UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
teknik  pengujian  keabsahan  menjadi  7  teknik.  Bungin,  2008:254. Adapun teknik-teknik yang digunakan pada penelitian ini yaitu:
1 Ketekunan Pengamatan
Pada  teknik  ini  dilakukan  dengan  meningkatkan  ketekunan  dalam pengamatan  di  lapangan.  Pengamatan  bukan  hanya  mengandalkan
kemampuan pancaindra namun juga menggunakan semua pancaindra. 2
Triangulasi Triangulasi  adalah  teknik  untuk  menguji  kreadibilitas  data  yang
dilakukan  dengan  cara  mengecek  pada  sumber  yang  sama  tetapi dengan  teknik  yang  berbeda.  Triangulasi  dalam  penelitian  diartikan
sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dan berbagai teknik. 3
Pengecekan Melalui Diskusi Diskusi  dengan  berbagai  kalangan  yang  memahami  masalah
penelitian.  Diskusi  bertujuan  untuk  menyingkapkan  kebenaran  hasil penelitian. Diskusi  ini dapat dilakukan dengan teman sejawat ataupun
dosen. 4
Kajian Kasus Negatif Kajian  kasus  negatif  dilakukan  dengan  jalan  mengumpulkan  contoh
dan kasus yang tidak sesuai dengan dan kecenderungan informasi yang telah dikumpulkan dan digunakan sebagai bahan pembanding.
3.6. Teknik Analisis Data
Pada  bagian  ini  peneliti  menentukan  teknik  yang  seperti  apa  yang  akan digunakan  dalam  menyalin  atau  merekam  data  penelitian.  Teknik  analisis  data
yang digunakan pada penelitian ini:
a. Pengumpulan  Data,  kegiatan  pengumpulan  data  pada  penelitian
ini  adalah  dengan  menggunakan  wawancara  dan  studi
dokumentasi.
b. Reduksi  Data,  proses  pemilihan,  pemusatan  perhatian,  pada
penyederhanaan  dan  transformasi  data  kasar  yang  mucul  dari catatan-catatan  tertulis  di  lapangan.  Reduksi  data  dimaksudkan
untuk  lebih  menanjamkan,  menggolongkan,  mengarahkan,
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
membuang bagian
data yang
tidak diperlukan,
serta mengorganisasi  data  sehingga  memudahkan  untuk  dilakukan
penarikan kesimpulan. Idrus, 2009:150. c.
Display  Data,  pendeskripsian  sekumpulan  informasi  tersusun yang  memberikan  kemungkinan  adanya  penarikan  kesimpulan
dan pengambilan tindakan. d.
Verifikasi  dan  Penegasan  Kesimpulan,  penarikan  kesimpulan, berupa  kegiatan  interpretasi,  yaitu  menemukan  makna  data  yang
telah disajikan.
Universitas Sumatera Utara
44 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Proses Penelitian
Peneliti  memulai  wawancara  pertama  sekali  pada  tanggal  16  Juni  2016. Proses  turun  lapangan  dapat  dikatakan  memakan  waktu  yang  lama  disebabkan
oleh  sulitnya  mendapatkan  informasi  mengenai  keberadaan  kantor  BKPEKDT dan proses izin dari pihak mereka untuk diwawancarai.
Kesulitan  yang  peneliti  alami  bermula  dari  tidak  adanya  izin  pihak BKPEKDT untuk melakukan wawancara. Saat pertama peneliti turun ke lapangan
pada  tanggal  7  Juni  2016,  peneliti  menemui  seorang  pegawai  wanita  disana bernama  Juliana  Pasaribu.  Dari  Kak  Juliana  inilah  peneliti  menjelaskan
kedatangan peneliti. Singkat cerita peneliti  menanyakan kepada  beliau  mengenai izin  wawancara  peneliti,  karena  beliau  berjanji  akan  menayakan  terlebih  dahulu
kepada  atasannya  guna  mengetahui  soal  izin  penelitian,  tetapi  setelah  beberapa hari  berselang  peneliti  tidak  diizinkan  untuk  melakukan  wawancara.  Beliau
mengatakan  atasannya  tidak  memberikan  izin  dan  apa  yang  dibutuhkan  peneliti tidak ada pada mereka.
Tanggal 16 Juni peneliti kembali ke lapangan dengan membawa surat izin penelitian,  peneliti  diantarkan  oleh  petugas  keamanan  bertemu  dengan  seorang
pegawai  disana.  Pegawai  itu  bernama  Bang  Reza.  Bang  Reza  pada  awalnya enggan  untuk  diwawancarai  karena  seharusnya  beliau  memberitahukan  dulu
kepada  atasannya  bahwa  peneliti  akan  melakukan  wawancara  tetapi  setelah peneliti  berusaha  akhirnya  beliau  mau  dijadikan  narasumber.  Bang  Reza
merupakan  informan  pertama  pada  penelitian  ini  sekaligus  termasuk  sebagai gatekeeper  untuk  memberikan  petunjuk  selanjutnya  tentang  siapa  yang  akan
diwawancarai dalam memenuhi objek penelitian. Selanjutnya  peneliti  berusaha  untuk  menjumpai  atasan  Bang  Reza  untuk
diwawancarai  yaitu  Pak  Ardhi  namun  karena  jadwal  beliau  yang  sibuk  beliau menjadi  jarang di kantor dan sulit untuk ditemui.  Akhirnya pada tanggal 20 Juni
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2016  peneliti  mewawancarai  Bang  Aidil.  Wawancara  dengan  Bang  Aidil  ini berjalan dengan lancar dan beliau menerima peneliti dengan baik.
Pada  tanggal  24  Juni  2016,  peneliti  kembali  mendatangi  kantor BKPEKDT. Pada hari  itu  juga peneliti  bertemu dengan Pak  Ardhi, dengan cepat
peneliti  kemudian  menanyakan  kesediaan  beliau  melakukan  wawancara  melalui Bang  Reza.  Reaksi  yang  diberikan  Pak  Ardhi  hampir  sama  dengan  apa  yang
diberikan Bang Reza pertama sekali. Beliau enggan untuk melakukan wawancara, tetapi  setelah  dengan  perbincangan  yang  agak  lama  beliau  setuju  untuk
diwawancarai.  Pada  saat  wawancara  berlangsung  kondisi  di  lapangan  bisa dikatakan tidak kondusif. Terdapat beberapa orang yang berada di dalam ruangan
yang  sama  dengan  tempat  peneliti  melakukan  wawancara.  Orang-orang  tersebut merupakan  anggota  BKPEKDT  juga.  Saat  itu  mereka  sangat  asik  mengobrol
hingga  tertawa  riang  sehingga  mungkin  mereka  tidak  sadar  bahwa  mereka menganggu proses wawancara.
Wawancara  selanjutnya  peneliti  lakukan  pada  27  Juni  2016  dengan  Pak Masdin atas rekomendasi dari Bang Reza. Wawancara yang peneliti lakukan kali
ini  berjalan  dengan  baik  serta  lancar.  Bapak  tersebut  juga  dengan  senang menjelaskan apa-apa saja yang peneliti tanyakan.
Tanggal 28 Juni 2016 peneliti menemui informan kelima yaitu Pak Yusran yang  mana  merupakan  saran  dari  Bang  Reza  juga  selaku  gatekeeper.  Peneliti
melakukan wawancara tanpa ada hambatan.
4.1.2. Hasil Pengamatan dan Wawancara
Informan I
Nama : Abdul Riza
Umur : 33 tahun
Tanggal : 16 Juni 2016
Tempat : Kantor BKPEKDT
Informan pertama dalam penelitian ini adalah Abdul Riza. Pria yang akrab disapa  Reza  ini  lahir  dengan  beragama  Islam  di  Medan  pada  Tanggal  18
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
November  1983.  Pria  berusia  33  Tahun  ini  adalah  ayah  dari  seorang  anak  dan merupakan  lulusan  Teknik  Industri  ITM.  Bang  Reza  ini  sudah  enam  tahun
menjadi  bagian  dari  BKPEKDT.  Walau  masih  tergolong  muda  beliau  sudah diangkat  menjadi  Kepala  Bidang  Penelitian    Pengembangan.  Pria  campuran
Padang  dengan  Mandailing  ini  sebelumnya  bekerja  di  pelayaran  serta  aktif  di organisasi  seperti  Lembaga  Survey  Indonesia.  Beliau  menambahkan  lagi  Ia
senang berorganisasi
apalagi organisasi
yang berhubungan
dengan kemasyarakatan.
Pada  saat  mewawancarai  informan  peneliti  menggunakan  kata  sapaan “Bang” karena menurut peneliti usia beliau masih tergolong muda serta agar lebih
nyaman  saat  berkomunikasi.  Sebelum  peneliti  masuk  ke  pertanyaan,  Bang  Reza mengatakan
bahwa mereka
BKPEKDT mempunyai
website yaitu;
www.laketoba.org. Beliau menuturkan di dalam website tersebut terdapat hal-hal yang  diperlukan  peneliti,  seperti  data-data  kegiatan  maupun  dokumentasi
kegiatan.  Namun  saat  peneliti  mencoba  membuka  website  tersebut  tidak  bisa dibuka.
Menurut  Bang  Reza  strategi  yang  sudah  dilakukan  dalam  usaha memajukan  potensi  pariwisata  di  Danau  Toba  itu  bersifat  secara  tidak  langsung,
dimana tugas mereka mengkoordinasikan pihak-pihak terkait yaitu seperti Kepala Daerah  Setempat,  Gubernur,  Wakil  Gubernur  serta  Lembaga.  Tindakan
mengkoordinasi  pihak-pihak  terkait  dimana  meliputi  perbaikan  ekosistem  yang ada  di  sekitar  Kawasan  Ekosistem  Danau  Toba  yang  mana  ekosistem  itu  seperti
air,  lahan  pertanian  atau  pun  hasil  perikanan.  Perbaikan  ekosistem  ini  nantinya akan berdampak ke pada pariwisata.
“BKPEKDT  ini  tidak  hanya  bercerita  tentang  pariwisata,  dia  bercerita tentang ekosistem. Jadi ekosistem itu kan meliputi lingkungan dan pariwisata lah
kan,  tapi  BKPEKDT  ini  sebenarnya  dia  lebih  condong  ke  lingkungan,  sekitar lingkungan tapi berdampak ke pariwisata contohnya kayak ini, apa, kita kegiatan
danau toba award, danau toba award itu bertujuan kita memotivasi masyarakat di  sekitar  situ  kayak  kita  beri  penghargaanlah.  Pokoknya  gitulah  dia  bakor  ini.
Udah  itu,  istilah  nya  yaitulah  dia,  ini  kan  lingkungan  yang  berdampak  kepada pariwisata  itu  contohnya  kegiatan  forum  perkapalan,  di  forum  perkapalan  itu
bakor ini mencoba berkoordinasi menyampaikan sama mereka kayak pesan-pesan inilah:  jangan  buang  oli  di  danau,  jangan  buang  sampah  sembarang,  itu  kita
sampaikan ke mereka, cara menyampaikan itu di dalam forum.”
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Menurut  narasumber  kegiatan  yang  telah  yang  telah  dilakukan  berkisar mengenai  lingkungan  dimana  membuat  berbagai  kegiatan  percontohan  seperti
dalam  bentuk  event  yang  nantinya  akan  mengajak  dan  diikuti  oleh  masyarakat. Contoh kegiatan yang mereka lakukan berkisar seperti kegiatan stimulant, dimana
kegiatan  tersebut  mengajak  masyarakat  untuk  lebih  memperhatikan  lingkungan. Event-event  yang  telah  mereka  laksanakan,  meliputi:  Gerakan  Aku  Cinta  Danau
Toba, Gerakan Pengendalian Sampah, Clean Up Danau Toba. kegiatan ini adalah dengan cara mereka langsung ke danau untuk membersihkan sampah.
Saat  menyampaikan  setiap  kegiatan  Bang  Reza  mengungkapkan  lebih sering  melakukan  pemberitahuan  secara  langsung  atau  tatap  muka,  dimana
biasanya  mereka  langsung  mendatangi  kantor-kantor  daerah  setempat  untuk melakukan  kerjasama  guna  menjalankan  sebuah  acara.  Setelah  mengkoordinasi
dengan  kepala  daerah  biasanya  mereka  mendatangi  sekolah-sekolah  yang  ada  di sekitaran  Kawasan  Danau  Toba  untuk  kemudian  memberitahu  melalui  pihak
sekolah  Kepala  sekolah  untuk  mengajak  anak-anak  sekolah  tersebut  untuk mengikuti  kegiatan  yang  akan  berlangsung.  Kegiatan  yang  di  lakukan  berupa
membagikan bibit-bibit tanaman untuk kemudian di tanam anak sekolah tersebut. Beliau menuturkan kegiatan ini dilakukan kepada anak usia sekolah agar mereka
mengerti dan nantinya ketika dewasa akan lebih mencintai lingkungan. Pada usia ini  merupakan  usia  terbaik  bagi  mereka  untuk  mempelajari  lingkungan.  Sekolah
yang  dipilih  pun  dilakukan  dengan  cara  acak  dimana  setelah  itu  barulah  mereka melakukan komunikasi dengan Kepala Sekolah terpilih.
“Kayak  macam  Gerakan  Aku  Cinta  Danau  Toba  itu  dia  kita  mengajak anak-anak  sekolah  untuk  melakukan  penanaman  pohon.  Umumnya  itu  kita
mengajak  mereka  itu  misalnya  di  sepanjang  jalan  menuju  sekolah  mereka.  Di kampong-kampung umumnya kan mereka masih jalan. Jadi mereka; ituloh pohon
yang  kita  kita  tanam,  sembari  kita  tanamakan  juga  rasa  kecintaan  mereka terhadap  lingkungan  karna  ya  tujuan  utamanya  itu  kan  kalau  dari  sejak  dini
mereka  sudah  mencintai  lingkungan  yakan,  kan  sudah  terpatri  ketika  sudah dewasa  ya  kan,  jadi  mereka  bisa  lebih  memahami  lingkungan  itu  seperti  apa.
Emang sih yang diajak itu anak SMP dan SMA. ”
Dalam  menyebarkan  informasi  maupun  mengkoordinasikan  pihak-pihak terkait, Bang Reza  lebih senang  menggunakan cara  lama, seperti  melalui diskusi
atau  forum,  yang  mana  dalam  forum  tentunya  langsung  bertatap  muka  kepada
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
lawan  bicara  sehingga  pesan  yang  disampaikan  lebih  terorganisir.  Ketika menyampaikan kegiatan yang akan mereka lakukan kepada masyarakat pun hanya
menggunakan  Baliho,  Poster,  Stiker,  dan  Buletin.  Dimana  isi  pesan  dibuat  se- persuasif mungkin untuk menyampaikan tujuan yang ingin dicapai.
“Ya  berupa  inilah,  kayak  baliho.  Kayak  baliho  itu  ada  kita  pasang  di Sembilan kabupaten kotalah, disitu kita ada pasang dia kayak, salah satu contoh
pesannya: Danau Toba, pokoknya untuk anak cucu lah bahasanya dia.” Adapun  penggunaan  koran  atau  radio  hanya  sekedarnya  saja  ketika  ada
kegiatan berlangsung. Beliau menambahkan lagi, biasanya mereka menggundang atau  memberi  press  release  kepada  wartawan  untuk  kemudian  wartawan
publikasikan. Selain koran, radio juga digunakan untuk menyampaikan kegiatan- kegiatan  yang  mereka  lakukan,  namun  sama  seperti  koran,  radio  yang  mereka
gunakan hanya saat ketika akan berlangsungnya kegiatan. Radio yang digunakan merupakan radio daerah yaitu Radio Green Samosir.
“Televisi  gak  ada,  tapi  kalau  radio  itu  kita  kerjasama  dengan  Radio Green  Samosir  namanya,  jadi  Radio  Green  Samosir  ini  kan  dia  aktif  masalah
lingkungan,  kayak  kegiatan  kita  kadang  kita  undang  mereka  ya  mereka  meliput langsung contohnya kegiatan aku cinta danau toba di tanah ponggol samosir, itu
langsung mereka liput, langsung di publikasi ke masyarakat, karena kan langsung dihadiri sama bupatinya.”
Saat  ditanyakan  kepada  beliau  mengapa  tidak  menggunakan  media berbasis  internet  seperti  Facebook  dan  Twitter,  rencana  untuk  membuat  media
tersebut ada namun belum dapat terealisasi, sementara itu yang mereka punya saat ini hanyalah website.
“Memang  rencana  seperti  itu  ada,  jadikan  mungkin  disekitar  tahun  ini jugalah  nanti  dimunculkan  seperti  facebooknya  BKPEKDT,  nanti  kita
muculkanlah daerah-daerah wisata Danau Toba.” Respon  yang  diberikan  oleh  masyarakat  kepada  kegiatan  yang  dilakukan
biasanya  bernilai  positif,  yang  mana  masyarakatnya  justru  menyarankan  untuk mengulangi  kegiatan  yang  sama  pada  tahun  yang  akan  datang.  Tetapi  dari  segi
wisatawan  tidak  pernah  ada  respon  dikarenakan  tujuan  wisatawan  datang  itu hanya untuk berlibur bukan untuk ikut melakukan kegiatan yang ada disana.
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Media  yang  efektif  menurut  beliau  dalam  penyampaian  pesan  kepada masyarakat adalah melalui media cetak. Dimana media cetak seperti koran dapat
langsung  dibaca  masyarakat,  poster  atau  pun  baliho  dapat  langsung  terlihat  oleh orang-orang yang ada di sekitaran Kawasan Danau Toba.
“Sebenarnya kalau disini kan gini dek, banyak disini bekas-bekas kepala dinas, jadi mereka lebih senang publikasinya itu ya media-media cetak, jadi lebih
senang  itu,  kan  kalau  media  cetak  kan  langsung  dibaca  orang,  tercerna  dia, maklumlah namanya orang tua.”
Kesulitan  yang  dialami  saat  menjalankan  program  tidak  begitu  berat, dimana beliau menuturkan saat mengadakan program tujuannya adalah untuk hal
yang  positif,  sehingga  jarang  ada  kesulitan  yang  dialami.  Jika  pun  mengalami kesulitan  hanya  beberapa  dari  masyarakat  yang  meminta  uang  sebagai  uang
makan  mereka.  Dari  sisi  wisatawan,  menurut  Bang  Reza  tidak  pernah  ada wisatawan  yang  merespon  program  mereka.  Dimana  kegiatan  wisatawan  itu
hanya untuk berlibur. “Kalau kesulitan mungkin tidak begitu terasa, karena umumnya kalau kita
untuk mengajak yang baik, pasti orang mau respon, kalau ada ini-ini sikit tidak begitu  ini  kalilah.  Ya  wajarlah  itu,  namanya  kadang-kadang  kalau  kita  ngajak
orang melakukan pembersihan enceng gondok di kawasan ini, yakan kita ngajak orang ya adalah sedikit uang makannya, paling itu ajalah. Kalau kesulitan yang
gimana-gimana gak ada sih. Wisatawan tidak pernah ada sih ya, karena gini juga sih  umumnya,  wisatawan-wisatawan  ke  danau  toba  cuma  mau  buat  rekreasi,
bukan mau gimana, tapi ada juga dia, paling mereka hanya melakukan penelitian, kayak kemarin ada melakukan kerjasama sama kita mengenai penelitian kualitas
air.”
Program  yang sudah direncanakan dianggap sudah  baik oleh  narasumber, dimana  program  atau  kegiatan  yang  dilaksanakan  dapat  memberitahu  kepada
masyarakat  bagaimana  semestinya  menjaga  lingkungan,  serta  pentingnya kebersihan  Danau  Toba  untuk  masyarakat  sekitar.  Namun  belakangan,
narasumber  menuturkan  bahwa  kurang  adanya  perhatian  dari  pemerintahan sendiri  terhadap  lingkungan  sekitar  Danau  Toba,  beliau  beranggapan  bahwa
pemerintah  hanya  memikirkan  tentang  hasil  yang  akan  di  dapat  dari  pariwisata tanpa memikirkan lingkungan.
“Sebenarnya  kalau  rencana  program  sudah  bagus  kayak  contohnya  kan. Kalau program itu, kalau kita bilang ya sudah bagus sih, cuma karna kita sebatas
berkoordinasi  jadi  paling  yang  perlu  kita  tingkatkan  itu,  kita  terus  mendorong pihak-pihak  yang  terkait  untuk  tetap  eksis  dan  melakukan  secara  stimulant  apa-
apa  yang  jadi  yang  perlu  diperhatikan  di  Danau  Toba.  Karna  kan  kadang,  kita
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
bukan  menjelekkan  apa,  pemerintah  kota  sendiri  tidak  begitu  peduli.  Contohnya ini  kita  bilang,  kalau  bicara  mutu  air,  inikan  sekarang  udah  dengar  juga  kan
tentang Badan Otorita Danau Toba, jadikan itu dia bergerak dibidang pariwisata aja  kan.  Pemerintah  sendiri  aja  tidak  memperhatikan  lingkungannya,  dia  hanya
berpariwisata  aja,  akhirnya  kayak  kerambah-kerambah  itu,  enceng  gondok, itukan.  Tapi  itu-itu  sebagian  sih  udah  kami  kerjakan.  Pokoknya  yang  kami
kerjakan pembersihan enceng gondok, yakan udah itu pengendalian sampah, itu pengendalian  sampah  itu  kita  mengajak,  seperti  kita  buat  event,  acara,  kita
kumpulkan anak-anak sekolah meliputi juga penduduk sekitar kita buat di pantai parbaba,  di  Samosir.  Itulah  kita  ajak  anak-anak  itu  sembari  kita  memberikan
bantuan tong sampah. Itu kita sebut Gerakan Pengendalian Sampah.”
Dalam menjalankan program stimulant ini yang paling menjadi hambatan menurut Bang Reza adalah adalah mengenai masalah anggaran.
“hambatannya? paling masalah anggaran, kalau hambatan sih paling gak ada,  ya  keterbatasan  anggaran  lah  kami-kami  jujur  keterbatasan  anggaranlah
karena  jujur  aja,  karnakan  eheem  yang  kita  buat  kecil-kecilnya  dek.  Caranya yang kita bentuk event-event. “
Ketika  ditanyakan  apa  yang  harus  dilakukan  BKPEKDT  kedepannya setelah  Danau  Toba  masuk  jadi  Destinasi  Pariwisata  Prioritas  Bang  Reza
mengatakan bahwa hal yang harus diperbaiki adalah mengenai sifat atau karakter masyarakat  yang  ada  di  sekitaran  Danau  Toba  yaitu  sifat  melayani  orang.
Membandingkan dengan Pulau Jawa, Bali  serta Aceh  yang  mana  masyarakatnya sudah  sangat  terbuka  dengan  wisatawan  serta  baik  melayani  wisatawan.  Karena
itulah  mereka  membuat  berbagai  forum  termasuk  forum  pendidikan.  Forum pendidikan  ini  nantinya  akan  diwakili  murid-murid  terbaik  untuk  diundang
bersama narasumber yang berkompeten dalam memberitahu mengenai lingkungan di sekitar Danau Toba.
Komunikasi  yang  dijalin  dengan  pihak  pusat  meliputi;  Kementerian Lingkungan  Hidup,  Kementerian  Kehutanan  Lembaga  Penelitian  LIPI  serta
Kementrian  Kelauatan    Perikanan.  Dimana  hal-hal  yang  nantinya  berkaitan dengan Danau Toba akan saling dibagikan.
Di  sisi  lain  Bang  Reza  menambahkan  banyak  sebenarnya  orang  sukses yang bersuku Batak, namun hanya mementingkan diri sendiri. Beliau mengatakan
hal  ini  dikarenakan  terdapatnya  tokoh  yang  mempunyai  peran  penting  di  Tanah
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Batak tersebut namun kepentingan serta apa yang dia miliki tidak beliau bagikan kepada masyarakat sekitar.
“Sebenarnya cemana ya kita bilang, banyak orang-orang kaya umumnya orang-orang Batak banyak yang kaya tapi mereka hanya mentingkan diri mereka
sendiri,  kalau  kamu  pernah  ke  Balige,  ada  namanya  hotel  yang  punyanya  T.B. Silalahi, dia itu marketingnya bagus, banyak  wisatawan-wisatawan yang datang
pake  bus,  tapi  ya  itu,  mereka  hanya  datang  dari  Medan  langsung  hotel,  udah gitu.”
Selain  dari  sifat  mementingkan  diri  sendiri,  yang  menjadi  kesulitan  yaitu sifat  masyarakat  disana  yang  susah  diatur.  Dimana  terkadang  para  pemangku
jabatan  serta organisasi,  komunitas  ataupun  yayasan  di  wilayah  Kawasan  Danau Toba masih tidak saling berkoordinasi.
“kadang kesulitan gini dek, kesulitannya bukan maksudnya apa. Sifat kita yang  susah  di  atur  masih  ada.  Jadi  kadang-kadang  ada  kesannya  pemerintah
PEMKAB nya bekerja sendiri-sendiri.”
Informan II
Nama : Aidil Aksa
Umur : 36 tahun
Tanggal : 20 Juni 2016
Tempat : Kantor BKPEKDT
Peneliti  kemudian  melanjutkan  wawancara  dengan  Bang  Aidil  Aksa. Pertemuan yang terjadi dengan narasumber yang satu ini bisa dibilang tak terduga.
Peneliti  awalnya  berniat  untuk  menemui  Bang  Reza  selaku  gatekeeper  untuk penelitian  ini,  namun  ternyata  beliau  tidak  ada  ditempat,  sehingga  peneliti
memutuskan untuk mewawancarai Bang Aidil saja. Informan kedua dalam penelitian ini adalah Pria kelahiran Bukit tinggi, 4
Mei 1980. Pria ini bernama Aidil Aksa. Di tahun 2016 ini beliau menginjak usia 36 tahun. Bang Aidil yang merupakan lulusan S1 Komputer di Universtitas Putra
Indonesia  Padang  ini  sudah  menikah  dan  memiliki  dua  orang  anak.  Bang  Aidil yang  sebelumnya  merupakan  tenaga  honor  dibadan  lingkungan  hidup,  kemudian
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
masuk  menjadi  anggota  BKPEKDT  pada  Tahun  2010.  Bang  Aidil  sendiri merupakan staf sekretariat dimana tugasnya yaitu membantu para kepala bidang.
Hampir  serupa  dengan  apa  yang  disampaikan  oleh  Bang  Reza  Menurut beliau
tugas dari
BKPEKDT ini
yaitu badan
koordinasi, dimana
mengkoordinasikan  instansi  terkait  dalam  pengelolaan  lingkungan  di  kawasan Danau  Toba.  Instansi  terkait  yang  dimaksud  itu  seperti  badan  lingkungan  hidup
daerah  dan  kementrian  perikanan.  Bentuk  dari  kegiatan  yang  dilakukan merupakan  bentuk  percontohan,  seperti  agroforesti,  kegiatan  aksi  Aku  Cinta
Danau  Toba,  kegiatan  aksi  pengendalian  sampah  dan  segala  kegiatan  berskala kecil untuk lingkungan Ekosistem Kawasan Danau Toba.
Dalam memberitahukan informasi mengenai kegiatan yang akan diadakan, biasanya beliau terlibat secara langsung melakukan hubungan tatap muka dengan
instansi-instansi  terkait  serta  masyarakat  secara  langsung.  Selanjutnya  beliau mendiskusikan  bersama  seperti  apa  baiknya  nanti  jalannnya  acara  serta  siapa-
siapa sajakah yang layak menjadi narasumber. “Kita  kerjasama  dengan  camat,  kita  melibatkan  sekolah,  kita  kerjasama
dengan  kepala  sekolah.  Sebelumnya  kita  survey  dulu  sebelum  melakukan kegiatan.  Kalau  kegiatan  aku  cinta  danau  toba  ini  kita  melibatkan  siswanya,
kerjasama dengan guru. Kegiatan itu kan kami buat ini berpusat di samosir, kita koordinasi  dulu  dengan  instansi  terkait  dimana  cocoknya  kegiatan  ini
dilaksanakan  misalnya  seperti  kegiatan  pembersihan  enceng  gondok,  kira-kira enceng  gondoknya  banyaknya  dimana,  itu  diarahkan  sama  instansi  terkait  di
daerah bisa aja camat bisa aja badan lingkungan hidup atau instansi lain.”
Perencanaan yang telah dilakukan dalam meningkatkan jumlah wisatawan merupakan  bentuk  akibat  dari  setiap  kegiatan  yang  mereka  lakukan,  dampak  ini
secara  tidak  langsung  berpengaruh  pada  kegiatan  pariwisata.  Badan  ini  bertugas melakukan  pengontrolan  Kerambah  Jaring  Apung  KJA  yang  melebihi  ambang
batas sedangkan untuk dampak yang secara langsung Bang Aidil ini  mengatakan tidak ada kaitannya dengan wisata.
“Mungkin itu gak ada ya, kami lebih menjaga ekosistemnya aja, ekosistem kawasan danau toba aja ya, kami paling ngontrol KJA ya kan, mungkin itu udah
melebihi  ambang  batas.  Kalau  untuk  memajukan  pariwisata,  ya  kita  tidak  bisa membuat kebijakan, jangan lakukan itu kita hanya sebatas koordinasi saja. Untuk
memajukkan  masyarakat,  kita  buat  kegiatan-kegiatan  percontohan  aja,  skala kecil. Mungkin macam kami ada buat kegiatan danau toba award, jadi kegiatan
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
danau toba award itu kita misalnya menilai hotel, kapal, desa, itu nanti kita kasih penghargaan.”
Dalam  melakukan  kegiatan-kegiatan  percontohan,  mereka  biasanya mendatangi  langsung  camat  kemudian  mengajak  sekolah-sekolah  melalui  kepala
sekolah serta guru yang ada disekolah terpilih. Media yang digunakan pun sedikit hanya berupa website serta stiker, poster dan buletin. Buletin ini mulai digunakan
pada  tahun  2010.  Jika  pun  menggunakan  koran  hanya  sepintas  saja  digunakan ketika  ada  kegiatan  atau  event  yang  berlangsung.  Beliau  menambahkan  media
yang  mereka  gunakan  cukup  efektif  dengan  masyarakat  disana  seperti  spanduk, poster  ataupun  baliho  karena  mengingat  lokasi  sasaran  yang  masih  berbentuk
desa. “kita punya website, itu websitenya sembari menunjuk ke sebuah tulisan
yang ada di papan tulis. Paling itulah kita ada punya poster, kita ada stiker, ada punya kita menerbitkan buletin mulai dari tahun 2010, 2011. Ini ada edisinya ini.
Di  koran  itu  selintas  kalau  ada  kegiatan-kegiatan,  baru  nanti  dimasukkan  ke koran.”
Kesulitan  yang  dirasakan  menurut  pandangan  Bang  Aidil  bisa  dibilang tidak  terlalu  menganggu,  dikarenakan  setiap  kegiatan  yang  dilakukan  sudah
mempunyai  susunan  acara  tersendiri  dimana  susunan  tersebutlah  yang direalisasikan di lapangan. Hal lain juga yang mendasari pernyataan beliau adalah
kegiatan yang mereka adakan ini hanya dalam bentuk kecil dan tidak terlalu besar sehingga masih mudah untuk mengaturnya.
“kita udah format kegiatan ini ya kita realisasikan dilapangan, InsyaAllah berjalan  dengan  lancar,  yah  itu  hanya  dalam  bentuk  kecil,  misalnya.  Ruang
lingkupnya  gak  terlalu  besar  gitu.  Macam  penilaian  itu,  mungkin  kita  menilai desa  ini,  desa  ini,  kita  ambil  contohnya  aja  yakan,  jadi  kita  angkat.  Misalnya
penilaian  hotel,  ini  hotel-hotel  masuk  kriteria  berwawasan  lingkungan  atau sampahnya  di  bagus  dibuangnya,  diolahnya,  bagus  kebersihannya,  dijaganya,
TPA-nya, TPS nya semua dijaganya.”
Dari  tanggapan  yang  dilontarkan  oleh  narasumber  program  yang direncanakan  ini  sudah  cukup  baik.  Dikatakan  cukup  karena  badan  ini  hanya
bersifat badan koordinasi  sehingga terbatas  jika  mau  melakukan sebuah program ataupun  kegiatan.  Adapun  kegiatan  yang  dilakukan  hanya  berupa  percontohan-
percontohan  saja  seperti  mengingatkan  masyarakat  supaya  menjaga  kebersihan serta untuk tidak membuang sampah ke danau. Hambatan yang dikemukakan oleh
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
narasumber ketika menjalankan program lebih berkisar pada perilaku masyarakat sekitar yang keras.
“hambatan itu pasti ada aja, karena apalagi perilaku kita Orang Batak ini keras-keras, tak mau dibilangi juga kadang, susah. Perilaku.”
Respon  yang  diberikan  masyarakat  setiap  diadakannya  kegiatan  bernilai positif, dimana masyarakat meminta untuk mengulangi lagi kegiatan yang sama di
tahun  yang  akan  datang.  Namun  dari  segi  wisatawan  sendiri  belum  pernah  ada respon yang didengar oleh narasumber.
“Kita  gak  ada  indikatornya  ya,  dia  merespon  seperti  apa.  Maksudnya komplainnya gitu? Respon ada, setelah selesai acara dia gini: iyalah tahun-tahun
besok  disini  lagi,  kita  adakan  lagi  yang  lebih  dari  ini  Pak.  Responnya  baik. Respon  negatif,  saya  dengar  langsung  gak  ada,  postif  aja  karna  kita  kan  udah
bikin  kegiatan,  kita  rangkul  mereka,  kita  libatkan  lurah,  camat,  semua  kita libatkan.”
Tujuan  BKPEKDT  tidak  ada  yang  berubah  walaupun  Danau  Toba  sudah lebih  diperhatikan  oleh  pemerintah  mengingat  tujuan  mereka  adalah  untuk
mengkoordinasikan berbagai pihak terkait yang ada di sekitaran Kawasan Danau Toba  untuk  lebih  memperhatikan  lagi  Ekosistem  Danau  Toba.  Tantangan  yang
akan  dihadapi  kedepannya  dengan  mengubah  pola  pikir  masyarakat  yang  ada disana untuk membatasi keramba jaring apung.
“Tantangannya  ya  kita  harus  merubahkan  pola  pikir  orang  disana, membatasi keramba jaring apung atau kalau memang harus diangkat, biar airnya
bersih lagi, biar airnya tidak melewati ambang batas kan udah ada ininya, baku mutunya.  Tidak  melebihi  itu,  tidak  tercemar,  dan  orang  mandi  pun  tidak  gatal
lagi yakan.”
Dalam  menjalankan  beberapa  kegiatan  BKPEKDT  juga  berkerjasama dengan beberapa bagaian pemerintahan pusat seperti LIPI dan mencari informasi
ke kementerian lingkungan hidup Dalam  mewujudkan  Geopark  Kaldera  Danau  Toba  mesti  diadakan  lagi
kerjasama-kerjasama  serta  memperbaiki  infrastruktur  yang  ada  sehingga wisatawan tertarik untuk ke Daerah Wisata.
“Ya  kita  lakukanlah  perlahan-lahan,  mengadakan  kerjasama-kerjasama mulai  merintis  kegiatan-kegiatan  kecil,  kegiatan  besarnya  juga,  paling  itulah
mungkin  infrastrukturnya  mungkin  harus  diperhitungkan  juga,  masyarakatnya.
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kembali  kemasyarakatnya  lagi,  mungkin  pembangunan  daerah-daerah  wisata seperti outbond.
Kedepannya  yang  ingin  dilakukan  tetap  sebatas  koordinasi  dan mengulangi  kegiatan-kegiatan  lama,  mengkoordinasikan  ke  instansi  terkait
sehingga masyarakat menjadi lebih mengerti dan paham.
Informan III
Nama : Ir. Ardhi Kusno
Umur : 63 tahun
Tanggal : 24 Juni 2016
Tempat : Kantor BKPEKDT
Pria  Kelahiran  Medan,  15  Mei  1953  merupakan  informan  ketiga  pada penelitian  ini  sekaligus  merupakan  Ketua  Harian  dari  BKPEKDT.  Pria  berumur
63 tahun  ini  adalah  Ardhi  Kusno. Pria  yang sudah  menikah dan  memiliki empat orang  anak  ini  merupakan  lulusan  Sarjana  Strata  1  S1  dari  Fakultas  Pertanian
Universitas  Sumatera  Utara  USU.  Beliau  menyelesaikan  pendidikannya  pada Tahun 1978. Pak Ardhi bergabung menjadi bagian BKPEKDT mulai tahun 2009
dimana  sebelumnya  Beliau  adalah  Pelaksana  Tugas  Kadis  Sumatera  Utara.  Pak Ardi  ini  sendiri  diangkat  menjadi  Kepala  Harian  BKPEKDT  pada  Bulan  Juni
2012. Awal  peneliti  memberikan  pertanyaan,  Pak  Ardhi  menjelaskan  terlebih
dahulu  struktur  serta  siapa  saja  yang  berperan  dalam  BKPEKDT  ini.  Beliau menjelaskan  bahwa  dalam  BKPEKDT  ini  terdapat  dua  dewan  yang  mana  satu
berupa  Dewan  Manajemen  dan  satu  lagi  berupa  Dewan  Pelaksana.  Dewan Manajemen  diketuai  oleh  Gubernur  Sumatera  Utara  serta  dengan  Wakil  Ketua
adalah Wakil Gubernur Sumatera Utara, anggota dari Dewan Manajemen ini pun merupakan  para  Bupati  sekawasan  Danau  Toba  sedangkan  Dewan  Pelaksana  itu
ketuanya adalah Wakil Gubernur Sumatera Utara, kemudian terdapat Wakil Ketua I,II,III dan ada Ketua Harian.
Menurut  beliau  strategi  yang  dilaksanakan  untuk  wisata  Danau  Toba  ini dilakukan  dengan  cara  yang  tidak  langsung,  dimana  tugas  BKPEKDT  adalah
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
mengkoordinasikan  instansi  se-Kawasan  Danau  Toba  untuk  bersama-sama menjaga  serta  melestarikan  lingkungan  Danau  Toba.  Dimana  kelak  lingkungan
yang  asri  ini  dapat  mendatangkan  wisatawan.  Adapun  tugas  mereka  dikenal dengan tujuh sasaran manfaat Ekosistem Kawasan Danau Toba yaitu air. Kualitas
air di Danau Toba ini tentunya akan sangat berdampak pada aktivitas pariwisata, karena  air  ini  harus  bisa  direnangi  serta  dapat  dijadikan  air  minum.  Selain  itu
ekosistem di Kawasan Danau Toba harus dijaga kelestariannya serta dihindarkan dari  bahan  kimia  pertanian.  Selain  daripada  itu  dapat  digunakan  sebagai
pembangkit tenaga listrik serta baik tanaman ataupun hewan yang ada di Kawasan Danau Toba dapat hidup dengan baik juga terdapat udara yang nyaman.
“tugas kami itu, kita ada yang namanya tujuh sasaran manfaat ekosistem kawasan  danau  toba,  itulah  tugas  kami,  ruang  lingkup  kami.  Yang  pertama  itu
terkait dengan pariwisata nanti, yang pertama, itu bagaimana air danau toba itu dapat  diminum  itu  sesuai  point  nomer  satu  artinya  itu  kan  itu  harus  dijagalah,
kebersihannya  juga  pencemarannya,  yang  kedua,  danau  toba  itu  nyaman  dan dapat direnangi itukan bisa ke pariwisata kemudian yang ketiga, itu ekosistemnya
optimal,  kemudian  disana  itu  juga  seperti  ikan,  produksi  pertanian  tidak terkontaminasi  sama  peptisida.  Jadi  aman  dan  nyaman.  Kemudian  juga  danau
toba  itu  bisa  digunakan  sebagai  pembangkit  tenaga  listrik.  Itulah  PLTA  itu sekarang.  Yang  keempat,  Flora  dan  Fauna  itu  aman  hidup  disana,  tidak
terganggu, tidak terusik karna faktor hal-hal yang menganggu, yang terakhir itu kaitan  masalah  udara.  Udara  itu  nyaman.  Jadi  kalau  sampai  sekarang  ini  dari
ketujuh itu, ini masih udara yang masih nyaman, lainnya sudah terganggu artinya ada  istilah  terkontaminasi  ada  mungkin  tingkat  pencemarannya  sudah  sama
dengan  air  danau  toba  tingkatnya  sedang,  hasil  kajian  dari  BLH.  Jadi  kalau kaitannya  dari  masalah  pariwisata  tugas  kami  itu  adalah  mengkoordinasikan
daripada objek-objek wisata disana itu dalam kaitan berbasis lingkungan. Karna danau toba yang mau kita jual itu keindahannya terkait masalah lingkungan.”
Terdapat beberapa isu yang menjadi konsentrasi dari pihak BKPEKDT ini meliputi  air  Danau  Toba  yang  sudah  tercemar  berat.  Beliau  menuturkan
tercemarnya  air  tersebut  disebabkan  oleh  banyak  faktor  dan  bukan  hanya  satu faktor  yang  melatarbelakanginya.  Kerambah  jaring  apung,  residu  pakan,  residu
peptisida  serta  residu  dari  deterjen  yang  biasanya  dipake  masyarakat  untuk mencuci  pakaian  ditambah  dengan  limbah  hotel  dan  restoran  membuat  air  di
Danau  Toba  tercemar.  Kerambah  jaring  apung  yang  ada  juga  sudah  dinilai melebihi  ambang  batas. Beliau  menuturkan  juga  bahwa ada kesan  bahwa Danau
Toba itu seperti tempat pembuangan raksasa.
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
“Jadi kalau sekarang ini itu ada beberapa isu aktual yang mucul disana itu.  Meliputi:  yang  pertama,  air  di  danau  toba  itu  sudah  cemar  sedang  bahkan
sebagian itu sudah cemar berat. Itu banyak faktor penyebabnya. Masuklah antara lain  dampak  daripada  banyakanya  kerambah  jaring  apung,  residu  pakan,
kemudian  residu  daripada  peptisida  pertanian  masuk  kedalam  juga,  residu  dari masyarakat  disana  itu  mencuci  pakaian  dengan  menggunakan  soda,  deterjen.
Sudah  itu  juga  limbah-limbah  hotel,  limbah-limbah  restoran  di  kawasan  danau toba  itu  belum  menggunakan  ipal  komunal  di  ajibata,  sebagian  masih  langsung
buang  ke  danau.  Itulah  gangguan.  Kemudian  yang  kedua  ini  juga,  jumlah keramba  jaring  apung.  Kerambah  itu  sudah  melebihi  daya  tamping.  Itulah
kemarin  yang  kita  dengar,  ikan  mati itu,  di  daerah  harang  gawol.  Sudah  padat. Jadi  hasil  kajian  danau  toba  dengan  koordinasi  dengan  BLH  dengan  LIPI  itu
harus  dikurangi  jumlahnya  sekitar  30.  Yang  keuda  juga  ini,  apa  namanya, limbah  organik.  baik  cair  maupun  padat  udah  masuk.  Jadi  otomatis  kesannya
seperti Septitank raksasa. Gitu kesannya. Itu contohnya ada peternakan babi all grindo,  itu  ipalnya  itu  ada,  tapi  itu  kadang-kadang  mereka  buang  langsung
dibuang  ke  danau  kotoran  itu.  Jadi  kan  itu  harusnya  diawasi,  dimonitor  oleh badan lingkungan hidup kabupaten setempat ya, juga sekarang yang kita repot itu
kaitan masalahnya ini, tutupan vegetasi tumbuh-tumbuhan keras. Itu idealnya itu harus 30 tapi sekarang tinggal 20, 22. Itu hasil kerjasama kami dilapangan.
Itu hal-halnya yang kita hadapi yaitu masalah enceng gondok. Enceng gondok itu punya  korelasi  dengan  tingkat  cemaran  itu,  jadi  makin  tinggi  itu  tercemar,  itu
enceng  gondok  makin  cepat  penyebarannya,  karna  dia  suka  air-air  yang  kotor, kalau  yang  bersih  gak  suka  dia.  Disamping  itu  juga  enceng  gondok  ini
mempunyai  sepora,  cepat  sekali  itu  menyebarnya.  Kadang-kadang  kan  itu  dia sepora  menyebar  kemana,  dia  migrasi  kenak  angin,  terus  kembang  dia.  Jadi
itulah  yang  coba  kami  tanganin,  kami  koordinasikan  dengan  kabupaten  terkait. Misalnya  dengan  Kabupaten  Samosir,  Kabupaten  Simalungun,  Kabupaten  Toba
Samosir,  Kabupaten  Humbang  Hasundutan,  itu  yang  sangat  terkait,  Tapanuli Utara untuk menangani hal yang kita hadapi seperti itu.”
Dalam  memberitahukan  informasi  ataupun  kegiatan  biasanya  mereka melakukan  rapat  atau  diskusi  bersama  para  pejabat  setempat  untuk  membahas
mengenai apa-apa saja yang akan dipersiapkan untuk kegiatan selanjutnya. Rapat ini  pun  biasanya  diadakan  setiap  tahun  bersama  para  dinas-dinas  yang  terkait
seperti;  Dinas  Pertanaian,  Dinas  Peternakan  dan  Dinas  Kesehatan  serta  para Kepala Daerah Sembilan Kabupaten Kawasan Danau Toba. dari hasil rapat inilah
nantinya akan ditentukan seperti apa rancangan kegiatan  yang akan  berlangsung. Narasumber menjelaskan lagi jika badan ini mempunyai sifat koordinasi dan tidak
bisa  melakukan  tindakan  eksekusi  tanpa  izin  serta  tanggapan  dari  Dewan Manajemen.  Dengan  kata  lain  semua  harus  didiskusikan  terlebih  dahulu  barulah
BKPEKDT ini dapat bertindak.
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
“yang  pertama  namanya  rapat  koordinasi  dan  evaluasi  dengan  lesson officer  LO  itu,  LO  itu  adalah  Kepala  Bapeda  dan  Kepala  BPH  Sembilan
kabupaten.  Itu  yang  kita  rapat  setiap  tahun,  termasuk  evaluasi  apa  yang dikerjakan mereka dan juga  kita ada tim teknis itu anggotanya pejabat eselon  3
dinas terkait, dinas mungkin dari BLH , dinas pertanian, dinas peternakan., dinas apa  namanya,  dinas  kesehatan,  ada  berapa  tu,  itu,  itu  kita  tiap  tahun  rapat  tu
membahas  bagaimana  kondisi  Danau  Toba.  Apa  kegiatan  yang  mereka laksanakan.  Apa  dampaknya,  karena  kalau  kami  ini  kan
sifatnya mengkoordinasikan. Kami itu tidak bisa eksekusi, jadi kami itu kalau udah habis
itu  kita  koordinasi  dengan  LO  tadi  itu,  dengan  tim  teknis,  atau  dengan  para bupati.  Jadi  seharusnya  setiap  tahun  itu  ada  yang  namanya  rapat  dewan
manajemen dengan mengundang langsung Gubernur dengan para Bupati. Inilah yang kita sampaikan, Danau Toba Tahun ini begini kondisinya gitu, jadi itu kita
untuk menangani ini sama- sama gotong royong. Kami punya kami ini kecil, jadi kami  paling  yang  rapat-rapatlah  udah  gitu  kami  bikin  percontohan.  Paling  itu
ajalah. Karna kami itu hanya bisa percontohanlah.”
Dana yang di dapat oleh BKPEKDT ini merupakan dana dari APBD serta juga  merupakan  hasil  kerjasama  dengan  PT.  Inalum  yang  mana  Inalum
melakukan  CSR.  Dari  APBD  serta  dengan  kerjasama-kerjasama  inilah  baru BKPEKDT  mendapatkan  dana  untuk  melancarkan  kegiatan  mereka.  Kegiatan
yang  dilakukan  merupakan  kegiatan  yang  bertema  lingkungan  dimana  seperti penanaman  pohon  mangga  muara  yang  dilakukan  di  Pulo  Sibandang.
Pengendalian  sampah  di  daerah  wisata  seperti  Parapat  atau  Tongging  juga dilakukan.  Ini  berguna  untuk  konservasi  sekaligus  meningkatkan  ekonomi
masyarakat sekitar. “Misalnya itu menanam pohon mangga muara di pulo sibandang. Itu kan
tujuannya  untuk  konservasi  sekaligus  meningkatkan  ekonomi  masyarakat  kalau berhasil dan udah itu kita juga ada pengendalian sampah di daerah ojek  wisata
misalnya,  di  parapat,  di  tongging  gitu  ya,  disana  itu  kita  sosialisasikan  sama masyarakat  terkait  melalui  camat,  kita  kumpulkan,  kita  jelaskan  dulu  kepada
mereka  bagaimana  caranya.  Kita  berikan  bantuanlah  tong  sampah.”Itu  juga dana  kita  dari  APBD,  kita  juga  ada  CSR  dari  PT.  INALUM.  Tempo  lalu  tahun
2015  itu  kita  adakan  bersama  CSR,  nanti  kita  laksanakan  yang  pertama  untuk pengendalian  sampah  di  muara  kemudian  di  bakti  raja  bakara  ditambah  lagi
dengan  peremajaan  mangga  muara.  Kedua  juga  enceng  gondok,  ada  yang  kita laksanakan  spot-spot,  ada  yang  kita  koordinasikan  ke  kabupaten.  Kita  tangani
eceng  gondong  kita  tangani  yang  di  daerah  objek  wisata  dan  dermaga  itu  yang harus kita upayakan, kalau bersih pun tak lah bersih kali, karena memang agak
payah ya, artinya begini kita pun bersihkan dalam minggu ini, minggu depan bisa nambah  lagi.  Harusnya  itu  emang  dirawat  oleh  Camat,  oleh  Kepala  Desa,  oleh
masyarakat tapi kan itu tidak semudah mengatakannya.”
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tak  hanya  menanam  tanaman  konservasi  serta  pengendalian  sampah, mengadakan award juga dilakukan, yang mana award ini ditujukan kepada hotel-
hotel  yang  ada  di  Kawasan  Danau  Toba.  Award  ini  bertujuan  agar  pihak  hotel lebih  mau  lagi  menjaga kebersihan  lingkungan Danau Toba dengan  cara  menilai
sistem  pembuangan  hotel  agar  limbah  hotel-hotel  yang  ada  tidak  di  buang  ke danau.  Selain  daripada  itu  forum  ini  juga  berfungsi  untuk  mengingatkan  para
pihak  hotel  untuk  lebih  baik  lagi  dalam  melayani  wisatawan.  Dimana  menurut narasumber  pelayanan  yang  dilakukan  oleh  pihak  hotel  yang  berada  di  Kawsan
Danau  Toba  ini  kurang  baik  jika  dibandingkan  dengan  pelayanan  hotel  yang sudah  ada  di  Bali  ataupun  Jakarta.  Sifat  sosial  para  petugas  hotel  disana  yang
kurang  ramah  serta  tidak  mudah  untuk  melayani  menjadi  suatu  ciri  buruk  untuk sebuah  hotel,  yang  mana  mestinya  para  pegawai  hotel  yang  ada  di  Kawasan
Danau  Toba  lebih  ramah  dan  mau  melayani,  karena  nilai  dari  pelayanan merupakan  dampak  yang  sangat  berpengaruh.  Aksi  pemberitahuan  ini  dilakukan
dengan cara mengundang para petinggi-petinggi hotel yang ada di kawasan danau dengan mengumpulkan mereka dalam sebuah forum. Forum tersebut biasa disebut
dengan  Forum  Perhotelan.  Bukan  hanya  untuk  hotel,  forum  ini  juga  disediakan untuk  para  pemilik  ataupun  pengemudi  kapal  yang  bernama  Forum  Perkapalan
yang  fungsinya  untuk  memberitahu  kepada  isi  forum  aga  juga  menjaga lingkungan  danau  dengan  tidak  membuang  bekas  oli  serta  untuk  mengingatkan
kepada setiap penumpang yang naik kekapal untuk tidak membuang sampah. “hotel  kita  buat  tuh,  restoran.  Artinya  kita  itu  memotivasi  jangan
membuang  limbahlah  ke  danau  ini.  Itulah  intinya,  danau  ini  objek  wisata  kita, kalau  danau  ini  bagus,  kemari  banyak  tamu,  uang  masuk  ini  banyak.  Kan  itu
bahasa kasarnya kan. Untuk itu kita ada namanya forum perhotelan, itu forum itu adalah  suatu  kumpulan  para  yang  mewakili  pengusaha  hotel,  kalau  yang  kecil
langsung pengusahanya, tapi kalau yang besar seperti Niagara, Ina itu dia kirim petugasnya,  anggota  orang  itu.  Kita  pertemuan  tiap  tahun  disitu  kita  imbau,
tolonglah  para  hotel  ini  kalian  jangan  membuangi  limbah  ke  danau  lah  supaya danau ini bersih dan tolonglah yang namanya pelayanan itu baiklah karena kalau
adek perhatikanlah, beda dia kalau kita ke hotel Parapat dengan hotel di Jakarta atau dimanalah. Kalau itu kita datang ke parapat, kita datang tamu, Tanya deh;
Pak dimana ya kamar nomer sekian, oh sana Pak lurus aja Pak, belok-belok, a, bukan  diantarnya.  Kan  kalau  diantarnya  dikasih  dia  uang  tip.  Itulah  kadang-
kadang  rasa  tamu  masalah.  Itulah  kita  buat  forum  perhotelan,  tiap  tahun  kita pertemukan,  kita  bahas.  Kita  juga  ada  namanya  forum  perkapalan.  Kapal
penyebrang  itu  baik  penumpang  kapal  feri,  Tanya  penumpang,  itukan  kadang tidak  punya  pelampung,  rata-rata,  kemudian  kadang  masih  mau  membuang
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
sampah  ke  Danau  yang  memakai  kapal  itu,  kemudian  juga  septitank  tidak  ada, langsung buang ke danau kotoran itu, kemudian juga perhatikanlah di gang-gang
itu,  ada  letak  tanah  sepeda-sepda  motor  bayangkanlah  jika  terjadi  sesuatu, bagaimana orang bisa jalan tuh, itulah jadi untuk itu kita pertemuan setiap tahun
pada forum perkapalan. Itu ada dua, satu berdomisili pada parapat, simalungun samosir. Itu ada ketuanya, sekretarisnya ada itu  tiap tahun kita evaluasi semua.
Semua itu dalam rangka pencapaian ketujuh tadi ini, supaya danau toba itu bisa direnangi, dapat diminum jadi supaya jangan membuang oli langsung ke danau,
oli  bekas  itu  kumpulkan.  Kan  bisa  dijual  lagi  di  darat,  kemudian  yang  tadi  itu kalau misalnya mau berangkat, kasihlah pengumuman kepada penumpang kapal
itu;  para  penumpang  kapal  jangan  buang  sampah  ke  danau,  itu  diumumkan. Itulah  langkah-langkah  yang  dilakukan.  Jadi  memang  karna  tugas  kami  itu
koordinasi,  koordinasi  itu  emang  sulit  artinya  kita  berharap  pada  orang  mau berbuat  tapi  kalau  dia  gak  mau,  kita  gak  bisa  eksekusi  kan.  Itu  dia
gambarannya.”
Dalam menyampaikan informasi ataupun kegiatan yang akan berlangsung, Pak  Ardhi  menyebutkan  cara  yang  pertama  mereka  gunakan  adalah  dengan  cara
langsung  yang  mana  langsung  melakukan  komunikasi  dan  koordinasi  dengan Camat.  Camatlah  sebagai  penentu  siapa  selanjutnya  yang  akan  menjadi  peserta
ataupun  audiens  dari  kegiatan  yang  akan  dilangsungkan.  Penggunaan  media sangat  sedikit  terjadi  saat  sebelum  ataupun  sesudah  kegiatan.  Jika  pun
menggunakan  media,  media  itu  hanya  radio  dan  koran.  Radio  digunakan  untuk memberitahukan  bahwa  akan  berlangsungnya  sebuah  kegiatan  sedangkan  koran
menjadi media setelah terjadi kegiatan. “Jadi kami ada beberapa cara, yang pertama secara langsung. Langsung
itu  melalui  koordinasi  dengan  camat.  Camatlah  yang  kita  harapkan  untuk menentukan  siapa  audiensinya,  siapa  pesertanya.  Kemudian  juga  kita  ada
kerjasama dengan salah satu radio yang ada di Samosir, dialah yang menghalo- halokan istilahnya gitu. Misalnya ada kegiatan untuk enceng gondok dibersihkan,
itu dia menggerakan. Enceng gondok itu itu termasuklah anak sekolah SMA, SMP itu ikut. Jadi kita gunakan itu. Langsung kita sosialisasi juga kita menggunakan
media seperti radio tadi itu. Beritanya kita ekspos di koran. Kadang-kadang kita bawa wartawan, kadang-kadang setelah selesai kita undang dia kemari, kita beli
pers,  diberitakan.  Kira-kira  gitulah.  Karna  memang  anggaran  kami  sangat- sangat terbatas. Tugasnya tadi banyak tapi cuma karna sangat terbatas anggaran
kami jadi lah kita pilah-pilah mana yang bisa kita gunakan anggaran, mana yang tidak.”
Kesulitan yang dialami lebih merupakan ke tantangan mental dimana saat akan  melakukan  koordinasi  narasumber  merasakan  adanya  kesulitan  untuk
menemui serta langsung para pejabat setempat. Narasumber memberikan ilustrasi
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dimana ketika masa Orde Baru tiap-tiap anggota dari pemangku amanah ini dapat melaksanakan  tugas  serta  dapat  memegang  tanggung  jawab  yang  baik  pada  apa
yang  dia  kerjakan.  Berbeda  dengan  masa  Reformasi  yang  mana  sangat  sulit mengendalikan para pemangku amanah untuk lebih peduli serta lebih bertanggung
jawab pada apa yang dikerjakan. Menurut beliau Power menjadi hal yang penting untuk dapat mengendalikan serta agar sebuah tugas dapat terlaksana dengan baik.
Badan  koordinasi  ini  dinilai  tidak  punya  cukup  kekuatan  sehingga  itulah  yang menjadi  masalahnya  dimana  sulit  untuk  bisa  segerak  melakukan  tindakan  dan
hanya  bisa  pasrah  terhadap  apa  yang  ditetapkan.  Selain  daripada  itu,  Biaya  juga menjadi  kesulitan  dalam  melaksanakan  kegiatan  yang  mana  biaya  yang
dikeluarkan  oleh  pemerintah  setempat  dinilai  minim  serta  tidak  mampu memaksimalkan tugas BKPEKDT ini.
“Kesulitannya itu kalau sebagai ilustrasi ya, itu di Zaman Orde Baru itu, yang  mana  koordinasi  itu  yang  pertama  perlu  power  yang  kedua  perlu  biaya,
kalau kedua itu gak ada, koordinasi itu hanya servis aja, ngomong aja itu, sulit dikerjakan  itu.  Sebagai  ilustrasilah  Zaman  Soeharto  dulu  itu  yang  namanya
program bimas ketahanan pangan itu, pertanian, dari mulai presiden, gubernur, bupati, camat, kepala desa, itu satu garis komando itu. Tapi namanya koordinasi
juga  itu.  Dan  bagaimana  itu  dia  kita  ikat,  dia  itu  ada  yang  namanya  insentif, setiap  musim  tanam,  tidak  banyak,  kecil  tapi  begitu  dia  teken  yang  kecil  itu  dia
udah  bertanggung  jawab  terhadap  yang  kecil  itu.  Itulah  yang  barang  kali  kita rasakan saat ini. Badan Danau Toba ini biaya kita minim, power kita tidak kuat,
kita tidak bisa eksekusi, kita hanya bisa mengkoordinasi aja kan gitu masalahnya. Kan apalagi sekarang Zaman Reformasi ini, gubernur pun kadang  sudah payah
memerintah  bupati  sekarang  ini,  yakan,  kadang  diundang  bupati  rapat  datang asisten  dua  bukan  lagi  bupatinya,  bukan  lagi  sekdanya,  banyak  lah  alasan,  ada
rapat  ditempat,  selalu  gitu,  zaman  dulu  gak  ada  gitu,  itulah  sekarang  yang  kita hadapi saat reformasi ini, plus-minus, kalau menurut saya, karna saya udah lama
disitu, plus-nya juga pasti ada, kesertaan masyarakat lebih banyak terkait, cuma untuk menerapkan sesuatu itu, banyak kali kadang kesulitannya, dikomentarilah,
segala macamlah, mau bergerak juga sulit, jadi kalau dari segi  kesulitannya ini memang karna kami juga  sangat terbatas anggaran kami, jadi itulah yang kami
rasakan. Karna kami ini badan koordinasi, kalau pun ada perubahan ya step by step lah, tidak bisa dia langsung gitu kan, kecuali bupati respon gitu kan. Bupati
yang respon itu cuma bupati samosir aja, simbolon itu, setelah dia gak bupati lagi yang lain sepertinya gitu-gitu aja. Itu dia respon betul, dan dia bagus responnya
ke  kami,  kalau  kita  kontak  ke  lapangan  dia  respon,  kalau  diundang  dia  datang, dia  kasih  masukan.  Yang  lain  bupatinya  tidak  seperti  itu.  Kita  bekerja  jadinya
enak.  Kan  kami  beritahukan;  Pak,  Pak  Bupati  ini  didaerah  Bapak  ini  keknya perlulah  dibersihkan  enceng  gondok  ini,  di  dermaganya  gitu.  Kalian  cemana?
Dana kami gak cukup Pak. Kami ngomong gitu kan, dia tangani itu kita kemarin.
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kalau kita apalah, kita paling-paling yang kita kerjakan paling ajibata karena itu kan pintu gerbang, penyebrangan, balige, itulah yang boleh kami katakan sering
kami kerjakanlah, yang terpantau, karna itu di depan, langsung di depan, kalau lah yang didalam sana, misalnya yang di muara.”
Kegiatan  yang  dicanangkan  dinilai  efektif  menurut  narasumber  namun belum  sempurna  dikarenakan  mengenai  biaya  yang  selalu  datang  terlambat
sehingga apa  yang telah direncanakan terpaksa diundur karena ketidaktersediaan dana.  Narasumber  kembali  menjelaskan  yang  merupakan  fokus  dari  BKPEKDT
ini  yaitu  pembersihan  enceng  gondok  di  daerah  wisata  serta  dermaga  dan pengendalian  sampah  yang  ada  di  objek  wisata  sehingga  mereka  mengadakan
kegiatan  yang  berhubungan  dengan  perbaikan  sistem  air  di  danau.  Kegiatan  ini bernama Gerakan  Aku Cinta Danau Toba. Kegiatan  ini  melibatkan sekolah  yang
berada  di  Kawasan  Danau  Toba.  Dari  sinilah  mereka  memberikan  pengertian kepada  anak  sekolah  apa  yang  semestinya  dilakukan  untuk  menjaga  Ekosistem
Danau  Toba.  Setelah  selesai  memberikan  pemahaman,  biasanya  mereka menyumbangkan  bibit  tanaman  untuk  ditanam  anak-anak  sekolah  yang  hadir
dalam kegiatan. Respon  yang  di  berikan  oleh  masyarakat  sekitar  bersifat  positif  terhadap
kegiatan  yang  bertema  lingkungan  ini.  Masyarakat  justru  menyarankan  agar melakukan kegiatan yang sama di tahun yang akan datang.
Dalam  menanggapi  tantangan  yang  ada  terlebih  lagi  setelah  Danau  Toba menjadi salah  satu bagian dari destinasi prioritas narasumber  mengatakan adalah
mengubah  mindset  masyarakat  sekitar  mengenai  tanah.  Karena  masyarakat  di Kawsan  Danau  Toba  masih  menilai  tanah  sebagai  bentuk  dari  sebuah  adat
sehingga  tidak  bisa  sembarangan  diberikan  ke  orang  serta  tidak  bisa  asal digunakan  saja.  Seperti  hal  yang  narasumber  ceritakan  pada  peneliti,  dimana
ketika  jalan Tol akan dibuat untuk  memudahkan  wisatawan  mengunjungi  Danau Toba  justru  tanah  yang  akan  dijadikan  Tol  tersebut  dilarang  untuk  dibangun
dikarenakan  merupakan  tanah  adat. Selain  hal  itu  juga,  banyaknya  tanah  kosong di  area  Danau  Toba  ini  yang  tidak  jelas  pemiliknya  juga  merupakan  sebuah
tantangan  yang  mana  pihak  mereka  harus  mencari  tahu  terlebih  dahulu  siapa pemiliknya,  dan  ternyata  pemiliknya  kebanyakan  sudah  tidak  tinggal  di  sekitar
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
desa.  Kebanyakan  pemilik  biasanya  hanya  menempatkan  seorang  penjaga  untuk bertugas  menjaga  tanah  miliknya.  Pemilik  biasanya  enggan  memberikan  tanah
mereka walau hanya sekedar untuk diminta sebagai lahan menanam pohon, yang mana bibit dan segala keperluan menanam sudah disediakan.
“kan  nanti  akan  dibuat  jalan  lingkar,  tol  itu.  Itu  masalah  tanah.  Itu sekarang sepertinya kesulitan tanah itu dibebaskan karna itu kan tanah adatlah,
segala  macam,  itu-itu  masalah  sekarang.  Jadi  kenapa  Danau  Toba  itu  agak lamban? Itulah karna masalah tanah. Contohlah, dulu kami pernah mengadakan
penghijauan  kerjasama  dengan  Bank  Danamon.  Kita  dikasih  anggaran,  untuk ditanam.  Tanaman  mangga,  tanaman  Coklat.  Itu  kita  mau  nanam,  kita  udah
bicarakan yang tinggal situ. Karna yang tinggal situ hanya penunggu saja, yang punya  tinggal  di  Jakarta;  boleh  gak  kira-kira  Pak?  Jadi  kita  gak  tahu  ya,  jadi
yang di Jakarta itu ada kesan kekhawatiran kalau ditanam ditanah dia ini, nanti kalau tumbuh besar, anak si penjaga ini bilang; ini dulu ayahku yang izinin. Jadi
ini tanahku, kata anaknya. Khawatiran. Bukan faktanya. Dengan khawatir ini gak ngasih;  gak  usahlah  Pak.  Itulah  contohnya  gitu-gitu.  Menanam.  Kita  udah
siapkan  untuk  dia  tanah  bibit,  memberi  bantuan  untuk  lubang  tanam,  dikasih pupuk, itu pun sulit. Tapi itu tidak semua. Sebagian seperti itu. Jadi itulah yang
bakal dihadapi.”
Berkoordinasi dengan pihak pusat  juga dilakukan oleh pihak BKPEKDT, dimana Pak Ardhi mengatakan mereka banyak melakukan hubungan dengan LIPI
serta  Badan  Lingkungan  Hidup.  LIPI  merupakan  singkatan  dari  Lembaga  Ilmu Pengetahuan  Indonesia  yang  biasanya  memiliki  informasi-informasi  mengenai
penelitian  serta  berbagai  kegiatan.  Badan  Lingkungan  Hidup  dikarenakan  dinilai sejalan dengan badan koordinasi ini yang sama-sama menaungi lingkungan.
BKPEDKT  sendiri  tidak  terlibat  dalam  rencana  pembangunan  Geopark Danau Toba karena Geopark mempunyai badan pelaksananya tersendiri, sehingga
ketika  ditanya  apa  kontribusi  BKPEKDT  terhadap  Geopark  narasumber  tidak dapat memberikan tanggapan apapun.
“Kalau Geopark itu ada badannya  sendiri, tidak  dengan kami. Sekarang sudah  ada  namanya  Badan  Pelaksana  Geopark.  Udah  beda  tupoksinya.
Tersendiri badannya. Kantor mereka sementara di Setia Budi pasar 3. Jadi saya gak bisa komentari. Saya gak paham itu.”
Selanjutnya  yang  ingin Pak  Ardhi  lakukan kedepannya adalah tetap pada prioritas  mereka  yang  membahas  mengenai  lingkungan  seperti  keramba  jaring
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
apung yang dikurangi jumlahnya dan daerah wisata yang harus bersih dari enceng gondok.
Informan IV
Nama : Ir. Masdin Effendy Girsang M, Si.
Umur : 63 tahun
Tanggal : 27 Juni 2016
Tempat : Kantor BKPEKDT
Informan  keempat  pada  penelitian  ini  merupakan  Pria  kelahiran  Seribu Dolok,  14  April  1953.  Pria  paruh  baya  ini  bernama  Masdin  Effendy  Girsang.
Terlahir  memegang  kepercayaan  Kristen  Protestan,  Bapak  lima  orang  anak  ini, telah menyelesaikan pendidikan Sarjana Strata II S2 di Lingkungan Hidup USU
pada  tahun  2000.  Kini  beliau  telah  tujuh  tahun  menjadi  bagian  dari  BKPEKDT dimana  Ia  memulai  bergabung  pada  tahun  2009  lalu.  Bergabungnya  beliau  ini
merupakan  bentuk  dari  kecintaannya  terhadap  lingkungan  dimana  basic  beliau yang  notabene  merupakan  S1  Fakultas  Pertanian.  Sebelumnya  Pak  Masdin  ini
merupakan  Pegawai  Negeri  di  Dinas  Perkebunan  Sumatera  Utara.  Pada  Tahun 2015 beliau diangkat menjadi Kepala Pusat Data Informasi  Litbang.
Menurut  narasumber  strategi  yang  dilakukan  terhadap  pariwisata  tidak langsung berdampak pada kepariwisataan itu sendiri. Kegiatan yang dilakukan ini
berkisar  dengan  koordinasi  institusi  di  Kawasan  Danau  Toba  yang  lebih cenderung  kepada  lingkunga.  Hasil  dari  keindahan  lingkungan  inilah  yang
nantinya akan menarik minta wisatawan untuk datang berkunjung ke Danau Toba. “Nah itu dia, potensi pariwisata tidak langsung dia. Jadi artinya apa yang
dilakukan  BKPEKDT  tidak  begitu  langsung  terhadap  meningkatnya  pariwisata atau  berkurangnya  pariwisata.  Nah,  karena  dia  adalah  suatu  institusi  yang
melakukan  koordinasi  terhadap  institusi  lain  di  provinsi  dan  di  tingkat  2 menyangkut konservasi sedangkan kaitan dengan pariwisata yang lebih langsung
dia  adalah  menciptakan  pemasaran,  menciptakan  destinasi  wisata,  menciptakan segala suatu yang menarik. Jadi kita mengerjakan terkait dengan hulu-nya.”
Sosialisasi  kepada  masyarakat  mengenai  menjaga  keseimbangan ekosistem  merupakan  salah  satu  dari  berbagai  kegiatan  yang  telah  dilakukan,
dimana sosialisai itu berupa pemberitahuan bahwa Kerambah Jaring Apung yang
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ada  diperairan  Danau  Toba  tersebut  dapat  membuat  kerusakan  di  lingkungan Danau Toba
“Yang dilakukan oleh BKPEKDT ini banyak sekali, saya pikir salah satu diantaranya  memberikan  sosialisasi  terhadap  masyarakat  betapa  pentingnya
menjaga  keseimbangan  ekosistem,  ya,  sehingga  tidak  ada    dominasi  dari  suatu sektor dalam sektor lain di kawasan Danau Toba, sebagai misal pariwisata yang
sudah  terbangun  sejak  dahulu,  misalnya  simalungun,  harang  gaol  itu  tetapi  itu sudah  mati  akibat  dari  timbulnya  nuansa  pengembangan  budidaya  ikan  sebagai
kerambah  jaring  apung  yang  berlebihan.  Nah,  jadi  inilah  yang  kami  lakukan sosialisasi  ke  masyarakat  bahwa  ini  bertentangan  dengan  keseimbangan
ekosistem yang kita harapkan dimana perikanan juga maju tetapi pariwisata tidak hilang.  Ini  ternyata  sudah  pariwisata  hilang.  Di  sektor  pariwisata  yang
tradisional  akibat  dari  pada  melunjaknya  kerambah  jaring  apung  sebagai pembudidayaan ikan.”
Dalam  menyampaikan  kegiatan,  narasumber  menuturkan  BKPEKDT menyampaikan  informasi  itu  melalui komunikasi  verbal  yang  mana diskusi  serta
rapat-rapat  dilaksanakan  agar  terwujudnya  tujuan  yang  ingin  dicapai.  Menurut narasumber lagi penggunaan seperti internet kurang baik dikarenakan tidak cocok
dengan  kehidupan  masyarakat  yang  ada  di  Kawasan  Danau  Toba  yang  masih berupa  desa  dan  belum  tentu  mempunyai  fasilitas  internet.  Diskusi  dianggap
merupakan metode yang pas untuk digunakan dalam menyampaikan pesan kepada masyarakat. Melalui diskusi  berbagai pihak Pemangku  Amanah, pengusaha serta
masyarakat  dapat  langsung  melakukan  Tanya  jawab.  Adapun  menggunakan media  berbasis  internet  hanya  sebagai  sarana  mencari  informasi-informasi  yang
digunakan sebagai tambahan data. “Ya itu segala media yang bisa dilakukan itu kita lakukan, mulai daripada
komunikasi  verbal,  kemudian  komunikasi  dengan  menggunakan  alat  bantu, dimana  kerusakan-kerusakan  yang  terjadi.  Nah  melalui  komunikasi,  melalui
diskusi  kemudian  melalui  rapat-rapat  kita  lakukan.  Intinya  adalah  membuat masyarakat  sadar  bahwa  hal  itu  yang  terjadi  disana  perlu  dirubah  karena  itu
akan  merugikan  masyarakat  sendiri.  Media  yang  sudah  pastilah  sesuai  dengan tingkat  perkembangan  manusia,  dimana-mana  pun  sama.  Kalau  kita
mengembangkan  internet  padahal  manusianya  belum  kenal  internet,  belum  ada sarananya,  belum  ada  kemampuan  teknologinya,  belum  ada  kemauan
masyarakatnya untuk open minded ya tentu tidak pas.”
Narasumber  menyebutkan  kesulitan  yang  paling  utama  dalam  melakukan kegiatan-kegiatan  ini  adalah  mengenai  cara  berpikir  masyarakat  disana  yang
masih  belum  sadar  akan  pentingnya  menjaga  Ekosistem  Kawasan  Danau  Toba
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
seperti  kualitas  air,  lingkungan  sekitar  danau.  Dimana  masyarakat  yang  sudah mengetahui dampak dari adanya gangguan ekosistem  namun tetap saja acuh dan
tidak peduli dengan rusaknya ekosistem tersebut. “Contoh kesulitannya, mereka sudah mengerti bahwa gangguan ekosistem
yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri mengakibatkan buruk, tetapi mereka tetap  melakukannya.  Mindset-nya.  Karena  ini  perlu  dilakukan  sebagai  suatu
penegakan,  suatu  peraturan  sebetulnya  ya,  sehingga  mereka  secara  sadar  dan tidak  sadar  atau  terpaksa  harus  mengikutinya.  Jadi  inilah  kita  yang  menuju
kesana.”
Mengenai  program  yang  telah  dibuat  oleh  BKPEKDT  ini  menurut narasumber  sudah  baik.  Dari  segi  pelaksanaan,  segi  sasaran  sudah  baik.  Namun
yang  menjadi  masalah  adalah  mengenai  masyarakat  tadi  yang  belum  mau melakukan  tindakan  yang  nyata.  Jika  dinilai  efektif  atau  tidaknya  tindakan  yang
dilakukan ini, narasumber mengatakan tidak ada ukuran yang pasti tetapi dari segi penyampaian  yang  dirasakan  narasumber  sudah  efektif.  Namun  kembali  lagi
keefektifan  tersebut  ditanggapi  lain  oleh  masyarakat  sekitar  dimana  masyarakat mempunyai  persepsi  bahwa  tidak  perlu  menaati  peraturan  agar  tidak  membuang
sampah  di  danau  karena  aka  nada  pihak  pemerintah  yang  mengerjakannya. Padahal  masyarakat disana  sudah tahu  bahwa tidak boleh  membuang  sampah ke
dalam danau. Selain itu narasumber menuturkan pihak mereka telah memberikan bantuan seperti tong sampah yang diletakkan di pemukiman yang fungsinya agar
masyrakat tidak lagi membuang sampah ke danau. “Program yang dibuat BKPEKDT sudah bagus dari segi konsepsi sudah
bagus,  dari  segi  pelaksananya  sudah  bagus,  dari  segi  sasarannya  sudah  bagus, ah  tapi  mana  yang  menjadi  masalah?  Sudah  bagus,  sudah  bagus  semua,  tapi
mengeksekusinya  ya  masyarakatnya  sendiri,  hah  itu  yang  belum.  Kalau  kita katakan  efektif  itu  nantinya  ukurannya  ada,  mau  tidak  orang  itu  merubah
kehidupannya  yang  sembarangan  membuang  sampah,  nah  itu  ukurannya.  Itu baru efektif. Tapi kalau yang kita lihat apa yang kita lakukan ini penyampaiannya
secara  efektif  tapi  mereka  menerimanya  kembali  dengan  persepsi  yang  lain sehingga  persepsinya  ya;  kan  ada  pemerintah  yang  mengambil  sampah,  kan
begitu.  Kan  ada  pemerintah  yang  mengambil  sampah,  ya  kita  tidak  perlu  harus tertib seperti itu, begitu. Nah padahal mereka sudah tahu bahwa dari masyarakat
sendiri  harus  dipilah  sampah  itu,  sampah  organik,  sampah  non  organik,  limbah B3,  supaya  apa,  bagian  yang  lain  untuk  melakukan  pengangkutan  sampah  ini
ketempat  pembuangan  sampah  nantinya  sudah  lebih  ringan,  nah  jadi  mereka sejak  dini  berperan,  hah  tetapi  itulah  kesadarannya  sampai  sekarang  ini;
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pemerintah atau ada instansi lain yang melakukan kegiatan ini, kira-kira begitu. Jadi kurang, kurang sekali kesadaran untuk melakukan hal yang baik.”
Mengenai respon dari wisatawan, wisatawan  menyambut hangat kegiatan yang diadakan  BKPEKDT  ini, wisatawan  merasa bahwa kegiatan  ini  merupakan
tindakan  nyata  dalam  memperbaiki  kondisi  Ekosistem  Danau  Toba.  Hal  yang serupa juga disampaikan oleh masyarakat yang mana tangggapan dari masyarakat
juga  bernilai  positif.  Ini  dibuktikan  dengan  antusiasnya  masyarakat  dalam mengikuti kegiatan yang berlangsung.
“Yah,  kalau  wisatawan  jelas,  wisatawan  itu  merasa  melihat  bahwa  apa yang  kita  lakukan  adalah  suatu  contoh  daripada  suatu  rencana  program,  jadi
tindakan-tindakan yang kita lakukan sebagai percontohan adalah suatu tindakan nyata.  Itu  dari  segi  wisatawan.  Nah  dari  segi  penduduk  dan  masyarakat,  nah
begitu juga, mereka antusias juga menerima mereka terbukti dengan kegiatan itu dilakukan sama masyarakat.”
Tujuan  BKPEKDT  tetap  sama  baik  sebelum  atau  sesudah  Danau  Toba ditetapkan  sebagai  Destinasi  Wisata  Prioritas.  Tujuannya  tetap  berkoordinasi
dengan  pihak-pihak  pejabat  daerah  setempat  serta  memberitahu  masyarakat tentang pentingnya perbaikan ekosistem.
Narasumber  mengatakan  tantangan  kedepannya  adalah  bagaimana merubah pola pikir  serta perilaku  masyarakat  yang ada di  Kawasan Danau Toba
untuk  menjadi  perilaku  pariwisata.  Perilaku  pariwisata  yang  dimaksud  adalah mengenai  keramahan  serta  melayani  dengan  baik.  Narasumber  menjelaskan
bahwa  budaya  yang  ada  di  Kawsan  Danau  Toba  itu  membuat  sulit  menjadikan Danau Toba sebagai pariwisata  yang  maju dikarenakan  cara  berpikir  masyarakat
tadi.  Dimana  budaya  Orang  Batak  yang  maunya  dilayani  tak  tak  mau  melayani. Sedangkan poin melayani merupakan nilai penting dalam kepariwisataan.
“Tantangannya ya kembali kepada masyarakatnya, masyarakatnya harus bisa  kita  rubah  perilakunya,  persepsinya  dulu,  perilakunya  ya,  setelah  destinasi
pariwisata  10  besar  Indonesia  ini,  mereka  harus  mampu  menjadi  perilaku- perilaku  pariwisata  ya.  Pelaku  pariwisata  itu  apa?  Yang  utama  adalah  bersifat
melayani  dan  itu  adalah  yang  paling  sudah  di  Tanah  Batak  itu.  Susah,  karena budayanya.  Budaya  kita  bukan  budaya  melayani.  Budaya  orang  batak,  budaya
raja-raja. Itulah susahnya, sedangkan masalah itu adalah masalah utama dalam masalah  pengembangan  pariwisata.  Sebagai  apapun  kita,  sebagai  pelaku
pariwisata.  Jadi  itu  yang  susah,  bagaimana  merubah  itu  Nah  jadi  saya  pikir, apabila destinasi  wisata dalam 10 besar akhirnya bisa juga gagal apabila tidak
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
disadari  masyarakat  bahwa  ini  adalah  suatu  asset  yang  maha  penting,  nah  kita buat  contohlah  bagaimana  di  Bali,  yakan,  di  Bali  itu  pelayanannya  kita  lihat
adalah  primer,  ya.  Di  Jawa  primer,  disini  enggak  Baru  lagi  kita  beli  apa-apa misalnya  kita  gak  jadi  beli;  kucampakkan  nanti,  bikin  rusak  aja  kalian.  Itu  kan
reaksi  yang  sangat-sangat  negatif.  Nah  hal-hal  seperti  itulah  yang  banyak sekarang,  bila  perlu  dipikirkan  bagaimana  membuat  masyarakatnya  menjadi
sadar dan ternyata itu adalah bagian dari cultural.”
Mengenai  komunikasi  dengan  pihak  pusat,  Narasumber  menuturkan bahwa  mereka  menjalin  komunikasi  dengan  baik  terutama  dengan  Badan
Lingkungan  Hidup.  Badan  Lingkungan  Hidup  menjadi  sarana  tempat mendapatkan  saran-saran  serta  masukan  yang  bermanfaat  bagi  perkembangan
Danau  Toba.  Setiap  ada  kegiatan  maka  Badan  Lingkungan  Hidup  akan menngikutsertakan BKPEKDT begitu juga sebaliknya.
Selanjutnya  yang  ingin  dilakukan  oleh  narasumber  adalah  meningkatkan mutu  sosialisasi  sehingga  membuat  kegiatan  sosialisasi  ini  lebih  terasa  lagi
manfaatnya  bagi  masyarakat.  Dimana  mereka  tidak  hanya  sadar  bahaya  dari adanya  gangguan  ekosistem  tetapi  juga  ikut  melakukan  tindakan  yang  nyata
dengan  tidak  lagi  membuang  sampah,  menebangi  pohon,  membuang  limbah peternakan,  restoran  dan  hotel  secara  langsung  ke  danau.  Nantinya  lingkungan
yang bersih serta tertata ini dapat meningkatkan jumlah wisatawan. “Artinya  kita  mau  meningkatkan  mutu  sosialisasi  kita  khususnya  dalam
rangka  bagaimana  supaya  masyarakat  itu  supaya  jangan  menebangi  kayu sembarangan,  kemudian  harus  dapat  menjaga  wilayahnya  dari  kotoran-kotoran
daripada  ternak,  karena  ternak  itu  banyak  disana  dan  banyak  kita  lihat  ternak masih sembarangan buang kotoran. Nah, kalau pariwisata melihat ini kan tidak
enak, tidak elok. Kalau gundul, tidak elok . kotor, tidak elok. Bagaimana mereka jauh-jauh hanya melihat itu kan. Nah, jadi kita mau meningkatkan sosialisasi kita
supaya mereka mau melakukan eksekusi terhadap perubahan sikap perilaku, yaitu kita dengan di dampingi pembuatan pilot-pilot proyek. Pilot proyek itu misalkan
meningkatkan program KOHE, kotoran hewan. Yang bisa kita lakukan semacam menjadi umpan daripada biogas. Yah kita kumpulkan itu menjadi bersih, gak ada
lagi  berserakan.  Ini  kita  lakukan  program  dalam  biogas,  sehingga  mereka  bisa mendapatkan  gas-gas  dari  metan,  bisa  mereka  gunakan  sendiri.  Nah  kemudian
mereka  tidak  lagi  ingin  membakar  kayu-kayu  akibat  biogas  ini,  karena  sudah terbuat biogas kan, jadi itu sekaligus suatu cara dan contoh lain yang bersamaan
dengan  banyak  program.  Seperti  itulah  pilot-pilot  proyeknya  yang  harus  kita kembangkan.”
Informan V
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Nama : Ir. Yusran Safri M, Si.
Umur : 63 tahun
Tanggal : 28 Juni 2016
Tempat : Kantor BKPEKDT
Yusran  Safri,  merupakan  informan  kelima  pada  penelitian  ini.  Lahir  di Medan,  19  Mei  1953  dengan  memeluk  agama  Islam.  Pria  yang  telah  berusia  63
tahun bersuku Jawa ini telah menikah dengan seorang wanita dari Suku Karo yang bermarga  Tarigan  dan  memiliki  tiga  orang  anak.  Beliau  merupakan  sarjana
lulusan  dari  Teknik  Industri  USU  dan  Master  dari  Jurusan  Pengelolaan  Sumber Daya  Alam.  Pak  Yusran  mulai  bergabung  menjadi  anggota  BKPEKDT  pada
tahun  2014.  Sebelumnya  beliau  bekerja  di  PU.  Beliau  menuturkan  bergabung menjadi  bagian  dari  BKPEKDT  ini  karena  sesuai  dengan  jiwa  yang  Ia  miliki.
Pada  masa  kuliah  pun  Beliau  mengikuti  KOMPAS  USU.  Peran  Pak  Yusran sendiri yaitu sebagai Wakil Sekretaris.
Pak  Yusran  mengatakan  badan  ini  fungsinya  untuk  mengkoordinasikan kegiatan Ekosistem Kawasan Danau Toba dimana hanya sebagai pilot projek atau
dapat dikatakan sebagai perangsang bagi masyarakat untuk melakukan aksi yang sebenarnya. Kegiatan percontohan ini ada yang bernama Aku Cinta Danau Toba.
Aku  Cinta  Danau  Toba  ini  merupakan  kegiatan  percontohan  yang  menanam pohon untuk melestarikan lingkungan kepada pelajar-pelajar SMA. Anak sekolah
menjadi  pilihan  sebagai  audiens  atau  sasaran  dikarenakan  adanya  anggapan  usia anak  sekolah  lebih  mudah  mencerna  dibandingkan  dengan  yang  sudah  berumur.
Kegiatan  yang  berlangsung  ini  pun  diberitahukan  secara  langsung  dengan mendatangi sekolah.
Media  yang  digunakan  dalam  menyampaikan  informasi  ini  pun  sedikit sekali  hanya  sebatas  koran  ketika  sedang  berlangsungnya  kegiatan  dan  tidak
menggunakan media lain termasuk radio, maupun televisi. Kesulitan yang dialami lebih cenderung kepada pola pikir masyarakat yang tidak mengetahui bagaimana
caranya  merawat  lingkungan  serta  melestarikannya.  Mengambil  contoh,
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BKPEKDT  membuat  event  mengenai  pengendalian  sampah  yang  kegiatan tersebut  mengumpulkan  sampah  untuk  dibuang  ke  dalam  tong  sampah.  Tong
sampah  kemudian  dibagi  menjadi  3  dimana  terdapat  bagian  sampah  organik, sampah non organik dan sampah B3. Sampah B3 merupakan sampah bekas obat-
obatan yang mengandung bahan kimia. Menurut  narasumber  kegiatan  yang  dilakukan  dianggap  effektif  sesuai
dana  yang dikeluarkan pemerintah  serta  mengingat kondisi  badan  ini  merupakan badan  koordinasi  yang  hanya  memberikan  kegiatan-kegiatan  rangsangan  untuk
nantinya  ditiru  oleh  masyarakat.  Kegiatan  rangsangan  ini  semestinya  diadakan setiap  tahun,  namun  narasumber  menyatakan  lagi  bahwa  itu  semua  tergantung
dari besarnya anggaran yang didapat. “Karna  kita  sifatnya  stimulan  aja  sebagai  perangsang  dan  biayanya  kecil.  Kita
anggap  efektifnya  gitu.  Misalkan  kita  buat  di  daerah  Tapanuli  Utara,  Humbang Hasundutan,  kami  buat  itu  antusias  masyarakat  memang  tinggi  juga,  untuk
mengikuti kegiatan.”
Jawaban  yang hampir sama dengan  narasumber sebelumnya. Narasumber kelima  ini  juga  menuturkan  bahwa  respon  dari  masyarakat  mengenai  kegiatan
yang  mereka  lakukan  ini  mendapatkan  respon  positif  begitu  juga  dari  aparat pemerintah.  Namun  dari  sisi  wisatawan  tidak  adanya  tanggapan  dengan  alasan
bahwa setiap kali kegiatan berlangsung tidak ada wisatawan yang ditemui karena bukan hari libur.
“Kalau  respon  masyarakat  itu  bagus,  dari  aparat  pemerintah  itu  pun bagus.  Responnya  positiflah.  Dengan  kita  buat  kegiatan  itu,  misalnya  kita
pemungutan  sampah,  kita  gotong  royong  mereka  ikut  sama  kita.  Jadi  itu kebeperanan masyarakat, itu sudah merupakan suatu dorongan sama kita. Kalau
ke wisatawan, karna kami biasanya ke lapangan itu hari kerja, bukan hari libur. Gak pernah ada.”
Kedepannya  kegiatan  yang  ingin  dilakukan  yaitu  mengulangi  kegiatan yang sudah ada agar menjadi kesinambungan serta dapat memberikan pendalaman
makna terhadap masyarakat yang ada di sekitar Danau Toba.
4.1.3. Penyajian Data
4.1.3.1. Strategi  Komunikasi  Yang  Digunakan  Untuk  Membangun
Pariwisata Di Danau Toba
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Berdasarkan  hasil  wawancara  peneliti  dengan  kelima  informan,  peneliti mengetahui  apa  saja  yang  menjadi  strategi  yang  dilakukan  BKPEKDT  dalam
memajukkan potensi pariwisata di Danau Toba. Adapun strateginya dapat dilihat pada tabel 4.1 dibawah ini:
Tabel  4.1  Strategi  yang  Digunakan  Untuk  Membangun  Pariwisata  Di Danau Toba
No. Nama Informan
Strategi yang Digunakan Untuk Membangun Pariwisata Di Danau Toba
1. Abdul Riza
- Personal Selling. Komunikasi yang
dilakukan dengan memberitahukan secara langsung kepada instansi atau pihak terkait.
- Penggunaan Baliho yang dipasang di tiap
kabupaten yang di lewati Danau Toba. -
Radio Green Samosir. -
Poster dan Stiker. -
Website.
2. Aidil Aksa
- Kerjasama dengan Camat serta melibatkan
sekolah-sekolah. Mendatangi secara langsung dengan menemui orang yang
dimaksud. -
Buletin, poster, stiker, spanduk. -
Koran namun hanya selintas saja. -
Website.
3. Ir. Ardhi Kusno
- Melakukan rapat koordinasi serta evaluasi
yang diadakan setiap tahun dengan Pejabat Daerah Setempat untuk kemudian
direncanakan kegiatan selanjutnya dan diungkapkan secara langsung kepada
masyarakat dengan mendatangi masyarakat yang dituju.
- Radio Green Samosir.
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
- Website.
4. Ir. Masdin Effendy
Girsang M,Si. Memberikan sosialisasi serta mengadakan
seminar dan diskusi untuk masyarakat agar dapat lebih mengutarakan apa yang seharusnya
diinginkan serta dilakukan.
5. Ir. Yusran Safri M, Si.
- Langsung dengan mengadakan program-
program yang telah direncanakan, seperti event Aku Cinta Danau Toba yang secara
langsung mengajak masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam memperbaiki
lingkungan danau. -
Website. Dari kelima informan diatas dapat disimpulkan bahwa strategi yang digunakan
pengadaan  event  serta  kegiatan  aksi.  Kegiatan  aksi  dan  event  secara  tatap  muka ini  dinilai  lebih  efektif  dikarenakan  masyarakat  yang  masih  terbatas  dengan
berbagai  teknologi.  Pengadaan  event-event  ini  dilakukan  dengan  mendatangi pihak  terkait  untuk  melaksanakan  program.penggunaan  media  yang  dipakai  juga
tidak banyak, koran maupun radio yang digunakan hanya berkisar ketika sebelum dan  sesudah  kegiatan  diadakan.  BKPEKDT  ternyata  juga  mempunyai  website,
dari  keempat  informan  yang  peneliti  tanyakan,  keempat-nya  menjawab  website BKPEKDT adalah www.laketoba.org.
Tabel  4.2  Proses  pengembangan  pariwisata  di  Danau  Toba  setelah ditetapkan menjadi 10 Destinasi Pariwisata Prioritas
No. Nama Informan
Proses pengembangan pariwisata di Danau Toba setelah ditetapkan menjadi 10
Destinasi Pariwisata Prioritas
1. Abdul Riza
Tidak ada yang berubah walau Danau Toba sudah menjadi destinasi prioritas. Tetap
melakukan serta mengadakan kegiatan dan membentuk forum berbasis lingkungan agar
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
masyarakat paham menjaga lingkungannya.
2. Aidil Aksa
Kami hanya akan tetap melakukan koordinasi dengan pihak terkait serta menunggu instruksi
dari Gubernur untuk keputusan ataupun kegiatan yang ingin direncanakan kedapannya.
3. Ir. Ardhi Kusno
Perubahan dalam menjalankan badan ini tetap masih sama dengan sebelum menjadi destinasi
prioritas karena memang didirikan dengan tujuan untuk menjaga lingkungan yang ada di
Danau Toba.
4. Ir. Masdin Effendy
Girsang M,Si. Tujuan yang dilakukan tetap sama, baik dulu
maupun sekarang yang tetap menjaga kelestarian ekosistem yang ada di Danau Toba
agar tidak terjadi pencemaran.
5. Ir. Yusran Safri M, Si.
Kami justru lebih membantu pemerintah dalam meningkatkan pariwisata karena tujuan dari
badan ini yang tetap menjaga kelestarian ekosistem Danau Toba.
Berdasarkan  data  diatas  menunjukkan  bahwa  proses  pengembangan  yang dilakukan  oleh  BKPEKDT  adalah  sama  dengan  sebelum  Danau  Toba  menjadi
destinasi  prioritas.  Hal  ini  dinilai  karena  memang  dari  awal  badan  ini  ditujukan untuk  memperbaiki  lingkungan  ekosistem  danau  yang  telah  rusak  dan  tercemar
oleh banyaknya faktor.
Tabel  4.3  Hambatan  yang  dialami  narasumber  sebelum  melaksanakan kegiatan
No. Nama Informan
Hambatan yang dialami narasumber sebelum melaksanakan kegiatan
1. Abdul Riza
Masalah anggaran. Dimana anggaran yang diberikan terbatas.
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2. Aidil Aksa
Tidak ada. Kegiatan yang dilakukan biasanya sudah mempunyai struktur acaranya tersendiri,
sehingga ketika direalisasikan dapat berjalan dengan lancar.
3. Ir. Ardhi Kusno
- Kurang adanya kepedulian pejabat setempat
untuk ikut membantu mengawasi serta bersama-sama dalam menjaga ekosistem
danau. -
Minimnya dana yang diberikan sehingga kegiatan yang diadakan pun seadanya sesuai
dengan anggaran yang diberikan. 4.
Ir. Masdin Effendy Girsang M,Si.
Tidak. Melaksanakan program tidak ada kesulitannya.
5. Ir. Yusran Safri M, Si.  Tidak ada.
Dari gambaran tabel diatas, terlihat ada tiga narasumber yang mengatakan tidak  mempunyai  masalah  ketika  melakukan  kegiatan,  hal  ini  didasari  karena
setiap  akan  melakukan  kegiatan  program,  BKPEKDT  sudah  melakukan  rapat terlebih  dahulu  dengan  membahas  serta  menentukan  apa  yang  akan  dikerjakan,
sehingga ketika  melaksanakan kegiatan semuanya sudah terstruktur dengan baik. Namun berbeda dengan kedua narasumber, yaitu Bang Reza dan Pak Ardhi yang
mana  mereka  mengatakan  bahwa  anggaran  merupakan  hambatan  sebelum melakukan  kegiatan.  Pak  Ardhi  juga  mengatakan  bahwa  kepedulian  pejabat
setempat masih sedikit untuk mau ikut membantu setiap kegiatan.
Tabel  4.4  Hambatan  yang  dialami  narasumber  ketika  melaksanakan kegiatan dilapangan
No. Nama Informan
Hambatan yang dialami narasumber ketika melaksanakan kegiatan di lapangan
1. Abdul Riza
Pola pokir serta sikap masyarakat yang tidak ramah.
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2. Aidil Aksa
Perilaku masyarakat sekitar Kawasan Danau Toba yang masih keras, tidak mau untuk
dibilangi atau dinasehati. 3.
Ir. Ardhi Kusno Tidak ada.
4. Ir. Masdin Effendy
Girsang M,Si. Perilaku serta cara berpikir masyarakat yang
sudah mengerti bahwa jika lingkungan itu tidak diperhatikan dengan baik akan berdampak
buruk, tetapi masih saja tetap melakukan hal buruk tersebut. Kesadaran berbuat baik untuk
lingkungannya kurang.
5. Ir. Yusran Safri M, Si.
Mindset masyarakat yang perlu dirubah dimana yang tidak tahu bagaimana cara menjaga
lingkungan menjadi tahu menjaga lingkungan itu sangat susah
Tabel yang diatas menjelaskan bahwa hambatan ketika berada di lapangan lebih  kepada  pola  pikir  serta  perilaku  masyarakat  yang  sulit  untuk  menerima
perubahan  serta  kurangnya  melakukan  kegiatan  yang  positif  seperti  untuk  tidak membuang  sampah  serta  lebih  ramah  lagi  dalam  melayani  wisatawan  yang
datang.
Tabel 4.5 Keefektifan strategi komunikasi yang digunakan No.
Nama Informan Keefektifan strategi komunikasi yang
digunakan
1. Abdul Riza
Dirasa efektif karena penggunaan baliho, stiker, poster, koran dan radio dapat langsung
didengarkan dan dibaca oleh masyarakat.
2. Aidil Aksa
Cukup efektif karena strukutur masyarakat disana yang masih tradisional.
3. Ir. Ardhi Kusno
Efektif namun belum sempurna. Dimana ketika kegiatan akan dilangsungkan terdapat beberapa
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kendala seperti dana yang lama keluar
4. Ir. Masdin Effendy
Girsang M,Si. Efektif. Karena pola pikir serta kemampuan
teknologi yang ada disana masih kecil dan belum terbuka. Tatap muka dengan
mengadakan event serta kegiatan percontohan dinilai dapat memberikan langsung pengertian
kepada masyarakat.
5. Ir. Yusran Safri M, Si.
Dianggap efektif karena kegiatan yang dilakukan hanya sebagai perangsang serta
dengan biaya yang kecil. Hal  yang dapat ditarik dari tabel  diatas adalah  bahwa kelima  narasumber
merasa  strategi  yang  digunakan  efektif.  Strategi  yang  digunakan  tersebut  dirasa efektif karena sesuai dengan pola pikir serta pola kehidupan masyarakat yang ada
di Kawasan Ekosistem Danau Toba.
4.1.4. Kesimpulan Hasil Penelitian
Dari  penyajian  data  diatas,  dapat  disimpulkan  dari  kelima  informan menjawab  bahwa  tugas  utama  dari  BKPEKDT  ini  adalah  tentang  menjaga
kelestarian  lingkungan  ekosistem  Kawasan  Danau  Toba.  Perencanaan  kegiatan yang  dilakukan  berdasarkan  lingkungan  serta  ekosistem  Danau  Toba.  Dalam
pelaksanaannya  dilapangan  anggota  BKPEKDT  memiliki  susunan  program. Keseluruhan program terkait dengan beberapa element promotion mix antara lain:
• Personal Selling
Merupakan  bentuk  komunikasi  langsung  yang  memungkinkan  penyampaian pesan dan diperolehnya umpan balik secara langsung.
• Event
BKPEKDT memiliki beberapa program yang bertema dengan lingkungan: 1
Gerakan Aku Cinta Danau Toba 2
Clean Up Danau Toba 3
Gerakan Pengendalian Sampah 4
Danau Toba Award
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Event  ini  bertujuan  untuk  merangsang  masyarakat  agar  nantinya  masyarakat dapat mengikuti serta meneruskan menjaga lingkungan.
• Sales Promotion Merchandise
Dalam  mengadakan  event  menurut  Pak  Ardhi  sebagai  narasumber  ketiga mengatakan saat mengadakan Event mereka juga member tiong sampah gratis
pada  anak  sekolah  yang  ikut  berkegiatan.  Ini  merupakan  bentuk  dari  sales promotion.
• Website internet
www.laketoba.org Adapun  pengunaan  saluran  media  yang  dipakai  dalam  menyampaikan
pesan kepada masyarakat diantaranya: 1.
Komunikasi  secara  langsung,  dimana  media  yang  digunakan  tanpa perantara  dengan  berkomunikasi  langsung  kepada  masyarakat.  Kegiatan
melalui  saluran  komunikasi  ini  meliputi  komunikasi  tatap  muka, komunikasi massa, komunikasi kelompok kecil.
2. Komunikasi  melalui  media  perantara,  beberapa  media  yang  digunakan
oleh BKPEKDT; •
Media Cetak; Baliho, Spanduk, Buletin dan Koran. •
Media Siar; Radio. •
Media Lini Bawah; Stiker, Poster Strategi  yang  dilakukan  kebanyakan  melalui  tatap  muka  atau  diskusi
didalam  forum  selain  daripada  itu  penggunaan  media  lini  bawah  banyak digunakan. Media lini bawah tersebut antara seperti poster dan stiker. Penggunaan
media cetak, media siar maupun media berbasis internet yang dipakai untuk setiap aktifitas  komunikasi  sangat  sedikit  jumlahnya  dan  nyaris  tidak  digunakan  sama
sekali. Hal  yang  mendasari  jawaban  kelima  informan  ini  adalah  karena  menurut
pandangan  mereka,  masyarakat  disana  yang  masih  tradisional  serta  akses teknologi  yang  belum  sebesar  di  kota  lebih  cocok  menggunakan  komunikasi
interpersonal  dan  media  lini  bawah  tersebut.  Dimana  media  tersebut  dapat
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
langsung  dibaca,  dilihat  serta  dipahami  oleh  masyarakat  sekitar  Kawasan  Danau Toba.
Kelima  informan  juga  mengatakan  bahwa  kegiatan  yang  mereka  lakukan akan  tetap  sama  walau  Danau  Toba  telah  ditetapkan  sebagai  10  Destinasi
Pariwisata Prioritas karena hal itu dinilai tidak berpengaruh pada visi misi mereka yang  memng  adalah  memperbaiki  ekosistem  Kawasan  Danau  Toba  dengan  cara
mengkoordinasi berbagai pihak terkait.
4.2. Pembahasan