Analisis Teknikal ChartGrafik Perhitungan Value at Risk VaR

2.4. Analisis Teknikal

Analisis teknikal adalah sebuah metode peramalan gerak harga saham, indeks atau instrumen keuangan lainnya dengan menggunakan grafik berdasarkan data historis masa lalu. Jadi objek yang dianalisis dalam analisis teknikal adalah pola pattern dan pergerakan harga itu sendiri, yang memberi indikasi apakah harga emas melemah atau menguat. Pengertian analisis teknikal menurut beberapa ahli Firmansyah, 2001 : 1. Alexander Elder “Trading For a Living” Analisis teknikal adalah studi psikologi massa, sebagiannya ilmiah sebagiannya lain adalah seni. 2. John J Murphy “Technician Analysis for Financial Markets” Analisis teknikal adalah studi tentang perilaku pasar yang digambarkan melalui grafik, untuk memprediksi kecenderungan harga trends harga di masa yang akan datang. 3. Stuart Frost “Technician Analysis for Financial Markets” Analisis teknikal adalah studi tentang gerak harga yang juga mencakup volume atau hal lain yang lebih luas. Tujuan dari analisis teknikal adalah memperhitungkan supply dan demand dari sebuah saham sehingga dapat diprediksi. Analisis teknikal berusaha untuk mendekteksi perilaku pasar yang dapat diidentifikasi karena pernah terjadi sebelumnya dan sesuai dengan indikator teknis yang digunakan untuk memprediksi harga yang akan datang. Dalam analisis teknikal diperlukan perhitungan matematis dan dibantu dengan dengan menggunakan software dalam menggambarkan grafik dan dalam proses pengolahan data. Alat-alat pengukuran yang digunakan dalam analisis teknikal, yaitu :

a. ChartGrafik

Penggunaan grafik sebagai alat pengukuran di dalam analisis teknikal akan mendominasi analisis untuk meramalkan fluktuasi harga emas karena pada hakekatnya, analisis teknikal mempelajari polapattern dan pergerakan menggunakan grafik. Universitas Sumatera Utara

b. Trendine

Trend adalah suatu garis yang mengambarkan kecenderungan pergerakan harga di dalam pasar modal secara garis besar. Trend terbagi atas : 1. Up Trend : menggambarkan trend naik Gambar 2.1. 2. Down Trend : menggambarkan trend turun Gambar 2.2. Gambar 2.1. Grafik Up Trend Universitas Sumatera Utara Gambar 2.2. Grafik Down Trend Indikator analisis adalah suatu formula atau metode kuantitatif untuk tujuan prediksi pergerakan harga dengan cara mengelola data dari serangkaian pergerakan harga sebelumnya. Indikator-indikator yang digunakan dalam pendekatan analisis teknikal adalah :

2.4.1 Simple Moving Average

Simple Moving Average SMA dihitung dengan mengambil nilai rata-rata dari harga suatu sekuritas pada rentang waktu tertentu. Perhitungan SMA diambil dari nilai rata-rata harga penutupan berdasarkan periode waktu tertentu. SMA adalah indikator yang mengikuti trend dan akan lebih baik digunakan pada saat harga bergerak di dalam trend. Ketika harga tidak bergerak dalam trend maka indikator SMA ini bisa memberikan signal yang salah untuk kebutuhan forecast pergerakan harga sekuritas. Formula : Universitas Sumatera Utara Dengan : = harga penutupan pada periode t = Jumlah hari Pada umumnya penggunaan Moving Average adalah untuk mengidentifikasi arah trend yang sedang dan akan terjadi serta digunakan untuk mengidentifikasi sinyal jualbeli. Apabila harga aktual bergerak naik di atas garis Moving Average yang berada dibawahnya, maka hal ini menujukkan bahwa trend bullish beli akan terjadi. Sedangkan kondisi bearish jual terjadi apabila garis Moving Average bergerak turun di atas harga asli. Dan untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut : Gambar 2.3. Bullish Beli Gambar 2.4. Bearish Jual Dalam penggunaan dua Moving Average, Moving Average yang lebih lama periodenya digunakan sebagai pengidentifikasi trend, dan yang lebih pendek periodenya digunakan untuk menentukan “timing”. Timing berarti kapan suatu saham akan dibeli dan sebaiknya dijual. Sinyal beli dalam penggunaan dua Moving Average terjadi apabila harga asli berada diatas MA yang periodenya lebih pendek bergerak dari bawah dan memotong keatas MA yang periodenya lebih panjang. Sinyal jual terjadi jika MA yang periodenya lebih pendek bergerak dari atas dan memotong ke bawah MA yang lebih panjang periodenya serta harga aslinya di bawah persilangan cross- over. Dan untuk lebih jelas diperlihatkan pada gambar berikut : Universitas Sumatera Utara Gambar 2.5. Moving Average 2 periode

2.4.2 Relative Strength Index RSI

Relative strength Index menghitung rasio dari rata-rata kenaikan harga penutupan dengan rata-rata penurunan harga penutupan dalam periode tertentu. RSI merupakan salah satu indikator yang banyak dipergunakan oleh user untuk menentukan titik balik suatu saham. RSI diperkenalkan pertama kali oleh Welles Wilder dalam bukunya yang berjudul ‘New Concept in Technical Trading’. Kenaikan dan penurunan harga di interprestasikan dalam suatu chart dengan range penilaian antara 0 – 99 dan Wilder menganjurkan pemakaian dengan menggunakan periode perhitungan sebanyak 14 periode. Formula : RS Relative Strength periode pertama : Universitas Sumatera Utara RSI Periode selanjutnya adalah : Relatif Strength Smooth, RS untuk periode selanjutnya : [ ] [ ] Dengan : Total gain : Total kenaikan harga dalam periode Total losses : Total penurunan harga dalam periode Harga : Harga penutupan Average Gain : Rata-rata kenaikan harga Average Losses : Rata-rata penurunan harga PAG : Rata-rata kenaikan harga periode sebelumnya PAL : Rata-rata penurunan harga periode sebelumnya RSI berkisar di antara 0 – 99, harga yang berada di atas level index 70 kondisi bullish menandakan saham dinilai telah overbought, sedangkan harga yang berada di bawah level 30 kondisi bearish dinilai telah oversold. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.6. Grafik Relative Strength Index

2.4.3 Stokastik Osilator

Stokastik Osilator dikembangkan oleh George C. Lane. Indikator stokastik osilator membandingkan harga penutupan relatif terhadap range harga pada periode tertentu misal 5 hari. Jika harga bergerak naik maka harga penutupan cenderung dekat dengan harga tertinggi pada periode tersebut, sedangkan jika harga menurun, harga penutupan cenderung dekat dengan harga terendah pada periode tersebut. Stokastik Osilator diperlihatkan dengan 2 garis. Garis pertama dinamakan K dan garis kedua disebut D yang mengidentifikasikan perubahan rata-rata Moving Average atas nilai K. Formula : Universitas Sumatera Utara Keterangan : Recentlose = harga penutupan terakhir Lowestlow = harga terendah selama periode yang ditentukan Hightesthigh = harga tertinggi selama periode yang ditentukan George C. Lane merekomendasikan bahwa suatu sinyal beli dihasilkan bila K atau D turun ke bawa level 20 dan kemudian naik melewati level tersebut, sedangkan sinyal jual terjadi bila K atau D naik di atas level 80 dan kemudian bergerak turun melewati level tersebut. Selain itu, sinyal beli juga muncul bila garis K naik ke atas garis D dan sinyal jual muncul jika garis K turun ke bawah garis D. Gambar 2.7. Grafik Stokastik Osilator

2.5. Perhitungan Value at Risk VaR

Tingginya kebutuhan untuk mengukur risiko dalam manajemen risiko secara lebih tepat, menyebabkan banyak metode-metode pengukuran yang diusulkan baik dari peneliti maupun praktisi. Dari sekian banyaknya metode pengukuran risiko yang Universitas Sumatera Utara ada, hanya Value at Risk VaR yang paling banyak digunakan dan menjadi faktor standart penggunaan risiko. Dalam analisis risiko keuangan, perhitungan Value at Risk VaR merupakan pengukuran kemungkinan kerugian terburuk dalam kondisi pasar yang normal pada kurun waktu T dengan tingkat kepercayaan tertentu . Dari pernyataan tersebut, secara sederhana dapat dilihat 3 variabel yang penting : besar kerugian, selang waktu, dan besar tingkat kepercayaan. VaR sendiri disimbolkan dengan . Dengan : Nilai Value at Risk VaR Nilai rata-rata Standart deviasi Tingkat kepercayaan Data-data keuangan biasanya menunjukan pola skewness dan leptokurtis. Parameter skewness menunjukan derajat ketidaksimetrisan dari distribusi diantara nilai rata-ratanya. Nilai negative dari skewness nenunjukkan asimetri yang condong ke kiri sementara sebaliknya condong ke kanan. Nilai skewness ini memberikan gambaran intuitif kearah mana kira kira bentuk asimetri dari ekor gemuk. Di sisi lain, kurtosis menunjukan tinggi rendahnya sebuah distribusi data relatif terhadap distribusi normal. Data data keuangan yang menunjukan pola leptokurtis atau ekor gemuk, dengan tingginya kejadian pada bagian ekor, menunjukkan bahwa terdapat banyak kejadian yang ternyata berada jauh dari nilai rata-rata, kontras dengan apa yang ditunjukkan pada distribusi normal. Karena ada perbedaan itu akhirnya dihitung nilai VaR dengan menggunakan skewness dan kurtosis. Dengan terlebih dahulu mencari nilai : Universitas Sumatera Utara Dengan : Nilai VaR dengan kesalahan skewness dan kurtosis. Nilai rata-rata. Tingkat kepercayaan yang dicari dengan menggunakan skewness dan kurtosis. Standart deviasi. Universitas Sumatera Utara

BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Pengumpulan Data

Dalam menyelesaikan suatu masalah diperlukan suatu data sebagai bahan penunjang yang diharapkan dapat mendekati masalah. Data yang diambil merupakan data historis dari harga emas yang berlaku di dunia, dan untuk mendapatkannya penulis mengadakan pengambilan data dan informasi di salah satu perusahan bursa saham dan Futures, yakni di PT MONEX INVESTINDO FUTURES. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel, selanjutnya dipergunakan untuk menganalisis permasalahan dalam penulisan ini. Untuk mendapatkan sinyal yang tepat dalam melakukan transaksi, maka data yang dikumpulkan adalah : 1. Data Harian Harga Emas Data harian yang digunakan meliputi harga pembukaan emas dalam satu hari, harga tertinggi, harga terendah, harga penutupan dan volume. Semua data diperoleh dari perusahaan 2. Informasi mengenai faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga emas. Berikut ini adalah data yang didapat dari perusahaan dan data tersebut diambil dari periode 1 Januari 2012 sd 31 Desember 2012 dibuat dalam Tabel 3.1 lampiran yang dapat di sajikan dalam Gambar 3.1 berikut ini : Universitas Sumatera Utara