Pelaksanaan Penyuluhan
Dilakukan pada tanggal 8 Agustus 2016 di Banjar
Buangga Desa Getasan Terlaksana
Penulisan Laporan Dilakukan pada 9 Agustus
2016 Terlaksana
9. Hasil
Dari 55 peserta yang hadir, 70 dapat menyebutkan penjelasan singkat tentang pentingnya perawatan payudara dan cara menyusui yang benar. Peserta juga menambahkan
poin terkait risiko dan penyebab payudara dapat mengalami infeksi yang pada akhirnya berpotensi terhadap sulitnya pengeluaran ASI untuk nutrisi bayi dan balita. Dari 55 yang
hadir, 10 berkesempatan mendemonstrasikan perawatan payudara dan cara menyusui yang benar pada phantom yang disediakan, dengan 75 sisanya mampu menyebutkan
tahap-tahap dalam perawatan payudara dan teknik menyusui yang benar. Dari 55 peserta yang hadir, 100 peserta memberikan perhatian penuh pada saat diberikan penyuluhan
terutama saat dilakukan demonstrasi yang merupakan kegiatan terpenting dari penyuluhan yang dilakukan.
10. Hambatan
Hambatan kegiatan penyuluhan perawatan payudara dan teknik menyusui yang benar di antaranya: adanya keterlambatan waktu pelaksanaan akibat keterlambatan peserta
datang ke tempat pelaksanaan.
3.1.1.5 Sensus dan Identifikasi Penyakit Katarak dan Bibir Sumbing
1. Sifat
Interdisipliner 2.
Bidang Kesehatan Masyarakat
3. No. Sektor
13.1.3.17 4. Latar Belakang
Katarak merupakan suatu keadaan dimana lensa mata yang biasanya jernih dan bening menjadi keruh. Asal kata katarak dari kata Yunani cataracta yang berarti air terjun. Hal ini
disebabkan karena pasien katarak seakan-akan melihat sesuatu seperti tertutup oleh air terjun didepan matanya Ilyas, 2006. Kekeruhan ini dapat mengganggu jalannya cahaya
yang melewati lensa sehingga pandangan dapat menjadi kabur hingga hilang sama sekali. Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia WHO, saat ini diseluruh dunia ada sekitar
135 juta penduduk dunia memiliki penglihatan lemah dan 45 juta orang menderita kebutaan. Dari jumlah tersebut, 90 diantaranya berada di negara berkembang dan
sepertiganya berada di Asia tenggara. Di Indonesia, jumlah penderita kebutaan akibat katarak selalu bertambah sebanyak 210.000 orang per tahun, 16 diantaranya diderita usia
produktif. Angka kejadian katarak 0,78 dan angka pertumbuhan katarak pertahun 0,1 dari jumlah penduduk.
Selain katarak, bibir sumbing atau celah bibir juga merupakan kelainan yang cukup sering ditemukan di masyarakat. Celah bibir dan langitan adalah kelainan wajah yang
paling umum terjadi pada semua populasi dan etnik di seluruh dunia. Sebanyak 65 dari kelainan pada kepala dan leher adalah celah bibir dan langitan. Setiap hari kurang lebih
700 bayi lahir ke dunia dengan kelainan ini yang berarti setiap dua menit lahir bayi dengan celah bibir dan langitan. Celah bibir cleft lip merupakan kelainan kongenital yang
disebabkan karena gangguan perkembangan wajah pada masa embrio. Celah dapat terjadi pada bibir, langit-langit mulut palatum, ataupun pada keduanya. Celah pada bibir disebut
labiochisis sedangkan celah pada langit-langit mulut disebut palatoschisis. Penyebab celah bibir belum dapat diketahui secara pasti dan diduga terjadi karena multifaktor.
Pembentukan bibir terjadi pada masa embrio minggu keenam sampai minggu kesepuluh kehamilan. Penyebab kelainan ini dipengaruhi berbagai faktor, disamping faktor genetik
sebagai penyebab celah bibir, juga faktor non genetik yang justru lebih sering muncul dalam populasi, kemungkinan terjadi satu individu dengan individu lain berbeda. Dampak
yang terjadi akibat kelainan celah bibir dan langitan adalah kurang baiknya tampilan wajah, gangguan fungsi menelan, gangguan bicara, meningkatnya dampak psikologis pada pasien.
Risiko katarak dan bibir sumbing juga dapat terjadi di Desa Getasan, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan kepala
desa dan kepala puskesmas pembantu didapatkan informasi bahwa terdapat beberapa
warga mengalami katarak dan bibir sumbing. Hasil wawancara yang berfokus pada penanganan katarak dan bibir sumbing mendapatkan hasil bahwa sebagian dari masyarakat
yang menderita katarak dan bibir sumbing belum mendapatkan penanganan maupun bantuan untuk melakukan pembedahan. Berdasarkan kondisi tersebut, maka kami
kelompok KKN di Desa Getasan berencana melakukan pendataan terkait penderita katarak dan bibir sumbing. Hal ini dilakukan agar para penderita katarak dan bibir sumbing yang
berada di Desa Getasan dapat menerima bantuan berupa pembedahan yang nantinya akan dilakukan oleh Rumah Sakit Indra yang telah bekerjasama dengan LPPM Universitas
Udayana.
5. Manfaat
Program kegiatan ini dilaksanakan bertujuan untuk : a.
Berkurangnya penderita katarak dan bibir sumbing yang tidak mendapat
penanganan.
b. Meningkatnya produktivitas para penderita katarak dan bibir sumbing yang telah
mendapat penanganan.
6.
Proses
Pemeriksaan katarak dan bibir sumbing diawali dengan pencarian data di Puskesmas Pembantu Desa Getasan, kemudian data divalidasi ke masing-masing kelian banjar,
diantaranya Banjar Kauh, Banjar Tengah, Banjar Ubud, dan Banjar Buangga. Kemudian, hasil validasi divalidasi kembali ke Puskesmas Petang I. Hasil yang didapatkan yaitu
sebanyak 12 orang menderita katarak dan 2 orang balita menderita bibir sumbing serta belum pernah mendapatkan penatalaksanaan medis.
7.
Biaya
Tabel 3.9
Biaya Identifikasi dan Sensus Penyakit Katarak dan Bibir Sumbing
No. Uraian
Pengeluaran Satuan
Harga Satuan Rp
Volume Jumlah
Rp
1. Buku Catatan
Buah 5.000
3 15.000
2. Alat Tulis
Buah 8.000
3 24.000
TOTAL BIAYA 39.000
8.
Pelaksanaan
Tabel 3.10 Pelaksanaan Identifikasi dan Sensus Penyakit Katarak dan Bibir Sumbing
Nama Bidang
Uraian Kegiatan Penjelasan
Kegiatan Keterangan
Kesehatan Masyarakat
Pendataan katarak dan bibir sumbing Dilakukan
pada tanggal 1-3 Agustus
2016 Terlaksana
9.
Hasil
Pencarian data yang dilakukan di Pustu Desa Getasan dengan validasi masing-masing kelian dinas dan tenaga medis di Puskesmas I Petang mendapatkan hasil bahwa terdapat
12 orang mengalami katarak, 2 balita mengalami bibir sumbing, dan tidak ada orang yang terdaftar sebagai penderita gangguan jiwa yang dipasung maupun terlantar. Dua belas
orang yang menderita katarak belum pernah mendapatkan penanganan lebih lanjut.
10.
Hambatan
Tidak ada hambatan dalam melakukan pemeriksaan katarak, bibir sumbing, dan orang terlantar. Seluruh tenaga kesehatan dan warga dapat bekerja sama dengan baik saat
dilakukan pemeriksaan.
3.1.2 PROGRAM POKOK NON TEMA