Kekurangan Bahan Komposit Kegunaan Bahan Komposit

4. Bahan komposit juga mempunyai kelebihan dari segi versatility berdaya guna yaitu produk yang mempunyai gabungan sifat-sifat yang menarik yang dapat dihasilkan dengan mengubah sesuai jenis matriks dan serat yang. Contoh dengan menggabungkan lebih dari satu serat dengan matriks untuk menghasilkan komposit hibrid. 5. Massa jenis rendah ringan 6. Lebih kuat dan lebih ringan 7. Perbandingan kekuatan dan berat yang menguntungkan 8. Lebih kuat stiff, ulet tough dan tidak getas. 9. Koefisien pemuaian yang rendah 10. Tahan terhadap cuaca 11. Tahan terhadap korosi 12. Mudah diproses dibentuk 13. Lebih mudah disbanding metal b. Biaya Faktur biaya juga memainkan peranan yang sangat penting dalam membantu perkembangan industri komposit. Biaya yang berkaitan erat dengan penghasilan suatu produk yang seharusnya memperhitungkan beberapa aspek seperti biaya bahan mentah, pemrosesan, tenaga manusia, dan sebagainya.

2.6.5. Kekurangan Bahan Komposit

a. Tidak tahan terhadap beban shock kejut dan crash tabrak dibandingkan dengan metal. b. Kurang elastis c. Lebih sulit dibentuk secara plastis

2.6.6. Kegunaan Bahan Komposit

Penggunaan bahan komposit sangat luas, yaitu untuk : a. Angkasa luar = Komponen kapal terbang, Komponen Helikopter, Komponen satelit. b. Automobile = Komponen mesin, Komponen kereta Universitas Sumatera Utara c. Olah raga dan rekreasi = Sepeda, Stick golf, Raket tenis, Sepatu olah raga d. Industri Pertahanan = Komponen jet tempur, Peluru, Komponen kapal selam e. Industri Pembinaan = Jembatan, Terowongan, Rumah, Tanks. f. Kesehatan = Kaki palsu, Sambungan sendi pada pinggang g. Marine Kelautan = Kapal layar, Kayak Militer Amerika Serikat adalah pihak yang pertama kali mengembangkan dan memakai bahan komposit. Pesawat AV-8D mempunyai kandungan bahan komposit 27 dalam struktur rangka pesawat pawa awal tahu 1980-an. Penggunaan bahan komposit dalam skala besar pertama kali terjadi pada tahun 1985. Ketika itu Airbus A320 pertama kali terbang dengan stabiliser horisontal dan vertikal yang terbuat dari bahan komposit. Airbus telah menggunakan komposit sampai dengan 15 dari berat total rangka pesawat untuk seri A320, A330 dan A340. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama ± 5 bulan. Penelitian ini dilaksanakan di tiga tempat, yaitu di rumah industri pengecoran logam yang terletak di Krakatau untuk mengerjakan peleburan, uji tarik di Laboratorium Pusat Penelitian FMIPA Universitas Sumatera Utara dan struktur mikro di Laboratorium Material Universitas Sumatera Utara. Tabel 3.1 Lokasi dan aktifitas penelitian No Kegiatan Lokasi 1. 2. 3. Pembuatan Spesimen Uji Tarik Pengujian Mekanis pada spesimen: Uji Tarik Tensile Test Pengujian Mekanis pada spesimen: Foto Mikro Rumah Industri Pengecoran Aluminium di Krakatau Laboratorium Pusat Penelitian FMIPA USU Laboratorium Material Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 3.2 Bahan Penelitian a. Aluminium Peleburan ini menggunakan material aluminium yang dibentuk batangan ingot.Aluminium yang didapat berdasarkan proses daur ulang oleh perusahaan industri aluminium. Aluminium yang diberikan berupa batangan atau sering disebut Ingot, dapat dilihat pada gambar 3.1 Gambar 3.1 Aluminium b. Magnesium Magnesium salah satu dari beberapa unsur yang dapat dicampur dengan aluminium. Karena magnesium memiliki massa jenis lebih ringan daripada aluminium sehingga dapat meningkatkan efisiensi pada perpaduan kedua material. Magnesium memiliki titik cair yang lebih rendah sehingga pada saat melebur magnesium dimasukkan pada saat aluminium mencapai suhu 350 ℃ untuk menghindari timbulnya percikan api yang dapat merusak paduan aluminium-magnesium. Untuk hasil yang maksimal sebaiknya magnesium dibubut supaya merata pada saat pencampuran dengan aluminium. Universitas Sumatera Utara Gambar 3.2 Magnesium c. Karbon Gambar 3.3 Karbon Karbon yang di proses sedemikian rupa sehingga pori – porinya terbuka, dan dengan demikian akan mempunyai daya serap yang tinggi. Karbon merupakkan karbon yang bebas serta memiliki permukaan dalam internal surface, sehingga mempunyai daya serap yang baik. Keaktifan daya menyerap Universitas Sumatera Utara dari karbon ini tergantung dari jumlah senyawa kabonnya yang berkisar antara 85 sampai 95 karbon bebas. Karbon yang berwarna hitam, tidak berbau, tidak terasa dan mempunyai daya serap yang jauh lebih besar dibandingkan dengan kabon yang belum menjalani proses aktivasi, serta mempunyai permukaan yang luas, yaitu memiliki luas antara 300 sampai 2000 mgram. Karbon ini mempunyai dua bentuk sesuai ukuran butirannya, yaitu karbon bubuk dan karbon granular butiran. Karbon bubuk ukuran diameter butirannya kurang dari atau sama dengan 325 mesh. Sedangkan karbon granular ukuran diameter butirannya lebih besar dari 325 mesh. 3.3 Alat-alat Penelitian Dalam proses penelitian ini banyak menggunakan alat-alat teknik,dimana alat-alat tersebut memiliki fungsi masing-masing dalam proses penelitian ini. Adapun alat-alat tersebut antara lain : a. Mesin gergaji. Alat ini berfungsi untuk memotong batangan magnesium untuk mendapatkan ukuran kecil yang mempermudah proses peleburan. Proses pemotongan magnesium dilakukan menggunakan alat potong Maschinen Fabrik Adolf Vebahn Gummersbach RHLD type MS - 25. Gambar 3.4 Mesin Gergaji Universitas Sumatera Utara b. Timbangan Timbangan ini berfungsi untuk berapa banyak campuaran alumanium- magnesium-karbonnya. Gambar 3.5 Timbangan c. Dapur Lebur Dapur lebur berfungsi sebagai alat pelebur logam yang berbahan bakar kayu bakar dan oli bekas. Dapur lebur terbuat dari batu bata dan semen tahan api, hasil pembakaran mencapai hingga temperatur 700 C – 800 C. Dapur lebur ini menggunakan blower untuk menghasilkan temperatur panas yang stabil. Volume dapur lebur bervariasi tergantung pada jumlah bahan yang akan dilebur. Dapur lebur yang digunakan pada penelitian ini memiliki volume ±98 dm 3 . Dapat dilihat pada gambar Gambar 3.6 Dapur Peleburan Universitas Sumatera Utara d. Ladel Ladel merupakan alat penuang dalam peleburan. Aluminium cair yang memiliki suhu tinggi diambil dari dalam crucible dan dituangkan ke dalam cetakan. Ladel terbuat dari besi yang titik leburnya lebih tinggi dari Aluminum sehingga tidak memungkinkan ladel akan terlebur.Ukuran dari alat inidisesuaikan dengan volume cetakan yang digunakan. Gambar 3.7 Ladel e. Crucible Crucible adalah tempat yang berfungsi untuk mencairkan Aluminium- Magnesium. Proses peleburan lebih efisien jika diberikan penutup pada bagian atasnya. Dimensi dari crucible bergantung pada volume cairan yang diinginkan.Volume dari alat ini adalah 27 dm 3 ±26 Liter Aluminium cair. Gambar 3.8 Crucible dan Penutupnya Universitas Sumatera Utara f. Blower Blowerberfungsi untuk menjaga temperatur peleburan yang dihasilkan dari panas pembakaran pada kayu bakar dan oli bekas. Tanpa alat ini, maka panas yang dihasilkan dari proses pembakaran tidak terdistribusi dengan baik dan panas yang dihasilkan tidak maksimal. Gambar 3.9 Blower g. Cetakan Cetakan ini berfungsi untuk tempat penuangan peleburan aluminium- magnesium-karbon.Biasanya cetakan ini terbuat dari bahan yang sangat kuat seperti campuran besi dan baja. Gambar 3.10 Cetakan Universitas Sumatera Utara h. Mesin Bubut Mesin bubut berfungsi untuk membentuk spesimen uji tarik tensile strenghsesuai dengan ukuran yang ditentukan, setelah dilakukannya proses peleburan . Gambar 3.11 Mesin Bubut i. Mesin Uji Tarik. Kekuatan tarik Ultimate UTS, sering disingkat menjadi kekuatan tarik TS atau kekuatan utama. Tegangan maksimum material dapat menahan saat sedang diregangkan atau ditarik. Uji Kekuatan tarik adalah kebalikan dari uji kekuatan tekan tetapi nilai-nilai bisa sangat berbeda. Beberapa jenis material akan patah tajam, tanpa deformasi, getas, dan ulet. Sebagian besar logam, akan meregangkan pada titik tegangan maksimum sebagai daerah yang mengalami pertambahan panjang. UTS biasanya ditemukan dengan melakukan uji tarik dan merekam stres terhadap regangan. Titik tertinggi dari kurva tegangan-regangan adalah UTS. Ini adalah properti intensif, sehingga nilainya tidak tergantung pada ukuran benda uji. Namun, tergantung pada faktor-faktor lain, seperti persiapan spesimen, cacat permukaan, dan suhu lingkungan pengujian dan material.Mesin uji tarik dapat dilihat pada gambar 3.12. Pada gambar terlihat juga indikator-indikator untuk melihat nilai dari tegangan suatu material. Universitas Sumatera Utara Gambar 3.12 Mesin Uji Tarik Kekuatan tarik jarang digunakan pada material jenis non logam. Material ini digolongkan seperti paduan, material komposit, keramik, plastik, dan kayu. Kekuatan tarik didefinisikan sebagai stres, yang diukur sebagai gaya per satuan luas. Untuk beberapa bahan non-homogen atau untuk komponen dirakit dapat disebutkan hanya sebagai kekuatan atau sebagai gaya per satuan lebar. Dalam sistem SI, satuannya pascal Pa atau megapascal MPa, dengan menggunakan mega-prefix, atau ekuivalen dengan pascal, newton per meter persegi N m². Satuannya adalah pound-force per square inch lbf in ² atau psi, atau kilo-pound per square inch ksi, atau kadang-kadang KPSI, yang sama dengan 1000 psi, kilo- pound per square inch biasanya digunakan untuk kemudahan ketika mengukur kekuatan tarik. Untuk hampir semua logam, pada tahap sangat awal dari uji tarik, hubungan antara beban atau gaya yang diberikan berbanding lurus dengan perubahan panjang bahan tersebut. Ini disebut daerah linier atau linear zone. Teganganyang terjadi adalah beban yg terjadi dibagi luas penampang bahan dan reganngan adalah pertambahan panjang dibagi panjang awal bahan. Atau secara matematis dapat ditulis: � = � � = � �� 2 [3.1] Universitas Sumatera Utara � = ∆� � = � 1 −� � [3.2] Hubungan kedua persamaan ini adalah: � = � � [3.3] Dimana : � = Tegangan N � = Regangan mmmm � 1 = Panjang akhir mm � = Panjang awal mm E = Modulus elastisitas bahan MPa j. Kamera foto struktur mikro. Gambar 3.13 Kamera foto struktur mikro 3.4 Proses Pembuatan dan Pengujian 3.4.1 Pengecoran Langkah-langkah proses pengecoran : Universitas Sumatera Utara a. Sebelum cetakan di gunakan, cetakan harus dibersihkan dulu serta di semprotkan kapur cair ke dalam permukaannya agar bersih serta pada saatakan mengambil coran tidak lengket pada cetakan. b. Peleburan aluminium. c. Setelah aluminium mencair semua kemudian masukkan fluks. Fluks berguna untuk mengangkat kotoran pada saat proses pengecoran. d. Setelah bersih, tahan pada suhu sekitar 650 C e. Campurkan dengan Magnesium yang sudah dibubut seperti serabut dan Karbon dengan cara ditaburkan, Aduk hingga merata. f. Panaskan cetakan pada suhu 300 C agar pada saat penuangan coran tidak membeku sebelum memenuhi cetakan. g. Masukkan logam coran ke dalam cetakan, usahakan cetakan jangan terlalu jauh letaknya dengan dapur pengecoran. h. Setelah itu buka cetakan dan keluarkan hasilnya dari cetakan serta dinginkan dengan pendingin udara. 3.4.2 Pengujian Tarik Pengujian tarik ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan tarik dari material tersebut. Dengan demikian akan dapat diketahui kekuatan atau beban maksimun dari material yang selanjutnya dapat diketahui kekuatan atau beban luluhnya. Gambar 3.14 Spesimen Uji Tarik standard ASTM E8 Universitas Sumatera Utara Langkah-langkah pengujian tarik adalah : 1. Persiapkan spesimen yang diuji dan hidupkan komputer yang tersambung dengan mesin uji tarik. Gambar 3.15 Persiapan Komputer dan Mesin Uji Tarik 2. Siapkan spesimen yang akan diuji, tempatkan benda pada mesin Servopulser dan jepit kedua ujung batang secara tegak lurus. Gambar 3.16 Penempatan benda uji Universitas Sumatera Utara 3. Setelah semua sudah dipasang klik yang bertuliskan Test yang ada pada layar komputer,karena pada mesin uji tarik ini tidak menggunakan ploter, sudah ada nanti pada layar komputer dan tinggal di print 4. Penarikan dimulai dari beban nol dengan penambahan beban perlahan-lahan dan merata sehingga tidak terjadi beban kejutan. 5. Selama penarikan berlangsung, berarti terjadi perpanjangan dan pengecilan spesimen hingga putus. 6. Hasil dari pengujian dapat dilihat pada layar komputer berupa grafik. Gambar 3.17 Contoh grafik pada layar komputer Universitas Sumatera Utara 3.4.3 Pengujian Struktur Mikro Proses Pengamplasan Proses pengamplasan mengguanakn amplas dengan nomor grit 500, 800, 1000, 1500 dan dilakukan secara bertahap dimulai dari nomor amplas yang terkecil. Proses pengmplasan ini dilakukan dengan dialiri air yang bertujuan untuk membuang geram hasil pengmplasan agar tidak menggores permukaan sampel. Proses pengamplasan ini bertujuan untuk mendapatkan kehalusan permukaan yang memadai untuk di teruskan ke proses poles dan etsa untuk pengujian struktur mikro dan kekerasan as-cast. Pemolesan Dan Etsa Pemolesan dilakukan dengan menggunakan cairan poles aluminium powder dan bertujuan untuk menghilangkan bekas goresan sisa proses pengamplasan. Etsa dilakukan dengan menggunakan zat etsa berupa asam oksalat dengan jumlah 15 gram dicampur dengan aquadest 100 ml kemudian dialirkan dengan arus listrik 6-9 volt dan waktu 60 sampai 90 detik yang bertujuan untuk mereduksi materila sisa yang mungkin menutupi batas butir yang dapat menghalangi pengamatan struktur mikro. Pengambilan Foto Struktur Mikro Pengambilan foto struktur mikro dilakukan pada bagian penampang dari benda uji dengan perbesaran 20x, 50x dan 100x. Perbesaran ini dipilih untuk melihat struktur mikro dari material paduan Aluminium-Magnesium dengan jelas. Universitas Sumatera Utara

1.5. Metodologi Penelitian