Penerapan Retorika Dalam Dakwah K.H. Yahya Ma'Rif di Ponpes AlBahjah Cirebon

(1)

K. H. YAHYA ZAINUL MA ARIF DI PONPES

AL-BAHJAH CIREBON

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh

Saepul Anwar

1111051000062

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/2016 M


(2)

(3)

(4)

(5)

v

Penerapan Retorika Dalam Dakwah K. H. Yahya Zainul Ma arif Dipondok Pesantren

Al-Bahjah Cirebon

K. H. Yahya Zainul Ma arif seorang mubaligh yang terbilang sukses dan beliaupun

seorang yang dapat dijadikan figur dengan uswatun hasanah yang beliau miliki. Mulai dari

kesederhanaan beliau dalam berdakwah serta kelembutan tutur katanya. Dengan waktu yang

singkat beliau bisa membuka dan berdakwah di berbagai tempat, karena dakwah beliau

begitu mudah dipahami oleh jema ah Cirebon. Ketika beliau berdakwah, beliau tidak pernah

lepas dari kitab kuning (Hadis, Fiqih, dan Akhlak) dan Al-Qur an yang selalu beliau bawa,

yang merupakan salah satu ciri khas dari dirinya, Hal tersebut yang membuat peneliti merasa

tertarik untuk menjadikannya sebagai subjek dalam penelitian.

Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, muncul beberapa pertanyaan

bagaimana konsep retorika K. H. Yahya Zainul Ma arif di Pondok Pesantren Al-Bahjah

Cirebon? Bagaimana penerapan retorika dalam dakwah yang dilakukan oleh K. H. Yahya

Zainul Ma arif di Pondok Pesantren Al-Bahjah Cirebon? Tujuan untuk mengetahui

bagaimana konsep retorika dan dakwah K. H. Yahya Zainul Ma arif di Pondok Pesantren

Al-Bahjah Cirebon serta mengetahui bagaimana penerapan retorika dakwah nya. Manfaatnya

adalah memberikan kontribusi positif bagi pengembangan penelitian melalui pendekatan ilmu

komunikasi, menambah pengetahuan bagi penulis, dan umumnya untuk yang lain yang terjun

pada dunia dakwah khususnya penerapan retorika dalam dakwah K. H. Yahya Zainul Ma arif

di Pondok Pesantren Al-Bahjah Cirebon.

Agar penelitian ini lebih terarah dan terfokus, maka penulis menggunakan teori lima

hukum retorika yang di kemukakan oleh Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya

Retorika

Modern Pendekatan Praktis

yang terdiri dari menemukan bahan (

inventio

), menyusun bahan

(

despositio

), memilih bahasa (

elucutio

), mengingat materi (

memoria

), dan menyampaikan

dakwah dengan lisan (

pronuntiatio

).

Untuk mendapatkan hasil yang objektif dan refresentatif dalam penelitian ini, maka

penulis menggunakan metode kualitatif deskriptif analisis yaitu metode wawancara dan

dokumentasi yang akan dihasilkan penafsiran penulis. Waktunya dari awal Februari sampai

akhir Februari 2016. Yang berlokasi di Pondok Pesantren Lembaga Dakwah Al-Bahjah

Cirebon. Tekniknya dengan observasi langsung dimana beliau melakukan dakwah. Dan

Mengikuti beberapa ceramah umum beliau di Pondok Pesantren maupun di mesjid-mesjid

sekitar Pondok Pesantren. Wawancara langsung dengan K. H. Yahya Zainul Ma arif dan para

pengasuh, ustad, mad u, dan santri. Serta mengumpulkan dokumentasi tentang K. H. Yahya

Zainul Ma arif.

Retorika dalam dakwah yang beliau gunakan terbilang bagus, dikemas dengan

menarik sehingga materi dakwah dapat tersampaikan dengan benar. Dakwah yang beliau

gunakan bersifat informasi dan edukasi. Dakwah beliau tanpa paksaan, namun dengan

ketegasan, dan kesederhanaan beliau dalam menyampaikan dakwah bisa menjadi daya tarik

yang luar biasa terhadap jamaah.


(6)

v

i

y

y

y

y

y

Nya. Hanya Dialah yang

pantas dipuji dan hanya Dialah yang pantas disembah, kepada-Nya pula hamba

memohon pertolongan, sehingga penulisan karya ilmiah ini dapat diselesaikan

dengan baik.

Shalawat serta salam semoga Allah berikan kepada manusia yang

berakhlak luar biasa, manusia yang agung yang diciptakan oleh Yang Maha

Agung, manusia yang besar yang diciptakan oleh Yang Maha Besar. Yaitu

baginda Nabi Muhammad Saw. Yang telah membimbing umatnya dari masa

kegelapan yaitu masa jahiliah menuju masa yang sangat terang dengan Al-Qur an

dan Hadist.

Penulis menyadari benar, bahwa skripsi ini sudah merupakan bagian yang

tidak dapat terpisahkan. Suatu kebanggan bagi penulis kepada orang-orang yang

ikut memberikan bantuan dan dorongan semangat kepada penulis dalam proses

penyelesaiannya. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada

1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta;

Bapak Suparto, M.Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik; Ibu

Dr. Hj. Roudhonah, M.Ag selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi

Umum dan Keuangan dan Bapak Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan


(7)

v

ii

Komunikasi dan Penyiaran Islam.

3. Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA. selaku pembimbing skripsi yang telah

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang pernah

mengajar dan membagikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis. Semoga

ilmu yang diberikan bermanfaat bagi penulis dan masyarakat nantinya.

5. Bapak dan Ibu tercinta, Bapak K. H. Anwar Sanusi dan Ibu Hj. Nyai

Jamilah yang dengan penuh rasa cinta dan kasih sayang yang tulus dan

ikhlas mengasuh dan mendidik serta senantiasa mendoakan penulis,

sehingga bisa mengenyam pendidikan formal tingkat perguruan tinggi

hingga selesai.

6. Pimpinan Pondok Pesantren Lembaga Dakwah Al-Bahjah, Bapak K. H.

Yahya Zainul Ma arif beserta keluarga, hormat dan ta dzim penulis

kepada beliau yang telah memberikan waktu luang kepada penulis untuk

diwawancarai walau di tengah kesibukannya.

7. Kakak-kakakku yang tersayang, Nurul Millah dan Siti Khodijah, yang ikut

andil dalam memberikan bantuan dan motivasi pada penulis baik moril

maupun materil, serta semua saudara keluarga besar almarhum H. Unday

yang sudah memberikan dorongan dan semangat untuk menyelesaikan


(8)

v

iii

teman Madrasah Ibtidaiyah Arafi yah angkatan 1999.

9. Keluarga besar Alumni Pondok Pesantren Darut Tafsir, khususnya

angkatan 2011, 2013, dan 2014, serta teman-teman yang lainnya yang ikut

andil dalam memberikan bantuan dan dorongan serta motivasi kepada

penulis.

10. Dan semua pihak yang terlibat membantu dalam penulisan skripsi ini.

Dengan hamparan kedua tangan serta ketulusan, penulis mendoakan

semoga bantuan, dukungan, bimbingan dan perhatian yang telah diberikan oleh

semua pihak akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT

disertai limpahan rahmat dan hidayah serta berkah-Nya.

Amin Yaa Robbal

Alamin.

Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sepenuhnya dapat

menentramkan kegelisahan intelektual menyirami bahagia ilmiah, untuk itu,

penulis sangat berlapang dada menerima masukan-masukan yang bersifat

membangun. Semoga skripsi ini dihadapan anda dapat memberikan kontribusi

positif, memperluas wawasan keilmuan, serta menambah khazanah perpustakaan.

Jakarta, 11 Mei 2016

! "#$ % &'() " *


(9)

+

x

,21./,344444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444

v

KATA PENGANTAR ...

vi

DAFTAR ISI...

ix

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah...

1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah...

5

C. Tujuan Penelitian dan Pernyataan Penelitian...

6

D. Manfaat Penelitian ...

6

E. Metodologi Penelitian ...

6

F. Tinjauan Pustaka ...

9

G. Sistematika Penulisan ...

11

BAB II

LANDASAN TEORITIS

PENERAPAN

RETORIKA DALAM

DAKWAH

A. RuangLingkupRetorika ...

12

1. Pengertian Retorika...

12

2. Tujuan Retorika...

14

3. Fungsi Retorika ...

15

4. Lima Hukum Retorika...

17

5. Retorika dan Dakwah...

25

6. Penerapan Retorika dalam Berdakwah ...

26

BAB III

BIOGRAFI K. H. YAHYA ZAINUL MA ARIF

A. Riwayat Hidup K. H. Yahya Zainul Ma arif...

28

B. Organisasi dan Aktivitas Dakwah K. H. Yahya Zainul Ma arif

30

C. Gambaran Pondok Pesantren Al-Bahjah...

31


(10)

x

B. Konsep Dakwah Menurut K. H. Yahya Zainul Ma arif...

41

C. Penerapan Retorika Dakwah K. H. Yahya Zainul Ma arif ...

45

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan ...

60

B. Saran...

61

DAFTAR PUSTAKA ...

63


(11)

1

A.

Latar Belakang Masalah

Retorika berasal dari bahasa Inggris,

Rethoric,

yang artinya ilmu bicara .

Dalam perkembangannya, retorika disebut dengan seni berbicara dihadapan

umum atau ucapan untuk menciptakan kesan yang diinginkan. Sedangkan dakwah

mengandung arti ajakan atau seruan baik lisan, tulisan maupun tingkah laku.

Dakwah merupakan kewajiban individu muslim kapanpun dan di manapun

berada. Berdakwah tidak dapat dilaksananakan dengan asal-asalan melainkan

harus dengan metode, karena yang diseru adalah manusia yang mempunyai

pendirian.

1

Menurut kutipan yang di atas bahwa retorika artinya ilmu berbicara,

berbicara di hadapan umum atau perkataan yang menciptakan kesan apa yang

diinginkan, itu termasuk arti dari retorika di dalam perkembangannya. Sedangkan

dakwah ialah suatu ajakan, baik melalui lisan, tulisan, ataupun tingkah laku.

Berdakwah tidak bisa dilakukan dengan main-main, sebab dakwah menyeru

kepada manusia yang tentunya memiliki pendirian.

Kegiatannya menyatu dengan kehidupan manusia di dunia yang menjadi

bukti adanya hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan

sesama, dan hubungan manusia dengan alam semesta. Sehingga Islam menjadi

agama dakwah dalam teori dan praktiknya yang telah dicontohkan oleh Nabi

Muhammad SAW dalam kehidupannya. Dapat disimpulkan bahwa dakwah

1

H. Naan Rukmana,

Masjid dan Dakwah,

(Jakarta: Al-mawardi Prima, 2002), Cet ke-1, h.

164.


(12)

adalah mengubah situasi dan kondisi yang seharusnya seperti yang dikehendaki

Allah dan Rasul-Nya. Dengan demikian, yang diinginkan dari dakwah adalah

terjadinya perubahan kearah kehidupan yang islami.

Sering kali retorika disamakan dengan

Public Speaking,

yaitu suatu bentuk

komunikasi lisan yang disampaikan kepada kelompok orang banyak, tetapi

sebenarnya retorika itu tidak sekedar berbicara dihadapan umum, melainkan

merupakan suatu gabungan seni berbicara dan pengetahuan atau masalah tertentu

untuk meyakinkan pihak orang banyak melalui pendekatan persuasif.

2

Pada saat ini banyak para da i yang muncul di tengah-tengah masyarakat,

yang menyampaikan dakwahnya dengan metode-metode khusus sehingga

memberikan perhatian pada masyarakat. Seorang da i dituntun untuk bisa

merangkai kata-kata yang dapat dipahami oleh para

mad u

, walaupun pada

dasarnya sering kali para da i menyampaikan ayat ataupun hadits yang sama

namun di situlah kreativitas seorang da i diuji agar dapat menyampaikan

pesan-pesan dakwah dengan ciri khas mereka dan dapat dipahami oleh para

mad u

.

Retorika digunakan sebagai ilmu untuk memandu dan membimbing

seorang da i agar dapat merancang dan menampilkan kata yang baik dan

persuasif, memiliki relevansi yang tinggi dan memiliki peran yang besar dalam

berdakwah. Para pendakwah pun harus pandai dalam menerka siapa yang menjadi

mad u

dalam dakwah nya sebab setiap manusia tidaklah sama. Baik dari segi usia,

tingkat kecerdasan, dan status sosialnya dalam masyarakat.

Dari sekian banyak da i yang mampu membuat

mad u

terkesima akan

gaya bicaranya yang khas saat menyampaikan materi dakwahnya, salah satunya

2

Jalaluddin Rakhmat,

Retorika Modern: Pendekatan Praktis,

(Bandung; PT. Remaja

rosdakarya, 1999), hal. 9.


(13)

adalah K. H. Yahya Zainul Ma arif. Beliau adalah seorang yang memiliki sifat

ramah, hal itu dapat dilihat dari mimik wajahnya dalam setiap menyampaikan

dakwahnya.

K. H. Yahya Zainul Ma arif lahir di Blitar, yang sekarang bertempat

tinggal di Kabupaten Cirebon, Kelurahan Sendang. Kedatangan K. H. Yahya

Zainul Ma arif ke Cirebon pada akhir tahun 2005 dan diawal 2006 dalam rangka

mejalankan tugas dari gurunya untuk memimpin Pesantren. Seiring perjalanan

waktu K. H. Yahya Zainul Ma arif merasakan kenyamanan di Cirebon, kemudian

beliau meminta izin kepada gurunya untuk mengajar dan mendirikan sebuah

pesantren di Cirebon.

K. H. Yahya Zainul Ma arif memulai berdakwah dari hal yang kecil, tidak

memaksa dan apa adanya. Dengan penuh kesabaran K. H. Yahya Zainul Ma arif

memasuki musolla-musolla kecil hingga akhirnya K. H. Yahya Zainul Ma arif

mengisi majlis-majlis ta lim di Masjid terbesar di Cirebon Masjid At-Taqwa

alun-alun setiap senin malam selasa. Yang semula hanya dihadiri 20 orang hingga saat

ini jama ah memenuhi ruangan dan halaman masjid.

Bersamaan itu juga K. H. Yahya Zainul Ma arif membuka puluhan majlis

ta lim bulanan di berbagai tempat di Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon,

Kabupaten Majalengka, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Indramayu dan

Jabodetaek. Diantaranya adalah majlis yang diadakan di masjid Al-Imam

alun-alun kota Majalengka, masjid Al-Istiqomah Cilimus Kuningan, masjid Pertamina

Klayan, masjid Al-Mustaqim Weru. Dakwah K. H. Yahya Zainul Ma arif tidak

terbatas pada masjid-masjid akan tetapi K. H. Yahya Zainul Ma arif

juga

berdakwah di beberapa swalayan dan toserba, seperti Yogya, Matahari


(14)

Department Store, Lembaga Pemasyarakatan Kesambi dan lain sebagainya.

Majelis yang K. H. Yahya Zainul Ma arif asuh diberi nama Majelis Al-Bahjah

sekaligus nama pesantren yang saat ini dirintisnya.

Dengan waktu yang singkat beliau bisa membuka dan berdakwah di

berbagai tempat, karena dakwah beliau begitu mudah dipahami oleh jema ah.

Ketika beliau berdakwah, beliau tidak pernah lepas dari kitab kuning dan

Al-Qur an yang selalu beliau bawa, yang merupakan salah satu ciri khas dari dirinya,

pembahasan pembahasan K. H. Yahya Zainul Ma arif terdapat dari kitab hadis,

fiqih, dan akhlak tetapi semua itu berpatokan kedalam Al-Qur an. Hal tersebut

yang membuat peneliti merasa tertarik untuk menjadikannya sebagai subjek

dalam penelitian.

K. H. Yahya Zainul Ma arif mencoba menghadirkan dakwah dari berbagai

aspek, mulai dari radio, surat kabar, televisi, media online seperti

facebook,

twitter, youtube,

dan lain sebagainya. Beliau juga berdakwah di majlis-majlis

ta lim atau masjid-masjid sekitar yang tentunya pusat dari dakwah beliau. Di

media cetak K. H. Yahya Zainul Ma arif juga ikut berdakwah. K. H. Yahya

Zainul Ma arif

mengasuh rubrik tanya jawab di koran harian umum Kabar

Cirebon. Dan sampai saat ini juga masih aktif mengasuh rubrik

Masail Diniyah

disebuah majalah Islami Al-Basyirah yang terbit di Jawa Timur. Sementara pada

media Televisi K. H. Yahya Zainul Ma arif juga pernah aktif di acara

Titian

Qolbu TV One

, Damai Indonesiaku

TVOne

, dan sampai saat ini K. H. Yahya

Zainul Ma arif aktif di

Cirebon TV

dalam acara Hidup Indah Bersama K. H.

Yahya Zainul Ma arif ,

MNCTV

dalam acara siraman qalbu,

TV9

dalam acara

kajian Islam Ahli Sunnah Waljamaah,

BBS TV

dan

Batam TV

.


(15)

Ini semua dilakukan dalam upaya membidik semua celah kehidupan

manusia untuk bisa diisi dengan dakwah. Berdasarkan latar belakang di atas

peneliti mempunyai ketertarikan untuk meneliti dakwah beliau dengan meneliti

retorika dakwahnya maka peneliti memilih judul penelitian

Penerapan Retorika

Dalam Dakwah K. H. Yahya Zainul Maarif Di Pondok Pesantren Al-Bahjah

Cirebon.

B.

Pembatasan dan Perumusan masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar lebih terarah terhadap masalah yang dipaparkan, peneliti membatasi

masalah yang akan diteliti. Peneliti sangat menyadari bahwa aktivitas dakwah

yang beliau lakukan sangatlah padat, oleh sebab itu tidak mungkin semua data

mengenai retorika dakwah yang disampaikan oleh beliau saat berdakwah

peneliti cantumkan dalam skripsi ini. Maka dari itu, penelitian ini hanya

difokuskan pada penerapan retorika dalam dakwah yang beliau gunakan di

Pondok Pesantren Al-Bahjah selama satu bulan mulai dari 01 Februari 2016

sampai 28 Februari 2016

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas maka peneliti merumuskan

masalahnya ialah sebagai berikut:

a.

Bagaimana penerapan retorika K. H. Yahya Zainul Ma arif dalam

penggunaan dakwahnya?

b.

Bagaimana konsep retorika K. H. Yahya Zainul Ma arif dalam

berdakwah?


(16)

C.

Tujuan penelitian

Dalam penelitian ini pasti ada tujuan dan manfaatnya. Maka penelitian ini

bertujuan untuk:

Mengetahui konsep retorika K. H. Yahya Zainul Ma arif dalam berdakwah

serta penerapan retorika dalam penggunaan dakwahnya.

D.

Manfaat penelitian

1. Manfaat akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan hal yang positif, khususnya

untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Memberikan kontribusi bagi

peneliti dan umumnya bagi yang terjun pada dunia dakwah, yang berkaitan

tentang retorika sebagai alat utama dalam menyiarkan dakwah islami.

2. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapakan agar menjadi bahan tambahan bagi da i-da iah

yang menyampaikan dakwahnya dengan se-efektif dan se-efesien mungkin, agar

dakwahnya diterima oleh khalayak yang berkenaan dengan retorika K. H. Yahya

Zainul Ma arif

E.

Metodologi Penelitian

Agar data yang diperoleh sesuai dengan yang diperlukan, maka metode

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Metodologi penelitian

Penelitian ini adalah penelitian lapangan. Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif atau analisa kritis,


(17)

yaitu metode yang memiliki beberapa langkah penerapan.

3

Langkah pertama

adalah mendeskripsikan gagasan primer yang menjadi bahan utama. Gagasan

primer ini yang menjadi bahasan utama. Gagasan primer ini diperoleh dari

hasil wawancara mendalam dengan narasumber. Langkah selanjutnya adalah

membahas gagasan primer tersebut yang pada hakikatnya adalah memberikan

penafsiran peneliti terhadap gagasan yang telah dideskripsikan. Bagdan dan

Taylor dalam penelitian kualitatif mendefinisikan metode kualitatif sebagai

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriftif berupa data-data tertulis

atau tulisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati .

4

Dean J. Champion dalam bukunya mengatakan bahwa penelitian kualitatif

adalah Penelitian yang berfungsi untuk mendata atau mengelompokkan

sederet unsur yang terlihat sebagai pembentuk suatu bidang persoalan yang

ada.

5

Peneliti mendeskripsikan atau menggambarkan secara sistematis, faktual

dan akurat mengenai faktor-faktor, sifat, serta hubungan yang diteliti. Adapun

secara deskriptif adalah bahwa data yang dikumpulkan berupa kata-kata,

gambar dan bukan angka-angka. Hal ini disebabkan oleh penerapan metode

kualitatif.

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian dalam skripsi ini adalah K.H. Yahya ZainulMa arif dan

objeknya adalah retorika beliau dalam dakwahnya.

3. Tekhnik pengumpulan data

3

Mastuhu,

Tradisi Baru Penelitian Agama Islam: Tinjauan Antar Disiplin Ilmu

,(Bandung: Pusjarlit

dan Nuansa, 1998), Cet ke-1, hal.45-47.

4

Lexy J. Moeloeng,

Metode Penelitian Kualitatif

, (Bandung: PT. Remaja Rosyda Karya, 1993) Cet

ke-10, h. 3.

5


(18)

a.

Observasi

Observasi yaitu pengambilan data yang didapatkan melalui pengamatan,

pencatatan sistematik dan fenomena-fenomena yang diselidiki langsung

kepada objeknya dengan menggunakan indera penglihatan, yang berarti tidak

mengajukan pertanyaan-pertanyaan.

6

Dalam teknik penelitian ini peneliti

mengamati dan mencatat fenomena-fenomena yang diselidiki. Dengan metode

ini peneliti akan mengetahui langsung kegiatan dakwah K. H. Yahya Zainul

Ma arif.

b.

Wawancara.

Peneliti

melakukan wawancara mendalam dengan

K. H.

Yahya

ZainulMa arif, Penelitian ini melakukan wawancara kepadaK. H. Yahya

Zainul Ma arif dan santri pondok pesantren lembaga dakwah Al-bahjah,

wawancara di lakukan di pondok pesantren lembaga dakwah Al-bahjah

Cirebon Jawa Barat dan di kediaman K. H. Yahya Zainul Ma arif pada tanggal

01 Februari 2016 sampai 28 Februari 2016. Peneliti melakukan wawancara

dengan K. H. Yahya Zainul Ma arif hanya dua kali saja dan selebihnya

peneliti melakukan observasi dan wawancara kepada pihak lain, peneliti

melakukan observasi dan menyaksikan beliau ceramah delapan kali dalam

jangka waktu sebulan. ini bertujuan untuk melengkapi data, guna menjawab

perumusan masalah yang peneliti ajukan

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data untuk mencari

data-data yang diperlukan, seperti yang dilakukan dalam mengumpulkan data-data

6

Lexy J. Moleong,

Metode Penelitian Kualitatif

, (Bandung: PT. RemajA Rosyda Karya,1993)

cet ke-10, h. 186.


(19)

berupa buku, majalah, makalah ataupun literatur lainnya. Peneliti akan

mengumpulkan beberapa foto, video ataupun rekaman ceramah K. H. Yahya

Zainul Ma arif di masjid-masjid besar ataupun di Pondok Pesantren

Al-Bahjah.

4. Teknik analisis data

Apabila telah terkumpul langkah selanjutnya adalah mengklarifikasikan

data untuk kemudian dianalisis, sesuai dengan perumusan masalah dan tujuan

penelitian, setelah itu disajikan dalam laporan ilmiah. Dalam penelitian ini

penelitiberpedoman pada buku

Pedoman penelitian karya ilmiah (skripsi,

tesis, dan disertasi)

yang oleh CeQDA

(Centerfor Quality Development and

Assurance)

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

F.

Tinjauan pustaka

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa tinjauan pustaka dari

perputakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan Perputakaan Utama UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, diantaranya melihat beberapa penelitian lain yang

berhubungan dengan penelitian ini yaitu:

1.

Penerapan Retorika Dakwah Ustadz Yusuf Mansyur, oleh Sulnah Safitri,

Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Komunikasi Penyiaran

Islam, Tahun 2007.

2.

Penerapan Retorika K. H. Muchammad Syarif Hidayat, oleh Deden

Saputra, Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi, Jurusan

Komunikasi Penyiaran Islam, Tahun 2013.


(20)

Dalam penelitian sebelumnya memang membahas masalah retorika

dakwah yang disampaikan. Walaupun mengandung kategori retorika dakwah

namun cara penyampaian dari para mubaligh tersebut berbeda dalam retorika

berdakwahnya.

Namun dari sekian banyak skripsi yang ada dalam perpustakaan Fakultas

dan perpustakaan utama, peneliti belum menemukan skripsi retorika dakwah K.

H. Yahya Zainul Ma arif. Perbedaan sekripsi di atas dengan sekripsi yang akan

penulis teliti ialah dari subjeknya karena subjek yang penulis teliti ialah K. H.

Yahya Zainul Ma arif, dari isi pun akan berbeda di penelitian ini penulis akan

memaparkan tentang bagaimana K. H.

Yahya Zainul Ma arif menggunakan

retorika dakwah dan bagaimana penerapan retorika beliau dalam pelaksanaan

retorika dakwah di majlis-majlis ta lim dan Pesanntren Al- Bahjah.

Dalam hal ini penerapan retorika yang beliau gunakan sangatlah baik,

untuk itu sebagai sumber utama penelitian, peneliti ingin mengetahui langsung

kepada beliau yaitu dengan cara mewawancarai beliau dan para santrinya

termasuk jemahnya yang di pimpin langsung oleh beliau. Ini sebagai langkah awal

yang peneliti prioritaskan dalam penelitian ini.

Menarik bagi peneliti untuk mengangkat menjadi suatu karya ilmiah.

Selain itu juga peneliti menganggap semua latar belakang objek yang di teliti

maupun peneliti yakni sebagai peminat dakwah. Itulah hal yang menarik

kemudian menginspirasi peneliti untuk mengambil judul ini. Sesuai dengan latar

belakang peneliti yaitu mahasiswa Jurusan Komuikasi Penyiaran Islam dan

Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi.


(21)

G.

Sistematika Penelitian

Untuk mempermudah pembahasan penelitian ini. Penelitan laporan hasil

dari 5 bab didahuliu dengan pendahuluan dan rumusan masalah di bab

pertama,selanjutnya penelitian ini menggunakan landasan teori yang terdapat pada

bab dua, dilanjutkan dengan gambaran umum tentang K. H.

Yahya Zainul

Ma arif di bab tiga, lalu peneliti menemukan hasil dari penelitian ini yang penulis

tempatkan di bab empat, setelah itu peneliti menyimpulkan hasil dari penelitian

ini yang terdapat di bab lima.


(22)

<:=>:?:=@A

ORITIS PENERAPAN RETORIKA DALAM DAKWAH

A.

Ruang Lingkup Retorika

BC D EFGEHI JK FLEI M HJNK

OEPKHK QE NRJNKQ

(

SK NFK NKS TR U

,

NKI K HEIM HJNK VE HK HI J NEI E HKS W JQ K F VE HVK XKRK R EP K HK EYE NIJY

,

R IT ZJ IE FI KFG WES K NK JK F VK XKRK R EPKHK EYE NI JY ZKQKS NK HK F G

-

S E F GK HKFGZK FRE FJVEHW JZKI M[K F GSTQT N

-

STQ T NZK FVMS VKR I JR C

D

K HJIJGK ZEYJ FJRJ JFJ

,

[K F G R ERTK J ZE FGK F IT \TKF WESVK XKRK F WK ZK RK KI JFJ K ZKQ K X ZEY J FJR J [K FG W E HIKSK ZK F NEI JGK

,

]KQKT ZEYJ FJRJ [KF G NEI J GK \TGK S E FT F\T NNK F K ZK F[K WE HGER EHK FZKHJSK NFKHE I M HJ NK[KF GR E VEF KHF[K

.

^

D

KQ KS K HIJ [KF G R ESW JI VE HKHI J HEI M HJ NK K ZKQ KX VK GK JSK FK R EREMHK F G

SE FGGT FK NK F I TIT H VK XKRK [KFG VK JN ZKF \EQKR KGKH ZKW KI S ESE F GK HTXJ M HK F G

QK J FZE FGK FI T \TK FZK FS K NR T ZIE HIE FI T C

D

J IJF\KTZK HJR EGJVK XKR K

,

HEI M HJNKVE HKRKQ ZK HJ VK XKRK _ T FKFJ [K J IT `ab

t

c `

,

[K JIT REM HKF G \T HT W J ZKI M [K F G S ESWT F [K J RJFM FJSc `dec `

.

f

OE ZK FGN KF ZKQ KS VK XKR K K HK V ZJR EVTI gdhhijka l

t

dm da

,

R EZK F GNK F HEM HJ NK SE FT HTI

Enclyclopedia Britania

,

HEIM HJNK K ZKQK X NER E FJK F SE F GGT FK NKF VKXKR K T FIT NS E FGXKRJQ NK FNER KF[KF GZJ JF GJ FNKFI EHXK ZKWWES VKP KZK FW EFZE F GK H

.

n

B

E VEHKW K WK NK H VEHWEFZKWKI IE FI KF G ZEYJ FJRJ HEI M HJNK ZK HJ R EGJ JR I JQK Xo ZJ

K FIK HKF[K p

q

A

rstuv swxyz sr

,

Retorika Hirarki

, (

{uty |yt } y~

Era Edicitra Intermedia, 2010), hal. 76.

2

M.H. Israr,

Retorika dan Dakwah Islam Era Modern

, (Jakarta: CV. Firdaus,1993), cet-1,

hal. 10.

3

Datuk Tombak Alam,

Kunci Sukses Penerangan dan Dakwah

, (Jakarta: PT. Rhineka

Cipta), hal. 36.


(23)

a.

I Gusti Ngurah Oka berpendapat bahwa retorika adalah ilmu yang

mengajarkan tindak dan usaha efektif dalam persuasi penataan dan

penampilan kultur untuk membina saling pengertian dan kerjasama

serta kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat.

4

b.

Wahidin Saputra berpendapat bahwa retorika adalah ilmu yang

mempelajari tentang bagaimana bertutur kata dihadapan orang lain

dengan sistematis dan logis untuk memberikan pemahaman dan

meyakinkan orang lain.

5

c.

Jalaluddin Rahkmat berpendapat bahwa retorika adalah pemekaran

bakat-bakat tertinggi manusia, yakni rasio dan cita rasa lewat bahasa

selaku kemampuan untuk berkomunikasi dalam medan fikiran.

6

d.

Gorys Keraf berpendapat bahwa retorika adalah suatu teknik

pemakaian bahasa sebagai seni, yang didasarkan pada suatu

pengetahuan yang tersusun baik.

7

e.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, retorika adalah keterampilan

bahasa secara efektif dalam karang-mengarang atau seni berpidato

yang muluk-muluk dan bombastis.

8

Dalam menggunakan retorika dibutuhkan kepandaian berbicara.

Kepandaian berbicara itu mengenai menjelaskan, mengungkapkan, dan

4

I Gusti Ngurah Oka,

 € ‚

r

ƒ„… † €‡

u

… ˆ ‰ ƒŠ ‹…… Š

u

†€‹…

r

… ˆ Œ €Š  … Š…

t

r

, (Bandung: Terate,

1976), cet-1, hal. 13.

5

Wahidin Saputra,

 €‚

r

ƒ„… Ž… „… ˆ

w

Lisan

, (Buku Ajar Fakultas Ilmu Dakwah UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta: Dakwah Press, 2006), hal. 2.

6

Jalaluddin Rahmat,

Retorika Modern Pendekatan Praktis

, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 1998), hal. 5.

7

Gorys Keraf,

Diksi dan Gaya Bahasa

, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Umum, 2007),

cet-17, hal. 1.

8

Departemen Pendidikan Nasional,

Kamus Besar Bahasa Indonesia

, (Jakarta: Balai

Pustaka), edisi ke-2, h. 953.


(24)

mengutarakan apa yang terdapat dalam fikiran dan perasaan. Setiap manusia telah

diberikan anugerah untuk pandai berbicara.

Pandai berbicara merupakan warisan biologis dari ke dua orang tua yang

bersifat genetis dan otomatis. Pandai berbicara adalah hasil dari proses

pembelajaran oleh lingkungan keluarga dan masyarakat. Dalam Al-Qur an, Allah

berfirman pada surat Al-Balad ayat 8-9:































Artinya: Bukankah Kami telah memberikan kepadanya dua buah mata,

Lidah dan dua buah bibir. (Q,s al-balad :8-9

)

Allah SWT memudahkan semua itu dengan karunia-Nya berupa perangkat

lunak, yaitu potensi kemampuan berbicara dan perangkat keras,yaitu lidah dan

bibir, termasuk kedua telinga. Dengan begitu manusia mampu memproduksi

kata-kata dan kalimat tidak terbatas banyak jumlahnya.

9

Berbicara yang efektif seyogyanya menyenangkan, memiliki daya tarik,

mengasikkan, mengesankan, mencapai tujuan secara jelas serta mengundang rasa

simpatik pendengar. Untuk berbicara yang efektif diperlukan ilmu retorika.

2.

Tujuan Retorika

Retorika sebagai ilmu yang berdiri sendiri, dikatakan bahwa tujuannya

adalah persuasi. Maksud dari pada persuasi di sini adalah yakinnya penaggap tutur

akan kebenaran gagasan topik si penutur. Persuasi adalah suatu seni verbal yang

bertujuan untuk meyakinkan seseorang agar melakukan sesuatu yang dikehendaki

pembicara pada waktu ini dan pada waktu yang akan datang.

10

9

Amirudin Rahim,



.Cit

, hal. 4

10

Gorys Keraf,

Argumentasi dan Narasi

, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2000),

cet-12, hal. 118.


(25)

Sedangkan menurut Erwin P. Bettinghaus (1973), persuasi merupakan

suatu usaha yang disadari untuk mengubah sikap, kepercayaan atau perilaku orang

melalui transmisi pesan.

11

Secara massa retorika bertujuan sebagai berikut:

a.

‘ ’ “”• ’– —

, yaitu memberikan penerangan dan pengertian kepada

massa, guna memberikan penerangan yang mampu menanamkan

pengertian dengan sebaik-baiknya.

b.

‘ ’˜’”™š› œ

, yaitu meyakinkan dan menginsafkan.

c.

‘ ’ “ ”›  š–œ

, yaitu menimbulkan inspirasi dengan teknik dan sistem

penyampain yang baik dan bijaksana.

d.

‘ ’ “ ”ž œ

rt

Ÿš ”

, menggembirakan, menghibur atau menyenangkan, dan

memuaskan.

e.

‘ ’

Ectuate

(to put into action), yaitu menggerakkan dan mengarahkan

mereka untuk bertindak menetralisir dan melaksanakan ide yang telah

dikomunikasikan oleh orator dihadapan massa.

12

3.

Fungsi Retorika

Menurut Plato, berfungsi untuk memberikan kemampuan dalam

menggunakan bahasa yang sempurna, dan merupakan jalan bagi seseorang untuk

memperoleh pengetahuan yang luas.

13

Sedangkan I Gusti Ngurah Oka

menjelaskan bahwa retorika adalah:

a.

Untuk menyediakan gambaran yang jelas tentang manusia terutama

dalam hubungan kegiatan bertutur kata, termasuk ke dalam gambaran

ini antara lain gambaran proses kejiwaan ketika ia terdorong untuk

11

I Gusti Ngurah Oka,

Retorika Sebuah Tinjauan Sejarah Pengantar

, (Bandung: Terate,

1976), cet-1, hal. 63.

12

Toto Tasmara,

Komunikasi Dakwah

, (Jakarta: Gaya Media Pratama, t.t), hal. 156.

13


(26)

bertutur dan ketika ia mengidentifikasi pokok persoalan sampai

retorika bertutur ditampilkan.

b.

Menampilkan gambaran yang jelas tentang bahasa atau benda yang

bisa diangkat menjadi topik tutur, misalnya gambaran tentang hakikat,

struktur, dan fungsi topik tutur.

c.

Mengemukakan

gambaran

yang

terperinci

tentang

masalah

tuturmisalnya dikemukakan tentang hakikat, struktur, dan

bagian-bagian topik tutur.

Berdasarkan dengan penampilan gambaran ketiga hal tersebut di atas,

disiapkan pula bimbingan tentang:

a.

Cara memilih topik.

b.

Cara-cara memandang dan menganalisa topik tutur untuk menentukan

sasaran ulasan yang persuasif dan edukatif.

c.

Penulisan jenis tutur yang disesuaikan dan tujuan yang hendak dicapai.

d.

Pemilihan materi bahasa serta penyusunan menjadi kalimat-kalimat

yang padat, utuh, dan bervariasi. Pemilihan gaya bahasa dan gaya tutur

dalam penampilan tutur kata.

14

Jika kita memahami fungsi retorika, maka akan sejalan dengan empat

fungsi komunikasi yaitu:

a.

 ¡¢¢£¤¥ ¦§ ¨¡ ©ª ¦¤

untuk memberi dan menerima informasi kepada

khalayak. Hal ini bisa dilakukan oleh setiap orang dengan pengetahuan

yang dimiliki. Tanpa komunikasi informasi tidak dapat disampaikan

dan diterima.

14

I Gusti Ngurah Oka,

« ¬­ ®

r

¯°± ² ¬³

u

± ´ µ ¯¶ · ±

u

±¶ ² ¬ ·±

r

± ´ ¸ ¬¶ ¹ ±¶

t

±

r

, (Bandung: Terate,


(27)

b.

º»¼¼

Education

, yaitu memberi pendidikan. Fungsi ini dilakukan oleh

guru kepada murid untuk meningkatkan pengetahuan atau oleh siapa

saja yang memiliki keinginan untuk memberikan pendidikan.

c.

Mass Persuasion

, yaitu untuk memengaruhi. Hal ini bisa dilakukan

oleh setiap orang atau lembaga yang member dukungan dan ini biasa

digunakan oleh orang yang bisnis, dengan memengaruhi iklan yang

dibuat.

d.

Mass Intertainment

, yaitu untuk menghibur. Hal ini yang biasa

dilakukan oleh radio, televisi atau orang yang memiliki professional

menghibur.

15

4.

Lima Hukum Retorika

Menurut

Jalaluddin Rahmat dalam bukunya

Retorika Moderen

Pendekatan Praktis

Ada lima tahap penyusunan pidato yang dikenal dengan (

The

Five Canons of Rhetoric

) yang sering diterjemahkan dengan lima hukum

retorika , yaitu:

a. Menemukan bahan (

inventio

), pada tahap ini da i atau

mubaligh

menggali topik dan meneliti khalayak yang akan hadir mendengarkan

ceramah kita, kemudian menentukan metode yang tepat.

b. Penyusunan bahan/materi yang akan disampaikan (

despositio

), dalam

tahap ini da i atau

mublaigh

menyusun materi dakwah yang akan

disampaikan, misalnya: pendahuluan, pembahasan dan penutup.

15


(28)

c. Memilih bahasa yang indah (

½¾¿À

u

t

Á Â

), pada tahap ini da i atau

ÿ ÄžÁ ÆÇ

memilih kata-kata yang tepat, kalimat yang jelas dan bahasa

yang indah sesuai dengan kemampuan khalayak pendengar.

Memilih gaya bahasa sesuai kemampuan khalayak pendengar,

gaya bahasa sendiri adalah sebagai salah satu variasi bahasa, yaitu

termasuk ragam, yang ditandai oleh suasana indah.

d. Mengingat materi yang akan disampaikan (

ýÃÂÈ Á Å

), pada tahap ini

da i atau

ÿ ÄžÁÆÇ

harus mengingat-ingat dalam pikiran materi yang

akan disampaikan kepada khalayak pendengar sesuai dengan susunan

yang telah dibuat sebelumnya.

e. Menyampaikan dakwah lisan (

ÉÈÂÊ¿ ÊËÁ ÅËÁ Â

), pada tahap ini da i atau

ÿ ÄžÁ ÆÇ

menyampaikan materi dakwah lisan, pada saat penyampaian

materi perhatikan suara (

v

ÂÌ Å¾

), gerak tubuh, dan pelihara kontak mata

dengan khalayak pendengar.

16

Dalam perkembangannya, kelimahukum retorika tersebut mendapat

penafsiran yang semakin luas. Saat ini, pengertian penciptaan sudah meluas dan

mengacu pada pengertian konseptualisasi, yaitu proses pemberian makna terhadap

data melalui interpretasi

(t

Ç ½ ÉÈÂÀ ½

ss t

ÇÈ¿ ÆÇ

w

ÇÁ À Ç

w

½ ÅÍ ÍÁ ÆÊ Ã½ÅÊÁ ÊÆ

t

 ÎÅË Å

t

ÇÈ¿ ÆÇÁ ÊË ½È ÉȽ

t

ÅËÁ ÂÊÏ

.

17

Ini berarti suatu pengakuan terhadap fakta bahwa kita tidak sekedar

menemukan apa yang ada, menciptakannya melalui kategori interpretasi yang kita

gunakan. Pengaturan adalah proses mengorganisir simbol, yaitu mengatur

16

JalaluddinRakhmat,.

Ð Ñ ÒÓ

r

Ô ÕÖ ×Ó Ø Ñ

r

Ù Ú Ñ Ù Ø Ñ ÕÖÒÖÙ Ú

r

ÖÕÒÔ Û

. (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya. 1998), hal. 7-8.

17

Morrissan dan Andy Corry Wardhani,

ÜÑÓ

r

Ô ÝÓÞßÙ Ô ÕÖ

s

Ô ÒÑ Ù ÒÖ Ùà ÝÓÞßÙÔ ÕÖ ÒÓ

r

,

Ú Ñ

s

Ö Ù

,

Ú Ñ

r

áÖÕÖâÖ Ù

,

Ø Ö Ù

Hubungan

, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), cet-1, hal. 44.


(29)

informasi yang terkait dengan hubungan di antara manusia, simbol dan konteks

yang terlibat.

18

Untuk memperoleh topik/bahan yang akan disampaikan dalam dakwah

lisan dapat diambil dari beberapa hal berikut:

a.

Peristiwa aktual yang sedang hangat dibicarakan oleh masyarakat,

b.

Peristiwa yang sedang diperingati,

c.

Materi-materi agama,

d.

Masalah-masalah kehidupan sosial,

e.

Pengalaman pribadi.

19

Pembicara yang baik selalu pandai dalam memilih kata-kata. Sehingga

pendengar jarang menyadari manipulasi daya tarik motif yang digunakan, juga

tidak mengetahui organisasi pesan dan system penyusunan pesan, tetapipendengar

mengetahui pasti bahwa pembicara yang baik selalu pandai dalam memilih

kata-kata yang mudah dipahami oleh pendengar.

20

1. Pengertian Dakwah

Dilihat dari segi bahasa kata dakwah berasal dari bahasa arab, yaitu bentuk

ãä ãå åæ äçæè

dari kata

çæéæ

-yud u-da watun

yang artinya menyeru, memanggil,

mengajak, dan menjamu.

21

Di dalam Al-Qur an ada beberapa ayat yang

menunjukkan kata tersebut, antara lain dalam surat Yunus ayat 25:







































18

Morrissan dan Andy Corry Wardhani,

Teori Komunikasi tentang Komunikator

,

Pesan,

Percakapan, dan Hubungan

, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), cet-1, hal. 45.

19

Wahidin Saputra,

Retorika Monologika

, (Bogor: Titan Nusa Perss, 2010), cet-1, h.17-18.

20

Wahidin Saputra,

Retorika Monologika

, (Bogor: Titan Nusa Perss, 2010), cet-1, h.30-31.

21

Muhammad Yunus,

Kamus Arab Indonesia

, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara

Penerjemah, 1973), hal. 127.


(30)

Artinya: Allah menyeru (manusia) ke darussalam (surga), dan menunjuki

orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang Lurus (Islam) .

Pada dasarnya, semua pribadi muslim berperan secara otomatis sebagai juru

dakwah.Secara umum, adalah setiap muslim dan muslimah yang

ê ëìíîî íï

(dewasa), di mana kewajiban dakwah merupakan suatu yang melekat, tidak

terpisahkan dari misinya sebagai penganut Islam sesuai dengan perintah;

sampaikan walau satu ayat.

Secara khusus

,

adalah mereka yang mengambil keahlian khusus

(

ê

u

t

íì ðí ñò

s)

dalam

bidang

agama

Islam,

yang

dikenal

dengan

panggilanulama.Ada beberapa pengertian istilah menurut pakar-pakar ilmu

dakwah, antara lain:

a.

Dakwah menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah adalah mengajak

manusia agar beriman kepada Allah dan Rasulallah saw dengan cara

membenarkan apa yang mereka beritakan dan mengikuti apa yang

mereka perintahkan.

22

b.

Dakwah menurut M. Quraish Shihab adalah seruan atau ajakan kepada

jalan keinsyafan atau mengubah situasi yang kurang baik menjadi

lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat.

23

c.

Dakwah menurut M. Arifin adalah suatu kajian dalam seruan, baik

dengan lisan, tulisan maupun tingkah laku yang dilakukan secara sadar

dan berencana untuk mempengaruhi orang lain agar timbul suatu

pengertian, kesadaran, serta penghayatan ajaran agama tanpa ada unsur

22

Said Muhammad Nuh,

óô õ

w

ô ö

Fardiyah: Pendekatan Personal dalam Dakwah

,

(Surakarta: Era Inter Media, 2000), cet-2, hal. 13-14.

23

Quraish Shihab,

Membumikan Al-Qur an; Fungsi Peran Wahyu dalam Masyarakat

,

(Bandung: Mizan, 1999), cet-19, hal. 194.


(31)

paksaan.

24

Dari tiga pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa dakwah adalah

mengadakan suatu perubahan dan pembenahan, baik yang bersifat individu

maupun sosial sesuai dengan ajaran Islam.

Kegiatan tersebut disampaikan dengan menggunakan liasan, tulisan, dan

tingkah laku yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha

mempengaruhi orang lain agar timbul pengertian keinsyafan dalam diri individu

dengan menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam dalam kehidupan

sehari-hari.

1.

Unsur-unsur Dakwah

a.

Da i

Da isecara bahasa diambil dari bahasa arab, bentuk

÷ø ÷ù ú ûü÷ý

dari asal

kata

þûüû

-yud u-da watun

, artinya orang yang melakukan dakwah. Secara

terminologi, da i yaitu setiap muslim yang berakal

mukallaf

(akil baligh)

dengan kewajiban dakwah.

25

Menurut Dr. Musthafa Ar-Rafi i, syarat-syarat

dan sifat yang harus dipenuhi sosok juru dakwah adalah:

i.

Amal dan kegiatan da i harus ikhlas karena mencari ridho Allah dan

kerena ingin meraih pahala dari Allah.

ii.

Seorang juru dakwah harus menjadi teladan dalam amal shaleh.

iii.

Menempuh cara

hikmah

(bijaksana) terhadap pelajar dan intelek.

Melakukan metode

mauizhah hasanah

(nasihat yang baik) dalam

menghadapi orang awam dan orang biasa.

iv.

Seorang juru dakwah harus betul-betul menguasai ilmu yang sesuai

24

M. Arifin,

Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi

, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), hal. 6

25

Idris A. Shomad,

Diktat Ilmu dakwah

, (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi, 2004), hal. 6.


(32)

v.

dengan jamaah dan menguasai teori dari bahasa aliyah pemikiran.

vi.

Seorang juru dakwah harus lembut dalam menyampaikan nilai-nilai

dan pandangan serta lembut memerangi kesesatan.

vii.

Dalam berdakwah ia bertujuan menarik manfaat dan menghilangkan

kemudharatan.

viii.

Harus sabar dan tabah dalam menghadapi cobaan.

ix.

Harus mengetahui tabi at kewajiban jamaah

x.

Sang juru dakwah harus menggunakan kekuatan apabila cara

ÿ ÿ

,

dan

zhah hasanah

tidak mempan.

26

b.

Mad u

Mad u

manusia yang menjadi sasaran dakwah atau manusia

penerima dakwah, baik individu maupun sebagai kelompok, baik yang

beragama Islam maupun

tidak. Dengan kata lain, manusia secara

keseluruhan.Menurut Muhammad Abduh dalam bukunya

Management

Dakwah

karangan M. Munir dan Wahyu Illahi,

mad u

terbagi menjadi tiga

golongan.

27

Antara lain:

i.

Golongan cerdik cendikiawan yang cinta kebenaran, dapat berfikir

kritis dan cepat menagkap persoalan.

ii.

Golongan awam yaitu orang kebanyakan yang belum dapat berfikir

secara kritis dan mendalam serta belum mendapat

pengertian-pengertian yang tinggi.

26

Mustthafa Ar-Rafi i,

Potret Juru Dakwah

, (Jakarta: CV. Pustaka Al-Kautsar, 2002), hal.

38-50.

27

Munir dan Wahyu Illahi,

Manajemen Dakwah

, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup),

edisi ke-1, cet-2, h.23.


(33)

iii.

Golongan yang berbeda dengan kedua golongan tersebut, mereka

senang membahas tetapi hanya dalam batas tertentu saja dan tidak

dapat membahas secara mendalam.

Sedangkan

u

menurut

Imam

Habib

Abdullah

Haddad

dapatdikelompokkan dalam delapan rumpun, adalah ulama-ulama, ahli juhud

dan ahli ibadah, penguasaan dan pemerintahan, kelompok ahli perniagaan,

industri dan sebagainya, fakir miskin dan orang lemah, anak, istri dan kaum

hamba, orang awam yang taat dan berbuat maksiat, dan orang-orang yang

tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.

28

Dalam buku

y

s

, berdasarkan jenis beberapa khalayaknya dan sifat

dapat dikelompokkan menjadi:

i.

Khalayak tidak sadar, kadang-kadang komunikan tidak menyadari

adanya masalahnya atau tidak tahu pengambilan keputusan.

ii.

Khalayak apatis, tipikal komunikan adalah tahu masalah akan tetapi,

mereka acuh tak acuh.

iii.

Khalayak yang tertarik tapi ragu, komunikan sadar akan adanya

masalah, tahu akan mengambil keputusan akan tetapi, mereka masih

meragukan keyakinan terhadap apa yang harus mereka ikuti atau

sebuah tindakan yang harus mereka jalani.

iv.

Khalayak yang bermusuhan, komunikan sadar akan adanya masalah

yang harus diatasi tetapi, mereka menentang usulan dari komunikan.

Dengan demikian seorang da i harus mengetahui keberagaman

u

dari sudut ideologi, mereka ada yang atheis, musyrik, yahudi, nasrani,

28

Munzier Saputra,

s

w

!

, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), cet-1,


(34)

danmunafik. Ada juga yang muslim tapi masih membutuhkan bimbingan atau

umat Islam yang masih melakukan maksiat, mereka juga berbeda dari segi

intelektual, status sosial, kesehatan, pendidikan, ada yang buta huruf, ada

yang kaya, ada yang miskin, ada yang sehat dan yang sakit.

c.

Materi dakwah

Seorang da i yang bijakasana adalah orang yang dapat mempelajari

realitas masyarakat dan kepercayaan mereka serta menempatkan mereka pada

tempatnya masing-masing, kemudian ia mengajak mereka berdasarkan

kemampuan akal, pemahaman, tabi at, tingkat keilmuan dan status sosial

mereka dan seorang da i yang bijak adalah yang mengetahui metode yang

akan dipakainya.

29

Materi

(

" #$$#%

)

dakwah adalah masalah isi pesan atau materi yang

disampaikanda i dan

" # $&

u

, pada dasarnya bersumber dari Al-Qur an dan

hadist sebagai sumber utama yang meliputi

#'($#%)*+#,(#%)

dan

#-%.#-

.

30

d.

Metode dakwah

Dari segi bahasa metode berasal dari dua perkataan yaitu

mete

(melalui) dan

hodos

(jalan cara), maka metode adalah cara atau jalan yang

harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.

31

Metode dakwah adalah

cara-carayang dipergunakan oleh seorang da i untuk menyampaikan materi

dakwah.

32

Atau kumpulan kegiatan untuk mencapai satu tujuan tertentu.

Pada surat An-Nahl ayat 165 menerangkan bahwa berdakwah itu

hendaknya dengan menggunakan metode

hikmah

(bijaksana) dan

mauidzhah

29

Said Al-Qathani,

Menjadi

Da i

Sukses

, (Jakarta: Qisthi Press, 2005), cet-1, h.97

30

Nurul Badrutaman,

Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher

, (Jakarta: Grafindo,2005), h. 109

31

Arifin,

Ilmu Pendidikan Islam

, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hal. 61

32


(35)

/010 20/

(nasihat yang baik) agar orang-orang yang diajak selalu

mendapatkan siraman rohani yang merupakan obat penenang hati di dalam

setiap masalah. Bahkan ayat Al-Qur an yang memanggil umat Islam untuk

melakukan dakwah

345 / 4670/

dan

7 0 489/0/ /01 0 20/

serta

7 :;0 805 0/ 345

4/1 0 2

pada saat itu telah dipahami secara luas sebagai proseskomunikasi dan

edukasi. Dengan demikian, prinsip-prinsip metode serta teknik komunikasi

dan edukasi berlaku dan berkembang dalam kegiatan dakwah, selain itu juga

terus menerus mengolah dan mengembangkan pesan dari kegiatan dakwah

tersebut.

33

e.

Media dakwah

Media dakwah adalah peralatan dakwah yang digunakan untuk

menyampaikan atau menyalurkan materi dakwah.

34

Jenis-jenis media atau

sarana dakwah sangat banyak jumlahnya, antara lain: radio, video, rekaman,

televisi, surat khabar, majalah, tabloid, dan bahkan jaringan informasi melalui

komputer internet.

Media dakwah merupakan sarana untuk menyampaikan pesan agama

dengan mendayagunakan alat-alat atau temuan tekhnologi modern yang ada

pada zaman ini. Dengan begitu, banyaknya media dakwah yang tersedia.

Mereka seorang da i memilih salah satu atau beberapa media saja sesuai

dengan tujuan atau hendak yang ingin dicapai sehingga apa yang menjadi

tujuan dakwah dapat tercapai dengan efektif dan efesien.

2.

Hubungan Retorika dan Dakwah

Hubungan retorika dengan dakwah amatlah erat. Dalam komponen

33

M. Habib Chirzin,

<=> ?@ A B

s

>

Lembaga Dakwah dan Agenda Dakwah

MasaDepan,

Seminar Nasional Dakwah dan Politik

, (Jakarta: 12 September 1995), hal. 5.

34


(36)

kegiatan dakwah dan retorika memiliki keterkaitan, terutama hal ini dapat

dilihat dari segi media yang dipergunakan. Apakah media lisan, tulisan, dan

sebagainya. Di sini unsur bahasa memegang peranan yang sangat

menentukan.

Hubungan retorika dengan dakwah, T. A. Latief Rosydi dalam bukunya

Dasar-dasar Retorika, Komunikasi dan Informasi

menyebutkan:

Kemampuan dalam kemahiran menggunakan bahasa untuk

melahirkan pikiran dan perasaan itulah sebenarnya hakikat retorika.

Kemahiran dan kesenian menggunakan bahasa adalah masalah pokok dalam

menyampaikan dakwah. Karena itu antara dakwah dan retorika tidak bisa

dipisahkan. Di mana ada dakwah di sana ada retorika.

Retorika dalam artinya yang lama (sempit) di dalam bahasa arab

Fantkhul Khitabah

. Kesuksesan seorangda i dalam khutbahnya lebih banyak

ditunjang dan ditentukan oleh kemampuan retorika yang dimiliki oleh da i

tersebut. Jikalau dakwah belum berhasil seperti yang dicita-citakan dan

menurut garis yang telah ditetapkan semula, mungkin karena cara persuasi

(retorika) tidak menjadi perhatian dan tidak terpenuhi oleh para da i.

Berdasarkan uraian di atas maka jelaslah bahwa retorika dan dakwah

amatlah erat hubungannya. Retorika dengan demikian dapat dikatakan

sebagai saran untuk mencapai tujuan dakwah tersebut. Dengan kata lain pula,

keberhasilan atau kegagalan dakwah itu sangat tergantung pada retorika

karena retorika tidak lain adalah seni pidato.

3.

(KBBI), pengertian penerapan adalah perbuatan menerapkan. Sedangkan


(37)

memeraktekkan suatu teori, metode, dan hal lain untuk mencapai tujuan

tertentu dan untuk suatu kepentingan yang diinginkan oleh suatu kelompok

atau golongan yang telah terencana dan tersusun sebelumnya

.

35

Menurut J

.S Badudu dan sutan Mohammad Zain penerapan adalah hal, cara

atau hasil (Badudu dan Zain 1996:1487), berdasarkan pengertian tersebut dapat

disimpulkan bahwa penerapan merupakan suatu tindakan yang di lakukan baik

secara individu maupun kelompok dengan maksud untuk mencapai tujuan yang telah

di rumuskan.

35

Dendy sugiono,

CD EF

s

G H

s

D

r

G D I D

s

DJK L M K HJD

s

,(jakarta, PT.gramedia pustaka


(38)

QX U `

w

abacY `d

u

p

WXY XZa eba[a `

n

u

l

_afa g`h

ij kj lmnom pmqrst u mmvqw mx mt mn y z{ vmr | xm q omr| }z}qt q~ q {rx {~

zy mr € vzrt ‚ ƒmn„ mnxmry z~ mt q|syy z…m| mqq} qr mr{rx {~zy mr €vzr t ‚ƒmn„mn

omr| € zvt z€ m~ x q i{}tz~ †z} …m|m ‡ zr | z}…mr|mr ˆm~‰ mn t ‚ ƒm n„mn Š t j

‡ mr|z vmr ‹ m~ vm…s mr m r {j ŒŽ ƒt {~ sx mr |  q v i ztj zrx mr | iz‘j  s }…zv x mr

im…j‹ q vz…{rj ƒ zt q ms x qtmnq v~ mr x q ƒtq€mv x m vq € q| m ymsxmvm x mr y z~ m vmr | € ztmn x q

~ mvsr q mqz}m€{vmr |mrm~xs ms €vmx mrxsms € vq j

 x msrzrx qx q~ mr…zt q msw{v}mtx mrr {rw{ v}mtjˆ qmr € mvmrom’

Œj ƒztqms } z}st mq zrx qx q ~ mrrom x q yz~ {t mn }mxvmymn x qr qqomn €mnsr ŒŽ “

y m} mqŒŽŽj

”j z€ zt mn } zroztzy mq~ mr zrx qx q~ mrrom x q } mx vmymn x qr q mn …zt q ms t mr|y sr|

}zt mr „s €~ mr zrx qxq~ mr rom x q yz~ {tmn x my mv rz|vq ƒ tq€ mv • ˆ– ƒt q €mv— x mvq

€mnsrŒŽŽ‚ŒŽ“˜j

™j z€ zt mn t st sy x mvq yz~ {t mn x mymv – z|vq ƒ tq€ mv …zt qms }ztmr „s €~ mr zrx qx q~ mr

w{v}mt rom x q yz~ {t mn tmr „s € €mnm zv€m}m rz|vq ƒt q €mv • †š ‡ – ƒt q €mv— x mvq

€mnsrŒŽ“˜ym} mqŒŽ““j

›j šm}m€ x mvq †š‡– ƒt q€ mv …zt q ms x q ~ q vq } ~ z zymr € vzr {t zn momnrom sr € s~

}zr| zrom} zrx qx q~ mr m|m}m t z…q n } zrx mtm} omq€s x q zy mr €vzr

ˆmvst ts| nmn œ mxx m‰m n ƒmr |qt ‡ my s vs mr ym} …qt }zt mr „s €~ m r zrx qx q~ mr


(39)

ž Ÿ  ¡ ¢ £¤¥¦§§¨£ ©¥ªª ¦§§«¬­¥ª  ®  ¯¡©°­± ¥¢ ¯­¥² ¯¤ ³ ³¤ ª£ £´  ¡¡ µ £

¶ ¥ª© ³ Ÿ  ± ¤¯¤  ¥ ±­·  ª © ¬ ±   ¸£ © ¡¬ £ ¶¤¹  º £¹  ¸­ ° ­± ¥¢ ¯­¥ ¢­¬° ¢

¶¤¹ º £¹ ° ­¯¥ £¬­¥ ©¬· © ³¬¤ ž

« ž ² ¥ °  ¡  ¢ £¤¥ ¦§§« ·­³ © ¤ °­¯ª© ¬­ ³ ¥ ®¤¢ ¸  ¥ °­¥ ¡© ¡©¸ ¥¥¹  ¡© º  ¬ ¥

¹ ©¢¤ ¡© »³ ¼»£ª ½½ ¾¥ © ¿­¯±©¢ ¹ º­ ¬ ­¥ À Á  ¸¤ ³¢ ± ¹ ¯ © £

& Qonun jurusan

Fiqih & Ushul Fiqih dari tahun 1996 hingga lulus sebagai sarjana S1 di tahun

2000.

7.

Lanjut ke pasca sarjana dengan universitas dan jurusan yang sama yaitu di Al

- Ahgaff University Yemen, Fakultas Syariah & Qonun jurusan Fiqih &

Ushul Fiqih dari tahun 2000-2005.

Selama beliau ke Yaman kurang lebih sembilan tahun lamanya beliau

banyak sekali belajar kitab-kitab kuning diantaranya kitab

ÃÄ ÅÄ ÆÇ ÈÉÊ Ë Ì ÍÎÄ Ï Ç

Ð ÍËÆÄÎÇÑ ÉËÊËÉÒ ËÓÔÍÕÎÍÕÖËÏ ×Æ ØÉ ÍÆÌÍÎÄÏ × Ù

Meski beliu tidak pesantren Buya

Yahya banyak sekali mendapatkan kesempatan untuk belajar ilmu-ilmu atau

belajar kitab kitab kuning dari beliau (guru-gurunya). Sebab beliau di pagi hari

belajar di kampus dan mulai dari sore hingga malam beliau mendapatkan waktu

khusus untuk menimba ilmu agama lebih banyak di Rubath Tarim.

Setelah pulang dari Yaman antara tahun 2005 akhir dan 2006 awal beliau

pergi ke Cirebon dalam rangka menjalankan tugas dari gurunya yaitu rektor

Universitas Al-Ahgaff Almurobbi Profesor Doktor Al Habib Abdullah bin

Muhammad Baharun untuk memimpin Pesantren Persiapan bagi mahasiswa

sebelum kuliah ke universitas Al-Ahgaff di Yaman. Untuk menjalankan

aktivitasnya, Buya Yahya mengontrak tempat di Ponpes Nuurussidiq,

Tuparev-Cirebon. Itu berlangsung hingga pertengahan 2006. Setelah itu pada akhir 2006


(40)

beliau kembali menghadap kepada gurunya untuk memulai dakwah dan mulai saat

itu ia telah diizinkan untuk berdakwah di masyarakat. Buya Yahya memulai

berdakwah dari hal yang kecil, tidak memaksa dan apa adanya. Dengan penuh

kesabaran Buya Yahya memasuki musholla-musholla kecil hingga beliau

membuka majlis- majlis ta'lim di Masjid terbesar di Cirebon Masjid At-Taqwa

alun-alun setiap senin malam selasa yang semula hanya dihadiri 20 orang hingga

saat ini jamaah memenuhi ruangan dan halaman masjid.

1

ÛÜ Ý

k

t

Þ

v

Þ

t

ßàáßâ

w

ßã äÜåÜæßãçßèß Þ

n

u

l

éßêß ëÞì á Þí

o

n

p

î

s

Ý

l

ïÛßã ðßã

K. H. Yahya Zainul Ma arif dikenal dengan sosok yang sangat bersahaja

santun dalam bertutur dan bersikap serta mudah berinteraksi di masyarakat. Oleh

karena itu, dimana beliau masih nyantri. Beliau memegang amanah utuk

bertanggung jawab dalam mengatur dan mengurusi santri di bagian keagamaan.

Dari hal hal kecil tersebut beliau mulai memahami dan belajar banyak tentang

organisasi.

K. H. Yahya Zainul Ma arif adalah seorang sosok yang juga aktif di

berbagai organisasi, baik organisasi yang ada dalam intansi kepemerintahan

seperti rukun tetangga dan rukun warga, maupun organisasi kemasyarakatan

seperti remaja mesjid dan paguyuban. Beliaupun belajar bagaimana berorganisasi

dengan baik dan bagaimana mengelola organisasi itu dengan semaksimal

mungkin. Pada akhirnya ide-ide, gagasan, ataupun hasil pemikiran beliau banyak

diterima oleh rekan rekan seperjuangan dan lingkungan sekitar.

Selain dalam organisasi, K. H. Yahya Zainul Ma arif juga aktif dalam

aktivitas dakwah di media televisi baik swasta nasional maupun lokal, seperti di

1


(41)

MNC TV setiap senin pagi pkl. 05.00 - 06.00 WIB; TV9 Surabaya setiap ahad

pagi pkl. 05.00 - 06.00 WIB; BBS TV Kediri setiap hari pkl. 16.00 - 17.00 WIB;

Radar Cirebon TV setiap hari kamis malam Jum'at pkl. 19.00 - 20.00 WIB;

Cirebon TV setiap hari kamis malam Jum'at pkl. 20.30 - 22.00 WIB; Hidup Indah

Bersama Buya Yahya, Batam TV Kabel Channel 1 setiap hari pkl. 05.00 - 06.00

& 18.00 - 19.00 WIB.

K. H. Yahya Zainul Ma arif juga aktif berdakwah melalui radio yakni pada

RADIOQU 107,9 FM yang terdapat di berbagai daerah Indonesia. Beliau juga

aktif

melalui

media

sosial

seperti

Youtube

dengan

link

https://www.youtube.com/user/majelisalbahjah?gl=ID&hl=id

dan

Facebook

dengan link https://id-id.facebook.com/buyayahya.albahjah/.

2

ò ó ôõ

m

öõ÷ õø ù

o

n

ú

o

k

ùû

s

õø

tr

û

n

ü

l

ýþõÿ õÿ

1.

Sejarah berdirinya pondok pesantren Al-Bahjah

Al-Bahjah adalah mejlis yang dirintis oleh Buya Yahya sejak awal

tahun 2006. dan baru diresmikan sebagai lembaga pengembangan dakwah

pada tahun 2010 oleh Prof. Dr. Al-Habib Abdullah bin Muhamad Baharun,

rektor universitas Al-Ahqaf Yaman. Kenapa dinamai Al-Bahjah adalah

karena lebih meninjau dari sisi makna yaitu makna cahaya atau kemilau sinar

dengan harapan semoga lembaga ini bisa benar benar menjadi penerang bagi

umat Nabi Muhammad SAW.

3

Dan kata pengembangan dimaksudkan

sebagai do a dan harapan agar lembaga ini senantiasa berkembang seiring

dengan berjalannya masa dan menjadi motifasi lembaga yang lain untuk bisa

berkembang.

2

https://www.youtube.com/user/majelisalbahjah?gl=ID&hl=id

3


(42)

Lembaga pengembangan dakwah Al-Bahjah adalah sebuah lembaga

yang bergerak dalam berbagai sektor dakwah religius seperti majlis ta lim,

pondok pesantren salaf, pendidikan formal, media dakwah, lembaga

ekonomi, lembaga sosial dan lembaga kesehatan.Letak pondok pesantren

Al-Bahjah saat ini terletak di desa sendang kecamatan sumber kabupaten

Cirebon.

Seperti halnya para ulama ulama yang lainnya Mendirikan sebuah

pesantrean adalah bukan tujuan utama dan pertama, akan tetapi tujuan

pertama dan utama adalah bagaimana menyampaikan dakwah Rasulullah

SAW. Diantara sarananya adalah dengan pesantren. Maka kehadiran

Pesantren Al-Bahjah adalah sebagai bagian dari upaya menyampaikan

dakwah Rasulullah SAW. Semula kedatangan Buya Yahya ke Cirebon pada

awal tahun 2006 karna menjalankan tugas dari universitas al-ahgaf untuk

membuat sekolah persiapan universitas al-ahgaf di indonesia dan program itu

berjalan selama satu tahun. Sesuai evaluasi masalah efektivitas sekolah

persiapan, maka pada akhirnya sekolah persiapan dikembalikan keyaman.

Saat itu pula Buya Yahya meminta izin pada Alhabib Abdullah bin Muhamad

Baharun untuk merintis dakwah di Cirebon.

Pada tahun kedua keberadaan Buya Yahya di Kota Cirebon sudah bisa

membuka beberapa mejlis ta lim di beberapa majlis besar di KotaCirebon

dan sekitarnya. Dan usaha berdakwah selalu dikembangkan hingga akhirnya

datanglah permintaan dari beberapa kaum muslimin untuk menitipkan anak

anak mreka di tempat beliau, yang semula beliau tidak langsung menerima


(43)

dengan kondisi tempat tinggal beliau yang masih menempati satu rumah yang

dipinjamkan salah satu tokoh di Cirebon.

Baru setelah Buya Yahya memiliki satu tempat tinggal yang lain lagi

yaitu rumah kontrakanyang berdekatan dengan tempat tinggal Buya Yahya

yaitu daerah Karang Jarak Cirebon, maka saat itu Buya Yahya mulai

menerima beberapa santri. Memang tiak semua santri yang datang langsung

diterima akan tetapi disamping melihat daya tampung tempat tinggal,

penerimaan santripun dilaksanakan dengan istikhoroh.

Hingga pada tahun berikutnya dirasakan bahwa tempat tingal semakin

padat dengan santri, karena saat itu sudah terhitung satu rumah yang tidak

terlalu besar ditempati 12 santri putra kemudian di rumah yang satunya lagi

di tempati 10 santri putri. Hikmah dari itu semua yang menjadikan Buya

Yahya dan sahabat-sahabatnya baik yang di Cirebon ataupun yang diluar

Cirebon untuk mencari tempat yang lebih leluasa sebagai tempat tinggal

resmi pondok pesantren Al-Bahjah. Dan akhirnya jatuhlah pilihan pada satu

tempat yang disebut dengan Desa Sendang Kecamatan Sumber Kabupaten

Cirebon. Lokasi pesantren terletak ditengah sawah yang jauh dari pemukiman

masyarakat. Tepatnya di bulan juni 2008 dimulai pembangunan pesantren.

Bangunan pertama adalah sebuah gubuk kecil dan aula besar dengan ukuran

15 x 25 yang dijadikan ruang serbaguna mulai dari majlis ta lim mingguan

dan tempat belajar anak-anak santri disusul dengan bangunan masjid yang

ukurannya 15 x 15 ditambah delapan asrama santri, rumah pengasuh dan 20

kamar mandiberikut studio radioku fm. Setelah kurang lebihnya dua setengah

tahun tepatnya 10 januari 2010 pesantren resmi di tempati santri putra dan


(44)

santri putri yang pada saat hari itu juga diresmikan oleh Al-Habib Abdullah

bin Muhammad Baharun dari yaman. Dan akhirnya hingga kini santriawan

dan santriawati Pondok Pesantren Al-Bahjah di tempati dengan jumlah

kurang lebih 320 orang untuk santri putra dan putri kurang lebih 400 orang

disertai ustad/guru yang mengajar di dalamnya dengan jumlah kurang lebih

30 orang.

4

Usaha pendirian pondok pesantren sesuai dengan pesan al-habib

abdullah bin muhamad baharun setelah Buya Yahya mendapatkan izin

pembangun pesantren ada pesan istimewa yang menjadikan usaha

mendirikan pesantren sangat mudah yaitu agar tidak usah repot meminta

minta dana dari siapapun, akan tetpi berangkatlahdari kesederhanaan dan

seadanya . Atas petunjuk al-habib tersebut pembangunan pesantren sungguh

sangat mudah tanpa ada kesusahan apapun, karena Allah telah mengirim

orang- orang yang membangun pesantren tersebut hingga pesantren bisa

ditempati. Hingga Buya Yahya pun tidak pernah merasakan susahnya

mengurus tukang dan bangunan. Perkembangan dari tahun ketahun karena

pesantren baru resmi ditempati pada 10 januari 2010, maka evaluasi

sementara menunjukan bahwa majlis ta lim semakin besar, santrinya pun

semakin banyak.

Untuk saat ini pondok pesantren Bahjah ada di empat tempat

Al-Bahjah 1, Al-Al-Bahjah 2, dan Al-Al-Bahjah untuk santri putri berada di Cirebon

dan Al-Bahjah 3 berada di Tulung Agung. Selebihnya adalah berada dalam

tahap pengembangan.

Pondok pesantren Al-Bahjah mempunyai dua program

4


(45)

1.

dan

(dinniyah murni) yang semua pembiayaan para

santri diatanggung oleh lembaga (gratis).

2.

Pendidikan formal dengan penekanan

yang ditangani

secara khusus dengan program yang khusus dan pembiayaan dibebankan

kepada para orang tua santri.

Sistem pendidikan yang digunakan di pondok pesantren Al-Bahjah

yaitu mengunakan sistem pendidikan yang salafi. Artinya para santri lebih

banyak dikenalkan pada ilmu-ilmu agama. Adapun visi dan misi pesantren

ialah :

Visi

Membangun masyarakat berakhlak mulia, bersendikan al-qur an dan sunah

rasulullah saw.

Misi

1.

Mengamalkan nilai-nilai al-qur an dan ajaran Rasulullah Saw. Sesuai

dengan manhaj Islam Ahlussunnah Waljama ah, asy- ariyah atau

Maturidiyah, Shufiyah dan bermadzhab.

2.

Menghadirkan dakwah Islam dalam seluruh aspek kehidupan

masyaarakat.

3.

Mewujudkan kemandirian ekonomi, pendidikan dan kebudayaan yang

bersendikan syariah Islam.

4.

Mencetak para penghafal al-qur an dan para ulama yang akan menjadi

duta pada perubahan kemuliaan peradaban.

5.

Mengkader para profesional dan enterpreneur yang beriman dan


(46)

6.

Mengoptimalkan dan menguasai penggunaan teknologi informasi dan

media sebagai kekuatan mendorong perjuangan dakwah Islam.


(47)

.

!" # $%&$'!()

k

*+$", (,'

K

--. */ 0 *1*)",

l

+*2 *() 3

4567 8 9:;<5 =5 > ? ;@ A 9= B5 C58 5 =D 7E 7D 5? B5 =F5GH I 9G 7 >JJ5 K B567 B7G5:;? =5>

8 98 5G587 B5 > 89>J9:D7 7 C8; :9D L: 7 =5K M5 >J <5 B5 5 =G 7: > M5K : 9D L: 7=5 D9:? 9@ ;D

8 9>J5:5G<5B5=9@9:G 5? 7 C5 >B5 =F 5G > M5 HN 9D L: 7=5<5 B5B5?5 : > M5? 9C5 C ;B7J ;>5 =5 >

B5 C58 ? 9D 75 < B5=F 5G B9>J5 > C7 ?5>K D7B 5 = 5 B5 B5=F 5G B9>J5 > C7 ?5 > M5 >J D7B5 =

8 9>JJ;>5 =5 >: 9D L: 7=5HO C9G=5:9>57D ;:9DL:7 =58 9>A5 B7? 9? ;5D;M5 >J < 9 >D7>JB5>

G5:;?B78 7 C7=7? 9L:5 >JB567H

45=F 5G M5>J B7 C5 =;=5> 8 9C 5 C;7 C 7?5 >K 8 9>; >D;D ? 9L:5 >J B5 67 ;>D ; =

8 987C 7=7 =9<5 >B5 75 > B5 C58@ 9:@ 7P5:5 KB5 >: 9D L: 7=5 5 B5C 5G? 9>7 = 9<5 >B57 5 >B5 C58

@ 9:@ 7 P5 :5HQ 9<5 >B5 75 >@9:@ 7P5 :5? 9? 9L:5 >J K858<;89>J;@5GA5 C5 ><7=7:5 >L:5 >J

C5 7 > =9B5 C58 < 9:@ ;5D5 > M5>J C9@ 7G @ 5 7= ?9? ;5 7 M5 >J B5 C58 5 A5 :5 > R? C58K

8 9: ;<5 =5>?; 5D;=9<5 >B5 75 >@ 9:@ 7 P5:5H S5 =5B7B5 C58B5 =F5G <;>898@;D;G =5>

=9<5 >B575 >@9:@ 7 P5:5H

45C58 @ 9:B5 =F 5G ? 9L: 5>J B567 B7D ;>D;D 5J5: 8 98 5G587 @ 9D ;C 5 <5 M5 >J

B7>J7 >=5 > B5> B7@ ;D ;G =5 > LC 9G ?7 TUVWXK 5J5 : B5=F5G M5>J B7 ?58<5 7=5 > @ 9>5: Y

@ 9>5: ?58 <5 7 K ? 9G 7>JJ5 B5 <5D 89>J;@5G A5 C5> <7 =7:5 > L:5 >J C57 > =9B5 C58

<9:@ ;5D 5>M5>JC 9@ 7G@5 7 =? 9? ;57B9>J5 >5 A5:5 > R?C58 H

S 9>;:;D QH ZH [5GM5 \5 7>;C S5 65:7]K : 9DL: 7 =5 5 B5 C 5G @ 9:@ 7P5:5 5D5 ;

@ 9:=L8;>7=5 ? 7 B7G5B5 <5> L:5> J @5 > M5 = K B 9>J5> 8 9>JJ;>5=5 > =5D5Y =5 D5 M5>J


(48)

`abcdeef g hi jk la mf `f d nf l fd ofd pqrs ` s d tsr l adoad efmrfd fuf nfd e

o c`fl uf crfdv w

xa mfd erf c rftf yr f tf o fzfl ma tqmcrf `fdeft uad tcde o c esd frfd o fzfl

{a mofr | fbv }a tq mcrf ~ v v €f bnf f cdsz xf‚f mcp o fz fl {a mofr | fb taz f b

ladeesd frfdrf tf nfd e {f cr ƒ `q ufdofd `fd tsd ` amtf l sof bo c„a mdf qza b ghijkv

fz cd c of uf t o czcbf t of mc `fz f b `f ts „a mflfbd nf nfd e lal{f bf` tad tfd e

{a mz ql {f yzql{fofz flra{f crfd…

†‡crffo f q mfd e {c`f lazfrsrfd `qzf t ˆ mfrf f t ƒr adf uf frs tcofr {c `f za { c b of mc ctsv ~fd frscd ecd l adofuf trfdufdeerf t ocbfof ufd‰zz f bz a{c b t cd eec

of mc o cfv Šfd r ctf z a {cb tfs rars mfd efd o cmc r c tf `ado cmc `a bcdeef r c tf d cft c

‡sef sd tsr ladebfus ` ƒ rf mdf ra {f crfd cts frfd l adebf us ` ra ‡fbf tf d ƒ rars mfd efd ƒr a `fz f bfdnfder c tfua m{sf t v

Dalam ilmu retorika pun seorang orator disaat berbicara harus melakukan

persiapan-persiapan seperti penguasaan materi, pemilihan topik, dan penyampaian

pesan dengan bahasa yang baik. Karena itu semua menjadi syarat dalam mencapai

keberhasilan dakwah, karena persiapan adalah setengah dari kesuksesan.

Ust. Arif Billah berpendapat tentang K. H. Yahya Zainul Ma arif. Bahwa

retorika yang beliau gunakan sangat mudah dicerna oleh

g hi jk

dan juga sangat

bijaksana dalam pemilihan dan penggunaan kata-kata dalam ceramahnya. Beliau

juga sangat menguasai materi ketika menyampaikannya kepada

g hijk

, pada saat

beliau sedang ceramah. Kata-kata yang dipilih beliau dalam ceramahnya, sangat

bervariatif tergantung kepada kualitas

ghijk

yang hadir untuk menyaksikan

ceramahnya, seperti kepada santrinya, jemaahnya atau kepada tamunya. Jadi,

g hijk

dengan mudah memahami dan dapat mengaplikasikan dalam kehidupan

1

Wawancara pribadi dengan K. H.Yahya Zainul Ma arif (Pimpinan Lembaga Dakwah

Ponpes Al-Bahjah Cirebon) di kediaman beliau.


(1)

7. Apakah anda mengerti apa yang di sampaikan buya yahya?

Sangat paham sebab beliau jika berdakwah sangat detai dan tegas, bahasanyapun

sangat sangat mudah di pahami baik dari kaum awam sampai intelek. Jadi sangat

paham apa yang di sampaikan beliau.


(2)

]^_ ^`ab c ^d^efghfi ^j

k^h^c^l`ab c ^d^c ^amnlo^p^ed fmnb^lc enl qr s^o^f_ ^l^b tb tuhav^dfj^d ^m^lab c ^d w

xnlaeac b^v^ hni f ^a bni ^fl _nlp^d f mn_f _mfl mtldtu flf cnc ^mf hni f^a pao^ _nlp^d f b tbtu ^v^j h^of u ^_ f bn_a ^ d f bflf h^o^f_ ^l^ hnif^a _nl o^ vt_f ^l^u ^l^ulv^d^lhni f ^ab ^lo^cia ^ehf ^b ^hfb ^_n_^j ^_futld fbf^l^u^l^ulv^r yr s^o^f_ ^l^d ^u z ^jhav^

_nlaeacab c^d w

xnlaeac b^ v^ hav^ d^uz^jlv^ fc a c fd ^u _tltc tl _nlaeac u ^_ f bnh ^o^f ^l^u d fd fulv^ _ni f j^c d^u z^ j ha v^ fc a _n_ ^lo _nia ^b d ^l {nm^c bnu^if d ^l bni^ia amd ^cn cnlc^lo unp^d f^l|unp^d f ^l v^lo ^d^ d f _^bv^e ^u^c} c eab unc fu ^ hni f ^a _nl o^pf^c ^ahned ^u z ^j d f_ ^l^malhni f ^abni^i afl ofld fdtua _nlc^b fu ^l alc au d f b f _m^l d f znh b fcn u ^_ f ^o^e b^lce f b ^lc ef hni f ^a v^lo d f ia ^e b ^l^ hfb ^ _nl ofuac fmnlo^pf ^l

~r m^u ^j^ld^_nlvau ^fd^u z^jhni f ^a w

€i t d f u ^c ^ _nlvau ^f b^l o^c _nlvau ^f h^ju^l u^_ f { flc^ hfb ^ d f hfi^lo hnofc a} bnh^h d ^u z^j hnif^a b^lo^c u ^_ f cal ooa

-

c al ooa r lcau mnlv^_m^fl hni f^a b ^v^ b^l o^c bnl^lo bnu ^i f nlc^j fc a c ^abf^jlv^ ^c^a m nlv^ _m^f ^l l^b fj^clv^ unm^d^ u ^_f bnh^o^f b^lc e f d ^l hne hnd^ pao^ unm^d ^ pn_ ^^jlv^

.

k^d f hnf^a hfb ^ _nl n_m^c u ^ld fe f pao^

,

un p n_ ^^j hne hnd^ d ^l un b ^lc ef ^c^a unm^d^ u ^_f hnehnd ^

.

‚r m^u ^jb^ad^e ^_nlonec f^m^v^lohni f ^ab^_m^fu^ld ^i^_d ^u z ^jlv^w

ƒ ^l o^cd fm^j ^_ fbnu ^i fu^enl^hnif^abni ^ia_nld fd fuunm^d ^b ^lce flv^fc ap^l o^l u ^i f ^lb ^_m^fu ^lm nlonc^ja ^lu ^if^lc^mfb^_m^f u ^l^m^v^lod f haca ju ^lp n_ ^^j bnld fe fr k^d f hnif^a c fd^u mnel^j hneinhfj inhf j^l } _^u ^lv^ hnif^a uncfu ^ _a j^d jtet j^c^ahned ^uz ^jd fdnm^lpn_ ^^jl^ j^b^hnif^ad^m^cd fm^j^ _fb ^_ ^ v^lo^z ^_u jab ablv^

„r m^u ^jd ^uz^jhni f ^abad ^jngnuc fg_nlaeac^ld^w

xnlaeacu ^_ fbnh^o^f^l^ud fd fulv^b ad^jngnucfgd ^u z^ jhni f ^a_^i ^ju ^ _ fp^d f bni^iafl ofl_nlp^d fhni f^a rr

6

r m^u ^jenc te fu ^v^lod foal^u^lhav^m^d ^b ^ ^chned ^u z^jbad ^jh^fu w

enc tefu ^ v^lo hnif^a oal^u ^l b^lo^c _ad ^j d f {nel^ tinj _^d…alv^ d^l pao^ b^l o^c i ^j hfp^ub^l^r snif^a pao^ b^lo^c m^j^_ unc fu ^ _nlv^_m^fu^l _^cne f dnl o^l h^j^b^lv^ r sni f ^a d ^m^c _n_ fi^j|_fi^j u ^c ^ d ^l u ^c ^ v^lo hnif^a oal^u^l hne† ^e f^c f g cneo^lc alo _nifj^c ua ^ifc^b _^d …alv^r € nc fu ^ unm^d ^ b^lc e flv^} pn_ ^ ^jlv^ ^c ^a unm^d^ c^_alv^ r k^d f} _^d …a dnlo^l _ad ^j _n_ ^j^_ fd ^ld ^m^c_nl o^mifu ^bfu ^ld^i ^_unjf dam^lbnj^e fj ^e f

‡r m^u ^jhav^bni^ia_n_hnefu ^lja _ted ^i^_d ^u z ^jlv^w

ja _te fca_nlp^d f b^i ^jb^ca h^of ^ld ^e f enc tefu ^ z^i ^a j^lv^bnh^c^b mninl ou^m cnc^mf u ^i ^a _nlaeac hav^ pao^ pfu ^ d ^u z^j cnei^i a h^lv^u ja _temal c fd ^u h^fu d fu ^el^u ^lbne flocnep^d f} h^jz ^b^lv^ pfu ^u fc ^ hned ^u z^jcnei ^i a h ^lv^u unc^z^ unc ^z^^c^aja _te fbfc afi_alv^bnd f u fcv^lo^u^lu fc ^d ^m^c


(3)

ˆ‰ Š‹ŒŽ Œ‘ ’Œ‘“ Œ‘Ž” Ž •–— Œ‘•Ž”–Œ“Œ” Œ˜“Œ ™Œ—š

›‘’– ‘ Œ”œ Ž Œ‘’ Œ‘ ’ Œ Œ“ Œ Œ‘— ‹Œ” – ‘’ Œ”Œž •Ž“Œ ™ Œ— ‘Œ Œ ‘’ Œ‘’

.

Ÿ”œŽ” Ž•–— Œ‘‘Œ• Œ‘Œ  ŽŒ” –

.


(4)

¡¢£ ¢¤

H

¢¥¦ ¥§¨ © ¥ ª¢«¢¬¢­¤ª¢£¢¢®

¯° ±¢²¢¥£ ¢­¢¦ ¢³´ ¢®«µ¶¢£·­µ§µ¬¢­¦ ¢¸

D

¢³´ ¢®«µ¶¢·­¢³¦ ¥¦·­²¢ §£ µ¦ ¢®¹µ²¢µ­ ¬µ³¦¥º¢®¢£¥

»° ¨º¢³¢®§ ·¬¼ §¥³¢¶¢­²¦ ¥ ² µ­¢³¢­«·© ¥¢µº¢¦ ¢½¢¢¬«·§¦ ¢³´¢®½µ¦ ¢®«¢¥³¸

M

·­µ§µ¬ ½¢¶¢ ½ µ¦¢® «¢¥ ³ ½ ·«¢« «¢®¢½¢ ¶¢­² «·©¥¢µ ²µ­¢³¢­ ¦ ¢­ ² ¢¶¢ «¢®¢½ ¢ ¶¢­² «·©¥ ¢µ½¢£º¢¥³¢­² ¢­·³¼ ¾­·³¼©¢­²½ µ­²¢¹¢²¬µ¿¬·² ¢½¹¥ ³¢£·­·³¢­¬·­ ¬¢­²£ ¢½ ¢© ¢® ®µ³µ£¥½©¢£¢¬¢µ¶¢­²©¢¥­¾ ©¢¥­­¶¢

À° ¨º¢³¢®¨­¦¢£ ·­¶µ³¢¥Á¢§¢º·­¶¢£º¢¥¢­¦ ¢³´ ¢®«· ©¥ ¢µ¿³·­¢º¢¸

妢

,

³¢ §·­¢½¢­²¢¬£ µ¦ ¢®µ­ ¬µ³¦ ¥Á ·§­¢

.

â© ¢®³ ¢ £ ¥ ¥­²¥­ ¬·§µ½£·­¦ ·­²¢ §³¢­ ¦ ¢³ ´¢® «·©¥ ¢µ°

Ä° ¨º¢³¢®³·© ·«¥®¢­¦ ¢­³ ·³ µ§¢­²¢­«·© ¥¢µº¢¦ ¢½¢¢¬«·§¦ ¢³´¢®¸

Å¢© ¢µ ³ ·© ·«¥®¢­­¶¢ ½¥® £·­µ§µ¬ ½¢¶¢£¢£ºµ£·£«µ ¢¬£¢¦Æµ£ ¢µ £·­¦ ·­²¢§³ ¢­¢³¢­¦¢³´¢®­¶¢ ¬¥¦ ¢³ ¢¦ ¢ ¶¢­² «·§Á ¢­¦ ¢ ½ ¢£¢ ½ ·³¢© ¥Å ¢© ¢µ ³·³µ§¢­²¢­­¶¢ ²¥£ ¢­¢ ¶¢® ·­²²¢ ¢¦ ¢ ½ ¥® £¢½ «¢²¥ ³¢£¥ ¹·£ ¢¢®­¶¢ ²¥¬µ° Ç ¼ ¢©­¶¢ ¦ ¢³´¢®«·©¥ ¢µ¥­¥ ²¢£¼­¼¬¼­¿½·© ¢©µ ¦ ¥½ ·¬¥¢º º·­²¢¹¥ ¢­­¶¢«·§«·«¢¹µ¦ µ ©

,

£µ­²³¥­ ³©¼£ ¢½ ¥®½¢£ ¢¥¬µº·£«¢®¢½ ¢­£¥­²²µ©¢© µ«·© µ £½·©·½¢¥¶¢®£¢½ °

È° ¨º¢³¢®£·­µ§ µ¬¢­¦ ¢¦ ¢³ ´¢®¶¢­²«·© ¥¢µ½¢£º¢¥ ³ ¢­½ µ¦ ¢®·É·³¬¥É¸

Ç µ¦ ¢®¿ £¢© ¢® ½¢­²¢¬ ·É· ³¬¥É°Ç ¢ ¶¢ ¢¹¢ £·§¢½¢ ­¶¢£ ¢­ ³·¬¥ ³¢ «·© ¥¢µ «· §¦¢³´¢®° ª¢¦ ¥ ½¢­² ¢¬½ ¢­²¢¬·É·³¬¥É³©¼£·­µ§µ¬½¢¶¢£ ¢½

6

° ¨º¢³¢®¢­¦¢£·­²· §¬¥¢º¢¶¢­²¦ ¥½ ¢£º¢¥³¢­¼ ©·®«·©¥¢µ¸

ª·©¢½ ½ ¢ ¶¢£·­² ·§¬¥¿ ³¢§·­¢«·©¥ ¢µ£·­¶¢£º¢¥ ³¢­ ­¶¢¦·­²¢­¹·© ¢½ ¦ ¢­ ¬¥¦ ¢³¬·§«¢¬¢¾«¢¬¢° ±·©¥ ¢µºµ­¹¥³¢«·§¦ ¢³ ´ ¢®³¢­¢³·³¥¬¢«£ ¢½¹¢¦¥² ¢³º· §­¢®³·© µ¢§¹¢© µ§¦ ¢§¥º¼ ³¼ ³ º·§£ ¢½ ¢© ¢®¢­²¬µ£¢½°

Ê° ÷­µ§µ¬¢­¦ ¢¢º¢³¢®«µ ¶¢½·©¢© µ£·£«·§¥³ ¢­®µ £¼ §¸

Ç µ³¢£ ¢½¿¬¢º¥®µ£¼ §­¶¢«·²¥¬µ ¢¹¢ £ ¢½ ²¢³ ³¢¶¢µ½¬¢¦ ©¢¥­­¶¢¿«·­· §«·­·§­²·©µÁ µ ½¢¢¬¦ ¢³´¢®­¶¢¿³©¼«·©¥ ¢µ¥­¥­²·®µ£¼ §¶¢«·²¥¬µ¢¹¢©·º¢½¦ ·­² ¢­¬·§½ ·­¦ ¥§¥­¶¢° Ë¢ ¦ ¥«µ¢¬«µ¢¬²¬µ °


(5)

ÌÍÎ ÍÏÐÑÒÓÔ ÓÏ ÕÖÓ×ØÔ Ð Ù ÚØ ÒÎÓÛ ÚØ ÔÜ ÚÝÞÓ ßÙ Ó ßÕÒÓØÏÐ ÚØÓ ÕÏÐ Ñ×Óà áÓ ß×ØÚÓâÙÕÎ àÓâá ÓáÓâ ãÓ ÑÓ ÏÐ ÑÒÓÔÓÏ Ð ÚØÓ Õ

.


(6)