BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1. Kondisi Perberasan Di Indonesia
Penyediaan pangan dapat ditempuh dengan dua cara yaitu i memproduksi sendiri dengan manfaat sumber daya alam, sumber daya
manusia dan teknologi yang ada secara optimal dan ii mengimpor dari negara lain apabila produksi dalam negeri tidak mencukupi.
Mendistribusikan berarti menyalurkan pangan dari daerah-daerah sentra produksi ke seluruh wilayah Indonesia melalui mekanisme pemasaran
yang efektif dan efisien. Intervensi pemerintah dalam sistem pemasaran masih diperlukan untuk melindungi produsen dan jatuhnya harga pada
musim panen serta melindungi produsen dan jatuhnya harga pada musim paceklik. Dalam hal ini, Bulog telah berperan penting sebagai stabilisator
harga untuk mempertahankan swasembada beras. Suryana, 2003 : 261.
Perkembangan Impor Beras di Indonesia cenderung mengalami fluktuasi. Perkembangan tertinggi Impor Beras adalah pada tahun 2007
sebesar 221,11 dan perkembangan terendah adalah pada tahun 2004 sebesar -83,41 .
Perkembangan Impor Beras di Indonesia tertinggi terjadi
pada tahun 2002 sebesar 1.805.380 ton dan Impor Beras terendah pada tahun 2010 sebesar 209.754,1 ton.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Bulog adalah lembaga pemerintah yang dibentuk untuk mengendalikan stabilitas harga dan penyediaan bahan pokok, terutama
pada tingkat konsumen. Peran Bulog tersebut dikembangkan lagi dengan ditambah
mengendalikan harga produsen melalui instrumen harga dasar untuk melindungi petani padi. Dalam perkembangan selanjutnya, peran Bulog
tidak hanya terbatas pada beras saja tetapi juga pada pengendalian harga dan penyediaan komoditas lain yang dilakukan secara insidentil terutama
saat situasi harga meningkat. Saifullah, 2001 : 84.
61
Dari sisi konsumsi, beras sebagai makanan pokok tampaknya tetap mendominasi pola makan orang Indonesia. Hal ini terlihat dari tingkat
partisipasi konsumsi beras yang masih diatas 95 . Sebagai sumber energi maupun nutrisi, beras memang lebih baik bila dibandingkan
dengan makanan pokok lainnya dalam kaitan ini, Harianto menyatakan bahwa pangsa beras pada konsumsi energi perkapita sebesar 54,3 , atau
dengan kata lain setengah dari sumber energi adalah bersumber dari beras. Sedangkan bila dilihat dari sisi banyaknya beras yang dikonsumsi
di dalam negeri, pada periode-periode tertentu tingkat produksi beras berada dibawah garis swasembada, yang artinya produksi beras tidak
mencukupi kebutuhan konsumsi dalam negeri sehingga impor beras
meningkat. Tambunan, 2003 : 183.
Selama 30 tahun terakhir, baru pada tahun 1998 Indonesia mengalami krisis beras yang paling parah. Harga beras terus meningkat
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
di satu pihak, sedangkan di pihak lain pendapatan rill masyarakat semakin berkurang dan jumlah orang miskin terus bertambah karena
krisis moneter dan ekonomi yang berlangsung sejak pertengahan 1997, sehingga sebagian besar masyarakat sulit menjangkau beras yang tersedia
di pasar, dan harganya tidak stabil. Menurut Dillon, beras merupakan
komoditi andalan dalam ketahanan pangan nasional. Sawit, 2001 : 123.
Reformasi kebijakan perberasan nasional diperlukan sejalan dengan adanya dinamika serta implikasi dari berubahnya lingkungan strategis
baik global maupun domestik di satu pihak, peran strategis beras dalam kehidupan ekonomi, sosial, dan politik nasional di pihak yang lain
berubahnya lingkungan strategis global terutama berkaitan dengan semakin terbukanya perekonomian nasional dari pengaruh internasional.
Sedangkan lingkungan strategis domestik terutama berhubungan dengan proses desentralisasi dan otonomi daerah, otonomi daerah Indonesia
masih menghadapi masa transisi menuju sistem perdagangan bebas, dari sistem ekonomi sentralistik menuju sistem ekonomi yang
terdesentralisasi. Sehubungan dengan hal itu, Indonesia memerlukan waktu untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian adjustment agar
mampu melakukan reformasi ekonomi yang sesuai dengan tujuan ekonomi nasional, termasuk reformasi ekonomi perberasan nasional.
Kebijakan perberasan yang komprehensif telah disusun, dengan diterbitkannya instruksi presiden Nomor 9 tahun 2001 tentang penetapan
kebijakan perberasan. Inpres ini mengamanatkan bahwa kebijakan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
perberasan tidak hanya terbatas pada pengaturan harga gabah atau beras, tetapi pada pengembangan agribisnis beras secara menyeluruh.
Suryana, 2003 : 296.
4.1.2. Peran Bulog Dalam Kebijakan Perberasan Nasional
Beras memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia dipandang dari aspek ekonomi, tenaga kerja, lingkungan hidup,
sosial, budaya dan politik. Masalah beras bukan hal yang sederhana dan sangat sensitif sehingga penanganannya harus dilakukan secara hati-hati.
Kesalahan yang dilakukan dalam kebijaksanaan perberasan akan berdampak tidak saja pada kondisi perberasan nasional tetapi juga pada
berbagai bidang lain yang terkait. Oleh sebab itu dalam sejarah perberasan di Indonesia tidak pernah lepas dari peranan pemerintah yang
secara sengaja turut serta dalam mengatur ekonomi perberasan nasional. Peranan beras yang sangat khusus merupakan salah satu alasan penting
campur tangan pemerintah terhadap perberasan masih dilakukan. Kadar campur tangan pemerintah dapat berubah setiap saat karena perubahan
peranan unsur-unsur di atas. Namun melepaskan sama sekali campur tangan pemerintah dalam perberasan nasional belum pernah dilakukan
karena resikonya sangat besar. Secara parsial berbagai perubahan instrumen kebijakan pernah dilakukan pemerintah. Akan tetapi
pemerintah belum pernah merubah secara mendasar tujuan kebijakan perberasan nasional yang dilakukan selama ini yang masih tetap berkisar
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
pada menjaga kelangsungan produksi beras domestik, melindungi petani padi serta menjamin kecukupan beras bagi masyarakat agar mereka
mendapatkan akses yang mudah secara ekonomi maupun fisik secara berkelanjutan. Campur tangan pemerintah dalam ekonomi perberasan
antara lain dilakukan melalui lembaga pangan yang bertugas melaksanakan kebijakan pemerintah di bidang perberasan baik yang
menyangkut aspek pra produksi, proses produksi, serta pasca produksi. Salah satu lembaga pangan yang diberi tugas pemerintah untuk
menangani masalah pasca produksi, khususnya dalam bidang harga, pemasaran dan distribusi adalah Badan Urusan Logistik Bulog.
Lembaga seperti Bulog telah ada sejak zaman sebelum penjajahan Belanda, saat penjajahan Belanda yang dikenal sebagai VMF, masa
penjajahan Jepang yang dikenal sebagai Sangyobu Nanyo Kohatsu Kaisha
, atau juga pada zaman kemerdekaan yang banyak mengalami perubahan sejak dari PMR, BAMA, YUBM, BPUP Badan Pelaksana
Urusan pangan, Kolognas dan Bulog. Tugas dan fungsi lembaga pangan tersebut umumnya berkisar pada masalah pengendalian harga, distribusi
dan pemasaran. Hanya fokus utamanya dapat berbeda antar waktu dan antar lembaga tersebut.
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian