Page |28
3. Menetukan T table
Daerah kritis ditentukan oleh Ttabel dengan rumus derajat bebas df yaitu n-k-1 dan taraf nyata dengan nilai 5, maka T table adalah
4.
Menentukan T Hitung
Perhitungan uji t dilakukan dengan menggunakan bantuan Komputer Program SPSS 21 Kriteria pengujian, sebagai berikut :
a Ho diterima jika -Ttabel ≤ Thitung ≤ Ttabel
Artinya bahwa variabel bebas X secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel terikat Y.
b Ho ditolak jika Thitung Ttabel atau Thitung Ttabel
Artinya bahwa variabel bebas X secara parsial berpengaruh terhadap variabel terikat Y.
Page |29
BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISA DATA
1. DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN
a. Organisasi Suporter Slemania
Seiring dengan kemanjuan PSS Sleman, muncullah kelompok dan komunitas yang mengaku sebagai para pendukung PSS Sleman, salah stau yang paling tertua adalah Slemania.
Slemania merupakan sebuah organisasi suporter PSS Sleman yang pertama kali dibentuk pada tanggal 22 desember 2000 melalui rapat yang diselengarakan di Griya Kedaulatan Rakyat, dan
tokoh seklaigus pengagas ketua panitia Ir. Trimurti Wahyu Wibowo. Akhirnya pada tanggal 24 Desember 2000 tercetuslah nama Slemania sebagai wadah suporter klb sepakbola. Slemania
bersifat terbuka dalam keanggotaan. Anggota Slemania tidak hanya bagi masyarakat Sleman tetapi tidak menutup kemungkinan di luar provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara
struktural Slemania membentuk organisasi kecil disebut laskar Slemania. Pembentukan laskar ini diharapkan mampu memudahkan para pengurus Slemania pusat
untuk mengontrol dan mengorganisisr para Slemania secara cepat. Lascar juga diharapkan sebagai jembatan penghubung untuk saling berbgai informasi antara anggota dan pengurus pusat.
Prestasi Slemania tertinggi yang pernah dirasih adalah ketika menjadi suporter terbaik di dIndonesia pada tahun 2004. Slemania yang selama musim Ligina X dikenal selalu tampil
atraktif, menarik, dan simpatik berhasil menjadi suporter terfavorit pilihan masyarakat dalam acara oleh stasiun tv swasta di Indonesia. Hal itu menjadi sebuah kejutan dan kebanggaan bagi
Slemania yang baru berumur 4 tahun, tetapi mampu memberikan contoh bagi suporter di indoensia khususnya menonjolkan fanatisme beruapa kreaktivitas dan menyampingkan
anarkisme. Jumlah laskar itu sendiri pada awalnya berjumlah lebih dari 200 laskar yang ada di
catatan organisasi suporter. Akibat ada perbedaan jumlah lascar semakin berkurang, dan yang tercatat di situs Slemania ada beberapa nama laskara sebagai berikut:
Page |30
Table 1.1 Daftar laskar Slemania
NO NAMA LASKAR
BASIS WILAYAH
1 Bacot ijo
Nganglik – Ngemplak
2 Badut Edan
Purwomartani 3
Bagaspati Banyuraden
4 Buto ijo
Minggir-Godean 5
Kemproeh Ngaglik
6 Lascar Semu
Umbulmartani 7
Poenokawan Mlati
8 Sersan 09
Kulonprogo 9
Sesadji Bulaksumur
10 Slemania cyber
Jejaring social 11
Slemania Green piss Univ. Sanata Darma
12 Titik Hitam
Wates 13
Slemania Batavia Jakarta
14 Japatepa
JL. Kaliurang 15
Lascar bonyot Tajem
16 Pakober
Berbah 17
Paskas Kalasan
18 Slemania university
Univ. Islam Indonesia 19
Slemaia Magelang Magelang
20 Slemania Jojoba
Kulonprogo 21
Monjali Exstrem Monjali
22 Slemania Morvin
Cangkringan 23
Slemania LMD Modinian
Sumber : Http:Slemania.Or.id
Page |31
Anggota Slemania terdiri dari berbagai macam kalangan, tanpa ada batasan di dalamnya baik yang kaya, miskin, anak muda, dewasa, anak
– anak, buruh, lelaki dan perempuan. Di dalam perkembangan Slemania, Slemania juga membentuk wadah suporter perempuan disebut dengan
Slemanona. Slemanona yan berdiri pada tangal 15 Maret 2003 hingga sekarang masih setia mendukung super elja berlaga dimana saja. Hal itu terlihat ketika banyaknya suporter perempuan
disaat PSS Sleman berlaga di stadion Maguwoharjo baik seacara kuantitas dan kualitas. Slemanona dibentuk melihat tingginya antusias dari kalangan perempuan untuk memberikan
dukungan dan kontribusi kepada klub Sleman. Kehadiran suporter perempuan dalam pertandingan sepakbola juga dapat memberikan motivasi moral kepada pemain yang berlaga di
lapangan, terlebih lagi Slemanona hingga saat ini masih eksis mendukung PSS Sleman.
b. Struktur Organisasi Slemania
Berdasarkan Anggaran Rumah Tangga Slemania, Bab II, pasal 5, yang berisikan tentang kepengurusan Slemania, disitu disebutkan bahwa kepengurusan Slemania dibagi menjadi 3
komposisi kepengurusan yang tertinggi pengurus pusat terdiri dari seorang ketua dan wakil Ketua, beberapa Sekretaris, beberapa bendahara, dan beberapa departemen yang ditunjuk sesuai
kebutuhan organisasi. Tertingggi kedua, kepengurusan korwil, sutruktur kepngurusan wilayah ini ditentukan berdasarkan oleh kesepaktan yang telah dirundingkan oleh anggota korwil. Adapun
bagian korwil Slemani di bagi atas 3 wilayah yakni, Slemania Utara, Slemania Tengah, Slemania Selatan. Kemudian tertinggi ketiga, terdiri dari pengurus laskar. Pengurus lascar ini jumlahnya
lebih sedikit dibandingkan pengurus korwil dan struktur kepengurusan lascar sesuai dengan perundingan anggota laskar.
Table 1.2 Tingakatan Kepengurusan Slemania
PENGURUS SLEMANIA PUSAT
PENGURUS KORWIL
PENGURUS LASKAR Slemania Utara, Slemania
Tengah, Slemania Selatan
Page |32
Periode pergantian pengurus Slemania bergulir setiap 5 tahun sekali, jabatan ketua ditentukan berdasarkan keputusan Musyawarah Besar MUBES. Mubes Slemania tidak hanya
membahas tentang struktur kepengurusan, tetapi juga membahsa segala permasalahan yang ada di Slemania adapun rincian ketua Slemania dari 2000
– hingga 2015 sebagai berikut:
Table 1.3 Daftar Ketua Slemania
NO NAMA KETUA SUPORTER
PERIODE 1
Ir. Trimurti Wahyu Wibowo 2000
– 2005 2
R. Supriyoko 2005
– 2010 3
Kosong Ketua 2010
– 2011 4
R. Supriyoko 2011
– 2015 5
Lilik Yulianto 2015
– Sekarang
Adapun musyawarah besar yang dilakukan pada Desember 2014 di aula gedung DPDR Sleman, sturktur kepengurusan Slemania yang diputuskan oleh mubes sebagai berikut:
Table 1. 4 Daftar Pengurus Slemania 2015
JABATAN NAMA
Ketua Umum Lilik Yulianto
Sekretaris Umum Nur Zamroni Batavia dan Andry Prasetiyo
Bendahara Umum Tri Maryono dan Galuh Sukma Wardani
Ketua Bidang Suporter Dwi Purnomo
Ketua Bidang Keamanan Eko Budianto
Ketua Bidang Organisasi Fajar Pangestiawan E
Departemen Advokasi Daniel Hari Purnomo, SH, SE, M.Hum dan
Tony Paulo. SH
Page |33
Departemen Dana dan Usaha Yulis Trainto, Dwi Purwanto, Haryo Burwono.
Departemen Humas Media Paulinus Sukardama dan Tri Yuliandhi
Departemen Dokumentasi Anur Rahman dan Roni Prasetyo
Departemen Umum Dili Saputra, Adi Prastawan, dan Dwi Vedyana
Departemen Perkusi Richo Dwi Kuncoro dan Cristian Septianus
Departemen Kreasi Sunyoto dan Eko Ari Purnomo
Departemen Slemanona Adiyati dan Kuspitoyo
Leader Slemania Asep Supandi, Hari Marwanto dan Sunyoto
c. Sumber Penghidupan Organisasi
Dalam menunjang aktivitas Slemania dalam menudukung PSS Sleman saat bertanding dalam upaya pembiayaan yang harus dilakukan suporter pada setiap kegiatan, walaupun dulu
pembiayaan suporter itu menjadi tangung jawab manajemen klub, semenjak dikeluarkanya peraturan Menteri Dalam Negeri yang bernomorkan 59 Tahun 2007 yang menyebutkan
pemberhentian bantuan APBD kepada klub professional dihentikan. Maka demikian, para suporter berpikir keras untuk memunhi kebutuhan tim dan supoter, maka dari itu ada beberapa
kegiatan yang dilakukan oleh suporter: a.
Outlet Slemania Sudah menjadi hal yang wajar di kalangan suporter apabila berbisnis marcendhise, teka
ketingalan dengan Slemania. Slemania membuka outlet pada awal tahun juni 2013, outlet Slemania menjual segala pernak
– pernik yang berkaitan dnegan PSS Sleman dan Slemania mulai dari Kaos, Polo Shirt, Syal, Tas, Gelang, Bendera, Topi, Jaket dan Stiker. Gagasan ini
muncul dari anggota dan di fasilitasi oleh pengurus. Harganya emang agak mahal apabila dibandingkan dengan dagangan yang banyak menjamur di jalan depan stadion Maguwoharjo.
Tetapi kualitas dan keaslian produk dari outlet Slemania dijamin lebih baik daripada dangangan di luar sana. Hasil dari penjual untuk keperluan suporter seperti membeli kertas untuk koreografi
dan konsumsi saat rapat.
Page |34
b. Elja Ngangkring
Elja ngangkring merupakan usaha mandiri dari PSS Sleman yang dikelola oleh sebagai suporter. Tempat tersebut diharapkan menajdi sebuah ruang publik bagi kalangan Slemania dan
Sleman Fans dan untuk warga masyarakat yang hanya sekedar menikmati suasana. Nuasa sport bar dengan tidak meningalkan nilai kearifan lokal disajikan guna memuaskan para suporter.
Disana juga menyediakan museum mini yang bercerita mengenai seluk beluk PSS Sleman meulai dari perjalanan awal hingga masa kini. Hasil dari penjual makanan dan lain sebaganya
tetap menjadi sokongan pembiayaan bagi tim dan suporter klub. c.
Tiket Penonton Kerjasama penjualan tiket yang dilakukan manajemen
– suporter menjadi pintu masuk bagi keduanya untuk mendapat keuntungan. Di satu sisi dari pihak manejemen, tiket yang
banyak terjual berdampak banyaknya penonton yang mendukung tim kebanggaan masyarkat Sleman juga menjadi biaya masuk bagi tim PSS Sleman dan akhirnya mampu memenuhi
kebutuhan tim. Di sisi organisasi suporter. Proses penjualan tiket punya keuntungan tersendiri bagi mereka, disebabkan ada pembagian keuntungan 10 yang diberikan manajemen setiap satu
buah penjualantiket. Misalnya setiap pertandingan Home PSS Sleman biasanya pihak manajemen membuat harga tiket tribun utara dan selatan dengan Rp. 20.000. dengan keuntungan
per tiket organisasi suporter mendapat Rp. 1000. Hasil dari diskon itu lah yang dimanfaatkan untuk membiayai segala aktivitas yang organisasi suporter.
2. Hubungan Manajemen PT Sleman Sembada dan Slemania
Slemania sempat menyabet gelar supporter terbaik dalam sebuah penghargaan yang diberikan oleh salah satu stasiun TV swasta tahun 2004 lalu. Perhargaan itu di dapat atas bentuk
militansi para Slemania dan kerja para manajemen dalam mengelola PSS Sleman. Merujuk pepatah “beda zaman beda waktu dan tantanganya”. Pepatah itu lah yang sedang dirasakan oleh
Slemania yang dulunya memiliki hubungan baik dengan manajemen secara koordinasi dan komunikasi. Saat ini tantangan lah yang dirasakan oleh Slemania, sebagian orang mengangap
tantangan itu bermula dari munculnya suporter yang bernama BCS Brigata Curva Sud yang merupakan saudara kandung dri Slemania. Secara kuantitas jumlah suporter Slemania lebih
sedikit ketimbang saudara kandungnya tersebut. Alhasil hampir segala komunikasi dan
Page |35
koordinasi dititik beratkan pada BCS, artinya hubungan antara manajemen dan Slemania mulai rengang.
Ketidakseimbangan perhatian pada Slemania terlepas dari jumlah kuantitas,tetapi ada oknum tertentu dikepalai oleh manajer supardjiono yangtidak berpihak pada keberadaan
Slemania. Segala aktivitas yang berkaitan denan urusan suporter menyampingkan pihak Slemania seperti, koordinasi sebelum pertandingan, keamanan stadion, kerapian penonton dan
sebagainya.Diperkuat lagi kerengangan itu tatatkala fenomena sepak bola gajah menerpa PSS Sleman yang membuat Slemania semakin berang dan emosional tentu melibatkan beberapa
anggota manajemen, sehingga Slemania membentuk tim investigasi sepak bola gajah dan berakhir pada rekomendasi dikeluarkannya hukuman bagi oknum manajemen, kepelatihan serta
pemain yang dilarang terlibat di dunia sepak bola dengan beberapa ketentuan.Akibatnya, ketegangan semakin dirasakan. Peran yang sebelumnya dipegang oleh Slemania kini semakin
berkurang.Tetapi, masih ada suatu urusan tertentu melibatkan Slemania, tetapi intensitas yang dirasakan oleh Slemania sangat berkurang timbang sebelum muculnya BCS sebagai kekuatan
baru dalam hubungan langsung dengan manajemen. Manajemen secara jelas memprioritaskan ke BCS untuk membangun hubungan yang baik pada organisasikomunitas suporter.
3. Konflik Slemania dan BCS