UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
teknik pengujian keabsahan menjadi 7 teknik. Bungin, 2008:254. Adapun teknik-teknik yang digunakan pada penelitian ini yaitu:
1 Ketekunan Pengamatan
Pada teknik ini dilakukan dengan meningkatkan ketekunan dalam pengamatan di lapangan. Pengamatan bukan hanya mengandalkan
kemampuan pancaindra namun juga menggunakan semua pancaindra. 2
Triangulasi Triangulasi adalah teknik untuk menguji kreadibilitas data yang
dilakukan dengan cara mengecek pada sumber yang sama tetapi dengan teknik yang berbeda. Triangulasi dalam penelitian diartikan
sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dan berbagai teknik. 3
Pengecekan Melalui Diskusi Diskusi dengan berbagai kalangan yang memahami masalah
penelitian. Diskusi bertujuan untuk menyingkapkan kebenaran hasil penelitian. Diskusi ini dapat dilakukan dengan teman sejawat ataupun
dosen. 4
Kajian Kasus Negatif Kajian kasus negatif dilakukan dengan jalan mengumpulkan contoh
dan kasus yang tidak sesuai dengan dan kecenderungan informasi yang telah dikumpulkan dan digunakan sebagai bahan pembanding.
3.6. Teknik Analisis Data
Pada bagian ini peneliti menentukan teknik yang seperti apa yang akan digunakan dalam menyalin atau merekam data penelitian. Teknik analisis data
yang digunakan pada penelitian ini:
a. Pengumpulan Data, kegiatan pengumpulan data pada penelitian
ini adalah dengan menggunakan wawancara dan studi
dokumentasi.
b. Reduksi Data, proses pemilihan, pemusatan perhatian, pada
penyederhanaan dan transformasi data kasar yang mucul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data dimaksudkan
untuk lebih menanjamkan, menggolongkan, mengarahkan,
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
membuang bagian
data yang
tidak diperlukan,
serta mengorganisasi data sehingga memudahkan untuk dilakukan
penarikan kesimpulan. Idrus, 2009:150. c.
Display Data, pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan
dan pengambilan tindakan. d.
Verifikasi dan Penegasan Kesimpulan, penarikan kesimpulan, berupa kegiatan interpretasi, yaitu menemukan makna data yang
telah disajikan.
Universitas Sumatera Utara
44 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Proses Penelitian
Peneliti memulai wawancara pertama sekali pada tanggal 16 Juni 2016. Proses turun lapangan dapat dikatakan memakan waktu yang lama disebabkan
oleh sulitnya mendapatkan informasi mengenai keberadaan kantor BKPEKDT dan proses izin dari pihak mereka untuk diwawancarai.
Kesulitan yang peneliti alami bermula dari tidak adanya izin pihak BKPEKDT untuk melakukan wawancara. Saat pertama peneliti turun ke lapangan
pada tanggal 7 Juni 2016, peneliti menemui seorang pegawai wanita disana bernama Juliana Pasaribu. Dari Kak Juliana inilah peneliti menjelaskan
kedatangan peneliti. Singkat cerita peneliti menanyakan kepada beliau mengenai izin wawancara peneliti, karena beliau berjanji akan menayakan terlebih dahulu
kepada atasannya guna mengetahui soal izin penelitian, tetapi setelah beberapa hari berselang peneliti tidak diizinkan untuk melakukan wawancara. Beliau
mengatakan atasannya tidak memberikan izin dan apa yang dibutuhkan peneliti tidak ada pada mereka.
Tanggal 16 Juni peneliti kembali ke lapangan dengan membawa surat izin penelitian, peneliti diantarkan oleh petugas keamanan bertemu dengan seorang
pegawai disana. Pegawai itu bernama Bang Reza. Bang Reza pada awalnya enggan untuk diwawancarai karena seharusnya beliau memberitahukan dulu
kepada atasannya bahwa peneliti akan melakukan wawancara tetapi setelah peneliti berusaha akhirnya beliau mau dijadikan narasumber. Bang Reza
merupakan informan pertama pada penelitian ini sekaligus termasuk sebagai gatekeeper untuk memberikan petunjuk selanjutnya tentang siapa yang akan
diwawancarai dalam memenuhi objek penelitian. Selanjutnya peneliti berusaha untuk menjumpai atasan Bang Reza untuk
diwawancarai yaitu Pak Ardhi namun karena jadwal beliau yang sibuk beliau menjadi jarang di kantor dan sulit untuk ditemui. Akhirnya pada tanggal 20 Juni
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2016 peneliti mewawancarai Bang Aidil. Wawancara dengan Bang Aidil ini berjalan dengan lancar dan beliau menerima peneliti dengan baik.
Pada tanggal 24 Juni 2016, peneliti kembali mendatangi kantor BKPEKDT. Pada hari itu juga peneliti bertemu dengan Pak Ardhi, dengan cepat
peneliti kemudian menanyakan kesediaan beliau melakukan wawancara melalui Bang Reza. Reaksi yang diberikan Pak Ardhi hampir sama dengan apa yang
diberikan Bang Reza pertama sekali. Beliau enggan untuk melakukan wawancara, tetapi setelah dengan perbincangan yang agak lama beliau setuju untuk
diwawancarai. Pada saat wawancara berlangsung kondisi di lapangan bisa dikatakan tidak kondusif. Terdapat beberapa orang yang berada di dalam ruangan
yang sama dengan tempat peneliti melakukan wawancara. Orang-orang tersebut merupakan anggota BKPEKDT juga. Saat itu mereka sangat asik mengobrol
hingga tertawa riang sehingga mungkin mereka tidak sadar bahwa mereka menganggu proses wawancara.
Wawancara selanjutnya peneliti lakukan pada 27 Juni 2016 dengan Pak Masdin atas rekomendasi dari Bang Reza. Wawancara yang peneliti lakukan kali
ini berjalan dengan baik serta lancar. Bapak tersebut juga dengan senang menjelaskan apa-apa saja yang peneliti tanyakan.
Tanggal 28 Juni 2016 peneliti menemui informan kelima yaitu Pak Yusran yang mana merupakan saran dari Bang Reza juga selaku gatekeeper. Peneliti
melakukan wawancara tanpa ada hambatan.
4.1.2. Hasil Pengamatan dan Wawancara
Informan I
Nama : Abdul Riza
Umur : 33 tahun
Tanggal : 16 Juni 2016
Tempat : Kantor BKPEKDT
Informan pertama dalam penelitian ini adalah Abdul Riza. Pria yang akrab disapa Reza ini lahir dengan beragama Islam di Medan pada Tanggal 18
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
November 1983. Pria berusia 33 Tahun ini adalah ayah dari seorang anak dan merupakan lulusan Teknik Industri ITM. Bang Reza ini sudah enam tahun
menjadi bagian dari BKPEKDT. Walau masih tergolong muda beliau sudah diangkat menjadi Kepala Bidang Penelitian Pengembangan. Pria campuran
Padang dengan Mandailing ini sebelumnya bekerja di pelayaran serta aktif di organisasi seperti Lembaga Survey Indonesia. Beliau menambahkan lagi Ia
senang berorganisasi
apalagi organisasi
yang berhubungan
dengan kemasyarakatan.
Pada saat mewawancarai informan peneliti menggunakan kata sapaan “Bang” karena menurut peneliti usia beliau masih tergolong muda serta agar lebih
nyaman saat berkomunikasi. Sebelum peneliti masuk ke pertanyaan, Bang Reza mengatakan
bahwa mereka
BKPEKDT mempunyai
website yaitu;
www.laketoba.org. Beliau menuturkan di dalam website tersebut terdapat hal-hal yang diperlukan peneliti, seperti data-data kegiatan maupun dokumentasi
kegiatan. Namun saat peneliti mencoba membuka website tersebut tidak bisa dibuka.
Menurut Bang Reza strategi yang sudah dilakukan dalam usaha memajukan potensi pariwisata di Danau Toba itu bersifat secara tidak langsung,
dimana tugas mereka mengkoordinasikan pihak-pihak terkait yaitu seperti Kepala Daerah Setempat, Gubernur, Wakil Gubernur serta Lembaga. Tindakan
mengkoordinasi pihak-pihak terkait dimana meliputi perbaikan ekosistem yang ada di sekitar Kawasan Ekosistem Danau Toba yang mana ekosistem itu seperti
air, lahan pertanian atau pun hasil perikanan. Perbaikan ekosistem ini nantinya akan berdampak ke pada pariwisata.
“BKPEKDT ini tidak hanya bercerita tentang pariwisata, dia bercerita tentang ekosistem. Jadi ekosistem itu kan meliputi lingkungan dan pariwisata lah
kan, tapi BKPEKDT ini sebenarnya dia lebih condong ke lingkungan, sekitar lingkungan tapi berdampak ke pariwisata contohnya kayak ini, apa, kita kegiatan
danau toba award, danau toba award itu bertujuan kita memotivasi masyarakat di sekitar situ kayak kita beri penghargaanlah. Pokoknya gitulah dia bakor ini.
Udah itu, istilah nya yaitulah dia, ini kan lingkungan yang berdampak kepada pariwisata itu contohnya kegiatan forum perkapalan, di forum perkapalan itu
bakor ini mencoba berkoordinasi menyampaikan sama mereka kayak pesan-pesan inilah: jangan buang oli di danau, jangan buang sampah sembarang, itu kita
sampaikan ke mereka, cara menyampaikan itu di dalam forum.”
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Menurut narasumber kegiatan yang telah yang telah dilakukan berkisar mengenai lingkungan dimana membuat berbagai kegiatan percontohan seperti
dalam bentuk event yang nantinya akan mengajak dan diikuti oleh masyarakat. Contoh kegiatan yang mereka lakukan berkisar seperti kegiatan stimulant, dimana
kegiatan tersebut mengajak masyarakat untuk lebih memperhatikan lingkungan. Event-event yang telah mereka laksanakan, meliputi: Gerakan Aku Cinta Danau
Toba, Gerakan Pengendalian Sampah, Clean Up Danau Toba. kegiatan ini adalah dengan cara mereka langsung ke danau untuk membersihkan sampah.
Saat menyampaikan setiap kegiatan Bang Reza mengungkapkan lebih sering melakukan pemberitahuan secara langsung atau tatap muka, dimana
biasanya mereka langsung mendatangi kantor-kantor daerah setempat untuk melakukan kerjasama guna menjalankan sebuah acara. Setelah mengkoordinasi
dengan kepala daerah biasanya mereka mendatangi sekolah-sekolah yang ada di sekitaran Kawasan Danau Toba untuk kemudian memberitahu melalui pihak
sekolah Kepala sekolah untuk mengajak anak-anak sekolah tersebut untuk mengikuti kegiatan yang akan berlangsung. Kegiatan yang di lakukan berupa
membagikan bibit-bibit tanaman untuk kemudian di tanam anak sekolah tersebut. Beliau menuturkan kegiatan ini dilakukan kepada anak usia sekolah agar mereka
mengerti dan nantinya ketika dewasa akan lebih mencintai lingkungan. Pada usia ini merupakan usia terbaik bagi mereka untuk mempelajari lingkungan. Sekolah
yang dipilih pun dilakukan dengan cara acak dimana setelah itu barulah mereka melakukan komunikasi dengan Kepala Sekolah terpilih.
“Kayak macam Gerakan Aku Cinta Danau Toba itu dia kita mengajak anak-anak sekolah untuk melakukan penanaman pohon. Umumnya itu kita
mengajak mereka itu misalnya di sepanjang jalan menuju sekolah mereka. Di kampong-kampung umumnya kan mereka masih jalan. Jadi mereka; ituloh pohon
yang kita kita tanam, sembari kita tanamakan juga rasa kecintaan mereka terhadap lingkungan karna ya tujuan utamanya itu kan kalau dari sejak dini
mereka sudah mencintai lingkungan yakan, kan sudah terpatri ketika sudah dewasa ya kan, jadi mereka bisa lebih memahami lingkungan itu seperti apa.
Emang sih yang diajak itu anak SMP dan SMA. ”
Dalam menyebarkan informasi maupun mengkoordinasikan pihak-pihak terkait, Bang Reza lebih senang menggunakan cara lama, seperti melalui diskusi
atau forum, yang mana dalam forum tentunya langsung bertatap muka kepada
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
lawan bicara sehingga pesan yang disampaikan lebih terorganisir. Ketika menyampaikan kegiatan yang akan mereka lakukan kepada masyarakat pun hanya
menggunakan Baliho, Poster, Stiker, dan Buletin. Dimana isi pesan dibuat se- persuasif mungkin untuk menyampaikan tujuan yang ingin dicapai.
“Ya berupa inilah, kayak baliho. Kayak baliho itu ada kita pasang di Sembilan kabupaten kotalah, disitu kita ada pasang dia kayak, salah satu contoh
pesannya: Danau Toba, pokoknya untuk anak cucu lah bahasanya dia.” Adapun penggunaan koran atau radio hanya sekedarnya saja ketika ada
kegiatan berlangsung. Beliau menambahkan lagi, biasanya mereka menggundang atau memberi press release kepada wartawan untuk kemudian wartawan
publikasikan. Selain koran, radio juga digunakan untuk menyampaikan kegiatan- kegiatan yang mereka lakukan, namun sama seperti koran, radio yang mereka
gunakan hanya saat ketika akan berlangsungnya kegiatan. Radio yang digunakan merupakan radio daerah yaitu Radio Green Samosir.
“Televisi gak ada, tapi kalau radio itu kita kerjasama dengan Radio Green Samosir namanya, jadi Radio Green Samosir ini kan dia aktif masalah
lingkungan, kayak kegiatan kita kadang kita undang mereka ya mereka meliput langsung contohnya kegiatan aku cinta danau toba di tanah ponggol samosir, itu
langsung mereka liput, langsung di publikasi ke masyarakat, karena kan langsung dihadiri sama bupatinya.”
Saat ditanyakan kepada beliau mengapa tidak menggunakan media berbasis internet seperti Facebook dan Twitter, rencana untuk membuat media
tersebut ada namun belum dapat terealisasi, sementara itu yang mereka punya saat ini hanyalah website.
“Memang rencana seperti itu ada, jadikan mungkin disekitar tahun ini jugalah nanti dimunculkan seperti facebooknya BKPEKDT, nanti kita
muculkanlah daerah-daerah wisata Danau Toba.” Respon yang diberikan oleh masyarakat kepada kegiatan yang dilakukan
biasanya bernilai positif, yang mana masyarakatnya justru menyarankan untuk mengulangi kegiatan yang sama pada tahun yang akan datang. Tetapi dari segi
wisatawan tidak pernah ada respon dikarenakan tujuan wisatawan datang itu hanya untuk berlibur bukan untuk ikut melakukan kegiatan yang ada disana.
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Media yang efektif menurut beliau dalam penyampaian pesan kepada masyarakat adalah melalui media cetak. Dimana media cetak seperti koran dapat
langsung dibaca masyarakat, poster atau pun baliho dapat langsung terlihat oleh orang-orang yang ada di sekitaran Kawasan Danau Toba.
“Sebenarnya kalau disini kan gini dek, banyak disini bekas-bekas kepala dinas, jadi mereka lebih senang publikasinya itu ya media-media cetak, jadi lebih
senang itu, kan kalau media cetak kan langsung dibaca orang, tercerna dia, maklumlah namanya orang tua.”
Kesulitan yang dialami saat menjalankan program tidak begitu berat, dimana beliau menuturkan saat mengadakan program tujuannya adalah untuk hal
yang positif, sehingga jarang ada kesulitan yang dialami. Jika pun mengalami kesulitan hanya beberapa dari masyarakat yang meminta uang sebagai uang
makan mereka. Dari sisi wisatawan, menurut Bang Reza tidak pernah ada wisatawan yang merespon program mereka. Dimana kegiatan wisatawan itu
hanya untuk berlibur. “Kalau kesulitan mungkin tidak begitu terasa, karena umumnya kalau kita
untuk mengajak yang baik, pasti orang mau respon, kalau ada ini-ini sikit tidak begitu ini kalilah. Ya wajarlah itu, namanya kadang-kadang kalau kita ngajak
orang melakukan pembersihan enceng gondok di kawasan ini, yakan kita ngajak orang ya adalah sedikit uang makannya, paling itu ajalah. Kalau kesulitan yang
gimana-gimana gak ada sih. Wisatawan tidak pernah ada sih ya, karena gini juga sih umumnya, wisatawan-wisatawan ke danau toba cuma mau buat rekreasi,
bukan mau gimana, tapi ada juga dia, paling mereka hanya melakukan penelitian, kayak kemarin ada melakukan kerjasama sama kita mengenai penelitian kualitas
air.”
Program yang sudah direncanakan dianggap sudah baik oleh narasumber, dimana program atau kegiatan yang dilaksanakan dapat memberitahu kepada
masyarakat bagaimana semestinya menjaga lingkungan, serta pentingnya kebersihan Danau Toba untuk masyarakat sekitar. Namun belakangan,
narasumber menuturkan bahwa kurang adanya perhatian dari pemerintahan sendiri terhadap lingkungan sekitar Danau Toba, beliau beranggapan bahwa
pemerintah hanya memikirkan tentang hasil yang akan di dapat dari pariwisata tanpa memikirkan lingkungan.
“Sebenarnya kalau rencana program sudah bagus kayak contohnya kan. Kalau program itu, kalau kita bilang ya sudah bagus sih, cuma karna kita sebatas
berkoordinasi jadi paling yang perlu kita tingkatkan itu, kita terus mendorong pihak-pihak yang terkait untuk tetap eksis dan melakukan secara stimulant apa-
apa yang jadi yang perlu diperhatikan di Danau Toba. Karna kan kadang, kita
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
bukan menjelekkan apa, pemerintah kota sendiri tidak begitu peduli. Contohnya ini kita bilang, kalau bicara mutu air, inikan sekarang udah dengar juga kan
tentang Badan Otorita Danau Toba, jadikan itu dia bergerak dibidang pariwisata aja kan. Pemerintah sendiri aja tidak memperhatikan lingkungannya, dia hanya
berpariwisata aja, akhirnya kayak kerambah-kerambah itu, enceng gondok, itukan. Tapi itu-itu sebagian sih udah kami kerjakan. Pokoknya yang kami
kerjakan pembersihan enceng gondok, yakan udah itu pengendalian sampah, itu pengendalian sampah itu kita mengajak, seperti kita buat event, acara, kita
kumpulkan anak-anak sekolah meliputi juga penduduk sekitar kita buat di pantai parbaba, di Samosir. Itulah kita ajak anak-anak itu sembari kita memberikan
bantuan tong sampah. Itu kita sebut Gerakan Pengendalian Sampah.”
Dalam menjalankan program stimulant ini yang paling menjadi hambatan menurut Bang Reza adalah adalah mengenai masalah anggaran.
“hambatannya? paling masalah anggaran, kalau hambatan sih paling gak ada, ya keterbatasan anggaran lah kami-kami jujur keterbatasan anggaranlah
karena jujur aja, karnakan eheem yang kita buat kecil-kecilnya dek. Caranya yang kita bentuk event-event. “
Ketika ditanyakan apa yang harus dilakukan BKPEKDT kedepannya setelah Danau Toba masuk jadi Destinasi Pariwisata Prioritas Bang Reza
mengatakan bahwa hal yang harus diperbaiki adalah mengenai sifat atau karakter masyarakat yang ada di sekitaran Danau Toba yaitu sifat melayani orang.
Membandingkan dengan Pulau Jawa, Bali serta Aceh yang mana masyarakatnya sudah sangat terbuka dengan wisatawan serta baik melayani wisatawan. Karena
itulah mereka membuat berbagai forum termasuk forum pendidikan. Forum pendidikan ini nantinya akan diwakili murid-murid terbaik untuk diundang
bersama narasumber yang berkompeten dalam memberitahu mengenai lingkungan di sekitar Danau Toba.
Komunikasi yang dijalin dengan pihak pusat meliputi; Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Kehutanan Lembaga Penelitian LIPI serta
Kementrian Kelauatan Perikanan. Dimana hal-hal yang nantinya berkaitan dengan Danau Toba akan saling dibagikan.
Di sisi lain Bang Reza menambahkan banyak sebenarnya orang sukses yang bersuku Batak, namun hanya mementingkan diri sendiri. Beliau mengatakan
hal ini dikarenakan terdapatnya tokoh yang mempunyai peran penting di Tanah
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Batak tersebut namun kepentingan serta apa yang dia miliki tidak beliau bagikan kepada masyarakat sekitar.
“Sebenarnya cemana ya kita bilang, banyak orang-orang kaya umumnya orang-orang Batak banyak yang kaya tapi mereka hanya mentingkan diri mereka
sendiri, kalau kamu pernah ke Balige, ada namanya hotel yang punyanya T.B. Silalahi, dia itu marketingnya bagus, banyak wisatawan-wisatawan yang datang
pake bus, tapi ya itu, mereka hanya datang dari Medan langsung hotel, udah gitu.”
Selain dari sifat mementingkan diri sendiri, yang menjadi kesulitan yaitu sifat masyarakat disana yang susah diatur. Dimana terkadang para pemangku
jabatan serta organisasi, komunitas ataupun yayasan di wilayah Kawasan Danau Toba masih tidak saling berkoordinasi.
“kadang kesulitan gini dek, kesulitannya bukan maksudnya apa. Sifat kita yang susah di atur masih ada. Jadi kadang-kadang ada kesannya pemerintah
PEMKAB nya bekerja sendiri-sendiri.”
Informan II
Nama : Aidil Aksa
Umur : 36 tahun
Tanggal : 20 Juni 2016
Tempat : Kantor BKPEKDT
Peneliti kemudian melanjutkan wawancara dengan Bang Aidil Aksa. Pertemuan yang terjadi dengan narasumber yang satu ini bisa dibilang tak terduga.
Peneliti awalnya berniat untuk menemui Bang Reza selaku gatekeeper untuk penelitian ini, namun ternyata beliau tidak ada ditempat, sehingga peneliti
memutuskan untuk mewawancarai Bang Aidil saja. Informan kedua dalam penelitian ini adalah Pria kelahiran Bukit tinggi, 4
Mei 1980. Pria ini bernama Aidil Aksa. Di tahun 2016 ini beliau menginjak usia 36 tahun. Bang Aidil yang merupakan lulusan S1 Komputer di Universtitas Putra
Indonesia Padang ini sudah menikah dan memiliki dua orang anak. Bang Aidil yang sebelumnya merupakan tenaga honor dibadan lingkungan hidup, kemudian
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
masuk menjadi anggota BKPEKDT pada Tahun 2010. Bang Aidil sendiri merupakan staf sekretariat dimana tugasnya yaitu membantu para kepala bidang.
Hampir serupa dengan apa yang disampaikan oleh Bang Reza Menurut beliau
tugas dari
BKPEKDT ini
yaitu badan
koordinasi, dimana
mengkoordinasikan instansi terkait dalam pengelolaan lingkungan di kawasan Danau Toba. Instansi terkait yang dimaksud itu seperti badan lingkungan hidup
daerah dan kementrian perikanan. Bentuk dari kegiatan yang dilakukan merupakan bentuk percontohan, seperti agroforesti, kegiatan aksi Aku Cinta
Danau Toba, kegiatan aksi pengendalian sampah dan segala kegiatan berskala kecil untuk lingkungan Ekosistem Kawasan Danau Toba.
Dalam memberitahukan informasi mengenai kegiatan yang akan diadakan, biasanya beliau terlibat secara langsung melakukan hubungan tatap muka dengan
instansi-instansi terkait serta masyarakat secara langsung. Selanjutnya beliau mendiskusikan bersama seperti apa baiknya nanti jalannnya acara serta siapa-
siapa sajakah yang layak menjadi narasumber. “Kita kerjasama dengan camat, kita melibatkan sekolah, kita kerjasama
dengan kepala sekolah. Sebelumnya kita survey dulu sebelum melakukan kegiatan. Kalau kegiatan aku cinta danau toba ini kita melibatkan siswanya,
kerjasama dengan guru. Kegiatan itu kan kami buat ini berpusat di samosir, kita koordinasi dulu dengan instansi terkait dimana cocoknya kegiatan ini
dilaksanakan misalnya seperti kegiatan pembersihan enceng gondok, kira-kira enceng gondoknya banyaknya dimana, itu diarahkan sama instansi terkait di
daerah bisa aja camat bisa aja badan lingkungan hidup atau instansi lain.”
Perencanaan yang telah dilakukan dalam meningkatkan jumlah wisatawan merupakan bentuk akibat dari setiap kegiatan yang mereka lakukan, dampak ini
secara tidak langsung berpengaruh pada kegiatan pariwisata. Badan ini bertugas melakukan pengontrolan Kerambah Jaring Apung KJA yang melebihi ambang
batas sedangkan untuk dampak yang secara langsung Bang Aidil ini mengatakan tidak ada kaitannya dengan wisata.
“Mungkin itu gak ada ya, kami lebih menjaga ekosistemnya aja, ekosistem kawasan danau toba aja ya, kami paling ngontrol KJA ya kan, mungkin itu udah
melebihi ambang batas. Kalau untuk memajukan pariwisata, ya kita tidak bisa membuat kebijakan, jangan lakukan itu kita hanya sebatas koordinasi saja. Untuk
memajukkan masyarakat, kita buat kegiatan-kegiatan percontohan aja, skala kecil. Mungkin macam kami ada buat kegiatan danau toba award, jadi kegiatan
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
danau toba award itu kita misalnya menilai hotel, kapal, desa, itu nanti kita kasih penghargaan.”
Dalam melakukan kegiatan-kegiatan percontohan, mereka biasanya mendatangi langsung camat kemudian mengajak sekolah-sekolah melalui kepala
sekolah serta guru yang ada disekolah terpilih. Media yang digunakan pun sedikit hanya berupa website serta stiker, poster dan buletin. Buletin ini mulai digunakan
pada tahun 2010. Jika pun menggunakan koran hanya sepintas saja digunakan ketika ada kegiatan atau event yang berlangsung. Beliau menambahkan media
yang mereka gunakan cukup efektif dengan masyarakat disana seperti spanduk, poster ataupun baliho karena mengingat lokasi sasaran yang masih berbentuk
desa. “kita punya website, itu websitenya sembari menunjuk ke sebuah tulisan
yang ada di papan tulis. Paling itulah kita ada punya poster, kita ada stiker, ada punya kita menerbitkan buletin mulai dari tahun 2010, 2011. Ini ada edisinya ini.
Di koran itu selintas kalau ada kegiatan-kegiatan, baru nanti dimasukkan ke koran.”
Kesulitan yang dirasakan menurut pandangan Bang Aidil bisa dibilang tidak terlalu menganggu, dikarenakan setiap kegiatan yang dilakukan sudah
mempunyai susunan acara tersendiri dimana susunan tersebutlah yang direalisasikan di lapangan. Hal lain juga yang mendasari pernyataan beliau adalah
kegiatan yang mereka adakan ini hanya dalam bentuk kecil dan tidak terlalu besar sehingga masih mudah untuk mengaturnya.
“kita udah format kegiatan ini ya kita realisasikan dilapangan, InsyaAllah berjalan dengan lancar, yah itu hanya dalam bentuk kecil, misalnya. Ruang
lingkupnya gak terlalu besar gitu. Macam penilaian itu, mungkin kita menilai desa ini, desa ini, kita ambil contohnya aja yakan, jadi kita angkat. Misalnya
penilaian hotel, ini hotel-hotel masuk kriteria berwawasan lingkungan atau sampahnya di bagus dibuangnya, diolahnya, bagus kebersihannya, dijaganya,
TPA-nya, TPS nya semua dijaganya.”
Dari tanggapan yang dilontarkan oleh narasumber program yang direncanakan ini sudah cukup baik. Dikatakan cukup karena badan ini hanya
bersifat badan koordinasi sehingga terbatas jika mau melakukan sebuah program ataupun kegiatan. Adapun kegiatan yang dilakukan hanya berupa percontohan-
percontohan saja seperti mengingatkan masyarakat supaya menjaga kebersihan serta untuk tidak membuang sampah ke danau. Hambatan yang dikemukakan oleh
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
narasumber ketika menjalankan program lebih berkisar pada perilaku masyarakat sekitar yang keras.
“hambatan itu pasti ada aja, karena apalagi perilaku kita Orang Batak ini keras-keras, tak mau dibilangi juga kadang, susah. Perilaku.”
Respon yang diberikan masyarakat setiap diadakannya kegiatan bernilai positif, dimana masyarakat meminta untuk mengulangi lagi kegiatan yang sama di
tahun yang akan datang. Namun dari segi wisatawan sendiri belum pernah ada respon yang didengar oleh narasumber.
“Kita gak ada indikatornya ya, dia merespon seperti apa. Maksudnya komplainnya gitu? Respon ada, setelah selesai acara dia gini: iyalah tahun-tahun
besok disini lagi, kita adakan lagi yang lebih dari ini Pak. Responnya baik. Respon negatif, saya dengar langsung gak ada, postif aja karna kita kan udah
bikin kegiatan, kita rangkul mereka, kita libatkan lurah, camat, semua kita libatkan.”
Tujuan BKPEKDT tidak ada yang berubah walaupun Danau Toba sudah lebih diperhatikan oleh pemerintah mengingat tujuan mereka adalah untuk
mengkoordinasikan berbagai pihak terkait yang ada di sekitaran Kawasan Danau Toba untuk lebih memperhatikan lagi Ekosistem Danau Toba. Tantangan yang
akan dihadapi kedepannya dengan mengubah pola pikir masyarakat yang ada disana untuk membatasi keramba jaring apung.
“Tantangannya ya kita harus merubahkan pola pikir orang disana, membatasi keramba jaring apung atau kalau memang harus diangkat, biar airnya
bersih lagi, biar airnya tidak melewati ambang batas kan udah ada ininya, baku mutunya. Tidak melebihi itu, tidak tercemar, dan orang mandi pun tidak gatal
lagi yakan.”
Dalam menjalankan beberapa kegiatan BKPEKDT juga berkerjasama dengan beberapa bagaian pemerintahan pusat seperti LIPI dan mencari informasi
ke kementerian lingkungan hidup Dalam mewujudkan Geopark Kaldera Danau Toba mesti diadakan lagi
kerjasama-kerjasama serta memperbaiki infrastruktur yang ada sehingga wisatawan tertarik untuk ke Daerah Wisata.
“Ya kita lakukanlah perlahan-lahan, mengadakan kerjasama-kerjasama mulai merintis kegiatan-kegiatan kecil, kegiatan besarnya juga, paling itulah
mungkin infrastrukturnya mungkin harus diperhitungkan juga, masyarakatnya.
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kembali kemasyarakatnya lagi, mungkin pembangunan daerah-daerah wisata seperti outbond.
Kedepannya yang ingin dilakukan tetap sebatas koordinasi dan mengulangi kegiatan-kegiatan lama, mengkoordinasikan ke instansi terkait
sehingga masyarakat menjadi lebih mengerti dan paham.
Informan III
Nama : Ir. Ardhi Kusno
Umur : 63 tahun
Tanggal : 24 Juni 2016
Tempat : Kantor BKPEKDT
Pria Kelahiran Medan, 15 Mei 1953 merupakan informan ketiga pada penelitian ini sekaligus merupakan Ketua Harian dari BKPEKDT. Pria berumur
63 tahun ini adalah Ardhi Kusno. Pria yang sudah menikah dan memiliki empat orang anak ini merupakan lulusan Sarjana Strata 1 S1 dari Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara USU. Beliau menyelesaikan pendidikannya pada Tahun 1978. Pak Ardhi bergabung menjadi bagian BKPEKDT mulai tahun 2009
dimana sebelumnya Beliau adalah Pelaksana Tugas Kadis Sumatera Utara. Pak Ardi ini sendiri diangkat menjadi Kepala Harian BKPEKDT pada Bulan Juni
2012. Awal peneliti memberikan pertanyaan, Pak Ardhi menjelaskan terlebih
dahulu struktur serta siapa saja yang berperan dalam BKPEKDT ini. Beliau menjelaskan bahwa dalam BKPEKDT ini terdapat dua dewan yang mana satu
berupa Dewan Manajemen dan satu lagi berupa Dewan Pelaksana. Dewan Manajemen diketuai oleh Gubernur Sumatera Utara serta dengan Wakil Ketua
adalah Wakil Gubernur Sumatera Utara, anggota dari Dewan Manajemen ini pun merupakan para Bupati sekawasan Danau Toba sedangkan Dewan Pelaksana itu
ketuanya adalah Wakil Gubernur Sumatera Utara, kemudian terdapat Wakil Ketua I,II,III dan ada Ketua Harian.
Menurut beliau strategi yang dilaksanakan untuk wisata Danau Toba ini dilakukan dengan cara yang tidak langsung, dimana tugas BKPEKDT adalah
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
mengkoordinasikan instansi se-Kawasan Danau Toba untuk bersama-sama menjaga serta melestarikan lingkungan Danau Toba. Dimana kelak lingkungan
yang asri ini dapat mendatangkan wisatawan. Adapun tugas mereka dikenal dengan tujuh sasaran manfaat Ekosistem Kawasan Danau Toba yaitu air. Kualitas
air di Danau Toba ini tentunya akan sangat berdampak pada aktivitas pariwisata, karena air ini harus bisa direnangi serta dapat dijadikan air minum. Selain itu
ekosistem di Kawasan Danau Toba harus dijaga kelestariannya serta dihindarkan dari bahan kimia pertanian. Selain daripada itu dapat digunakan sebagai
pembangkit tenaga listrik serta baik tanaman ataupun hewan yang ada di Kawasan Danau Toba dapat hidup dengan baik juga terdapat udara yang nyaman.
“tugas kami itu, kita ada yang namanya tujuh sasaran manfaat ekosistem kawasan danau toba, itulah tugas kami, ruang lingkup kami. Yang pertama itu
terkait dengan pariwisata nanti, yang pertama, itu bagaimana air danau toba itu dapat diminum itu sesuai point nomer satu artinya itu kan itu harus dijagalah,
kebersihannya juga pencemarannya, yang kedua, danau toba itu nyaman dan dapat direnangi itukan bisa ke pariwisata kemudian yang ketiga, itu ekosistemnya
optimal, kemudian disana itu juga seperti ikan, produksi pertanian tidak terkontaminasi sama peptisida. Jadi aman dan nyaman. Kemudian juga danau
toba itu bisa digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik. Itulah PLTA itu sekarang. Yang keempat, Flora dan Fauna itu aman hidup disana, tidak
terganggu, tidak terusik karna faktor hal-hal yang menganggu, yang terakhir itu kaitan masalah udara. Udara itu nyaman. Jadi kalau sampai sekarang ini dari
ketujuh itu, ini masih udara yang masih nyaman, lainnya sudah terganggu artinya ada istilah terkontaminasi ada mungkin tingkat pencemarannya sudah sama
dengan air danau toba tingkatnya sedang, hasil kajian dari BLH. Jadi kalau kaitannya dari masalah pariwisata tugas kami itu adalah mengkoordinasikan
daripada objek-objek wisata disana itu dalam kaitan berbasis lingkungan. Karna danau toba yang mau kita jual itu keindahannya terkait masalah lingkungan.”
Terdapat beberapa isu yang menjadi konsentrasi dari pihak BKPEKDT ini meliputi air Danau Toba yang sudah tercemar berat. Beliau menuturkan
tercemarnya air tersebut disebabkan oleh banyak faktor dan bukan hanya satu faktor yang melatarbelakanginya. Kerambah jaring apung, residu pakan, residu
peptisida serta residu dari deterjen yang biasanya dipake masyarakat untuk mencuci pakaian ditambah dengan limbah hotel dan restoran membuat air di
Danau Toba tercemar. Kerambah jaring apung yang ada juga sudah dinilai melebihi ambang batas. Beliau menuturkan juga bahwa ada kesan bahwa Danau
Toba itu seperti tempat pembuangan raksasa.
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
“Jadi kalau sekarang ini itu ada beberapa isu aktual yang mucul disana itu. Meliputi: yang pertama, air di danau toba itu sudah cemar sedang bahkan
sebagian itu sudah cemar berat. Itu banyak faktor penyebabnya. Masuklah antara lain dampak daripada banyakanya kerambah jaring apung, residu pakan,
kemudian residu daripada peptisida pertanian masuk kedalam juga, residu dari masyarakat disana itu mencuci pakaian dengan menggunakan soda, deterjen.
Sudah itu juga limbah-limbah hotel, limbah-limbah restoran di kawasan danau toba itu belum menggunakan ipal komunal di ajibata, sebagian masih langsung
buang ke danau. Itulah gangguan. Kemudian yang kedua ini juga, jumlah keramba jaring apung. Kerambah itu sudah melebihi daya tamping. Itulah
kemarin yang kita dengar, ikan mati itu, di daerah harang gawol. Sudah padat. Jadi hasil kajian danau toba dengan koordinasi dengan BLH dengan LIPI itu
harus dikurangi jumlahnya sekitar 30. Yang keuda juga ini, apa namanya, limbah organik. baik cair maupun padat udah masuk. Jadi otomatis kesannya
seperti Septitank raksasa. Gitu kesannya. Itu contohnya ada peternakan babi all grindo, itu ipalnya itu ada, tapi itu kadang-kadang mereka buang langsung
dibuang ke danau kotoran itu. Jadi kan itu harusnya diawasi, dimonitor oleh badan lingkungan hidup kabupaten setempat ya, juga sekarang yang kita repot itu
kaitan masalahnya ini, tutupan vegetasi tumbuh-tumbuhan keras. Itu idealnya itu harus 30 tapi sekarang tinggal 20, 22. Itu hasil kerjasama kami dilapangan.
Itu hal-halnya yang kita hadapi yaitu masalah enceng gondok. Enceng gondok itu punya korelasi dengan tingkat cemaran itu, jadi makin tinggi itu tercemar, itu
enceng gondok makin cepat penyebarannya, karna dia suka air-air yang kotor, kalau yang bersih gak suka dia. Disamping itu juga enceng gondok ini
mempunyai sepora, cepat sekali itu menyebarnya. Kadang-kadang kan itu dia sepora menyebar kemana, dia migrasi kenak angin, terus kembang dia. Jadi
itulah yang coba kami tanganin, kami koordinasikan dengan kabupaten terkait. Misalnya dengan Kabupaten Samosir, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Toba
Samosir, Kabupaten Humbang Hasundutan, itu yang sangat terkait, Tapanuli Utara untuk menangani hal yang kita hadapi seperti itu.”
Dalam memberitahukan informasi ataupun kegiatan biasanya mereka melakukan rapat atau diskusi bersama para pejabat setempat untuk membahas
mengenai apa-apa saja yang akan dipersiapkan untuk kegiatan selanjutnya. Rapat ini pun biasanya diadakan setiap tahun bersama para dinas-dinas yang terkait
seperti; Dinas Pertanaian, Dinas Peternakan dan Dinas Kesehatan serta para Kepala Daerah Sembilan Kabupaten Kawasan Danau Toba. dari hasil rapat inilah
nantinya akan ditentukan seperti apa rancangan kegiatan yang akan berlangsung. Narasumber menjelaskan lagi jika badan ini mempunyai sifat koordinasi dan tidak
bisa melakukan tindakan eksekusi tanpa izin serta tanggapan dari Dewan Manajemen. Dengan kata lain semua harus didiskusikan terlebih dahulu barulah
BKPEKDT ini dapat bertindak.
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
“yang pertama namanya rapat koordinasi dan evaluasi dengan lesson officer LO itu, LO itu adalah Kepala Bapeda dan Kepala BPH Sembilan
kabupaten. Itu yang kita rapat setiap tahun, termasuk evaluasi apa yang dikerjakan mereka dan juga kita ada tim teknis itu anggotanya pejabat eselon 3
dinas terkait, dinas mungkin dari BLH , dinas pertanian, dinas peternakan., dinas apa namanya, dinas kesehatan, ada berapa tu, itu, itu kita tiap tahun rapat tu
membahas bagaimana kondisi Danau Toba. Apa kegiatan yang mereka laksanakan. Apa dampaknya, karena kalau kami ini kan
sifatnya mengkoordinasikan. Kami itu tidak bisa eksekusi, jadi kami itu kalau udah habis
itu kita koordinasi dengan LO tadi itu, dengan tim teknis, atau dengan para bupati. Jadi seharusnya setiap tahun itu ada yang namanya rapat dewan
manajemen dengan mengundang langsung Gubernur dengan para Bupati. Inilah yang kita sampaikan, Danau Toba Tahun ini begini kondisinya gitu, jadi itu kita
untuk menangani ini sama- sama gotong royong. Kami punya kami ini kecil, jadi kami paling yang rapat-rapatlah udah gitu kami bikin percontohan. Paling itu
ajalah. Karna kami itu hanya bisa percontohanlah.”
Dana yang di dapat oleh BKPEKDT ini merupakan dana dari APBD serta juga merupakan hasil kerjasama dengan PT. Inalum yang mana Inalum
melakukan CSR. Dari APBD serta dengan kerjasama-kerjasama inilah baru BKPEKDT mendapatkan dana untuk melancarkan kegiatan mereka. Kegiatan
yang dilakukan merupakan kegiatan yang bertema lingkungan dimana seperti penanaman pohon mangga muara yang dilakukan di Pulo Sibandang.
Pengendalian sampah di daerah wisata seperti Parapat atau Tongging juga dilakukan. Ini berguna untuk konservasi sekaligus meningkatkan ekonomi
masyarakat sekitar. “Misalnya itu menanam pohon mangga muara di pulo sibandang. Itu kan
tujuannya untuk konservasi sekaligus meningkatkan ekonomi masyarakat kalau berhasil dan udah itu kita juga ada pengendalian sampah di daerah ojek wisata
misalnya, di parapat, di tongging gitu ya, disana itu kita sosialisasikan sama masyarakat terkait melalui camat, kita kumpulkan, kita jelaskan dulu kepada
mereka bagaimana caranya. Kita berikan bantuanlah tong sampah.”Itu juga dana kita dari APBD, kita juga ada CSR dari PT. INALUM. Tempo lalu tahun
2015 itu kita adakan bersama CSR, nanti kita laksanakan yang pertama untuk pengendalian sampah di muara kemudian di bakti raja bakara ditambah lagi
dengan peremajaan mangga muara. Kedua juga enceng gondok, ada yang kita laksanakan spot-spot, ada yang kita koordinasikan ke kabupaten. Kita tangani
eceng gondong kita tangani yang di daerah objek wisata dan dermaga itu yang harus kita upayakan, kalau bersih pun tak lah bersih kali, karena memang agak
payah ya, artinya begini kita pun bersihkan dalam minggu ini, minggu depan bisa nambah lagi. Harusnya itu emang dirawat oleh Camat, oleh Kepala Desa, oleh
masyarakat tapi kan itu tidak semudah mengatakannya.”
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tak hanya menanam tanaman konservasi serta pengendalian sampah, mengadakan award juga dilakukan, yang mana award ini ditujukan kepada hotel-
hotel yang ada di Kawasan Danau Toba. Award ini bertujuan agar pihak hotel lebih mau lagi menjaga kebersihan lingkungan Danau Toba dengan cara menilai
sistem pembuangan hotel agar limbah hotel-hotel yang ada tidak di buang ke danau. Selain daripada itu forum ini juga berfungsi untuk mengingatkan para
pihak hotel untuk lebih baik lagi dalam melayani wisatawan. Dimana menurut narasumber pelayanan yang dilakukan oleh pihak hotel yang berada di Kawsan
Danau Toba ini kurang baik jika dibandingkan dengan pelayanan hotel yang sudah ada di Bali ataupun Jakarta. Sifat sosial para petugas hotel disana yang
kurang ramah serta tidak mudah untuk melayani menjadi suatu ciri buruk untuk sebuah hotel, yang mana mestinya para pegawai hotel yang ada di Kawasan
Danau Toba lebih ramah dan mau melayani, karena nilai dari pelayanan merupakan dampak yang sangat berpengaruh. Aksi pemberitahuan ini dilakukan
dengan cara mengundang para petinggi-petinggi hotel yang ada di kawasan danau dengan mengumpulkan mereka dalam sebuah forum. Forum tersebut biasa disebut
dengan Forum Perhotelan. Bukan hanya untuk hotel, forum ini juga disediakan untuk para pemilik ataupun pengemudi kapal yang bernama Forum Perkapalan
yang fungsinya untuk memberitahu kepada isi forum aga juga menjaga lingkungan danau dengan tidak membuang bekas oli serta untuk mengingatkan
kepada setiap penumpang yang naik kekapal untuk tidak membuang sampah. “hotel kita buat tuh, restoran. Artinya kita itu memotivasi jangan
membuang limbahlah ke danau ini. Itulah intinya, danau ini objek wisata kita, kalau danau ini bagus, kemari banyak tamu, uang masuk ini banyak. Kan itu
bahasa kasarnya kan. Untuk itu kita ada namanya forum perhotelan, itu forum itu adalah suatu kumpulan para yang mewakili pengusaha hotel, kalau yang kecil
langsung pengusahanya, tapi kalau yang besar seperti Niagara, Ina itu dia kirim petugasnya, anggota orang itu. Kita pertemuan tiap tahun disitu kita imbau,
tolonglah para hotel ini kalian jangan membuangi limbah ke danau lah supaya danau ini bersih dan tolonglah yang namanya pelayanan itu baiklah karena kalau
adek perhatikanlah, beda dia kalau kita ke hotel Parapat dengan hotel di Jakarta atau dimanalah. Kalau itu kita datang ke parapat, kita datang tamu, Tanya deh;
Pak dimana ya kamar nomer sekian, oh sana Pak lurus aja Pak, belok-belok, a, bukan diantarnya. Kan kalau diantarnya dikasih dia uang tip. Itulah kadang-
kadang rasa tamu masalah. Itulah kita buat forum perhotelan, tiap tahun kita pertemukan, kita bahas. Kita juga ada namanya forum perkapalan. Kapal
penyebrang itu baik penumpang kapal feri, Tanya penumpang, itukan kadang tidak punya pelampung, rata-rata, kemudian kadang masih mau membuang
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
sampah ke Danau yang memakai kapal itu, kemudian juga septitank tidak ada, langsung buang ke danau kotoran itu, kemudian juga perhatikanlah di gang-gang
itu, ada letak tanah sepeda-sepda motor bayangkanlah jika terjadi sesuatu, bagaimana orang bisa jalan tuh, itulah jadi untuk itu kita pertemuan setiap tahun
pada forum perkapalan. Itu ada dua, satu berdomisili pada parapat, simalungun samosir. Itu ada ketuanya, sekretarisnya ada itu tiap tahun kita evaluasi semua.
Semua itu dalam rangka pencapaian ketujuh tadi ini, supaya danau toba itu bisa direnangi, dapat diminum jadi supaya jangan membuang oli langsung ke danau,
oli bekas itu kumpulkan. Kan bisa dijual lagi di darat, kemudian yang tadi itu kalau misalnya mau berangkat, kasihlah pengumuman kepada penumpang kapal
itu; para penumpang kapal jangan buang sampah ke danau, itu diumumkan. Itulah langkah-langkah yang dilakukan. Jadi memang karna tugas kami itu
koordinasi, koordinasi itu emang sulit artinya kita berharap pada orang mau berbuat tapi kalau dia gak mau, kita gak bisa eksekusi kan. Itu dia
gambarannya.”
Dalam menyampaikan informasi ataupun kegiatan yang akan berlangsung, Pak Ardhi menyebutkan cara yang pertama mereka gunakan adalah dengan cara
langsung yang mana langsung melakukan komunikasi dan koordinasi dengan Camat. Camatlah sebagai penentu siapa selanjutnya yang akan menjadi peserta
ataupun audiens dari kegiatan yang akan dilangsungkan. Penggunaan media sangat sedikit terjadi saat sebelum ataupun sesudah kegiatan. Jika pun
menggunakan media, media itu hanya radio dan koran. Radio digunakan untuk memberitahukan bahwa akan berlangsungnya sebuah kegiatan sedangkan koran
menjadi media setelah terjadi kegiatan. “Jadi kami ada beberapa cara, yang pertama secara langsung. Langsung
itu melalui koordinasi dengan camat. Camatlah yang kita harapkan untuk menentukan siapa audiensinya, siapa pesertanya. Kemudian juga kita ada
kerjasama dengan salah satu radio yang ada di Samosir, dialah yang menghalo- halokan istilahnya gitu. Misalnya ada kegiatan untuk enceng gondok dibersihkan,
itu dia menggerakan. Enceng gondok itu itu termasuklah anak sekolah SMA, SMP itu ikut. Jadi kita gunakan itu. Langsung kita sosialisasi juga kita menggunakan
media seperti radio tadi itu. Beritanya kita ekspos di koran. Kadang-kadang kita bawa wartawan, kadang-kadang setelah selesai kita undang dia kemari, kita beli
pers, diberitakan. Kira-kira gitulah. Karna memang anggaran kami sangat- sangat terbatas. Tugasnya tadi banyak tapi cuma karna sangat terbatas anggaran
kami jadi lah kita pilah-pilah mana yang bisa kita gunakan anggaran, mana yang tidak.”
Kesulitan yang dialami lebih merupakan ke tantangan mental dimana saat akan melakukan koordinasi narasumber merasakan adanya kesulitan untuk
menemui serta langsung para pejabat setempat. Narasumber memberikan ilustrasi
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dimana ketika masa Orde Baru tiap-tiap anggota dari pemangku amanah ini dapat melaksanakan tugas serta dapat memegang tanggung jawab yang baik pada apa
yang dia kerjakan. Berbeda dengan masa Reformasi yang mana sangat sulit mengendalikan para pemangku amanah untuk lebih peduli serta lebih bertanggung
jawab pada apa yang dikerjakan. Menurut beliau Power menjadi hal yang penting untuk dapat mengendalikan serta agar sebuah tugas dapat terlaksana dengan baik.
Badan koordinasi ini dinilai tidak punya cukup kekuatan sehingga itulah yang menjadi masalahnya dimana sulit untuk bisa segerak melakukan tindakan dan
hanya bisa pasrah terhadap apa yang ditetapkan. Selain daripada itu, Biaya juga menjadi kesulitan dalam melaksanakan kegiatan yang mana biaya yang
dikeluarkan oleh pemerintah setempat dinilai minim serta tidak mampu memaksimalkan tugas BKPEKDT ini.
“Kesulitannya itu kalau sebagai ilustrasi ya, itu di Zaman Orde Baru itu, yang mana koordinasi itu yang pertama perlu power yang kedua perlu biaya,
kalau kedua itu gak ada, koordinasi itu hanya servis aja, ngomong aja itu, sulit dikerjakan itu. Sebagai ilustrasilah Zaman Soeharto dulu itu yang namanya
program bimas ketahanan pangan itu, pertanian, dari mulai presiden, gubernur, bupati, camat, kepala desa, itu satu garis komando itu. Tapi namanya koordinasi
juga itu. Dan bagaimana itu dia kita ikat, dia itu ada yang namanya insentif, setiap musim tanam, tidak banyak, kecil tapi begitu dia teken yang kecil itu dia
udah bertanggung jawab terhadap yang kecil itu. Itulah yang barang kali kita rasakan saat ini. Badan Danau Toba ini biaya kita minim, power kita tidak kuat,
kita tidak bisa eksekusi, kita hanya bisa mengkoordinasi aja kan gitu masalahnya. Kan apalagi sekarang Zaman Reformasi ini, gubernur pun kadang sudah payah
memerintah bupati sekarang ini, yakan, kadang diundang bupati rapat datang asisten dua bukan lagi bupatinya, bukan lagi sekdanya, banyak lah alasan, ada
rapat ditempat, selalu gitu, zaman dulu gak ada gitu, itulah sekarang yang kita hadapi saat reformasi ini, plus-minus, kalau menurut saya, karna saya udah lama
disitu, plus-nya juga pasti ada, kesertaan masyarakat lebih banyak terkait, cuma untuk menerapkan sesuatu itu, banyak kali kadang kesulitannya, dikomentarilah,
segala macamlah, mau bergerak juga sulit, jadi kalau dari segi kesulitannya ini memang karna kami juga sangat terbatas anggaran kami, jadi itulah yang kami
rasakan. Karna kami ini badan koordinasi, kalau pun ada perubahan ya step by step lah, tidak bisa dia langsung gitu kan, kecuali bupati respon gitu kan. Bupati
yang respon itu cuma bupati samosir aja, simbolon itu, setelah dia gak bupati lagi yang lain sepertinya gitu-gitu aja. Itu dia respon betul, dan dia bagus responnya
ke kami, kalau kita kontak ke lapangan dia respon, kalau diundang dia datang, dia kasih masukan. Yang lain bupatinya tidak seperti itu. Kita bekerja jadinya
enak. Kan kami beritahukan; Pak, Pak Bupati ini didaerah Bapak ini keknya perlulah dibersihkan enceng gondok ini, di dermaganya gitu. Kalian cemana?
Dana kami gak cukup Pak. Kami ngomong gitu kan, dia tangani itu kita kemarin.
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kalau kita apalah, kita paling-paling yang kita kerjakan paling ajibata karena itu kan pintu gerbang, penyebrangan, balige, itulah yang boleh kami katakan sering
kami kerjakanlah, yang terpantau, karna itu di depan, langsung di depan, kalau lah yang didalam sana, misalnya yang di muara.”
Kegiatan yang dicanangkan dinilai efektif menurut narasumber namun belum sempurna dikarenakan mengenai biaya yang selalu datang terlambat
sehingga apa yang telah direncanakan terpaksa diundur karena ketidaktersediaan dana. Narasumber kembali menjelaskan yang merupakan fokus dari BKPEKDT
ini yaitu pembersihan enceng gondok di daerah wisata serta dermaga dan pengendalian sampah yang ada di objek wisata sehingga mereka mengadakan
kegiatan yang berhubungan dengan perbaikan sistem air di danau. Kegiatan ini bernama Gerakan Aku Cinta Danau Toba. Kegiatan ini melibatkan sekolah yang
berada di Kawasan Danau Toba. Dari sinilah mereka memberikan pengertian kepada anak sekolah apa yang semestinya dilakukan untuk menjaga Ekosistem
Danau Toba. Setelah selesai memberikan pemahaman, biasanya mereka menyumbangkan bibit tanaman untuk ditanam anak-anak sekolah yang hadir
dalam kegiatan. Respon yang di berikan oleh masyarakat sekitar bersifat positif terhadap
kegiatan yang bertema lingkungan ini. Masyarakat justru menyarankan agar melakukan kegiatan yang sama di tahun yang akan datang.
Dalam menanggapi tantangan yang ada terlebih lagi setelah Danau Toba menjadi salah satu bagian dari destinasi prioritas narasumber mengatakan adalah
mengubah mindset masyarakat sekitar mengenai tanah. Karena masyarakat di Kawsan Danau Toba masih menilai tanah sebagai bentuk dari sebuah adat
sehingga tidak bisa sembarangan diberikan ke orang serta tidak bisa asal digunakan saja. Seperti hal yang narasumber ceritakan pada peneliti, dimana
ketika jalan Tol akan dibuat untuk memudahkan wisatawan mengunjungi Danau Toba justru tanah yang akan dijadikan Tol tersebut dilarang untuk dibangun
dikarenakan merupakan tanah adat. Selain hal itu juga, banyaknya tanah kosong di area Danau Toba ini yang tidak jelas pemiliknya juga merupakan sebuah
tantangan yang mana pihak mereka harus mencari tahu terlebih dahulu siapa pemiliknya, dan ternyata pemiliknya kebanyakan sudah tidak tinggal di sekitar
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
desa. Kebanyakan pemilik biasanya hanya menempatkan seorang penjaga untuk bertugas menjaga tanah miliknya. Pemilik biasanya enggan memberikan tanah
mereka walau hanya sekedar untuk diminta sebagai lahan menanam pohon, yang mana bibit dan segala keperluan menanam sudah disediakan.
“kan nanti akan dibuat jalan lingkar, tol itu. Itu masalah tanah. Itu sekarang sepertinya kesulitan tanah itu dibebaskan karna itu kan tanah adatlah,
segala macam, itu-itu masalah sekarang. Jadi kenapa Danau Toba itu agak lamban? Itulah karna masalah tanah. Contohlah, dulu kami pernah mengadakan
penghijauan kerjasama dengan Bank Danamon. Kita dikasih anggaran, untuk ditanam. Tanaman mangga, tanaman Coklat. Itu kita mau nanam, kita udah
bicarakan yang tinggal situ. Karna yang tinggal situ hanya penunggu saja, yang punya tinggal di Jakarta; boleh gak kira-kira Pak? Jadi kita gak tahu ya, jadi
yang di Jakarta itu ada kesan kekhawatiran kalau ditanam ditanah dia ini, nanti kalau tumbuh besar, anak si penjaga ini bilang; ini dulu ayahku yang izinin. Jadi
ini tanahku, kata anaknya. Khawatiran. Bukan faktanya. Dengan khawatir ini gak ngasih; gak usahlah Pak. Itulah contohnya gitu-gitu. Menanam. Kita udah
siapkan untuk dia tanah bibit, memberi bantuan untuk lubang tanam, dikasih pupuk, itu pun sulit. Tapi itu tidak semua. Sebagian seperti itu. Jadi itulah yang
bakal dihadapi.”
Berkoordinasi dengan pihak pusat juga dilakukan oleh pihak BKPEKDT, dimana Pak Ardhi mengatakan mereka banyak melakukan hubungan dengan LIPI
serta Badan Lingkungan Hidup. LIPI merupakan singkatan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia yang biasanya memiliki informasi-informasi mengenai
penelitian serta berbagai kegiatan. Badan Lingkungan Hidup dikarenakan dinilai sejalan dengan badan koordinasi ini yang sama-sama menaungi lingkungan.
BKPEDKT sendiri tidak terlibat dalam rencana pembangunan Geopark Danau Toba karena Geopark mempunyai badan pelaksananya tersendiri, sehingga
ketika ditanya apa kontribusi BKPEKDT terhadap Geopark narasumber tidak dapat memberikan tanggapan apapun.
“Kalau Geopark itu ada badannya sendiri, tidak dengan kami. Sekarang sudah ada namanya Badan Pelaksana Geopark. Udah beda tupoksinya.
Tersendiri badannya. Kantor mereka sementara di Setia Budi pasar 3. Jadi saya gak bisa komentari. Saya gak paham itu.”
Selanjutnya yang ingin Pak Ardhi lakukan kedepannya adalah tetap pada prioritas mereka yang membahas mengenai lingkungan seperti keramba jaring
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
apung yang dikurangi jumlahnya dan daerah wisata yang harus bersih dari enceng gondok.
Informan IV
Nama : Ir. Masdin Effendy Girsang M, Si.
Umur : 63 tahun
Tanggal : 27 Juni 2016
Tempat : Kantor BKPEKDT
Informan keempat pada penelitian ini merupakan Pria kelahiran Seribu Dolok, 14 April 1953. Pria paruh baya ini bernama Masdin Effendy Girsang.
Terlahir memegang kepercayaan Kristen Protestan, Bapak lima orang anak ini, telah menyelesaikan pendidikan Sarjana Strata II S2 di Lingkungan Hidup USU
pada tahun 2000. Kini beliau telah tujuh tahun menjadi bagian dari BKPEKDT dimana Ia memulai bergabung pada tahun 2009 lalu. Bergabungnya beliau ini
merupakan bentuk dari kecintaannya terhadap lingkungan dimana basic beliau yang notabene merupakan S1 Fakultas Pertanian. Sebelumnya Pak Masdin ini
merupakan Pegawai Negeri di Dinas Perkebunan Sumatera Utara. Pada Tahun 2015 beliau diangkat menjadi Kepala Pusat Data Informasi Litbang.
Menurut narasumber strategi yang dilakukan terhadap pariwisata tidak langsung berdampak pada kepariwisataan itu sendiri. Kegiatan yang dilakukan ini
berkisar dengan koordinasi institusi di Kawasan Danau Toba yang lebih cenderung kepada lingkunga. Hasil dari keindahan lingkungan inilah yang
nantinya akan menarik minta wisatawan untuk datang berkunjung ke Danau Toba. “Nah itu dia, potensi pariwisata tidak langsung dia. Jadi artinya apa yang
dilakukan BKPEKDT tidak begitu langsung terhadap meningkatnya pariwisata atau berkurangnya pariwisata. Nah, karena dia adalah suatu institusi yang
melakukan koordinasi terhadap institusi lain di provinsi dan di tingkat 2 menyangkut konservasi sedangkan kaitan dengan pariwisata yang lebih langsung
dia adalah menciptakan pemasaran, menciptakan destinasi wisata, menciptakan segala suatu yang menarik. Jadi kita mengerjakan terkait dengan hulu-nya.”
Sosialisasi kepada masyarakat mengenai menjaga keseimbangan ekosistem merupakan salah satu dari berbagai kegiatan yang telah dilakukan,
dimana sosialisai itu berupa pemberitahuan bahwa Kerambah Jaring Apung yang
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ada diperairan Danau Toba tersebut dapat membuat kerusakan di lingkungan Danau Toba
“Yang dilakukan oleh BKPEKDT ini banyak sekali, saya pikir salah satu diantaranya memberikan sosialisasi terhadap masyarakat betapa pentingnya
menjaga keseimbangan ekosistem, ya, sehingga tidak ada dominasi dari suatu sektor dalam sektor lain di kawasan Danau Toba, sebagai misal pariwisata yang
sudah terbangun sejak dahulu, misalnya simalungun, harang gaol itu tetapi itu sudah mati akibat dari timbulnya nuansa pengembangan budidaya ikan sebagai
kerambah jaring apung yang berlebihan. Nah, jadi inilah yang kami lakukan sosialisasi ke masyarakat bahwa ini bertentangan dengan keseimbangan
ekosistem yang kita harapkan dimana perikanan juga maju tetapi pariwisata tidak hilang. Ini ternyata sudah pariwisata hilang. Di sektor pariwisata yang
tradisional akibat dari pada melunjaknya kerambah jaring apung sebagai pembudidayaan ikan.”
Dalam menyampaikan kegiatan, narasumber menuturkan BKPEKDT menyampaikan informasi itu melalui komunikasi verbal yang mana diskusi serta
rapat-rapat dilaksanakan agar terwujudnya tujuan yang ingin dicapai. Menurut narasumber lagi penggunaan seperti internet kurang baik dikarenakan tidak cocok
dengan kehidupan masyarakat yang ada di Kawasan Danau Toba yang masih berupa desa dan belum tentu mempunyai fasilitas internet. Diskusi dianggap
merupakan metode yang pas untuk digunakan dalam menyampaikan pesan kepada masyarakat. Melalui diskusi berbagai pihak Pemangku Amanah, pengusaha serta
masyarakat dapat langsung melakukan Tanya jawab. Adapun menggunakan media berbasis internet hanya sebagai sarana mencari informasi-informasi yang
digunakan sebagai tambahan data. “Ya itu segala media yang bisa dilakukan itu kita lakukan, mulai daripada
komunikasi verbal, kemudian komunikasi dengan menggunakan alat bantu, dimana kerusakan-kerusakan yang terjadi. Nah melalui komunikasi, melalui
diskusi kemudian melalui rapat-rapat kita lakukan. Intinya adalah membuat masyarakat sadar bahwa hal itu yang terjadi disana perlu dirubah karena itu
akan merugikan masyarakat sendiri. Media yang sudah pastilah sesuai dengan tingkat perkembangan manusia, dimana-mana pun sama. Kalau kita
mengembangkan internet padahal manusianya belum kenal internet, belum ada sarananya, belum ada kemampuan teknologinya, belum ada kemauan
masyarakatnya untuk open minded ya tentu tidak pas.”
Narasumber menyebutkan kesulitan yang paling utama dalam melakukan kegiatan-kegiatan ini adalah mengenai cara berpikir masyarakat disana yang
masih belum sadar akan pentingnya menjaga Ekosistem Kawasan Danau Toba
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
seperti kualitas air, lingkungan sekitar danau. Dimana masyarakat yang sudah mengetahui dampak dari adanya gangguan ekosistem namun tetap saja acuh dan
tidak peduli dengan rusaknya ekosistem tersebut. “Contoh kesulitannya, mereka sudah mengerti bahwa gangguan ekosistem
yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri mengakibatkan buruk, tetapi mereka tetap melakukannya. Mindset-nya. Karena ini perlu dilakukan sebagai suatu
penegakan, suatu peraturan sebetulnya ya, sehingga mereka secara sadar dan tidak sadar atau terpaksa harus mengikutinya. Jadi inilah kita yang menuju
kesana.”
Mengenai program yang telah dibuat oleh BKPEKDT ini menurut narasumber sudah baik. Dari segi pelaksanaan, segi sasaran sudah baik. Namun
yang menjadi masalah adalah mengenai masyarakat tadi yang belum mau melakukan tindakan yang nyata. Jika dinilai efektif atau tidaknya tindakan yang
dilakukan ini, narasumber mengatakan tidak ada ukuran yang pasti tetapi dari segi penyampaian yang dirasakan narasumber sudah efektif. Namun kembali lagi
keefektifan tersebut ditanggapi lain oleh masyarakat sekitar dimana masyarakat mempunyai persepsi bahwa tidak perlu menaati peraturan agar tidak membuang
sampah di danau karena aka nada pihak pemerintah yang mengerjakannya. Padahal masyarakat disana sudah tahu bahwa tidak boleh membuang sampah ke
dalam danau. Selain itu narasumber menuturkan pihak mereka telah memberikan bantuan seperti tong sampah yang diletakkan di pemukiman yang fungsinya agar
masyrakat tidak lagi membuang sampah ke danau. “Program yang dibuat BKPEKDT sudah bagus dari segi konsepsi sudah
bagus, dari segi pelaksananya sudah bagus, dari segi sasarannya sudah bagus, ah tapi mana yang menjadi masalah? Sudah bagus, sudah bagus semua, tapi
mengeksekusinya ya masyarakatnya sendiri, hah itu yang belum. Kalau kita katakan efektif itu nantinya ukurannya ada, mau tidak orang itu merubah
kehidupannya yang sembarangan membuang sampah, nah itu ukurannya. Itu baru efektif. Tapi kalau yang kita lihat apa yang kita lakukan ini penyampaiannya
secara efektif tapi mereka menerimanya kembali dengan persepsi yang lain sehingga persepsinya ya; kan ada pemerintah yang mengambil sampah, kan
begitu. Kan ada pemerintah yang mengambil sampah, ya kita tidak perlu harus tertib seperti itu, begitu. Nah padahal mereka sudah tahu bahwa dari masyarakat
sendiri harus dipilah sampah itu, sampah organik, sampah non organik, limbah B3, supaya apa, bagian yang lain untuk melakukan pengangkutan sampah ini
ketempat pembuangan sampah nantinya sudah lebih ringan, nah jadi mereka sejak dini berperan, hah tetapi itulah kesadarannya sampai sekarang ini;
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pemerintah atau ada instansi lain yang melakukan kegiatan ini, kira-kira begitu. Jadi kurang, kurang sekali kesadaran untuk melakukan hal yang baik.”
Mengenai respon dari wisatawan, wisatawan menyambut hangat kegiatan yang diadakan BKPEKDT ini, wisatawan merasa bahwa kegiatan ini merupakan
tindakan nyata dalam memperbaiki kondisi Ekosistem Danau Toba. Hal yang serupa juga disampaikan oleh masyarakat yang mana tangggapan dari masyarakat
juga bernilai positif. Ini dibuktikan dengan antusiasnya masyarakat dalam mengikuti kegiatan yang berlangsung.
“Yah, kalau wisatawan jelas, wisatawan itu merasa melihat bahwa apa yang kita lakukan adalah suatu contoh daripada suatu rencana program, jadi
tindakan-tindakan yang kita lakukan sebagai percontohan adalah suatu tindakan nyata. Itu dari segi wisatawan. Nah dari segi penduduk dan masyarakat, nah
begitu juga, mereka antusias juga menerima mereka terbukti dengan kegiatan itu dilakukan sama masyarakat.”
Tujuan BKPEKDT tetap sama baik sebelum atau sesudah Danau Toba ditetapkan sebagai Destinasi Wisata Prioritas. Tujuannya tetap berkoordinasi
dengan pihak-pihak pejabat daerah setempat serta memberitahu masyarakat tentang pentingnya perbaikan ekosistem.
Narasumber mengatakan tantangan kedepannya adalah bagaimana merubah pola pikir serta perilaku masyarakat yang ada di Kawasan Danau Toba
untuk menjadi perilaku pariwisata. Perilaku pariwisata yang dimaksud adalah mengenai keramahan serta melayani dengan baik. Narasumber menjelaskan
bahwa budaya yang ada di Kawsan Danau Toba itu membuat sulit menjadikan Danau Toba sebagai pariwisata yang maju dikarenakan cara berpikir masyarakat
tadi. Dimana budaya Orang Batak yang maunya dilayani tak tak mau melayani. Sedangkan poin melayani merupakan nilai penting dalam kepariwisataan.
“Tantangannya ya kembali kepada masyarakatnya, masyarakatnya harus bisa kita rubah perilakunya, persepsinya dulu, perilakunya ya, setelah destinasi
pariwisata 10 besar Indonesia ini, mereka harus mampu menjadi perilaku- perilaku pariwisata ya. Pelaku pariwisata itu apa? Yang utama adalah bersifat
melayani dan itu adalah yang paling sudah di Tanah Batak itu. Susah, karena budayanya. Budaya kita bukan budaya melayani. Budaya orang batak, budaya
raja-raja. Itulah susahnya, sedangkan masalah itu adalah masalah utama dalam masalah pengembangan pariwisata. Sebagai apapun kita, sebagai pelaku
pariwisata. Jadi itu yang susah, bagaimana merubah itu Nah jadi saya pikir, apabila destinasi wisata dalam 10 besar akhirnya bisa juga gagal apabila tidak
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
disadari masyarakat bahwa ini adalah suatu asset yang maha penting, nah kita buat contohlah bagaimana di Bali, yakan, di Bali itu pelayanannya kita lihat
adalah primer, ya. Di Jawa primer, disini enggak Baru lagi kita beli apa-apa misalnya kita gak jadi beli; kucampakkan nanti, bikin rusak aja kalian. Itu kan
reaksi yang sangat-sangat negatif. Nah hal-hal seperti itulah yang banyak sekarang, bila perlu dipikirkan bagaimana membuat masyarakatnya menjadi
sadar dan ternyata itu adalah bagian dari cultural.”
Mengenai komunikasi dengan pihak pusat, Narasumber menuturkan bahwa mereka menjalin komunikasi dengan baik terutama dengan Badan
Lingkungan Hidup. Badan Lingkungan Hidup menjadi sarana tempat mendapatkan saran-saran serta masukan yang bermanfaat bagi perkembangan
Danau Toba. Setiap ada kegiatan maka Badan Lingkungan Hidup akan menngikutsertakan BKPEKDT begitu juga sebaliknya.
Selanjutnya yang ingin dilakukan oleh narasumber adalah meningkatkan mutu sosialisasi sehingga membuat kegiatan sosialisasi ini lebih terasa lagi
manfaatnya bagi masyarakat. Dimana mereka tidak hanya sadar bahaya dari adanya gangguan ekosistem tetapi juga ikut melakukan tindakan yang nyata
dengan tidak lagi membuang sampah, menebangi pohon, membuang limbah peternakan, restoran dan hotel secara langsung ke danau. Nantinya lingkungan
yang bersih serta tertata ini dapat meningkatkan jumlah wisatawan. “Artinya kita mau meningkatkan mutu sosialisasi kita khususnya dalam
rangka bagaimana supaya masyarakat itu supaya jangan menebangi kayu sembarangan, kemudian harus dapat menjaga wilayahnya dari kotoran-kotoran
daripada ternak, karena ternak itu banyak disana dan banyak kita lihat ternak masih sembarangan buang kotoran. Nah, kalau pariwisata melihat ini kan tidak
enak, tidak elok. Kalau gundul, tidak elok . kotor, tidak elok. Bagaimana mereka jauh-jauh hanya melihat itu kan. Nah, jadi kita mau meningkatkan sosialisasi kita
supaya mereka mau melakukan eksekusi terhadap perubahan sikap perilaku, yaitu kita dengan di dampingi pembuatan pilot-pilot proyek. Pilot proyek itu misalkan
meningkatkan program KOHE, kotoran hewan. Yang bisa kita lakukan semacam menjadi umpan daripada biogas. Yah kita kumpulkan itu menjadi bersih, gak ada
lagi berserakan. Ini kita lakukan program dalam biogas, sehingga mereka bisa mendapatkan gas-gas dari metan, bisa mereka gunakan sendiri. Nah kemudian
mereka tidak lagi ingin membakar kayu-kayu akibat biogas ini, karena sudah terbuat biogas kan, jadi itu sekaligus suatu cara dan contoh lain yang bersamaan
dengan banyak program. Seperti itulah pilot-pilot proyeknya yang harus kita kembangkan.”
Informan V
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Nama : Ir. Yusran Safri M, Si.
Umur : 63 tahun
Tanggal : 28 Juni 2016
Tempat : Kantor BKPEKDT
Yusran Safri, merupakan informan kelima pada penelitian ini. Lahir di Medan, 19 Mei 1953 dengan memeluk agama Islam. Pria yang telah berusia 63
tahun bersuku Jawa ini telah menikah dengan seorang wanita dari Suku Karo yang bermarga Tarigan dan memiliki tiga orang anak. Beliau merupakan sarjana
lulusan dari Teknik Industri USU dan Master dari Jurusan Pengelolaan Sumber Daya Alam. Pak Yusran mulai bergabung menjadi anggota BKPEKDT pada
tahun 2014. Sebelumnya beliau bekerja di PU. Beliau menuturkan bergabung menjadi bagian dari BKPEKDT ini karena sesuai dengan jiwa yang Ia miliki.
Pada masa kuliah pun Beliau mengikuti KOMPAS USU. Peran Pak Yusran sendiri yaitu sebagai Wakil Sekretaris.
Pak Yusran mengatakan badan ini fungsinya untuk mengkoordinasikan kegiatan Ekosistem Kawasan Danau Toba dimana hanya sebagai pilot projek atau
dapat dikatakan sebagai perangsang bagi masyarakat untuk melakukan aksi yang sebenarnya. Kegiatan percontohan ini ada yang bernama Aku Cinta Danau Toba.
Aku Cinta Danau Toba ini merupakan kegiatan percontohan yang menanam pohon untuk melestarikan lingkungan kepada pelajar-pelajar SMA. Anak sekolah
menjadi pilihan sebagai audiens atau sasaran dikarenakan adanya anggapan usia anak sekolah lebih mudah mencerna dibandingkan dengan yang sudah berumur.
Kegiatan yang berlangsung ini pun diberitahukan secara langsung dengan mendatangi sekolah.
Media yang digunakan dalam menyampaikan informasi ini pun sedikit sekali hanya sebatas koran ketika sedang berlangsungnya kegiatan dan tidak
menggunakan media lain termasuk radio, maupun televisi. Kesulitan yang dialami lebih cenderung kepada pola pikir masyarakat yang tidak mengetahui bagaimana
caranya merawat lingkungan serta melestarikannya. Mengambil contoh,
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BKPEKDT membuat event mengenai pengendalian sampah yang kegiatan tersebut mengumpulkan sampah untuk dibuang ke dalam tong sampah. Tong
sampah kemudian dibagi menjadi 3 dimana terdapat bagian sampah organik, sampah non organik dan sampah B3. Sampah B3 merupakan sampah bekas obat-
obatan yang mengandung bahan kimia. Menurut narasumber kegiatan yang dilakukan dianggap effektif sesuai
dana yang dikeluarkan pemerintah serta mengingat kondisi badan ini merupakan badan koordinasi yang hanya memberikan kegiatan-kegiatan rangsangan untuk
nantinya ditiru oleh masyarakat. Kegiatan rangsangan ini semestinya diadakan setiap tahun, namun narasumber menyatakan lagi bahwa itu semua tergantung
dari besarnya anggaran yang didapat. “Karna kita sifatnya stimulan aja sebagai perangsang dan biayanya kecil. Kita
anggap efektifnya gitu. Misalkan kita buat di daerah Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, kami buat itu antusias masyarakat memang tinggi juga, untuk
mengikuti kegiatan.”
Jawaban yang hampir sama dengan narasumber sebelumnya. Narasumber kelima ini juga menuturkan bahwa respon dari masyarakat mengenai kegiatan
yang mereka lakukan ini mendapatkan respon positif begitu juga dari aparat pemerintah. Namun dari sisi wisatawan tidak adanya tanggapan dengan alasan
bahwa setiap kali kegiatan berlangsung tidak ada wisatawan yang ditemui karena bukan hari libur.
“Kalau respon masyarakat itu bagus, dari aparat pemerintah itu pun bagus. Responnya positiflah. Dengan kita buat kegiatan itu, misalnya kita
pemungutan sampah, kita gotong royong mereka ikut sama kita. Jadi itu kebeperanan masyarakat, itu sudah merupakan suatu dorongan sama kita. Kalau
ke wisatawan, karna kami biasanya ke lapangan itu hari kerja, bukan hari libur. Gak pernah ada.”
Kedepannya kegiatan yang ingin dilakukan yaitu mengulangi kegiatan yang sudah ada agar menjadi kesinambungan serta dapat memberikan pendalaman
makna terhadap masyarakat yang ada di sekitar Danau Toba.
4.1.3. Penyajian Data
4.1.3.1. Strategi Komunikasi Yang Digunakan Untuk Membangun
Pariwisata Di Danau Toba
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan kelima informan, peneliti mengetahui apa saja yang menjadi strategi yang dilakukan BKPEKDT dalam
memajukkan potensi pariwisata di Danau Toba. Adapun strateginya dapat dilihat pada tabel 4.1 dibawah ini:
Tabel 4.1 Strategi yang Digunakan Untuk Membangun Pariwisata Di Danau Toba
No. Nama Informan
Strategi yang Digunakan Untuk Membangun Pariwisata Di Danau Toba
1. Abdul Riza
- Personal Selling. Komunikasi yang
dilakukan dengan memberitahukan secara langsung kepada instansi atau pihak terkait.
- Penggunaan Baliho yang dipasang di tiap
kabupaten yang di lewati Danau Toba. -
Radio Green Samosir. -
Poster dan Stiker. -
Website.
2. Aidil Aksa
- Kerjasama dengan Camat serta melibatkan
sekolah-sekolah. Mendatangi secara langsung dengan menemui orang yang
dimaksud. -
Buletin, poster, stiker, spanduk. -
Koran namun hanya selintas saja. -
Website.
3. Ir. Ardhi Kusno
- Melakukan rapat koordinasi serta evaluasi
yang diadakan setiap tahun dengan Pejabat Daerah Setempat untuk kemudian
direncanakan kegiatan selanjutnya dan diungkapkan secara langsung kepada
masyarakat dengan mendatangi masyarakat yang dituju.
- Radio Green Samosir.
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
- Website.
4. Ir. Masdin Effendy
Girsang M,Si. Memberikan sosialisasi serta mengadakan
seminar dan diskusi untuk masyarakat agar dapat lebih mengutarakan apa yang seharusnya
diinginkan serta dilakukan.
5. Ir. Yusran Safri M, Si.
- Langsung dengan mengadakan program-
program yang telah direncanakan, seperti event Aku Cinta Danau Toba yang secara
langsung mengajak masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam memperbaiki
lingkungan danau. -
Website. Dari kelima informan diatas dapat disimpulkan bahwa strategi yang digunakan
pengadaan event serta kegiatan aksi. Kegiatan aksi dan event secara tatap muka ini dinilai lebih efektif dikarenakan masyarakat yang masih terbatas dengan
berbagai teknologi. Pengadaan event-event ini dilakukan dengan mendatangi pihak terkait untuk melaksanakan program.penggunaan media yang dipakai juga
tidak banyak, koran maupun radio yang digunakan hanya berkisar ketika sebelum dan sesudah kegiatan diadakan. BKPEKDT ternyata juga mempunyai website,
dari keempat informan yang peneliti tanyakan, keempat-nya menjawab website BKPEKDT adalah www.laketoba.org.
Tabel 4.2 Proses pengembangan pariwisata di Danau Toba setelah ditetapkan menjadi 10 Destinasi Pariwisata Prioritas
No. Nama Informan
Proses pengembangan pariwisata di Danau Toba setelah ditetapkan menjadi 10
Destinasi Pariwisata Prioritas
1. Abdul Riza
Tidak ada yang berubah walau Danau Toba sudah menjadi destinasi prioritas. Tetap
melakukan serta mengadakan kegiatan dan membentuk forum berbasis lingkungan agar
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
masyarakat paham menjaga lingkungannya.
2. Aidil Aksa
Kami hanya akan tetap melakukan koordinasi dengan pihak terkait serta menunggu instruksi
dari Gubernur untuk keputusan ataupun kegiatan yang ingin direncanakan kedapannya.
3. Ir. Ardhi Kusno
Perubahan dalam menjalankan badan ini tetap masih sama dengan sebelum menjadi destinasi
prioritas karena memang didirikan dengan tujuan untuk menjaga lingkungan yang ada di
Danau Toba.
4. Ir. Masdin Effendy
Girsang M,Si. Tujuan yang dilakukan tetap sama, baik dulu
maupun sekarang yang tetap menjaga kelestarian ekosistem yang ada di Danau Toba
agar tidak terjadi pencemaran.
5. Ir. Yusran Safri M, Si.
Kami justru lebih membantu pemerintah dalam meningkatkan pariwisata karena tujuan dari
badan ini yang tetap menjaga kelestarian ekosistem Danau Toba.
Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa proses pengembangan yang dilakukan oleh BKPEKDT adalah sama dengan sebelum Danau Toba menjadi
destinasi prioritas. Hal ini dinilai karena memang dari awal badan ini ditujukan untuk memperbaiki lingkungan ekosistem danau yang telah rusak dan tercemar
oleh banyaknya faktor.
Tabel 4.3 Hambatan yang dialami narasumber sebelum melaksanakan kegiatan
No. Nama Informan
Hambatan yang dialami narasumber sebelum melaksanakan kegiatan
1. Abdul Riza
Masalah anggaran. Dimana anggaran yang diberikan terbatas.
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2. Aidil Aksa
Tidak ada. Kegiatan yang dilakukan biasanya sudah mempunyai struktur acaranya tersendiri,
sehingga ketika direalisasikan dapat berjalan dengan lancar.
3. Ir. Ardhi Kusno
- Kurang adanya kepedulian pejabat setempat
untuk ikut membantu mengawasi serta bersama-sama dalam menjaga ekosistem
danau. -
Minimnya dana yang diberikan sehingga kegiatan yang diadakan pun seadanya sesuai
dengan anggaran yang diberikan. 4.
Ir. Masdin Effendy Girsang M,Si.
Tidak. Melaksanakan program tidak ada kesulitannya.
5. Ir. Yusran Safri M, Si. Tidak ada.
Dari gambaran tabel diatas, terlihat ada tiga narasumber yang mengatakan tidak mempunyai masalah ketika melakukan kegiatan, hal ini didasari karena
setiap akan melakukan kegiatan program, BKPEKDT sudah melakukan rapat terlebih dahulu dengan membahas serta menentukan apa yang akan dikerjakan,
sehingga ketika melaksanakan kegiatan semuanya sudah terstruktur dengan baik. Namun berbeda dengan kedua narasumber, yaitu Bang Reza dan Pak Ardhi yang
mana mereka mengatakan bahwa anggaran merupakan hambatan sebelum melakukan kegiatan. Pak Ardhi juga mengatakan bahwa kepedulian pejabat
setempat masih sedikit untuk mau ikut membantu setiap kegiatan.
Tabel 4.4 Hambatan yang dialami narasumber ketika melaksanakan kegiatan dilapangan
No. Nama Informan
Hambatan yang dialami narasumber ketika melaksanakan kegiatan di lapangan
1. Abdul Riza
Pola pokir serta sikap masyarakat yang tidak ramah.
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2. Aidil Aksa
Perilaku masyarakat sekitar Kawasan Danau Toba yang masih keras, tidak mau untuk
dibilangi atau dinasehati. 3.
Ir. Ardhi Kusno Tidak ada.
4. Ir. Masdin Effendy
Girsang M,Si. Perilaku serta cara berpikir masyarakat yang
sudah mengerti bahwa jika lingkungan itu tidak diperhatikan dengan baik akan berdampak
buruk, tetapi masih saja tetap melakukan hal buruk tersebut. Kesadaran berbuat baik untuk
lingkungannya kurang.
5. Ir. Yusran Safri M, Si.
Mindset masyarakat yang perlu dirubah dimana yang tidak tahu bagaimana cara menjaga
lingkungan menjadi tahu menjaga lingkungan itu sangat susah
Tabel yang diatas menjelaskan bahwa hambatan ketika berada di lapangan lebih kepada pola pikir serta perilaku masyarakat yang sulit untuk menerima
perubahan serta kurangnya melakukan kegiatan yang positif seperti untuk tidak membuang sampah serta lebih ramah lagi dalam melayani wisatawan yang
datang.
Tabel 4.5 Keefektifan strategi komunikasi yang digunakan No.
Nama Informan Keefektifan strategi komunikasi yang
digunakan
1. Abdul Riza
Dirasa efektif karena penggunaan baliho, stiker, poster, koran dan radio dapat langsung
didengarkan dan dibaca oleh masyarakat.
2. Aidil Aksa
Cukup efektif karena strukutur masyarakat disana yang masih tradisional.
3. Ir. Ardhi Kusno
Efektif namun belum sempurna. Dimana ketika kegiatan akan dilangsungkan terdapat beberapa
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kendala seperti dana yang lama keluar
4. Ir. Masdin Effendy
Girsang M,Si. Efektif. Karena pola pikir serta kemampuan
teknologi yang ada disana masih kecil dan belum terbuka. Tatap muka dengan
mengadakan event serta kegiatan percontohan dinilai dapat memberikan langsung pengertian
kepada masyarakat.
5. Ir. Yusran Safri M, Si.
Dianggap efektif karena kegiatan yang dilakukan hanya sebagai perangsang serta
dengan biaya yang kecil. Hal yang dapat ditarik dari tabel diatas adalah bahwa kelima narasumber
merasa strategi yang digunakan efektif. Strategi yang digunakan tersebut dirasa efektif karena sesuai dengan pola pikir serta pola kehidupan masyarakat yang ada
di Kawasan Ekosistem Danau Toba.
4.1.4. Kesimpulan Hasil Penelitian
Dari penyajian data diatas, dapat disimpulkan dari kelima informan menjawab bahwa tugas utama dari BKPEKDT ini adalah tentang menjaga
kelestarian lingkungan ekosistem Kawasan Danau Toba. Perencanaan kegiatan yang dilakukan berdasarkan lingkungan serta ekosistem Danau Toba. Dalam
pelaksanaannya dilapangan anggota BKPEKDT memiliki susunan program. Keseluruhan program terkait dengan beberapa element promotion mix antara lain:
• Personal Selling
Merupakan bentuk komunikasi langsung yang memungkinkan penyampaian pesan dan diperolehnya umpan balik secara langsung.
• Event
BKPEKDT memiliki beberapa program yang bertema dengan lingkungan: 1
Gerakan Aku Cinta Danau Toba 2
Clean Up Danau Toba 3
Gerakan Pengendalian Sampah 4
Danau Toba Award
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Event ini bertujuan untuk merangsang masyarakat agar nantinya masyarakat dapat mengikuti serta meneruskan menjaga lingkungan.
• Sales Promotion Merchandise
Dalam mengadakan event menurut Pak Ardhi sebagai narasumber ketiga mengatakan saat mengadakan Event mereka juga member tiong sampah gratis
pada anak sekolah yang ikut berkegiatan. Ini merupakan bentuk dari sales promotion.
• Website internet
www.laketoba.org Adapun pengunaan saluran media yang dipakai dalam menyampaikan
pesan kepada masyarakat diantaranya: 1.
Komunikasi secara langsung, dimana media yang digunakan tanpa perantara dengan berkomunikasi langsung kepada masyarakat. Kegiatan
melalui saluran komunikasi ini meliputi komunikasi tatap muka, komunikasi massa, komunikasi kelompok kecil.
2. Komunikasi melalui media perantara, beberapa media yang digunakan
oleh BKPEKDT; •
Media Cetak; Baliho, Spanduk, Buletin dan Koran. •
Media Siar; Radio. •
Media Lini Bawah; Stiker, Poster Strategi yang dilakukan kebanyakan melalui tatap muka atau diskusi
didalam forum selain daripada itu penggunaan media lini bawah banyak digunakan. Media lini bawah tersebut antara seperti poster dan stiker. Penggunaan
media cetak, media siar maupun media berbasis internet yang dipakai untuk setiap aktifitas komunikasi sangat sedikit jumlahnya dan nyaris tidak digunakan sama
sekali. Hal yang mendasari jawaban kelima informan ini adalah karena menurut
pandangan mereka, masyarakat disana yang masih tradisional serta akses teknologi yang belum sebesar di kota lebih cocok menggunakan komunikasi
interpersonal dan media lini bawah tersebut. Dimana media tersebut dapat
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
langsung dibaca, dilihat serta dipahami oleh masyarakat sekitar Kawasan Danau Toba.
Kelima informan juga mengatakan bahwa kegiatan yang mereka lakukan akan tetap sama walau Danau Toba telah ditetapkan sebagai 10 Destinasi
Pariwisata Prioritas karena hal itu dinilai tidak berpengaruh pada visi misi mereka yang memng adalah memperbaiki ekosistem Kawasan Danau Toba dengan cara
mengkoordinasi berbagai pihak terkait.
4.2. Pembahasan