Kamus : Undang-undang : Internet : Kesimpulan

B. Kamus :

Balai Pustaka, 2003,Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi III, Jakarta.

C. Undang-undang :

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Burgerlijk Wetboek Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 61 Tahun 2009 Tentang Kepelabuhananan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun 1999 Tentang Angkutan Di Perairan, Pasal 44 ayat 1 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran

D. Internet :

http:www.negarahukum.comhukumperjanjian-perikatan-kontrak.html diakses pada 6 mei 2015 http:id.wikipedia.orgwikiPerjanjian_sewa_guna_usaha diakses pada 15 Mei 2015 http:id.wikipedia.orgwikiPerjanjian_anjak_piutang diakses pada 15 Mei 2015 http:id.wikipedia.orgwikiPerjanjian_modal_ventura diakses pada 15 Mei 2015 Profil PT. Pelabuhan Indonesia I Persero, http:portal.inaport1.co.id diakses pada tanggal 2Mei 2015 https:blogdenni.wordpress.com20110706persekutuan-perdatafirma-dan-cv diakses pada 15 Mei 2015 http:www.pengertianpengertian.com201112pengertian-jual-beli.html diakses pada 15 Mei 2015 http:yukalaw.blogspot.com201202sewa-beli-perjanjian-untukmelakukan.html diakses pada 15 Mei 2015 http:vanbanjarechts.wordpress.com20130101teori-mengenai-kesepakatan- kehendak-dan-dasar-mengikatnya diakses pada 15 Mei 2015 Universitas Sumatera Utara http:www.jurnalhukum.comunsur-unsur-perjanjian diakses pada 15 mei 2015 Universitas Sumatera Utara 47

BAB III KEDUDUKAN PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN KERJASAMA

PENGELOLAAN DAN PENGOPERASIAN SHIP TRANSIT ANCHORAGE DI PERAIRAN NIPAH

A. Profil PT. Pelabuhan Indonesia I Persero dan PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana

1. Profil PT. Pelabuhan Indonesia I Persero

52 PT. Pelabuhan Indonesia I Persero Medan merupakan perusahaan yang bergerak menyelenggarakan pelayanan jasa kepelabuhananan. PT. Pelabuhan Indonesia I Persero didirikan berdasarkan peraturan pemerintah No. 56 tahun 1991 dengan akta notaris Imas Fatimah SH No. 1 tanggal 01 Desember 1992 sebagaimana dimuat dalam tambahan berita negara RI No. 8612 tahun 1994, beserta perubahan terakhir sebagaimana telah diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia tanggal 02 Januari 1999 No. 1. Nama lengkap perusahaan adalah PT. Pelabuhan Indonesia I Persero disingkat PT. Pelabuhan I. Pada masa penjajahan Belanda Perseroan ini diberi nama Haven Badrift. Selanjutnya setelah kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945 sd 1950 Perseroan berstatus sebagai jawatan pelabuhan. Pada tahun 1960 sd 1969 jawatan pelabuhan berubah menjadi Badan Usaha Milik Negara dengan status Perusahaan Negara Pelabuhan disingkat dengan nama PN Pelabuhan. Pada periode 1969 sd 1983 PN Pelabuhan berubah menjadi Lembaga Penguasa Pelabuhan dengan nama Penguasahaan Pelabuhan disingkat BPP. Pada 52 Profil PT. Pelabuhan Indonesia I Persero, http:portal.inaport1.co.id, diakses pada tanggal 19Mei 2015. Universitas Sumatera Utara tahun 1983 berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1983 Badan Penguasahaan Pelabuhan diubah menjadi Perusahaan Umum Pelabuhan disingkat PERUMPEL. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 56 Tahun 1991 PERUMPEL I berubah status menjadi PT. Pelabuhan Indonesia I Persero berkedudukan dan berkantor pusat di Medan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 64 Tahun 2001 kedudukan tugas, dan kewenangan Menteri Keuangan selaku pemegang saham pada Persero atau Perseroan Terbatas di ahlikan kepada Menteri BUMN. Visi dan misi perusahaan PT. Pelabuhan Indonesia I Persero adalah sebagai berikut : a. Visi PT. Pelabuhan Indonesia I Persero : “Menjadi nomor satu di bisnis kepelabuhananan di Indonesia.” b. Misi PT. Pelabuhan Indonesia I Persero : “Menyediakan jasa kepelabuhananan yang terintegrasi, berkualitas dan bernilai tambah untuk memacu pertumbuhan ekonomi wilayah. Maksud dan tujuan Perusahaan PT. Pelabuhan Indonesia I Persero sesuai anggaran dasar perusahaan adalah melakukan usaha di bidang penyelenggaraan dan pengusahaan jasa kepelabuhananan, serta optimalisasi pemanfaatan sumber daya yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan barang dan atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat untuk mendapatkan atau mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai perusahaan dengan menerapkan prinsip- prinsip Perseroan Terbatas. Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut maka PT Pelabuhan Indonesia I Persero melaksanakan kegiatan usaha utama sesuai Anggaran Dasar Perusahaan sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara a. Penyedia dan atau pelayanan kolam-kolam pelabuhan dan perairan untuk lalu lintas dan tempat berlabuhnya kapal; b. Penyedia dan atau pelayanan jasa-jasa yang berhubungan dengan pemanduanpilotage dan penundaan kapal; c. Penyedia dan atau pelayanan dermaga dan fasilitas lain untuk bertambat, bongkar muat peti kemas, curah cair, curah kering general cargo, dan kendaraaan; d. Penyedia dan atau pelayanan jasa terminal peti kemas, curah cair, curah kering, multi purpose, penumpang, dan pelayaran rakyat; e. Penyedia dan atau pelayanan gudang-gudang dan lapangan penumpukan dan tangki tempat penimbunan barang-barang, angkutan bandar, alat bongkar muat, serta peralatan pelabuhan; f. Penyedia dan atau pelayanan tanah untuk berbagai bangunan dan lapangan, industri dan gedung-gedung atau bangunan yang berhubungan dengan kepentingan kelancaran angkutan multi moda; g. Penyedia dan atau pelayanan listrik, air minum, dan instalasi limbah serta pembuangan sampah; h. Penyedia dan atau pelayanan jasa pengisian bahan bakar minyak untuk kapal dan kendaraan di lingkungan pelabuhan; i. Penyedia dan atau pelayanan kegiatan konsilidasi dan distribusi barang termasuk hewan; j. Penyedia dan atau pelayanan jasa konsultansi, pendidikan dan pelatihan yang berkaitan dengan kepelabuhananan; k. Pengusahaan dan pelayanan depo peti kemas dan perbaikan, cleaning, fumigasi, serta pelayanan logistic. 53 Selain kegiatan utama tersebut, PT. Pelabuhan Indonesia I Persero juga melakukan kegiatan usaha lain yang dapat menunjang tercapainya tujuan perusahaan dan dalam rangka optimalisasi pemanfaatan sumber daya yang dimiliki perusahaan meliputi yaitu : a. Jasa angkutan; b. Jasa persewaan dan perbaikan fasilitas dan peralatan; 53 Ibid. Universitas Sumatera Utara c. Jasa perawatan kapal dan peralatan di bidang kepelabuhananan; d. Jasa pelayanan alih muat dari kapal Ship to Ship Transfer termasuk jasa ikutan lainnya; e. Properti di luar kegiatan utama kepelabuhananan; f. Fasilitas pariwisata dan perhotelan; g. Jasa konsultan dan surveyor kepelabuhananan; h. Jasa komunikasi dan informasi; i. Jasa konstruksi kepelabuhananan; j. Jasa forwarding atau ekpedisi; k. Jasa kesehatan; l. Perbekalan dan catering; m. Tempat tunggu kendaraan bermotor dan shuttle bus; n. Jasa penyelaman salvage; o. Jasa tally atau pencatatan pergerakan peti kemas; p. Jasa pas pelabuhan; q. Jasa timbangan. 54 Wilayah kerja usaha PT. Pelabuhan Indonesia I Persero meliputi Provinsi Nanggroe Aceh Darusallam NAD, Sumatera Utara dan Kepulauan Riau Kepri. Pelabuhan yang dikelola oleh PT. Pelabuhan Indonesia I Persero adalah Cabang Pelabuhan Belawan, Dumai, Belawan International Container Terminal, Tanjung Pinang, Lhokseumawe, Pekan Baru, Tanjung Balai Karimun, Sibolga, Tembilahan, Malahayati, Tanjung Balai Asahan, Kuala Tanjung, Sungai Pakning, Batam, Gunung Sitoli. 55

2. Profil PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana

PT. Maxteer Dyrynusa Perdana merupakan perusahaan yang didirikan berdasarkan akta pendirian atau anggaran dasar yang dibuat dihadapan notaris Dr. H. Teddy Anwar, S.H., SpN Nomor 18 Tanggal 09 November 2001 dan telah mendapat pengesahan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia Nomor : C- 03523 HT.01.01.TH.2002, tanggal 04 Maret 2002 yang seluruhnya telah disesuaikan dengan Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dengan akta yang dibuat oleh notaris Sri Sulastri Anggraini, S.H.,M.H., 54 Ibid. 55 Ibid. Universitas Sumatera Utara Nomor : 02, Tanggal 01 Oktober 2009 yang telah mendapat persetujuan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia Nomor : AHU-06261.AH.01.02. Tahun 2010 Tanggal 05 Februari 2010 yang telah dirubah lagi dengan akta yang telah dibuat oleh notaris Sri Sulastri Anggraini S.H.,M.H Nomor : 16, Tanggal 24 Februari 2011 yang telah mendapatkan persetujuan Mentri Hukum HAM Republik Indonesia Nomor : AHU-14577.AH.01.02. Tahun 2011 Tanggal 23 Maret 2011, dengan akta terakhir yang dibuat oleh notaris Sri Sulastri Anggraini S.H.,M.H Nomor : 25, Tanggal 15 Oktober 2011, dengan penerimaan pemberitahuan perubahan data perseroan nomor: AHU-AH.01.10-33742, Tanggal 21 Oktober 2011. PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana berkedudukan di Ruko Harbourbay Blok F6 Batam, Indonesia. PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana merupakan Nipah Transit Operator yang bertindak sebagai pihak yang memberikan tempat untuk kapal- kapal melakukan aktivitas. Salah satu tugas PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana adalah memastikan kapal yang berlabuh aman untuk melakukan kegiatan dan memberikan tempat yang efisien untuk jangkar. Adapun jenis usaha atau kegiatan pelayanan usaha yang diberikan PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana adalah: a. Penyedia atau pelayanan sumber daya manusia untuk wilayah Nipah, Batam; b. Penyedia atau pelayanan operasi sumber daya manusia; c. Penyedia atau pelayanan kapal patroli; d. Penyedia atau pelayanan peralatan kantor; e. Penyedia atau pelayanan Vessel Traffic Information System VTIS Radar; f. Penyedia atau pelayanan tower elektronik dan peralatan radio; g. Penyedia atau pelayanan sistem generator; h. Penyedia atau pelayanan pengisian bahan bakar minyak. 56 56 Profil PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana, http:maxsteer-nipah-anchorage.com, diakses pada tanggal 19Mei 2015. Universitas Sumatera Utara B. Ruang Lingkup, Bentuk, dan Jangka Waktu Perjanjian Kerjasama Pengelolaan dan Pengoperasian Ship Transit Anchorage di Perairan Nipah Menurut Hukum 1. Ruang Lingkup Dalam Perjanjian Ship Transit Anchorage merupakan suatu kegiatan kepelabuhanan seperti kegiatan pemindahan langsung muatan, gas, cair, ataupun padat dari suatu kapal ke kapal lain. Kegiatan tersebut dilakukan di tengah laut dengan menggunakan kapal sebagai tempat untuk melakukan kegiatan bongkar muat barang. Kegiatan bongkar muat barang dari dan ke kapal, terdiri dari kegiatan stevedoring atau cargodoring, dan receiving atau delivery: a. Cargodoring adalah jasa pekerjaan mengeluarkan dari slink ex tackle dari lambung kapal di atas mengangkut dari dermaga, ke dan menyusun di dalam gudang Lini I atau penumpuka atau sebaliknya; b. Receiving atau delivery adalah pekerjaan dari mengambil timbunan atau tempat penumpukan di gudang Lini I atau lapangan penumpukan dan menyerahkan sampai tersusun di atas kendaraan rapat di pintu darat lapangan penumpukan atau sebaliknya. 57 Kapal-kapal yang menggunakan perairan transfer area ini, umumnya kapal berukuran besar seperti kapal VLCC Very Large Crude Carrier berjenis tanker, dengan kapasitas volume atau Gross Register Tonnage GRT diatas 100.000, dapat juga disebut sebagai kapal induk mother vessel. 58 Berdasarkan Pasal 4 perjanjian kerjasama Nomor: B.VIII-121TPI-US.12 jo. Nomor: 046MDP-Pelindo IPKSXI2012 tentang perjanjian kerjasama pengelolaan dan pengoperasian Ship Transit Anchorage di perairan Nipah di 57 Sinta Uli, Pengangkutan Suatu Tinjauan Hukum Multimoda Transport Angkutan Laut, Angkutan Darat, dan Angkutan Udara, USU Press, Medan, 2006, hlm. 26. 58 Wawancara dengan Bapak Fadillah Haryono S.H, M.H selaku Legal Staff PMO PT. Pelabuhan Indonesia I Persero. Universitas Sumatera Utara lampirkan, adapun ruang lingkup dalam perjanjian kerjasama pengelolaan dan pengoperasian Ship Transitt Anchorage di perairan Nipah, yaitu : a. Pengelolaan, pengoperasian dan pemaksimalan pemanfaatan perairan Nipah Transit Anchorage Area selanjutnya disebut NTAA untuk kegiatan Ship to Ship Transfer dan kegiatan lainnya dengan titik koordinat geografis di perairan Nipah Selat Singapura sebagai berikut : 1 01 0 _ 09,4‟ N 103 0 _ 36,6‟ E 2 01 0 _ 09,1‟ N 103 0 _ 38,6‟ E 3 01 0 _ 05,5‟ N 103 0 _ 40,8‟ E 4 01 0 _ 04,5‟ N 103 0 _ 38,9‟ E 5 01 0 _ 06,8‟ N 103 0 _ 35,0‟ E b. Kegiatan dan pelayanan yang diberikan adalah pengusahaan jasa pemasaran, koordinasi pengamanan, pemanduan, penundaan, peralatan dan jasa lainnya bagi kapal-kapal yang melaksanakan kegiatan Ship to Ship Transfer dan kegiatan lainnya di perairan NTAA yaitu pencucian kapal tank cleaning, pencampuran bahan blending, pengisian minyak-minyak atau air bersih bunker, dan berlabuh jangkar sambil menunggu perintah laid up ship chander, supply logistik, floating repair, waiting order, bunkering, garbage.

2. Bentuk dan Jangka Waktu Kerjasama a. Bentuk Kerjasama

Universitas Sumatera Utara Berdasarkan Perjanjian antara PT. Pelabuhan Indonesia I PERSERO dengan PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana dalam Pasal 5 perjanjian kerjasama Nomor: B.VIII-121TPI-US.12 jo. Nomor: 046MDP-Pelindo IPKSXI2012 tentang kerjasama pengelolaan dan pengoperasian Ship Transit Anchorage di perairan Nipah, adapun bentuk kerjasama dalam perjanjian kerjasama pengelolaan dan pengoperasian Ship Transit Anchorage di perairan Nipah, yaitu : 1 Kerjasama ini berbentuk kerjasama operasi yaitu para pihak secara bersama mengoperasikan perairan NTAA dengan melaksanakan hak dan kewajiban; 2 Prosedur operasi pelaksanaan kerjasama mengacu pada Surat Keputusan Direktur Jendral Perhubungan Laut Nomor : PU.60119DJPL-08 tanggal 02 Juni 2008 tentang Prosedur Operasi Tetap Standard Operation Procedure Pengelolaan dan Pengoperasian Nipah Transit Anchorage Area NTAA di Perairan Nipah Selat Singapura. 59 Perjanjian kerjasama operasi KSO pada dasarnya merupakan perjanjian equitability dengan unsur justice serta fairness. Makna equitability menunjukkan suatu hubungan kesetaraan, tidak berat sebelah dan adil antara hak dan kewajiban. 60 Apabila salah satu pihak wanprestasi maka undang-undang membebani tanggung jawab kepada pihak yang melakukan wanprestasi untuk 59 Ibid. 60 Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas dalam Kontrak Komersial, Kencana Prenada Media Group, Surabaya, 2009, hlm. 86. Universitas Sumatera Utara memberikan suatu ganti rugi, sehingga kedudukan keseimbangan para pihak dalam perjanjian dapat terwujud. 61 Makna keseimbangan berdasarkan beberapa pendapat sarjana yaitu Sutan Remy Sjahdeini, Mariam Darus Badrulzaman, Sri Gambir Melati Hatta, serta Ahmadi Miru memberi makna asas keseimbangan sebagai keseimbangan posisi para pihak yang berkontrak. Tujuan dari asas keseimbangan ini adalah hasil akhir yang menempatkan posisi para pihak seimbang equal dalam menentukan hak dan kewajibannya. 62 Oleh karena itu, apabila terdapat posisi yang tidak seimbang di antara para pihak maka hal ini harus ditolak karena akan berpengaruh terhadap substansi maupun maksud dan tujuan dibuatnya suatu perjanjian kerjasama operasi KSO tersebut. 63

b. Jangka Waktu Kerjasama

Berdasarkan Perjanjian antara PT. Pelabuhan Indonesia I PERSERO dengan PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana dalam Pasal 6 perjanjian kerjasama Nomor: B.VIII-121TPI-US.12 jo. Nomor: 046MDP-Pelindo IPKSXI2012 tentang kerjasama pengelolaan dan pengoperasian Ship Transit Anchorage di perairan Nipah, adapun jangka waktu kerjasama dalam perjanjian kerjasama pengelolaan dan pengoperasian Ship Transitt Anchorage di perairan Nipah, yaitu : 1 Perjanjian kerjasama ini berlaku selama 2 dua tahun terhitung mulai tanggal 11 November 2012 sampai dengan 10 November 2014; 61 I Gede Abdhi Prabawa, Jurnal Hukum Kajian Hukum Terhadap Perjanjian Build, Operate and Transfer untuk Melindungi Hak Milik atas Tanah dalam rangka menunjang Sektor Pariwisata, http:hukum.studentjournal.ub.ac.idindex.phphukumarticleview440, diakses pada 19Mei 2015. 62 Agus Yudha Hernoko, Op.Cit., hlm. 79. 63 Ibid., hlm. 83. Universitas Sumatera Utara 2 Jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 pasal ini akan diperpanjang menjadi 5 lima tahun setelah adanya persetujuan dari Dewan Komisaris Pihak Pertama dan dituangkan ke dalam addendum; 3 Pihak pertama dan pihak kedua dapat memperpanjang kerjasama ini berdasarkan kesepakatan Para Pihak dengan mengacu pada ketentuan dan peraturan yang berlaku. C. Hak dan Kewajiban PT. Pelabuhan Indonesia I Persero dan PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana Dalam Perjanjian Kerjasama Perjanjian menciptakan hubungan hukum yang menimbulkan hak dan kewajiban antara pihak-pihak yang membuatnya. Hal itu juga berlaku pada Perjanjian Kerjasama antara PT. Pelabuhan Indonesia I Persero dan PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana. Suatu perjanjian yang mengikat para pihak yang bersangkutan tentu akan menimbulkan hubungan hukum yang melahirkan suatu hak dan kewajiban, di mana satu pihak berhak untuk memperoleh atau mendapat suatu prestasi, dan pihak yang lain wajib untuk melaksanakan atau memberikan suatu prestasi. Hukum melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka kepentingannya tersebut. Pengalokasian kekuasaan ini dilakukan secara terukur, dalam arti, ditentukan keluasan dan kedalamannya. Kekuasaan yang demikian itulah yang disebut sebagai hak. Dengan demikian, tidak setiap kekuasaan dalam masyarakat itu bisa disebut sebagai hak, Universitas Sumatera Utara melainkan hanya kekuasaan tertentu saja, yaitu yang diberikan oleh hukum kepada seseorang. 64 Pelaksanaan perjanjian kerjasama pengelolaan dan pengoperasian Ship Transit Anchorage di perairan Nipah, PT. Pelabuhan Indonesia I Persero dan PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana memiliki hak dan kewajiban masing-masing yang harus dilaksanakan. Adapun hak dan kewajiban antara PT. Pelabuhan Indonesia I Persero dan PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana, yaitu : 1. Hak dan kewajiban PT. Pelabuhan Indonesia I Persero. Hak PT. Pelabuhan Indonesia I Persero dalam Perjanjian Kerjasama Pengelolaan dan Pengoperasian Ship Transit Anchorage di Perairan Nipah terdapat dalam Pasal 7 di mana PT. Pelabuhan Indonesia I Persero sebagai pihak pertama adalah sebagai berikut: a. Melaksanakan kegiatan pemasaran dengan pihak ketiga lainnya dalam rangka meningkatkan pasar di area NTAA dan mendapatkan kompensasi atas kegiatan pemasaran tersebut dengan kompensasi bagi hasil sharing berdasarkan pendapatan operasi kerjasama; b. Melaksanakan pengawasan pengendalian operasi dan administrasi kerjasama; c. Mendapatkan bagi hasil atas pelaksanaan operasi pelayanan jasa kepelabuhanan di area perairan NTAA; d. Membantu dalam merencanakan pelaksanaan operasi pelayanan jasa kepelabuhanan di area perairan NTAA; e. Menerima laporan pelaksanaan kegiatan pelayanan jasa kepelabuhanan dari pihak kedua; f. Memungut jasa labuh sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku. 65 64 Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum Cetakan Keenam, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006, hlm. 53-54. 65 Perjanjian antara PT.Pelabuhan Indonesia I PERSERO dengan PT.Maxsteer Dyrynusa Perdana, hlm. 7. Universitas Sumatera Utara Sedangkan kewajian PT. Pelabuhan Indonesia I Persero dalam Pasal 7 Perjanjian Kerjasama Pengelolaan dan Pengoperasian Ship Transit Anchorage di Perairan Nipah di mana PT. Pelabuhan Indonesia I Persero sebagai pihak pertama adalah sebagai berikut: a. Membantu pihak kedua dalam melaksanakan kegiatan operasi dan administrasi pelayanan jasa kepelabuhanan; b. Melakukan evaluasi pelaksanaan operasi kerjasama yang bertugas dalam rangka pelaksanaan pengawasan operasi dan administrasi kerjasama; c. Menempatkan personil pelaksana operasi kerjasama yang bertugas dalam rangka pelaksanaan pengawasan operasi dan administrasi kerjasama; d. Membantu Pihak Kedua dalam melakasanakan pengurusan perairan wajib pandu atau pandu luar biasa di perairan NTAA dan perjanjian lainnya yang dibutuhkan dalam rangka peningkatan dan penyelenggaraan jasa kepelabuhanan di perairan NTAA. 2. Hak dan Kewajiban PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana. Hak PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana dalam Pasal 7 Perjanjian Kerjasama Pengelolaan dan Pengoperasian Ship Transit Anchorage di Perairan Nipah di mana PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana sebagai pihak kedua adalah sebagai berikut: a. Mendapatkan bagi hasil atas pengelolaan jasa kepelabuhanan berdasarkan pendapatan operasi kerjasama. Universitas Sumatera Utara b. Mendapatkan fasilitas untuk kemudahan kelancaran pelaksanaan kegiatan pelayanan jasa kepelabuhanan di area perairan NTAA. Sedangkan kewajiban PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana dalam Pasal 7 Perjanjian Kerjasama Pengelolaan dan Pengoperasian Ship Transit Anchorage di Perairan Nipah di mana PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana sebagai pihak kedua adalah sebagai berikut: a. Melakasanakan kegiatan operasi dan administrasi pelayanan jasa kepelabuhanan di area perairan NTAA; b. Melaksanakan pengurusan wajib pandu atau pandu luar biasa di perairan NTAA dan perizinan lainnya yang dibutuhkan dalam rangka peningkatan penyelengaraan jasa kepelabuhanan di area perairan NTAA; c. Melaksanakan koordinasi pengamanan kepada instansi berwenang guna menjamin keamanan dan kelancaran kapal-kapal yang melakukan kegiatan di perairan NTAA; d. Melaksanakan pemasaran dan pengembangan pasar untuk meningkatkan kegiatan jasa kepelabuhanan seperti pengusahaan jasa pemasaran, koordinasi pengamanan, pemanduan, penundaan, peralatan dan jasa lainnya bagi kapal-kapal yang melaksanakan kegiatan Ship to Ship Transfer dan kegiatan lainnya di perairan NTAA yaitu pencucian kapal tank cleaning, pencampuran bahan blending, pengisian minyak-minyak atau air bersih bunker dan berlabuh jangkar sambil menunggu perintah laid up ship chander, supply logistik, floating repair, waiting order, bunkering, garbage. Universitas Sumatera Utara e. Menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk terlaksananya pelayanan jasa kepelabuhanan di area NTAA dengan menyediakan minimal VTIS, Buoy 5 buah, Patrol Boat 2 buah, Tower, Oil Boom, Genset 3 unit, bangunan kantor dan infrastruktur penunjang serta fasilitas lainnya yang dibutuhkan; f. Melaksanakan perawatan terhadap aset operasi; g. Seluruh biaya yang timbul atas pelaksanaan kegiatan yang meliputi pengadaan sarana dan prasarana, perawatan, dan biaya operasi lainnya menjadi beban pihak kedua; h. Menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja SMK3 dan menjaga kelestarian lingkungan di area perairan NTAA sesuai dengan ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku; i. Menyediakan gedung bangunan kantor operasi bersama yang berlokasi di Batam. Universitas Sumatera Utara 61

BAB IV PERJANJIAN KERJASAMA PENGELOLAAN DAN

PENGOPERASIAN SHIP TRANSIT ANCHORAGE DI PERAIRAN NIPAH A. Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama Pengelolaan Dan Pengoperasian Ship Transit Anchorage Di Perairan Nipah Antara PT. Pelabuhan Indonesia I Persero Dan PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana Dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KP. 255 Tahun 2007, tanggal 12 Juni 2007 tentang Penetapan Lokasi Kegiatan Anchorage PT. Pelabuhan Indonesia I Persero di Perairan Nipah Selat Singapura maka PT. Pelabuhan Indonesia I Persero menjalin kerjasama dengan PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana dan kerjasama tersebut dituangkan ke dalam sebuah Perjanjian Kerjasama Pengelolaan dan Pengoperasian Ship Transit Anchorage di perairan Nipah Nomor : B.VIII-121TPI-US.12 Jo. Nomor : 046MDP-Pelindo IPKSXI2012. Dan berdasarkan perjanjian tersebut maka para pihak dalam perjanjian memiliki tugas dan kewajiban yang berbeda. Di mana pihak pertama atau PT. Pelabuhan Indonesia I Persero berkewajiban sebagai pengawas operasi dan administrasi kerjasama sedangkan pihak kedua atau PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana berkewajiban sebagai pengelola atau pelaksana kegiatan operasi dan administrasi pelayanan jasa kepelabuhanan di area perairan NTAA. Berdasarkan hasil wawancara penulis, pelaksanaan perjanjian kerjasama pengelolaan dan pengoperasian Ship Transit Anchorage di perairan Nipah pada awalnya merupakan suatu kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh PT. Maxsteer Universitas Sumatera Utara Dyrynusa Perdana. Selanjutnya PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana menjalin kerjasama dengan PT. Pelabuhan Indonesia I Persero yang kemudian disebut sebagai Nipah Transit Anchorage Area NTAA. Dengan terjalinnya kerjasama ini, kegiatan pemasaran beralih menjadi pengelolaan dan pengoperasian Ship Transit Anchoarge .66 Prosedur operasi pelaksanaan kerjasama mengacu kepada Standard Operation Procedure berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor : PU.60119DJPL-08 tanggal 02 Juni 2008 tentang Prosedur Operasional Tetap Standard Operation Procedure Pengelolaan dan Pengoperasian Nipah Transit Anchorage Area NTAA di Perairan Nipah Selat Singapura. Pembagian hasil dari kerjasama ini diatur di dalam Pasal 9 ayat 1 perjanjian kerjasama pengelolaan dan pengoperasian Ship Transit Anchorage. Pembagian hasil tersebut dibagi berdasarkan prestasi yang dilakukan oleh para pihak. Berdasarkan Pasal 9 ayat 1 tersebut pembagian hasilnya dibagi berdasarkan komposisi sebagai berikut : Bagan 1. Besaran bagi hasil berdasarkan pendapatan operasi kerjasama. No. Jasa Pelayanan Pelaksana Bagi Hasil Pihak Pertama Pihak Kedua 1. Pemasaran Pihak Kedua 20 80 Pihak Pertama 90 10 66 Wawancara dengan Bapak Fadillah Haryono S.H., M.H selaku Legal Staff PMO PT. Pelabuhan Indonesia I Persero. Universitas Sumatera Utara 2. Peningkatan Stabilitas Operasi Pihak Kedua 20 80 3. Pemanduan Pihak Pertama 90 10 4. Penundaan Pihak Pertama 100 - Pihak Kedua 20 80 5. Peralatan dan Lainnya Pihak Pertama 100 - Pihak Kedua 20 80 Bagan 1 di atas di terdapat dalam Pasal 9 ayat 1 Perjanjian Kerjasama Pengelolaan Pengoperasian Ship Transit Anchorage di Perairan Nipah antara PT. Pelabuhan Indonesia dan PT. Maxsteer Dyrinusa Perdana. Berdasarkan pembagian tersebut dapat dilihat bahwa di dalam pelaksanaan kerjasama tersebut, kedua belah pihak mendapatkan besaran bagi hasil yang berbeda. Di mana pihak yang melaksanakan kegiatan operasi mendapatkan komisi yang lebih besar. Agar kedua belah pihak mendapatkan keuntungan yang seimbang, maka kedua belah pihak menyetujui pembagian berdasarkan biaya yang dikeluarkan untuk melakukan suatu kegiatan operasi dan hasilnya akan dibagi berdasarkan kesepakatan yang telah disetujui. Sebagai contoh penerapan besaran bagi hasil pendapatan operasi kerjasama berdasarkan Pasal 9 ayat 1 Perjanjian Kerjasama Pengelolaan Pengoperasian Ship Transit Anchorage di Perairan Nipah antara PT. Pelabuhan Indonesia dan PT. Maxsteer Dyrinusa Perdana adalah jika PT. Pelabuhan Indonesia I Persero yang melakukan sebuah pemasaran kepada sebuah kapal asing dan kapal tersebut setuju untuk menggunakan jasa kepelabuhanan di perairan NTAA dan biaya penggunaan jasa kepelabuhanan di perairan NTAA Universitas Sumatera Utara adalah sebesar 10.000. Berdasarkan komposisi sebagaimana terdapat dalam bagan 1 di atas, besaran pembagian hasil yang diperoleh oleh PT. Pelabuhan Indonesia I Persero adalah sebesar 9.000 selaku pihak pertama yang mendapatkan bagian 90 dan PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana mendapatkan bagian sebesar 1.000 selaku pihak kedua yang mendapatkan bagian 10. Jika PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana yang melakukan penundaan terhadap sebuah kapal asing di perairan NTAA dan biaya dari kegiatan penundaan di perairan NTAA misalnya sebesar 20.000. Berdasarkan komposisi sebagaimana terdapat dalam bagan 1 di atas, besaran pembagian hasil yang diperoleh oleh PT. Pelabuhan Indonesia I Persero adalah sebesar 16.000 selaku pihak pertama yang mendapatkan bagian 80 dan PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana mendapatkan bagian sebesar 4.000 selaku pihak kedua yang mendapatkan bagian 20. Tarif yang diberlakukan atas jasa kepelabuhanan, peralatan dan jasa lainnya adalah tarif sebagaimana yang berlaku oleh pihak pertama dan untuk tarif jasa lainnya yang belum diatur dilakukan berdasarkan kesepakatan dengan pengguna jasa. Penyesuaian tarif juga dapat dilakukan berdasarkan usulan oleh pihak kedua. Pembayaran biaya disesuaikan dengan bentuk pelayanan kapal dengan ketentuan kapal luar negeri membayar dengan mata uang dollar sedangkan kapal dalam negeri membayar dengan mata uang rupiah Rp. 67 Pada kegiatan tersebut terdapat kegiatan yang hanya dapat dilakukan oleh salah satu pihak saja yang tidak dapat dilakukan oleh pihak lain, yaitu : 1. Kegiatan pemanduan, kegiatan pemanduan hanya dapat dilakukan oleh pihak pertama atau oleh PT. Pelabuhan Indonesia I Persero sebagaimana 67 Ibid. Universitas Sumatera Utara diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran yang dituangkan dalam Pasal 84 butir c yang menyebutkan bahwa untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab, otoritas pelabuhan mempunyai wewenang mengatur lalu lintas kapal ke luar masuk pelabuhan melalui pemanduan kapal. 2. Kegiatan peningkatan stabilitas operasi, kegiatan peningkatan stabilitas operasi dilakukan oleh pihak kedua atau oleh PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana sebagaimana diatur dalam perjanjian kerjasama yang terdapat dalam Pasal 7 ayat 3 butir d yang mengatakan bahwa pihak kedua berkewajiban melaksanakan pemasaran dan mengembangkan pasar untuk meningkatkan kegiatan jasa kepelabuhanan. Pembayaran bagi hasil atas kegiatan usaha yang dilakukan, dibayar oleh pengguna jasa melalui bank yang ditunjuk oleh para pihak dengan membuka rekening bersama escrow account. Uang yang masuk di dalam rekening tersebut akan dibagi oleh pihak bank berdasarkan komposisi yang diatur di dalam Pasal 9 ayat 1 Perjanjian Kerjasama Pengelolaan dan Pengoperasian Ship Transit Anchorage sebagaimana tertera pada bagan 1 dan uang tersebut akan di transfer ke rekening masing-masing pihak pada akhir bulan. Untuk menentukan pihak yang melakukan prestasi agar pembagian komposisi tersebut akurat, maka setiap transaksi yang dilakukan di perairan NTAA harus dilaporkan dan diketahui oleh pihak bank yang ditunjuk, agar pihak bank nantinya memiliki data akurat dalam membagi hasil yang akan dibagikan pada akhir bulan. Berdasarkan hal tersebut untuk menghindari adanya kekeliruan, nota tagihan dibuat oleh pihak kedua PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana yang Universitas Sumatera Utara kemudian di paraf oleh pihak pertama PT. Pelabuhan Indonesia I Persero yang selanjutnya diteruskan ke pengguna jasa untuk melakukan pembayaran ke rekening bank yang ditunjuk. Berdasarkan hasil wawacara dengan Bapak Fadillah Haryono selaku Legal Staff PMO PT. Pelabuhan Indonesia I Persero. Adapun skema dari kegiatan yang dilakukan di perairan NTAA, adalah : Bagan 2. Skema kegiatan di perairan NTAA Sumber : Hasil wawancara dengan Bapak Fadillah Haryono S.H.,M.H selaku Legal Staff PMO PT.Pelabuhan Indonesia I Persero. Penjelasan skema berdasarkan skema di atas: 1. Pihak Agen Kapal menghubungi salah satu pihak antara PT. Pelabuhan Indonesia I Persero atau PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana. Dalam hal ini agen tersebut akan menghubungi pihak yang telah melakukan penawaran. Dalam tahap ini agen tersebut akan mendaftarkan kapal yang akan menggunakan jasa kepelabuhanan di perairan NTAA dan melakukan pembayaran atas jasa yang akan digunakan nantinya. 2. Kapal yang telah didaftarkan akan berlabuh pada jadwal yang telah di tetapkan. Pada tahap ini, kapal tersebut akan melakukan kegiatan yang telah didaftarkan mulai dari kegiatan pemanduan, penundaan dan kegiatan lain sesuai dengan keperluan dari kapal tersebut. 3. Proses pembayaran akhir merupakan tahap akhir dari kegiatan di perairan NTAA. Walaupun pada saat pendaftaran kapal sudah dilakukan Pendaftaran Pembayaran Awal Pengoperasian Pembayaran Akhir Universitas Sumatera Utara pembayaran, namun pada saat itu belum dapat dipastikan jumlah jasa yang akan digunakan secara pasti, maka dilakukan pembayaran akhir pada saat kapal tersebut sudah siap melakukan kegiatan di perairan NTAA. Adapun pembayaran akhir tersebut dilakukan oleh agen kapal melalui pembayaran ke bank yang telah ditentukan. 68 Bagi kapal-kapal yang tidak mengikuti aturan yang telah ditentukan pada saat pengoperasian dan atau tidak melunasi pembayaran akhir, maka kapal tersebut akan di black list atau dilarang untuk berlabuh di perairan Nipah. 69 B. Tanggung Jawab Para Pihak dalam Perjanjian Kerjasama Pengelolaan dan Pengoperasian Ship Transit Anchorage di Perairan Nipah Menurut Hukum Para pihak yang sehari-hari mengurus kegiatan dalam penyelenggaraan pelabuhan dapat mencapai suatu prestasi yang terbesar, mereka harus diberi tanggung jawab untuk menyelesaikan sesuatu tugas tertentu yang telah diberikan. Hal ini berarti dalam membicarakan tugas pihak pelaksana kegiatan penyelenggaraan pelabuhan diperlukan pemahaman tentang tanggung jawabnya. 70 Tanggung jawab sudah menjadi bagian kehidupan dari manusia dimana setiap manusia pasti memiliki tanggung jawab, walaupun tanggung jawab setiap orang berbeda-beda. Tanggung jawab dapat diartikan sebagai perwujudan akan kesadaran tentang kewajibannya dalam berbuat sesuatu. Tanggung jawab berarti kewajiban seorang individu untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas yang ditugaskan sebaik mungkin, sesuai dengan kemampuannya. Tanggung jawab dapat berlangsung terus atau dapat terhenti apabila telah selesai melaksanakan tugas tertentu. 68 Ibid. 69 Ibid. 70 Elfrida Gultom II, Refungsionalisasi Pengaturan Pelabuhan untuk Meningkatkan Ekonomi Nasional, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2007, hlm. 120. Universitas Sumatera Utara Wewenang dan tanggung jawab mempunyai tingkat yang sama. Wewenang seseorang memberikan kekuasaan untuk membuat dan menjalankan keputusan yang telah ditetapkan dan tanggung jawab menimbulkan kewajiban untuk melaksanakan tugas dengan jalan menggunakan wewenang yang ada. 71 Perjanjian kerjasama pengelolaan dan pengoperasian Ship Transit Anchorage di perairan Nipah antara PT. Pelabuhan Indonesia I Persero dan PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana merupakan suatu perikatan tanggung renteng di mana segala permasalahan yang timbul ditanggung bersama oleh kedua belah pihak. Hal ini dikarenakan di dalam pengelolaan dan pengoperasian Ship Transit Anchorage PT. Pelabuhan Indonesia I Persero dan PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana bekerja sebagai satu kesatuan. Bekerja dengan cara saling membantu antara pihak pertama dengan pihak kedua untuk pengelolaan dan pengoperasian Ship Transit Anchorage. Namun para pihak yang terlibat dalam perjanjian kerjasama operasi ini dapat bebas dari tanggung jawab apabila terjadi suatu keadaan memaksa atau kahar atau force majeur. Force majeur adalah suatu keadaan di mana seorang debitur terhalang untuk melaksanakan prestasinya karena keadaan atau peristiwa yang tidak terduga pada saat dibuatnya kontrak keadaan atau peristiwa tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan kepada debitur, sementara si debitur tersebut tidak dalam keadaan beritikad buruk. Kalau halangan itu sudah bisa diduga atau sepatutnya sudah diperhitungkan oleh debitur, semua itu harus ditanggung oleh debitur. 72 71 Ibid., hlm. 120-121. 72 J. Satrio, Wanprestasi menurut KUH Perdata, Doktrin dan Yurisprudensi, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2012, hlm. 102. Universitas Sumatera Utara Adanya peristiwa yang dikategorikan sebagai force majure membawa konsekuensi akibat hukum, sebagai berikut : 1. Kreditur tidak dapat menuntut pemenuhan prestasi; 2. Debitur tidak dapat lagi dinyatakan lalai; 3. Debitur tidak wajib membayar ganti rugi; 4. Risiko tidak beralih kepada debitur; 5. Kreditur tidak dapat menuntut pembatalan dalam perjanjian timbal balik; 6. Perikatan dianggap gugur. 73 Berdasarkan Pasal 16 ayat 1 Perjanjian Kerjasama Pengelolaan dan Pengoperasian Ship Transit Anchorage di Perairan Nipah Nomor: B.VIII- 121TPI-US.12 jo. Nomor: 046MDP-Pelindo IPKSXI2012 yang dimaksud dengan keadaan daruratforce majure dalam perjanjian ini adalah : 1. Bencana alam, termasuk tetapi tidak terbatas pada gempa bumi, banjir, tsunami, badai, tornado, kilat, tanah longsor, dan kondisi yang merugikan; 2. Perang, perseteruan apakah dinyatakan atau tidak, serangan oleh suatu negara asing, pemberontakan, revolusi, konflik bersenjata atau tindakan militer, perang saudara, terorisme atau kerusakan pada masyarakat madani dan sabotase; 3. Pemberontakan, pemogokan umum, kerusuhan yang mempengaruhi pelaksanaan perjanjian; 4. Kebakaran yang mengakibatkan terganggunya pelaksanaan perjanjian dan membahayakan jiwa orang banyak ; 5. Kontaminasi, Radioaktif, Radiasi, Ioniasi yang dihasilkan dari sampah B3, pembuangan bahan-bahan B3, ledakan atau peristiwa-peristiwa sejenisnya yang membahayakan harta benda orang lain, massa atau komponen nuklir; 6. Penyakit menular, Kelaparan yang mengakibatkan terganggunya pelaksanaan perjanjian dan membahayakan jiwa orang banyak; 7. Peraturan atau kebijakan pemerintah yang merubah, melarang atau menghapuskan perjanjian ini di mana peristiwa tersebut adalah di luar kemampuan pihak yang terkena untuk mengatasi sehingga mengakibatkan tertundanya dan atau terhambatnya dan atau terhalangnya pihak yang terkena untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban pada waktunya berdasarkan perjanjian ini. 73 Agus Yudha Hernoko, Op.Cit., hlm. 272. Universitas Sumatera Utara Pembebasan tanggung jawab karena terjadinya keadaan kahar atau force majeur, tidak akan mengurangi dan atau membebaskan pihak yang terkena keadaan kahar atau force majeur tersebut dari kewajiban-kewajibannya melainkan hanya membebaskan pihak yang terkena keadaan kahar tersebut dari segala sanksi, denda, ataupun ganti rugi yang timbul akibat keadaan kahar tersebut sebagai bentuk pertanggungjawaban dari pihak yang terikat dalam perjanjian. Sesuai dengan yang tertulis dalam Pasal 1245 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yaitu, “Bahwa debitur tidak harus mengganti biaya, bunga, kerugian.” Sehingga dalam hal force majeur, para pihak yang terikat dalam perjanjian tidak mempunyai tanggung jawab apapun untuk mengganti kerugian. C. Penyelesaian Sengketa Perjanjian Kerjasama Antara PT. Pelabuhan Indonesia I Persero dan PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana Sebuah sengketa dapat timbul jika salah satu pihak merasa haknya telah dilanggar oleh pihak lain dan pihak yang dirasa melanggar haknya tidak mau melakukan ganti rugi atau mengakuinya. Secara garis besar terdapat 2 cara penyelesaian sengketa, yaitu : 1. Penyelesaian sengketa non litigasi di luar Peradilan Penyelesaian sengketa di luar peradilan merupakan penyelesaian sengketa yang ditawarkan untuk pertama kalinya. Jalur non litigasi ialah jalur penyelesaian sengketa yang dilakukan oleh para pihak yang didasarkan pada itikad baik dengan mengenyampingkan penyelesaian secara litigasi di Pengadilan Negeri Pasal 6 angka 1 UU No. 3 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. Adapun penyelesaian sengketa non litigasi dapat berupa: Universitas Sumatera Utara a. Mediasi : suatu proses negosiasi untuk memecahkan masalah melalui pihak luar yang tidak memihak dan netral yang akan bekerja dengan pihak yang bersengketa untuk membantu menemukan solusi dalam menyelesaikan sengketa tersebut secara memuaskan bagi kedua belah pihak 74 b. Konsiliasi : penyelesaian sengketa para pihak, melibatkan pihak ketiga yang netral dan tidak memihak. Perbedaannya pada mediasi, mediator berwenang menyarankan jalan keluar atau proposal penyelesaiana sengketa yang bersengkutan, sedangkan pihak konsiliator tidak ada kewenangan untuk itu. 75 c. Negosiasi : sebagai suatu proses tawar meenawar atau pembicaraan untuk mencapai suatu kesepakatan terhadap masalah terjadi diantara para pihak. 76 d. Arbitrase : merupakan suatu badan yang dipilih oleh para pihak yang bersengketa untuk memberikan putusan mengenai sengketa tertentu. Orang yang ditunjuk dan dipilih oleh para pihak atau oleh Pengadilan Negeri atau lembaga arbitrase untuk menyelesaikan sengketa dinamakan arbiter. Arbiter ini dapat memberikan keputusan yang mengikat para pihak. Putusan arbitrase bersifat final dan mengikat Pasal 60 UU No.30 Tahun 1999 77 2. Penyelesaian sengketa litigasi melalui jalur Peradilan Apabila salah satu pihak merasa di rugian oleh pihak lain, sedangkan telah dilakukan penyelesaian sengketa melalui jalur non litigasi di luar pengadilan namun tidak menemukan titik damai antara kedua belah pihak, maka salah satu pihak yang merasa dirugikan dapat mengambil langkah pengajuan gugatan ke peradilan. Langkah ini merupakan langkah terakhir yang diambil ketika sebelumnya telah mengadakan negosiasi, mediasi, konsiliasi maupun arbitrase. Dalam hal ini, keputusan hakim adalah keputusan yang sangat mengikat dan 74 Munir Fuady III, Perbuatan Melawan Hukum, Citra Aditya Bhakti, Bandung, 2002, hlm. 47. 75 Sunarto Adiwibowo, Hukum Kontrak Terapeutik di Indonesia, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2009, hlm. 149. 76 Munir Fuady IV, Arbitrase, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hlm. 42. 77 Sunarto Adiwibowo, Op.Cit., hlm. 150-152. Universitas Sumatera Utara menentukan kedudukan yang benar dan salah antara pihak yang menggugat dan tergugat. Mengenai penyelesaian sengketa atau perselisihan dalam perjanjian kerjasama Pengelolaan dan Pengoperasian Ship Transit Anchorage di Perairan Nipah Nomor : B.VIII-121TPI-US.12 jo. Nomor : 046MDP-Pelindo IPKSXI2012, Pasal 17 berbunyi : a. Seluruh perselisihan yang timbul karena perjanjian ini seperti keabsahan, interpretasi atau pelaksanaan atau pelanggaran atas setiap ketentuan, akan ditafsirkan dan diinterpretasikan berdasarkan hukum Negara Republik Indonesia; b. Segala perselisihan yang timbul karena perjanjian ini akan diselesaikan para pihak secara musyawarah untuk mufakat dan apabila dalam jangka waktu 30 tiga puluh hari sejak tanggal di mana gagalnya penyelesaian melalui musyawarah maka masing-masing pihak dapat mengajukan penyelesaian perselisihan secara pasti melalui Pengadilan Negeri Batam; Dengan kata lain, bahwa jika terjadi sengketa atau perselisihan yang sehubungan dengan pelaksanaan perjanjian kerjasama maka antara PT. Pelabuhan Indonesia I Persero dengan PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana memilih penyelesaian dengan cara, yaitu : 1. Penyelesaian sengketa di Luar Pengadilan Segala perselisihan atau permasalahan akan dibahas secara bersama dengan musyawarah atau dengan diskusi terlebih dahulu melalui arbitrase agar menemukan jalan keluar untuk kemudian mencapai mufakat. 2. Penyelesaian melalui Pengadilan Universitas Sumatera Utara Berdasarkan waktu yang telah diperjanjikan selama 30 tiga puluh hari, apabila para pihak tidak ditemukan persesuaian pendapat atau mufakat atau dengan kata lain, upaya penyelesaian di luar pengadilan tidak berjalan dengan lancar, misalnya ketika salah satu pihak tidak ada yang mau mengakui kesalahan atau kelalaiannya sehingga tidak mau membayar ganti rugi barulah digunakan jalan penyelesaian melalui proses hukum. Di mana para pihak sepakat untuk menyelesaikan permasalahannya dan diteruskan ke pengadilan negeri, dan kedudukan hukum yang telah disepakati oleh para pihak adalah di Pengadilan Negeri Batam. Berdasarkan hasil wawancara penulis, selama berlangsungnya perjanjian kerjasama pengelolaan dan pengoperasian Ship Transit Anchorage di Perairan Nipah sejauh ini tidak pernah terjadi sengketa di antara para pihak, sebaliknya dalam pelaksanaan kerjasama ini memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak baik bagi PT. Pelabuhan Indonesia I Persero maupun PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana dikarenakan kondisi market atau pasar yang memadai, di samping itu dengan tersedianya pelayanan prima baik dari segi operasi maupun keuangan oleh PT. Pelabuhan Indonesia I Persero dan PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana juga turut mendukung kelancaran pelaksanaan perjanjian kerjasama tersebut. 78 78 Wawancara dengan Bapak Fadillah Haryono S.H, M.H selaku Legal Staff PMO PT. Pelabuhan Indonesia I Persero. Universitas Sumatera Utara 74

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pelaksanaan perjanjian kerjasama pengelolaan dan pengoperasian Ship Transit Anchorage di perairan Nipah pada awalnya merupakan suatu kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh PT. Maxsteer Dyrynusa yang kemudian beralih menjadi pengelolaan dan pengoperasian Ship Transit Anchoarge setelah menjalin kerjasama dengan PT. Pelabuhan Indonesia I Persero yang kemudian disebut sebagai Nipah Transit Anchorage Area NTAA. Pelaksanaan perjanjian kerjasama ini dimulai dari tahap pendaftaran yang diikuti dengan pembayaran awal, pengoperasian kegiatan pelabuhan, dan tahap akhir dari pelaksanaan perjanjian ini adalah pembayaran akhir kepada pihak bank oleh agen kapal. 2. Pengelolaan dan pengoperasian Ship Transit Anchorage antara PT. Pelabuhan Indonesia I Persero dan PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana bekerja sebagai satu kesatuan sehingga bentuk tanggung jawab antara kedua belah pihak yang melakukan kerjasama merupakan tanggung jawab tanggung renteng, yaitu segala permasalahan yang timbul ditanggung bersama oleh kedua belah pihak. Namun para pihak yang terlibat dalam perjanjian kerjasama operasi ini dapat bebas dari tanggung jawab apabila terjadi suatu keadaan memaksa atau kahar atau force majeur. 3. Penyelesaian sengketa yang timbul dalam perjanjian kerjasama pengelolaan dan pengoperasian Ship Transit Anchorage di perairan Nipah sedapat mungkin diselesaikan secara musyawarah mufakat dengan itikad Universitas Sumatera Utara baik. Namun, apabila para pihak tidak mencapai kesepakatan dalam menyelesaikan perselisihan tersebut maka permasalahannya akan diselesaikan ke Pengadilan Negeri Medan.

B. SARAN

Dokumen yang terkait

Perjanjian Kerjasama Operasi Pengusahaan Air Minum Di Pelabuhan Belawan Antara Pt. Pelindo I Dengan Pt. Metito Indonesia

39 400 94

Pelaksanaan Perjanjian Pinjaman Dana Program Kemitraan Antara PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) Cabang Belawan Dengan Mitra Binaannya

5 56 146

Perjanjian Kerjasama Pengelolaan dan Pengoperasian Ship Transit Anchorage di Perairan Nipah Antara PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) dengan PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana

7 132 95

Perjanjian Kerjasama Pengelolaan dan Pengoperasian Ship Transit Anchorage di Perairan Nipah Antara PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) dengan PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana

0 0 9

Perjanjian Kerjasama Pengelolaan dan Pengoperasian Ship Transit Anchorage di Perairan Nipah Antara PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) dengan PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana

0 0 1

Perjanjian Kerjasama Pengelolaan dan Pengoperasian Ship Transit Anchorage di Perairan Nipah Antara PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) dengan PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana

0 0 15

Perjanjian Kerjasama Pengelolaan dan Pengoperasian Ship Transit Anchorage di Perairan Nipah Antara PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) dengan PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana

0 0 31

Perjanjian Kerjasama Pengelolaan dan Pengoperasian Ship Transit Anchorage di Perairan Nipah Antara PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) dengan PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana

0 0 4

Perjanjian Kerjasama Pengelolaan dan Pengoperasian Ship Transit Anchorage di Perairan Nipah Antara PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) dengan PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana

1 7 6

Perjanjian Kerjasama Operasi Pengusahaan Air Minum Di Pelabuhan Belawan Antara Pt. Pelindo I Dengan Pt. Metito Indonesia

0 0 28