatan itu pun terhalang apalagi kalau anak kita masih kecil-kecil dan masih tidur sekamar dengan kita.

3. Faktor Fisik

Kesehatan adalah modal utama dalam hubungan seks, tanpa kesehatan seks pun menjadi terhalang. Orang yang kesehatannya prima maka untuk memenuhi kebutuhan akan seks tidak begitu terhalang. Lain lagi kalau kondisi orang itu sakit atau kondisi fisik yang tidak sempurna, secara tidak langsung kebutuhan seks pun terhambat karena keterbatasan tersebut.


(26)

4. Faktor Psikologi

Tidak jarang kita jumpai banyak orang merasa stres karena apa yang menjadi impiannya selama ini belum atau bahkan tidak terwujud, atau faktor pekerjaan di kantor yang di bawah tekanan sehingga mudah sekali orang menjadi stress. Atau seseorang yang sangat rentan mengalami stress karena masalah yang sebenarnya masih bisa diatasinya. Apapun wujud dan sebab dari stres itu secara tidak langsung akan mempengaruhi kehidupan seksnya. Mereka merasa tidak bergairah dalam menjalani hidup apalagi seseorang yang mengalami stres berat. 5. Faktor Pasangan

Yang dimaksud disini adalah faktor suami atau istri, kadang kala kita sudah menggebu dan sangat bergairah ingin sekali berhubungan suami istri ataubercinta dengan pasangan . Dan tidak jarang pasangan kita menolak untuk diajak berhubungan. Banyak alasan yang diutarakan karena penolakannya. Akibatnya gairah kita yang tadinya membara menjadi dingin seketika karena penolakan pasangan kita.

3.5. Persepsi suami dan istri tentang pengaruh tubektomi terhadap respon seksual.

Respon seksual antara suami dan istri di anggap sebagai rasa suka cita bagi setiap pasangan yang telah menikah. Setelah menikah mereka mendapatkan keturunan dan mengikuti program pemerintah maka di wajibkan bagi ibu untuk melakukan tubektomi bagi pasangan usia subur (PUS) dan wanita dengan kondisi kesehatan yang mengharuskan untuk melakukan tubektomi. Istri sering mengalami kecemasan pada saat memilih kontrasepsi tubektomi sehingga suami diikut sertakan dalam konseling. Tujuan dilakukannya konseling kontrasepsi


(27)

tubektomi di harapkan agar suami mengerti secara terperinci dan jelas manfaat dari kontrasepsi tubektomi. Dari penjelasan tersebut bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan resproduksi serta aktif dalam penggunaan kontrasepsi ini (Pinem,2002).

Pasangan yang memilih metode tubektomi akan terbebas dari rasa kecemasan akan terjadinya kehamilan. Ketakutan akan kehamilan apabila terlambat haid atau lupa belum melakukan kontrasepsi seperti minum pil atau suntik sehingga dapat memicu permintaan untuk dilakukan tubektomi. Wanita yang melakukan tubektomi akan merasa terbebas dari kecemasan kehamilan, pasangan ini menikmati koitus dengan cara yang sebelumnya tidak mereka lakukan. Pasangan ini juga akan terbebas dari kecemasan terhadap biaya, karena tubektomi dilakukan sekali seumur hidup (Suzanne, 2008).

Peneliti mencatat bahwa wanita dan pasangannya lebih menikmati seks karena mereka bebas dari rasa cemas atas potensi kehamilan yang tidak direncanakan. Hasil penelitian diatas tidak menemukan secara jelas apa penyebab kondisi diatas, namun dimungkinkan karena perasaan bebas dari rasa kecemasan ada terjadi kehamilan yang tidak diinginkan (Okezone, 2010).

Hasil penelitian Smith menunjukka n bahwa wanita yang telah menjalani prosedur tubektomi menunjukkan resiko rendah terhadap masalah-masalah seksual tertentu (disfungsi seksual). Bahkan mereka cenderung lebih bahagia dengan kehidupan seksualitas dari wanita lain yang tidak melakukan tubektomi. Salah satu faktor yang menakutkan bagi wanita yang tubektomi adalah mengalami resiko disfungsi seksual.


(28)

Secara fisiologis tidak ada alasan bahwa tubektomi akan menyebabkan masalah seksual. Disamping itu hasil penelitian menemukan 36% wanita yang telah menjalani tubektomi mendapat respon seksual yang sangat tinggi kepuasannya, sedangkan pada wanita yang tidak menjalani tubektomi hanya 30% yang menunjukkan rasa kepuasan terhadap respon seksual yang sangat tinggi (Sahid, 2008).


(29)

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

1. Kerangka Penelitian

Tubektomi adalah suatu operasi kecil yang dilakukan dengan cara memotong atau mengikat saluran indung telur sehingga sperma dan indung telur tidak bisa bertemu (BKKBN, 1993).

Manfaat tubektomi adalah cara yang efektif untuk mencegah kehamilan lebih dari 99%. Tidak ada efek samping dalam jangka waktu panjang, tidak mempengaruhi proses menyusui, pembedahan secara sederhana, dapat dilakukan dengan anastesi lokal, dan tidak tergantung pada faktor senggama. Bagi wanita yang beresiko kesehatannya dianjurkan untuk melakukan kontrasepsi tubektomi dan tidak mengganggu hubungan seksual.

Skema 1. Persepsi suami dan istri terhadap pengaruh tubektomi terhadap respon seksual

2. Defenisi Operasional

Persepsi adalah tanggapan / pandangan, pemahaman pasangan suami dan istri yang berada di kelurahan kemenangan tani kecamatan medan tuntungan tentang tubektomi terhadap respon seksual.

Respon seksual adalah adaptasi gambaran adaptasi fisik terhadap respon seksual pada tiap tahap yaitu tahap exicetement, plateu, orgasmus, resolusi yang menunjukkan menatau penurunan kemampuan frekuensi seksualitas, perubahan seksualitas.

Tubektomi Persepsi suami

& istri terhadap respon seksual

-Positif -Negatif


(30)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat penelitian deskriptif untuk mengidentifikasi persepsi suami dan istri tentang tubektomi terhadap respon seksual.

2. Populasi Dan Sampel a. Populasi

Populasi adalah sekelompok pasangan suami istri yang tinggal di wilayah yang sama atau objek yang memiliki karakteristik yang sama (Chandra, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasangan suami istri yang istrinya

mengunakan kontrasepsi mantap (tubektomi) di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan. Jumlah populasi sejak tahun 2009 bulan April

2010 sebanyak 32 orang suami dan 32 orang istri. b. Sampel

Sampel terdiri dari bagian populasi yang dapat digunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling. Sedangkan sampling adalah proses penyeleksi porsi dari populasi yang dapat mewakili populasi yang ada (Nursalam, 2008). Pengambilan sampel dalam penelitian menggunakan tehnik total sampling yaitu seluruh populasi akan menjadi objek penelitian. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 32 orang suami dan 32 orang istri. Dengan kriteria pasangan bersedia menjadi responden.


(31)

2. Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan. Alasan pemilihan lokasi penelitian karena di daerah Kelurahan Kemenangan Tani jumlah akseptor Tubektomi mencukupi untuk diambil sebagai sampel yaitu sebanyak 32 orang suami dan 32 orang istri. Penelitian ini dilakukan pada bulan juni-juli 2010.

2. Pertimbangan Etik

Penelitian dilakukan setelah mendapatkan rekomendasi dari Fakultas keperawatan Universitas Sumatera Utara. Selajutnya mengirimkan surat permohonan untuk mendapatkan surat izin dari institusi dan rekomendasi dari camat medan tuntungan. Setelah mendapatkan izin dari camat, peneliti memulai mengumpulkan data dengan memberikan pertanyaan kepada responden yang akan diteliti.

3. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa pertanyaan sebagai alat pengumpul data yang berisikan pertanyaan tentang persepsi suami dan istri tentang tubektomi terhadap respon seksual. Bentuk pertanyaan yang digunakan adalah pertanyaan tertutup (closed ended) dengan variasi pertanyaan berupa pertanyaan yang mana dari beberapa jawaban yang disediakan responden hanya memilih satu diantaranya yang sesuai dengan pendapatnya.

Bagian kedua instrumen dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka dan konsultasi dengan pembimbing. Pertanyaan ini berisi pertanyaan untuk mengetahui persepsi suami dan istri tentang tubektomi terhadap respon seksual. Bagian ini terdiri dari 10 pertanyaan. Untuk menilai persepsi suami dan


(32)

istri tentang tubektomi terhadap respon seksual dilakukan memberikan pertanyaan-pertanyaan sekitar seputar hubungan seksual antara suami dan istri yang menggunakan tubektomi. Dengan menggunakan teori guttman yang menyediakan dua alternatif jawaban, yaitu ;(a) bila bentuk pertanyaan positif jawabannya” ya ” maka skor dari pertanyaan itu 1 (satu), namun jika jawaban ”tidak ” skor dari pertanyaan itu O (nol); (b) bila bentuk pertanyaan negatif jawabannya ”ya” maka skor dari pertanyaan itu O (nol), namun jika jawabannya ” tidak” maka skor dari pertanyaannya itu 1 (satu).

4. Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan setelah peneliti menerima surat ijin pelaksanaan penelitian dari institusi Fakultas Keperawatan Sumatera Utara dan ijin dari Camat Medan Tuntungan.

Pada saat pengumpulan data, sebelumnya peneliti telah membuat kesepakatan kepada bagian PLKB untuk mendata pasangan suami dan istri yang tubektomi. Kemudian mendatangi rumah akseptor tubektomi untuk mewawancarai tentang respon seksual yang akan diolah peneliti atas jawaban dari pasangan suami dan istri akseptor tubektomi. Responden yang bersedia mengikuti penelitian dan memenuhi kriteria penelitian pada Kelurahan Kemenangan Tani yang peneliti kunjungi akan di jadikan sebagai eksperimen. Responden pada awalnya akan memberikan pertanyaan yang akan dipertanyakan oleh peneliti. 5. Analisa Data

Setelah semua data terkumpul maka analisa data dapat dilakukan yaitu dimulaki dengan editing untuk memeriksa kembali semua kuesioner tersebut satu persatu, untuk memastikan bahwa setiap kuesioner telah diisi sesuai petunjuk.


(33)

Dilanjutkan dengan memberikan kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi data. Kemudian data diproses memakai program SPSS versi 17.0 dan terakhir data di cleaning yaitu untuk mengecek kembali data yang telah dientry apakah ada kesalahan atau tidak.

Metode statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif yaitu metode statistik yang digunakan untuk memaparkan satu variabel yaitu persepsi suami dan istri tentang tubektomi terhadap respon seksual akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, Alpha krombat dan persentase sebaran karakteristik demografi wanita tubektomi respon seksual.

6. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Data kuesioner disusun sendiri oleh peneliti sendiri, maka perlu dilakukan uji validitas yang bertujuan untuk mengukur apa yang akan di ukur yang sifatnya penting dan pasti (Arikunto, 2006). Untuk menguji validitas isi yaitu validitas berdasarkan tinjauan pustaka. Selanjutnya dikonsultasikan kepada yang berkompeten dibidang tersebut yaitu Bapak Iwan Rusdi, S.Kp, MNS.

Uji reliabilitas yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar derajat atau kemampuan alat ukur mengukur secara konsisten sasaran yang akan diukur. Uji reliabilitas dilakukan terhadap 10 orang yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan sebagai sampel tetapi tidak akan menjadi sampel pada penelitian.


(34)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian serta pembahasan mengenai persepsi suami dan istri tentang tubektomi terhadap respon seksual di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 32 suami dan 32 istri. Penyajian hasil analisa data penelitian ini meliputi data demografi dan persepsi

1.1 Demografi

Tabel 1. Karakteristik Demografi Suami Dan Istri di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010

DATA SUAMI ISTRI

F % Mean F % Mean

Usia 20-40 41-60 10 22 31.1 68.8 47.00 23 9 71.9 28.1 40.41 Pendidikan SD SLTP SMU D3 S1 2 2 15 6 7 6.3 6.3 46.9 18.8 21.9 1 5 13 10 3 3.1 15.6 40.6 31.3 9.4 Pekerjaan: Peg. Swasta PNS Wiraswasta Petani IRT Suku: Jawa Karo Batak 10 13 6 3 - 5 23 4 31.1 40.6 18.8 9.4 15.6 71.9 12.5 3 9 2 2 16 3 22 7 9.4 28.1 6.3 6.3 50 9.4 68.8 21.9


(35)

Hasil penelitian menunjukkan pada tabel 1 diatas menunjukka n bahwa dari 64 responden, kelompok usia terbanyak pada suami adalah usia 41-60 sebanyak 22 orang (68.8%) dan usia terendah 20-40 sebanyak 10 orang (31.3%). Sedangkan pada istri terbanyak adalah usia 20-40 sebanyak 23 orang (71.9%) dan terendah adalah usia 41-60 sebanyak 9 orang (28.1%). Ditinjau dari pendidikan suami yang paling tinggi adalah SMU sebanyak 15 orang (46.8%) dan pendidikan terendah adalah SD dan SLTP masing-masing 2 orang (6.25%). Pendidikan istri yang paling tinggi adalah SMU sebanyak 13 orang (40.6%) dan terendah SD sebanyak 3 orang (9.4%).

Menurut kategori pekerjaan suami yang paling banyak adalah pegawai negeri (PNS) 13 orang (40.6%) dan terendah adalah petani 3 orang (9.3%). Pekerjaan istri yang paling banyak IRT sebanyak 16 orang (50%) dan terendah adalah wiraswasta dan petani masing-masing 2 orang (6.3%), terendah kedua dari pekerjaan suami adalah pegawai swasta 10 orang (31.2%) , terendah kedua istri PNS 9 orang ( 28.1%) dan pekerjaan suami yang terendah ketiga suami adalah wiraswasta 6 orang (18.7%) dan terendah ketiga istri pegawai swasta 3 orang (9.4%). Sedangkan menurut kategori suku pada suami yang paling banyak adalah Karo sebanyak 23 orang ( 71.8%), suku Batak sebanyak 4 orang (12.5%) dan suku jawa 5 orang (15.6). Sedangkan suku istri yang paling banyak adalah Karo 22 orang (68.8%) dari pada suku Jawa 3 orang (9.4%) dan Batak 7 orang ( 21.9%).


(36)

1.2 Persepsi suami tentang Tubektomi terhadap respon seksual

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Persepsi Suami Tentang Tubektomi Terhadap Respon Seksual Berdasarkan Pertanyaan Yang Dipilih di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010.

PERTANYAAN

YA TIDAK

F % F %

1 (-) 2 (+) 3 (+) 4 (-) 5 (-) 6 (+) 7 (+) 8 (-) 9 (-) 10 (+)

29 11 12 21 12 24 10 13 17 20 90.6 34.3 37.5 65.6 37.5 75 31.2 40.6 53.1 62.5 3 21 20 11 20 8 12 19 15 12 9.3 65.6 62.5 34.3 65.6 25 37.5 59.3 46.8 37.5

Dari tabel 2 diatas dapat dilihat persepsi suami tentang tubektomi terhadap respon seksual di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan. Berdasarkan pertanyaan menunjukkan bahwa pertanyaan yang paling banyak di jawab benar adalah no.1 yaitu tubektomi menyebabkan meningkatnya gairah seksual pada suami dan istri, no 6 yaitu terjadi peningkatan frekuensi hubungan seksual setelah dilakukan Tubektomi, no 4 yaitu setelah melakukan hubungan seksual kepuasan seksual menurun, no 10 yaitu setelah dilakukan Tubektomi pasangan tidak merasa kesulitan untuk mencapai orgasme, no 9 yaitu setelah dilakukan Tubektomi pasangan merasa kesulitan untuk mencapai organisme, yang di jawab salah no.2 yaitu2 yaitu tubektomi menyebabkan meningkatnya gairah seksual pada suami dan istri,no 3 yaitu setelah melakukan hubungan seksual kepuasan seksual meningkat, no 5 yaitu terjadi penurunan frekuensi hubungan seksual setelah dilakukan Tubektomi, no 8 yaitu setelah dilakukan Tubektomi pasangan merasa kesulitan untuk mencapai orgasme.


(37)

1.3 Persepsi Istri Tentang Tubektomi Terhadap respon seksual.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Persepsi Istri Tentang Tubektomi Terhadap Respon Seksual Berdasarkan Pertanyaan Yang Dipilih di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010

PERTANYAAN YA TIDAK

F % F %

1 (-) 2 (+) 3 (+) 4 (-) 5 (-) 6 (+) 7 (+) 8 (-) 9 (-) 10 (+) 22 19 21 24 9 24 12 15 14 22 68.7 59.3 65.6 75 28.1 75 37.5 46.8 43.7 68.7 10 31.2 13 40.6 11 34.3 8 25 23 71.8 8 25 20 62.5 17 53.1 18 65.2 10 31.2

Dari tabel 3 diatas dapat dilihat persepsi istri tentang tubektomi terhadap respon seksual di Kelurahan Medan Tuntungan. Berdasarkan pertanyaan menunjukkan bahwa pertanyaan yang paling banyak dijawab benar adalah no.6 yaitu terjadi peningkatan frekuensi hubungan seksual setelah dilakukan tubektomi, no 4 yaitu setelah melakukan hubungan seksual kepuasan seksual menurun, no 1 yaitu tubektomi menyebabkan menurunnya gairah seksual pada suami dan istri, no 10 yaitu setelah peningkatan frekuensi hubungan seksual setelah dilakukan tubektomi, no 3 yaitu setelah melakukan hubungan seksual kepuasan seksual meningkat, yang di jawab salah no.5 yaitu terjadi penurunan frekuensi hubungan seksual setelah dilakukan tubektomi, no 7 yaitu setelah dilakukan tubektomi pasangan bebas melakukan hubungan suami dan istri, no 9 yaitu setelah dilakukan tubektomi pasangan merasa kesulitan untuk mencapai orgasme, no 8 yaitu setelah


(38)

dilakukan tubektomi pasangan merasa kurang nyaman melakukan hubungan suami dan istri.

1.4 Persepsi Suami dan Istri Tentang Tubektomi Terhadap Respon Seksual

Tabel 4. Persepsi Suami dan Istri Tentang Tubektomi Terhadap Respon Seksual di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010.

SUAMI % ISTRI %

YA 16 50 17 53.1

TIDAK 16 50 15 46.9

Dari tabel 4 di atas mengenai persepsi suami dan istri tentang tubektomi terhadap respon seksual di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan menunjukkan bahwa 16 orang (50%) suami mempunyai persepsi baik tentang tubektomi terhadap respon seksual dan 16 orang (50%) suami mempunyai persepsi yang kurang baik tentang tubektomi terhadap respon seksual. Sedangkan 17 orang ( 53.1%) istri mempunyai persepsi yang baik tentang tubektomi terhadap respon seksual dan 15 orang (46.9%) istri mempunyai persepsi kurang baik tentang tubektomi terhadap respon seksual.

2. Pembahasan

Desain deskriptif digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi persepsi suami dan istri tentang tubektomi terhadap respon seksual di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan. Berdasarkan hasil yang diperoleh, pembahasan dilakukan untuk menjawab pertanyaan peneliti tentang persepsi suami dan istri tentang tubektomi terhadap respon seksual.


(39)

2.1 Karakteristik Demografi Suami dan Istri di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010.

Dari penelitian ini diperoleh hasil karakteristik istri bahwa persentase terbesar Tubektomi ini terletak pada kelompok usia 20-40 tahun (56.6%). Dalam bidang kependudukan, pemerintah Indonesia menegaskan paradigma baru program KB yang telah disesuaikan dengan GBHN 1999. Visi program KB yang semula adalah Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) dengan slogan dua anak cukup, laki-laki perempuan sama saja dikembangkan menjadi keluarga berkwalitas tahun 2015. Visi ini menekankan pentingnya upaya menghormati hak-hak reproduksi sebagai upaya integral dalam meningkatkan kualitas keluarga (BKKBN dan UNFPA,2005). Persentase terbesar peserta KB namun terletak pada kelompok usia 20-29 tahun sebesar 50%, disusul kelompok usia 30-49 tahun sebanyak 31% dan 15-19 tahun 11%. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa peserta terbesar berumur dibawah 40 tahun.

Hasil distribusi frekuensi pendidikan suami dan istri yang paling banyak menggunakan kontrasepsi tubektomi pada suami adalah SMU (N:15 atau 46.8%), dan istri (N:14 atau 43.7%).

Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor terjadinya pengetahuan. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui pendidikan formal maupun non formal dan semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin luas pengetahuan (Notoatmojo, 2003).

Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang mempunyai pendidikan


(40)

tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional dibandingkan dengan mereka yang berpendidikan rendah. Keadaan ini juga terjadi pada program KB tubektomi, masyarakat yang berpendidikan rendah lebih banyak memberikan respon emosi, karena dianggap dapat mengubah apa yang mereka lakukan pada masa lalu. Sedangkan mereka yang berpendidikan tinggi akan berfikir sejauh mana keuntungan yang mungkin mereka peroleh dari program KB tubektomi, karena program KB tubektomi ini bertujuan untuk membantu masyarakat menuju tingkat kesejahteraan yang lebih baik (DepKes RI,1991).

Pasangan yang akan melakukan KB harus diberi penjelasan bagaimana cara kerjanya harus diugkapkan terlebih dulu kepada calon akseptor, calon akseptor juga tidak diberi kesempatan untuk mengetahui semua faktor pro dan kontra tentang kontrasepsi Tubektomi Sadli (1980).

Dari data demografi yang selajutnya mempengaruhi tingginya pemakaian alat kontrasepsi tubektomi di Kelurahan Kemenangan Tani kecamatan medan Tuntungan adalah pekerjaan. Keluarga dengan tingkat kesejahteraan lebih tinggi cenderung memakai metode hasil penelitian kontrasepsi jangka panjang seperti metode operatif atau tubektomi, yang tingkat efektifitasnya cukup tinggi. Pemerintah bertanggung jawab untuk menyediakan pelayanan KB gratis kepada kelompok penduduk miskin. Namun demikian, kebijakan untuk memberikan gratis kontrasepsi kepada penduduk miskin tidak selalu diikuti dengan pembebasan biaya untuk pelayanan, terutama pada fasilitas pelayanan swasta. Oleh karena itu penduduk dengan tingkat kesejahteraan terendah masih mengeluarkan uang untuk membayar KB Sukirno(1994).


(41)

Hal ini terlihat dalam penelitian tentang persepsi suami dan istri tentang tubektomi terhadap respon seksual dimana mengenai pekerjaan pasangan suami istri yang tertinggi adalah suami dengan pekerjaan pegawai swasta (N:10 atau 31.2%) dan istri IRT (N:16 atau 50%) sehingga tingkat kesejahteraan suatu keluarga sangat mempengaruhi dalam pemilihan metode kontrasepsi yang akan digunakan. Istri yang memakai alat kontrasepsi tubektomi pada penelitian ini sebagian besar bekerja sebagai ibu rumah tangga (N:16 atau 56.2%) penghasilannya hanya berasal dari suami saja. Pelembagaan kebudayaan diarahkan agar KB benar-benar dapat dihayati dan dijalankan oleh individu, keluarga maupun masyarakat. Pilihan atas pemakaian jenis kontrasepsi pada umumnya masih berdasarkan selera calon akseptor yang bersangkutan. Dan selera seseorang terhadap jenis kontrasepsi tertentu banyak ditentukan oleh pengetahuan seseorang mengenai jenis kontrasepsi (BKKBN,1991).

Hasil penelitian Rachman dkk (1998) bahwa banyak akseptor setelah berkali-kali mengalami kegagalan program KB, termotovasi untuk melakukan tubektomi. Dengan demikian, ada kemungkinan akseptor kontrasepsi mantap wanita (Tubektomi) memilih kontrasepsi mantap bukan secara sukarela, namun karena keadaan yang memaksa, apalagi jika dikaitkan dengan efek samping alat kontrasepsi.

Pada saat ini norma keluarga kecil sudah menjadi kebutuhan mendasar bagi kebanyakan keluarga di Indonesia. Disamping menunjukkan kemandirian juga harus diupayakan peningkatan tubektomi tidak saja bermanfaat bagi kesehatan ibu dan anak dengan kata lain, tubektomi bermanfaat bagi


(42)

peningkatan kualitas generasi mendatang. Untuk mewujukan keluarga kecil berkwalitas, masyarakat menggunakan alat kontrasepsi dengan cara yang tidak membahayakan pasangan suami dan istri seperti tubektomi. Tubektomi memiliki tingkat efisiensi yang lebih tinggi daripada alat-alat kontraspsi lain dan ia bersifat permanent. Setelah dilakukan operasi, tidak dilakukan lagi alat kontrasepsi lain. Operasi tersebut dianggap tidak dapat diubah, meskipun dalam beberapa kasus operasi kecil, tuba-tuba yang sebelumnya dipotong telah berhasil dijahit kembali. Dan hal ini tidak akan berpengaruh terhadap libido dan kehidupan seks pasangan suami dan istri( Owen, elizabeth. 2005).

Peneliti berasumsi responden di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tunntungan meminati pemakaian alat kontrasepsi Tubektomi dikarenakan menginginkan siklus menstruasi yang normal, mereka percaya alat kontrasepsi yang aman adalah alat kontrasepsi yang tidak mempengaruhi siklus menstruasi dikarenakan data yang didapat peneliti bahwa pemakai kontrasepsi ini yang paling banyak dikelurahan kemenangan tani kecamatan medan tuntungan adalah sebanyak 33 orang (51.5%).

2.2 Persepsi Suami Dan Istri di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010.

Persepsi adalah penginterprestasikan terhadap rangsangan yang diterima oleh individu dan merupakan sesuatu yang berarti (aktivitas yang intergrate) (Bimo, 2001). Yang mempengaruhi respon seksual bagi suami istri adalah saling memuaskan individu yang terlibat, secara fisik dan psikologik tidak berbahaya bagi kedua pihak, tidak terdapat paksaan atau kekerasan, dilakukan ditempat tertutup (stuart & suddent, 1998).


(43)

Dari hasil pengolahan data untuk persepsi suami dan istri terhadap Tubektomi tentang respon seksual di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan sebagian besar responden mempunyai persepsi positif adalah sebanyak 33 orang (51.5%), yang mempunyai persepsi negatif sebanyak 31 orang (48%).

Bila dilihat dari hasil penelitian jawaban pasangan suami istri mengenai pertanyaan persepsi tentang Tubektomi didapatkan hasil bahwa pasangan suami istri yang banyak menjawab tidak setuju pada pernyataan no 6 yaitu terjadi peningkatan frekuensi hubungan seksual setelah dilakukan tubektomi. Dan pernyataan pada no 5 yaitu terjadi penurunan frekuensi hubungan seksual setelah dilakukan Tubektomi, sehingga Pernyataan ini sangat penting diketahui oleh pasangan suami istri sehingga mereka tidak takut untuk melakukan kontrasepsi tubektomi. Hal ini sesuai dengan pendapat Dr Anthony Smith menunjukkan bahwa wanita yang telah menjalani prosedur Tubektomi menunjukkan resiko rendah terhadap masalah-masalah seksual tertentu (disfungsi seksual). Bahkan mereka cenderung lebih bahagia dengan kehidupan seksualitas dari wanita lain yang tidak melakukan Tubektomi. Tetapi suami perlu diketahui ada beberapa faktor yang mempengaruhi respon mereka yaitu faktor kesibukan, anak, fisik, psikologis, pasangan. Sehingga mempengaruhi keinginan mereka untuk melakukan hubungan suami istri dan mempengaruhi suami yang istrinya menggunakan Tubektomi di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan ( Teresa,dkk,2001).

Pasangan suami istri tidak setuju pada pernyataan nomor 7 yaitu setelah dilakukan tubektomi pasangan bebas melakukan hubungan suami istri.


(44)

Mereka salah pengertian akan kalimat penyataan tersebut disinilah tugas perawat konseling untuk menjelaskan kepada suami istri akan arti pernyataan, yang dikatakan bebas adalah dimana suami istri terbebas dari rasa kecemasan dari hamil yang tidak diinginkan (Okezone, 2010). Dengan menggunakan tehnik-tehnik konseling yang biasa digunakan yaitu: cara supportif, katarsis, membuat refleksi dan kesimpulan atas ucapan-ucapan serta perasaan-perasaan yang tersirat dalam ucapan-ucapannya, memberi semua informasi yang diperlukannya untuk membantu peserta/calon peserta membuat keputusan.

Untuk itu penting sekali perawat menggunakan pendekatan yang tepat melakukan komunikasi dengan cara memberi konseling yang dijalankannya untuk mempengaruhi persepsi suami istri tentang tubektomi terhadap respon seksual. Ada juga faktor-faktor yang mempengaruhi respon suami sehingga mempengaruhi hubungan suami istri. Hambatan-hambatan dalam pelaksanaan program keluarga berencana menurut BKKBN dan UNFPA, (2005) dalam pelaksanaannya, program KB masih mengalami beberapa hambatan. Menurut SDKI 2002-2003, masih sekitar 40% pasangan usia subur (pus) yang belum menjadi peserta KB. Faktor-faktor yang menyebabkan PUS enggan menjadi peserta KB dikarenakan dari segi pelayanan, segi ketersediaan alat kontrasepsi,segi penyampaian konseling maupun KIE (komunikasi,infoemasi dan Edukasi, hambatan budaya,kelompok wanita yang sudah tidak ingin lagi tetapi tidak menggunakan alat kontrasepsi, kelompok wanita yang tidak mau menggunakan alat kontrasepsi baik pada saat ini maupun pada waktu yang akan datang).


(45)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul ”Persepsi suami dan istri tentang Tubektomi terhadap respon seksual di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010” maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Persepsi suami tentang tubektomi terhadap respon seksual berdasarkan pertanyaan yang dipilih di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan yang mempunyai persepsi yang baik yaitu 50%. 2. Persepsi suami tentang tubektomi terhadap respon seksual berdasarkan

pertanyaan yang dipilih di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan yang mempunyai persepsi yang salah yaitu 50%. 3. Persepsi istri tentang tubektomi terhadap respon seksual berdasarkan

pertanyaan yang dipilih di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan yang mempunyai persepsi yang baik yaitu 53.1%. 4. Persepsi istri tentang tubektomi terhadap respon seksual berdasarkan

pertanyaan yang dipilih di Kelurahan Kemenangan tani Kecamatan Medan Tuntungan yang mempunyai persepsi yang salah yaitu 46.9%. 5. Persepsi suami dan istri Tentang Tubektomi Terhadap Respon Seksual

di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010 yang mempunyai persepsi yang benar yaitu suami (50%) dan istri (53.1%).


(46)

6. Persepsi suami dan istri Tentang Tubektomi Terhadap Respon Seksual di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010 yang mempunyai persepsi yang salah yaitu suami (50%) dan istri (46,9).

2. Saran-saran

1.Saran terhadap pendidikan keperawatan

Agar dapat menambah informasi dan pengetahuan kepada mahasiswa mengenai persepsi suami dan istri tentang tubektomi terhadap respon seksual di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan.

2.Saran terhadap penelitian selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan ataupun tambahan bagi penelitian selanjutnya dengan topik dan hendaknya di ruang lingkup yang sama dengan penelitian ini. Peneliti juga menyarankan agar pada penelitian selanjutnya hendaknya menggunakan metode tentang persepsi suami dan istri tentang Tubektomi terhadap Respon Seksual dan responden pada penelitian ini adalah sebanyak 64 orang untuk itu disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk menggunakan lebih banyak responden agar hasilnya lebih representatif.

3. Saran terhadap praktek keperawatan

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan bagi perawat dalam melakukan intervensi keperawatan pada proses pemberian asuhan keperawatan pasien dengan persepsi suami dan istri tentang tubektomi terhadap respon seksual di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan.


(47)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian : suatu pendekatan edisi revisi VI. jakarta: PT Rineke Cipta.

Bobak, Lawdermulk. (2005), keperawatan maternitas. Jakarta:EGC. BKKBN. (1993). Penganyaman medis keluarga berencana. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi III. Jakarta: Balai Pustaka.

Glasier & Gebbie. (2006). Keluarga Berencana & Kesehatan reproduksi, Family Planing and Reproductive Healthcare. Jakarta: EGC

Hasibuan,S.P.(2000). Manajemen sumberdaya manusia. Jakarta: Bumi Aksara.

Kozier, E.B & Wilkinson (1995). Fundamental Of Nursing Concept, Proses, and praktice.

Fifth Edition. California: Addison- Wesley Publising Company, INC. Master these/ medicine/ Obstetri dan ginekologi.

Nursalam.(2003). Konsep dan penerapan metologi penelitian ilmu Kesehatan keperawatan.

Potter & perry. (2005). Buku ajar Fundamental keperawatan: konsep Proses, dan praktik.

Prawiraharjo, (2005). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Edisi I. Cetakan ke V. EGC. Jakarta.

Rakhmad, J. (2005). Psikologi komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.


(48)

Htt:/purnawan.wordpress.com. pada tanggal 12 maret 2010. Siagian, P.S. (1995). Teori Motivasi dan aplikasinya. Jakarta: Rineke Cipta.

Speroff & Leon. (2005). Pedoman Klinik Kontrasepsi. Edisi III, EGC .Jakarta.

Walgino, J.(2002). Pengantar psikologi umum. Yogyakarta: penerbit Andi.

Ali,M. 2004. Kamus Lengkap Modren Buku Indonesia modern, jakarta, Pustaka Amani.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta.

Sukirno, sudono. 2004. Mikroekonomi. Jakarta.

Togatorop. 2007. Faktor-faktor yang mempengruhi wanita memilih Metode kontrasepsi buatan di kelurahan Siringi-ringo Labuhan Batu.


(49)

Formulir persetujuan menjadi responden penelitian Persepsi

Suami Dan Pasien Tentang Tubektomi Terhadap Respon Seksual

di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan

Medan Tuntungan

Saya adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas sumatera Utara

Nama : Elsa Jois Karolina. Situmorang Nim : 091121030

Akan melakukan penelitian tentang persepsi suami dan pasien tentang tubektomi terhadap respon seksual di kelurahan kemenangan tani Medan Tuntungan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi suami dan pasien tentang tubektomi terhadap respon seksual.

Saya mengharapkan partisipasi Saudara untuk bersedia dilakukan pemeriksaan tanda vital mencakup: pemeriksaan tekanan darah, denyut nadi dan pernafasan. Kemudian saya akan memberikan penyuluhan tentang tindakan operasi yang akan Saudara jalani. Setelah itu saya akan melakukan pemeriksaan kembali seperti sebelumnya. Hasil pemeriksaan akan dipergunakan hanya untuk pengembangan kualitas pelayanan keperawatan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud-maksud lain. Identitas yang Saudara berikan akan dijamin kerahasiaannya.

Partisipasi Saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela, untuk ikut serta menjadi responden penelitian ini, saudara diharapkan menandatangani formulir ini.

No. Responden :

Tanggal :


(50)

(51)

(52)

Lampiran 2 Nama: Elsa Jois Karolina Situmorang Nim : 091121030

JADWAL PENELITIAN

No .

Kegiatan maret April Mei Juni Juli Sept Okt Nov Des

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Mengajukan dan menetapkan judul

2. Menyusun proposal penelitian

3. Sidang proposal penelitian

4. Perbaikan hasil sidang proposal

5. Pengumpulan data

6. Analisa data

7. Penyusunan laporan hasil penelitian

8. Sidang skripsi


(53)

Taksasi Dana Penelitian

1. Fotocopy materi untuk literatur Rp. 200.000,- 2. Pembelian 1 buah flashdisk Rp. 100.000,- 3. Rental komputer dan print Rp. 300.000,- 4. Biaya internet Rp. 100.000,- 5. Transportasi Rp. 500.000,- 6. Biaya tak terduga

Jumlah : Rp. 1.350.000,- Rp. 150.000,-


(54)

(55)

(56)

(57)

(58)

(59)

(60)

(61)

(62)

[DataSet1] D:\SKRIPSI QIU\Standar Deviasi Umur Laki-laki.sav

Statistics

Jenis Kelamin Usia Kategori Usia Pendidikan Pekerjaan

N Valid 32 32 32 32 32

Missing 0 0 0 0 0

Mean .00 47.47 .69 2.44 1.06

Std. Error of Mean .000 1.283 .083 .195 .168

Median .00 47.00 1.00 2.00 1.00

Mode 0 40a 1 2 1

Std. Deviation .000 7.256 .471 1.105 .948

Minimum 0 38 0 0 0

Maximum 0 60 1 4 3

Sum 0 1519 22 78 34

Statistics

Suku P1 P2 P3 P4 P5

N Valid 32 32 32 32 32 32

Missing 0 0 0 0 0 0

Mean .97 .09 .34 .38 .34 .75

Std. Error of Mean .095 .052 .085 .087 .085 .078

Median 1.00 .00 .00 .00 .00 1.00

Mode 1 0 0 0 0 1

Std. Deviation .538 .296 .483 .492 .483 .440

Minimum 0 0 0 0 0 0

Maximum 2 1 1 1 1 1


(63)

Statistics

P6 P7 P8 P9 P10

N Valid 32 32 32 32 32

Missing 0 0 0 0 0

Mean .75 .31 .59 .44 .66

Std. Error of Mean .078 .083 .088 .089 .085

Median 1.00 .00 1.00 .00 1.00

Mode 1 0 1 0 1

Std. Deviation .440 .471 .499 .504 .483

Minimum 0 0 0 0 0

Maximum 1 1 1 1 1

Sum 24 10 19 14 21

Frequency Table

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(64)

Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 38 1 3.1 3.1 3.1

39 4 12.5 12.5 15.6

40 5 15.6 15.6 31.3

42 1 3.1 3.1 34.4

44 2 6.3 6.3 40.6

46 1 3.1 3.1 43.8

47 5 15.6 15.6 59.4

48 2 6.3 6.3 65.6

51 1 3.1 3.1 68.8

53 1 3.1 3.1 71.9

54 1 3.1 3.1 75.0

55 1 3.1 3.1 78.1

56 3 9.4 9.4 87.5

58 1 3.1 3.1 90.6

59 1 3.1 3.1 93.8

60 2 6.3 6.3 100.0

Total 32 100.0 100.0

Kategori Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 20-40 tahun 10 31.3 31.3 31.3

41-60 tahun 22 68.8 68.8 100.0

Total 32 100.0 100.0


(65)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SD 2 6.3 6.3 6.3

SMP 2 6.3 6.3 12.5

SMA 15 46.9 46.9 59.4

D3 6 18.8 18.8 78.1

S1 7 21.9 21.9 100.0

Total 32 100.0 100.0

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Pegawai Swasta 10 31.3 31.3 31.3

PNS 13 40.6 40.6 71.9

Wiraswasta 6 18.8 18.8 90.6

Petani 3 9.4 9.4 100.0

Total 32 100.0 100.0

Suku

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Jawa 5 15.6 15.6 15.6

Karo 23 71.9 71.9 87.5

Batak 4 12.5 12.5 100.0


(66)

P1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 29 90.6 90.6 90.6

Tidak 3 9.4 9.4 100.0

Total 32 100.0 100.0

P2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 21 65.6 65.6 65.6

Ya 11 34.4 34.4 100.0

Total 32 100.0 100.0

P3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 20 62.5 62.5 62.5

Ya 12 37.5 37.5 100.0

Total 32 100.0 100.0

P4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 21 65.6 65.6 65.6

Tidak 11 34.4 34.4 100.0

Total 32 100.0 100.0


(67)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 8 25.0 25.0 25.0

Tidak 24 75.0 75.0 100.0

Total 32 100.0 100.0

P6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 8 25.0 25.0 25.0

Ya 24 75.0 75.0 100.0

Total 32 100.0 100.0

P7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 22 68.8 68.8 68.8

Ya 10 31.3 31.3 100.0

Total 32 100.0 100.0

P8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 13 40.6 40.6 40.6

Tidak 19 59.4 59.4 100.0

Total 32 100.0 100.0


(68)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 18 56.3 56.3 56.3

Tidak 14 43.8 43.8 100.0

Total 32 100.0 100.0

P10

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 11 34.4 34.4 34.4

Ya 21 65.6 65.6 100.0

Total 32 100.0 100.0

[DataSet2] D:\SKRIPSI QIU\Standar Deviasi Umur Perempuan.sav

Statistics

Jenis Kelamin Usia Kategori Usia Pendidikan Pekerjaan

N Valid 32 32 32 32 32

Missing 0 0 0 0 0

Mean 1.00 40.41 .28 2.28 2.59

Std. Error of Mean .000 .819 .081 .169 .276

Median 1.00 39.00 .00 2.00 3.50

Mode 1 38a 0 2 4

Std. Deviation .000 4.634 .457 .958 1.563

Minimum 1 35 0 0 0

Maximum 1 56 1 4 4


(69)

Statistics

Suku P1 P2 P3 P4 P5

N Valid 32 32 32 32 32 32

Missing 0 0 0 0 0 0

Mean 1.13 .31 .28 .66 .25 .63

Std. Error of Mean .098 .083 .081 .085 .078 .087

Median 1.00 .00 .00 1.00 .00 1.00

Mode 1 0 0 1 0 1

Std. Deviation .554 .471 .457 .483 .440 .492

Minimum 0 0 0 0 0 0

Maximum 2 1 1 1 1 1

Sum 36 10 9 21 8 20

Statistics

P6 P7 P8 P9 P10

N Valid 32 32 32 32 32

Missing 0 0 0 0 0

Mean .75 .38 .53 .53 .69

Std. Error of Mean .078 .087 .090 .090 .083

Median 1.00 .00 1.00 1.00 1.00

Mode 1 0 1 1 1

Std. Deviation .440 .492 .507 .507 .471

Minimum 0 0 0 0 0

Maximum 1 1 1 1 1


(70)

Frequency Table

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Perempuan 32 100.0 100.0 100.0

Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 35 1 3.1 3.1 3.1

36 2 6.3 6.3 9.4

37 4 12.5 12.5 21.9

38 6 18.8 18.8 40.6

39 4 12.5 12.5 53.1

40 6 18.8 18.8 71.9

41 1 3.1 3.1 75.0

42 1 3.1 3.1 78.1

43 2 6.3 6.3 84.4

45 3 9.4 9.4 93.8

54 1 3.1 3.1 96.9

56 1 3.1 3.1 100.0

Total 32 100.0 100.0

Kategori Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 20-40 tahun 23 71.9 71.9 71.9

41-60 tahun 9 28.1 28.1 100.0

Total 32 100.0 100.0


(71)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SD 1 3.1 3.1 3.1

SMP 5 15.6 15.6 18.8

SMA 13 40.6 40.6 59.4

D3 10 31.3 31.3 90.6

S1 3 9.4 9.4 100.0

Total 32 100.0 100.0

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Pegawai Swasta 3 9.4 9.4 9.4

PNS 9 28.1 28.1 37.5

Wiraswasta 2 6.3 6.3 43.8

Petani 2 6.3 6.3 50.0

IRT 16 50.0 50.0 100.0


(72)

Suku

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Jawa 3 9.4 9.4 9.4

Karo 22 68.8 68.8 78.1

Batak 7 21.9 21.9 100.0

Total 32 100.0 100.0

P1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 22 68.8 68.8 68.8

Tidak 10 31.3 31.3 100.0

Total 32 100.0 100.0

P2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 23 71.9 71.9 71.9

Ya 9 28.1 28.1 100.0

Total 32 100.0 100.0

P3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 11 34.4 34.4 34.4

Ya 21 65.6 65.6 100.0


(73)

P4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 24 75.0 75.0 75.0

Tidak 8 25.0 25.0 100.0

Total 32 100.0 100.0

P5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 12 37.5 37.5 37.5

Tidak 20 62.5 62.5 100.0

Total 32 100.0 100.0

P6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 8 25.0 25.0 25.0

Ya 24 75.0 75.0 100.0

Total 32 100.0 100.0

P7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 20 62.5 62.5 62.5

Ya 12 37.5 37.5 100.0


(74)

P8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 15 46.9 46.9 46.9

Tidak 17 53.1 53.1 100.0

Total 32 100.0 100.0

P9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 15 46.9 46.9 46.9

Tidak 17 53.1 53.1 100.0

Total 32 100.0 100.0

P10

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 10 31.3 31.3 31.3

Ya 22 68.8 68.8 100.0


(1)

Statistics

Suku P1 P2 P3 P4 P5

N Valid 32 32 32 32 32 32

Missing 0 0 0 0 0 0

Mean 1.13 .31 .28 .66 .25 .63

Std. Error of Mean .098 .083 .081 .085 .078 .087

Median 1.00 .00 .00 1.00 .00 1.00

Mode 1 0 0 1 0 1

Std. Deviation .554 .471 .457 .483 .440 .492

Minimum 0 0 0 0 0 0

Maximum 2 1 1 1 1 1

Sum 36 10 9 21 8 20

Statistics

P6 P7 P8 P9 P10

N Valid 32 32 32 32 32

Missing 0 0 0 0 0

Mean .75 .38 .53 .53 .69

Std. Error of Mean .078 .087 .090 .090 .083

Median 1.00 .00 1.00 1.00 1.00

Mode 1 0 1 1 1

Std. Deviation .440 .492 .507 .507 .471

Minimum 0 0 0 0 0

Maximum 1 1 1 1 1


(2)

Frequency Table

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Perempuan 32 100.0 100.0 100.0

Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 35 1 3.1 3.1 3.1

36 2 6.3 6.3 9.4

37 4 12.5 12.5 21.9

38 6 18.8 18.8 40.6

39 4 12.5 12.5 53.1

40 6 18.8 18.8 71.9

41 1 3.1 3.1 75.0

42 1 3.1 3.1 78.1

43 2 6.3 6.3 84.4

45 3 9.4 9.4 93.8

54 1 3.1 3.1 96.9

56 1 3.1 3.1 100.0

Total 32 100.0 100.0

Kategori Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 20-40 tahun 23 71.9 71.9 71.9

41-60 tahun 9 28.1 28.1 100.0

Total 32 100.0 100.0


(3)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SD 1 3.1 3.1 3.1

SMP 5 15.6 15.6 18.8

SMA 13 40.6 40.6 59.4

D3 10 31.3 31.3 90.6

S1 3 9.4 9.4 100.0

Total 32 100.0 100.0

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Pegawai Swasta 3 9.4 9.4 9.4

PNS 9 28.1 28.1 37.5

Wiraswasta 2 6.3 6.3 43.8

Petani 2 6.3 6.3 50.0

IRT 16 50.0 50.0 100.0


(4)

Suku

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Jawa 3 9.4 9.4 9.4

Karo 22 68.8 68.8 78.1

Batak 7 21.9 21.9 100.0

Total 32 100.0 100.0

P1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 22 68.8 68.8 68.8

Tidak 10 31.3 31.3 100.0

Total 32 100.0 100.0

P2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 23 71.9 71.9 71.9

Ya 9 28.1 28.1 100.0

Total 32 100.0 100.0

P3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 11 34.4 34.4 34.4

Ya 21 65.6 65.6 100.0


(5)

P4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 24 75.0 75.0 75.0

Tidak 8 25.0 25.0 100.0

Total 32 100.0 100.0

P5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 12 37.5 37.5 37.5

Tidak 20 62.5 62.5 100.0

Total 32 100.0 100.0

P6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 8 25.0 25.0 25.0

Ya 24 75.0 75.0 100.0

Total 32 100.0 100.0

P7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 20 62.5 62.5 62.5

Ya 12 37.5 37.5 100.0


(6)

P8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 15 46.9 46.9 46.9

Tidak 17 53.1 53.1 100.0

Total 32 100.0 100.0

P9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 15 46.9 46.9 46.9

Tidak 17 53.1 53.1 100.0

Total 32 100.0 100.0

P10

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 10 31.3 31.3 31.3

Ya 22 68.8 68.8 100.0