Keuntungan dari metode ini adalah adanya penetrasi uap yang terjadi secara merata kedalam jaringan bahan. Selain itu, suhu dapat dipertahankan
sampai 100°C, harga alat lebih murah, dan rendemen minyak yang dihasilkan lebih besar dibandingkan dengan minyak yang dihasilkan dengan metode
penyulingan air Yuliani dan Suyanti, 2012.
2.5 Minyak Akar Wangi
Minyak akar wangi dalam dunia perdagangannya dikenal dengan nama vetiver oil, yang merupakan cairan kental yang berasal dari hasil ekstraksi atau
penyulingan akar wangi dengan warna coklat kemerahan, berbau khas dan aromatis kuat. Umumnya minyak akar wangi yang baik ditandai oleh berat jenis
dan putaran optiknya yang tinggi, komposisi bau lebih sempurna, dan ketahanan bau lebih lama Lutony dan Rahmayati, 2002.
. Syarat mutu vetiver oil yang di tetapkan berdasar kan SNI 06-2386-2006
sebagai berikut: No
PARAMETER ZATUKURAN
1 Warna Bau
Kuning muda – coklat kemerahan Khas akar wangi
2 Berat jenis pada 20
o
C 0,980 – 1,003
3 Indeks bias
1,520 – 1,530
4 Kelarutan dalam Etanol 95
1: 1 jernih, seterusnya jernih 5
Bilangan asam 10 – 35
6 Bilangan ester
5-26 7
Bilangan ester setelah asetilasi 100 – 150 8
Vetiverol total Minimum 50
Universitas Sumatera Utara
2.5.1 Kandungan Mutu Minyak Akar Wangi . Senyawa lainnya meliputi senyawa keton, aldehida, alkohol dan ester-
ester yang memberi bau khas. Senyawa tersebut misalnya vetivenil, vetivenat, asam palmitat dan asam benzoat. Umumnya minyak akar wangi yang baik
ditandai dengan bobot jenis yang tinggi, komposisi bau yang lebih sempurna dan ketahanan bau yang lebih lama.
Faktor-faktor yang mempen;; garuhi mutu minyak akar wangi antara lain waktu panen, kondisi bahan baku, cara penanganan dan pengolahan bahan baku,
bahan konstruksi alat penyulingan, metode ekstraksi, metode penyulingan, lama penyulingan dan penanganan minyak hasil ekstraksi.
Standar mutu minyak akar wangi dalam perdagangan Internasional belum seragam karena negara penghasil dan pengimpor menentukan standar mutu
minyak akar wangi sesuai dengan kebutuhan sendiri Annonim, 2011. 2.5.2
Parameter Mutu Minyak Akar Wangi Beberapa parameter yang digunakan untuk mengetahui standar mutu dari
minyak akar wangi, antara lain: a. Bobot Jenis Minyak Akar Wangi
Prinsip Bobot jenis minyak akar wangi berdasarkan perbandingan antara berat minyak dengan berat air pada volume dan suhu yang sama Dewan
Standarisasi Nasional, 2006. Cara penentuan bobot jenis minyak akar wangi yaitu dengan
menggunakan alat piknometer. Piknometer dicuci dan dibersihkan, kemudian dibasuh berturut-turut dengan etanol dan dietil eter. Bagian dalam piknometer dan
Universitas Sumatera Utara
tutupnya dikeringkan dengan arus udara kering. Didiamkan pinometer di dalam lemari timbangan selama 30 menit dan ditimbang m. Piknometer diisi dengan air
suling yang telah dididihkan pada suhu 20°C. sambil menghindari adanya gelembung gelembung udara. Piknometer dicelupkan ke dalam penangas air pada
suhu 20°C ± 0,2°C selama 30 menit sisipkan penutupnya kemudian dikeringkan piknometernya. Piknometer didiamkan dalam lemari timbangan selama 30 menit,
kemudian ditimbang dengan isinya m
1
. Piknometer tersebut dikosongkan, dan dicuci dengan etanol dan dietil eter. Kemudian dikeringkan dengan arus udara
kering. Piknometer diisi dengan contoh minyak dan hindari adanya gelembung- gelembung udara. Piknometer dan penutupnya dimasukkan kembali dalam
penangas air pada suhu 20°C ± 0,2°C selama 30 menit dan dikeringkan piknometer tersebut. Piknometer dibiarkan di dalam lemari timbangan selama 30
menit kemudian ditimbang dengan isinya m
2
Dewan Standarisasi Nasional, 2006.
b. Indeks Bias Minyak Akar Wangi Prinsip penentuan indeks bias minyak akar wangi menurut Standar
Nasional Indonesia SNI No. 06-2386-2006, yaitu metode penetapan indeks bias didasarkan pada pengukuran langsung sudut bias minyak yang dipertahankan
pada kondisi suhu yang tetap Dewan Standarisasi Nasional, 2006. Nilai indeks juga dipengaruhi salah satunya dengan adanya air dalam
kandungan minyak atsiri tersebut. Semakin banyak kandungan airnya, maka semakin kecil nilai indek biasnya. Ini karena sifat dari air yang mudah untuk
membiaskan cahaya yang datang. Jadi minyak atsiri dengan nilai indeks bias yang
Universitas Sumatera Utara
besar lebih bagus dibandingkan dengan minyak atsiri dengan nilai indeks bias
yang kecil Sastrohamidjojo, 2004.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI