15
1.4.1. Pencairan Informasi Dalam komunikasi ke bawah tiap usaha harus dilakukan oleh
pejabat pimpinan dan pegawai-pegawai manajerial untuk mengurangi terjadinya jumlah pencairan informasi yang tidak perlu, agar orang-
orang bawahan dapat mempunyai informasi yang sebanyak-banyaknya untuk dapat mempunyai informasi yang sebanyak-banyaknya untuk
dapat melaksanakan pekerjaan secara baik dan bersemangat. 1.4.2. Penyaringan Informasi
Sebaliknya, apabila berkomunikasi dengan orang-orang atasan, orang-orang bawahan kemungkinan besar hanya memberikan sebagian
informasi dan sering mewarnai kejadian-kejadian sedemikian rupa untk menyembunyikan kesalahan-kesalahan, kegagalan-kegagalan, dan
jenis berita yang orang atasan merasa kurang senang. Manipulasi fakta-fakta dengan sadar untuk mewarnai kejadian-kejadian ini disebut
penyaringan.
2. Rintangan yang Ditimbulkan oleh Suasana Psikologis
Suatu organisasi juga mempunyai karakteristik yang berbeda satu sama lainnya. Suasana pekerjaan individu-individu mempengaruhi baik
sikap dan perilaku mereka maupun keefektifan komunikasi dalam organisasi.
2.1. Kepribadian Manajer Anggota-anggota manajemen puncak dan menengah dapat sangat
mempengaruhi komunikasi. Penglihatan mereka terhadap peranan
16
mereka sendiri dan sikap serta kepekaan mereka terhadap orang-orang bawahan merupakan faktor-faktor yang penting dalam kemampuan
mereka sendiri untuk berkomunikasi. 2.2. Pengaruh Kelompok Khusus Terhadap Suasana
Dalam suatu organisasi mungkin terdapat suatu kelompok khusus yang terdiri dari individu-individu dari berbagai macam profesi dengan
nilai yang berbeda. Nilai yang berbeda inilah yang mengakibatkan rintang terhadap komunikasi yang sering sulit mengatasinya.
3. Rintangan dalam Mekanika Komunikasi
3.1. Tidak Mempunyai Rencana Tertentu Meskipun dalam sebuah organisasi telah terstruktur dengan baik
tentang jabatannya masing-masing, akan tetapi ketika dalam sebuah organisasi tersebut tidak adanya perencanaan yang baik tentang
penyaluran informasi, ini merupakan suatu rintangan dalam komunikasi. 3.2. Kurangnya atau Tidak Adanya Kejelasan
Tanpa memandang tingkat pendidikan atau intelektual orang- orang dengan siapa seseorang akan berkomunikasi, pengertian agaknya
menjadi berkurang apabila bahan-bahan yang disajikan tidak jelas. 3.3. Kurangnya Kecakapan Membaca
Mereka yang karena sesuatu alasan tidak mempunyai tingkat kecakapan membaca yang diperlukan untuk menangani bermacam-
macam jenis komunikasi sering merugikan.
17
3.4. Rintangan-rintangan Lain Penilaian
media sering
merupakan rintangan
terhadap komunikasi. Apabila orang-orang yang memerlukan informasi tidak
mudah dihubungi dengan satu jenis media, maka komunikasi dapat menjadi kurang lancar.
E.1.4. Pola Hubungan Interpersonal
Hubungan telah menjadi suatu hal yang sangat penting dalam penelitian komunikasi interpersonal. Karena dalam suatu hubungan ini
akan membentuk sistem komunikasi yang efektif atau tidak. Ketika pada prosesnya terjadi komunikasi secara efektif, maka hubungan yang terjalin
antar pribadi ini akan semakin baik. Sebaliknya jika terjadi suatu problematika yang mempengaruhi hal tersebut, maka akan terjadi suatu
konflik dan hubungan menjadi sangat renggang hingga putus. Palo Alto Group mengatakan bahwa ketika dua orang saling
berkomunikasi selain apapun yang mereka lakukan, mereka mengartikan hubungannya dengan mereka berinteraksi. Ketika berbicara dengan orang
lain, kita selalu membuat dugaan untuk perilaku kita sendiri dan perilaku orang lain. Terkadang, kita memperkuat dugaan lama dan pada waktu
yang lainnya, kita terlibat dalam pola-pola interaksi baru yang dapat membentuk dugaan baru untuk interaksi di waktu yang akan datang. Hal
ini juga dijelaskan dalam suatu bagan teori pola hubungan.
11
11
St ephen W. Lit t lejohn, Theories of Human Comm unicat ion
Salemba Humanika, Jakarta 2009
Hal 284-287
18
Pola hubungan interpersonal ini merupakan tradisi sibernetika. Tradisi ini memiliki pengaruh yang sangat penting dalam cara berpikir
para akademisi komunikasi tentang hubungan. Hubungan bukanlah entitas statis yang tidak pernah berubah. Namun, hubungan terdiri atas pola-pola
sibernetika interaksi kata-katadan tindakan seseorang member pengaruh pada bagaimana orang lain merespon.
12
Tabel 1.1 Pola Hubungan Interpersonal
Arah Kendali Pesan Pembicara B Arah Kendali Pesan
Pembicara A One Up
One Down One Across
One Up
1. Simetri yang
kompetitif 4.
Kelengkapan 7.
Transisi
One Down
2. Kelengkapan
5. Simetri yang
patuh 8.
Transisi
One Across
3. Transisi
6. Transisi
9. Simetri netral
Sumber: Stephen W. Littlejohn 2009 Theories of Human Communication
12
St ephen W. Lit t lejohn, Theories of Human Comm unicat ion
Salemba Humanika, Jakarta 2009
Hal 284
19
Contoh-contoh Pola Kendali
1. Simetris Kompetitif A: Kamu tahu kalau saya ingin rumah ini selalu bersih
B: Mungkin kamu dapat membantu saya 2. Kelengkapan
A: Tolong bantu saya. Saya membutuhkan kamu B: Baiklah, saya tahu caranya
3. Transisi A: Mari kita berkompromi
B: Tidak, caraku adalah yang terbaik 4. Kelengkapan
A: Mari kita pergi ke luar kota akhir pekan ini B: Baiklah
5. Simetri Kepatuhan A: Aku merasa sangat lelah. Apa yang harus kita lakukan?
B: Aku tidak tahu, kamu saja yang memutuskan 6. Transisi
A: Ayahku cerewet sekali malam ini. B: ya, kau benar; dia memang cerewet
7. Transisi A: Menurutku kita harus punya anak lagi
B: Banyak orang yang ingin punya anak sekarang ini 8. Transisi
A: Tolong bantu saya. Apa yang harus saya lakukan? B: Saya tidak tahu
20 9. Simetri Netral
A: Rumah tetangga sepertinya harus dicat B: Jendelanya juga kotor
Ada dua tipe pola yang penting bagi Palo Alto Group untuk menggambarkan gagasan ini. Jika dua orang saling merespon denga cara
yang sama, disebut Simetris. Pada simetris pertentangan sangat dapat mungkin sekali terjadi konflik yang besar. Karena dalam pola hubungan
seperti ini pihak satu dengan pihak kedua saling mengutarakan pendapatnya dengan cara yang sama untuk memperoleh kekuasaan. Akan
tetapi simetris tidak hanya pertentangan kekuasaan, bisa juga memberi tanggapan pasif, tanggapan balasan atau saling menjaga.
Tipe kedua adalah pelengkapan, dalam hubungan ini pelaku komunikasi merespon dengan cara yang berlawanan. Ketika seseorang
bersikap mendominasi yang lainnya mematuhi; ketika seseorang bersifat argumentasi yang lainnya diam; ketika seseorang menjaga yang lain
menerimanya. Ketika seseorang membuat sebuah pernyataan yang tegas, orang
lain dapat merespon dengan salah satu dari tiga cara berikut. One-down, ia menerima pernyataannya. One-up, ia dapat membuat pernyataan balasan
atau menolak gerakan dari orang pertama. One-across, gerakan menerima atau menolak kendali dari orang pertama dengan tidak terlalu mengakui
gerakan kendali orang lain, misal memperluas topik, bertanya, mengganti atau menundanya. Gerakan one-up adalah tindakan yang mendominasi.
21
Akan tetapi hal ini dapat terjadi ketika orang lain menerimanya dengan memberikan sikap one-down.
E.2. Komunikasi Interpersonal dalam Organisasi
Organisasi dapat diartikan sebagai sebuah kelompok individu yang diorganisasi untuk mencapai tujuan tertentu. Jumlah individu sangat bervariasi
dari satu organisasi ke organisasi lainnya. Tujuan umum sebuah organisasi adalah menghasilkan pendapatan. Akan tetapi, berbagai tujuan lain yang
mendukung harus segera dipenuhi agar mendapatkan pendapatan yang maksimal. Misalnya dengan kinerja yang efektif, maka organisasi harus
mempunyai orang-orang dengan motivasi yang tinggi.
13
Dalam sebuah organisasi pasti terdapat suatu komunikasi antar personal. Istilah ini lebih dikenal sebagai pendekatan hubungan antar manusia, yang
berkembang sebagai reaksi terhadap perhatian eksklusif factor-faktor phisik dalam mengukur keberhasilan organisasi. Pendekatan hubungan antar manusia
mengakui pentingnya kelompok sosial, informal di dalam organisasi dan memberikan pertimbangan khusus pada komunikasi interpersonal di dalam
sub kelompok organisasi tersebut.
14
Dalam sebuah proses komunikasi yang terjadi ini ada beberapa perbedaan karakteristik anggota orgnisasi. Perbedaan yang dilatar belakangi
oleh beberapa faktor ini dapat memberikan label atau identitas tentang diri kita masing-masing. Sehingga dalam sebuah interaksi antar manusia di dalam
sebuah organisasi dapat pula terbentuk sebuah interaksi melalui identitas yang
13
Joseph A. Devit o, Komunikasi Ant ar M anusia Prof essional Books, Jakart a 1997 Hal 337
14
Ibid. Hal 341
22
beragam. Hal inilah yang menggiring manusia untuk melakukan negosiasi identitas dengan manusia lainnya.
E.2.1. Teori Komunikasi tentang identitas
Komunikasi merupakan alat untuk membentuk identitas dan juga mengubah mekanisme. Menurut Michael Hecht menguraikan identitas
melebihi pengertian sederhana akan dimensi diri dan dimensi yang digambarkan. Tingkatan pertama adalah personal layer, yang terdiri dari
rasa akan keberadaan diri kita dalam situasi sosial. Tingkatan kedua adalah enactment layer, atau pengetahjuan orang lain tentang kita berdasarkan
apa yang kita kerjakan, kita miliki dan bagaimana kita bertindak. Tingkatan ketiga adalah relational, identitas dibentuk berdasarkan interaksi
kita dengan orang lain. Terakhir adalah communal, yang diikat dalam kelompok budaya yang sangat besar dalam suatu wilayah tertentu.
15
E.2.2. Teori Negoisasi Identitas
Menurut Stella Ting-Toomey pada dasarnya identitas itu ada dua macam, yaitu identitas kebudayaan dan identitas etnik. Terutama negoisasi
yang terjadi ketika kita berkomunikasi di dalam dan diantara kelompok- kelompok kebudayaan. Beberapa individu lebih efektif dalam memperoleh
keseimbangan yang nyaman. Ketika kita mampu berganti dari satu konteks budaya ke budaya yang lainnya dengan sadar dan mudah, maka kita telah
mencapai keadaan pengubahan kebudayaan cultural transformer. Kunci
15
St ephen W. Lit t lejohn, Theories of Human Comm unicat ion
Salemba Humanika, Jakarta 2009
Hal 130-131
23
untuk memperoleh keadaan-keadaan tersebut adalah kemampuan lintas budaya Intercultural competence.
Kemampuan lintas budaya terdiri atas dari tiga komponen- pengetahuan knowledge, kesadaran mindfulness, dan kemampuan
skill. Pengetahuan adalah pemahaman akan pentingnya identitas etnik atau kebudayaan dan kemampuan melihat apa yang penting bagi orang
lain. Kesadaran berarti secara biasa dan teliti untuk menyadari. Terakhir, kemampuan mengacu pada kemampuan untuk menegosiasi identitas
melalui observasi yang diteliti, menyimak, empati, kepekaan nonverbal, kesonpanan, penyusunan ulang dan kolaborasi. Kita tahu jika kita telah
memperoleh negoisasi identitas yang efektif jika kedua pihak merasa dipahami, dihormati dan dihargai.
16
E.3. Konflik E.3.1. Definisi Konflik
Menurut Winardi 1994 konflik merupakan oposisi atau pertentangan pendapat antara orang-orang, kelompok-kelompok atau
organisasi-organisasi.
17
Sehingga dalam sebuah konflik terdapat adanya suatu komunikasi yang kurang efektif. Dengan demikian timbul suatu salah persepsi maupun
perbedaan ide-ide yang signifikan. Konflik sendiri memang tidak dapat dihindari oleh siapapun. Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu di
sibukkan dengan banyak masalah yang silih berganti datang menjumpai.
16
St ephen W. Lit t lejohn, Theories of Human Comm unicat ion
Salemba Humanika, Jakarta 2009
Hal 132-134
17
Winardi, M anajemen Konflik M andar M aju, Bandung 1994 Hal 1
24
Mengingat akan hal tersebut, maka cara yang terbaik adalah dengan melakukan pendekatan untuk mencari solusi masalah tersebut.
Bukan berarti ketika kita dihadapkan dengan sebuah konflik, dengan mudahnya menghindar begitu saja. Padahal dibalik sebuah konflik yang
menghampiri kita ada sisi dimana dapat diambil sebuah manfaat. Dalam sebuah konflik ada beberapa unsur yang memasuki kawasan
ini. Seperti telah dijelaskan di atas, bahwa konflik bisa dalam antar manusia, kelompok dengan kelompok maupun organisasi dengan
organisasi. Konflik antar pribadi merupakan konflik yang juga memasuki
daerah rawan. Karena setiap konflik bisa saja mengakibatkan pemutusan tali hubungan satu sama lain. Hubungan antar manusia merupakan
hubungan interaksi yang paling efektif. Oleh karena itu jika dalam hubungan ini telah menemukan titik konflik, maka bisa saja dalam
kelompok masyarakat atau organisasi yang mereka tempati dapat menemukan kehancuran.
Konflik dapat terjadi antara orang-orang apabila mereka memiliki sasaran-sasaran yang berbeda atau cara-cara yang berbeda untuk mencapai
sasaran. Andaikata tidak terdapat adanya kepentingan yang mengakar, maka konflik tipe demikian seringkali relatif mudah diselesaikan, terutama
apabila ia dibicarakan secara terbuka dengan itikad baik dari semua pihak yang berkepentingan.
25
Kadang-kadang ada pula konflik yang muncul di dalam diri orang tertentu, seringkali hal tersebut memasuki hubungannya dengan pihak lain,
yang menyebabkan timbulnya konflik antara orang itu dengan pihak lain tersebut. Konflik internal seringkali merupakan penyebab macam-macam
problem interaksi.
18
E.3.2. Faktor Penyebab Konflik
Konflik dapat terbentuk dari faktor-faktor yang beragam. Misalkan saja dari faktor lingkungan sekitar, intrapersonal maupun faktor lainnya.
Akan tetapi semua itu kembali kepada individu masing-masing. Dalam sebuah diri seseorang terdapat suatu pola piker yang beragam. Dari sini
akan terbentuk sebuah konsep diri atau persepsi. Persepsi ini ternyata memiliki peranan yang sangat kuat dalam
pembentukan dan pemeliharaan posisi-posisi konflik. oleh karena itu dalam buku Manajemen Konflik karangan Winardi
19
dijelaskan ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan konflik.
1. Dianutnya nilai-nilai baru oleh anggota-anggota kelompok tertentu atau orang dengan orang.
2. Sebuah kesulitan atau problem baru, dihadapi oleh kelompok dimana para anggotanya mempersepsikan dengan cara berbeda-beda.
3. Peranan seorang anggota di luar kelompok tersebut bertentangan dengan peranan anggota tersebut di dalam kelompok itu.
18
Winardi, M anajemen Konflik
M andar Maju, Bandung 1994 Hal 103
19
Ibid. Hal 4
26
Akan tetapi itu hanyalah sebagian kecil dari faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sebuah konflik. telah dijelaskan pula di atas,
bahwa sebagian besar konflik terbentuk dari sebuah pola pikir manusia itu sendiri. Hal tersebut juga telah dijelaskan dalam teori Freud. “Manusi dan
lingkungan sosialnya selalu berada dalam konflik yang tak henti-hentinya. Masyarakat berada di atas posisi konflik ini, karena individu takut pada
ancaman destruktif dari masyarakat.”
20
Konflik muncul, apabila terdapat adanya ketidaksesuaian paham pada sebuah situasi sosial tentang pokok-pokok pikiran tertentu dan
terdapat adanya antagonism-antagonisme emosional. Winardi 1994 juga menjelaskan ada dua macam konflik yang
disebabkan oleh sesuatu hal, yaitu:
Konflik Substantif,
meliputi ketidaksesuaian paham tentang hal-hal seperti tujuan-tujuan, alokasi sumber daya, distribusi imbalan-imbalan,
kebijaksanaan, prosedur, serta penugasan kerja.
Konflik Emosional,
timbul karena
perasaan-perasaan marah,
ketidakpercayaan, ketidaksenangan, takut dan sikap menentang maupun bentrok-bentrokan kepribadian.
21
E.3.3. Proses Terjadinya Konflik
Proses terjadinya suatu konflik bermula dari ketidak efektifan suatu komunikasi antara individu satu dengan individu yang lainnya.Akan tetapi
20
Sarlit o Wiraw an, Teori-t eori Psikologi Sosial PT Raja Grafindo Persada, Jakart a 1983 Hal 146
21
Winardi, M anajemen Konflik
M andar Maju, Bandung 1994 Hal 5
27
untuk lebih rinci tentang proses terjadinya suatu konflik, Winardi 1994
22
telah menjelaskan tahapan-tahapan timbulnya konflik dari sebuah bagan sebagai berikut:
Bagan 1.1 Tahapan Perkembangan Suatu Konflik
Sumber: Prof. DR. Winardi, SE 1994 Manajemen Konflik Apabila dalam daerah kondisi anteseden terdapat semua unsur
tersebut, maka tersedia lahan subur untuk berkembangnya konflik. adanya
22
Winardi, M anajemen Konflik
M andar Maju, Bandung 1994 Hal 15
KONDISI-KONDISI ANTESEDEN
Ambiguit as peranan
Sum ber-sum ber daya langkah
Tugas-t ugas yang int erpenden
Penghalang t erhadap komunikasi
Per bedaan individual
Konflik yang belum t erselesaikan Konflik yang
dibayangkan Konflik yang
dirasakan
Konflik yang memanif est asi diri
Pem ecahan Penyelesaian Konflik at au Penekanan Konflik
Hasil Sesudah Konflik
28
kondisi tersebut, menunjukkan situasi dimana terdapat potensi konflik tinggi.
Konflik dibayangkan, merupakan suatu persepsi yang mungkin dirasakan atau tidak oleh orang-orang yang terlibat di dalamnya. Konflik
dirasakan, maka ia mencapai makna dalam arti bahwa cukup banyak tegangan yang terdapat, hingga muncul keinginan untuk mengurangi
perasaan yang kurang menyenangkan itu. Adakalanya orang-orang merasakan adanya konflik, tetapi mereka
tidak mengetahui dengan pasti apa sumber ataupun penyebabnya. Konflik yang dinyatakan secara terbuka disebut konflik yang memanifestasi diri.
Sebuah konflik manifest dapat diatasi, dalam arti bahwa kondisi-kondisi anteseden diperbaiki, ditekan hingga dengan demikian tidak ada perubahan
dalam kondisi anteseden dan perilaku konflik dikendalikan. Akhirnya, hasil tentang bagaimana konflik tertentu ditangani, dapat
mempengaruhi konflik-konflik masa mendatang. Konflik-konflik yang tidak diatasi, akan berkembang intensitasnya, dan ia akan menimbulkan
konflik-konflik masa yang akan datang sehubungan dengan persoalan- persoalan yang serupa.
Pemecahan konflik sebenarnya, menyebabkan timbulnya kondisi- kondisi yang mengurangi potensi untuk konflik-konflik pada masa
mendatang, yang serupa sifatnya dan ia juga menyediakan landasan bagi konflik-konflik lainnya untuk diatasi atau dipecahkan dengan cara yang
konstruktif.
29
E.3.4. Dampak Konflik
Setiap kali kita mendengar konflik pasti yang ada dalam pikiran kita adalah dampak yang buruk. Padahal konflik tidak hanya berdampak
buruk, akan tetapi manajemen konflik yang baik akan menghasilkan dampak yang baik pula.
Dalam buku Manajemen Konflik karangan Winardi 1994, ada dua kemungkinan yang terjadi dalam konflik, yaitu dampak negatif atau
konflik destruktif dan dampak yang positif konflik konstruktif.
23
Konflik Destruktif
Konflik ini menimbulkan kerugian bagi individu atau organisasi yang terlibat di dalamnya. Ada macam-macam kerugian yang ditimbulkan
karena konflik destruktif, misalnya beberapa diantara kerugian yang dapat dialami orang-orang yang terlibat di dalamnya melalui hal-hal berikut:
1. Perasaan cemas tegang stress yang tidak perlu, atau yang mencekam 2. Komunikasi yang menyusut
3. Persaingan yang makin hebat 4. Perhatian yang makin menyusut terhadap tujuan bersama
5. Menyusutnya produktifitas dan kepuasan
Konflik Konstruktif
Konflik yang satu ini menimbulkan suatu keuntungan bagi kita. adapun keuntungan yang didapatkan dari konflik ini adalah:
23
Winardi, M anajemen Konflik
M andar Maju, Bandung 1994 Hal 5-7
30
1. Kreatifitas dan Inovasi yang meningkat, akibat dari adanya konflik ini membuat para individu untuk melakukan pembaharuan dalam sistem
kerjanya. 2. Upaya yang meningkat, dapat diatasinya perasaan apatis dan ia dapat
menyebabkan orang-orang yang terlibat dengan bekerja lebih keras. 3. Ikatan yang makin kuat, konflik yang terjadi dengan pihak luar, akan
meningkatkan ikatan dalam satu kelompok tersebut untuk mencapai tujuan bersama.
4. Ketegangan yang menyusut, konflik dapat membantu menyusutkan ketegangan pada seseorang, apabila tidak demikian maka akan
menimbulkan stress.
E.3.5. Manajemen Konflik
Sebuah konflik atau masalah tidak baik untuk dihindari, karena itu bukanlah suatu penyelesaian sebuah masalah. Sebaliknya, hal tersebut
akan menambah jumlah masalah yang dibebani oleh kita. Akan tetapi tidak banyak orang mengetahui akan manajemen
konflik yang baik dan efektif. Banyak diantara kita yang mengatasi konflik dengan cara yang salah. Devito 1997 menjelaskan beberapa manajemen
konflik yang produktif dan tidak produktif.
24
1. Manajemen Konflik yang Tidak Produktif