19
diri dan kepribadian yang positif. Orang yang memiliki penerimaan diri yang baik maka dapat dikatakan memiliki konsep diri yang baik pula,
karena selalu mengacu pada gambaran diri ideal, sehingga bisa menerima gambaran dirinya yang sesuai dengan realitas.
5. Proses Tahapan Penerimaan Diri
Teori yang dikemukakan Kubbler Ross merupakan teori yang dikenal sebagai
The Five Stage of Dying.
Teori ini didasari oleh penelitian dan wawancara dengan lebih dari 500 pasien yang akan menghadapi kematian.
Teori tersebut menjelaskan, dalam lima tahapan proses ketika pasien mengatasi dan berhadapan dengan kedukaan dan tragedi, terutama ketika
didiagnosa memiliki penyakit berat atau mengalami kerugian yang sangat besar. Teori yang disampaikan membawa kesadaran awal akan kepekaan yang
dibutuhkan untuk perlakuan yang lebih baik atas individu yang sedang mengalami sakit atau penyakit berat.
Kubbler Ross dalam Tomb, 2003 mengemukakan bahwa sikap penerimaan
acceptance
terjadi bila seseorang mampu menghadapi kenyataan daripada hanya menyerah pada pengunduran diri atau tidak ada harapan. Teori
yang diajukan Kubler Ross ini tidak hanya terpaku pada tahapan ketika seseorang berduka saja namun juga pada tahap dimana seseorang meraa
kehilangan. Penderita kusta termasuk dalam kategori kehilangan aspek diri.
Kehilangan aspek dalam diri dapat mencakup bagian tubuh, fungsi fisiologis, dan psikologis.
20
Menurut Kubler Ross dalam Tomb, 2003, sebelum mencapai pada tahap
acceptance
penerimaan individu akan melalui beberapa tahapan yang meliputi:
1. Tahap
denial
penolakan, yakni tahapan dimana seseorang menolak kondisi dirinya.
2. Tahap
anger
marah, yakni tahapan yang ditandai dengan adanya reaksi emosi marah dengan kondisi yang dialami.
3. Tahap
bargainning
tawar-menawar, yakni tahapan dimana sesorang mulai berusaha untuk menghibur diri dan berpikir tentang upaya apa yang akan
dilakukan untuk mengatasi kondisi tersebut. 4.
Tahap
depression
depresi, yakni tahapan yang muncul dalam bentuk putus asa dan kehilangan harapan.
5. Tahap
Acceptance
penerimaan, yakni tahapan dimana seseorang telah mencapai pada titik pasrah dan mencoba untuk menerima keadaan dirinya
dengan tenang.
B. PENYAKIT KUSTA
1. Pengertian
Istilah kusta berasal dari bahasa Sansekerta, yakni
kushtha
berarti kumpulan gejala-gejala kulit secara umum. Penyakit kusta disebut juga
Morbus Hansen, sesuai dengan nama yang menemukan kuman yaitu Dr. Gerhard Armauwer Hansen pada tahun 1874 sehingga penyakit ini disebut
Morbus Hansen
Zulkifli, 2003. Penyakit kusta adalah penyakit kronik
21
yang disebabkan oleh kuman
Micobacterium leprae
M.Leprae. Kuman ini pertama kali menyerang susunan saraf tepi, selanjutnya menyerang kulit,
mukosa mulut, saluran pernafasan bagian atas, sistem retikulo endotelial, mata, otot, tulang dan testis Amirudin, 2000.
2. Penyebab Penyakit Kusta
Penyakit kusta sebagaimana dijelaskan oleh Zulkifli 2003 disebabkan oleh kuman yang dinamakan sebagai micobakterium, dimana
micobacterium ini adalah kuman aerob, tidak membentuk spora, berbentuk batang yang tidak mudah diwarnai namun jika diwarnai akan tahan
terhadap dekolorisasi oleh asam atau alkohol sehingga oleh karena itu dinamakan sebagai basil “tahan asam”. Selain banyak membentuk safrifit,
terdapat juga golongan organism patogen misalnya ”
Micobacterium tubercolose
”, ”
mycobakterium leprae
” yang menyebabkan penyakit menahun dengan menimbulkan lesi jenis granuloma infeksion.
3. Bentuk-bentuk Penyakit Kusta
Penyakit kusta sebagaimana dijelaskan oleh Zulkifli 2003 terdapat dalam bermacam-macam bentuk, yakni bentuk leproma mempunyai
kelainan kulit yang tersebar secara simetris pada tubuh. Bentuk ini menular karena kelainan kulitnya mengandung banyak kuman. Bentuk tuber kuloid
mempunyai kelainan pada jaringan syaraf, yang mengakibatkan cacat pada tubuh. Bentuk ini tidak menular karena kelainan kulitnya mengandung