Permasalahan Tujuan Metodologi PENDAHULUAN

solid slab bahkan karena digunakannya pre-stressing maka kapasitas dukungnya lebih besar. untuk menciptakan satu kesatuan yang kuat

1.2 Permasalahan

Suatu struktur pelat beton pracetak yang digunakan pada struktur bangunan akibat beban yang bekerja berupa beban mati gravitasi, beban hidup dan gempa pada pelat maka ditentukan berapa ukuran pelat disain yang memenuhi syarat yang dapat menahan beban yang bekerja sesuai dengan peraturan Beton Indonesia SNI 2002 ACI.

1.3 Tujuan

Untuk menganalisa dan mendisain sistem pelat pracetak yang menggunakan sistem pelat satu arah Hollow Core Slab sesuai dengan Peraturan SNI-2002ACI. 1.4. Pembatasan Masalah Dalam analisa ini penulis membatasi permasalahan untuk penyederhanaan perhitungan sehingga tujuan dari penulisan tugas akhir ini dapat dicapai yaitu : 1. Perencanaan dilakukan dalam batas elastis. 2. Beban-beban yang bekerja diseusaikan dengan Peraturan Muatan Indonesia dimana dalam hal ini bekerja beban mati gravitasi dan beban hidup. 3. Besarnya gaya sewaktu pengangkatan ereksi hollow core slab dengan crane dimasukkan juga dalam perhitungan. 4. Mutu beton yang dipakai dalam perencanaan adalah K 400 dengan bentuk penampang seperti pada gambar di bawah Gambar 2.1 Struktur Pelat Hollow Core yang digunakan Panjang bentang diambil = 6 m 5. Perhitungan perencanaan dilakukan dengan alat bantu spreadsheet dan program struktur.

I.5 Metodologi

Metode yang dipakai dalam perencanaan pelat pracetak satu arah sistem Hollow Core Slab HCS adalah dengan menggunakan rumus-rumus disain yang sesuai dengan Peraturan Beton Indonesia SNI-2002 maupun ACI, dengan terlebih dahulu menentukan beban-beban yang bekerja pada struktur sesuai dengan peraturan muatan yang berlaku kemudian diaplikasikan ke dalam program struktur untuk memperoleh gaya-gaya dalam yang digunakan dalam disain.

BAB II TEORI DASAR

2.1 Umum

Beton merupakan bahan utama dalam setiap pembangunan gedung. Beton merupakan hasil dari pencampuran bahan-bahan agregat halus dan agregat kasar yaitu pasir, batu kerikil dengan menambahkan secukupnya bahan perekat yaitu semen dan air sebagai bahan pembantu agar terjadinya reaksi kimia selama proses pengerasan dan perawatan beton. Beton bertulang adalah beton yang terdiri dari beton dan baja tulangan. Agregat halus dan kasar, disebut sebagai bahan susun kasar campuran, merupakan komponen utama beton. Nilai kekuatan serta daya tahan durability beton merupakan fungsi dari banyak faktor, diantaranya ialah nilai banding campuran dan mutu bahan susun, metode pelaksanaan pengecoran, pelaksanaan finishing, temperatur, dan kondisi perawatan pengerasannya Beton mempunyai perbandingan terbalik antara kuat tekan dan kuat tariknya. Beton mempunyai kuat tekan yang sangat tinggi tetapi sangat lemah dalam kuat tariknya. Nilai kuat tariknya hanya berkisar antara 9-15 saja dari kuat tekannya. Sedangkan baja mempunyai kuat tarik yang sangat tinggi. Maka hal ini dikombinasikan antara beton yang mempunyai kuat tekan tinggi dan baja yang mempunyai kuat tarik yang tinggi untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang komposit. Dengan sendirinya untuk mengatur kerjasama antara dua macam bahan yang berbeda sifat dan perilakunya dalam rangka membentuk satu kesatuan perilaku struktural untuk mendukung beban, diperlukan cara hitungan berbeda apabila hanya digunakan satu macam bahan saja seperti halnya pada struktur baja, kayu, aluminium, dan sebagainya. 1 Agar kerjasama antara bahan beton dan baja tulangan dapat berkerja dengan baik maka diperlukan syarat-syarat keadaan sebagai berikut : 1 lekatan sempurna antara batang tulangan baja dengan beton keras yang membungkusnya sehingga tidak terjadi penggelinciran diantara keduanya; 2 beton yang mengelilingi batang tulangan baja bersifat kedap sehingga mampu melindungi dan mencegah terjadinya karat baja; 3 angka muai kedua bahan hampir sama, di mana untuk setiap kenaikan suhu satu derajat Celcius angka muai beton 0,000010 sampai 0,000013 sedangkan baja 0,000012, sehingga tegangan yang timbul karena perbedaan nilai dapat diabaikan. Namun dari lekatan yang sempurna antara kedua bahan tersebut di daerah tarik suatu komponen struktur akan sering terjadi retak-retak halus pada beton di dekat baja tulangan. Pada umumnya penyebab utama dari pada timbulnya retakan ini adalah penguapan yang sangat cepat dari permukaan beton. Ketika kecepatan dari penguapan melampaui kecepatan merembesnya air, yang pada umunya ke atas permukaan beton, maka terjadilah retakan halus seperti yang dimaksud di atas. Retak halus ini dapat kita abaikan sejauh tidak mempengaruhi penampilan struktural komponen yang bersangkutan.

2.2 Bahan Beton

Karena beton mempunyai sifat yang kuat terhadap tekan dan mempunyai sifat yang relatif rendah terhadap tarik maka pada umumnya beton hanya diperhitungkan mempunyai kerja yang baik di daerah tekan pada penampangnya dan hubungan tegangan- regangan yang timbul karena pengaruh-pengaruh gaya tekan tersebut digunakan sebagai dasar pertimbangan. Nilai dari kuat tekan beton diwakili oleh tegangan tekan maksimum f c ’ dengan satuan Nmm 2 atau MPa Mega Pascal. Kuat tekan beton umur 28 hari berkisar antara nilai 2 ± 10 – 65 MPa. Untuk struktur beton bertulang pada umumnya menggunakan beton dengan kuat tekan berkisar 17 – 30 Mpa.. Nilai dari kuat tekan beton ditentukan dari tegangan tekan tertinggi f c ’ yang dicapai benda uji umur 28 hari akibat beban tekan selama percobaan. Dengan demikian, seperti tampak pada gambar, harap dicatat bahwa tegangan f c ’ bukanlah tegangan yang timbul pada saat benda uji hancur melainkan tegangan maksimum pada saat regangan beton ε b mencapai nilai ± 0,002. Kurva-kurva pada Gambar 2.1. memperlihatkan hasil percobaan kuat tekan benda uji beton berumur 28 hari untuk berbagai macam adukan rencana. Gambar 2.1. Diagram Tegangan-Regangan Batang Tulangan Baja Terhadap Kuat Tekan Beton Secara umum kemiringan kurva tegangan-regangan pada tahap awal menggambarkan nilai modulus elastis suatu bahan. Dengan mengamati bermacam kurva tegangan-regangan kuat beton berbeda, tampak bahwa umumnya kuat tekan maksimum 3