Latar Belakang EFEKTIFITAS EKSTRAK DAUN BAYAM (AMARANTHUS TRICOLOR LINN) DIBANDINGKAN POVIDONE-IODINE 10% TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA TIKUS PUTIH (RATTUS NORVEGICUS STRAIN WISTAR)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Luka merupakan kerusakan secara seluler maupun anatomis pada fungsi kontinuitas jaringan hidup Nalwaya ,et al. 2009. Luka disebabkan oleh trauma fisik atau proses penyakit yang terjadi pada lapisan epithelium pada kulit atau lapisan yang lebih dalam seperti jaringan subcutan, tendon, otot, pembuluh darah dan tulang Velnar, Bailey Smrkolj, 2009. Luka berdasarkan bentuknya dibedakan menjadi dua yaitu, luka tertutup yang ditandai dengan perdarahan internal seperti luka contusio dan luka terbuka yang ditandai dengan adanya laserasi atau robekan pada kulit dengan perdarahan eksternal seperti pada luka insisi Stashak Theoret, 2009. Luka insisi adalah luka yang dibuat menggunakan pisau bedah untuk membuka jaringan atau organ yang lebih dalam dengan memperhatikan ukuran, lokasi dan tujuan dari pembuatan luka Dougherty Lister, 2015. Luka insisi dengan ukuran ± 2cm dengan kedalaman subcutis dapat sembuh secara spontan pada hari ke-10 Hubrecht Kirkwood, 2010. Pada area luka insisi harus selalu dilakukan pengkajian untuk mengetahui proses penyembuhan luka berdasarkan lokasi, ukuran atau dimensi, ada atau tidaknya eksudat, penampakan luka, karakteristik luka, nyeri pada luka, tanda dan gejala dari infeksi Christensen Kockrow, 2013. Sebagai seorang perawat, luka tidak hanya dirawat secara intensif tetapi juga dikaji dari berbagai aspek penyembuhan luka karena sangat rentan terjadi infeksi diarea luka insisi. Menurut WHO 2008 sekitar 234 juta orang setiap tahunnya telah melakukan operasi diseluruh dunia dengan perbandingan 1 diantara 25 orang tetap hidup. Selain itu, angka komplikasi karena luka bedah terjadi sekitar 6-16 di Negara berkembang. Angka kejadian infeksi luka operasi di Indonesia cukuplah tinggi yaitu sekitar 18,9 dari 1,4 juta pasien dengan infeksi nasokomial yang terjadi di Rumah Sakit DINKES RI, 2009 Proses penyembuhan luka merupakan proses fisiologi yang kompleks dari respon terjadinya luka yang melibatkan hormon, agen hemostatis, agen inflamasi dan faktor angiogenesis yang dapat disembuhkan dengan formulasi obat topikal dan penggunaan dressing Piraino Selimovic, 2015. Proses penyembuhan luka terjadi jika kordinasi antara system imunologi dan biologis berjalan dengan baik. Proses penyembuhan luka terdiri dari beberapa fase yaitu: 1 fase koagulasi dan haemostatis, 2 fase inflamasi 3 fase proliferasi, 4 fase maturasi Velnar, Bailey Smrkolj, 2009. Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka dibagi menjadi dua macam yaitu faktor ekstrinsik dan intrinsik. Faktor ekstrinsik dari penyembuhan luka adalah lingkungan, gaya hidup, pemilihan dressing, pengetahuan dalam perawatan luka, nutrisi dan status sosial-ekonomi. Sedangkan, Faktor Intrinsik penyembuhan luka adalah umur, jenis kelamin, alergi, pengobatan, tipe kulit, bekas luka dan imobilisasi Peate Glencross, 2015. Jaringan atau organ yang terbuka ditambah dengan adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh merupakan salah satu pemicu timbulnya infeksi pada luka. Luka insisi atau disebut juga luka bedah memiliki resiko infeksi yang cukup besar. Infeksi pada luka insisi yang steril dapat terjadi karena kesalahan teknik aseptik yang digunakan saat penyembuhan dan perawatan luka Baradero, Dayrit Siswandi, 2008. Kontaminasi bakteri paling banyak terjadi pada luka insisi adalah saat proses pembedahan berlangsung dan hal ini tergantung dari jenis operasi, rentang waktu operasi, teknis operasi dan lokasi luka operasi Darmadi, 2008. Resiko infeksi pada area luka insisi dapat dikurangi bila seorang perawat dapat membuat suatu inovasi seperti obat topical berbahan dasar herbal untuk mempercepat proses penyembuhan luka. Penggunaan obat secara topikal sudah dikenal lama oleh masyarakat untuk menyembuhkan luka pada kulit Kulkarni, 2010. Di Indonesia pemberian obat topical Povidone-Iodine 10 masih sering dijumpai yaitu sekitar 68,9 dari seluruh perawatan luka yang pernah dilakukan RISKESDAS, 2013. Povidone-Iodine 10 merupakan obat antiseptik dan desinfektan yang membantu mencegah adanya bakteri pada luka dan bekerja pada fase inflamasi saat proses penyembuhan luka sehingga dapat membersihkan kulit secara efektif. Masyarakat secara umum sudah menggunakan Povidone-Iodine 10 sebagai obat penyembuh luka tanpa mengetahui efeksamping dari penggunaan obat ini secara terus menerus yaitu timbulnya iritasi dan bekas luka yang sulit hilang Preedy, Burrow Watson, 2009. Sehingga, sebagai seorang perawat harus memberikan alternatif pengobatan untuk mengurangi adanya efeksamping yang berlebihan dengan cara penggunaan obat berbahan herbal yang ekonomis dan mudah diperoleh oleh masyarakat. Selain penggunaan obat antiseptic, perawatan luka menggunakan obat tradisional yang berbahan alami juga sangat berkhasiat dalam penyembuhan luka. Salah satu tumbuhan yang dapat digunakan untuk menyembuhkan luka adalah bayam Amaranthus Tricolor L. yang mengandung banyak zat yang sangat bermanfaat bagi tubuh. Pemanfaatan bayam Amaranthus Tricolor L. untuk luka dapat dilakukan dengan cara menggiling daun bayam segar sampai halus, kemudian ditempelkan pada area yang sakit. Bagian dari bayam yang dapat dimanfaatkan sebagai obat adalah daun, batang dan akar. Bayam sangat mudah didapatkan dan sangat ekonomis sehingga semua orang dapat membeli dan memanfaatkannya Suwarto, 2010. Selain itu, masyarakat dapat lebih memanfaatkan daun bayam secara maksimal selain untuk bahan makanan bergizi juga sebagai bahan obat topikal dalam mempercepat penyembuhan luka karena kandungannya yang banyak khasiatnya. Daun Bayam Amaranthus Tricolor L. mengandung beberapa zat yang sangat berguna untuk proses penyembuhan luka seperti: vitamin A, vitamin B12, vitamin K, riboflavin, asam folat, asam amino, mangan, magnesium, zat besi, kalsium, kalium dan jenis alkaloid seperti flovanoid, saponin, tanin Santiago ,et al. 2014. Kandungan flovanoid, saponin dan tanin merupakan zat antioksidan pada bayam berguna untuk melawan bakteri, virus dan radikal bebas pada luka saat fase inflamasi. Karoten dalam daun bayam akan diubah menjadi vitamin A didalam tubuh yang berfungsi sebagai pembentukan sel kulit baru, zat ini sangatlah berperan penting fase proliferasi penyembuhan luka Rao ,et al. 2010. Asam amino yang terdapat pada daun bayam sangat berpengaruh dalam pembentukan sel baru dan mempercepat fase proliferasi Colaco Desai, 2011. Pengolahan daun bayam Amaranthus Tricolor L. sebagai obat harus melalui tahap ekstraksi yang dapat dibentuk dalam sediaan kapsul, pil, cair, krim dan bubuk. Sediaan cair paling banyak digunakan karena memiliki efektifitas yang lebih besar dibandingkan sediaan lainnya Raharjdo, 2008. Ekstraksi dalam sediaan cair dapat menggunakan pengencer berupa methanol, etanol, petroleum eter, chloroform dan etil asetat. Penelitian yang dilakukan Venkatapura ,et al. 2011, menunjukkan bahwa eksrak daun bayam dengan pengencer etanol memiliki antioksidan yang tertinggi dibandingkan dengan pengencer lainnya dengan dosis standart 200 mgkg BB. Perawatan luka insisi sangatlah tergantung pada teknik aseptik dan keterampilan seorang perawat dalam melakukan rawat luka. Peran perawat dalam perawatan luka insisi adalah membersihkan luka, mengangkat jahitan, pemberian obat pada luka, menutup luka, dan mengkaji perubah keadaan luka Jain, Stoker Tanwar, 2013. Sehingga seorang perawat juga berhak untuk menentukan pemilihan obat topikal yang tepat untuk luka insisi pasien agar proses penyembuhan luka dapat lebih cepat dari perawatan biasanya. Masalah yang timbul dalam metode perawatan luka insisi adalah belum adanya bukti lebih efektif mana penggunaan ekstrak daun bayam Amaranthus Tricolor linn dalam bentuk sediaan cair yang telah diencerkan dengan etanol dibandingkan dengan obat Povidone-Iodine 10 dalam mempercepat penyembuhan pada luka insisi. Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Efektivitas Ekstrak Daun Bayam Amaranthus Tricolor Linn Dibandingkan Povidone- Iodine 10 Terhadap Penyembuhan Luka Insisi Pada Tikus Putih Rattus Norvegicus Strain Wistar .

1.2 Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Ekstrak Daun Katuk (Sauropus Androgynus Merr.) Sebagai Obat Luka Insisi Kronis Dalam Sediaan Salep Dan Krim

22 140 95

Uji Efek Hipoglikemik Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah (Piper cf. fragile Benth.) Terhadap Tikus Putih Jantan

3 45 86

Uji Antimikrobial Ekstrak Metanol Daun Jambu Biji Daging Putih Dan Jambu Biji Daging Merah (Psidium Guajava l.) Terhadap Beberapa Spesies Bakteri Patogen

2 65 55

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Angsana (Pterocarpus indicus wild) Secara In Vitro Dan Efek Penyembuhan Sediaan Salap Terhadap Luka Buatan Kulit Marmut Yang Diinfeksi

0 40 114

EFEKTIFITAS PEMBERIAN EKSTRAK COCOR BEBEK (KALANCHOE PINNATA) TERHADAP KECEPATAN PENYEMBUHAN LUKA PADA TIKUS JANTAN PUTIH (RATTUS NORVEGICUS STRAIN WISTAR)

1 20 25

PENGARUH MADU TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN PENYEMBUHAN LUKA LASERASI PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus Strain Wistar)

1 60 22

PENGARUH PEMBERIAN GEL EKSTRAK LIDAH BUAYA (Aloe Vera Linn) TERHADAP KECEPATAN PENYEMBUHAN LUKA BAKAR DERAJAT IIA PADA TIKUS PUTIH STRAIN WISTAR (Rattus Norvegicus)

4 35 20

UJI EFEKTIFITAS JUS BAYAM (Amaranthus tricolor L.) DALAM MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)

1 20 1

PERBEDAAN KECEPATAN KESEMBUHAN LUKA INSISI ANTARA OLESAN GEL DAUN LAMTORO (Leucaena Leucocephala) DAN POVIDONE IODINE PADA TIKUS PUTIH (Rattus Norvegicus)

0 3 78

Pengaruh Dosis Ekstrak Air Daun Bayam Merah ( Amaranthus Tricolor L.) terhadap Jumlah Eritrosit dan Kadar Hemoglobin pada Tikus Putih ( Rattus Norvegicus)

0 0 13