Benny Perabuwijaya : Analisa Konveksitas Wajah Jaringan Lunak Secara Sefalometri Lateral Pada Mahasiswa Deutro-Melayu Fkg Usu Usia 20-25 Tahun Tahun 1999-2005, 2007.
USU Repository © 2009
BAB 3 KERANGKA KONSEP
Penelitian terhadap berbagai ras dan usia telah dipelopori oleh para ahli ortodonti untuk memperoleh norma baku analisa radiografi sefalometri sebagai salah
faktor kriteria ideal wajah. Saat ini belum banyak penelitian yang dilakukan pada ras Deutro-Melayu yang merupakan salah satu ras besar di Indonesia. Analisa
konveksitas wajah jaringan lunak merupakan salah satu unsur yang penting di dalam berbagai analisa radiografi sefalometri terutama yang menyangkut jaringan lunak
wajah. Penelitian Zylinski et.al 1992 dilakukan terhadap konveksitas wajah
jaringan lunak pada ras Kaukaoid. Penelitian Hashim et. al. 2003 dilakukan terhadap konveksitas wajah jaringan lunak penduduk Saudi Arabia. Peneliti
berkeinginan untuk melakukannya pada ras Deutro-Melayu dengan metode yang sama.
Mahasiswa Deutro-Melayu FKG USU usia 20-25 tahun dipilih sebagai populasi penelitian dengan dengan pertimbangan kemudahan memperoleh sampel
penelitian dari subjek dan adanya literatur yang menyatakan berhentinya pertumbuhan wajah pada usia di atas 20 tahun. Seleksi terhadap subjek sampel
penelitian dilakukan untuk meminimalkan faktor-faktor kelainan ortodonti yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Penelitian ini akan menghasilkan nilai rerata
Benny Perabuwijaya : Analisa Konveksitas Wajah Jaringan Lunak Secara Sefalometri Lateral Pada Mahasiswa Deutro-Melayu Fkg Usu Usia 20-25 Tahun Tahun 1999-2005, 2007.
USU Repository © 2009
konveksitas wajah jaringan lunak pada analisa sefalometri lateral yang dapat digunakan pada perawatan ortodonti pasien Deutro-Melayu.
Skema Kerangka Konsep
Benny Perabuwijaya : Analisa Konveksitas Wajah Jaringan Lunak Secara Sefalometri Lateral Pada Mahasiswa Deutro-Melayu Fkg Usu Usia 20-25 Tahun Tahun 1999-2005, 2007.
USU Repository © 2009
BAB 4 METODE PENELITIAN
Analisa Konveksitas Wajah Jaringan Lunak N’-Sn-Pg’
Kaukasoid Zylinski et .al, 1992
Saudi Arabia Hashim et. al, 2003
Deutro-Melayu ?
Mahasiswa Deutro-Melayu FKG USU Medan
Analisa Konveksitas Wajah Jaringan Lunak Secara Sefalometri Lateral Pada Mahasiswa
Deutro-Melayu FKG USU Usia 20-25 Tahun Pertumbuhan wajah berhenti pada
usia 20 tahun Foster, Mundiyah, Koesoemaharja et.al
Nilai Rerata Konveksitas Wajah Jaringan Lunak Mahasiswa Deutro-Melayu FKG
USU Usia 20-25 Tahun
Benny Perabuwijaya : Analisa Konveksitas Wajah Jaringan Lunak Secara Sefalometri Lateral Pada Mahasiswa Deutro-Melayu Fkg Usu Usia 20-25 Tahun Tahun 1999-2005, 2007.
USU Repository © 2009
4.1 Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptik yang bertujuan untuk memperoleh nilai konveksitas wajah jaringan lunak pada mahasiswa FKG USU ras
Deutro-Melayu pada usia dewasa muda 20-25 tahun.
4.2 Identifikasi variabel penelitian
o Variabel bebas
- Titik nasion kulit
- Titik subnasale
- Titik pogonion kulit
o Variabel tergantung
- Konveksitas wajah jaringan lunak
o Variabel kendali
- Usia 20-25 tahun
- Ras Deutro-Melayu hingga dua generasi di atas yaitu ayah dan ibu
serta kakek dan nenek -
Jenis kelamin laki-laki dan perempuan -
Belum pernah dirawat ortodonti -
Penutupan bibir kompeten -
Relasi dan sentrik oklusi, molar pertama dan kaninus permanen klas I Angle dengan sedikit variasi rotasi, diastema ringan, overjet
Benny Perabuwijaya : Analisa Konveksitas Wajah Jaringan Lunak Secara Sefalometri Lateral Pada Mahasiswa Deutro-Melayu Fkg Usu Usia 20-25 Tahun Tahun 1999-2005, 2007.
USU Repository © 2009
dan overbite normal 2-4 mm. Tidak diikutkan apabila profil otot wajah menunjukkan klas II atau III
- Kesehatan umum baik
- Unit radiografi sefalometri yang sama
o Variabel tak terkendali
- Ketebalan profil jaringan lunak
- Ketrampilan operator dalam pengambilan data
4.3 Definisi operasional variabel-variabel
a. Nasion kulit N’ adalah titik paling cekung pada kulit di pertengahan dahi dan hidung.
b. Subnasale Sn adalah titik di kulit dimana septum nasalis bergabung dengan bibir atas pada pertengahan dataran sagital.
c. Pogonion kulit Pg’ adalah titik paling anterior dari jaringan lunak dagu. d. Konveksitas wajah jaringan lunak N’- Sn - Pg’ adalah sudut yang
terbentuk antara perpanjangan garis yang ditarik dari titik nasion jaringan lunak N’ ke subnasale jaringan lunak Sn dan garis yang ditarik dari pogonion jaringan lunak
Pg’ ke subnasale jaringan lunak Sn. e. Ketebalan profil jaringan lunak adalah ketebalan otot dan jaringan lunak
diukur dari titik skeletal tertentu sampai titik pada lapisan paling atas dari jaringan lunak wajah.
f. Ras Deutro-Melayu adalah ras yang orang-orangnya terdiri dari suku Melayu, Aceh, Jawa, Minangkabau, Bali, Sunda, Palembang, Madura, dan lain lain.
Benny Perabuwijaya : Analisa Konveksitas Wajah Jaringan Lunak Secara Sefalometri Lateral Pada Mahasiswa Deutro-Melayu Fkg Usu Usia 20-25 Tahun Tahun 1999-2005, 2007.
USU Repository © 2009
g. Molar I klas I Angle adalah hubungan rahang dimana cusp mesiobukal molar satu maxilla jatuh pada groove bukal molar satu mandibula pada posisi oklusi.
h. Penutupan bibir kompeten adalah keadaan dimana bibir atas dan bawah berkontak atau sedikit dijumpai celah interlabial dan garis bibir letaknya sejajar
dengan dataran oklusal gigi pada saat dalam posisi istirahat.
4.4 Lokasi penelitian
Tempat : Departemen Ortodonti FKG USU Unit Radiologi Dental FKG USU
4.5 Populasi dan sampel penelitian
Populasi : Mahasiswa aktif FKG USU Ras Deutro-Melayu usia 20-25 tahun angkatan 1999-2005 dengan jumlah 196 orang yaitu 35 laki-laki
dan 161 perempuan. 1 Juli 2006 Sampel : Foto rontgen sefalogram lateral mahasiswa FKG USU yang
memenuhi kriteria. Rumus perhitungan jumlah sampel : populasi finite
SE =
1 −
− ×
× Np
n Np
n q
p
SE = 0,029970318 p = 0,05 : proporsi murid yang mempunyai hubungan kraniodentofasial yang
normal.
Benny Perabuwijaya : Analisa Konveksitas Wajah Jaringan Lunak Secara Sefalometri Lateral Pada Mahasiswa Deutro-Melayu Fkg Usu Usia 20-25 Tahun Tahun 1999-2005, 2007.
USU Repository © 2009
SE =
1 −
− Np
n Np
x n
pxq
0,029970318 = n
95 ,
05 ,
× x
1 196
196 −
− n
0,029970318 = n
0475 ,
x 195
196 n
−
0,00089821996 =
n 0475
,
x
195 196
n −
0,1751528922 n = 9,31 - 0,0475 n 0,2226528922 n = 9,31
n = 41.814 q =1-p = 0,95= proporsi murid yang mempunyai hubungan kraniodentofasial
yang tidak normal. Susanto
9
Perhitungan :
Jumlah populasi diperoleh dari data Bagian Pendidikan FKG USU dan kuesioner. Dari perhitungan, diperoleh jumlah sampel minimal sebanyak 41,814
orang. Jumlah tersebutkan dibulatkan menjadi 42 orang. Data mahasiswa FKG USU yang digunakan sebagai subjek penelitian
diperoleh dengan wawancara dan pemeriksaan klinis sehingga memenuhi kriteria sebagai berikut 42 orang:
- Ras Deutro-Melayu sampai dua generasi di atas yaitu ayah dan ibu serta kakek dan nenek
- Usia 20-25 tahun
Benny Perabuwijaya : Analisa Konveksitas Wajah Jaringan Lunak Secara Sefalometri Lateral Pada Mahasiswa Deutro-Melayu Fkg Usu Usia 20-25 Tahun Tahun 1999-2005, 2007.
USU Repository © 2009
- Gigi geligi lengkap kecuali molar tiga - Penutupan bibir kompeten
- Belum pernah dirawat ortodonti -
Relasi dan sentrik oklusi, molar pertama dan kaninus permanen klas I Angle dengan sedikit variasi rotasi, diastema ringan, overjet dan overbite normal 2-4 mm
- Tidak diikutkan apabila profil otot wajah menunjukkan klas II atau III
- Kesehatan umum baik dan tidak ada cacat di kepala dan wajah yang bisa mempengaruhi hasil sefalogram
4.6 Alat dan bahan penelitian
Alat penelitian yang digunakan adalah : a.
Unit Radiografi Sefalometri merk YOSHIDA Panoura 10-C b.
Tracing box c.
Pensil 2B merk d.
Busur e.
Kalkulator Bahan yang digunakan dalam penelitian:
a. Sefalogram lateral 8 X 10 inci
b. Kertas asetat 8 X 10 inci; tebal 0,003 inci
4.7 Cara penelitian
Adapun prosedur pengumpulan dan pengambilan data yang dilakukan berupa: a.
Persiapan penelitian
Benny Perabuwijaya : Analisa Konveksitas Wajah Jaringan Lunak Secara Sefalometri Lateral Pada Mahasiswa Deutro-Melayu Fkg Usu Usia 20-25 Tahun Tahun 1999-2005, 2007.
USU Repository © 2009
Sebanyak 42 empat puluh dua mahasiswa yang memenuhi kriteria diambil foto rontgen secara sefalometri lateral di Unit Radiologi Dental FKG USU. Pasien
diekspos pada jarak 1,5 meter dari tabung selama 5 detik dengan kekuatan 85 KVP, 10mA dan gigi geligi rahang pada oklusi sentris. Film diproses sehingga diperoleh
sampel berupa foto rontgen sefalogram lateral. b.
Pengukuran data sampel Sefalogram ditracing dengan kertas asetat dan pensil 2B di atas pencahayaan
tracing box untuk mencari titik-titik Nasion N, Nasion jaringan lunak N’, Subspinale A, Subnasale Sn, Pogonion Pog, Pogonion jaringan lunak Pog’.
Pada hasil tracing diukur sudut N’-Sn-Pog’ dan N-A-Pog dengan menggunakan busur. Sudut-sudut inilah yang merupakan data penelitian yakni nilai konveksitas
wajah jaringan lunak dan skeletal.
4.8 Analisa hasil penelitian
Pengukuran sampel penelitian dilakukan di klinik Departemen Ortodonti FKG USU. Hasil yang diperoleh diolah secara statistik dengan program SPSS 13.0.
Analisa t-test dilakukan terhadap sudut konveksitas jaringan lunak dengan skeletal wajah. Analisa t-test terhadap konveksitas jaringan lunak laki-laki dengan perempuan
dilakukan dengan jumlah sampel 12 sefalogram untuk tiap jenis kelamin. Untuk uji analisa kesalahan pengukuran error of method dilakukan pengukuran sefalogram
yang dipilih secara acak oleh peneliti dan pembimbing sebanyak 9 sefalogram untuk diuji secara t-test dan koefisien korelasi Pearson.
Benny Perabuwijaya : Analisa Konveksitas Wajah Jaringan Lunak Secara Sefalometri Lateral Pada Mahasiswa Deutro-Melayu Fkg Usu Usia 20-25 Tahun Tahun 1999-2005, 2007.
USU Repository © 2009
Gambar 4. Tracing box dan alat pengukur.
Gambar 5. Unit radiografi sefalometri merk Yoshida Panoura 10-C.
Benny Perabuwijaya : Analisa Konveksitas Wajah Jaringan Lunak Secara Sefalometri Lateral Pada Mahasiswa Deutro-Melayu Fkg Usu Usia 20-25 Tahun Tahun 1999-2005, 2007.
USU Repository © 2009
BAB 5 HASIL PENELITIAN
Dari 42 sampel foto rontgen,sebanyak 12 sampel berasal dari subjek laki-laki dan 30 sampel dari subjek perempuan. Hasil pengukuran terhadap sudut konveksitas
wajah jaringan lunak N’-Sn-Pg’ dan sudut konveksitas wajah skeletal N-A-Pg yang telah dilakukan dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Sudut konveksitas wajah pada 42 buah sampel penelitian.
No. Sampel Konveksitas Jaringan Lunak
N’-Sn-Pg’ º Konveksitas Skeletal
N-A-Pg º 1
9 2
2 12
7 3
14 9,5
4 20
14 5
12 8
6 23
7,5 7
28,5 22
8 21
11 9
19 5
10 17
9,5 11
13 6,5
12 10,5
3,5 13
15 5,5
Benny Perabuwijaya : Analisa Konveksitas Wajah Jaringan Lunak Secara Sefalometri Lateral Pada Mahasiswa Deutro-Melayu Fkg Usu Usia 20-25 Tahun Tahun 1999-2005, 2007.
USU Repository © 2009
14 19,5
4,5 15
7,5 0,5
16 21
8 17
21,5 10
18 14
9 19
17 7
20 14
5 21
13,5 10
22 21
9 23
19 7
24 11
10 25
14,5 7,5
26 21
10 27
13 9
28 15,5
8,5 29
11 1
30 28
17,5 31
18 6
32 6,5
33 20
11 34
13 3
35 18
9,5 36
18 4
37 17
1 38
28 8,5
39 14
2 40
12,5 41
20 6
42 19
6,5
Benny Perabuwijaya : Analisa Konveksitas Wajah Jaringan Lunak Secara Sefalometri Lateral Pada Mahasiswa Deutro-Melayu Fkg Usu Usia 20-25 Tahun Tahun 1999-2005, 2007.
USU Repository © 2009
Tabel 2. Nilai rerata konveksitas jaringan lunak dan skeletal
Jenis pengukuran Nilai rerata
N S.D.
Terendah Tertinggi
N’ – Sn – Pg’ Jaringan Lunak
16,67 42
5,16988 6,5
28,5
N – A – Pg Skeletal
7,19 42
4,43648 22
Hasil pengukuran sudut N’-Sn-Pg’ diperoleh nilai tertinggi yakni 28,5º pada sampel ke 7, dan nilai terendah yakni 6,5º pada sampel ke 32. Nilai rerata konveksitas
wajah jaringan lunak pada 42 sampel sefalogram adalah 16,67º.
Tabel 3. Nilai rerata konveksitas jaringan lunak laki-laki dan perempuan.
N’ – Sn – Pg’ Nilai rerata
N S.D.
Terendah Tertinggi
Laki-laki 17
12 5,23537
6,5 28
Perempuan 16,53
30 5,22747
7,5 28,5
Tabel 4. Analisa t-test konveksitas jaringan lunak laki-laki dan perempuan.
Paired Differences
Sig. Mean
Std. Deviation
Std. Error
Mean 95 Confidence
Interval of the Difference
Benny Perabuwijaya : Analisa Konveksitas Wajah Jaringan Lunak Secara Sefalometri Lateral Pada Mahasiswa Deutro-Melayu Fkg Usu Usia 20-25 Tahun Tahun 1999-2005, 2007.
USU Repository © 2009
Lower Upper
t df
2-tailed
Pria-Wanita .41667
7.40324 2.13718
4.28724 5.12057
.195 11
.849
Ket : Sig. 2-tailed = 0,849; artinya tidak ada perbedaan yang signifikan Nilai rerata konveksitas wajah jaringan lunak pada 12 sefalogram laki-laki
adalah 17º dan 30 sefaloogram perempuan adalah 16,53º. Analisa t-test untuk menguji kemaknaan perbedaan nilai konveksitas wajah jaringan lunak laki-laki
dengan perempuan dilakukan terhadap 12 sefalogram laki-laki dan 12 sefalogram perempuan. Hasil analisa menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan. data
lengkap di lampiran 6
Tabel 5. Analisa t-test konveksitas jaringan lunak dan skeletal wajah.
Paired Differences
t df
Sig.
2-tailed
Mean Std.
Deviation
Std. Error
Mean 95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper
NSnPg-NAPg
9.47619 3.96009
.61106 8.24214
10.71024
15.508
41 .000
Ket : Sig. 2-tailed = 0,000; artinya ada perbedaan yang signifikan Hasil pengukuran sudut N-A-Pg diperoleh nilai tertinggi yakni 22º pada
sampel ke 7, dan nilai terendah yakni 0º pada sampel ke 32 dan 40. Nilai rata-rata konveksitas wajah skeletal adalah 7,19º.
Hasil uji analisa t-test yang digunakan untuk menguji kemaknaan perbedaan nilai rata-rata konveksitas wajah jaringan lunak dengan konveksitas wajah skeletal,
menunjukkan ada perbedaan yang signifikan. data lengkap di lampiran 7
Benny Perabuwijaya : Analisa Konveksitas Wajah Jaringan Lunak Secara Sefalometri Lateral Pada Mahasiswa Deutro-Melayu Fkg Usu Usia 20-25 Tahun Tahun 1999-2005, 2007.
USU Repository © 2009
BAB 6 PEMBAHASAN