FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BERAS DI INDONESIA.

(1)

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Oleh :

DIAN EKO PRASETYO 0711010020 / FE / EP

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIOANAL “VETERAN” JAWA TIMUR


(2)

Para Rasul-Nya yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul :

“ ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BERAS DI INDONESIA ”

Penyusunan ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam menempuh ujian dan memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Dengan segala keterbatasan, peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu segala ide dan saran yang bersifat menyempurnakan bagi skripsi ini, peneliti menerima dengan sebaik-baiknya.

Dari awal penyusunan hingga akhir selesainya skripsi ini, peneliti menerima banyak bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung atau baik dari instansi maupun perorangan. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dra. Ec. Titiek Nurhidayatie, selaku dosen pembimbing yang dengan penuh kesabaran dan kedisiplinan telah membentuk pola pikir kami dari awal serta meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan kepada peneliti, sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Tidak lupa peneliti juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :


(3)

pelaksanaan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, SE, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur. 3. Bapak Drs. Ec. Marseto D.S., Msi, selaku Ketua Program Studi Ilmu

Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur. 4. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen serta staf karyawan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah dengan iklas memberikan banyak ilmu pengetahuannya selama masa perkuliahan dan pelayanan akademik bagi peneliti.

5. Bapak-bapak dan ibu-ibu staf instansi Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur (BPS), dan beberapa perpustakan Universitas-universitas negeri maupun swasta di Surabaya, yang telah memberikan banyak informasi dan data-data yang dibutuhkan untuk mengadakan penelitian dalam penyusuna skripsi ini.

6. Ayahanda, ibunda, beserta Keluarga tercinta yang telah memberikan motivasi, do’a, semangat dan dorongan moral, materil serta spiritualnya yang telah tulus kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.

7. Seluruh mahasiswa dari Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, serta semua pihak


(4)

rahmat, serta karunia-Nya, atas segala amal kebaikan serta bantuan yang telah diberikan.

Akhir kata, besar harapan bagi peneliti semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca, baik sebagai bahan kajian maupun sebagai salah satu sumber informasi dan bagi pihak-pihak lain yang membutuhkan. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surabaya, Agustus 2010


(5)

DAFTAR ISI ………. iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah……….... 1

1.2. Perumasan Masalah………... 5

1.3. Tujuan Penelitian………... 6

1.4. Manfaat Penelitian……… 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu……….. 8

2.2. Landasan Teori……… 11

2.2.1. Pengertian Perdagangan... 11

2.2.1.1. Timbulnya Kegiatan Ekonomi Antar Daerah atau Antar Bangsa... 11

2.2.1.2. Teori Perdagangan Internasional Teorema Hecksher – Ohlim(H – O)... 13

2.2.1.3. Teorema H – O Dapat Disimpulkan Sebagai Berikut... 14

2.2.1.4. Manfaat Perdagangan Internasional……... 15

2.2.1.5. Pengertian Permintaan... 16

2.2.1.6. Teori Permintaan…... 16

2.2.1.7. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan... 16


(6)

2.2.2.2. Industri Substitusi Impor…………... 21

2.2.2.3. Penghambat Impor... 22

2.2.2.4. Tujuan Penghambat Impor... 22

2.2.2.5. Jenis Quota Impor………... 24

2.2.3.Produksi Beras………... 25

2.2.3.1. Pengertian Produksi………... 25

2.2.3.2. Faktor – Faktor Produksi... 25

2.2.3.3 fungsi produksi……… 26

2.2.3.4. kurva Produksi total, Produksi rata-rata, dan produksi marginal... 31

2.2.4. Harga Beras Lokal……... 34

2.2.4.1. Teori Harga………... 34

2.2.4.2. Kebijakan Harga Dasar dan Harga Tertinggi………. 35

2.2.4.3. Perilaku Konsumen Terhadap Harga…….. …………... 37

2.2.4.4. Teori Harag ( Bertil Ohlin Theory ) Heckseher – Ohlin………... 38

2.2.5. Kurs Rupiah Terhadap Dollar………... 40


(7)

Kurs Mata Uang……….. 43

2.2.5.4. Fungsi Pasar Valuta Asing………. 44

2.2.6. Jumlah Penduduk……….. 45

2.2.6.1. Pengertian Jumlah Penduduk……… 45

2.2.6.2. Teori pertumbuhan penduduk ekonomi menurut adam smith……….. 48

2.3. Kerangka Pikir... 50

2.4. Hipotesis... 53

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel………... 54

3.2. Teknik Penentuan Data………... 55

3.3. Jenis Dan Sumber Data…..……….... 55

3.3.1 Jenis Data……….. 55

3.3.2 Sumber Data………. 56

3.4. Teknik Pengumpulan Data...………... 56

3.5. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ……….…… 57

3.5.1. Teknik Analisi………. 57

3.5.2. Uji Hipotesis……… 59


(8)

4.1.2. Kependudukan... 69

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian... 70

4.2.1. Perkembangan Impor Beras... 70

4.2.2. Perkembangan produksi beras…... 71

4.2.3. Perkembangan harga beras lokal... 72

4.2.4. Perkembangan Kurs Valuta Asing... 72

4.2.5. Perkembangan Jumlah Penduduk... 73

4.3. Hasil Analisis Asumsi Regresi Klasik (BLUE / Best Linier Unbiased Estimate)... 74

4.3.1. Analisis Dan Pengujian Hipotesis……… 78

4.3.2. Uji Hipotesis Secara Simultan... 79

4.3.3. Uji Hipotesis Secara Parsial... 81

4.3.4. Pembahasan... 87

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan... 89

5.2. Saran... 90

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

Gambar 1 : Kurva Permintaan...……... 22 Gambar 2 : Pergeseran Kurva

Permintaan... 23 Gambar 3 : kurva produksi……... 33 Gambar 4 : Permintaan dan penawaran dengan harga atap

pada musim paceklik………... 36 Gambar 5 : kerangka piker analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi impor beras di Indonesia……….. 52 Gambar 6 : Kurva Distribusi Penolakan / Penerimaan Hipotesis

Secara simultan... 60 Gambar 7 : Kurva Distribusi Penolakan / Penerimaan Hipotesis

Secara parsial…... 62 Gambar 8 : Kurva Durbin-Watson... 65 Gambar 9 : Kurva Statistik Durbin-Watson... 76 Gambar 10 : Distribusi Kriteria Penerimaan / Penolakan Hipotesis

Secara Simultan Atau Keseluruhan... 81 Gambar 11 : Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Faktor

Produksi Beras (X1) Terhadap Impor Beras (Y)... 83 Gambar 12 : Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Faktor

Harga Beras (X2) Terhadap Impor Beras


(10)

Gambar 14 : Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Jumlah Penduduk (X4) Terhadap


(11)

Tabel 1 : Autokorelasi Durbin Watson...``66 Tabel 2 : Perkembangan Impor Beras Di Indonesia

Tahun 1994 – 2008... 70 Tabel 3 : Perkembangan Produksi Beras Di Indonesia

Tahun 1994 – 2008... 72 Tabel 4 : Perkembangan Harga Beras Di Indonesia

Tahun 1994 – 2008... 59 Tabel 5 : Perkembangan Kurs Valuta Asing

Tahun 1994 – 2008... 73 Tabel 6 : Perkembangan Jumlah Penduduk Di Indonesia

Tahun 1994 – 2008... 74 Tabel 7 : Tes Multikoliner... 77 Tabel 8 : Tes Heterokedastisitas Dengan Korelasi

Rank Spearman Korelasi... 77 Tabel 9 : Analisis Varian (ANOVA)... 80 Tabel 10 : Hasil Analisis Variabel Produksi Beras (X1),

Harga Beras (X2), Kurs Rupiah Terhadap Dollar (X3), Dan Jumlah Penduduk (X4) Terhadap


(12)

Lampiran 2 : Hasil Analisis Regresi Linier Berganda (Descriptive Statistics, Variables Entered / Removed, Model Summary, dan ANOVA)

Lampiran 3 : Nonparamatic Correlations

Lampiran 4 : Tabel Pengujian Nilai F

Lampiran 5 : Tabel Pengujian Nilai t


(13)

Oleh : Dian Eko Prasetyo

ABSTRAKSI

Pada dasarnya mayoritas penduduk indonesia mengkonsumsi beras untuk kebutuhan pokok sehari-hari maka dari itu kebutuhan beras di indonesia cukup besar. Hal ini dikarenakan penduduk indonesia semakin meningkat pada setiap tahunnya, penduduk di Indonesia yang semakin meningkat pada setiap tahunnya mengakibatkan semakin sempit lahan untuk pertanian yang ada. Sehingga produksi beras di Indonesia semakin menurun. Kemungkinan besar akan terjadi kelangkaan produksi beras yang ada di Indonesia. Apabila produksi beras di Indonesia menurun maka akan terjadi kenaikan pada Harga beras yang berakibat akan kurangnya permintaan beras dalam negeri. Untuk mengatasi hal ini Pemerintah mengambil kebijakan untuk mengimpor beras dari luar Negeri agar harga beras dalam negeri kembali stabil.

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) cabang Kota Surabaya yang diambil selama kurun waktu 15 tahun mulai dari tahun 1994-2008. Untuk analisis data menggunakan alat bantu komputer dengan program SPSS (Statistic Program For Social Science) versi 13.0. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda dan uji hipotesis yang digunakan adalah uji F dan uji t statistik. Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis secara simultan variabel bebas, yaitu Produksi Beras (X1), Harga Beras (X2), Kurs Rupiah Terhadap Dollar (X3), dan Jumlah Penduduk (X4) berpengaruh simultan dan nyata terhadap variabel terikat, yaitu Permintaan Impor Beras Di Indonesia (Y). Sedangkan pengujian secara parsial variabel Produksi Beras (X1) tidak berpengaruh secara nyata terhadap Permintaan Impor Beras Di Indonesia (Y). Variabel Harga Beras (X2) berpengaruh secara nyata terhadap Permintaan Impor Beras Di Indonesia (Y). Variabel Kurs Rupiah Terhadap Dollar (X3) tidak berpengaruh secara nyata terhadap Permintaan Impor Beras Di Indonesia (Y). Variabel Jumlah Penduduk (X4) tidak berpengaruh secara nyata terhadap Permintaan Impor Beras Di Indonesia (Y). Dari ke empat variabel tersebut yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap variabel Permintaan Impor Beras Di Jawa Timur (Y) adalah variabel Hrga Beras (X2).

Kata Kunci : Impor Beras Di Indonesia (Y), Produksi Beras (X1), Harga Beras (X2),


(14)

1.1. Latar Belakang

Pangan merupakan kebutuhan dasar yang paling esensial bagi manusia untuk mempertahankan hidup dan kehidupan. Sebagai makluk bernyawa, tanpa pangan manusia tidak mungkin dapat melangsungkan hidup dan kehidupanya untuka berkembang biak dan masyarakat. Pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup merupakan salah satu penentubagi perwujudan ketahanan pangan nasional. Ketahanan pangan terwujud apabila seluruh penduduk mempunyai akses fisik dan ekonomi terhadap pangan untuk memenuhi kecukupan gizi sesui kebutuhannya agar dapat menjalani kehidupan yang sehat dan produktif dari hari ke hari. Penghayatan masyarakat Indonesia atas pentingnya pemantapan ketahanan pangan bagi pembangunan bangsa telah muncul sejak proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Penghayatan ini dinyatakan dalam Undang-undang Dasar 1945 yang berisikan amanat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat, dimana kecukupan pangan menjadi salah satu pillar utamanya (Suryana, 2003 : 241)

Asia tetap masih mendominasi dalam bidang produksi, konsumsi dan perdagangan beras dunia. Produksi padi Indonesia mengambil pangsa sekitar


(15)

9% dari total produksi dunia. Indonesia negara penghasil beras ke tiga terbesar di dunia, setelah China (30%) dan India (21%). Namun, ke dua negara terakhir adalah net eksportir beras, berbeda dengan Indonesia yang mejadi negara net importir beras sejak akhir 1980an. Indonesia terus berusaha mendorong peningkatan produksi beras dalam negeri dan mengelola stok beras nasional untuk tujuan emerjensi dan stabilisasi harga. Produksi beras/padi dalam negeri amat penting untuk menghindari tingginya risiko ketidakstabilan harga dan suplai beras dari pasar dunia, disamping terkait erat dengan usaha pengentasan kemiskinan dan pembangunan perdesaan.

Kebijakan peningkatan produksi dan mempertahankan reserve-stock beras, tetap ditempuh oleh banyak negara Asia, baik negara maju seperti Jepang dan Korea Selatan, maupun negara berkembang, seperti Filipina dan Bangladesh. Hal yang sama untuk negara net eksportir seperti Thailand, Vietnam, India maupun oleh negara net importir seperti Indonesia, Filipina dan Sri Lanka. Pada tahun 2001, Indonesia berhasil merancang kebijakan perberasan yang konprehensif, tidak hanya berfokus pada subsidi harga input atau output. Inilah yang kemudian melahirkan Instruksi Presiden (Inpres) Perberasan baru, mulai dari Inpres no.9/2001 yang berlaku 1 Januari 2002, dan terakhir Inpres no.13/2005 yang berlaku 1 Januari 2006. Salah satu diktum yang diatur disana adalah penetapan impor dan ekspor beras dalam kerangka menjaga kepentingan petani dan konsumen; serta impor manakala ketersediaan beras dalam negeri tidak mencukupi. Diktum ini bermakna


(16)

bahwa, perlindungan terhadap petani diutamakan. Rasionalnya adalah karena harga beras murah di pasar dunia tidak merefleksikan tingkat efisiensi, namun telah terdistorsi oleh berbagai bantuan dan subsidi. (Sawit : 2005)

Hasil penelitian Husein Sawit dan Rusastra (2005) memperlihatkan bahwa hampir 80% pendapatan petani padi di negeara kaya kelompok OECD misalnya, berasal dari supor pemerintah. Oleh karena itu, adalah tidak adil buat petani padi/beras, yang sebagian besar petani sempit untuk bersaing dalam dunia perdagangan yang amat tidak adil itu. Perlindungan dari serbuan impor, tidak terkecuali beras dapat ditempuh dengan dua cara yaitu hambatan TB (tariff barrier) dan hambatan NTB (non tariff barrier). Instrumen yang paling primitif dalam NTB adalah pelarangan impor atau pelarangan ekspor. Namun, ada juga yang menempuh kebijakan monopoli dan penetapan kuota impor untuk mengelola impor/ekspor suatu produk. Hambatan TB dianggap paling transparan, sehingga semua hambatan NTB wajib dihapus dan dikonversikan ke dalam TB sesuai dengan ketentuan perdagangan multilateral World Trade Organization (WTO). Indonesia telah menotifikasikan tarif beras di WTO sebesar 180% dan diturunkan menjadi 160% untuk 2004, membuka pasar minimum (minimum market access) sebesar 70 ribu ton/tahun dengan tingkat tarif dalam kuota (in-quota tariff) 90%.

Surono (2001) mengatakan bahwa berbagai kebijakan dalam usaha tani padi yang telah ditempuh pemerintah pada dasarnya kurang berpihak pada


(17)

kepentingan petani. Hal ini terlihat dari : (1) Kebijakan tarif impor beras yang rendah, sehingga mendorong membanjirnya beras impor yang melebihi kebutuhan di dalam negeri; (2) Penghapusan subsidi pupuk yang merupakan sarana produksi strategis dalam usaha tani padi; (3) Pemerintah masih menggunakan indikator inflasi untuk mengendalikan harga pangan, dengan menekan harga beras di tingkat perdagangan besar; dan (4) Tekhnologi pasca panen di tingkat petani sudah jauh tertinggal,sehingga tingkat rendemen dan kualitas beras yang dihasikan terus menurun.

Aspek lain yang akan terpengaruh oleh perubahan harga beras adalah tingkat inflasi dan pengeluaran rumah tangga. Sampai saat ini pangsa rata rata pengeluaran rumah tangga untuk konsumsi beras mencapai 27,6 persen (Harianto,2001), Sehingga kenaikan harga beras akan mempengaruhi konsumsi rumah tangga. Dampak terhadap pengeluaran konsumsi tersebut akan makin besar, karena terjadinya disparitas harga antar musim dan antar daerah. Dengan demikian, stabilitas hargs beras di pasar domestik sangat diperlukan. Stabilisasi harga tersebut tidak hanya ditujukan terhadap konsumen dan pengendalian inflasi, tetapi juga sebagai pendorong produsen untuk tetap bergairah menanam padi.

Di Indonesia, ketahanan pangan merupakan salah satu topik yang sangat penting. Ketahanan pangan menjadi tambah penting lagi terutama karena saat iniIndonesia merupakan salah satu anggota (WTO). Artinya, disatu pihak


(18)

pemerintah harus memperhatikan kelangsungan produksi pangan di dalam negri demi menjamin ketahanan pangan, namun di pihak lain, Indonesia tidak bisa menghambat impor pangan dari luar negri. Dalam kata lain, apabila Indonesia tidak siap, keanggotaan Indonesia di dalam WTO bisa membuatIndonesia menjadi sangat tergantung pada impor pangan, dan ini dapat mengancam ketahanan pangan dalam negri (Tambunan 2007 : 174)

Bulog adalah lembaga yang di bentuk oleh pemerintah untuk mengendalikan stabilitas harga dan penyediaan bahan pokok, terutama pada tingkat konsumen. Peran bulog tersebut dikembangkan lagi dengan ditambah mengendalikan harga produsen melalui instrumen harga dasar untuk melindungi petani padi. Dalam perkembangan selanjutnya, peran bulog tidak hanya terbatas pada beras saja tetapi juga pada pengendalian harga dan penyediaan komoditas lain yang dilakukan secara insidentil terutama pada saat situasi harga meningkat (Saifullah, 2001 : 84)

Reformulasi kebijakan pemberasan nasional diperlukan sejalan dengan adanya dinamika serta implikasi dari berubahnya lingkungan strategis (baik global maupun domestik) di satu pihak, peran strategis beras dalam kehidupan ekonomi, sosial, dan politik di pihak lain berubahnya lingkungan strategis global terutama berkaitan dengan semakin terbukanya perekonomian nasional dari pengaruh internasional. Sedangkan lingkungan setrategis domestik


(19)

terutama berhubungan dengan proses desentralisasi dan otonomi daerah Indonesia masih masih menghadapi masa transisi menuju sistem perdagangan bebas, dari sistem ekonomi sentralistik menuju sistem ekonomi yang terdesentralisasi. Sehubungan dengan hal itu, Indonesia memerlukan waktu untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian (adjustment) agar mampu melakukan reformasi ekonomi yang sesuai dengan tujuan ekonomi nasional. Kebijakan perberasan yang komprehensif telh disusun, dengan diterbitkan intruksi presiden nomor 9 tahun 2001 tentang penetapan kebijakan perberasan. Inpres ini mengamanaatkan bahwa kebijakan perberasan tidak hanya terbatas pada pengaturan harga gabah atau beras tetapi pada pengembangan agribisnis beras secara menyeluruh (Suryana, 2003 : 296)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut di atas maka permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut :

a. Apakah produksi beras, harga beras lokal, kurs rupiah terhadap dollar, dan jumlah penduduk berbengaruh terhadap impor beras di Indonesia ? b. Diantara variabel produksi beras, harga beras lokal, kurs rupiah

terhadap dollar, dan jumlah penduduk, manakah yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap impor beras di Indonesia ?


(20)

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah di kemukakan sebelumnya, maka perlu diketahui tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui apakah variabel produksi beras, harga beras lokal, kurs rupiah terhadap dollar, danjumlah penduduk, berpengaruh terhadap impor beras di Indonesia.

b. Untuk mengetahui diantara variabel produksi beras, harga beras lokal, kurs rupiah terhadap dollar, danjumlah penduduk, manakah yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap impor beras di Indonesia.

1.4. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini, maka hasilnya diharapkan dapat diambil manfaat sebagai berikut:

a. Bagi Pengembangan Keilmuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan sesuatu yang berharga bagi pihak universitas khususnya Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur sekaligus sebagai koleksi pembendaharaan referensi dan tambahan wacana pengetahuan


(21)

untuk perpustakaan Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur.

b. Bagi Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi atau masukan terhadap impor beras di Indonesia serta sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan perkembangan perekonomi dalam serta berpengaruh terhadap impor beras di Indonesia.

c. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengalaman dan pengetahuan tentang cara penulisan karya ilmiah yang baik khususnya peneliti dan dapat dipakai sebagai bekal jika nantinya terjun ke masyarakat.


(22)

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak yang dapat dipakai sebagai bahan masukan serta pengkajian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Menurut Tianti (1999 : VIII), dengan judul penelitian “Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Beras di Daerah Tingkat I Jawa Timur”. Dengan variabel X1 = Jumlah Penduduk, X2 = Pendapatan Perkapita, X3 = Harga Jagung. Hasil yang di dapatkan adalah : bahwa jumlah penduduk, pendapatan perkapita, harga jagung secara simultan mempengaruhi secara nyata terhadap konsumsi beras di Jawa Timur, hal tersebut tampak dengan uji F dimana F hitung > F tabel. Sedangkan secara parsial jumlah penduduk, pendapatan perkapita dan harga beras berpengaruh secara nyata terhadap konsumsi beras di Jawa Timur. Karena t hitung dari variabel harga jagung lebih kecil dari t tabel sehingga variabel harga jagung secara parsial tidak berpengaruh secara nyata terhadap konsumsi beras di Jawa Timur.

Yusnita (1999 : 77), dengan judul penelitian “Analisa tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pengadaan beras di Jawa Timur


(23)

Dengan variabel X1 = Harga Beras, X2 = Produksi Beras, X3 = Jumlah Penduduk. Dari analisa uji F disimpulkan bahwa variabel Harga Beras (X1), Produksi Beras (X2), Jumlah Penduduk (X3), berpengaruh secara nyata terhadap penyerapan tenaga kerja (Y). dengan F hitung = 31,915 > F tabel =3,59. Sedangkan dari analisa uji t menunjukkan bahwa variabel bebas berpengaruh secara nyata terhadap variabel terikat dengan t hitung (X1) = 1,472, t hitung (X2) = 2,810, t hitung (X3) = 4,134, > t tabel = 2,228

Ariel (2004 : 13), dengan judul penelitian “Analisis faktor-fator yang Mempengaruhi Permintaan Beras Impor di Jawa Timur” Dengan variabel X1 = jumlah penduduk, X2 = Produksi Beras, X3 = Pendapatan Perkapita, X4 = Harga Beras Lokal.hasil yang didapat adalah Jumlah Penduduk, Produksi Beras, Pendapatan Perkapita, dan Harga Beras Lkal secara simultan mempengaruhi secara nyata terhadap permintaan beras impor. Hal ini diketahui F hitung > F tabel, sedangkan secara parsial, jumlah penduduk, produksi beras dan pendapatan perkapita berpengaruh secara berarti terhadap permintaan beras impor. Dari keempat variabel harga beras lokal tidak berpengaruh secara parsial terhadap permintaan terhadap permintaan beras impor dimana t hitung < t tabel

Hartini (2006 : 11), dengan judul “Analisis Beberapa Faktor yang Berpengaruh Terhadap Permintaan Beras Impor di Jawa Timur” Dengan variabel X1 = Jumlah Penduduk, X2 = Produksi Beras, X3 = Harga Dasar Gabah, X4 = Pendapatan Perkapita. Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa


(24)

jumlah penduduk,produksi beras, harga dasar gabah dan pendapatan perkapita secara simultan mempengaruhi secara nyata terhadap permintaan beras impor. Hal ini diketahui F hitung > F tabel, sedangkan secara parsial jumlah penduduk, produksi beras, dan pendapatan perkapita berpengaruh secara berarti terhadap permintaan beras impor. Dari keempat variabel harga dasar gabah tidak berpengaruh secara parsial terhadap permintaan beras impor dimana t hitung < ttabel.

FX. Agus dkk (2006;134) dengan judul jurnal“Analisis Kelayakan Usahatani Padi Pada Sistem Pertanian Organik di Kabupaten Bantul”dari penelitian tersebut menunjukkanBahwa hasil analisis keuntungan dari usaha tani padi organik menguntungkan,sehingga layak untuk diusahakan. Nilaikeuntungan yang diperoleh adalah Rp.5.251.602/hektar untuk jangka waktu usahaselama 2 bulan. Keuntungan merupakan selisihantara penerimaan dengan biaya yangdikeluarkan dalam usahatani. Rata-rata hargaberas organik adalah Rp.3.873,-/kg. Sebenarnyakeuntungan yang diperoleh dapat lebih tinggijika petani langsung menjual kepada konsumen. Dari hasil pengumpulan data diperoleh harga beras organik tertinggi adalah Rp.4.200,-/kg danterendah Rp.3.700,-/kg. Mayoritas petani sampel menjual beras organik kepada kelompok tani, dan kelompok tanilah yang kemudian akan memasarkannya kepada konsumen.


(25)

2.2.1. Pengertian Perdagangan

Perdagangan diartikan sebagai proses tukar menukar yang didasarkan atas kehendak suka rela dari masing-masing pihak. (Boediono, 2001 : 10). Perdagangan Internasional adalah transaksi dagang diantara para subyek ekonomi negara yang satu dengan subyek ekonomi negara lain, baik mengenai barang ataupun jasa-jasa. (Sobri, 1999 : 2).

Pertukaran bisa memberikan keuntungan kepada semua pihak, meskipun jumlah barang-barang yang tersedia secara keseluruhan sama sekali tidak berubah. Keuntungan dari pertukaran timbul karena adanya :

a. Perbedaan selera antara konsumen-konsumen tersebut.

b. Perbedaan dalam jumlah awal dari barang-barang yang dimiliki oleh masing-masing (endowment).

2.2.1.1. Timbulnya Kegiatan Ekonomi Antar Daerah atau Antar Bangsa

Timbulnya hubungan ekonomi antar daerah ataupun antar bangsa disebabkan oleh adanya perbedaan antara permintaan dan penawaran akan sesuatu barang di daerah ataupun di negara satu dengan daerah atau negara lain.

Perbedaan penawaran akan barang tersebut di sebabkan oleh perbedaan faktor-faktor produksi antara derah atau negara yang satu dengan


(26)

daerah atau negara lain baik kualitas maupun dalam hal komposisi faktor-faktor produksi itu. Dari segi permintaan disebabkan oleh perbedaan jumlah dan jenis kebutuhan jumlah pendapatan, kebudayaan, kesukaan dan sebagainya.

Timbulnya hubungan ekonomi ataupun hubungan perniagaan antar daerah maupun antar bangsa, sedikit banyak berkisar pada faktor-faktor berikut :

a. Perbedaan tingkat kejarangan (scarcity)

Kebutuhan manusia tidak terbatas baik jumlah maupun jenisnya.

Kebiasaan masyarakat itu tidak tetap, walaupun nampaknya statis. Apabila suatu daerah atau negara tingkat scarcitynya lebih rendah daripada negara lain, maka dari daerah ini akan mengalir barang-baranh ke daerah lain dimana scarcitynya lebih tinggi. Selama masih terdapat perbedaan scarcity diantara daerah yang satu dengan daerah yang lain, selama itu pula akan timbul hubungan ekonomi dari daerah yang kurang scarce ke daerah yang lebih scarce.


(27)

Perbedaan faktor produksi antar daerah yang satu dengan daerah yang lain, akan menyebabkan daerah-daerah itu menjadi daerah surplus dan daerah yang minus.

Perbedaan-perbedaan faktor-faktor produksi itu pada kelanjutannya akan menimbulkan perbedaan tingkat produktivitas tiap daerah yang mungkin dicapai.

c. Perbedaan Komparatif dari Harga Barang

Selama ada perbedaan komparatif daripada harga-harga barang, selama itu pula akan timbul arus ekonomi yang mengalir antar daerah. Perbedaan harga komparatif (perbedaan harga yang diperbandingkan) adalah perbandingan harga barang A dengan harga barang B di suatu negara diperbandingkan dengan harga


(28)

2.2.1.2. Teori Perdagangan Internasional Teorema Hecksher - Ohlin ( H - O ) Teorema ( H - O ) merupakan teori perdagangan internasional. Teori ini pada dasarnya merupakan penyempurnaan teori perdagangan internasional klasik yang dikemukakan oleh ahli-ahli ekonomi sebelumnya tentang teori keunggulan mutlak dari Adam Smith yang menyatakan bahwa perdagangan internasional mendasarkan pemikirannya, setiap Negara dapat berspesialisasi dan efisiensi produksi untuk menghasilkan suatu komoditi untuk memperoleh keunggulan mutlak. Teorema H – O yang merupakan penyempurnaan dari teori keunggulan kompratif dari David Ricardo yang menyatakan bahwa perdagangan internasional terjadi karena adanya keunggulan komparatif yang dimiliki Negara masing-masing pelaku.

Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Eli Heckscher dan Berthil Ohlin dari Swedia. Eli Heckscher dalam artikel singkat yang berjudul The Effect of Forign Trade on Distribution of Income ( 1919 ) mengemukakan faktor-faktor yang menentukan pola perdagangan suatu Negara. Kemudian oleh anak didiknya Berthil Ohlin hal tersebut dikembangkan dalam bukunya Interregional dan International Trade ( 1933). Pola perdagangan dari H – O yang adalah suatu Negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan dengan cara menghasilkan barang-barang yang menggunakan lebih banyak faktor produksinya secara relative melimpah (Lindert dan Kindleberger, 1993:32).


(29)

2.2.1.3. Teorema H – O dapat disimpulkan sebagai berikut:

Barang-barang yang berbeda memerlukan proporsi faktor produksi yang berbeda-beda dan Negara yang berbeda memiliki kekayaan faktor produksi relative dalam menghasilkan barang-barang yang menggunakan secara intensif faktor-faktor yang mereka miliki dalam jumlah yang lebih banyak, karena alasan inilah setiap Negara akan mengekspor barang-barang yang faktor produksinya relatif lebih banyak dan akan mengimpor barang-barang yang menggunakan faktor-faktor produksi yang relatif langka didalam negeri secara lebih intensif.

Lebih jelasnya perdagangan internasional akan terjadi karena perbedaan dari faktor produksi diantara Negara-negara, teori keunggulan komparatif muncul karena adanya penggunaan faktor produksi yang melimpah dari suatu Negara. Akibat adanya perdagangan internasional adalah adanya kecenderungan terjadinya kesamaan faktor harga.

Sebagai gambaran adalah sebagai berikut: suatu Negara sebaiknya menghasilkan suatu barang yang menggunakan faktor produksi yang relative lebih banyak tersedia, sehingga harganya relative lebih murah. Sebagai misal Indonesia yang memiliki lebih banyak tenaga kerja sebaliknya mengekspor barang-barang yang padat karya sedangkan Jepang yang barang nya relative padat modal dapat mengimpor barang dari Indonesia.

Teori klasik dan teorema H – O sebenarnya mempunyai persamaan yakni keduanya berpendapat bahwa suatu Negara menghasilkan


(30)

sekaligus mengekspor suatu barang yang faktor produksinya terdapat melimpah dinegara itu. Sedangkan perbedaanya terletak pada penentuan biaya produksi.

Pertukaran bisa memberikan keuntungan kepada semua pihak, meskipun jumlah barang-barang yang tersedia secara keseluruhan sama sekali tidak berubah. Keuntungan dari pertukaran timbul karena adanya :

a. Perbedaan selera antara konsumen-konsumen tersebut.

b. Perbedaan dalam jumlah awal dari barang-barang yang dimiliki oleh masing-masing (endowment).

2.2.1.4. Manfaat Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional membantu terciptanya efiensi dalam pengalokasian sumber daya ekonomi dunia. Perdagangan internasional memainkan peranan penting dalam meningkatkan kesejahteraan dunia. Dengan perdagangan internasional, setiap negara tidak perlu memproduksisemua kebutuhannya,tetapi cukup hanya dengan memproduksi apa yang bisa diproduksi dengan cara yang paling efisien dibandingkan dengan negara-negara lain. Dengan demikian, akan tercipta efisien dalam pengalokasian sumbe daya ekonomi dunia. (Ritonga, 2000 : 33)


(31)

2.2.1.5. Pengertian Permintaan

Menurut Richard G, Lipsey, (1987 :61) yang di maksud dengan permintaan menurut ilmu ekonomi yaitu permintaan efektif. Permintaan efektif adalah merupakan jumlah yang orang bersedia membeli pada harga yang mereka harus bayar untuk komoditi itu. Dengan kata lain yang dimaksud dengan permintaan adalah keinginan seseorang yang disertai dengan kesediaan dan kemampuan untuk membeli barang yang bersangkutan.

2.2.1.6. Teori permintaan

Teori permintaan menerangkan tentang ciri hubungan jumlah permintaan dan harga. Sehingga dalam teori permintaan yang terutama dianalisis adalah hubungan antara jumlah permintaan suatu barang dengan harga barang tersebut. Hukum permintaan pada hakekatnya merupakan suatu hipotesa yang menyatakan : semakin rendah harga suatu barang, semakin banyak permintaan atas barang tersebut, sebaliknya semakin tinggi harga sesuatu barang, semakin sedikit permintaan atas barang tersebut.(sukirno,1995 :76)


(32)

2.2.1.7. Faktor yang Mempengaruhi Permintaan

Seperti yang dinyatakan Sadono Sukirno (2003 : 76) bahwa permintaan seseorang atau masyarakat terhadap sesuatu barang ditentukan oleh banyak faktor. Diantara faktor-faktor tersebut yang terpenting adalah seperti yang dinyatakan di bawah ini :

a). Harga barang itu sendiri.

Sesuai dengan tingkat permintaan maka makin rendah harga suatu barang, makin banyak permintaan akan barang tersebut demikian juga sebaliknya naiknya harga barang menyebabkan pendapatan riil konsumen berkurang.Berkurangnya pendapatan akan mengurangi pembelian terhadap suatu barang.

b). Harga barang lain yang berkaitan erat dengan barang tersebut.

Suatu harga dikatakan mempunyai kaitan yang erat dengan barang lain apabila barang tersebut dapat menggantikan fungsi daripada barang tersebut, atau yang lebih dikenal dengan barang subsitusi. Bila harga barang subsitusi bertambah murah, maka permintaan akan barang yang, dapat digantikannya akan berkurang.


(33)

c). Pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat.

Pendapatan merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan permintaan suatu barang untuk barang normal, apabila pendapatan bertambah maka permintaan akan barang tersebut juga bertambah tetapi kalau barang tersebut barang interior, naiknya pendapatan akan mengurangi permintaan barang tersebut.

d). Corak distribusi pendapatan dalam masyarakat.

Distribusi pendapatan mempunyai pengaruh terhadap pola permintaan. Jika distribusi pendapatan masyarakat sangat timpang sebagaian masyarakat orang-orang kaya cenderung menginginkan barang-barang mewah dimana hanya sebagaian kecil dari masyarakat yang lain yang mampu membelinya. Tetapi kalau pendapatan penduduk tersebut merata maka jenis-jenis barang yang diminta akan bertambah lebih luas.

e). Cita rasa masyarakat.

Cita rasa mempunyai pengaruh yang cukup besar atas keinginan masyarakat untuk membeli barang-barang. Jika cita rasa berubah sehingga orang ingin membeli suatu barang lebih banyak pada tingkat harga tertentu maka dikatakan terjadi kenaikan permintaan.


(34)

f). Jumlah penduduk.

Jumlah penduduk yang bertambah besar akan menyebabkan kenaikan permintaan beberapa jenis barang.

g). Ramalan mengenai keadaan di masa yang akan datang.

Harapan tentang masa depan dapat mengubah permintaan terhadap suatu barang tertentu, sebagai contoh apabila di masa depan akan terjadi paceklik maka permintaan beras saat ini akan lebih besar di bandingkan dengan permintaan yang akan datang.

2.2.1.8. Fungsi dan Kurva Permintaan

Jumlah barang yang diminta dipengaruhi oleh berbagai faktor,seperti harga barang yang diminta, harga barang lain, pendapatan, selera dan lain sebagainya. Kurva permintaan yang biasa dikenal melihat hubungan jumlah barang yang diminta hanya sebagai fungsi harganya dan menganggap variabel lainya tetap (ceteris paribus), seperti gambar 1.


(35)

D

Ganbar 1: Kurva Permintaan

Sumber : Djojodipuro, Teori Harga, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 1991, halaman 7.

Pengaruh perubahan harga barang yang diminta (jadi barang x) terhadap jumlahnya atau bisa disebut Hukum Permintaan, digambarkan sebagai pergerakan sepanjang kurva permintaan. Perubahan variabel lain, seperti harga barang lain, pendapatan dan selera digambarkan sebagai pergeseran kurva, ke kanan bila perubahan positif dan ke kiri kalau perubahan negatif.

Px


(36)

Gambar 2 : Intepretasi Pergeseran Kurva Permintaan

Sumber : Djojodipuro, Teori Harga, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, halaman 7.

Gambar 2 menggambarkan pergeseran kekanan, yang misalnya disebabkan karena peningkatan pendapatanm interpretasi gejala tersebut adalah bahwa pada harga yang sama konsumen mau membeli jumlah yang lebih besar (dari 0Qx menjadi 0Qx’) atau jumlah barang yang sama, misalnya 0Qx, konsumen membayar harga yang lebih tinggi (dari 0PX menjadi 0Px’)

D1 D

Qx Qx’

0 Px Px’


(37)

2.2.2. Impor

2.2.2.1.Pengertian Impor

Impor adalah memasukkan barang-barang dari luar negeri yang sesuai dengan ketentuan pemerintah ke dalam peredaran dalam masyarakat yang dibayar dengan mempergunakan valuta asing (Amir, 2000 : 183).

Impor adalah aliran masuk barang dan jasa ke pasar sebuah negara untuk di pakai. Negara meningkatkan kesejahteraannya dengan mengimpor aneka ragam barang dan jasa yang bermutu dengan harga yang lebih rendah dari pada yang dapat dihasilkannya didalam negeri. (Smith dan Blakeslee, 1999 : 112).

2.2.2.2. Industri Substitusi Impor

Sejak awal dekade 1970-an hingga pertengahan dekade 1980-an pemerintah mengembangkan Strategi Industrilisasi ini bertujuan untuk menghemat devisa dengan cara mengembangkan industri yang menghasilkan barang pengganti barang impor. Di dasarkan pada strategi tersebut, pemerintah membatasinya masuknya investor asing dengan berbagai kemampuan antara lain ; pembatasan pemberian lisensi, penetapan pangsa modal PMA relatif terhadap modal domestik dan pelarangan PMA bergerak di sektor pertahanan-keamanan, sektor strategis (telekomunikasi) dan sektor publik (listrik dan air minum).


(38)

Selama 30 tahun terakhir, baru pada tahun 1998 Indonesia mengalami krisis beras yang paling parah. Harga beras terus meningkat di satu pihak, sedangkan di pihak lain pendapatan rill masyarakat semakin berkurang dan jumlah orang miskin terus bertambah karena krisis moneter dan ekonomi yang berlangsung sejak pertengahan 1997, sehingga sebagian besar masyarakat sulit menjangkau beras yang tersedia di pasar, dan harganya tidak stabil. Menurut Dillon, beras merupakan komoditi andalan dalam ketahanan pangan nasional. (Sawit, 2001 : 123).


(39)

2.2.2.3. Penghambat Impor

Yang diartikan dengan penghambat impor atau impor barriers adalah langkah-langkah pemerintah dalam perpajakan atau peraturan-peraturan impor yang mengurangi kebebasan perdagangan luar negeri. Penghambat impor biasanya dibedakan kepada dua jenis : penghambat tarif dan penghambat bukan tarif. Penghambat tarif adalah usaha mengurangi impor dari luar negeri dengan mengenakan atau memungut pajak ke atas barang-barang yang di Impor. Sedangkan penghambat bukan tarif adalah peraturan-peraturan yang mengurangi kebebasan kemasukan barang dari luar negeri. (Sukirno, 2002 : 400).

2.2.2.4.Tujuan Kebijakan Menghambat Impor

Walaupun secara umum ahli-ahli ekonomi sependapat bahwa perdagangan luar negeri memberikan manfaat kepada perekonomian dan masyarakat, dalam prakteknya banyak negara yang menjalankan kebijakan menghambat impor. Ada beberapa alasan yang mendorong kebijakan seperti itu. Berikut diterangkan sebab yang utama.

a. Mengatasi masalah deflasi dan pengangguran.

Dalam uraian yang terdahulu telah dijelaskan tentang pengaruh yang mungkin ditimbulkan perdagangan luar negeri kepada tingkat kegiatan ekonomi negara. Dalam uraian itu telah dapat bahwa impor yang telah


(40)

melebihi ekspor akan menurunkan tingkat kegiatan ekonomi negara dan disamping itu dapat pula menimbulkan beberapa masalah lain. Salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan membatasi impor. Ini berarti salah satu tujuan dari menggunakan penghambat impor adalah untuk masalah deflasi dan pengangguran. Dengan adanya pembatasan ke atas barang-barang dari luar negeri akan bertambah permintaan itu akan menaikkan tingkat kegiatan ekonomi dan menurunkan pengangguran.

b. Menghapuskan defisit dalam neraca pembayaran.

Penghambat impor digunakan untuk menghapuskan defisit dalam neraca pembayaran. Dalam perekonomian terbuka bukan saja perdagangan luar negeri yang tidak seimbang akan menimbulkan masalah pengangguran, tetapi juga akan menimbulkan defisit dalam neraca pembayaran. Menciptakan penghambat impor adalah salah satu langkah yang dapat dijalankan oleh pemerintah untuk mengatasi defisit dalam neraca pembayaran.

c. Mensukseskan usaha mendiversifikasikan perekonomian.

Tujuan ini terutama dijalankan di negara-negara berkembang yang masih belum maju yang kegiatannya masih tertumpuk pada kegiatan disektor pertanian dan mengekspor beberapa jenis bahan mentah. Struktur ekspor seperti itu menyebabkan kegiatan ekonomi


(41)

negara-negara itu sangat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan harga dipasarkan luar negeri. (Sukirno, 2002 : 402).

2.2.2.5.Jenis Quota Impor

Jenisnya quota impor adalah: absolute atau unilateral quota, negotiated atau bilateral quota, tarif quota, dan mixing quota.

a. Absolute atau unilateral quota adalah quota yang besar atau kecilnya ditentukan sendiri oleh suatu negara tanpa persetujuan negara tanpa persetujuan negara lain. Quota semacam ini sering menimbulkan tindakan balasan oleh negara lain.

b. Negotiated atau bilateral quota adalah quota yang besar atau kecilnya

ditentukan berdasarkan perjanjian antara dua negara atau lebih.

c. Tarif quota adalah gabungan antara tarif dan quota. Untuk sejumlah barang diijinkan masuk (impor) dengan tarif tertentu, tambahan impor masih diijinkan tetapi dikenakan tarif yang lebih tinggi.

d. Mixing quota yakni membatasi penggunaan bahan mentah yang di impor

dalam proposi tertentu dalam produksi barang akhir Pembatasan ini untuk mendorong berkembangnya industri di dalam negeri. (Nopirin, 1999 : 65).


(42)

2.2.3. Produksi

2.2.3.1. Pengertian Produksi

Produksi bisa mempunyai pengertian teknis dan ekonomis. Secara teknis produksi berasti proses mengkombinasikan barang-barang dan tenaga yang ada. Secara ekonomis, produksi berarti suatu proses yang menciptakan atau menambah nilai, guna, atau manfaat baru (suratno, 1999 :2.2).

2.2.3.2. Faktor-Faktor Produksi

Faktor-faktor produksi bisa dikelompokan kedalam empat kelompok, yaitu :

1. Alam (tanah)

Hal yang harus diperhatikan dalam tanah adalah kedudukan tanah dan sifat tanah. Dalam usaha industri dan kerajinan kedudukan tanah agak berlebihan dengan pertanian, karena pelaksanaan usaha produksi dilapangan industri kurang tergantung pada kedudukan tanah. Sedangkan sifat tanah terdapat beberapa perbedaan, pertama luas tanah yang digunakan untuk pertanian pada hakekatnya terbatas, kedua, sebagai faktor produksi tanah lebih tahan lama, ketiga tanah tidak bisa digerakan atau dipindah.


(43)

2. Tenaga Kerja

Di indonesia kebutuhan akan tenaga kerja didalam pertanian dibedakan menjadi dua yaitu, kebutuhan akan tenaga kerja dalam usaha tani pertanian rakyat yang besar,seperti :perkebunan,kehutanan,dll.

3. Modal

Modal dilihat dari segi kepemilikan bisa dibagi menjadi dua yaitu, modal sendiri dan modal pinjaman. Modal yang merupakan pemberian warisan dianggap sebagai modal sendiri atau pinjaman karena masing-masing menyumbang langsung pada proses produksi.

4. Kemampuan Mengelola (Managerial skiil)

Manajemen menjadi semakin penting kalau dikaitkan dengan efisiensi, artinya walaupun faktor produksi tanah,pupuk, tenaga kerja, dll dirasa cukup. Tetapi jika tidak dikelola dengan baik maka produksi yang dihasilkan tidak akan optimal (soeratno, 1993 :2.23)

2.2.3.3. Fungsi produksi

setiap proses produksi mempunyai landasan teknis, yang dalam teori ekonomi disebut fungsi produksi.

Fungsi produksi adalah fungsi atau persamaan yang menunjukkan hubungan antara tingkat out put dan tingkat (dan kombinasi) penggunaan


(44)

input-input. Setiap produsen dalam teori dianggap mempunyai suatu fungsi produksi untuk “pabriknya”.

Q = f (X1, X2, X3,……….Xn)

Q = Tingkat produksi

X1, X2, ………Xn = berbagai input yang digunakan.

Dalam teori ekonomi diambil pula satu asumsi dasar mengenai sifat dari fungsi produksi. Yaitu fungsi produksi dari semua produksi dimana semua produsen dianggap tunduk dalam satu hukum yang disebut : The law of diminishing Returns. Hukum ini mengatakan bahwa bila satu macam input ditambah penggunaannya sedang input-input yang lain tetap maka tambahan out put yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang ditambah kan tadi mula-mula menarik, tetapi kemudian seterusnya menurun bila input tersebut terus ditambah (Boediono, 2000 : 64).

2.2.3.4. kurva Produksi total, Produksi rata-rata, dan produksi marginal

Produksi marginal yaitu tambahan produksi yang di akibatkan oleh pertambahan satu tenaga kerja yang digunakan. Apabila ∆L adalah pertambahan tenaga kerja, ∆TP adalah pertambahan produksi tota, maka produksi marginal (MP) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:


(45)

M P = L TP ∆ ∆

Produksi rata-rata yaitu yang secara rata-rata dihasilkan oleh setiap pekerja, apabila produksi total adalah TP, jumlah tenaga kerja adalah L, maka produksi rata-rata (AP) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:

AP = L TP

Hubungan-hubungan yang diterangkan di atas diantara produksi total, produksi rata-rata, dan produksi marginal dapat digambarkan secara grafik yang ditunjukkan dalam gambar 3.


(46)

Gambar 3: Kurva produksi

Sumber: Boediono, 2000, Pengantar IlmuEkonomi, BPFE-UGM, Yogyakarta.


(47)

Kurva TP adalah kurva produksi total. Ia menunjukan hubungan di antara jumlah produksi dan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan produksi tersebut. Dalam keadaan seperti itu produksi marginal menurun dapat dilihat pada kurva MP maka kurva produksi rata-rata, yaitu AP akan bergerak ke atas yang menggambarkan bahwa produksi rata-rata bertambah tinggi, pada waktu L2 digunakan kurva produksi marginal memotong kurva produksi rata-rata. Sesudah perpotongan tersebut kurva produksi rata-rata meningkat ke atas. Perpotongan diantara kurva MP dan kurva AP adalah menggambarkan permulaan dari tahap kedua. Pada keadaan ini produksi rata-rata mencapai tingkat paling tinggi.

2.2.4. Harga

2.2.4.1. Pengertian Teori Harga

Harga adalah hasil akhir bekerjanya sistem pasar, yaitu bertemunya gaya-gaya permintaan dan penawaran antara pembeli (konsumen) dan penjual (produsen) (Soeratno, 1999 : 21).

Pengertian harga suatu barang atau jasa adalah suatu tingkat penelitian yang pada tingkat itu barang yang bersangkutan ditukarkan dengan barang yang lain apapun bentuknya. Suatu barang yang dikatakan berharga bila barang tersebut :


(48)

a. Mempunyai kegunaan

Artinya adalah kegunaan suatu barang akan menimbulkan keinginan dan keinginan tersebut akan menimbulkan permintaan terhadap barang tersebut.

b. Jumlah Produksi

Artinya kelangkaan suatu barang akan mendorong beberapa orang untuk memanfaatkan kelangkaan dengan menjualnya, dengan kata lain akan menimbulkan penawaran pada suatu barang tersebut. Kesimpulan kelangkaan akan menimbulkan penawaran dan kegunaan menimbulkan permintaan sehingga harga ditentukan oleh bertemunya dua kekuatan yaitu permintaan dan penawaran.

Harga suatu komoditi biasanya menunjukkan jumlah uang yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan suatu unit komoditi. Ini disebut harga absolute (absolute price) atau harga dalam uang (money price), suatu harga relatif adalah perbandingan antara dua harga absolute, harga ini menyatakan harga satu barang dalam ukuran barang lain.

2.2.4.2. Kebijakan Harga Dasar dan Harga Tertinggi

Kebijakan harga yang ditetapkan oleh pemerintah dalam hal ini adalah berupa harga dasar (floor price) dan harga atap (ceiling price). Harga dasar diperlukan untuk menjaga agar harga pasar pada saat panen tidak menurun


(49)

jauh dibawah harga dasar, minimal sama dengan harga dasar. Sebaliknya harga atap tetap diperlukan saat musim paceklik. Kebijaksanaan harga disebut efektif apabila harga pasar berada diantara harga dasar dan harga atap (Soekartawi, 1999 : 170)

Pada saat panen raya produksi padi sangat melimpah hingga harga dasar di bawah semestinya (harga keseimbangan ). Karena itu diperlukan kebijaksanaan harga dasar yang lebih tinggi dari pada harga pasar tersebut.

Gambar 4 : Permintaan dan penawaran dengan harga atap pada musim paceklik.

Sumber : Soekart aw i, 1999, Prinsip Dasar Ekonomi Pert anian Teori dan Aplikasi. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakart a, hal 173.

Pada gambar 4 dapat dijelaskan bahwa OQ0 adalah besarnya produksi yang diminta masyarakat pada harga pasar Pm yang tersedia di bawah harga dasar Pf. Bila harga dasar diperlakukan, maka jumlah permintaan adalah

Harga

Pm

0 Q1 Q0 Q2 Kuant it as

D

S

D PC


(50)

sebesar OQ1, agar harga dapat berfungsi dengan baik maka pemerintah harus membeli kelebihan produksi (penawaran) sebesar Q1 Q2. dalam situasi seperti ini jumlah produksi seharusnya dijual produsen adalah sebesar OQ2.

Situasi paceklik adalah situasi saat jumlah produksi yang tersedia sangat terbatas, sementara jumlah konsumen tetap atau bahkan terus bertambah. Dalam keadaan seperti ini harga pasar cenderung tinggi atau lebih tinggi atau lebih tinggi dari harga keseimbangan bila saja tidak diberlakukan harga atap. Pada gambar 0Q0 adalah jumlah produksi yang dijual dan akan dibeli oleh konsumen bila tidak diberlakukan harga atap(Pc). Disini terlihat bahwa Pc lebih tinggi dari pada Pm bila tidak diberlakukan harga atap, maka perbedaan Pc dan Pf akan semakin tinggi. Bila diberlakukan harga atap, maka jumlah produksi yang dijual adalah sebesar 0Q1, pada saat itu harga pasar (Pm) melebihi harga dasar. Agar harga atap tersebut berfungsi posisi Pm, maka pemerintah perlu menjual stok sebesar Q1 Q2. dengan demikian situasinya adalah komoditi pertanian yang berada dipasar adalah Sebesar 0Q2 (yang terbeli pada harga pasar) yang terdiri dari produksi yang dijual produsen sebesar 0Q1 dan yang disuplay pemerintah sebesar Q1 Q2.

2.2.4.3. Perilaku Konsumen Terhadap Harga

Dalam menjelaskan tentang perilaku konsumen, kita bersandar pada dasar pemikiran pkok bahwa orang cenderung memilih barang-barang dan


(51)

jasa yang nilainya paling tinggi. Guna menjelaskan cara konsumen melakukan pilihan diantaranya berbagai kemungkinan, seabad yang lalu para pakar ekonomi telah mengembangkan gagasan mengenai utilitas. Dari konsep utilitas tersebut, kita dapat menrunkan kurva permintaan dan menjelaskan ciri-cirinya. Utilitas berarti kepuasan. Atau lebih tepatnya, kata itu mengacu pada kesenangan atau kegunaan subjective yang dirasakan oleh seseorang dari mengkomsumsi suatu barang dan jasa.

2.2.4.4. Teori Harga ( Bertil Ohlin Theory ) Heckscher - Ohlin

Pengertian harga suatu barang atau jasa adalah suatu tingkatan penilaian yang pada tingkat itu barang yang bersangkutan dapat dipertukarkan dengan barang lain, apapun bentuknya.

Sedang Bertil Ohlin berpendapat bahwa perdagangan internasional itu sebenarnya adalah masalah harga jelasnya, perbedaan hargalah yang menyebabkan timbulnya kegiatan perdagangan internasional oleh karena itu Bertil Ohlin membahas perdagangan internasional mengikuti jalur proses mekanisme. Pembentukan harga yang sudah sendirinya harus menyelidiki faktor-faktor yang menentukan atau yang mempengaruhi permintaan dan penawaran, karena harga suatu barang itu terjadi karena adanya permintaan dan penawaran atas barang tersebut. Perbedaan harga barang tersebut yang menjadi dasar dari timbulnya perdagangan internasional. Menurut Ohlin


(52)

adalah disebabkan oleh perbedaan komposisi dan proporsi faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh negara-negara di dunia ini.

Jadi dapat juga dikatakan bahwa pertukaran atau perdagangan barang atau jasa antar negara dapat terjadi oleh karena beberapa perbedaan faktor-faktor produksi dan kemungkinan-kemungkinan mengkombinasikannya dan perbedaan tersebutlah yang merupakan sebab dari perbedaan harga yang kemudian menyebabkan timbulnya kegiatan perdagangan interregional ataupun internasional. Akan tetapi perdagangan internasional itu pun akan berpengaruh pada tingkat harga. Perdagangan internasional mempunyai tendensi bahwa tingkat-tingkat harga itu kemudian akan menjadi sama proses penyamaan tingkat harga ini akan berlangsung dengan lebih cepat lagi bilamana dalam perdagangan internasional tidak terdapat rintangan-rintangan yang membatasi perdagangan internasional seperti adanya biaya dan cukai serta ongkos transportasi. Jadi perdagangan bukan saja bertendensi untuk mempersamakan harga barang melainkan juga mempersamakan harga faktor produksi. ( Sobri, 2001 : 42 )

Analisis teori H – O dapat dibuat suatu kesimpulan sebagai berikut: 1. Harga atau biaya produksi suatu barang akan ditentukan oleh jumlah


(53)

2. Comparative advantage atau keunggulan komparatif dari suatu jenis produk yang dimiliki masing-masing negara akan ditentukan oleh struktur dan proporsi faktor produksi yang dimilikinya.

3. Masing-masing negara akan cenderung melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang tertentu karena negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif banyak dan murah untuk memproduksinya. 4. Sebaliknya, masing-masing negara akan mengimpor barang tertentu

karena negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif sedikit dan mahal untuk memproduksinya. ( Hady H, 2000 : 42 )

2.2.5. Kurs Rupiah Terhadap Dollar

2.2.5.1. Pengertian Kurs

Kurs adalah jumlah atau harga mata uang domestik dari mata uang luar negeri (asing) atau rasio antara satu unit satuan mata uang dengan jumlah mata uang yang lain pada waktu tertentu. (Salvatore, 1999 : 140).

Valuta asing (valas) atau foreign exchange (FOREX) atau foreign

currency adalah mata uang asing atau alat pembayaran lainnya yang

digunakan untuk melakukan atau membiayai transaksi ekonomi keuangan internasional dan yang mempunyai catatan kurs resmi pada bank sentral. (Hamdy, 1999 : 16).


(54)

Valuta asing adalah mata uang asing yang diperlukan untuk melaksanakan transaksi internasional. Sedangkan kurs adalah harga mata uang suatu negara diukur dengan mata uang negara lain. (Mc Eachern, 2001: 436).

Kurs valuta asing atau kurs mata uang asing menunjukkan harga atau nilai mata uang sesuatu negara dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain. Kurs valuta asing dapat juga didefinisikan sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan, untuk memperoleh satu unit mata uang asing. (Sukirno, 2006 : 397).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kurs merupakan perbandingan nilai mata uang sehingga untuk mendapatkan mata uang maka harus menukarkan mata uang tersebut dengan mata uang negara lain agar memperoleh satu unit mata uang asing.

2.2.5.2. Permintaan dan Penawaran Valuta Asing

a. Permintaan Valuta Asing

Permintaan valuta asing merupakan keingginan dari penduduk suatu negara untuk memperoleh suatu jenis mata uang asing. Permintaan tersebut memberikan gambaran tentang besarnya jumlah suatu valuta asing tertentu yang ingin diperoleh penduduk suatu negara. Dengan tujuan digunakan untuk membayar atau membiayai pembelian


(55)

barang-barang dari luar negeri dan asset-aset di luar negeri. Keingginan penduduk yang bertambah besar untuk memperoleh barang dari suatu negara akan menurunkan permintaan valuta asing. (Sukirno, 2000 : 292).

b. Penawaran Valuta Asing

Merupakan keingginan dari penduduk suatu negara untuk membeli mata uang asing atau negara lain. Keingginan tersebut menunjukkan banyaknya (jumlah) mata uang suatu negara yang akan digunakan untuk membeli produk-produk atau barang negara lain dan ditawarkan kepada penduduk negara lain. Maka semakin mahal harga mata uang suatu negara, makin banyak penawarannya. sebaliknya apabila harga mata uang suatu negara murah, penawarannya akan semakin sedikit. (Sukirno, 2001 : 359).


(56)

2.2.5.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kurs Mata Uang

a. Perubahan dalam cita rasa masyarakat

Cita rasa masyarakat mempengaruhi corak konsumsi mereka maka akan mengubah corak konsumsi mereka pada barang-barang yang diproduksikan di dalam negeri maupun yang diimpor. Perbaikan kualitas barang-barang dalam negeri menyebabkan keinginan pengimpor berkurang dan ia dapat pula menaikkan ekspor. Sedangkan perbaikan kualitas barang-barang impor menyebabkan keinginan masyarakat untuk mengimpor bertambah besar.

b. Perubahan harga barang ekspor dan impor

Harga suatu barang merupakan salah satu faktor penting yang menentukan apakah suatu barang akan diimpor atau diekspor. Barang-barang dalam negeri yang dapat dijual dengan harga yang relatif murah akan menaikkan ekspor dan apabila harganya naik maka ekspornya akan berkurang. Dengan demikian perubahan harga-harga barang ekspor dan impor akan menyebabkan perubahan dalam penawaran dan permintaan atas mata uang negara tersebut.


(57)

Inflasi sangat besar pengaruhnya pada kurs pertukaran valuta asing. Inflasi yang berlaku pada umumnya cenderung untuk menurunkan nilai suatu valuta asing.

d. Perubahan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi sangat penting peranannya dalam mempengaruhi aliran modal. Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang rendah cenderung akan menyebabkan modal dalam negeri mengalir ke luar negeri. Sedangkan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang tinggi akan menyebabkan modal luar negeri masuk ke negara itu. (Sukirno, 2006 : 402).

2.2.5.4. Fungsi Pasar Valuta Asing

Pasar valuta asing mempunyai beberapa fungsi pokok dalam membantu kelancaran lalu lintas pembayaran internasional yaitu :

a. Mempermudah penukaran valuta asing serta pemindahan dana dari satu negara ke negara lain.

b. Karena sering terdapat transaksi internasional yang tidak perlu

segera diselesaikan pembayaran dan penyerahan barangnya, maka pasar valuta asing memberikan kemudahan untuk dilaksanakannya perjanjian/kontrak jual beli dengan kredit.


(58)

c. Memungkinkan dilakukannya hedging. Hedging dilakukan apabila pada saat yang sama melakukan transaksi jual beli valuta asing di pasar yang berbeda, untuk menghilangkan/mengurangi resiko kerugian akibat perubahan kurs. (Nopirin, 1999 : 234).

2.2.6. Jumlah Penduduk

2.2.6.1. Pengertian Jumlah Penduduk

Penduduk adalah manusia yang memegang peranan penting dalam kegiatan ekonomi, karena penduduk merupakan tenaga kerja, tenaga ahli, pimpinan perusahaan dan tenaga usahawan. Penduduk merupakan unsur penting dalam kegiatan ekonomi dan dalam usaha untuk membangun suatu perekonomian. Dalam usaha untuk meningkatkan produksi dan mengembangkan kegiatan ekonomi, penduduk memegang peranan penting karena penduduk menyediakan tenaga kerja, tenaga ahli, pimpinan perusahaan dari tenaga usahawan.

Sebagai subjek ekonomi maka penduduklah yang akan dapat menentukan perkembangan ekonomi suatu negara atau daerah menjadi lebih baik atau lebih buruk. Jumlah serta mutu penduduk suatu daerah merupakan unsur penentu yang paling penting bagi kemampuan memproduksi serta standar hidup suatu negara atau daerah. Namun demikian, yang paling utama mengapa masalah penduduk ini sangat menarik perhatian para pakar


(59)

ekonomi adalah karena penduduk itu merupakan sumber tenaga kerja, human resource, disamping sumber faktor produksi skill. (Rosyidi, 2002 : 87).

Dengan peranan penduduk sebagai sumber tenaga kerja dan faktor produksi skill maka dengan jumlah yang besar dengan kualitas yang baik pada suatu daerah yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah penduduk yang besar, produksi suatu dalam GBHN tahun 1993, disebutkan bahwa penduduk yang besar jumlahnya merupakan sumber daya manusia yang potensial dan produktif bagi pembangunan.

Apabila suatu negara mempunyai jumlah penduduk yang sedikit maka penduduk itu akan mampu memanfatkan sumber-sumbernya dengan seefesien mungkin sebagaimana yang mungkin dihasilkan jika saja jumlah penduduknya besar. Dalam keadaan seperti ini, usaha untuk mewujudkan produksi secara besar-besaran sangatlah tidak mungkin. Dan sebaliknya, apabila suatu daerah menderita over population, maka penduduk dapat memanfaatkan tanah ataupun modalnya seefisien mungkin, namun dengan demikian karena penduduk terlalu banyak maka hasil yang diterima setiap orang pun akan menjadi sangat kecil.(Rosyidi, 1999 : 92).


(60)

Untuk menanggulangi masalah tingginya jumlah penduduk maka pemerintah mempunyai suatu kebijakan yaitu program transmigrasi dan penyaluran tenaga kerja ke luar negeri.

Penduduk adalah suatu negara memiliki penduduk yang terlalu sedikit, maka mungkin sekali itu tidak akan mampu untuk memanfaatkan sumber-sumbernya dengan seefesien mungkin, sebagaimana yang mungkin akan dihasilkan jika saja jumlah penduduknya lebih besar. (Rosyidi, 2001 : 85).

Penduduk adalah sejumlah orang yang mendiami suatu tempat atau wilayah tertentu. Dalam hal ini penduduk adalah manusia yaitu yang memegang peranan penting dalam kegiatan ekonomi karena penduduk merupakan tenaga kerja, tenaga ahli, pimpinan perusahaan dan tenaga usahawan. (Anonim 2000 : 11).

Jadi penduduk adalah sejumlah orang yang mendiami suatu tempat atau wilayh tertentu. Dalam hal ini manusia yaitu yang memegang peranan penting dalam kegiatan ekonomi, antara lain yaitu :

1. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk yang sangat besar, apabila dapat dibina dan dikerahkan sebagai tenaga kerja yang efektif akan merupakan modal pembangunan yang besar dan sangat menguntungkan bagi usaha pembangunan di segala bidang, jika tidak demikian, maka akan timbul


(61)

pengangguran dan problem sosial yang dapat melemahkan ketahanan nasional.

2. Komposisi Penduduk

Komposisi penduduk adalah susunan penduduk berdasarkan suatu pendekatan tertentu. Masalah-masalah yang muncul dari komposisi penduduk yang tidak seimbang jika tidak teratasi maka akan timbul kegoncangan sosial.

3. Persebaran Penduduk

Persebaran penduduk yang ideal adalah persebaran yang sekaligus dapat memenuhi persyaratan kesejahteraan dan keamanan yaitu persebaran yang proposional.

4. Kualitas Penduduk

Faktor yang mempengaruhi kualitas penduduk ialah faktor fisik meliputi kesehatan, gizi, dan kebugaran dan faktor non fisik meliputi mentalitas dan intelektualitas. (Anonim, 1999 : 12).

2.2.6.2. Teori Pertumbuhan Penduduk Ekonomi Menurut Adam Smith

Menurut Smith penduduk meningkat apabila tingkat upah yang berlaku lebih tinggi daripada tingkat upah subsistensi yaitu tingkat upah yang pas-pasan untuk seseorang agar dapat mempertahankan hidupnya


(62)

apabila tingkat upah berada di atas tingkat subsistensi maka orang-orang akan kawin pada usia lebih muda, kematian anak-anak berkurang dan jumlahkelahiranbertambah. Sebaliknya jumlah penduduk akan berkurang apabila tingkat upah yang berlaku jauh di bawah tingkat upah subsistensi.

Dalam hal ini kematian anak-anak meningkat dan banyak perkawinan ditunda, terlihat jelas di peranan sentral dari tingkat upah sebagai pengatur pertumbuhan penduduk.

Menurut smith yang menentukan tingkat upah adalah tarik menarik antara kekuatan permintaan dan penawarannya. Smith mengatakan bahwa tingkat upah tinggi dan meningkat apabila permintaan akan tenaga kerja tumbuh lebih cepat daripada penawaran akan tenaga kerja. Reaksi pertumbuhan penduduk karena peningkatan permintaan akan tenaga kerja memerlukan waktu, sehingga apabila permintaan tumbuh dengan cepat maka tingkat upah akan bertahan pada tingkat upah yang tinggi atau beberapa waktu sungguh meningkat, menurut smith yang menentukan permintaan tenaga kerja adalah stok kapital yang tersedia dan tingkat output masyarakat, sebab tenaga kerja diminta karena dibutuhkan dalam proses produksi. (Boediono, 2001 : 13).


(63)

2.3. Kerangka Pikir

Kebutuhan masyarakat di Indonesia yang berkaitan dengan kebutuhan pokok, dalam hal ini pangan dapat dipenuhi oleh komoditi beras. Peranan beras tidak dapat dengan mudah digantikan oleh barang substitusi lainnya, hal tersebut dikarenakan beras mempunyai beberapa fungsi antara lain sebagai status sosial bagi sebagian masyarakat. Oleh karena itu penyediaan beras untuk kebutuhan masyarakat perlu diperhatikan yaitu dengan persediaan beras dalan negeri, apabila persediaan beras dalam negeri kurang, maka impor sangat diperlukan.

Jumlah permintaan beras dipengaruhi oleh banyak faktor tapi dalam penelitian ini hanya dibatasi pada faktor-faktor antara lain, produksi beras, harga beras lokal, kurs rupiah terhadap dollar dan jumlah penduduk.

Apabila produksi beras(X1) rendah atau menurun karena gagal panen (paceklik) maka menyebabkan persediaan beras sedikit dan menurun sehingga permintaan beras impor menjadi meningkat (Soeratno, 2000 : 22).

Faktor lain yang dapat menyebabkan meningkatnya impor beras adalah jika terjadi kenaikkan pada harga beras lokal(X2) lewat efek harga dunia yang menyebabkan permintaan beras lokal menurun, ditambah lagi dengan musim kemarau yang terjadi di beberapa daerah (Tambunan, 2003 : 204)

Selain itu jika terjadi kenaikan kurs rupiah terhadap dollar (X3) maka paritas daya beli masyarakat akan menurun, hal ini disebabkan karena kurs


(64)

valuta asing mengalami kenaikan, maka nilai mata uang rupiah akan mengalami penurunan. Dengan naiknya nilai mata uang asing maka jumlah uang yang dibayarkan otomatis lebih besar dari barang yang diterima sehingga permintaan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan akan beras menjadi berkurang yang pada akhirnya menyebabkan kegiatan impor beras menjadi turun. (Soeratno, 2001 : 21)

Yang harus diperhatikan lagi adalah jumlah penduduk(X4) karena besar kecilnya jumlah penduduk akan menentukan juga jumlah permintaan beras. Banyak orang memperkirakan bahwa dengan laju pertumbuhan penduduk didunia yang tetap tinggi setiap tahun sementara lahan yang tersedia untuk kegiatan pertanian semakin sempit, sedangkan permintaan akan kebutuhan beras meningkat, maka impor beras sangat sangat dibutuhkan (Tambunan, 2003 : 175).


(65)

Gambar 5 : Kerangka pikir analisis faktor-faktor yang mempengaruhi

impor beras di Indonesia

Sumber : Peneliti Harga Beras lokal

(X2)

Produksi Beras

(X1)

Kurs rupiah terhadap dollar

(X3)

Jumlah penduduk

(X4)

Impor Beras

Di Indonesia

(Y) Ketersediaan

Beras

konsumsi

Beras

Kebutuhan beras

Kemampuan daya beli masyarakat


(66)

2.4. Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan sementara yang masih belum teruji kebenarannya dan masih harus dibuktikan secara empiris berdasarkan fakta-fakta yang ada. Hipotesis akan ditolak jika memang salah atau diterima jika fakta-fakta membenarkan. Berdasarkan pokok-pokok permasalahan yang telah dikemukakan diatas maka dapat dirumuskan hipotesis yang merupakan kesimpulan sementara terhadap permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Diduga secara simultan bahwa Produksi beras, Harga beras lokal, Kurs Rupiah terhadap Dollar dan Jumlah Penduduk berpengaruh terhadap Impor Beras Di Indonesia.

2. Diduga secara parsial bahwa Kurs Rupiah terhadap Dollar mempunyai pengaruh paling dominan terhadap Impor Beras Di Indonesia.


(67)

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional dan pengukuran variabel adalah pernyataan tentang definisi dan pengukuran variabel-variabel penelitian secara operasional berdasarkan teori yang ada maupun pengalaman-pengalaman empiris.

Untuk memperjelas terhadap masing-masing variabel yang diamati, maka pengukuran terhadap variabel-variabel tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Variabel terikat (Dependent Variable) :

Yang menjadi variabel terikat (Y) Yaitu Permintaan beras impor di Indonesia. Permintaan adalah jumlah barang (beras) impor yang tersedia yang masuk Indonesia (dalam satuan ton)

b. Variabel bebas (Independent variable) terdiri dari : 1. Produksi Beras (X1)

Tabungan pada dasarnya merupakan sisa pendapatan yang tidak dikonsumsikan yang disimpan dalam lembaga keuangan. Variabel ini dinyatakan dalam satuan Ton.

2. Harga Beras Lokal (X2)

Harga beras merupakan harga rata-rata beras kualitas medium pada berbagai pasar di Indonesia dalam sastuan (Rp)


(68)

3. Kurs Rupiah Terhadap Dollar (X3)

Harga atau nilai mata uang suatu negara dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain. Variabel ini dinyatakan dalam satuan Rupiah (Rp).

4. Jumlah Penduduk (X4)

Jumlah Penduduk adalah Sejumlah manusia yang memegang peranan penting dalam kegiatan ekonomi di suatu wilayah tertentu dan merupakan faktor penting dalam membangun suatu perekonomian. Variabel ini dinyatakan dalam satuan Jiwa

3.2. Teknik Penentuan Data

Dalam penulisan ini data yang digunakan adalah data berkala (Time Series Data) yaitu data dari tahun ke tahun selama selama 15 tahun sejak tahun 1995 sampai 2009.

3.3. Jenis dan Sumber Data

3.3.1. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data sekunder yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan dari instansi-instansi atau lembaga yang ada hubungannya dalam penelitian ini.


(69)

3.3.2. Sumber Data

Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini berasal dari : a. Kantor Departemen Perindustrian dan Perdagangan cabang Surabaya. b. Kantor Badan Pusat Statistik (BPS) cabang Surabay

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data, dalam penelitian ini dilakukan dengan cara : a. Studi kepustakaan (Library Research)

yaitu teknik pengumpulan data dengan telaah atau studi dari berbagai laporan kegiatan penelitian, buku-buku atau literatur-literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang ada dalam penelitian ini.

b. Studi lapangan (Field Research)

yaitu suatu pengamatan dan pencatatan sistematis dan teratur dilapangan mengenai obyek yang sedang diteliti untuk memperoleh data yang berkaitan dengan permasalahan yang ada dalam penelitian ini. Studi lapangan dilakukan dengan cara :

Dokumentasi, yaitu mencatat dan mengambil data berupa laporan-laporan yang berhubungan dengan masalah yang dibahas dengan menggunakan alat berupa kamera, komputer, dan perekam suara.


(70)

3.5. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.5.1. Teknik Analisis

Untuk menganalisis pengaruh yang disebutkan dalam hipotesis diatas maka analisa data ini dilakukan dengan menggunakan model regresi linier berganda dengan asumsi BLUE (Best Linier Unbiased Estimate) untuk mengetahui koefisiensi pada persamaan tersebut betul-betul linier (tidak bias). Model ini menunujukkan hubungan spesifik antara variabel-variabel bebas dan terikat.

Bentuk perumusannya sebagai berikut :

Y = βo + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4+ u...(Sulaiman, 2004 :80).

Dimana:

Y = Impor Beras di Indonesia

X1 = produksi beras

X2 = harga beras lokal

X3 = kurs rupiah terhadap dollar X4 = jumlah penduduk

β0 = Konstanta β1, β2, β3, β4, = Koefisien Regresi

u = Variabel Pengganggu (residual)

Untuk lebih mengetahui apakah suatu model tersebut cukup layak digunakan kedalam pembuktian selanjutnya dan untuk mengetahui sejauh mana variabel


(71)

bebas dapat mempengaruhi variabel terikat, maka untuk itu perlu diketahui koefisien determinasinya atau R2 dengan menggunakan rumus :

R2 = KT Regresi ...(Soelistyo, 2001 : 325).

KT Galat

Keterangan :

R2 = Koefisien Determinasi. JK = Jumlah Kuadrat

Dimana:

JK Regresi = b1∑YiX1 + b2∑YiX2 +………. +bn∑YiXn

JK Total = ∑Yi atau

∑Yi-2

   Σ

n Y

Jadi R2 = R2 = bYίX1 + bYίX2 + bYίX3+bYίX4 ΣYί²

Karakteristik utama dari R2 adalah:

1. Nilai R2 non negatif, merupakan rasio dari jumlah kuadrat. 2. Batas nilai R2 adalah 0 < R2 > 1

a. Batas nilai R2 sama atau mendekati 0, maka tidak ada hubungan antara variabel X dengan variabel Y.


(72)

b. Apabila R2 sama atau mendekati 1, maka terjadi kecocokan sempurna antara garis regresi dengan kelompok data hasil dari observasi.

3.5.2. Uji Hipotesis

Untuk menguji pengaruh variabel bebas (X1, X2, X3, X4) terhadap variabel terikat Y maka digunakan :

a. Uji F

Uji F dipergunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikat dengan menggunakan rumus :

F hitung = KT Regresi ...(Soelistyo, 2001 : 325).

KT Galat

Keterangan :

KT = Kuadrat Tengah Galat = Error = Residual

Dengan derajat kebebasan sebesar ( k, n – k – 1 )

Keterangan :

n = Jumlah Sampel

k = Jumlah Parameter Regresi

Dengan ketentuan :

Ho : β 1 = β2 = β3 = β4 = 0 (Tidak ada pengaruh) Hi : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ β4≠ 0 (Ada pengaruh)


(73)

Kaidah pengujiannya:

1. Apabila F hitung ≤ F tabel, maka Ho diterima dan Hi ditolak, artinya variabel bebas tidak mempengaruhi terhadap variabel terikat. secara simultan.

2. Apabila Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak dan Hi diterima,

artinya variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat secara simultan.

Gambar 6 : Kurva Distribusi Penolakan / Penerimaan Hipotesis Secara Simultan.

Daerah penolakan Ho

Daerah penerimaan Ho

F (α)

Sumber : Soelistyo, 2001, Dasar-Dasar Ekonometrika, BPFE UGM, Yogyakarta, Halaman 326.

b. Uji t

Uji t dipergunakan untuk menguji hubungan antara pengaruh dari masing-masing variabel bebas dan secara parsial atau individu atau secara terpisah terhadap variabel terikat, dengan dirumuskan :

t hitung = βi ...(Gujarati, 1997 : 74).


(74)

Dengan derajat kebebasan sebesar (n-k-l)

Dimana :

βi = Variabel bebas ke i Se = Standart Error

n = Jumlah sampel

k = Jumlah parameter regresi

Dengan ketentuan:

Ho : βi = 0 (tidak ada pengaruh) Hi : βi ≠ 0 (ada pengaruh)

Kaidah pengujiannya :

1. Apabila t hitung ≤ t tabel, maka Ho diterima dan Hi ditolak, yang artinya secara parsial tidak ada pengaruh variabel bebas dengan variabel terikat.

2. Apabila t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Hi diterima, yang artinya secara parsial variabel bebas ada pengaruh dengan variabel terikat.


(75)

Gambar 7 :

Kurva Distribusi Penolakan / Penerimaan Hipotesis Secara parsial

Ho ditolak Daerah penerimaan Ho ditolak Ho

(-t α / 2 ; n-k-l) (t α / 2 ; n-k-l)

Sumber : Widarjono. Agus, 2005, Ekonometrika Teori dan

Aplikasi, Edisi Pertama, Ekonosia FE UII, Yogyakarta, Halaman 59.

Untuk mengetahui apakah model analisis tersebut layak digunakan dalam pembuktian selanjutnya dan untuk mengetahui sejauh mana variabel bebas mampu menjelaskan variabel terikat maka perlu diketahui nilai

adjusted R2 atau koefisien nilai determinasi dengan menggunakan rumus: Jadi R2 = JK Regresi ………...(Sulaiman, 2004 : 86).

JK Total

Dimana:

R2 = koefisien determinasi JK total = jumlah kuadrat

Karateristik utama dari R2 adalah :

a. Tidak mempunyai nilai negatif


(76)

3.6. Uji Asumsi Klasik

Tujuan utama penggunaan uji asumsi klasik adalah untuk mendapatkan koefisien regresi linier yang terbaik dan tidak bias atau harus bersifat BLUE (Best Linier Unbiassed Estimator), karena apabila terjadi penyimpangan terhadap asumsi klasik tersebut, uji t dan uji F yang dilakukannya menjadi tidak valid dan secara statistik dapat mengacaukan kesimpulan yang diperoleh. Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE, maka harus dipenuhi diantaranya 3 asumsi dasar, yaitu :

1. Tidak boleh ada autokorelasi 2. Tidak boleh ada multikolinier 3. Tidak boleh ada heteroskedastis

Apabila salah satu dari ketiga asumsi dasar tersebut dilanggar, maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE (Best Linier Unbiassed Estimate), sehingga pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t menjadi bias. Sifat dari BLUE itu sendiri adalah :

a. Best : Pentingnya sifat ini bila diterapkan dalam uji signifikan data terhadap α dan β serta membuat interval keyakinan taksiran-taksiran.

b. Linier : Sifat ini dibutuhkan untuk memudahkan dalam penafsiran.


(77)

parameter diperoleh dari sampel besar kira-kira lebih mendekati nilai parameter sebenarnya.

d. Estimator : e (kesalahan) penaksiran linier kuadrat terkecil, artinya diharapkan sekecil mungkin.

Tiga dari asumsi dasar tersebut yang tidak boleh dilanggar dalam regresi linier berganda :

a. Autokorelasi (Auto Correlation)

Autokorelasi adalah korelasi (hubungan) yang terjadi diantara anggota-anggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam lingkaran waktu (seperti pada kurun waktu atau time series) atau yang tersusun dalam rangkaian ruang (seperti pada data silang waktu atau


(1)

didukung juga dengan nilai signifikansi dari Jumlah Penduduk (X4) sebesar 0,557 yang lebih besar dari 0,05.

Nilai r2 parsial untuk variabel Jumlah Penduduk sebesar 0,035 yang artinya Jumlah Penduduk (X4) secara parsial mampu menjelaskan variabel terikat Impor Beras(Y) sebesar 3,5 %, sedangkan sisanya 96,5 % tidak mampu dijelaskan oleh variabel tersebut.

Kemudian untuk mengetahui variabel mana yang berpengaruh paling dominan empat variabel bebas terhadap Impor Berasdi Indonesia : Produksi Beras (X1), Harga Beras (X2), Kurs Rupiah Terhadap Dollar (X3), dan Jumlah Penduduk (X4) dapat diketahui dengan melihat koefisien determinasi parsial yang paling besar, dimana dalam perhitungan ditunjukkan oleh variabel Produksi Beras dengan koefisien determinasi parsial (r2) sebesar 0,370 atau sebesar 37 %.

4.3.4. Pembahasan

Dengan melihat hasil regresi yang didapat maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa untuk Impor Beras:

Produksi Beras tidak berpengaruh secara nyata (tidak signifikan) terhadap Impor Beras. Hal ini disebabkan karena Produksi Beras yang dihasilkan sudah memiliki suatu proses yang bisa menciptakan atau menambah nilai, guna atau manfaat sehingga tidak mempengaruhi impor beras.


(2)

88

produksi oleh dalam negeri dan harga beras lokal semakin murah sehingga tidak perlu melakukan impor beras.

Kurs Rupiah Terhadap Dollar tidak berpengaruh nyata (tidak signifikan) terhadap Impor Beras. Hal ini disebabkan karena sudah stabilnya kondisi ekonomi makro,sehingga kurs yang mengalami depresiasi demi untuk meningkatkan ekspor tetapi pada masa yang akan datang kurs dengan sendirinya akan stabil sehingga tidak mempengaruhi impor beras.

Jumlah Penduduk tidak berpengaruh nyata (tidak signifikan) terhadap Impor Beras. Hal ini disebabkan karena kebutuhan masyarakat akan beras sudah dapat dipenuhi dikarenakan tiga tahun ini beras di Indonesia memiliki hasil produksi yang memuaskan bahkan sudah bisa mengekspor ke luar negeri.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan pada bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Setelah dilakukan uji statistik untuk mengetahui pengaruh secara simultan antara variabel bebas Produksi Beras (X1), Harga Beras (X2), Kurs Rupiah Terhadap Dollar (X3) dan Jumlah Penduduk (X4) terhadap variabel terikatnya Impor Beras(Y) yang berati bahwa secara keseluruhan faktor-faktor variabel bebas berpengaruh secara simultan dan nyata terhadap Impor Beras.

2. Pengujian secara parsial atau individu Produksi Beras (X1) terhadap Impor Beras(Y) tidak berpengaruh secara nyata dan positif terhadap Impor Beras (Y). Hal ini disebabkan karena Produksi Beras yang dihasilkan sudah memiliki suatu proses yang bisa menciptakan atau menambah nilai, guna atau manfaat sehingga tidak mempengaruhi impor beras.

3. Pengujian secara parsial atau individu Harga Beras (X2) terhadap Impor Beras (Y) berpengaruh secara nyata positif terhadap Impor Beras (Y). Hal ini disebabkan karenaproduksi beras di Indonesia sudah mengalami produksi yang meningkat sehingga kebutuhan permintaan beras akan terpenuhi oleh produksi oleh dalam negeri dan harga beras lokal semakin murah sehingga tidak perlu melakukan


(4)

90

4. Pengujian secara parsial atau individu Kurs Rupiah Terhadap Dollar (X3) terhadap Impor Beras (Y) tidak berpengaruh secara nyata negatif terhadap Impor Beras(Y). Hal ini disebabakan karena sudah stabilnya kondisi ekonomi makro,sehingga kurs yang mengalami depresiasi demi untuk meningkatkan ekspor tetapi pada masa yang akan datang kurs dengan sendirinya akan stabil sehingga tidak mempengaruhi impor beras.

5. Pengujian secara parsial atau individu Jumlah Penduduk (X4) terhadap Impor Beras(Y) tidak berpengaruh secara nyata terhadap Impor Beras (Y). Hal ini disebabkan karena kebutuhan masyarakat akan beras sudah dapat dipenuhi dikarenakan tiga tahun ini beras di Indonesia memiliki hasil produksi yang memuaskan bahkan sudah bisa mengekspor ke luar negeri.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka berikut ini diketahui beberapa saran sebagai bahan pertimbangan sebagai berikut :

1. Pemerintah membuat kebijakaan moneter agar mejaga perkembangan ekonomi makro tetap stabil agar harga untuk keperluan petani tidak meningkatseprti pupuk.

2. Pemerintah membuat kebijakaan tarif impor beras supaya tidak mendorong membajirnya beras impor.

3. Pemerintah membuat kebijakaan untuk membuat sarana produksi strategis dalam usaha tani padi.


(5)

Agus, FX, dkk, 2006, “Analisis Kelayakan Usahatani Padi Pada Sistem Pertanian

Organik di Kabupaten Bantul”, Skripsi UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya.

Anonim, 1993, Neraca Bahan Makanan, BPS Jawa Timur, Surabaya.

───── ,1996, Neraca Bahan Makanan, BPS Jawa Timur, Surabaya.

Algifari, 2000. Analisis Regresi Teori Kasus dan Solusi, Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta. Amang, B dan Husein Sawit, M, 2001, Kebijakan Beras dan Pangan Nasional:Pelajaran dari

Orde Baru dan Orde Reformasi, Edisi kedua, IPB Press, Bogor.

Ariel, 2004, “Analisis faktor-fator yang Mempengaruhi Permintaan Beras Impor di Jawa

Timur”. Skripsi UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya.

Blakesle, Smith, 1995, Bahasa Perdagangan, Penerbit ITB Bandung, Bandung.

Boediono, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi, No. 1 Ekonomi Mikro, edisi 2, BPFE-UGM, Yogyakarta.

─────, 2001, Ekonomi Internasional Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 3, BPFE-UGM, Yogyakarta.

Gujarati, Damodar, 1997, Ekonometrika Dasar, Penerbit Erlangga, Jakarta.

---, 1999, Ekonometrika Dasar, Edisi Pertama, Cetakan Keenam, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Hady, Hamdy, 2001. “Teori dan Kebijakan Keuangan Internasional”, Penerbit Oleh Anggota IKAPI.

Hartini, 2006, “Analisis Beberapa Faktor yang Berpengaruh Terhadap Permintaan Beras Impor

di Jawa Timur”. Skripsi UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya.

Krugman, Paul R. dan Obstfeld, Maurice. 2004, Ekonomi Internasional Teori Dan Kebijakan, Edisi Kelima, PT. Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta.


(6)

Rosyidi, Suherman, 2004, “Pengantar Teori Ekonomi”, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Samuelson, Paul. A, dan Nordhaus, William, Mikro Ekonomi, Edisi Keenam,Penerbit Erlangga,

Jakarta.

Sawit, M.Husein, 2001, Ekonomi dan Keuangan Indonesia, (Jurnal Triwulan Ek/ Vol XLIII No 4 “Harga Dasar Gabah Th 2001 dan Subsidi”), Penerbit LPEM FE-VI, Jakarta.

Sobri, Ekonomi Internasional Teori Masalah dan Kebijaksanaanya, BPFE-VII, Yogyakarta. Soekartawi, 1993, Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasi, edisi Revisi, Jakarta. Soelistyo, 2001. Dasar-Dasar Ekonometrika, Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta.

Soeratno, Pengantar Teori Mikro Ekonomi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sulaiman, Wahid, 2004. Analisis Regresi Menggunakan SPSS, Penerbit Andi, Yogyakarta. Sukirno, Sadono. 2002, Makro Ekonomi, Edisi Kesatu, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. _____________. 2003, Pengantar Teori Mikro Ekonomi, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada,

Jakarta.

.2004, Teori Pengantar Makro Ekonomi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Suryana, A, 2003, Kapita Selekta Evolusi Pemikiran Kebijakan Pangan, Yogyakarta

Tambunan Rusdin, 2007, Studi Kasus, Efektifitas Kebijakan Distribusi Pupuk dan Pengadaan

Beras di Propinsi Sumatera Barat, Kasubid, Kelembagaan Koperasi dan Peneliti pada Deputi

Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK.

Tambunan, Tulus, 2003, Perkembangan Sektor Pertanian, Penerbit, Ghalia Indonesia. Tianti, 1999, “Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Beras di Daerah

Tingkat I Jawa Timur”. Skripsi UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya.

Widarjono, Agus, 2005. Ekonometrika, Teori dan Aplikasi, Edisi Pertama, Penerbit Ekonisia FE UII, Yogyakarta.

Yusnita, 1999, “Analisa tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pengadaan beras di Jawa