Kesimpulan Analisis Prestise dalam Upacara Kematian pada Etnis Batak Toba di Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara

BAB V PENUTUP

a. Kesimpulan

Berdasarkan dengan hasil analisis wawancara dan keterangan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa Saur Matua dianggap sebagai jenis kematian yang sempurna karena telah mencapai nilai kehidupan ideal yang ada pada masyarakat Batak yakni, Hagabeon keturunan, Hamoraon Kekayaan, dan Hasangapon KehormatanPrestise. Hasangapon kehormatan sendiri dalam masyarakat Batak berkaitan dengan perilaku baik yang ditunjukkan semasa hidup. Masyarakat Batak cenderung mengejar posisi Saur Matua dikarenakan adanya anggapan bahwa upacara tersebut adalah wajib sebagai tanda dilunasinya hutang-hutang adat selama dia hidup. Selain itu kegiatan-kegiatan seperti ini dianggap sebagai kesempatan untuk bertemu dengan sanak saudara. Saat ini syarat-syarat agar seseorang dikatakan Saur Matua pada kenyataanya sudah banyak yang tidak dipenuhi. Perubahan itu antara lain meliputi, waktu pelaksanaan adat, pembagian jambar, waktu pelaksanaan Tonggo Raja, memudarnya posisi Sori Matua, dan Pelonggaran makna Hagabeon. Munculnya pergeseran pada pelaksanaan upacara Saur Matua yakni seseorang yang secara adat masih berada pada posisi Sari Matua sudah dapat dinaikkan menjadi Saur Matua. Hal ini terjadi karena beberapa hal antara lain, karena pengaruh ajaran-ajaran agama, perubahan jaman, dan seseorang itu dianggap memiliki status “terhormat” di dalam masyarakat. Penaikan ststus ini disahkan apabila semua Raja-Raja Bius menyetujuinya dan keluarga dianggap sanggup untuk melaksanakan Adat Na Gok. Masyarakat beranggapan bahwa penaikan status kematian tersebut bukan merupakan sebuah pelanggaran. Karena dalam Adat batak yang dikatakan pelanggaran adalah segala sesuatu yang tidak mendapatkan persetujuan dari Raja-Raja Bius. Pada awalnya yang menunjukkan makna simbol status pada pelaksanaan upacara Saur Matua terlihat dari lama pelaksanaan upacara tersebut, jenis ternak yang disembelih, penempatan mayat di Tugu ataupun Tambak, dan jenis peti mati yang digunakan. Namun yang terjadi pada saat ini, beberapa dari simbol tersebut sudah tidak dipakai lagi sebagai mana mestinya, sehingga masyarakat semakin tidak tahu apa syarat yang sesungguhnya. Untuk masyarakat Batak yang beragama Islam, upacara Saur Matua tetap dilaksanakan dengan catatan penguburan dilakukan sesuai dengan ketentuan agama tersebut. Sedangkan pada aliran Kharismatik upacara berjalan seperti biasa, hanya saja jambar yang dibagikan hanya berupa potongan danging.

b. Saran