Bahan Beton TEORI DASAR

tercapai pada saat nilai satuan regangan tekan ε’ mencapai ± 0,002. Selanjutnya nilai tegangan f c ’ akan turun dengan bertambahnya nilai regangan sampai benda uji hancur pada nilai ε’ mencapai 0,003 – 0,005. Beton kuat tinggi lebih getas dan akan hancur pada nilai regangan maksimum yang lebih rendah dibandingkan dengan beton kuat rendah. Pada SNI 15-1991-03ACI menetapkan bahwa regangan kerja maksimum yang diperhitungkan di serat tepi beton tekan terluar adalah 0,003-0,0035 sebagai batas hancur. Regangan maksimum tersebut boleh jadi tidak konservatif untuk beton mutu tinggi dengan nilai f c ’ antara 55-80 Mpa. Tidak seperti pada kurva tegangan-regangan baja, kemiringan awal kurva pada beton sangat beragam dan umumnya sedikit agak melengkung. Kemiringan awal yang beragam tersebut tergantung pada nilai kuat betonnya, dengan demikian nilai modulus elastisitas beton pun akan beragam pula. Sesuai dengan teori elastisitas, secara umum kemiringan kurva pada tahap awal menggambarkan nilai modulus elastisitas suatu bahan. Karena kurva pada beton berbentuk lengkung maka nilai regangan tidak berbanding lurus dengan nilai tegangannya berarti bahan beton tidak sepenuhnya bersifat elastis, sedangkan modulus elastisitas berubah-ubah sesuai dengan kekuatannya dan tidak dapat ditentukan melalui kemiringan kurva. Bahan beton bersifat elasto plastis dimana akibat dari beban tetap yang sangat kecil sekalipun, di samping memperlihatkan kemampuan elastis bahan beton juga menunjukkan deformasi permanen. Sesuai dengan SNI-2002ACI pasal 10.5.1 digunakan rumus modulus elastisitas beton sebagai berikut : E c = 0,043 w c 1,50 √f c ’ ………………… 2.1 di mana, E c = modulus elastisitas beton tekan MPa w c = berat isi beton kgm 3 f c ’ = kuat tekan beton MPa 4 Rumus empiris tersebut hanya berlaku untuk beton dengan berat isi berkisar antara 1500 dan 2500 kgfm 3 . Untuk beton kepadatan normal dengan berat isi ± 23 kNm 3 dapat digunakan nilai : E c = 4.700 √f c ’ ………………… 2.2 Tabel 2.1. Nilai modulus elastisitas beton E c berbagai mutu beton. f’ c Mpa E c Mpa 17 19.500 20 21.000 25 23.500 30 25.700 35 27.800 40 29.700 Pada umumnya nilai kuat maksimum untuk mutu beton tertentu akan berkurang pada tingkat pembebanan yang lebih lamban atau slower rates of strain. Nilai kuat beton beragam sesuai dengan umurnya dan biasanya nilai kuat beton ditentukan pada waktu beton mencapai umur 28 hari setelah pengecoran. Umumnya pada umur 7 hari kuat beton mencapai 70 dan pada umur 14 hari mencapai 85 - 90 dari kuat beton umur 28 hari. Pada kondisi pembebanan tekan tertentu beton menunjukkan suatu fenomena yang disebut rangkak creep.

2.3 Beton Pracetak

Elemen atau komponen beton tanpa atau dengan tulangan yang dicetak terlebih dahulu sebelum dirakit menjadi bangunan atau komponen struktur lentur beton yang dibuat secara pracetak danatau yang dicor di tempat,yang masing-masing bagian komponennya dibuat 5 secara terpisah, tetapi saling dihubungkan sedemikian hingga semua bagian komponen bereaksi terhadap beban kerja sebagai suatu kesatuan. Kecenderungan biaya konstruksi akhir-akhir ini menunjukkan adanya peningkatan yang cukup berarti. Bila dibandingkan dengan industri manufaktur, biaya konstruksi melesat jauh ke depan, yang antara lain disebabkan oleh tingginya upah tenaga kerja lapangan dan proses konstruksi yang masih dilakukan secara tradisionil. Untuk menjawab tantangan tersebut maka pendekatan prafabrikasi, terutama pada teknologi beton pracetak, sudah mulai dimanfaatkan. Pengembangan teknologi ini mengarah pada industrialisasi karena produk dihasilkan melalui produk masal dan sifatnya berulang. Aplikasi teknologi prafabrikasi pracetak dengan sendirinya akan mengurangi pemakaian jumlah tenaga kerja di lokasi proyek yang tentunya akan berpengaruh pada pengurangan biaya produksi. Selain penghematan biaya produksi, hal lain yang menonjol dari penggunaan beton pracetak adalah mutu pekerjaan dalam jumlah yang banyak menjadi lebih baik dan seragam.

2.4 Jenis-jenis beton Pracetak

Ada beberapa jenis komponen beton pracetak untuk struktur bangunan gedung dan konstruksi lainnya yang biasa dipergunakan, yaitu : • Tiang pancang. • Sheet pile dan dinding diaphragma. • Half solid slab precast plank, hollow core slab, single-T, double-T, triple-channel slabs dan lain-lain. • Balok beton pracetak dan balok beton pratekan pracetak PC I Girder • Kolom beton pracetak satu lantai atau multi lantai. 6 • Panel-panel dinding yang terdiri dari komponen yang solid, bagian dari single-T atau double-T. Pada dinding tersebut dapat berfungsi sebagai pendukung beban shear wall atau tidak mendukung beban. • Jenis komponen pracetak lainnya, seperti : tangga, balok parapet, panel-panel penutup dan unit-unit beton pracetak lainnya sesuai keinginan atau imajinasi dari insinyur sipil dan arsitek.

2.5 Lingkup Pemakaian Struktur Beton Pracetak