Penerapan Retorika Dalam Dakwah K.H. Yahya Ma'Rif di Ponpes AlBahjah Cirebon
K. H. YAHYA ZAINUL MA ARIF DI PONPES
AL-BAHJAH CIREBON
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
Saepul Anwar
1111051000062
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016 M
(2)
(3)
(4)
(5)
v
Penerapan Retorika Dalam Dakwah K. H. Yahya Zainul Ma arif Dipondok Pesantren
Al-Bahjah Cirebon
K. H. Yahya Zainul Ma arif seorang mubaligh yang terbilang sukses dan beliaupun
seorang yang dapat dijadikan figur dengan uswatun hasanah yang beliau miliki. Mulai dari
kesederhanaan beliau dalam berdakwah serta kelembutan tutur katanya. Dengan waktu yang
singkat beliau bisa membuka dan berdakwah di berbagai tempat, karena dakwah beliau
begitu mudah dipahami oleh jema ah Cirebon. Ketika beliau berdakwah, beliau tidak pernah
lepas dari kitab kuning (Hadis, Fiqih, dan Akhlak) dan Al-Qur an yang selalu beliau bawa,
yang merupakan salah satu ciri khas dari dirinya, Hal tersebut yang membuat peneliti merasa
tertarik untuk menjadikannya sebagai subjek dalam penelitian.
Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, muncul beberapa pertanyaan
bagaimana konsep retorika K. H. Yahya Zainul Ma arif di Pondok Pesantren Al-Bahjah
Cirebon? Bagaimana penerapan retorika dalam dakwah yang dilakukan oleh K. H. Yahya
Zainul Ma arif di Pondok Pesantren Al-Bahjah Cirebon? Tujuan untuk mengetahui
bagaimana konsep retorika dan dakwah K. H. Yahya Zainul Ma arif di Pondok Pesantren
Al-Bahjah Cirebon serta mengetahui bagaimana penerapan retorika dakwah nya. Manfaatnya
adalah memberikan kontribusi positif bagi pengembangan penelitian melalui pendekatan ilmu
komunikasi, menambah pengetahuan bagi penulis, dan umumnya untuk yang lain yang terjun
pada dunia dakwah khususnya penerapan retorika dalam dakwah K. H. Yahya Zainul Ma arif
di Pondok Pesantren Al-Bahjah Cirebon.
Agar penelitian ini lebih terarah dan terfokus, maka penulis menggunakan teori lima
hukum retorika yang di kemukakan oleh Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya
Retorika
Modern Pendekatan Praktis
yang terdiri dari menemukan bahan (
inventio
), menyusun bahan
(
despositio
), memilih bahasa (
elucutio
), mengingat materi (
memoria
), dan menyampaikan
dakwah dengan lisan (
pronuntiatio
).
Untuk mendapatkan hasil yang objektif dan refresentatif dalam penelitian ini, maka
penulis menggunakan metode kualitatif deskriptif analisis yaitu metode wawancara dan
dokumentasi yang akan dihasilkan penafsiran penulis. Waktunya dari awal Februari sampai
akhir Februari 2016. Yang berlokasi di Pondok Pesantren Lembaga Dakwah Al-Bahjah
Cirebon. Tekniknya dengan observasi langsung dimana beliau melakukan dakwah. Dan
Mengikuti beberapa ceramah umum beliau di Pondok Pesantren maupun di mesjid-mesjid
sekitar Pondok Pesantren. Wawancara langsung dengan K. H. Yahya Zainul Ma arif dan para
pengasuh, ustad, mad u, dan santri. Serta mengumpulkan dokumentasi tentang K. H. Yahya
Zainul Ma arif.
Retorika dalam dakwah yang beliau gunakan terbilang bagus, dikemas dengan
menarik sehingga materi dakwah dapat tersampaikan dengan benar. Dakwah yang beliau
gunakan bersifat informasi dan edukasi. Dakwah beliau tanpa paksaan, namun dengan
ketegasan, dan kesederhanaan beliau dalam menyampaikan dakwah bisa menjadi daya tarik
yang luar biasa terhadap jamaah.
(6)
v
i
y
y
y
y
y
Nya. Hanya Dialah yang
pantas dipuji dan hanya Dialah yang pantas disembah, kepada-Nya pula hamba
memohon pertolongan, sehingga penulisan karya ilmiah ini dapat diselesaikan
dengan baik.
Shalawat serta salam semoga Allah berikan kepada manusia yang
berakhlak luar biasa, manusia yang agung yang diciptakan oleh Yang Maha
Agung, manusia yang besar yang diciptakan oleh Yang Maha Besar. Yaitu
baginda Nabi Muhammad Saw. Yang telah membimbing umatnya dari masa
kegelapan yaitu masa jahiliah menuju masa yang sangat terang dengan Al-Qur an
dan Hadist.
Penulis menyadari benar, bahwa skripsi ini sudah merupakan bagian yang
tidak dapat terpisahkan. Suatu kebanggan bagi penulis kepada orang-orang yang
ikut memberikan bantuan dan dorongan semangat kepada penulis dalam proses
penyelesaiannya. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada
1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta;
Bapak Suparto, M.Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik; Ibu
Dr. Hj. Roudhonah, M.Ag selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi
Umum dan Keuangan dan Bapak Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan
(7)
v
ii
Komunikasi dan Penyiaran Islam.
3. Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA. selaku pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang pernah
mengajar dan membagikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis. Semoga
ilmu yang diberikan bermanfaat bagi penulis dan masyarakat nantinya.
5. Bapak dan Ibu tercinta, Bapak K. H. Anwar Sanusi dan Ibu Hj. Nyai
Jamilah yang dengan penuh rasa cinta dan kasih sayang yang tulus dan
ikhlas mengasuh dan mendidik serta senantiasa mendoakan penulis,
sehingga bisa mengenyam pendidikan formal tingkat perguruan tinggi
hingga selesai.
6. Pimpinan Pondok Pesantren Lembaga Dakwah Al-Bahjah, Bapak K. H.
Yahya Zainul Ma arif beserta keluarga, hormat dan ta dzim penulis
kepada beliau yang telah memberikan waktu luang kepada penulis untuk
diwawancarai walau di tengah kesibukannya.
7. Kakak-kakakku yang tersayang, Nurul Millah dan Siti Khodijah, yang ikut
andil dalam memberikan bantuan dan motivasi pada penulis baik moril
maupun materil, serta semua saudara keluarga besar almarhum H. Unday
yang sudah memberikan dorongan dan semangat untuk menyelesaikan
(8)
v
iii
teman Madrasah Ibtidaiyah Arafi yah angkatan 1999.
9. Keluarga besar Alumni Pondok Pesantren Darut Tafsir, khususnya
angkatan 2011, 2013, dan 2014, serta teman-teman yang lainnya yang ikut
andil dalam memberikan bantuan dan dorongan serta motivasi kepada
penulis.
10. Dan semua pihak yang terlibat membantu dalam penulisan skripsi ini.
Dengan hamparan kedua tangan serta ketulusan, penulis mendoakan
semoga bantuan, dukungan, bimbingan dan perhatian yang telah diberikan oleh
semua pihak akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT
disertai limpahan rahmat dan hidayah serta berkah-Nya.
Amin Yaa Robbal
Alamin.
Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sepenuhnya dapat
menentramkan kegelisahan intelektual menyirami bahagia ilmiah, untuk itu,
penulis sangat berlapang dada menerima masukan-masukan yang bersifat
membangun. Semoga skripsi ini dihadapan anda dapat memberikan kontribusi
positif, memperluas wawasan keilmuan, serta menambah khazanah perpustakaan.
Jakarta, 11 Mei 2016
! "#$ % &'() " *
(9)
+
x
,21./,344444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444
v
KATA PENGANTAR ...
vi
DAFTAR ISI...
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah...
5
C. Tujuan Penelitian dan Pernyataan Penelitian...
6
D. Manfaat Penelitian ...
6
E. Metodologi Penelitian ...
6
F. Tinjauan Pustaka ...
9
G. Sistematika Penulisan ...
11
BAB II
LANDASAN TEORITIS
PENERAPAN
RETORIKA DALAM
DAKWAH
A. RuangLingkupRetorika ...
12
1. Pengertian Retorika...
12
2. Tujuan Retorika...
14
3. Fungsi Retorika ...
15
4. Lima Hukum Retorika...
17
5. Retorika dan Dakwah...
25
6. Penerapan Retorika dalam Berdakwah ...
26
BAB III
BIOGRAFI K. H. YAHYA ZAINUL MA ARIF
A. Riwayat Hidup K. H. Yahya Zainul Ma arif...
28
B. Organisasi dan Aktivitas Dakwah K. H. Yahya Zainul Ma arif
30
C. Gambaran Pondok Pesantren Al-Bahjah...
31
(10)
x
B. Konsep Dakwah Menurut K. H. Yahya Zainul Ma arif...
41
C. Penerapan Retorika Dakwah K. H. Yahya Zainul Ma arif ...
45
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan ...
60
B. Saran...
61
DAFTAR PUSTAKA ...
63
(11)
1
A.
Latar Belakang Masalah
Retorika berasal dari bahasa Inggris,
Rethoric,
yang artinya ilmu bicara .
Dalam perkembangannya, retorika disebut dengan seni berbicara dihadapan
umum atau ucapan untuk menciptakan kesan yang diinginkan. Sedangkan dakwah
mengandung arti ajakan atau seruan baik lisan, tulisan maupun tingkah laku.
Dakwah merupakan kewajiban individu muslim kapanpun dan di manapun
berada. Berdakwah tidak dapat dilaksananakan dengan asal-asalan melainkan
harus dengan metode, karena yang diseru adalah manusia yang mempunyai
pendirian.
1
Menurut kutipan yang di atas bahwa retorika artinya ilmu berbicara,
berbicara di hadapan umum atau perkataan yang menciptakan kesan apa yang
diinginkan, itu termasuk arti dari retorika di dalam perkembangannya. Sedangkan
dakwah ialah suatu ajakan, baik melalui lisan, tulisan, ataupun tingkah laku.
Berdakwah tidak bisa dilakukan dengan main-main, sebab dakwah menyeru
kepada manusia yang tentunya memiliki pendirian.
Kegiatannya menyatu dengan kehidupan manusia di dunia yang menjadi
bukti adanya hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan
sesama, dan hubungan manusia dengan alam semesta. Sehingga Islam menjadi
agama dakwah dalam teori dan praktiknya yang telah dicontohkan oleh Nabi
Muhammad SAW dalam kehidupannya. Dapat disimpulkan bahwa dakwah
1
H. Naan Rukmana,
Masjid dan Dakwah,
(Jakarta: Al-mawardi Prima, 2002), Cet ke-1, h.
164.
(12)
adalah mengubah situasi dan kondisi yang seharusnya seperti yang dikehendaki
Allah dan Rasul-Nya. Dengan demikian, yang diinginkan dari dakwah adalah
terjadinya perubahan kearah kehidupan yang islami.
Sering kali retorika disamakan dengan
Public Speaking,
yaitu suatu bentuk
komunikasi lisan yang disampaikan kepada kelompok orang banyak, tetapi
sebenarnya retorika itu tidak sekedar berbicara dihadapan umum, melainkan
merupakan suatu gabungan seni berbicara dan pengetahuan atau masalah tertentu
untuk meyakinkan pihak orang banyak melalui pendekatan persuasif.
2
Pada saat ini banyak para da i yang muncul di tengah-tengah masyarakat,
yang menyampaikan dakwahnya dengan metode-metode khusus sehingga
memberikan perhatian pada masyarakat. Seorang da i dituntun untuk bisa
merangkai kata-kata yang dapat dipahami oleh para
mad u
, walaupun pada
dasarnya sering kali para da i menyampaikan ayat ataupun hadits yang sama
namun di situlah kreativitas seorang da i diuji agar dapat menyampaikan
pesan-pesan dakwah dengan ciri khas mereka dan dapat dipahami oleh para
mad u
.
Retorika digunakan sebagai ilmu untuk memandu dan membimbing
seorang da i agar dapat merancang dan menampilkan kata yang baik dan
persuasif, memiliki relevansi yang tinggi dan memiliki peran yang besar dalam
berdakwah. Para pendakwah pun harus pandai dalam menerka siapa yang menjadi
mad u
dalam dakwah nya sebab setiap manusia tidaklah sama. Baik dari segi usia,
tingkat kecerdasan, dan status sosialnya dalam masyarakat.
Dari sekian banyak da i yang mampu membuat
mad u
terkesima akan
gaya bicaranya yang khas saat menyampaikan materi dakwahnya, salah satunya
2
Jalaluddin Rakhmat,
Retorika Modern: Pendekatan Praktis,
(Bandung; PT. Remaja
rosdakarya, 1999), hal. 9.
(13)
adalah K. H. Yahya Zainul Ma arif. Beliau adalah seorang yang memiliki sifat
ramah, hal itu dapat dilihat dari mimik wajahnya dalam setiap menyampaikan
dakwahnya.
K. H. Yahya Zainul Ma arif lahir di Blitar, yang sekarang bertempat
tinggal di Kabupaten Cirebon, Kelurahan Sendang. Kedatangan K. H. Yahya
Zainul Ma arif ke Cirebon pada akhir tahun 2005 dan diawal 2006 dalam rangka
mejalankan tugas dari gurunya untuk memimpin Pesantren. Seiring perjalanan
waktu K. H. Yahya Zainul Ma arif merasakan kenyamanan di Cirebon, kemudian
beliau meminta izin kepada gurunya untuk mengajar dan mendirikan sebuah
pesantren di Cirebon.
K. H. Yahya Zainul Ma arif memulai berdakwah dari hal yang kecil, tidak
memaksa dan apa adanya. Dengan penuh kesabaran K. H. Yahya Zainul Ma arif
memasuki musolla-musolla kecil hingga akhirnya K. H. Yahya Zainul Ma arif
mengisi majlis-majlis ta lim di Masjid terbesar di Cirebon Masjid At-Taqwa
alun-alun setiap senin malam selasa. Yang semula hanya dihadiri 20 orang hingga saat
ini jama ah memenuhi ruangan dan halaman masjid.
Bersamaan itu juga K. H. Yahya Zainul Ma arif membuka puluhan majlis
ta lim bulanan di berbagai tempat di Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon,
Kabupaten Majalengka, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Indramayu dan
Jabodetaek. Diantaranya adalah majlis yang diadakan di masjid Al-Imam
alun-alun kota Majalengka, masjid Al-Istiqomah Cilimus Kuningan, masjid Pertamina
Klayan, masjid Al-Mustaqim Weru. Dakwah K. H. Yahya Zainul Ma arif tidak
terbatas pada masjid-masjid akan tetapi K. H. Yahya Zainul Ma arif
juga
berdakwah di beberapa swalayan dan toserba, seperti Yogya, Matahari
(14)
Department Store, Lembaga Pemasyarakatan Kesambi dan lain sebagainya.
Majelis yang K. H. Yahya Zainul Ma arif asuh diberi nama Majelis Al-Bahjah
sekaligus nama pesantren yang saat ini dirintisnya.
Dengan waktu yang singkat beliau bisa membuka dan berdakwah di
berbagai tempat, karena dakwah beliau begitu mudah dipahami oleh jema ah.
Ketika beliau berdakwah, beliau tidak pernah lepas dari kitab kuning dan
Al-Qur an yang selalu beliau bawa, yang merupakan salah satu ciri khas dari dirinya,
pembahasan pembahasan K. H. Yahya Zainul Ma arif terdapat dari kitab hadis,
fiqih, dan akhlak tetapi semua itu berpatokan kedalam Al-Qur an. Hal tersebut
yang membuat peneliti merasa tertarik untuk menjadikannya sebagai subjek
dalam penelitian.
K. H. Yahya Zainul Ma arif mencoba menghadirkan dakwah dari berbagai
aspek, mulai dari radio, surat kabar, televisi, media online seperti
facebook,
twitter, youtube,
dan lain sebagainya. Beliau juga berdakwah di majlis-majlis
ta lim atau masjid-masjid sekitar yang tentunya pusat dari dakwah beliau. Di
media cetak K. H. Yahya Zainul Ma arif juga ikut berdakwah. K. H. Yahya
Zainul Ma arif
mengasuh rubrik tanya jawab di koran harian umum Kabar
Cirebon. Dan sampai saat ini juga masih aktif mengasuh rubrik
Masail Diniyah
disebuah majalah Islami Al-Basyirah yang terbit di Jawa Timur. Sementara pada
media Televisi K. H. Yahya Zainul Ma arif juga pernah aktif di acara
Titian
Qolbu TV One
, Damai Indonesiaku
TVOne
, dan sampai saat ini K. H. Yahya
Zainul Ma arif aktif di
Cirebon TV
dalam acara Hidup Indah Bersama K. H.
Yahya Zainul Ma arif ,
MNCTV
dalam acara siraman qalbu,
TV9
dalam acara
kajian Islam Ahli Sunnah Waljamaah,
BBS TV
dan
Batam TV
.
(15)
Ini semua dilakukan dalam upaya membidik semua celah kehidupan
manusia untuk bisa diisi dengan dakwah. Berdasarkan latar belakang di atas
peneliti mempunyai ketertarikan untuk meneliti dakwah beliau dengan meneliti
retorika dakwahnya maka peneliti memilih judul penelitian
Penerapan Retorika
Dalam Dakwah K. H. Yahya Zainul Maarif Di Pondok Pesantren Al-Bahjah
Cirebon.
B.
Pembatasan dan Perumusan masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar lebih terarah terhadap masalah yang dipaparkan, peneliti membatasi
masalah yang akan diteliti. Peneliti sangat menyadari bahwa aktivitas dakwah
yang beliau lakukan sangatlah padat, oleh sebab itu tidak mungkin semua data
mengenai retorika dakwah yang disampaikan oleh beliau saat berdakwah
peneliti cantumkan dalam skripsi ini. Maka dari itu, penelitian ini hanya
difokuskan pada penerapan retorika dalam dakwah yang beliau gunakan di
Pondok Pesantren Al-Bahjah selama satu bulan mulai dari 01 Februari 2016
sampai 28 Februari 2016
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas maka peneliti merumuskan
masalahnya ialah sebagai berikut:
a.
Bagaimana penerapan retorika K. H. Yahya Zainul Ma arif dalam
penggunaan dakwahnya?
b.
Bagaimana konsep retorika K. H. Yahya Zainul Ma arif dalam
berdakwah?
(16)
C.
Tujuan penelitian
Dalam penelitian ini pasti ada tujuan dan manfaatnya. Maka penelitian ini
bertujuan untuk:
Mengetahui konsep retorika K. H. Yahya Zainul Ma arif dalam berdakwah
serta penerapan retorika dalam penggunaan dakwahnya.
D.
Manfaat penelitian
1. Manfaat akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan hal yang positif, khususnya
untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Memberikan kontribusi bagi
peneliti dan umumnya bagi yang terjun pada dunia dakwah, yang berkaitan
tentang retorika sebagai alat utama dalam menyiarkan dakwah islami.
2. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapakan agar menjadi bahan tambahan bagi da i-da iah
yang menyampaikan dakwahnya dengan se-efektif dan se-efesien mungkin, agar
dakwahnya diterima oleh khalayak yang berkenaan dengan retorika K. H. Yahya
Zainul Ma arif
E.
Metodologi Penelitian
Agar data yang diperoleh sesuai dengan yang diperlukan, maka metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Metodologi penelitian
Penelitian ini adalah penelitian lapangan. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif atau analisa kritis,
(17)
yaitu metode yang memiliki beberapa langkah penerapan.
3
Langkah pertama
adalah mendeskripsikan gagasan primer yang menjadi bahan utama. Gagasan
primer ini yang menjadi bahasan utama. Gagasan primer ini diperoleh dari
hasil wawancara mendalam dengan narasumber. Langkah selanjutnya adalah
membahas gagasan primer tersebut yang pada hakikatnya adalah memberikan
penafsiran peneliti terhadap gagasan yang telah dideskripsikan. Bagdan dan
Taylor dalam penelitian kualitatif mendefinisikan metode kualitatif sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriftif berupa data-data tertulis
atau tulisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati .
4
Dean J. Champion dalam bukunya mengatakan bahwa penelitian kualitatif
adalah Penelitian yang berfungsi untuk mendata atau mengelompokkan
sederet unsur yang terlihat sebagai pembentuk suatu bidang persoalan yang
ada.
5
Peneliti mendeskripsikan atau menggambarkan secara sistematis, faktual
dan akurat mengenai faktor-faktor, sifat, serta hubungan yang diteliti. Adapun
secara deskriptif adalah bahwa data yang dikumpulkan berupa kata-kata,
gambar dan bukan angka-angka. Hal ini disebabkan oleh penerapan metode
kualitatif.
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian dalam skripsi ini adalah K.H. Yahya ZainulMa arif dan
objeknya adalah retorika beliau dalam dakwahnya.
3. Tekhnik pengumpulan data
3
Mastuhu,
Tradisi Baru Penelitian Agama Islam: Tinjauan Antar Disiplin Ilmu
,(Bandung: Pusjarlit
dan Nuansa, 1998), Cet ke-1, hal.45-47.
4
Lexy J. Moeloeng,
Metode Penelitian Kualitatif
, (Bandung: PT. Remaja Rosyda Karya, 1993) Cet
ke-10, h. 3.
5
(18)
a.
Observasi
Observasi yaitu pengambilan data yang didapatkan melalui pengamatan,
pencatatan sistematik dan fenomena-fenomena yang diselidiki langsung
kepada objeknya dengan menggunakan indera penglihatan, yang berarti tidak
mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
6
Dalam teknik penelitian ini peneliti
mengamati dan mencatat fenomena-fenomena yang diselidiki. Dengan metode
ini peneliti akan mengetahui langsung kegiatan dakwah K. H. Yahya Zainul
Ma arif.
b.
Wawancara.
Peneliti
melakukan wawancara mendalam dengan
K. H.
Yahya
ZainulMa arif, Penelitian ini melakukan wawancara kepadaK. H. Yahya
Zainul Ma arif dan santri pondok pesantren lembaga dakwah Al-bahjah,
wawancara di lakukan di pondok pesantren lembaga dakwah Al-bahjah
Cirebon Jawa Barat dan di kediaman K. H. Yahya Zainul Ma arif pada tanggal
01 Februari 2016 sampai 28 Februari 2016. Peneliti melakukan wawancara
dengan K. H. Yahya Zainul Ma arif hanya dua kali saja dan selebihnya
peneliti melakukan observasi dan wawancara kepada pihak lain, peneliti
melakukan observasi dan menyaksikan beliau ceramah delapan kali dalam
jangka waktu sebulan. ini bertujuan untuk melengkapi data, guna menjawab
perumusan masalah yang peneliti ajukan
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data untuk mencari
data-data yang diperlukan, seperti yang dilakukan dalam mengumpulkan data-data
6
Lexy J. Moleong,
Metode Penelitian Kualitatif
, (Bandung: PT. RemajA Rosyda Karya,1993)
cet ke-10, h. 186.
(19)
berupa buku, majalah, makalah ataupun literatur lainnya. Peneliti akan
mengumpulkan beberapa foto, video ataupun rekaman ceramah K. H. Yahya
Zainul Ma arif di masjid-masjid besar ataupun di Pondok Pesantren
Al-Bahjah.
4. Teknik analisis data
Apabila telah terkumpul langkah selanjutnya adalah mengklarifikasikan
data untuk kemudian dianalisis, sesuai dengan perumusan masalah dan tujuan
penelitian, setelah itu disajikan dalam laporan ilmiah. Dalam penelitian ini
penelitiberpedoman pada buku
Pedoman penelitian karya ilmiah (skripsi,
tesis, dan disertasi)
yang oleh CeQDA
(Centerfor Quality Development and
Assurance)
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
F.
Tinjauan pustaka
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa tinjauan pustaka dari
perputakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan Perputakaan Utama UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, diantaranya melihat beberapa penelitian lain yang
berhubungan dengan penelitian ini yaitu:
1.
Penerapan Retorika Dakwah Ustadz Yusuf Mansyur, oleh Sulnah Safitri,
Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Komunikasi Penyiaran
Islam, Tahun 2007.
2.
Penerapan Retorika K. H. Muchammad Syarif Hidayat, oleh Deden
Saputra, Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi, Jurusan
Komunikasi Penyiaran Islam, Tahun 2013.
(20)
Dalam penelitian sebelumnya memang membahas masalah retorika
dakwah yang disampaikan. Walaupun mengandung kategori retorika dakwah
namun cara penyampaian dari para mubaligh tersebut berbeda dalam retorika
berdakwahnya.
Namun dari sekian banyak skripsi yang ada dalam perpustakaan Fakultas
dan perpustakaan utama, peneliti belum menemukan skripsi retorika dakwah K.
H. Yahya Zainul Ma arif. Perbedaan sekripsi di atas dengan sekripsi yang akan
penulis teliti ialah dari subjeknya karena subjek yang penulis teliti ialah K. H.
Yahya Zainul Ma arif, dari isi pun akan berbeda di penelitian ini penulis akan
memaparkan tentang bagaimana K. H.
Yahya Zainul Ma arif menggunakan
retorika dakwah dan bagaimana penerapan retorika beliau dalam pelaksanaan
retorika dakwah di majlis-majlis ta lim dan Pesanntren Al- Bahjah.
Dalam hal ini penerapan retorika yang beliau gunakan sangatlah baik,
untuk itu sebagai sumber utama penelitian, peneliti ingin mengetahui langsung
kepada beliau yaitu dengan cara mewawancarai beliau dan para santrinya
termasuk jemahnya yang di pimpin langsung oleh beliau. Ini sebagai langkah awal
yang peneliti prioritaskan dalam penelitian ini.
Menarik bagi peneliti untuk mengangkat menjadi suatu karya ilmiah.
Selain itu juga peneliti menganggap semua latar belakang objek yang di teliti
maupun peneliti yakni sebagai peminat dakwah. Itulah hal yang menarik
kemudian menginspirasi peneliti untuk mengambil judul ini. Sesuai dengan latar
belakang peneliti yaitu mahasiswa Jurusan Komuikasi Penyiaran Islam dan
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
(21)
G.
Sistematika Penelitian
Untuk mempermudah pembahasan penelitian ini. Penelitan laporan hasil
dari 5 bab didahuliu dengan pendahuluan dan rumusan masalah di bab
pertama,selanjutnya penelitian ini menggunakan landasan teori yang terdapat pada
bab dua, dilanjutkan dengan gambaran umum tentang K. H.
Yahya Zainul
Ma arif di bab tiga, lalu peneliti menemukan hasil dari penelitian ini yang penulis
tempatkan di bab empat, setelah itu peneliti menyimpulkan hasil dari penelitian
ini yang terdapat di bab lima.
(22)
<:=>:?:=@A
ORITIS PENERAPAN RETORIKA DALAM DAKWAH
A.
Ruang Lingkup Retorika
BC D EFGEHI JK FLEI M HJNK
OEPKHK QE NRJNKQ
(
SK NFK NKS TR U,
NKI K HEIM HJNK VE HK HI J NEI E HKS W JQ K F VE HVK XKRK R EP K HK EYE NIJY,
R IT ZJ IE FI KFG WES K NK JK F VK XKRK R EPKHK EYE NI JY ZKQKS NK HK F G-
S E F GK HKFGZK FRE FJVEHW JZKI M[K F GSTQT N-
STQ T NZK FVMS VKR I JR CD
K HJIJGK ZEYJ FJRJ JFJ,
[K F G R ERTK J ZE FGK F IT \TKF WESVK XKRK F WK ZK RK KI JFJ K ZKQ K X ZEY J FJR J [K FG W E HIKSK ZK F NEI JGK,
]KQKT ZEYJ FJRJ [KF G NEI J GK \TGK S E FT F\T NNK F K ZK F[K WE HGER EHK FZKHJSK NFKHE I M HJ NK[KF GR E VEF KHF[K.
^
D
KQ KS K HIJ [KF G R ESW JI VE HKHI J HEI M HJ NK K ZKQ KX VK GK JSK FK R EREMHK F GSE FGGT FK NK F I TIT H VK XKRK [KFG VK JN ZKF \EQKR KGKH ZKW KI S ESE F GK HTXJ M HK F G
QK J FZE FGK FI T \TK FZK FS K NR T ZIE HIE FI T C
D
J IJF\KTZK HJR EGJVK XKR K,
HEI M HJNKVE HKRKQ ZK HJ VK XKRK _ T FKFJ [K J IT `abt
c `,
[K JIT REM HKF G \T HT W J ZKI M [K F G S ESWT F [K J RJFM FJSc `dec `.
f
OE ZK FGN KF ZKQ KS VK XKR K K HK V ZJR EVTI gdhhijka l
t
dm da,
R EZK F GNK F HEM HJ NK SE FT HTIEnclyclopedia Britania
,
HEIM HJNK K ZKQK X NER E FJK F SE F GGT FK NKF VKXKR K T FIT NS E FGXKRJQ NK FNER KF[KF GZJ JF GJ FNKFI EHXK ZKWWES VKP KZK FW EFZE F GK H.
n
B
E VEHKW K WK NK H VEHWEFZKWKI IE FI KF G ZEYJ FJRJ HEI M HJNK ZK HJ R EGJ JR I JQK Xo ZJK FIK HKF[K p
q
A
rstuv swxyz sr,
Retorika Hirarki
, (
{uty |yt } y~Era Edicitra Intermedia, 2010), hal. 76.
2
M.H. Israr,
Retorika dan Dakwah Islam Era Modern
, (Jakarta: CV. Firdaus,1993), cet-1,
hal. 10.
3
Datuk Tombak Alam,
Kunci Sukses Penerangan dan Dakwah
, (Jakarta: PT. Rhineka
Cipta), hal. 36.
(23)
a.
I Gusti Ngurah Oka berpendapat bahwa retorika adalah ilmu yang
mengajarkan tindak dan usaha efektif dalam persuasi penataan dan
penampilan kultur untuk membina saling pengertian dan kerjasama
serta kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat.
4
b.
Wahidin Saputra berpendapat bahwa retorika adalah ilmu yang
mempelajari tentang bagaimana bertutur kata dihadapan orang lain
dengan sistematis dan logis untuk memberikan pemahaman dan
meyakinkan orang lain.
5
c.
Jalaluddin Rahkmat berpendapat bahwa retorika adalah pemekaran
bakat-bakat tertinggi manusia, yakni rasio dan cita rasa lewat bahasa
selaku kemampuan untuk berkomunikasi dalam medan fikiran.
6
d.
Gorys Keraf berpendapat bahwa retorika adalah suatu teknik
pemakaian bahasa sebagai seni, yang didasarkan pada suatu
pengetahuan yang tersusun baik.
7
e.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, retorika adalah keterampilan
bahasa secara efektif dalam karang-mengarang atau seni berpidato
yang muluk-muluk dan bombastis.
8
Dalam menggunakan retorika dibutuhkan kepandaian berbicara.
Kepandaian berbicara itu mengenai menjelaskan, mengungkapkan, dan
4
I Gusti Ngurah Oka,
r
u
u
r
t
r
, (Bandung: Terate,
1976), cet-1, hal. 13.
5
Wahidin Saputra,
r
w
Lisan
, (Buku Ajar Fakultas Ilmu Dakwah UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta: Dakwah Press, 2006), hal. 2.
6
Jalaluddin Rahmat,
Retorika Modern Pendekatan Praktis
, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1998), hal. 5.
7
Gorys Keraf,
Diksi dan Gaya Bahasa
, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Umum, 2007),
cet-17, hal. 1.
8
Departemen Pendidikan Nasional,
Kamus Besar Bahasa Indonesia
, (Jakarta: Balai
Pustaka), edisi ke-2, h. 953.
(24)
mengutarakan apa yang terdapat dalam fikiran dan perasaan. Setiap manusia telah
diberikan anugerah untuk pandai berbicara.
Pandai berbicara merupakan warisan biologis dari ke dua orang tua yang
bersifat genetis dan otomatis. Pandai berbicara adalah hasil dari proses
pembelajaran oleh lingkungan keluarga dan masyarakat. Dalam Al-Qur an, Allah
berfirman pada surat Al-Balad ayat 8-9:
Artinya: Bukankah Kami telah memberikan kepadanya dua buah mata,
Lidah dan dua buah bibir. (Q,s al-balad :8-9
)
Allah SWT memudahkan semua itu dengan karunia-Nya berupa perangkat
lunak, yaitu potensi kemampuan berbicara dan perangkat keras,yaitu lidah dan
bibir, termasuk kedua telinga. Dengan begitu manusia mampu memproduksi
kata-kata dan kalimat tidak terbatas banyak jumlahnya.
9
Berbicara yang efektif seyogyanya menyenangkan, memiliki daya tarik,
mengasikkan, mengesankan, mencapai tujuan secara jelas serta mengundang rasa
simpatik pendengar. Untuk berbicara yang efektif diperlukan ilmu retorika.
2.
Tujuan Retorika
Retorika sebagai ilmu yang berdiri sendiri, dikatakan bahwa tujuannya
adalah persuasi. Maksud dari pada persuasi di sini adalah yakinnya penaggap tutur
akan kebenaran gagasan topik si penutur. Persuasi adalah suatu seni verbal yang
bertujuan untuk meyakinkan seseorang agar melakukan sesuatu yang dikehendaki
pembicara pada waktu ini dan pada waktu yang akan datang.
10
9
Amirudin Rahim,
.Cit
, hal. 4
10
Gorys Keraf,
Argumentasi dan Narasi
, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2000),
cet-12, hal. 118.
(25)
Sedangkan menurut Erwin P. Bettinghaus (1973), persuasi merupakan
suatu usaha yang disadari untuk mengubah sikap, kepercayaan atau perilaku orang
melalui transmisi pesan.
11
Secara massa retorika bertujuan sebagai berikut:
a.
, yaitu memberikan penerangan dan pengertian kepada
massa, guna memberikan penerangan yang mampu menanamkan
pengertian dengan sebaik-baiknya.
b.
, yaitu meyakinkan dan menginsafkan.
c.
, yaitu menimbulkan inspirasi dengan teknik dan sistem
penyampain yang baik dan bijaksana.
d.
rt
, menggembirakan, menghibur atau menyenangkan, dan
memuaskan.
e.
Ectuate
(to put into action), yaitu menggerakkan dan mengarahkan
mereka untuk bertindak menetralisir dan melaksanakan ide yang telah
dikomunikasikan oleh orator dihadapan massa.
12
3.
Fungsi Retorika
Menurut Plato, berfungsi untuk memberikan kemampuan dalam
menggunakan bahasa yang sempurna, dan merupakan jalan bagi seseorang untuk
memperoleh pengetahuan yang luas.
13
Sedangkan I Gusti Ngurah Oka
menjelaskan bahwa retorika adalah:
a.
Untuk menyediakan gambaran yang jelas tentang manusia terutama
dalam hubungan kegiatan bertutur kata, termasuk ke dalam gambaran
ini antara lain gambaran proses kejiwaan ketika ia terdorong untuk
11
I Gusti Ngurah Oka,
Retorika Sebuah Tinjauan Sejarah Pengantar
, (Bandung: Terate,
1976), cet-1, hal. 63.
12
Toto Tasmara,
Komunikasi Dakwah
, (Jakarta: Gaya Media Pratama, t.t), hal. 156.
13
(26)
bertutur dan ketika ia mengidentifikasi pokok persoalan sampai
retorika bertutur ditampilkan.
b.
Menampilkan gambaran yang jelas tentang bahasa atau benda yang
bisa diangkat menjadi topik tutur, misalnya gambaran tentang hakikat,
struktur, dan fungsi topik tutur.
c.
Mengemukakan
gambaran
yang
terperinci
tentang
masalah
tuturmisalnya dikemukakan tentang hakikat, struktur, dan
bagian-bagian topik tutur.
Berdasarkan dengan penampilan gambaran ketiga hal tersebut di atas,
disiapkan pula bimbingan tentang:
a.
Cara memilih topik.
b.
Cara-cara memandang dan menganalisa topik tutur untuk menentukan
sasaran ulasan yang persuasif dan edukatif.
c.
Penulisan jenis tutur yang disesuaikan dan tujuan yang hendak dicapai.
d.
Pemilihan materi bahasa serta penyusunan menjadi kalimat-kalimat
yang padat, utuh, dan bervariasi. Pemilihan gaya bahasa dan gaya tutur
dalam penampilan tutur kata.
14
Jika kita memahami fungsi retorika, maka akan sejalan dengan empat
fungsi komunikasi yaitu:
a.
¡¢¢£¤¥ ¦§ ¨¡ ©ª ¦¤untuk memberi dan menerima informasi kepada
khalayak. Hal ini bisa dilakukan oleh setiap orang dengan pengetahuan
yang dimiliki. Tanpa komunikasi informasi tidak dapat disampaikan
dan diterima.
14
I Gusti Ngurah Oka,
« ¬ ®r
¯°± ² ¬³u
± ´ µ ¯¶ · ±u
±¶ ² ¬ ·±r
± ´ ¸ ¬¶ ¹ ±¶t
±r
, (Bandung: Terate,
(27)
b.
º»¼¼Education
, yaitu memberi pendidikan. Fungsi ini dilakukan oleh
guru kepada murid untuk meningkatkan pengetahuan atau oleh siapa
saja yang memiliki keinginan untuk memberikan pendidikan.
c.
Mass Persuasion
, yaitu untuk memengaruhi. Hal ini bisa dilakukan
oleh setiap orang atau lembaga yang member dukungan dan ini biasa
digunakan oleh orang yang bisnis, dengan memengaruhi iklan yang
dibuat.
d.
Mass Intertainment
, yaitu untuk menghibur. Hal ini yang biasa
dilakukan oleh radio, televisi atau orang yang memiliki professional
menghibur.
15
4.
Lima Hukum Retorika
Menurut
Jalaluddin Rahmat dalam bukunya
Retorika Moderen
Pendekatan Praktis
Ada lima tahap penyusunan pidato yang dikenal dengan (
The
Five Canons of Rhetoric
) yang sering diterjemahkan dengan lima hukum
retorika , yaitu:
a. Menemukan bahan (
inventio
), pada tahap ini da i atau
mubaligh
menggali topik dan meneliti khalayak yang akan hadir mendengarkan
ceramah kita, kemudian menentukan metode yang tepat.
b. Penyusunan bahan/materi yang akan disampaikan (
despositio
), dalam
tahap ini da i atau
mublaigh
menyusun materi dakwah yang akan
disampaikan, misalnya: pendahuluan, pembahasan dan penutup.
15
(28)
c. Memilih bahasa yang indah (
½¾¿Àu
t
Á Â), pada tahap ini da i atau
ÿ ÄžÁ ÆÇ
memilih kata-kata yang tepat, kalimat yang jelas dan bahasa
yang indah sesuai dengan kemampuan khalayak pendengar.
Memilih gaya bahasa sesuai kemampuan khalayak pendengar,
gaya bahasa sendiri adalah sebagai salah satu variasi bahasa, yaitu
termasuk ragam, yang ditandai oleh suasana indah.
d. Mengingat materi yang akan disampaikan (
ýÃÂÈ Á Å), pada tahap ini
da i atau
ÿ ÄžÁÆÇharus mengingat-ingat dalam pikiran materi yang
akan disampaikan kepada khalayak pendengar sesuai dengan susunan
yang telah dibuat sebelumnya.
e. Menyampaikan dakwah lisan (
ÉÈÂÊ¿ ÊËÁ ÅËÁ Â), pada tahap ini da i atau
ÿ ÄžÁ ÆÇ
menyampaikan materi dakwah lisan, pada saat penyampaian
materi perhatikan suara (
v
ÂÌ Å¾), gerak tubuh, dan pelihara kontak mata
dengan khalayak pendengar.
16
Dalam perkembangannya, kelimahukum retorika tersebut mendapat
penafsiran yang semakin luas. Saat ini, pengertian penciptaan sudah meluas dan
mengacu pada pengertian konseptualisasi, yaitu proses pemberian makna terhadap
data melalui interpretasi
(t
Ç ½ ÉÈÂÀ ½ss t
ÇÈ¿ ÆÇw
ÇÁ À Çw
½ ÅÍ ÍÁ ÆÊ Ã½ÅÊÁ ÊÆt
 ÎÅË Åt
ÇÈ¿ ÆÇÁ ÊË ½È ÉȽ
t
ÅËÁ ÂÊÏ.
17
Ini berarti suatu pengakuan terhadap fakta bahwa kita tidak sekedar
menemukan apa yang ada, menciptakannya melalui kategori interpretasi yang kita
gunakan. Pengaturan adalah proses mengorganisir simbol, yaitu mengatur
16
JalaluddinRakhmat,.
Ð Ñ ÒÓr
Ô ÕÖ ×Ó Ø Ñr
Ù Ú Ñ Ù Ø Ñ ÕÖÒÖÙ Úr
ÖÕÒÔ Û. (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya. 1998), hal. 7-8.
17
Morrissan dan Andy Corry Wardhani,
ÜÑÓr
Ô ÝÓÞßÙ Ô ÕÖs
Ô ÒÑ Ù ÒÖ Ùà ÝÓÞßÙÔ ÕÖ ÒÓr
,
Ú Ñs
Ö Ù,
Ú Ñr
áÖÕÖâÖ Ù,
Ø Ö ÙHubungan
, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), cet-1, hal. 44.
(29)
informasi yang terkait dengan hubungan di antara manusia, simbol dan konteks
yang terlibat.
18
Untuk memperoleh topik/bahan yang akan disampaikan dalam dakwah
lisan dapat diambil dari beberapa hal berikut:
a.
Peristiwa aktual yang sedang hangat dibicarakan oleh masyarakat,
b.
Peristiwa yang sedang diperingati,
c.
Materi-materi agama,
d.
Masalah-masalah kehidupan sosial,
e.
Pengalaman pribadi.
19
Pembicara yang baik selalu pandai dalam memilih kata-kata. Sehingga
pendengar jarang menyadari manipulasi daya tarik motif yang digunakan, juga
tidak mengetahui organisasi pesan dan system penyusunan pesan, tetapipendengar
mengetahui pasti bahwa pembicara yang baik selalu pandai dalam memilih
kata-kata yang mudah dipahami oleh pendengar.
20
1. Pengertian Dakwah
Dilihat dari segi bahasa kata dakwah berasal dari bahasa arab, yaitu bentuk
ãä ãå åæ äçæè
dari kata
çæéæ-yud u-da watun
yang artinya menyeru, memanggil,
mengajak, dan menjamu.
21
Di dalam Al-Qur an ada beberapa ayat yang
menunjukkan kata tersebut, antara lain dalam surat Yunus ayat 25:
18
Morrissan dan Andy Corry Wardhani,
Teori Komunikasi tentang Komunikator
,
Pesan,
Percakapan, dan Hubungan
, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), cet-1, hal. 45.
19
Wahidin Saputra,
Retorika Monologika
, (Bogor: Titan Nusa Perss, 2010), cet-1, h.17-18.
20
Wahidin Saputra,
Retorika Monologika
, (Bogor: Titan Nusa Perss, 2010), cet-1, h.30-31.
21
Muhammad Yunus,
Kamus Arab Indonesia
, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara
Penerjemah, 1973), hal. 127.
(30)
Artinya: Allah menyeru (manusia) ke darussalam (surga), dan menunjuki
orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang Lurus (Islam) .
Pada dasarnya, semua pribadi muslim berperan secara otomatis sebagai juru
dakwah.Secara umum, adalah setiap muslim dan muslimah yang
ê ëìíîî íï(dewasa), di mana kewajiban dakwah merupakan suatu yang melekat, tidak
terpisahkan dari misinya sebagai penganut Islam sesuai dengan perintah;
sampaikan walau satu ayat.
Secara khusus
,
adalah mereka yang mengambil keahlian khusus
(
êu
t
íì ðí ñòs)
dalam
bidang
agama
Islam,
yang
dikenal
dengan
panggilanulama.Ada beberapa pengertian istilah menurut pakar-pakar ilmu
dakwah, antara lain:
a.
Dakwah menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah adalah mengajak
manusia agar beriman kepada Allah dan Rasulallah saw dengan cara
membenarkan apa yang mereka beritakan dan mengikuti apa yang
mereka perintahkan.
22
b.
Dakwah menurut M. Quraish Shihab adalah seruan atau ajakan kepada
jalan keinsyafan atau mengubah situasi yang kurang baik menjadi
lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat.
23
c.
Dakwah menurut M. Arifin adalah suatu kajian dalam seruan, baik
dengan lisan, tulisan maupun tingkah laku yang dilakukan secara sadar
dan berencana untuk mempengaruhi orang lain agar timbul suatu
pengertian, kesadaran, serta penghayatan ajaran agama tanpa ada unsur
22
Said Muhammad Nuh,
óô õw
ô öFardiyah: Pendekatan Personal dalam Dakwah
,
(Surakarta: Era Inter Media, 2000), cet-2, hal. 13-14.
23
Quraish Shihab,
Membumikan Al-Qur an; Fungsi Peran Wahyu dalam Masyarakat
,
(Bandung: Mizan, 1999), cet-19, hal. 194.
(31)
paksaan.
24
Dari tiga pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa dakwah adalah
mengadakan suatu perubahan dan pembenahan, baik yang bersifat individu
maupun sosial sesuai dengan ajaran Islam.
Kegiatan tersebut disampaikan dengan menggunakan liasan, tulisan, dan
tingkah laku yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha
mempengaruhi orang lain agar timbul pengertian keinsyafan dalam diri individu
dengan menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam dalam kehidupan
sehari-hari.
1.
Unsur-unsur Dakwah
a.
Da i
Da isecara bahasa diambil dari bahasa arab, bentuk
÷ø ÷ù ú ûü÷ýdari asal
kata
þûüû-yud u-da watun
, artinya orang yang melakukan dakwah. Secara
terminologi, da i yaitu setiap muslim yang berakal
mukallaf
(akil baligh)
dengan kewajiban dakwah.
25
Menurut Dr. Musthafa Ar-Rafi i, syarat-syarat
dan sifat yang harus dipenuhi sosok juru dakwah adalah:
i.
Amal dan kegiatan da i harus ikhlas karena mencari ridho Allah dan
kerena ingin meraih pahala dari Allah.
ii.
Seorang juru dakwah harus menjadi teladan dalam amal shaleh.
iii.
Menempuh cara
hikmah
(bijaksana) terhadap pelajar dan intelek.
Melakukan metode
mauizhah hasanah
(nasihat yang baik) dalam
menghadapi orang awam dan orang biasa.
iv.
Seorang juru dakwah harus betul-betul menguasai ilmu yang sesuai
24
M. Arifin,
Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi
, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), hal. 6
25
Idris A. Shomad,
Diktat Ilmu dakwah
, (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, 2004), hal. 6.
(32)
v.
dengan jamaah dan menguasai teori dari bahasa aliyah pemikiran.
vi.
Seorang juru dakwah harus lembut dalam menyampaikan nilai-nilai
dan pandangan serta lembut memerangi kesesatan.
vii.
Dalam berdakwah ia bertujuan menarik manfaat dan menghilangkan
kemudharatan.
viii.
Harus sabar dan tabah dalam menghadapi cobaan.
ix.
Harus mengetahui tabi at kewajiban jamaah
x.
Sang juru dakwah harus menggunakan kekuatan apabila cara
ÿ ÿ
,
dan
zhah hasanah
tidak mempan.
26
b.
Mad u
Mad u
manusia yang menjadi sasaran dakwah atau manusia
penerima dakwah, baik individu maupun sebagai kelompok, baik yang
beragama Islam maupun
tidak. Dengan kata lain, manusia secara
keseluruhan.Menurut Muhammad Abduh dalam bukunya
Management
Dakwah
karangan M. Munir dan Wahyu Illahi,
mad u
terbagi menjadi tiga
golongan.
27
Antara lain:
i.
Golongan cerdik cendikiawan yang cinta kebenaran, dapat berfikir
kritis dan cepat menagkap persoalan.
ii.
Golongan awam yaitu orang kebanyakan yang belum dapat berfikir
secara kritis dan mendalam serta belum mendapat
pengertian-pengertian yang tinggi.
26
Mustthafa Ar-Rafi i,
Potret Juru Dakwah
, (Jakarta: CV. Pustaka Al-Kautsar, 2002), hal.
38-50.
27
Munir dan Wahyu Illahi,
Manajemen Dakwah
, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup),
edisi ke-1, cet-2, h.23.
(33)
iii.
Golongan yang berbeda dengan kedua golongan tersebut, mereka
senang membahas tetapi hanya dalam batas tertentu saja dan tidak
dapat membahas secara mendalam.
Sedangkan
u
menurut
Imam
Habib
Abdullah
Haddad
dapatdikelompokkan dalam delapan rumpun, adalah ulama-ulama, ahli juhud
dan ahli ibadah, penguasaan dan pemerintahan, kelompok ahli perniagaan,
industri dan sebagainya, fakir miskin dan orang lemah, anak, istri dan kaum
hamba, orang awam yang taat dan berbuat maksiat, dan orang-orang yang
tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.
28
Dalam buku
y
s
, berdasarkan jenis beberapa khalayaknya dan sifat
dapat dikelompokkan menjadi:
i.
Khalayak tidak sadar, kadang-kadang komunikan tidak menyadari
adanya masalahnya atau tidak tahu pengambilan keputusan.
ii.
Khalayak apatis, tipikal komunikan adalah tahu masalah akan tetapi,
mereka acuh tak acuh.
iii.
Khalayak yang tertarik tapi ragu, komunikan sadar akan adanya
masalah, tahu akan mengambil keputusan akan tetapi, mereka masih
meragukan keyakinan terhadap apa yang harus mereka ikuti atau
sebuah tindakan yang harus mereka jalani.
iv.
Khalayak yang bermusuhan, komunikan sadar akan adanya masalah
yang harus diatasi tetapi, mereka menentang usulan dari komunikan.
Dengan demikian seorang da i harus mengetahui keberagaman
u
dari sudut ideologi, mereka ada yang atheis, musyrik, yahudi, nasrani,
28
Munzier Saputra,
s
w
!, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), cet-1,
(34)
danmunafik. Ada juga yang muslim tapi masih membutuhkan bimbingan atau
umat Islam yang masih melakukan maksiat, mereka juga berbeda dari segi
intelektual, status sosial, kesehatan, pendidikan, ada yang buta huruf, ada
yang kaya, ada yang miskin, ada yang sehat dan yang sakit.
c.
Materi dakwah
Seorang da i yang bijakasana adalah orang yang dapat mempelajari
realitas masyarakat dan kepercayaan mereka serta menempatkan mereka pada
tempatnya masing-masing, kemudian ia mengajak mereka berdasarkan
kemampuan akal, pemahaman, tabi at, tingkat keilmuan dan status sosial
mereka dan seorang da i yang bijak adalah yang mengetahui metode yang
akan dipakainya.
29
Materi
(
" #$$#%)
dakwah adalah masalah isi pesan atau materi yang
disampaikanda i dan
" # $&u
, pada dasarnya bersumber dari Al-Qur an dan
hadist sebagai sumber utama yang meliputi
#'($#%)*+#,(#%)dan
#-%.#-.
30
d.
Metode dakwah
Dari segi bahasa metode berasal dari dua perkataan yaitu
mete
(melalui) dan
hodos
(jalan cara), maka metode adalah cara atau jalan yang
harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.
31
Metode dakwah adalah
cara-carayang dipergunakan oleh seorang da i untuk menyampaikan materi
dakwah.
32
Atau kumpulan kegiatan untuk mencapai satu tujuan tertentu.
Pada surat An-Nahl ayat 165 menerangkan bahwa berdakwah itu
hendaknya dengan menggunakan metode
hikmah
(bijaksana) dan
mauidzhah
29
Said Al-Qathani,
Menjadi
Da i
Sukses
, (Jakarta: Qisthi Press, 2005), cet-1, h.97
30
Nurul Badrutaman,
Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher
, (Jakarta: Grafindo,2005), h. 109
31
Arifin,
Ilmu Pendidikan Islam
, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hal. 61
32
(35)
/010 20/
(nasihat yang baik) agar orang-orang yang diajak selalu
mendapatkan siraman rohani yang merupakan obat penenang hati di dalam
setiap masalah. Bahkan ayat Al-Qur an yang memanggil umat Islam untuk
melakukan dakwah
345 / 4670/dan
7 0 489/0/ /01 0 20/serta
7 :;0 805 0/ 3454/1 0 2
pada saat itu telah dipahami secara luas sebagai proseskomunikasi dan
edukasi. Dengan demikian, prinsip-prinsip metode serta teknik komunikasi
dan edukasi berlaku dan berkembang dalam kegiatan dakwah, selain itu juga
terus menerus mengolah dan mengembangkan pesan dari kegiatan dakwah
tersebut.
33
e.
Media dakwah
Media dakwah adalah peralatan dakwah yang digunakan untuk
menyampaikan atau menyalurkan materi dakwah.
34
Jenis-jenis media atau
sarana dakwah sangat banyak jumlahnya, antara lain: radio, video, rekaman,
televisi, surat khabar, majalah, tabloid, dan bahkan jaringan informasi melalui
komputer internet.
Media dakwah merupakan sarana untuk menyampaikan pesan agama
dengan mendayagunakan alat-alat atau temuan tekhnologi modern yang ada
pada zaman ini. Dengan begitu, banyaknya media dakwah yang tersedia.
Mereka seorang da i memilih salah satu atau beberapa media saja sesuai
dengan tujuan atau hendak yang ingin dicapai sehingga apa yang menjadi
tujuan dakwah dapat tercapai dengan efektif dan efesien.
2.
Hubungan Retorika dan Dakwah
Hubungan retorika dengan dakwah amatlah erat. Dalam komponen
33
M. Habib Chirzin,
<=> ?@ A Bs
>Lembaga Dakwah dan Agenda Dakwah
MasaDepan,
Seminar Nasional Dakwah dan Politik
, (Jakarta: 12 September 1995), hal. 5.
34
(36)
kegiatan dakwah dan retorika memiliki keterkaitan, terutama hal ini dapat
dilihat dari segi media yang dipergunakan. Apakah media lisan, tulisan, dan
sebagainya. Di sini unsur bahasa memegang peranan yang sangat
menentukan.
Hubungan retorika dengan dakwah, T. A. Latief Rosydi dalam bukunya
Dasar-dasar Retorika, Komunikasi dan Informasi
menyebutkan:
Kemampuan dalam kemahiran menggunakan bahasa untuk
melahirkan pikiran dan perasaan itulah sebenarnya hakikat retorika.
Kemahiran dan kesenian menggunakan bahasa adalah masalah pokok dalam
menyampaikan dakwah. Karena itu antara dakwah dan retorika tidak bisa
dipisahkan. Di mana ada dakwah di sana ada retorika.
Retorika dalam artinya yang lama (sempit) di dalam bahasa arab
Fantkhul Khitabah
. Kesuksesan seorangda i dalam khutbahnya lebih banyak
ditunjang dan ditentukan oleh kemampuan retorika yang dimiliki oleh da i
tersebut. Jikalau dakwah belum berhasil seperti yang dicita-citakan dan
menurut garis yang telah ditetapkan semula, mungkin karena cara persuasi
(retorika) tidak menjadi perhatian dan tidak terpenuhi oleh para da i.
Berdasarkan uraian di atas maka jelaslah bahwa retorika dan dakwah
amatlah erat hubungannya. Retorika dengan demikian dapat dikatakan
sebagai saran untuk mencapai tujuan dakwah tersebut. Dengan kata lain pula,
keberhasilan atau kegagalan dakwah itu sangat tergantung pada retorika
karena retorika tidak lain adalah seni pidato.
3.
(KBBI), pengertian penerapan adalah perbuatan menerapkan. Sedangkan
(37)
memeraktekkan suatu teori, metode, dan hal lain untuk mencapai tujuan
tertentu dan untuk suatu kepentingan yang diinginkan oleh suatu kelompok
atau golongan yang telah terencana dan tersusun sebelumnya
.
35
Menurut J
.S Badudu dan sutan Mohammad Zain penerapan adalah hal, cara
atau hasil (Badudu dan Zain 1996:1487), berdasarkan pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa penerapan merupakan suatu tindakan yang di lakukan baik
secara individu maupun kelompok dengan maksud untuk mencapai tujuan yang telah
di rumuskan.
35
Dendy sugiono,
CD EFs
G Hs
Dr
G D I Ds
DJK L M K HJDs
,(jakarta, PT.gramedia pustaka
(38)
QX U `
w
abacY `du
p
WXY XZa eba[a `n
u
l
_afa g`hij kj lmnom pmqrst u mmvqw mx mt mn y z{ vmr | xm q omr| }z}qt q~ q {rx {~
zy mr vzrt mn mnxmry z~ mt q|syy z m| mqq} qr mr{rx {~zy mr vzr t mnmn
omr| zvt z m~ x q i{}tz~ z} m|m zr | z} mr|mr m~ mn t m nmn t j
mr|z vmr m~ vm s mr m r {j t {~ sx mr | q v i ztj zrx mr | izj s } zv x mr
im j q vz {rj zt q ms x qtmnq v~ mr x q tqmv x m vq q| m ymsxmvm x mr y z~ m vmr | ztmn x q
~ mvsr q mqz}m{vmr |mrm~xs ms vmx mrxsms vq j
x msrzrx qx q~ mr zt q msw{v}mtx mrr {rw{ v}mtj qmr mvmrom
j ztqms } z}st mq zrx qx q ~ mrrom x q yz~ {t mn }mxvmymn x qr qqomn mnsr
y m} mqj
j z zt mn } zroztzy mq~ mr zrx qx q~ mrrom x q } mx vmymn x qr q mn zt q ms t mr|y sr|
}zt mr s ~ mr zrx qxq~ mr rom x q yz~ {tmn x my mv rz|vq tq mv t q mv x mvq
mnsrj
j z zt mn t st sy x mvq yz~ {t mn x mymv z|vq tq mv zt qms }ztmr s ~ mr zrx qx q~ mr
w{v}mt rom x q yz~ {t mn tmr s mnm zvm}m rz|vq t q mv t q mv x mvq
mnsrym} mqj
j m}m x mvq t q mv zt q ms x q ~ q vq } ~ z zymr vzr {t zn momnrom sr s~
}zr| zrom} zrx qx q~ mr m|m}m t z q n } zrx mtm} omqs x q zy mr vzr
mvst ts| nmn mxx mm n mr |qt my s vs mr ym} qt }zt mr s ~ m r zrx qx q~ mr
(39)
¡ ¢ £¤¥¦§§¨£ ©¥ªª ¦§§«¬¥ª ® ¯¡©°± ¥¢ ¯¥² ¯¤ ³ ³¤ ª£ £´ ¡¡ µ £
¶ ¥ª© ³ ± ¤¯¤ ¥ ±· ª © ¬ ± ¸£ © ¡¬ £ ¶¤¹ º £¹ ¸ ° ± ¥¢ ¯¥ ¢¬° ¢
¶¤¹ º £¹ ° ¯¥ £¬¥ ©¬· © ³¬¤
« ² ¥ ° ¡ ¢ £¤¥ ¦§§« ·³ © ¤ °¯ª© ¬ ³ ¥ ®¤¢ ¸ ¥ °¥ ¡© ¡©¸ ¥¥¹ ¡© º ¬ ¥
¹ ©¢¤ ¡© »³ ¼»£ª ½½ ¾¥ © ¿¯±©¢ ¹ º ¬ ¥ À Á ¸¤ ³¢ ± ¹ ¯ © £
& Qonun jurusan
Fiqih & Ushul Fiqih dari tahun 1996 hingga lulus sebagai sarjana S1 di tahun
2000.
7.
Lanjut ke pasca sarjana dengan universitas dan jurusan yang sama yaitu di Al
- Ahgaff University Yemen, Fakultas Syariah & Qonun jurusan Fiqih &
Ushul Fiqih dari tahun 2000-2005.
Selama beliau ke Yaman kurang lebih sembilan tahun lamanya beliau
banyak sekali belajar kitab-kitab kuning diantaranya kitab
ÃÄ ÅÄ ÆÇ ÈÉÊ Ë Ì ÍÎÄ Ï ÇÐ ÍËÆÄÎÇÑ ÉËÊËÉÒ ËÓÔÍÕÎÍÕÖËÏ ×Æ ØÉ ÍÆÌÍÎÄÏ × Ù
Meski beliu tidak pesantren Buya
Yahya banyak sekali mendapatkan kesempatan untuk belajar ilmu-ilmu atau
belajar kitab kitab kuning dari beliau (guru-gurunya). Sebab beliau di pagi hari
belajar di kampus dan mulai dari sore hingga malam beliau mendapatkan waktu
khusus untuk menimba ilmu agama lebih banyak di Rubath Tarim.
Setelah pulang dari Yaman antara tahun 2005 akhir dan 2006 awal beliau
pergi ke Cirebon dalam rangka menjalankan tugas dari gurunya yaitu rektor
Universitas Al-Ahgaff Almurobbi Profesor Doktor Al Habib Abdullah bin
Muhammad Baharun untuk memimpin Pesantren Persiapan bagi mahasiswa
sebelum kuliah ke universitas Al-Ahgaff di Yaman. Untuk menjalankan
aktivitasnya, Buya Yahya mengontrak tempat di Ponpes Nuurussidiq,
Tuparev-Cirebon. Itu berlangsung hingga pertengahan 2006. Setelah itu pada akhir 2006
(40)
beliau kembali menghadap kepada gurunya untuk memulai dakwah dan mulai saat
itu ia telah diizinkan untuk berdakwah di masyarakat. Buya Yahya memulai
berdakwah dari hal yang kecil, tidak memaksa dan apa adanya. Dengan penuh
kesabaran Buya Yahya memasuki musholla-musholla kecil hingga beliau
membuka majlis- majlis ta'lim di Masjid terbesar di Cirebon Masjid At-Taqwa
alun-alun setiap senin malam selasa yang semula hanya dihadiri 20 orang hingga
saat ini jamaah memenuhi ruangan dan halaman masjid.
1
ÛÜ Ý
k
t
Þv
Þt
ßàáßâw
ßã äÜåÜæßãçßèß Þn
u
l
éßêß ëÞì á Þío
n
p
îs
Ýl
ïÛßã ðßãK. H. Yahya Zainul Ma arif dikenal dengan sosok yang sangat bersahaja
santun dalam bertutur dan bersikap serta mudah berinteraksi di masyarakat. Oleh
karena itu, dimana beliau masih nyantri. Beliau memegang amanah utuk
bertanggung jawab dalam mengatur dan mengurusi santri di bagian keagamaan.
Dari hal hal kecil tersebut beliau mulai memahami dan belajar banyak tentang
organisasi.
K. H. Yahya Zainul Ma arif adalah seorang sosok yang juga aktif di
berbagai organisasi, baik organisasi yang ada dalam intansi kepemerintahan
seperti rukun tetangga dan rukun warga, maupun organisasi kemasyarakatan
seperti remaja mesjid dan paguyuban. Beliaupun belajar bagaimana berorganisasi
dengan baik dan bagaimana mengelola organisasi itu dengan semaksimal
mungkin. Pada akhirnya ide-ide, gagasan, ataupun hasil pemikiran beliau banyak
diterima oleh rekan rekan seperjuangan dan lingkungan sekitar.
Selain dalam organisasi, K. H. Yahya Zainul Ma arif juga aktif dalam
aktivitas dakwah di media televisi baik swasta nasional maupun lokal, seperti di
1
(41)
MNC TV setiap senin pagi pkl. 05.00 - 06.00 WIB; TV9 Surabaya setiap ahad
pagi pkl. 05.00 - 06.00 WIB; BBS TV Kediri setiap hari pkl. 16.00 - 17.00 WIB;
Radar Cirebon TV setiap hari kamis malam Jum'at pkl. 19.00 - 20.00 WIB;
Cirebon TV setiap hari kamis malam Jum'at pkl. 20.30 - 22.00 WIB; Hidup Indah
Bersama Buya Yahya, Batam TV Kabel Channel 1 setiap hari pkl. 05.00 - 06.00
& 18.00 - 19.00 WIB.
K. H. Yahya Zainul Ma arif juga aktif berdakwah melalui radio yakni pada
RADIOQU 107,9 FM yang terdapat di berbagai daerah Indonesia. Beliau juga
aktif
melalui
media
sosial
seperti
Youtube
dengan
link
https://www.youtube.com/user/majelisalbahjah?gl=ID&hl=id
dan
dengan link https://id-id.facebook.com/buyayahya.albahjah/.
2
ò ó ôõ
m
öõ÷ õø ùo
n
úo
k
ùûs
õøtr
ûn
ül
ýþõÿ õÿ1.
Sejarah berdirinya pondok pesantren Al-Bahjah
Al-Bahjah adalah mejlis yang dirintis oleh Buya Yahya sejak awal
tahun 2006. dan baru diresmikan sebagai lembaga pengembangan dakwah
pada tahun 2010 oleh Prof. Dr. Al-Habib Abdullah bin Muhamad Baharun,
rektor universitas Al-Ahqaf Yaman. Kenapa dinamai Al-Bahjah adalah
karena lebih meninjau dari sisi makna yaitu makna cahaya atau kemilau sinar
dengan harapan semoga lembaga ini bisa benar benar menjadi penerang bagi
umat Nabi Muhammad SAW.
3
Dan kata pengembangan dimaksudkan
sebagai do a dan harapan agar lembaga ini senantiasa berkembang seiring
dengan berjalannya masa dan menjadi motifasi lembaga yang lain untuk bisa
berkembang.
2
https://www.youtube.com/user/majelisalbahjah?gl=ID&hl=id
3
(42)
Lembaga pengembangan dakwah Al-Bahjah adalah sebuah lembaga
yang bergerak dalam berbagai sektor dakwah religius seperti majlis ta lim,
pondok pesantren salaf, pendidikan formal, media dakwah, lembaga
ekonomi, lembaga sosial dan lembaga kesehatan.Letak pondok pesantren
Al-Bahjah saat ini terletak di desa sendang kecamatan sumber kabupaten
Cirebon.
Seperti halnya para ulama ulama yang lainnya Mendirikan sebuah
pesantrean adalah bukan tujuan utama dan pertama, akan tetapi tujuan
pertama dan utama adalah bagaimana menyampaikan dakwah Rasulullah
SAW. Diantara sarananya adalah dengan pesantren. Maka kehadiran
Pesantren Al-Bahjah adalah sebagai bagian dari upaya menyampaikan
dakwah Rasulullah SAW. Semula kedatangan Buya Yahya ke Cirebon pada
awal tahun 2006 karna menjalankan tugas dari universitas al-ahgaf untuk
membuat sekolah persiapan universitas al-ahgaf di indonesia dan program itu
berjalan selama satu tahun. Sesuai evaluasi masalah efektivitas sekolah
persiapan, maka pada akhirnya sekolah persiapan dikembalikan keyaman.
Saat itu pula Buya Yahya meminta izin pada Alhabib Abdullah bin Muhamad
Baharun untuk merintis dakwah di Cirebon.
Pada tahun kedua keberadaan Buya Yahya di Kota Cirebon sudah bisa
membuka beberapa mejlis ta lim di beberapa majlis besar di KotaCirebon
dan sekitarnya. Dan usaha berdakwah selalu dikembangkan hingga akhirnya
datanglah permintaan dari beberapa kaum muslimin untuk menitipkan anak
anak mreka di tempat beliau, yang semula beliau tidak langsung menerima
(43)
dengan kondisi tempat tinggal beliau yang masih menempati satu rumah yang
dipinjamkan salah satu tokoh di Cirebon.
Baru setelah Buya Yahya memiliki satu tempat tinggal yang lain lagi
yaitu rumah kontrakanyang berdekatan dengan tempat tinggal Buya Yahya
yaitu daerah Karang Jarak Cirebon, maka saat itu Buya Yahya mulai
menerima beberapa santri. Memang tiak semua santri yang datang langsung
diterima akan tetapi disamping melihat daya tampung tempat tinggal,
penerimaan santripun dilaksanakan dengan istikhoroh.
Hingga pada tahun berikutnya dirasakan bahwa tempat tingal semakin
padat dengan santri, karena saat itu sudah terhitung satu rumah yang tidak
terlalu besar ditempati 12 santri putra kemudian di rumah yang satunya lagi
di tempati 10 santri putri. Hikmah dari itu semua yang menjadikan Buya
Yahya dan sahabat-sahabatnya baik yang di Cirebon ataupun yang diluar
Cirebon untuk mencari tempat yang lebih leluasa sebagai tempat tinggal
resmi pondok pesantren Al-Bahjah. Dan akhirnya jatuhlah pilihan pada satu
tempat yang disebut dengan Desa Sendang Kecamatan Sumber Kabupaten
Cirebon. Lokasi pesantren terletak ditengah sawah yang jauh dari pemukiman
masyarakat. Tepatnya di bulan juni 2008 dimulai pembangunan pesantren.
Bangunan pertama adalah sebuah gubuk kecil dan aula besar dengan ukuran
15 x 25 yang dijadikan ruang serbaguna mulai dari majlis ta lim mingguan
dan tempat belajar anak-anak santri disusul dengan bangunan masjid yang
ukurannya 15 x 15 ditambah delapan asrama santri, rumah pengasuh dan 20
kamar mandiberikut studio radioku fm. Setelah kurang lebihnya dua setengah
tahun tepatnya 10 januari 2010 pesantren resmi di tempati santri putra dan
(44)
santri putri yang pada saat hari itu juga diresmikan oleh Al-Habib Abdullah
bin Muhammad Baharun dari yaman. Dan akhirnya hingga kini santriawan
dan santriawati Pondok Pesantren Al-Bahjah di tempati dengan jumlah
kurang lebih 320 orang untuk santri putra dan putri kurang lebih 400 orang
disertai ustad/guru yang mengajar di dalamnya dengan jumlah kurang lebih
30 orang.
4
Usaha pendirian pondok pesantren sesuai dengan pesan al-habib
abdullah bin muhamad baharun setelah Buya Yahya mendapatkan izin
pembangun pesantren ada pesan istimewa yang menjadikan usaha
mendirikan pesantren sangat mudah yaitu agar tidak usah repot meminta
minta dana dari siapapun, akan tetpi berangkatlahdari kesederhanaan dan
seadanya . Atas petunjuk al-habib tersebut pembangunan pesantren sungguh
sangat mudah tanpa ada kesusahan apapun, karena Allah telah mengirim
orang- orang yang membangun pesantren tersebut hingga pesantren bisa
ditempati. Hingga Buya Yahya pun tidak pernah merasakan susahnya
mengurus tukang dan bangunan. Perkembangan dari tahun ketahun karena
pesantren baru resmi ditempati pada 10 januari 2010, maka evaluasi
sementara menunjukan bahwa majlis ta lim semakin besar, santrinya pun
semakin banyak.
Untuk saat ini pondok pesantren Bahjah ada di empat tempat
Al-Bahjah 1, Al-Al-Bahjah 2, dan Al-Al-Bahjah untuk santri putri berada di Cirebon
dan Al-Bahjah 3 berada di Tulung Agung. Selebihnya adalah berada dalam
tahap pengembangan.
Pondok pesantren Al-Bahjah mempunyai dua program
4
(45)
1.
dan
(dinniyah murni) yang semua pembiayaan para
santri diatanggung oleh lembaga (gratis).
2.
Pendidikan formal dengan penekanan
yang ditangani
secara khusus dengan program yang khusus dan pembiayaan dibebankan
kepada para orang tua santri.
Sistem pendidikan yang digunakan di pondok pesantren Al-Bahjah
yaitu mengunakan sistem pendidikan yang salafi. Artinya para santri lebih
banyak dikenalkan pada ilmu-ilmu agama. Adapun visi dan misi pesantren
ialah :
Visi
Membangun masyarakat berakhlak mulia, bersendikan al-qur an dan sunah
rasulullah saw.
Misi
1.
Mengamalkan nilai-nilai al-qur an dan ajaran Rasulullah Saw. Sesuai
dengan manhaj Islam Ahlussunnah Waljama ah, asy- ariyah atau
Maturidiyah, Shufiyah dan bermadzhab.
2.
Menghadirkan dakwah Islam dalam seluruh aspek kehidupan
masyaarakat.
3.
Mewujudkan kemandirian ekonomi, pendidikan dan kebudayaan yang
bersendikan syariah Islam.
4.
Mencetak para penghafal al-qur an dan para ulama yang akan menjadi
duta pada perubahan kemuliaan peradaban.
5.
Mengkader para profesional dan enterpreneur yang beriman dan
(46)
6.
Mengoptimalkan dan menguasai penggunaan teknologi informasi dan
media sebagai kekuatan mendorong perjuangan dakwah Islam.
(47)
.
!" # $%&$'!()k
*+$", (,'K
--. */ 0 *1*)",l
+*2 *() 34567 8 9:;<5 =5 > ? ;@ A 9= B5 C58 5 =D 7E 7D 5? B5 =F5GH I 9G 7 >JJ5 K B567 B7G5:;? =5>
8 98 5G587 B5 > 89>J9:D7 7 C8; :9D L: 7 =5K M5 >J <5 B5 5 =G 7: > M5K : 9D L: 7=5 D9:? 9@ ;D
8 9>J5:5G<5B5=9@9:G 5? 7 C5 >B5 =F 5G > M5 HN 9D L: 7=5<5 B5B5?5 : > M5? 9C5 C ;B7J ;>5 =5 >
B5 C58 ? 9D 75 < B5=F 5G B9>J5 > C7 ?5>K D7B 5 = 5 B5 B5=F 5G B9>J5 > C7 ?5 > M5 >J D7B5 =
8 9>JJ;>5 =5 >: 9D L: 7=5HO C9G=5:9>57D ;:9DL:7 =58 9>A5 B7? 9? ;5D;M5 >J < 9 >D7>JB5>
G5:;?B78 7 C7=7? 9L:5 >JB567H
45=F 5G M5>J B7 C5 =;=5> 8 9C 5 C;7 C 7?5 >K 8 9>; >D;D ? 9L:5 >J B5 67 ;>D ; =
8 987C 7=7 =9<5 >B5 75 > B5 C58@ 9:@ 7P5:5 KB5 >: 9D L: 7=5 5 B5C 5G? 9>7 = 9<5 >B57 5 >B5 C58
@ 9:@ 7 P5 :5HQ 9<5 >B5 75 >@9:@ 7P5 :5? 9? 9L:5 >J K858<;89>J;@5GA5 C5 ><7=7:5 >L:5 >J
C5 7 > =9B5 C58 < 9:@ ;5D5 > M5>J C9@ 7G @ 5 7= ?9? ;5 7 M5 >J B5 C58 5 A5 :5 > R? C58K
8 9: ;<5 =5>?; 5D;=9<5 >B5 75 >@ 9:@ 7 P5:5H S5 =5B7B5 C58B5 =F5G <;>898@;D;G =5>
=9<5 >B575 >@9:@ 7 P5:5H
45C58 @ 9:B5 =F 5G ? 9L: 5>J B567 B7D ;>D;D 5J5: 8 98 5G587 @ 9D ;C 5 <5 M5 >J
B7>J7 >=5 > B5> B7@ ;D ;G =5 > LC 9G ?7 TUVWXK 5J5 : B5=F5G M5>J B7 ?58<5 7=5 > @ 9>5: Y
@ 9>5: ?58 <5 7 K ? 9G 7>JJ5 B5 <5D 89>J;@5G A5 C5> <7 =7:5 > L:5 >J C57 > =9B5 C58
<9:@ ;5D 5>M5>JC 9@ 7G@5 7 =? 9? ;57B9>J5 >5 A5:5 > R?C58 H
S 9>;:;D QH ZH [5GM5 \5 7>;C S5 65:7]K : 9DL: 7 =5 5 B5 C 5G @ 9:@ 7P5:5 5D5 ;
@ 9:=L8;>7=5 ? 7 B7G5B5 <5> L:5> J @5 > M5 = K B 9>J5> 8 9>JJ;>5=5 > =5D5Y =5 D5 M5>J
(48)
`abcdeef g hi jk la mf `f d nf l fd ofd pqrs ` s d tsr l adoad efmrfd fuf nfd e
o c`fl uf crfdv w
xa mfd erf c rftf yr f tf o fzfl ma tqmcrf `fdeft uad tcde o c esd frfd o fzfl
{a mofr | fbv }a tq mcrf ~ v v f bnf f cdsz xff mcp o fz fl {a mofr | fb taz f b
ladeesd frfdrf tf nfd e {f cr `q ufdofd `fd tsd ` amtf l sof bo ca mdf qza b ghijkv
fz cd c of uf t o czcbf t of mc `fz f b `f ts a mflfbd nf nfd e lal{f bf` tad tfd e
{a mz ql {f yzql{fofz flra{f crfd
crffo f q mfd e {c`f lazfrsrfd `qzf t mfrf f t r adf uf frs tcofr {c `f za { c b of mc ctsv ~fd frscd ecd l adofuf trfdufdeerf t ocbfof ufdzz f bz a{c b t cd eec
of mc o cfv fd r ctf z a {cb tfs rars mfd efd o cmc r c tf `ado cmc `a bcdeef r c tf d cft c
sef sd tsr ladebfus ` rf mdf ra {f crfd cts frfd l adebf us ` ra fbf tf d rars mfd efd r a `fz f bfdnfder c tfua m{sf t v
Dalam ilmu retorika pun seorang orator disaat berbicara harus melakukan
persiapan-persiapan seperti penguasaan materi, pemilihan topik, dan penyampaian
pesan dengan bahasa yang baik. Karena itu semua menjadi syarat dalam mencapai
keberhasilan dakwah, karena persiapan adalah setengah dari kesuksesan.
Ust. Arif Billah berpendapat tentang K. H. Yahya Zainul Ma arif. Bahwa
retorika yang beliau gunakan sangat mudah dicerna oleh
g hi jkdan juga sangat
bijaksana dalam pemilihan dan penggunaan kata-kata dalam ceramahnya. Beliau
juga sangat menguasai materi ketika menyampaikannya kepada
g hijk, pada saat
beliau sedang ceramah. Kata-kata yang dipilih beliau dalam ceramahnya, sangat
bervariatif tergantung kepada kualitas
ghijkyang hadir untuk menyaksikan
ceramahnya, seperti kepada santrinya, jemaahnya atau kepada tamunya. Jadi,
g hijk
dengan mudah memahami dan dapat mengaplikasikan dalam kehidupan
1
Wawancara pribadi dengan K. H.Yahya Zainul Ma arif (Pimpinan Lembaga Dakwah
Ponpes Al-Bahjah Cirebon) di kediaman beliau.
(1)
7. Apakah anda mengerti apa yang di sampaikan buya yahya?
Sangat paham sebab beliau jika berdakwah sangat detai dan tegas, bahasanyapun
sangat sangat mudah di pahami baik dari kaum awam sampai intelek. Jadi sangat
paham apa yang di sampaikan beliau.
(2)
]^_ ^`ab c ^d^efghfi ^j
k^h^c^l`ab c ^d^c ^amnlo^p^ed fmnb^lc enl qr s^o^f_ ^l^b tb tuhav^dfj^d ^m^lab c ^d w
xnlaeac b^v^ hni f ^a bni ^fl _nlp^d f mn_f _mfl mtldtu flf cnc ^mf hni f^a pao^ _nlp^d f b tbtu ^v^j h^of u ^_ f bn_a ^ d f bflf h^o^f_ ^l^ hnif^a _nl o^ vt_f ^l^u ^l^ulv^d^lhni f ^ab ^lo^cia ^ehf ^b ^hfb ^_n_^j ^_futld fbf^l^u^l^ulv^r yr s^o^f_ ^l^d ^u z ^jhav^
_nlaeacab c^d w
xnlaeac b^ v^ hav^ d^uz^jlv^ fc a c fd ^u _tltc tl _nlaeac u ^_ f bnh ^o^f ^l^u d fd fulv^ _ni f j^c d^u z^ j ha v^ fc a _n_ ^lo _nia ^b d ^l {nm^c bnu^if d ^l bni^ia amd ^cn cnlc^lo unp^d f^l|unp^d f ^l v^lo ^d^ d f _^bv^e ^u^c} c eab unc fu ^ hni f ^a _nl o^pf^c ^ahned ^u z ^j d f_ ^l^malhni f ^abni^i afl ofld fdtua _nlc^b fu ^l alc au d f b f _m^l d f znh b fcn u ^_ f ^o^e b^lce f b ^lc ef hni f ^a v^lo d f ia ^e b ^l^ hfb ^ _nl ofuac fmnlo^pf ^l
~r m^u ^j^ld^_nlvau ^fd^u z^jhni f ^a w
i t d f u ^c ^ _nlvau ^f b^l o^c _nlvau ^f h^ju^l u^_ f { flc^ hfb ^ d f hfi^lo hnofc a} bnh^h d ^u z^j hnif^a b^lo^c u ^_ f cal ooa
-
c al ooa r lcau mnlv^_m^fl hni f^a b ^v^ b^l o^c bnl^lo bnu ^i f nlc^j fc a c ^abf^jlv^ ^c^a m nlv^ _m^f ^l l^b fj^clv^ unm^d^ u ^_f bnh^o^f b^lc e f d ^l hne hnd^ pao^ unm^d ^ pn_ ^^jlv^.
k^d f hnf^a hfb ^ _nl n_m^c u ^ld fe f pao^,
un p n_ ^^j hne hnd^ d ^l un b ^lc ef ^c^a unm^d^ u ^_f hnehnd ^.
r m^u ^jb^ad^e ^_nlonec f^m^v^lohni f ^ab^_m^fu^ld ^i^_d ^u z ^jlv^w
^l o^cd fm^j ^_ fbnu ^i fu^enl^hnif^abni ^ia_nld fd fuunm^d ^b ^lce flv^fc ap^l o^l u ^i f ^lb ^_m^fu ^lm nlonc^ja ^lu ^if^lc^mfb^_m^f u ^l^m^v^lod f haca ju ^lp n_ ^^j bnld fe fr k^d f hnif^a c fd^u mnel^j hneinhfj inhf j^l } _^u ^lv^ hnif^a uncfu ^ _a j^d jtet j^c^ahned ^uz ^jd fdnm^lpn_ ^^jl^ j^b^hnif^ad^m^cd fm^j^ _fb ^_ ^ v^lo^z ^_u jab ablv^
r m^u ^jd ^uz^jhni f ^abad ^jngnuc fg_nlaeac^ld^w
xnlaeacu ^_ fbnh^o^f^l^ud fd fulv^b ad^jngnucfgd ^u z^ jhni f ^a_^i ^ju ^ _ fp^d f bni^iafl ofl_nlp^d fhni f^a rr
6
r m^u ^jenc te fu ^v^lod foal^u^lhav^m^d ^b ^ ^chned ^u z^jbad ^jh^fu wenc tefu ^ v^lo hnif^a oal^u ^l b^lo^c _ad ^j d f {nel^ tinj _^d alv^ d^l pao^ b^l o^c i ^j hfp^ub^l^r snif^a pao^ b^lo^c m^j^_ unc fu ^ _nlv^_m^fu^l _^cne f dnl o^l h^j^b^lv^ r sni f ^a d ^m^c _n_ fi^j|_fi^j u ^c ^ d ^l u ^c ^ v^lo hnif^a oal^u^l hne ^e f^c f g cneo^lc alo _nifj^c ua ^ifc^b _^d alv^r nc fu ^ unm^d ^ b^lc e flv^} pn_ ^ ^jlv^ ^c ^a unm^d^ c^_alv^ r k^d f} _^d a dnlo^l _ad ^j _n_ ^j^_ fd ^ld ^m^c_nl o^mifu ^bfu ^ld^i ^_unjf dam^lbnj^e fj ^e f
r m^u ^jhav^bni^ia_n_hnefu ^lja _ted ^i^_d ^u z ^jlv^w
ja _te fca_nlp^d f b^i ^jb^ca h^of ^ld ^e f enc tefu ^ z^i ^a j^lv^bnh^c^b mninl ou^m cnc^mf u ^i ^a _nlaeac hav^ pao^ pfu ^ d ^u z^j cnei^i a h^lv^u ja _temal c fd ^u h^fu d fu ^el^u ^lbne flocnep^d f} h^jz ^b^lv^ pfu ^u fc ^ hned ^u z^jcnei ^i a h ^lv^u unc^z^ unc ^z^^c^aja _te fbfc afi_alv^bnd f u fcv^lo^u^lu fc ^d ^m^c
(3)
.
.
(4)
¡¢£ ¢¤
H
¢¥¦ ¥§¨ © ¥ ª¢«¢¬¢¤ª¢£¢¢®¯° ±¢²¢¥£ ¢¢¦ ¢³´ ¢®«µ¶¢£·µ§µ¬¢¦ ¢¸
D
¢³´ ¢®«µ¶¢·¢³¦ ¥¦·²¢ §£ µ¦ ¢®¹µ²¢µ ¬µ³¦¥º¢®¢£¥»° ¨º¢³¢®§ ·¬¼ §¥³¢¶¢²¦ ¥ ² µ¢³¢«·© ¥¢µº¢¦ ¢½¢¢¬«·§¦ ¢³´¢®½µ¦ ¢®«¢¥³¸
M
·µ§µ¬ ½¢¶¢ ½ µ¦¢® «¢¥ ³ ½ ·«¢« «¢®¢½¢ ¶¢² «·©¥¢µ ²µ¢³¢ ¦ ¢ ² ¢¶¢ «¢®¢½ ¢ ¶¢² «·©¥ ¢µ½¢£º¢¥³¢² ¢·³¼ ¾·³¼©¢²½ µ²¢¹¢²¬µ¿¬·² ¢½¹¥ ³¢£··³¢¬· ¬¢²£ ¢½ ¢© ¢® ®µ³µ£¥½©¢£¢¬¢µ¶¢²©¢¥¾ ©¢¥¶¢À° ¨º¢³¢®¨¦¢£ ·¶µ³¢¥Á¢§¢º·¶¢£º¢¥¢¦ ¢³´ ¢®«· ©¥ ¢µ¿³·¢º¢¸
妢
,
³¢ §·¢½¢²¢¬£ µ¦ ¢®µ ¬µ³¦ ¥Á ·§¢.
â© ¢®³ ¢ £ ¥ ¥²¥ ¬·§µ½£·¦ ·²¢ §³¢ ¦ ¢³ ´¢® «·©¥ ¢µ°Ä° ¨º¢³¢®³·© ·«¥®¢¦ ¢³ ·³ µ§¢²¢«·© ¥¢µº¢¦ ¢½¢¢¬«·§¦ ¢³´¢®¸
Å¢© ¢µ ³ ·© ·«¥®¢¶¢ ½¥® £·µ§µ¬ ½¢¶¢£¢£ºµ£·£«µ ¢¬£¢¦Æµ£ ¢µ £·¦ ·²¢§³ ¢¢³¢¦¢³´¢®¶¢ ¬¥¦ ¢³ ¢¦ ¢ ¶¢² «·§Á ¢¦ ¢ ½ ¢£¢ ½ ·³¢© ¥Å ¢© ¢µ ³·³µ§¢²¢¶¢ ²¥£ ¢¢ ¶¢® ·²²¢ ¢¦ ¢ ½ ¥® £¢½ «¢²¥ ³¢£¥ ¹·£ ¢¢®¶¢ ²¥¬µ° Ç ¼ ¢©¶¢ ¦ ¢³´¢®«·©¥ ¢µ¥¥ ²¢£¼¼¬¼¿½·© ¢©µ ¦ ¥½ ·¬¥¢º º·²¢¹¥ ¢¶¢«·§«·«¢¹µ¦ µ ©
,
£µ²³¥ ³©¼£ ¢½ ¥®½¢£ ¢¥¬µº·£«¢®¢½ ¢£¥²²µ©¢© µ«·© µ £½·©·½¢¥¶¢®£¢½ °È° ¨º¢³¢®£·µ§ µ¬¢¦ ¢¦ ¢³ ´¢®¶¢²«·© ¥¢µ½¢£º¢¥ ³ ¢½ µ¦ ¢®·É·³¬¥É¸
Ç µ¦ ¢®¿ £¢© ¢® ½¢²¢¬ ·É· ³¬¥É°Ç ¢ ¶¢ ¢¹¢ £·§¢½¢ ¶¢£ ¢ ³·¬¥ ³¢ «·© ¥¢µ «· §¦¢³´¢®° ª¢¦ ¥ ½¢² ¢¬½ ¢²¢¬·É·³¬¥É³©¼£·µ§µ¬½¢¶¢£ ¢½
6
° ¨º¢³¢®¢¦¢£·²· §¬¥¢º¢¶¢²¦ ¥½ ¢£º¢¥³¢¼ ©·®«·©¥¢µ¸ª·©¢½ ½ ¢ ¶¢£·² ·§¬¥¿ ³¢§·¢«·©¥ ¢µ£·¶¢£º¢¥ ³¢ ¶¢¦·²¢¹·© ¢½ ¦ ¢ ¬¥¦ ¢³¬·§«¢¬¢¾«¢¬¢° ±·©¥ ¢µºµ¹¥³¢«·§¦ ¢³ ´ ¢®³¢¢³·³¥¬¢«£ ¢½¹¢¦¥² ¢³º· §¢®³·© µ¢§¹¢© µ§¦ ¢§¥º¼ ³¼ ³ º·§£ ¢½ ¢© ¢®¢²¬µ£¢½°
Ê° ÷µ§µ¬¢¦ ¢¢º¢³¢®«µ ¶¢½·©¢© µ£·£«·§¥³ ¢®µ £¼ §¸
Ç µ³¢£ ¢½¿¬¢º¥®µ£¼ §¶¢«·²¥¬µ ¢¹¢ £ ¢½ ²¢³ ³¢¶¢µ½¬¢¦ ©¢¥¶¢¿«·· §«··§²·©µÁ µ ½¢¢¬¦ ¢³´¢®¶¢¿³©¼«·©¥ ¢µ¥¥²·®µ£¼ §¶¢«·²¥¬µ¢¹¢©·º¢½¦ ·² ¢¬·§½ ·¦ ¥§¥¶¢° Ë¢ ¦ ¥«µ¢¬«µ¢¬²¬µ °
(5)
ÌÍÎ ÍÏÐÑÒÓÔ ÓÏ ÕÖÓ×ØÔ Ð Ù ÚØ ÒÎÓÛ ÚØ ÔÜ ÚÝÞÓ ßÙ Ó ßÕÒÓØÏÐ ÚØÓ ÕÏÐ Ñ×Óà áÓ ß×ØÚÓâÙÕÎ àÓâá ÓáÓâ ãÓ ÑÓ ÏÐ ÑÒÓÔÓÏ Ð ÚØÓ Õ
.
(6)