30
1. Kreatifitas dan Inovasi yang meningkat, akibat dari adanya konflik ini membuat para individu untuk melakukan pembaharuan dalam sistem
kerjanya. 2. Upaya yang meningkat, dapat diatasinya perasaan apatis dan ia dapat
menyebabkan orang-orang yang terlibat dengan bekerja lebih keras. 3. Ikatan yang makin kuat, konflik yang terjadi dengan pihak luar, akan
meningkatkan ikatan dalam satu kelompok tersebut untuk mencapai tujuan bersama.
4. Ketegangan yang menyusut, konflik dapat membantu menyusutkan ketegangan pada seseorang, apabila tidak demikian maka akan
menimbulkan stress.
E.3.5. Manajemen Konflik
Sebuah konflik atau masalah tidak baik untuk dihindari, karena itu bukanlah suatu penyelesaian sebuah masalah. Sebaliknya, hal tersebut
akan menambah jumlah masalah yang dibebani oleh kita. Akan tetapi tidak banyak orang mengetahui akan manajemen
konflik yang baik dan efektif. Banyak diantara kita yang mengatasi konflik dengan cara yang salah. Devito 1997 menjelaskan beberapa manajemen
konflik yang produktif dan tidak produktif.
24
1. Manajemen Konflik yang Tidak Produktif
1.1. Penghindaran, Non-negosiasi dan Redefinisi
24
Joseph A. Devit o, Komunikasi Ant ar M anusia Prof essional Books, Jakart a 1997 Hal 270-275
31
Salah satu reaksi terhadap konflik yang paling sering dilakukan
adalah penghindaran. Sering ini dijumpai dalam bentuk pelarian fisik.
Reaksi seperti ini dapat pula berbentuk penghindaran emosional atau intelektual. Disini orang meninggalkan konflik secara psikologis
dengan tidak menanggapi argument atau masalah yang dikemukakan.
Non-negosiasi , bentuk ini dilakukan dalam bentuk memaksakan
pendapatnya sampai pihak lain menyerah. Ini adalah tekhnik yang dinamakan “Steamrolling” buldoser. Dan yang terakhir adalah
redefinisi , dimana sumber konflik seakan-akan dikesampingkan oleh
orang lain. Tidak pernah ada penyelesaian.
1.2. Pemaksaan
Bila dihadapkan pada suatu konflik, banyak orang berusaha memaksakan
keputusan atau
cara berpikir
mereka dengan
menggunakan pemaksaan atau kekuatan fisik. Pemaksaan ini lebih bersifat emosional. Tetapi, apapun yang dilakukan masalahnya tidak
pernah tersentuh.
1.3. Minimasi
Adakalanya kita mengatasi konflik dengan menganggapnya remeh. Kita mengatakan, dan barangkali percaya, bahwa konflik, penyebabnya
dan akibatnya sama sekali tidak penting. Kita menggunakan minimasi bila kita menganggap enteng perasaan pihak lain.
32
1.4. Menyalahkan
Dalam beberapa kasus sering kali kita merasa menyalahkan diri sendiri, akan tetapi seseorang juga lebih banyak menyalahkan orang
lain. Hal ini bukan menyelesaikan masalah, namun malah memperuncing masalah.
1.5. Peredam
Peredam ini juga sering dilakukan oleh siapapun. Dalam suatu masalah peredam ini bisa dilihat pada saat pertengakaran hebat lawan
konflik sentak menangis, menjerit, berteriak seakan-akan kehilangan kendali. Yang paling popular adalah sakit kepala atau sesak nafas. Yang
paling sulit jika salah satu pihak menggunakan tekhnik peredam ini, maka kita tidak pernah tahu apakah hal tersebut benar-benar terjadi.
Tetapi yang pasti masalah tidak akan pernah terselesaikan dengan baik.
1.6. Karung Goni