15
1.4.1.  Pencairan Informasi Dalam  komunikasi  ke  bawah  tiap  usaha  harus  dilakukan  oleh
pejabat  pimpinan  dan  pegawai-pegawai  manajerial  untuk  mengurangi terjadinya  jumlah  pencairan  informasi  yang  tidak  perlu,  agar  orang-
orang bawahan dapat mempunyai informasi yang sebanyak-banyaknya untuk  dapat  mempunyai  informasi  yang  sebanyak-banyaknya  untuk
dapat melaksanakan pekerjaan secara baik dan bersemangat. 1.4.2.  Penyaringan Informasi
Sebaliknya,  apabila  berkomunikasi  dengan  orang-orang  atasan, orang-orang bawahan kemungkinan besar hanya memberikan sebagian
informasi  dan  sering  mewarnai  kejadian-kejadian  sedemikian  rupa untk menyembunyikan kesalahan-kesalahan, kegagalan-kegagalan, dan
jenis  berita  yang  orang  atasan  merasa  kurang  senang.  Manipulasi fakta-fakta dengan sadar untuk mewarnai kejadian-kejadian ini disebut
penyaringan.
2. Rintangan yang Ditimbulkan oleh Suasana Psikologis
Suatu  organisasi  juga  mempunyai  karakteristik  yang  berbeda  satu sama  lainnya.  Suasana  pekerjaan  individu-individu  mempengaruhi  baik
sikap  dan  perilaku  mereka  maupun  keefektifan  komunikasi  dalam organisasi.
2.1.  Kepribadian Manajer Anggota-anggota manajemen puncak dan menengah dapat sangat
mempengaruhi  komunikasi.  Penglihatan  mereka  terhadap  peranan
16
mereka  sendiri  dan  sikap  serta  kepekaan  mereka  terhadap  orang-orang bawahan  merupakan  faktor-faktor  yang  penting  dalam  kemampuan
mereka sendiri untuk berkomunikasi. 2.2. Pengaruh Kelompok Khusus Terhadap Suasana
Dalam suatu organisasi mungkin terdapat suatu kelompok khusus yang  terdiri  dari  individu-individu  dari  berbagai  macam  profesi  dengan
nilai  yang  berbeda.  Nilai  yang  berbeda  inilah  yang  mengakibatkan rintang terhadap komunikasi yang sering sulit mengatasinya.
3. Rintangan dalam Mekanika Komunikasi
3.1. Tidak Mempunyai Rencana Tertentu Meskipun  dalam  sebuah  organisasi  telah  terstruktur dengan  baik
tentang  jabatannya  masing-masing,  akan  tetapi  ketika  dalam  sebuah organisasi  tersebut  tidak  adanya  perencanaan  yang  baik  tentang
penyaluran informasi, ini merupakan suatu rintangan dalam komunikasi. 3.2. Kurangnya atau Tidak Adanya Kejelasan
Tanpa  memandang  tingkat  pendidikan  atau  intelektual  orang- orang  dengan  siapa  seseorang  akan  berkomunikasi,  pengertian  agaknya
menjadi berkurang apabila bahan-bahan yang disajikan tidak jelas. 3.3. Kurangnya Kecakapan Membaca
Mereka  yang  karena  sesuatu  alasan  tidak  mempunyai  tingkat kecakapan  membaca  yang  diperlukan  untuk  menangani  bermacam-
macam jenis komunikasi sering merugikan.
17
3.4. Rintangan-rintangan Lain Penilaian
media sering
merupakan rintangan
terhadap komunikasi.  Apabila  orang-orang  yang  memerlukan  informasi  tidak
mudah  dihubungi  dengan  satu  jenis  media,  maka  komunikasi  dapat menjadi kurang lancar.
E.1.4. Pola Hubungan Interpersonal
Hubungan  telah  menjadi  suatu  hal  yang  sangat  penting  dalam penelitian  komunikasi  interpersonal.  Karena  dalam  suatu  hubungan  ini
akan  membentuk  sistem  komunikasi  yang  efektif  atau  tidak.  Ketika  pada prosesnya terjadi  komunikasi secara efektif, maka hubungan  yang terjalin
antar  pribadi  ini  akan  semakin  baik.  Sebaliknya  jika  terjadi  suatu problematika  yang  mempengaruhi  hal  tersebut,  maka  akan  terjadi  suatu
konflik dan hubungan menjadi sangat renggang hingga putus. Palo  Alto  Group  mengatakan  bahwa  ketika  dua  orang  saling
berkomunikasi  selain  apapun  yang  mereka  lakukan,  mereka  mengartikan hubungannya  dengan  mereka  berinteraksi.  Ketika  berbicara dengan  orang
lain,  kita  selalu  membuat dugaan  untuk  perilaku  kita  sendiri  dan  perilaku orang  lain.  Terkadang,  kita  memperkuat  dugaan  lama  dan  pada  waktu
yang  lainnya,  kita  terlibat  dalam  pola-pola  interaksi  baru  yang  dapat membentuk  dugaan  baru  untuk  interaksi  di  waktu  yang  akan  datang.  Hal
ini juga dijelaskan dalam suatu bagan teori pola hubungan.
11
11
St ephen W. Lit t lejohn, Theories of Human Comm unicat ion
Salemba Humanika, Jakarta 2009
Hal 284-287
18
Pola  hubungan  interpersonal  ini  merupakan  tradisi  sibernetika. Tradisi  ini  memiliki  pengaruh  yang  sangat  penting  dalam  cara  berpikir
para akademisi komunikasi tentang hubungan. Hubungan bukanlah entitas statis  yang  tidak  pernah  berubah.  Namun,  hubungan  terdiri atas  pola-pola
sibernetika  interaksi  kata-katadan  tindakan  seseorang  member  pengaruh pada bagaimana orang lain merespon.
12
Tabel 1.1 Pola Hubungan Interpersonal
Arah Kendali Pesan Pembicara B Arah Kendali Pesan
Pembicara A One Up
One Down One Across
One Up
1. Simetri  yang
kompetitif 4.
Kelengkapan 7.
Transisi
One Down
2. Kelengkapan
5. Simetri  yang
patuh 8.
Transisi
One Across
3. Transisi
6. Transisi
9. Simetri netral
Sumber: Stephen W. Littlejohn 2009 Theories of Human Communication
12
St ephen W. Lit t lejohn, Theories of Human Comm unicat ion
Salemba Humanika, Jakarta 2009
Hal 284
19
Contoh-contoh Pola Kendali
1.  Simetris Kompetitif A: Kamu tahu kalau saya ingin rumah ini selalu bersih
B: Mungkin kamu dapat membantu saya 2.  Kelengkapan
A: Tolong bantu saya. Saya membutuhkan kamu B: Baiklah, saya tahu caranya
3.  Transisi A: Mari kita berkompromi
B: Tidak, caraku adalah yang terbaik 4.  Kelengkapan
A: Mari kita pergi ke luar kota akhir pekan ini B: Baiklah
5.  Simetri Kepatuhan A: Aku merasa sangat lelah. Apa yang harus kita lakukan?
B: Aku tidak tahu, kamu saja yang memutuskan 6.  Transisi
A: Ayahku cerewet sekali malam ini. B: ya, kau benar; dia memang cerewet
7.  Transisi A: Menurutku kita harus punya anak lagi
B: Banyak orang yang ingin punya anak sekarang ini 8.  Transisi
A: Tolong bantu saya. Apa yang harus saya lakukan? B: Saya tidak tahu
20 9.  Simetri Netral
A: Rumah tetangga sepertinya harus dicat B: Jendelanya juga kotor
Ada  dua  tipe  pola  yang  penting  bagi  Palo  Alto  Group  untuk menggambarkan  gagasan  ini.  Jika  dua  orang  saling  merespon  denga  cara
yang  sama,  disebut  Simetris.  Pada  simetris  pertentangan  sangat  dapat mungkin  sekali  terjadi  konflik  yang  besar.  Karena  dalam  pola  hubungan
seperti  ini  pihak  satu  dengan  pihak  kedua  saling  mengutarakan pendapatnya dengan cara  yang sama untuk memperoleh  kekuasaan. Akan
tetapi  simetris  tidak  hanya  pertentangan  kekuasaan,  bisa  juga  memberi tanggapan pasif, tanggapan balasan atau saling menjaga.
Tipe  kedua  adalah  pelengkapan,  dalam  hubungan  ini  pelaku komunikasi  merespon  dengan  cara  yang  berlawanan.  Ketika  seseorang
bersikap  mendominasi  yang  lainnya  mematuhi;  ketika  seseorang  bersifat argumentasi  yang  lainnya  diam;  ketika  seseorang  menjaga  yang  lain
menerimanya. Ketika  seseorang  membuat  sebuah  pernyataan  yang  tegas,  orang
lain dapat merespon dengan salah satu dari tiga cara berikut. One-down, ia menerima  pernyataannya.  One-up,  ia  dapat  membuat  pernyataan  balasan
atau menolak gerakan dari orang pertama. One-across, gerakan menerima atau  menolak  kendali  dari  orang  pertama  dengan  tidak  terlalu  mengakui
gerakan  kendali  orang  lain,  misal  memperluas  topik,  bertanya,  mengganti atau  menundanya.  Gerakan  one-up  adalah  tindakan  yang  mendominasi.
21
Akan  tetapi  hal  ini  dapat  terjadi  ketika  orang  lain  menerimanya  dengan memberikan sikap one-down.
E.2. Komunikasi Interpersonal dalam Organisasi
Organisasi  dapat  diartikan  sebagai  sebuah  kelompok  individu  yang diorganisasi untuk mencapai tujuan tertentu. Jumlah individu sangat bervariasi
dari  satu  organisasi  ke  organisasi  lainnya.  Tujuan  umum  sebuah  organisasi adalah  menghasilkan  pendapatan.  Akan  tetapi,  berbagai  tujuan  lain  yang
mendukung  harus  segera  dipenuhi  agar  mendapatkan  pendapatan  yang maksimal.  Misalnya  dengan  kinerja  yang  efektif,  maka  organisasi  harus
mempunyai orang-orang dengan motivasi yang tinggi.
13
Dalam sebuah organisasi pasti terdapat suatu komunikasi antar personal. Istilah  ini  lebih  dikenal  sebagai  pendekatan  hubungan  antar  manusia,  yang
berkembang  sebagai  reaksi  terhadap  perhatian  eksklusif  factor-faktor  phisik dalam mengukur keberhasilan organisasi. Pendekatan hubungan antar manusia
mengakui  pentingnya  kelompok  sosial,  informal  di  dalam  organisasi  dan memberikan  pertimbangan  khusus  pada  komunikasi  interpersonal  di  dalam
sub kelompok organisasi tersebut.
14
Dalam  sebuah  proses  komunikasi  yang  terjadi  ini  ada  beberapa perbedaan  karakteristik  anggota  orgnisasi.  Perbedaan  yang  dilatar  belakangi
oleh beberapa faktor ini dapat memberikan label atau identitas tentang diri kita masing-masing.  Sehingga  dalam  sebuah  interaksi  antar  manusia  di  dalam
sebuah organisasi dapat pula terbentuk sebuah interaksi melalui identitas yang
13
Joseph A. Devit o, Komunikasi Ant ar M anusia Prof essional Books, Jakart a 1997 Hal 337
14
Ibid. Hal 341
22
beragam.  Hal  inilah  yang  menggiring  manusia  untuk  melakukan  negosiasi identitas dengan manusia lainnya.
E.2.1. Teori Komunikasi tentang identitas
Komunikasi  merupakan  alat  untuk  membentuk  identitas  dan  juga mengubah  mekanisme.  Menurut  Michael  Hecht  menguraikan  identitas
melebihi  pengertian  sederhana  akan  dimensi  diri  dan  dimensi  yang digambarkan.  Tingkatan  pertama  adalah  personal  layer,  yang  terdiri  dari
rasa akan keberadaan diri kita dalam situasi sosial. Tingkatan kedua adalah enactment  layer,  atau  pengetahjuan  orang  lain  tentang  kita  berdasarkan
apa  yang  kita  kerjakan,  kita  miliki  dan  bagaimana  kita  bertindak. Tingkatan ketiga adalah relational, identitas dibentuk berdasarkan interaksi
kita  dengan  orang  lain.  Terakhir  adalah  communal,  yang  diikat  dalam kelompok budaya yang sangat besar dalam suatu wilayah tertentu.
15
E.2.2. Teori Negoisasi Identitas
Menurut  Stella  Ting-Toomey  pada  dasarnya  identitas  itu  ada  dua macam, yaitu identitas kebudayaan dan identitas etnik. Terutama negoisasi
yang  terjadi  ketika  kita  berkomunikasi  di  dalam  dan  diantara  kelompok- kelompok kebudayaan. Beberapa individu lebih efektif dalam memperoleh
keseimbangan yang nyaman. Ketika kita mampu berganti dari satu konteks budaya  ke budaya  yang  lainnya dengan sadar dan mudah, maka kita telah
mencapai  keadaan  pengubahan  kebudayaan  cultural  transformer.  Kunci
15
St ephen W. Lit t lejohn, Theories of Human Comm unicat ion
Salemba Humanika, Jakarta 2009
Hal 130-131
23
untuk  memperoleh  keadaan-keadaan  tersebut  adalah  kemampuan  lintas budaya Intercultural competence.
Kemampuan  lintas  budaya  terdiri  atas  dari  tiga  komponen- pengetahuan  knowledge,  kesadaran  mindfulness,  dan  kemampuan
skill.  Pengetahuan  adalah  pemahaman  akan  pentingnya  identitas  etnik atau  kebudayaan  dan  kemampuan  melihat  apa  yang  penting  bagi  orang
lain.  Kesadaran  berarti  secara  biasa  dan  teliti  untuk  menyadari.  Terakhir, kemampuan  mengacu  pada  kemampuan  untuk  menegosiasi  identitas
melalui  observasi  yang  diteliti,  menyimak,  empati,  kepekaan  nonverbal, kesonpanan,  penyusunan  ulang  dan  kolaborasi.  Kita  tahu  jika  kita  telah
memperoleh  negoisasi  identitas  yang  efektif  jika  kedua  pihak  merasa dipahami, dihormati dan dihargai.
16
E.3. Konflik E.3.1.  Definisi Konflik
Menurut  Winardi  1994  konflik  merupakan  oposisi  atau pertentangan  pendapat  antara  orang-orang,  kelompok-kelompok  atau
organisasi-organisasi.
17
Sehingga  dalam  sebuah  konflik  terdapat  adanya  suatu  komunikasi yang kurang efektif. Dengan demikian timbul suatu salah persepsi maupun
perbedaan  ide-ide  yang  signifikan.  Konflik  sendiri  memang  tidak  dapat dihindari  oleh  siapapun.  Dalam  kehidupan  sehari-hari  kita  selalu  di
sibukkan dengan banyak masalah yang silih berganti datang menjumpai.
16
St ephen W. Lit t lejohn, Theories of Human Comm unicat ion
Salemba Humanika, Jakarta 2009
Hal 132-134
17
Winardi, M anajemen Konflik M andar M aju, Bandung 1994 Hal 1
24
Mengingat  akan  hal  tersebut,  maka  cara  yang  terbaik  adalah dengan  melakukan  pendekatan  untuk  mencari  solusi  masalah  tersebut.
Bukan  berarti  ketika  kita  dihadapkan  dengan  sebuah  konflik,  dengan mudahnya  menghindar  begitu  saja.  Padahal  dibalik  sebuah  konflik  yang
menghampiri kita ada sisi dimana dapat diambil sebuah manfaat. Dalam sebuah konflik ada beberapa unsur yang memasuki kawasan
ini.  Seperti  telah  dijelaskan  di  atas,  bahwa  konflik  bisa  dalam  antar manusia,  kelompok  dengan  kelompok  maupun  organisasi  dengan
organisasi. Konflik  antar  pribadi  merupakan  konflik  yang  juga  memasuki
daerah  rawan.  Karena  setiap  konflik  bisa  saja  mengakibatkan  pemutusan tali  hubungan  satu  sama  lain.  Hubungan  antar  manusia  merupakan
hubungan  interaksi  yang  paling  efektif.  Oleh  karena  itu  jika  dalam hubungan  ini  telah  menemukan  titik  konflik,  maka  bisa  saja  dalam
kelompok  masyarakat  atau  organisasi  yang  mereka  tempati  dapat menemukan kehancuran.
Konflik  dapat  terjadi  antara  orang-orang  apabila  mereka  memiliki sasaran-sasaran yang berbeda atau cara-cara yang berbeda untuk mencapai
sasaran.  Andaikata  tidak  terdapat  adanya  kepentingan  yang  mengakar, maka konflik tipe demikian seringkali relatif mudah diselesaikan, terutama
apabila ia dibicarakan secara terbuka dengan itikad baik dari semua pihak yang berkepentingan.
25
Kadang-kadang ada pula  konflik  yang muncul di  dalam diri orang tertentu, seringkali hal tersebut memasuki hubungannya dengan pihak lain,
yang  menyebabkan  timbulnya  konflik  antara  orang  itu  dengan  pihak  lain tersebut.  Konflik  internal  seringkali  merupakan  penyebab  macam-macam
problem interaksi.
18
E.3.2.  Faktor Penyebab Konflik
Konflik dapat terbentuk dari faktor-faktor yang beragam. Misalkan saja  dari  faktor  lingkungan  sekitar,  intrapersonal  maupun  faktor  lainnya.
Akan  tetapi  semua  itu  kembali  kepada  individu  masing-masing.  Dalam sebuah  diri  seseorang  terdapat  suatu  pola  piker  yang  beragam.  Dari  sini
akan terbentuk sebuah konsep diri atau persepsi. Persepsi  ini  ternyata  memiliki  peranan  yang  sangat  kuat  dalam
pembentukan  dan  pemeliharaan  posisi-posisi  konflik.  oleh  karena  itu dalam  buku  Manajemen  Konflik  karangan  Winardi
19
dijelaskan  ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan konflik.
1.  Dianutnya  nilai-nilai  baru  oleh  anggota-anggota  kelompok  tertentu atau orang dengan orang.
2.  Sebuah  kesulitan  atau  problem  baru,  dihadapi  oleh  kelompok  dimana para anggotanya mempersepsikan dengan cara berbeda-beda.
3.  Peranan  seorang  anggota  di  luar  kelompok  tersebut  bertentangan dengan peranan anggota tersebut di dalam kelompok itu.
18
Winardi, M anajemen Konflik
M andar Maju, Bandung 1994 Hal 103
19
Ibid. Hal 4
26
Akan  tetapi  itu  hanyalah  sebagian  kecil  dari  faktor-faktor  yang mempengaruhi terbentuknya sebuah  konflik. telah dijelaskan pula di atas,
bahwa sebagian besar konflik terbentuk dari sebuah pola pikir manusia itu sendiri. Hal tersebut juga telah dijelaskan dalam teori Freud. “Manusi dan
lingkungan sosialnya selalu berada dalam konflik yang tak henti-hentinya. Masyarakat  berada  di  atas  posisi  konflik  ini,  karena  individu  takut  pada
ancaman destruktif dari masyarakat.”
20
Konflik  muncul,  apabila  terdapat  adanya  ketidaksesuaian  paham pada  sebuah  situasi  sosial  tentang  pokok-pokok  pikiran  tertentu  dan
terdapat adanya antagonism-antagonisme emosional. Winardi  1994  juga  menjelaskan  ada  dua  macam  konflik  yang
disebabkan oleh sesuatu hal, yaitu:
Konflik  Substantif,
meliputi  ketidaksesuaian  paham  tentang  hal-hal seperti  tujuan-tujuan,  alokasi  sumber  daya,  distribusi  imbalan-imbalan,
kebijaksanaan, prosedur, serta penugasan kerja.
Konflik Emosional,
timbul karena
perasaan-perasaan marah,
ketidakpercayaan,  ketidaksenangan,  takut  dan  sikap  menentang  maupun bentrok-bentrokan kepribadian.
21
E.3.3.  Proses Terjadinya Konflik
Proses terjadinya suatu konflik bermula dari ketidak efektifan suatu komunikasi antara individu satu dengan individu yang lainnya.Akan tetapi
20
Sarlit o Wiraw an, Teori-t eori Psikologi Sosial PT Raja Grafindo Persada, Jakart a 1983 Hal 146
21
Winardi, M anajemen Konflik
M andar Maju, Bandung 1994 Hal 5
27
untuk lebih rinci tentang proses terjadinya suatu konflik, Winardi 1994
22
telah  menjelaskan  tahapan-tahapan  timbulnya  konflik  dari  sebuah  bagan sebagai berikut:
Bagan 1.1 Tahapan Perkembangan Suatu Konflik
Sumber: Prof. DR. Winardi, SE 1994 Manajemen Konflik Apabila  dalam  daerah  kondisi  anteseden  terdapat  semua  unsur
tersebut, maka tersedia lahan subur untuk berkembangnya konflik. adanya
22
Winardi, M anajemen Konflik
M andar Maju, Bandung 1994 Hal 15
KONDISI-KONDISI ANTESEDEN
Ambiguit as peranan
Sum ber-sum ber daya langkah
Tugas-t ugas yang int erpenden
Penghalang t erhadap komunikasi
Per bedaan individual
Konflik yang belum t erselesaikan Konflik yang
dibayangkan Konflik yang
dirasakan
Konflik yang memanif est asi diri
Pem ecahan  Penyelesaian Konflik at au Penekanan Konflik
Hasil Sesudah Konflik
28
kondisi  tersebut,  menunjukkan  situasi  dimana  terdapat  potensi  konflik tinggi.
Konflik  dibayangkan,  merupakan    suatu  persepsi  yang  mungkin dirasakan  atau  tidak  oleh  orang-orang  yang  terlibat  di  dalamnya.  Konflik
dirasakan,  maka  ia  mencapai  makna  dalam  arti  bahwa  cukup  banyak tegangan  yang  terdapat,  hingga  muncul  keinginan  untuk  mengurangi
perasaan yang kurang menyenangkan itu. Adakalanya  orang-orang  merasakan  adanya  konflik,  tetapi  mereka
tidak mengetahui dengan pasti apa sumber ataupun penyebabnya. Konflik yang  dinyatakan  secara  terbuka  disebut  konflik  yang  memanifestasi  diri.
Sebuah  konflik  manifest  dapat  diatasi,  dalam  arti  bahwa  kondisi-kondisi anteseden diperbaiki, ditekan hingga dengan demikian tidak ada perubahan
dalam kondisi anteseden dan perilaku konflik dikendalikan. Akhirnya, hasil tentang bagaimana konflik tertentu ditangani, dapat
mempengaruhi  konflik-konflik  masa  mendatang.  Konflik-konflik  yang tidak  diatasi,  akan  berkembang  intensitasnya,  dan  ia  akan  menimbulkan
konflik-konflik  masa  yang  akan  datang  sehubungan  dengan  persoalan- persoalan yang serupa.
Pemecahan  konflik  sebenarnya,  menyebabkan  timbulnya  kondisi- kondisi  yang  mengurangi  potensi  untuk  konflik-konflik  pada  masa
mendatang,  yang  serupa  sifatnya  dan  ia  juga  menyediakan  landasan  bagi konflik-konflik  lainnya  untuk  diatasi  atau  dipecahkan  dengan  cara  yang
konstruktif.
29
E.3.4.  Dampak Konflik
Setiap  kali  kita  mendengar  konflik  pasti  yang  ada  dalam  pikiran kita  adalah  dampak  yang  buruk.  Padahal  konflik  tidak  hanya  berdampak
buruk,  akan  tetapi  manajemen  konflik  yang  baik  akan  menghasilkan dampak yang baik pula.
Dalam  buku  Manajemen  Konflik  karangan  Winardi  1994,  ada dua  kemungkinan  yang  terjadi  dalam  konflik,  yaitu  dampak  negatif  atau
konflik destruktif dan dampak yang positif konflik konstruktif.
23
Konflik Destruktif
Konflik  ini  menimbulkan  kerugian  bagi  individu  atau  organisasi yang terlibat di dalamnya. Ada macam-macam kerugian yang ditimbulkan
karena konflik destruktif, misalnya beberapa diantara kerugian  yang dapat dialami orang-orang yang terlibat di dalamnya melalui hal-hal berikut:
1.  Perasaan cemas tegang stress yang tidak perlu, atau yang mencekam 2.  Komunikasi yang menyusut
3.  Persaingan yang makin hebat 4.  Perhatian yang makin menyusut terhadap tujuan bersama
5.  Menyusutnya produktifitas dan kepuasan
Konflik Konstruktif
Konflik  yang  satu  ini  menimbulkan  suatu  keuntungan  bagi  kita. adapun keuntungan yang didapatkan dari konflik ini adalah:
23
Winardi, M anajemen Konflik
M andar Maju, Bandung 1994 Hal 5-7
30
1.  Kreatifitas dan Inovasi  yang meningkat, akibat dari adanya konflik ini membuat  para  individu  untuk  melakukan  pembaharuan  dalam  sistem
kerjanya. 2.  Upaya  yang  meningkat,  dapat  diatasinya  perasaan  apatis  dan  ia  dapat
menyebabkan orang-orang yang terlibat dengan bekerja lebih keras. 3.  Ikatan  yang  makin  kuat,  konflik  yang  terjadi  dengan  pihak  luar,  akan
meningkatkan  ikatan  dalam  satu  kelompok  tersebut  untuk  mencapai tujuan bersama.
4.  Ketegangan  yang  menyusut,  konflik  dapat  membantu  menyusutkan ketegangan  pada  seseorang,  apabila  tidak  demikian  maka  akan
menimbulkan stress.
E.3.5. Manajemen Konflik
Sebuah konflik atau masalah tidak baik untuk dihindari, karena itu bukanlah  suatu  penyelesaian  sebuah  masalah.  Sebaliknya,  hal  tersebut
akan menambah jumlah masalah yang dibebani oleh kita. Akan  tetapi  tidak  banyak  orang  mengetahui  akan  manajemen
konflik yang baik dan efektif. Banyak diantara kita yang mengatasi konflik dengan  cara  yang  salah.  Devito  1997  menjelaskan  beberapa  manajemen
konflik yang produktif dan tidak produktif.
24
1. Manajemen Konflik yang Tidak Produktif