EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI KOLOID DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR FLEKSIBEL

Citra Nika Dianita

ABSTRAK
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING
PADA MATERI KOLOID DALAM MENINGKATKAN
KETERAMPILAN BERPIKIR FLEKSIBEL
Oleh
Nina Susanti

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas pembelajaran inkuiri
terbimbing untuk meningkatkan keterampilan berpikir fleksibel pada materi
koloid. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA
Negeri 7 Bandar Lampung semester genap tahun ajaran 2012-2013 dengan kelas
XI IPA2 dan kelas XI IPA3 sebagai sampel. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan Non equivalent Control Group Design. Efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing diukur berdasarkan perbedaan n-Gain yang
signifikan. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata n-Gain keterampilan berpikir
fleksibel untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu 0,59 dan 0,46. Berdasarkan pengujian hipotesis menggunakan uji-t, didapat kesimpulan bahwa model
pembelajaran inkuiri terbimbing efektif dalam meningkatkan keterampilan
berpikir fleksibel pada materi koloid.

Kata kunci: pembelajaran inkuiri terbimbing, keterampilan berpikir fleksibel.


DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
I.

II.

III.

ix

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................

1

B. Rumusan Masalah ............................................................................

4


C. Tujuan Penelitian ..............................................................................

5

D. Manfaat Penelitian ............................................................................

5

E. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................

6

TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Konstruktivisme .........................................................

7

B. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing .........................................


9

C. Kemampuan Berpikir Kreatif ............................................................

13

D. Analisis Konsep ................................................................................

17

E. Kerangka Pemikiran .........................................................................

22

F. Anggapan Dasar .................................................................................

24

G. Hipotesis Umum ...............................................................................


24

METODOLOGI PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel Penelitian ......................................................

25

B. Jenis dan Sumber Data ....................................................................

26

C. Desain dan Metode Penelitian ..........................................................

26

v

D. Instrumen Penelitian dan Validitasnya .............................................

27


E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian .....................................................

28

F. Hipotesis Statistik .............................................................................

30

G. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ............................................

31

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian dan Analisis Data ....................................................

35

B. Pembahasan .......................................................................................


40

V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ...........................................................................................

51

B. Saran ..................................................................................................

51

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1.

Silabus.. .....................................................................................................

55

2.


RPP Kelas Eksperimen ............................................................................

66

3.

LKS Kelas Eksperimen ............................................................................

97

4.

Kisi-kisi Soal Pretest. ............................................................................... 136

5.

Pretest ....................................................................................................... 145

6.


Pedoman Penskoran dan Rubrik Penilaian Pretest ................................. 150

7.

Kisi-kisi Soal Posttest .............................................................................. 164

8.

Posttest ...................................................................................................... 174

9. Pedoman Penskoran dan Rubrik Penilaian Posttest .................................. 180
10. Data Nilai Pretest dan Posttest ................................................................ 194
11. Perhitungan dan Analisis data .................................................................. 196
12. Surat Izin Penelitian ................................................................................. 205

vi

I. PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan hal utama yang kian diperhatikan oleh semua lapisan
masyarakat. Masyarakat semakin menyadari pentingnya pendidikan untuk kehidupan yang lebih baik. Pendidikan tidak hanya dituntut untuk dapat mencetak
prestasi-prestasi akademik. Lebih luas dari itu, siswa dituntut untuk lebih siap
menjalani kehidupan dengan kemampuan-kemampuan yang mendukung siswa
dalam mengembangkan dirinya dan mampu menghadapi perubahan yang terjadi
melalui semua mata pelajaran yang diajarkan termasuk kimia.

Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur, dan sifat
perubahan, dinamika, dan energetika zat. Oleh sebab itu, mata pelajaran kimia di
SMA mempelajari segala sesuatu tentang zat yang meliputi komposisi, struktur,
sifat, perubahan, dinamika dan energetika zat yang melibatkan keterampilan dan
penalaran. Ada dua hal yang berkaitan dengan kimia yang tak terpisahkan yaitu
kimia sebagai produk (pengetahuan kimia berupa fakta, konsep, prinsip, dan hukum, dan teori temuan ilmuwan) dan kimia sebagai proses (kerja ilmiah). Oleh
sebab itu, pembelajaran kimia dan penilaian hasil belajarnya kimia harus memperhatikan karakateristik ilmu kimia sebagai proses dan produk (BSNP, 2006).

2

Sejalan dengan tujuan pendidikan, BSNP (2006) merumuskan salah satu tujuan

dari pembelajaran kimia yaitu menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan
bersikap ilmiah serta berkomunikasi, termasuk kemampuan berpikir kreatif
sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup. Namun, fakta menunjukan
bahwa tujuan pembelajaran ini belum terukur dan tercapai.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di SMA Negeri 7 Bandar
Lampung, menurut guru bidang studi kimia selama ini kemampuan berfikir kreatif
memang belum pernah dinilai sebelumnya. Selama ini metode pembelajaran yang
digunakan adalah pembelajaran konvensional dimana masih menggunakan
metode ceramah, diskusi, dan latihan. Pembelajaran yang diterapkan cenderung
masih berpusat pada guru (teacher centered learning). Pada pembelajaran ini
siswa cenderung hanya bertindak sesuai dengan apa yang diinstruksikan oleh
guru, tanpa berusaha sendiri untuk memikirkan apa yang sebaiknya dilakukan
untuk mencapai tujuan belajar. Mereka tidak dapat menjadi seorang pelajar
mandiri yang dapat membangun konsep dan pemahamannya sendiri. Pembelajaran kimia hanya sebatas terjadi di dalam sekolah tanpa adanya keterkaitan dengan
lingkungan di sekitar mereka.

Dalam implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), guru merupakan komponen yang sangat penting, sebab keberhasilan pelaksanaan proses
pendidikan sangat tergantung pada guru. Oleh karena itu upaya peningkatan kualitas pendidikan seharusnya dimulai dari pembenahan kemampuan guru. Salah
satu kemampuan yang harus dimiliki guru adalah bagaimana mengimplementasikan suatu model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan atau kompetensi yang


3

akan dicapai, karena tidak semua tujuan dapat tercapai hanya dengan satu model
tertentu.
Untuk maksud tersebut pembelajaran inkuiri terbimbing diharapkan mampu menjadi model pembelajaran yang tepat untuk digunakan dalam pembelajaran kimia
yang meliputi konsep-konsep dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran inkuiri terbimbing dapat membantu dalam menggunakan ingatan
dan transfer pada situasi proses belajar yang baru, mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka, situasi proses belajar menjadi lebih terangsang, dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu, dan memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri (Roestiyah,
1998).
Model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah suatu penyajian materi pembelajaran dimana guru memberikan permasalahan kemudian siswa diminta untuk memecahkan permasalahannya tersebut melalui pengamatan, eksplorasi dan prosedur
penelitian. Model pembelajaran inkuiri terbimbing terdiri dari 5 fase, yaitu mengajukan pertanyaan atau permasalahan (fase 1), merumuskan hipotesis (fase 2),
mengumpulkan data (fase 3), menganalisis data (fase 4), dan menarik kesimpulan
(fase 5) (Gulo dalam Trianto, 2010). Hasil penelitian sebelumnya yaitu mengungkapkan bahwa penerapan model inkuiri terbimbing dapat meningkatkan penguasaan konsep dan keterempilan mengkomunikasikan pada materi laju reaksi
( Riyanto, 2011)

Mengingat pada pelajaran kimia SMA, khususnya kelas XI terdapat banyak materi
yang diajarkan dengan banyak model pembelajaran yang dapat digunakan dalam

4

model pembelajaran inkuiri terbimbing, maka harus dipilih materi pokok dan
model pembelajaran yang dapat mengeksplor kemampuan berfikir kreatif siswa.
Koloid merupakan salah satu jenis zat yang dipelajari dalam ilmu kimia. Koloid
banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, contoh koloid adalah susu,
santan, es krim, asap kendaraan, agar-agar, keju, dan lain-lain. Kompetensi dasar
yang harus dimiliki siswa dalam mempelajari koloid adalah mengelompokan sifatsifat koloid dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan membuat berbagai
sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada di lingkungan sekitar. Untuk pencapaian kompotensi dasar tersebut, tentunya diperlukan suatu proses belajar
mengajar yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan
fakta-fakta, konsep-konsep dan teori-teori dengan keterampilan berpikir dan sikap
ilmiah siswa sendiri. Selain penguasaan konsep, pembelajaran kimia juga perlu
mengembangkan keterampilan berpikir siswa diantaranya adalah kerampilan berpikir kreatif. Hal ini sesuai Filsaime (2008) yang menyatakan para guru seharusnya memberikan ruang bagi siswa untuk mengekspresikan daya berpikir kreatif
mereka.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilakukan penelitian berjudul
“Efektivitas Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Koloid
Dalam Meningkatkan Ketrampilan Berpikir Fleksibel”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah
penelitian ini adalah sebagai berikut :

5

Bagaimanakah efektivitas pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi koloid
dalam meningkatkan keterampilan berpikir fleksibel pada siswa kelas XI IPA
SMA N 7 Bandar Lampung?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing
dalam meningkatkan keterampilan berpikir fleksibel siswa.

D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
a. Bagi Siswa
Dengan diterapkannya model inkuiri terbimbing dalam kegiatan belajar mengajar
maka akan memberi pengalaman baru bagi siswa dalam memecahkan masalah
IPA dan meningkatkan keterampilan berpikir fleksibel.

b. Bagi guru
Memberikan alternatif dalam memilih model pembelajaran yang kreatif yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif khususnya keterampilan berfikir
fleksibel.

c. Bagi sekolah
Menjadi informasi dan sumbangsih pemikiran dalam upaya meningkatkan mutu
pembelajaran kimia di sekolah.

6

d. Bagi peneliti lain
Sebagai bahan atau gambaran bagi peneliti lain untuk dapat mengembangkan penelitian sejenis dengan ruang lingkup yang lebih luas.

E. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk lebih memahami gambaran penelitian ini, maka perlu diberikan penjelasan
terhadap istilah-istilah untuk membatasi rumusan masalah yang akan diteliti. Istilah-istilah yang dapat dijelaskan adalah sebagai berikut :
1. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 7 Bandar Lampung Tahun Pelajaran
2012-2013.
2. Pembelajaran Inkuiri Terbimbing yang digunakan dalam penelitian ini adalah
model Inkuiri Terbimbing menurut Gulo (dalam Trianto, 2010). Terdiri dari 5
fase, yaitu mengajukan pertanyaan atau permasalahan (fase 1), merumuskan
hipotesis (fase 2), mengumpulkan data (fase 3), menganalisis data (fase 4), dan
menarik kesimpulan (fase 5).
3. Keterampilan berpikir kreatif yang akan diteliti adalah keterampilan berpikir
fleksibel, yang meliputi kemampuan memberikan bermacam-macam penafsiran terhadap suatu masalah atau gambar.
4. Pembelajaran dikatakan efektif apabila terjadi perbedaan yang signifikan antara
kelas kontrol dan kelas eksperimen yang ditujukan dengan n-Gain yang
signifikan.

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Konstruktivisme

Menurut Sagala (2010), konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi)
pendekatan kontekstual, yaitu pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit, yang
hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak dengan tibatiba. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang
siap untuk diambil dan diingat. Tetapi manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Bettencourt menyimpulkan bahwa konstruktivisme tidak bertujuan mengerti hakikat realitas, tetapi lebih
hendak melihat bagaimana proses kita menjadi tahu tentang sesuatu. Ciri atau
prinsip dalam belajar menurut Suparno (1997) sebagai berikut:
1. Belajar berarti mencari makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa
yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami; 2. Konstruksi makna adalah
proses yang terus menerus; 3. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan
fakta, tetapi merupakan pengembangan pemikiran dengan membuat
pengertian baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan tetapi perkembangan
itu sendiri; 4. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar
dengan dunia fisik dan lingkungannya; 5. Hasil belajar seseorang tergantung
pada apa yang telah diketahui, subjek belajar, tujuan, motivasi yang
mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari.
Paham konstruktivisme menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan
mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan
aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai. Teori

8

ini berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemrosesan informasi, dan
teori psikologi kognitif yang lain, seperti teori Bruner (Nur dalam Trianto, 2010).
Menurut Sanjaya (2011), mengkonstruksi pengetahuan menurut Piaget dilakukan
melalui proses asimilasi dan akomodasi terhadap skema yang sudah ada. Skema
adalah struktur kognitif yang terbentuk melalui proses pengalaman. Asimilasi
adalah proses penyempurnaan skema yang telah terbentuk, dan akomodasi adalah
proses perubahan skema. Teori ini biasa juga disebut teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif. Teori belajar tersebut berkenaan dengan
kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual
dari lahir hingga dewasa. Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud
dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan.

Keyakinan Piaget ini berbeda dengan keyakinan Vygotsky dalam beberapa hal
penting. Bila Piaget memfokuskan pada tahap-tahap perkembangan intelektual
yang dilalui anak terlepas dari konteks sosial atau kulturalnya, Vygotsky menekankan pentingnya aspek sosial belajar. Vygotsky percaya bahwa interaksi
sosial dengan orang lain memacu pengonstruksian ide-ide baru dan meningkatkan perkembangan intelektual pelajar. Salah satu ide kunci yang berasal dari
minat Vygotsky pada aspek sosial pembelajaran adalah konsepnya tentang zone of
proximal development. Menurut Vygotsky, pelajar memiliki dua tingkat perkembangan yang berbeda yakni tingkat perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial. Tingkat perkembangan aktual, menentukan fungsi intelektual
individu saat ini dan kemampuannya untuk mempelajari sendiri hal-hal tertentu.
Individu juga memiliki tingkat perkembangan potensial, yang oleh Vygotsky

9

didefinisikan sebagai tingkat yang dapat difungsikan atau dicapai oleh individu
dengan bantuan orang lain, misalnya guru, orang tua, atau teman sebayanya yang
lebih maju. Zona yang terletak diantara kedua tingkat perkembangan inilah yang
disebutnya sebagai zone of proximal development (Arends , 2008).
B. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Inkuiri berasal dari bahasa Inggris “inquiry” yang dapat diartikan sebagai proses
bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukannya.
Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan
informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari
jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah.
(Ibrahim, 2007).

Menurut Gulo (Trianto, 2010) inkuiri merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar
yang melibatkan seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara
sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Pelaksanaan pembelajaran inkuiri adalah
sebagai berikut:
1. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan
Kegiatan metode pembelajaran inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan, kemudian siswa diminta untuk merumuskan hipotesis.
2. Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi permasalahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses ini, guru
membimbing siswa menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang diberikan.
3. Mengumpulkan data

10

Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Guru
membimbing siswa untuk menentukan langkah-langkah pengumpulan data. Data yang dihasilkan dapat berupa tabel atau grafik.
4. Analisis data
Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan
menganalisis data yang telah diperoleh. Setelah memperoleh kesimpulan,
dari data percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang telah dirumuskan.
Bila ternyata hipotesis itu salah atau ditolak, siswa dapat menjelaskan sesuai dengan proses inkuiri yang telah dilakukannya.
5. Membuat kesimpulan
Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat kesimpulan
berdasarkan data yang diperoleh siswa.
Pada gambar langkah–langkah proses model pembelajaran inkuiri terbimbing
dapat dilihat pada Gambar 1:

Merumuskan masalah

Mengembangkan hipotesis

Mengumpulkan data – data dengan
melakukan percobaan

Menarik kesimpulan

Menganalisis data

Gambar 1. langkah-langkah proses pembelajaran inkuiri terbimbing Menurut
Ibrahim (2007)

Langkah awal pembelajaran inkuiri terbimbing ialah merumuskan masalah, siswa
diberikan masalah atau pertanyaan dari guru kemudian siswa bekerja untuk menemukan jawaban terhadap masalah tersebut di bawah bimbingan yang intensif
dari guru. Setelah masalah diungkapkan, siswa mengembangkan dalam bentuk

11

hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Kemampuan yang dituntut dalam mengembangkan hipotesis ini adalah : (a) menguji dan menggolongkan data yang
dapat diperoleh; (b) melihat dan merumuskan hubungan yang ada secara logis dan
merumuskan hipotesis. Setelah siswa mengembangkan hipotesis, langkah selanjutnya siswa mengumpulkan data – data dengan melakukan percobaan. Siswa
kemudian menganalisis data dari hasil pengumpulan data. Terakhir siswa dapat
menarik kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan.
Pada penelitian ini tahapan pembelajaran inkuiri yang digunakan mengadaptasi
dari tahapan pembelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh Gulo (Trianto, 2010).
Tahapan pembelajaran inkuiri tersebut dapat dijelaskan pada Tabel 1 sebagai
berikut:
Tabel 1. Tahap pembelajaran inkuiri
No.

Fase

Kegiatan Guru

Kegiatan siswa

1.

Menyajikan
pertanyaan atau
masalah

Guru membimbing siswa
mengidentifikasi
masalah. Guru membagi
siswa dalam kelompok

Siswa
mengidentifikasi
masalah dan siswa
duduk dalam
kelompoknya
masing – masing.

2

Membuat hipotesis

Guru memberikan
kesempatan pada siswa
untuk curah pendapat
dalam membuat
hipotesis. Guru
membimbing siswa
dalam menentukan
hipotesis yang relevan
dengan permasalahan
dan memprioritaskan
hipotesis mana yang

Siswa memberikan
pendapat dan
menentukan
hipotesis yang
relevan dengan
permasalahan.

12
Lanjutan tabel 1
menjadi prioritas
penyelidikan.
3

Melakukan
percobaan untuk
memperoleh
informasi atau
data-data

Guru membimbing siswa
mendapatkan informasi
atau data-data melalui
percobaan

Siswa melakukan
percobaan untuk
mendapatkan datadata atau informasi

4

Mengumpulkan
dan menganalisis
data

Guru memberi
kesempatan pada tiap
kelompok untuk
menyampaikan hasil
pengolahan data yang
terkumpul

Siswa
mengumpulkan dan
menganalisi data
serta
menyampaikan
hasil pengolahan
data yang
terkumpul

5

Membuat
kesimpulan

Guru membimbing siswa
dalam membuat
kesimpulan

Siswa membuat
kesimpulan

Model inkuiri merupakan salah satu model pembelajaran yang menitik beratkan
kepada aktifitas siswa dalam proses belajar. Tujuan umum dari pembelajaran
inkuiri adalah untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir
intelektual dan keterampilan lainnya seperti mengajukan pertanyaan dan keterampilan menemukan jawaban yang berawal dari keingin tahuan mereka. Dalam
pembelajaran inkuiri diharapkan siswa secara maksimal terlibat langsung dalam
proses kegiatan belajar, sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa tersebut
dan mengembangkan sikap percaya diri yang dimiliki oleh siswa tersebut.
Inkuiri terbimbing adalah sebagai proses pembelajaran dimana guru menyediakan
unsur-unsur asas dalam satu pelajaran dan kemudian meminta pelajar membuat
generalisasi. Menurut Sanjaya (2011) pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu suatu

13

model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. Sebagian perencanaannya dibuat
oleh guru, siswa tidak merumuskan problem atau masalah. Dalam pembelajaran
inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa
dalam melakukan kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang berpikir lambat atau
siswa yang mempunyai intelegensi rendah tetap mampu mengikuti kegiatankegiatan yang sedang dilaksanakan dan siswa mempunyai kemampuan berpikir
tinggi tidak memonopoli kegiatan oleh sebab itu guru harus memiiki kemampuan
mengelola kelas yang bagus.

Sikap ilmiah sangat dibutuhkan oleh siswa ketika mengikuti proses pembelajaran
dengan menggunakan inkuri terbimbing.. Seperti dikutip dari Lestari (2010) sikap
ilmiah adalah sikap yang dimiliki seseorang yang sesuai dengan prinsip-prinsip
ilmiah seperti
(1) Jujur terhadap data; (2) Rasa ingin tahu yang tinggi; (3) Terbuka atau
menerima pendapat orang lain serta mau mengubah pandangannya jika terbukti
bahwa pandangannya tidak benar; (4) .Ulet dan tidak cepat putus asa; (5) Kritis
terhadap pernyataan ilmiah, yaitu tidak mudah percaya tanpa adanya dukungan
hasil observasi empiris, dan (6) .Dapat bekerja sama dengan orang lain. Sikap
ilmiah merupakan faktor psikologis yang mempunyai pengaruh besar terhadap
keberhasilan siswa.
C. Kemampuan Berpikir Kreatif

Keterampilan berpikir kreatif diperlukan siswa untuk memecahkan berbagai
masalah yang akan mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu
keterampilan berpikir kreatif adalah berfikir fleksibel (flexibility). Menurut

14

Munadar (2009), keterampilan berpikir fleksibel yaitu keterampilan berpikir
kreatif untuk memberikan bermacam-macam penafsiran terhadap suatu gambar,
cerita, masalah, mencari berbagai alternatif atau arah yang berbeda. Oleh karena
itu, diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat menumbuhkan semangat
belajar sehingga siswa menjadi lebih aktif dan mampu memecahkan masalah serta
mencari solusinya secara ilmiah, terutama masalah yang erat kaitannya dengan
ilmu kimia dan diharapkan mampu menerapkan keterampilan berpikir fleksibel
Model pembelajaran inkuiri terbimbing diharapkan cocok untuk meningkatkan
keterampilan berpikir fleksibel siswa pada materi koloid melalui fase-fase pada
model pembelajaran inkuiri terbimbing.

Menurut model Kellin (2009) perilaku siswa yang termasuk dalam keterampilan
kognitif kreatif dapat dijelaskan pada Tabel 2 sebagai berikut:

Tabel 2. Perilaku Siswa Dalam Keterampilan Kognitif Kreatif
Perilaku
1) Berpikir lancar
(Fluency)

Arti
- Menghasilkan banyak gagasan/jawaban yang
relevan
- Pemikiran lancar

2) Berpikir Luwes
(fleksibel)

- Menghasilkan gagasan-gagasan yang seragam
- Mampu mengubah cara atau pendekatan;
- Arah pemikiran yang berbeda;

3) Berpikir Orisinil
(originality)

- Memberikan jawaban yang tidak lazim, yang lain
dari yang lain, yang jarang diberikan kebanyakan
orang;

4) Berpikir Terperinci
(elaborasi)

- Mengembangkan, menambah, memperkaya suatu
gagasan;
- Memperinci secara detail;
- Memperluas suatu gagasan

15

Sedangkan menurut Guilford dalam Herdian (2010) menyebutkan lima indikatorindikator berpikir kreatif, yaitu:

1. Kepekaan (problem sensitivity), adalah kemampuan mendeteksi,
mengenali dan memahami serta menanggapi suatu pernyataan, situasi atau
masalah
2. Kelancaran (fluency), adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak
gagasan
3. Keluwesan (flexibility), adalah kemampuan untuk mengemukakan
bermacam-macam pemecahan atau pendekatan terhadap masalah
4. Keaslian (originality), adalah kemampuan untuk mencetuskan gagasan
dengan cara-cara yang asli, tidak klise dan jarang diberikan kebanyakan
orang
5. Elaborasi (elaboration), adalah kemampuan menambah suatu situasi atau
masalah sehingga menjadi lengkap, dan merincinya secara detail, yang di
dalamnya terdapat berupa tabel, grafik, gambar model, dan kata-kata.
Munandar (2010) memberikan uraian tentang aspek berpikir kreatif sebagai dasar
untuk mengukur kreativitas siswa seperti terlihat dalam tabel 3 di bawah ini
Tabel 3. Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif
Pengertian
Berpikir Lancar

Perilaku
1.
Mengajukan banyak pertanyaan
2.
Menjawab dengan sejumlah
jawaban jika ada
1. Mencetuskan banyak gagasan,
3.
Mempunyai banyak gagasan
jawaban, penyelesaian masalah
mengenai suatu masalah
atau jawaban
4.
Lancar mengungkapkan gagasan2. Memberikan banyak cara atau
gagasannya
saran untuk melakukan berbagai
5.
Bekerja lebih cepat dan
hal
melakukan lebih banyak dari
3. Selalu memikirkan lebih dari
orang lain
satu jawaban
6.
Dapat dengan cepat melihat
kesalahan dan kelemahan dari
suatu objek atau situasi
1.
Memberikan aneka ragam
Berpikir Luwes
penggunaan yang tak lazim
terhadap suatu objek
Memberikan bermacam-macam
1. Menghasilkan gagasan, jawaban, 2.
penafsiran terhadap suatu
atau pertanyaan yang bervariasi
gambar, cerita atau masalah
2. Dapat melihat suatu masalah
Menerapkan suatu konsep atau
dari sudut pandang yang berbeda 3.
asas dengan cara yang berbeda

16

Lanjutan tabel 3

3. Mencari banyak alternatif atau
arah yang berbeda
4. Mampu mengubah cara
pendekatan atau pemikiran

4.

5.

6.

7.

Berpikir Orisinil
1. Mampu melahirkan ungkapan
yang baru dan unik
2. Memikirkan cara-cara yang tak
lazim untuk mengungkapkan
diri.
3. Mampu membuat kombinasikombinasi yang tak lazim dari
bagian-bagian atau unsur-unsur.

1.

2.

3.

4.
5.
6.

7.
Berpikir Elaboration
1. Mampu memperkaya
dan mengembangkan suatu
gagasan atau produk
2. Menambah atau merinci detaildetail dari suatu objek, gagasan
atau situasi sehingga menjadi
lebih menarik

1.

2.
3.

4.

.

Memberikan pertimbangan
terhadap situasi yang berbeda dari
yang diberikan orang lain
Dalam membahas, mendiskusikan
suatu situasi selalu mempunyai
posisi yang bertentangan dengan
mayoritas kelompok
Jika diberi suatu masalh biasanya
memikirkan bermacam-macam
cara untuk menyelesaikannya
Menggolongkan hal-hal menurut
pembagian (kategori) yang
berbeda-beda
Memikirkan masalah-masalah
atau hal yang tidak terpikirkan
orang lain.
Mempertanyakan cara-cara yang
lama dan berusaha memikirkan
cara-cara yang baru.
Memilih asimetri dalam
mengambarkan atau membuat
desain.
Memilih cara berpikir lain dari
pada yang lain.
Mencari pendekatan yang baru
dari yang klise
Setelah membaca atau mendengar
gagasan-gagasan, bekerja untuk
menyelesaikan yang baru.
Lebih senang mensintesa dari
pada menganalisis sesuatu.
Mencari arti yang lebih mendalam
terhadap jawaban atau pemecahan
masalah dengan melakukan
langkah-langkah yang terperinci
Mengembangkan atau
memperkaya gagasan orang lain
Mencoba atau menguji detaildetail untuk melihat arah yang
akan ditempuh
Mempunyai rasa keindahan yang
kuat, sehingga tidak puas dengan
penampilan yang kosong

17

Pada penelitian ini yang akan dijadikan tolak ukur kemampuan berpikir kreatif
adalah kemampuan berpikir fleksibel.

E. Konsep

Konsep merupakan suatu abstraksi yang melibatkan hubungan antar konsep
(relational concepts) dan dapat dibentuk oleh individu dengan mengelompokkan
obyek, merespon obyek tersebut dan kemudian memberinya label (concept by
definition) . Oleh karena itu, suatu konsep mempunyai karakteristik berupa hirarki
konsep dan definisi konsep. Analisis konsep merupakan suatu prosedur yang
dikembangkan untuk menolong guru dalam merencanakan urutan-urutan
pengajaran bagi pencapaian konsep . Untuk melakukan analisis konsep, guru
hendaknya memperhatikan hal-hal seperti nama konsep, atribut-atribut variabel
dari konsep, definisi konsep, contoh-contoh dan noncontoh dari konsep, hubungan
konsep dengan konsep-konsep lain (Dahar, 1989)

18

Tabel 4. Analisis konsep materi koloid.
No

Label Konsep

(1)
1.

(2)
Campuran

2.

Suspensi

3.

Larutan

Definisi Konsep
(3)
Campuran
merupakan
gabungan dari dua
atau lebih senyawa
dengan
perbandingan tidak
tentu dapat
dipisahkan dengan
cara fisika, seperti
larutan , koloid, dan
suspensi
Suspensi
merupakan
campuran heterogen
yang terdiri dari
dua fasa dan dapat
dibedakan antara
zat terlarut dengan
zat pelarut.
Larutan merupakan
campuran homogen
yang terdiri dari
satu fasa dan tidak
dapat dibedakan
antara zat terlarut
dengan zat pelarut.

Jenis
Konsep
(4)
Konsep
konkret

Atribut Konsep
Kritis
Variabel
(5)
(6)

Suspe 
Zat
nsi
terlarut

Laruta 
Zat
n
pelarut

Koloi

Ukura
d
n partikel

Konsep
konkret


Camp
uran heterogen

Zat
terlarut

Zat
pelarut


Ukura
n Partikel

Zat
terlarut

Zat
pelarut


siste
m dispersi


Camp
uran homogen

Zat
terlarut

Zat
pelarut


Ukura
n partikel

Zat
terlarut

Zat
pelarut


siste
m dispersi

Konsep
konkret

Superordinat
(7)
-

Posisi Konsep
Koordinat
(8)
-


n



nsi


laruta
koloid

suspe
koloid

(10)
Udara

Non
Contoh
(11)
Gas O2 ,
gas
nitrogen


Zat
terlarut

Zat
pelarut

Campuran air
dengan pasir.

Santan,
susu


Larut
an elektrolit
dan non
elektrolit

Larut
an asam basa

Larutan gula,
larutan garam

campuran
air dan
pasir.

Subordinat
(9)

Suspe
nsi

Larut
an

Koloi
d

Contoh

19

No
(1)
4.

5.

6.

Label Konsep
(2)
Koloid

Efek Tyndall

Gerak Brown

Definisi Konsep
(3)
Koloid merupakan
campuran senyawa
yang memiliki sifat
sifat tertentu seperti
Efek Tyndall,
Gerak Brown,
Elektroforesis,
Adsorbsi, Dialisis,
Koagulasi, dan
terbagi kedalam 4
jenis.

Efek Tyndall adalah
terhamburnya
berkas cahaya oleh
sistem koloid
dikarenakan ukuran
partikel.

Gerak Brown
adalah suatu gerak
zig-zag partikel

Jenis
Konsep
(4)
Konsep
abstrak
contoh
konkret

Atribut Konsep
Kritis
Variabel
(5)
(6)

Efek

Ukura
Tyndall
n Partikel

Gerak

SifatBrown
sifat

Elektro

Jenisforesis
jenis

Adsorb
si


asi




l

Konsep
abstrak

Konsep
abstrak

Superordinat
(7)

siste
m dispersi

Posisi Konsep
Koordinat
(8)

laruta
n

suspe
nsi

Dialisis
Koagul
Sol
Emulsi
Buih
Aeroso


Pengh
amburan berkas
cahaya oleh
partikel koloid


Gerak
an zig-zag dari
partikel koloid


Ukura
n partikel


Ukura
n Partikel


Sifatsifat koloid


Sifatsifat koloid


Brown

oforesis

bsi

s

lasi

Tyandall

lasi

Gerak

Subordinat
(9)

Tyndall

Brown

oforesis

bsi

s

lasi


i


ol

-

Elektr
Adsor

Efek

Contoh
(10)
Susu, santan
,cat ,tinta

Gerak
Elektr
Adsor

Non
Contoh
(11)
Campuran
air dengan
minyak,
campuran
pasir
dengan air

Dialisi
Koagu
Sol
Emuls
Buih
Aeros

Sorot lampu
mobil pada
malam yang
berkabut

Pemurnian
gula tebu

Dialisi
Koagu
Efek
Koagu

-

Pengamatan
partikel koloid
pada susu

Sorot
lampu
mobil pada
malam

20

No

Label Konsep

(1)

(2)

7.

8.

9.

Elektroforesis

Adsorpsi

Koagulasi

Definisi Konsep
(3)
koloid yang dapat
diamati dengan
mikroskop ultra

Elektroforesis
adalah pergerakan
partikel koloid yang
bermuatan dalam
medan listrik

Adsorbsi adalah
peristiwa
penyerapan
berbagai macam zat
pada permukaan
sistem koloid.

Koagulasi yaitu
peristiwa
penggumpalan pada
sistem koloid

Jenis
Konsep
(4)

Konsep
abstrak

Konsep
abstrak

Konsep
abstrak

Atribut Konsep
Kritis
Variabel
(5)
(6)


parike
l koloid dalam
medan listrik


Penye
rapan zat
dipermukaan
oleh partikel
koloid.


Pengg
umpalan
sistem koloid


Muata
n partikel


Muata
n partikel


Muata
n partikel

Superordinat
(7)


Sifatsifat koloid


Sifatsifat koloid


Sifatsifat koloid

Posisi Konsep
Koordinat
(8)

psi

oforesis

s

Tyandall

lasi

psi

brown

s

Tyandall

lasi

oforsis

brown

s

Tyandall

psi

oforsis

Subordinat
(9)

Contoh
(10)

Adsor

Non
Contoh
(11)
yang
berkabut

Elektr
Dialisi
Efek

-

Untuk
identifikasi
DNA dalam
mengidentifik
asi pelaku
kejahatan

Pengamata
n partikel
koloid pada
susu

-


Pemu
rnian gula

Penje
rnian air

Sorot
lampu
mobil pada
malam
yang
berkabut

Sol Fe(OH)3
ditetesi larutan
NaCl

Pemutihan
gula tebu

Koagu
Adsor
Gerak
Dialisi
Efek
Koagu
Elektr
Gerak
Dialisi
Efek
Adsor
Elektr

-

21

No

Label Konsep

Definisi Konsep

(1)

(2)

(3)

10.

11.

12.

13.

Dialisis

Aerosol

Sol

Emulsi

Dialisis yaitu
proses pemurnian
sistem koloid dari
ion-ion
pengganggu.

Aerosol merupakan
jenis koloid dengan
fase terdispersi
padat atau cair dan
fase pendispersi
gas.
Sol merupakan
jenis koloid dengan
fase terdispersi
padat dan fase
pendispersi padat
atau cair.
Emulsi merupakan
jenis koloid dengan
fase terdispersi cair
dan fase pendispersi

Jenis
Konsep
(4)

Konsep
abstrak

Atribut Konsep
Kritis
Variabel
(5)
(6)


Pelepa
san ion-ion
penggangu dari
sistem koloid.


Partik
el koloid

Ionion
pengganggu

Konsep
abstrak
contoh
konkret


Fase
terdispersi
padat atau cair

Fase
pendispersi gas


zat

Konsep
abstrak
contoh
konkret


Fase
terdispersi
padat

Fase
pendispersi
padat atau cair

Fase
terdispersi cair

Fase
pendispersi


zat

Konsep
abstrak
contoh
konkret


zat

Fase

Fase

Fase

Superordinat
(7)


Sifatsifat koloid


jenisjenis koloid


jenisjenis koloid


jenisjenis koloid

Posisi Konsep
Koordinat
(8)

brown

s

Tyandall

psi

oforsis

brown

lasi



i



ol

i


ol



Subordinat
(9)

Contoh
(10)

Non
Contoh
(11)

Gerak
Dialisi
Efek

Proses
pemisahan
hasil-hasil
metabolisme
dari darah oleh
ginjal

-

Adsor
Elektr
Gerak

Sol
Fe(OH)3
ditetesi
larutan
NaCl

Koagu

sol
emuls
buih

aeros
emuls


Aeros
ol padat

Aeros
ol cair

cair

padat

Sol
Sol

Asap, debu
dalam udara
Kabut dan
awan

Air sungai,
cat

Sol sabun, sol
detergen, sol
kanji

Santan,
susu,
mayonaise

Susu,santan,
mutiara, jeli

Kabut,
awan

buih
aeros
sol
buih


Emul
si padat

Emul
si cair

22

No

Label Konsep

Definisi Konsep

(1)

(2)

(3)
padat atau cair.
Buih merupakan
jenis koloid dengan
fase terdispersi gas
dan fase pendispersi
padat atau cair.
Cara dispersi yaitu
pembuatan koloid
dari partikel yang
berukuran lebih
besar (suspensi).

14.

Buih

15.

Cara Dispersi

16 .

Cara Kondensasi

Cara kondensasi
yaitu pembuatan
koloid dari partikel
yang berukuran
lebih kecil
(larutan).

Jenis
Konsep
(4)
Konsep
abstrak
contoh
konkret
konkret

konkret

Atribut Konsep
Kritis
Variabel
(5)
(6)
padat atau cair

Fase

Fase
terdispersi gas
zat

Fase
pendispersi
padat atau cair

Ukura

Pemb
n Partikel
uatan sistem
koloid dari
partikel yang
lebih besar.


nsasi

konde


Ukura
n Partikel

Superordinat
(7)

jenisjenis koloid


Cara
Pembuatan
koloid


Cara
Pembuatan
koloid

Posisi Konsep
Koordinat
(8)

aeros
ol

sol

emuls
i

Cara
kondensasi


Cara
dispersi

Subordinat
(9)

cair

padat

Buih
Buih


Cara
dispersi
langsung

Hom
ogenisasi

Pepti
sasi

Busur
bredig

Reaks
i Hidrolisis

Reaks
i Redoks

Pertu
karan ion

Contoh
(10)

Non
Contoh
(11)

Buih sabun,
karet busa
batu apung

susu,
santan, jeli

Pembuatan sol
belerang

Pembuatan
sol
Fe(OH)3

Pembuatan sol
Fe(OH)3

23

Kerangka Pemikiran
Pembelajaran inkuiri terbimbing, adalah pembelajaran di mana siswa diberikan
kesempatan untuk menganalisis hasil dan mengambil kesimpulan secara mandiri,
sedangkan topik, pertanyaan dan bahan penunjang ditentukan oleh guru.

Pembelajaran inkuiri terbimbing terdiri dari 5 tahap, tahap pertama yaitu tahap
mengajukan pertanyaan atau permasalahan. Pada tahap ini keterampilan berpikir
fleksibel mulai dilatih, pada tahap ini guru memberikan kesempatan pada siswa
untuk memecahkan masalah secara bebas dari permasalahan yang diberikan berdasarkan pengetahuan awal mereka. guru memberikan permasalahan agar siswa
mampu menemukan sendiri arah dan tindakan-tindakan yang harus dilakukan
untuk memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru. Tahap kedua yaitu
tahap merumuskan hipotesis, pada tahap ini guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk merumuskan hipotesis secara bebas dari permasalahan yang diberikan berdasarkan pengetahuan awal mereka . Tahap selanjutnya yaitu tahap mengumpulkan data, pada tahap ini guru membimbing siswa untuk mengumpulkan
data yang dapat diperoleh dari melakukan percobaan atau telaah literatur. Pada
tahap ini siswa diharapkan mampu mengumpulkan data semaksimal mungkin
untuk mendukung jawaban hipotesis yang dituliskan.
Tahap keempat yaitu tahap menganalisis data, pada tahap ini guru membimbing
siswa menganalis data dari hasil percobaan yang telah dilakukan atau telaah literatur, siswa berdiskusi dalam kelompoknya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada LKS. Pada tahap ini bertujuan untuk mengembangkan

24

kemampuan siswa berpikir rasional bahwa kebenaran jawaban bukan hanya berdasarkan argumentasi tetapi didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan. Tahap kelima yatu tahap membuat kesimpulan, pada tahap
ini guru membimbing siswa membuat kesimpulan berdasarkan hasil percobaan
dan analisis data yang telah diperoleh. Tahap ini diharapkan mampu membantu
siswa dalam upaya mengembangkan kemampuan dalam menyelesaikan masalah
yang diberikan, sampai pada akhirnya kemampuan mereka berkembang secara
utuh.
Dalam proses pembelajaran inkuiri terbimbing, siswa diajak mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukan. Sehingga guru dapat melatihkan
keterampilan keterampilan berpikir kreatif kepada siswa. Selain itu juga mengembangkan sikasp-sikap ilmiah dan kemampuan siswa untuk menemukan dan
mengembangkan fakta, konsep, dan prinsip ilmu atau pengetahuan.
Dengan berpikir apabila pembelajaran inkuiri terbimbing diterapkan pada pembelajaran kimia di kelas diharapkan siswa dapat meningktkan keterampilan berpikir
kreatif ini akan lebih baik bila dibandingkan dengan keterampilan keterampilan
yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional.

25

F. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:
1. Siswa-siswi kelas XI semester genap SMAN 7 Bandar Lampung tahun ajaran
2012/2013 yang menjadi subjek penelitian mempunyai kemampuan dasar dan
pengalaman yang sama.
a. Tingkat kedalaman dan keluasan materi yang dibelajarkan sama.
b. Faktor-faktor lain di luar penelitian yang dapat mempengaruhi penelitian ini
diusahakan sekecil mungkin sehingga dapat diabaikan.

G. Hipotesis

Rumusan hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Model pembelajaran inkuiri terbimbing efektif dalam meningkatkan ketrampilan
berpikir fleksibel pada materi koloid.

26

III. METODE PENELITIAN

A. Penentuan Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA yang berjumlah 200
siswa dan tersebar dalam lima kelas yaitu XI IPA 1, XI IPA 2, XI IPA 3, XI IPA 4
dan XI IPA 5. Pembagian siswa pada tiap kelas dilakukan secara heterogen, sehingga proporsi jumlah siswa yang memiliki kemampuan akademik yang tinggi,
sedang maupun kurang dalam tiap kelasnya hampir sama antara salah satu kelas
dengan kelas yang lainnya.

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 dan XI IPA 3 SMA N 7
Bandar Lampung. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive
sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Pada teknik purposive sampling menurut Sudjana (2002), hanya mereka yang
dianggap ahli yang patut memberikan pertimbangan untuk pengambilan sampel yang
diperlukan. Purposive sampling akan baik hasilnya di tangan seorang ahli yang
mengenal populasi dan dapat segera mengetahui lokasi masalah-masalah yang khas.
Berdasarkan teknik ini maka peneliti menetapkan kelas XI IPA 3 sebagai kelas
eksperimen yang mengalami pembelajaran inkuiri terbimbing dan XI IPA 2 sebagai
kelas kontrol yang mengalami pembelajaran konvensional.

27

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang bersifat
kuantitatif yaitu data hasil tes sebelum belajar (pretest) dan hasil tes setelah belajar
(posttest) siswa.
Sumber data dibagi menjadi dua kelompok yaitu :
1. Data hasil pretest dan posttest kelompok eksperimen.
2. Data hasil pretest dan posttest kelompok kontrol.
Data penelitian ini bersumber dari seluruh siswa kelas eksperimen dan seluruh siswa
kelas kontrol.

C. Desain dan Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Nonequivalent Control Group Design menurut
Sugiyono (2009). Di dalamnya terdapat langkah-langkah yang menunjukan suatu
urutan kegiatan penelitian yaitu:
Tabel 5. Desain penelitian
Pretest

Perlakuan

Postest

Kelas eksperimen

O1

X

O2

Kelas kontrol

O1

-

O2

Kelas

Sebelum diterapkan perlakuan kedua kelompok sampel diberikan pretest (O1) yang
terdiri dari 5 soal essay terlebih dahulu. Kemudian pada kelas eksperimen diterapkan
perlakuan model pembelajaran inkuiri terbimbing (X) dan pada kelas kontrol
diterapkan pembelajaran konvensional. Selanjutnya, kedua kelompok sampel
diberikan postest (O2) yang terdiri dari 5 soal essay.

28

Menurut Sugiyono (2010), variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu
yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam
penelitian ini yang bertindak sebagai variabel bebas adalah model pembelajaran yang
digunakan, sedangkan yang bertindak sebagai variabel terikat adalah keterampilan
berpikir fleksibel pada materi koloid kelas XI IPA SMA Negeri 7 Bandar Lampung.

D. Instrumen Penelitian dan Validitasnya

Instrumen adalah alat yang berfungsi mempermudah pelaksanaan sesuatu. Instrumen
pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul data untuk
melaksanakan tugasnya mengumpulkan data (Arikunto, 2004). Pada penelitian ini,
instrumen yang digunakan antara lain adalah silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), LKS kimia yang menggunakan metode inkuiri terbimbing pada
materi koloid sejumlah 4 LKS, soal pretest, dan soal postes yang berupa soal uraian
yang mewakili keterampilan adalah keterampilan berpikir fleksibel.

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kesahihan suatu instrumen. Sebuah
instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat
mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Dalam konteks pengujian
kevalidan instrumen dapat dilakukan dengan dua macam cara, yaitu cara judgment.
Instrumen ini menggunakan validitas isi. Validitas isi adalah kesesuaian antara
instrumen dengan ranah atau domain yang diukur (Ali, 1992). Adapun pengujian
kevalidan isi ini dilakukan dengan cara judgment. Dalam hal ini pengujian dilakukan
dengan menelaah kisi-kisi, terutama kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan

29

pengukuran, indikator, dan butir-butir pertanyaannya. Bila antara unsur-unsur itu
terdapat kesesuaian, maka dapat dinilai bahwa instrumen dianggap valid untuk
digunakan dalam mengumpulkan data sesuai kepentingan penelitian yang bersangkutan. Oleh karena dalam melakukan judgment diperlukan ketelitian dan keahlian
penilai, maka peneliti meminta ahli untuk melakukannya. Dalam hal ini dilakukan
oleh Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si. sebagai dosen pembimbing untuk mengujinya.

E. Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah yang digunakan penelitian ini adalah:
1. Observasi Pendahuluan
Tujuan observasi pendahuluan:
a.

Mengadakan observasi ke sekolah tempat penelitian untuk mendapatkan
informasi tentang data siswa, karakteristik siswa, jadwal, sarana dan prasarana
yang ada di sekolah yang dapat digunakan sebagai sarana pendukung
pelaksanaan penelitian.

b.

Menentukan populasi dan sampel penelitian.

2. Pelaksanaan Penelitian
Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
a.

Tahap persiapan, menyusun silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), dan Lembar Kerja Siswa (LKS).

b.

Tahap pelaksanaan penelitian, adapun prosedur pelaksanaan penelitian adalah
(1) melakukan pretest dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol; (2) melaksanakan kegiatan pembelajaran pada materi koloid

30

sesuai dengan pembelajaran yang telah ditetapkan di masing-masing kelas,
pembelajaran inkuiri terbimbing diterapkan di kelas eksperimen serta
pembelajaran konvensional diterapkan di kelas kontrol; (3) melakukan postest
dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol; dan (4)
melakukan tabulasi dan analisis data.

Adapun langkah-langkah penelitian tersebut ditunjukkan pada alur penelitian, seperti
ditunjukkan pada Gambar 2 berikut:

Observasi Pendahuluan

1. Menentukan populasi dan Sampel
2. Mempersiapkan perangkat
pembelajaran dan Instrumen
3. Validasi Instrumen
Kelas Kontrol

Pretest

Pembelajaran
Konvensional

Kelas Eksperimen
Pembelajaran

Posttest

Analisis Data

Pembahasan dan kesimpulan

Gambar 2. Alur Penelitian.

Inkuiri Terbimbing

31

F. Hipotesis Statistik

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik, hipotesis
dirumuskan dalam bentuk pasangan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1).
Adapun hipotesisnya yaitu:
1. Keterampilan berpikir fleksibel
H0

: µ 1x ≤ µ 2x
Rata-rata n-Gain keterampilan berpikir fleksibel dengan model pembelajaran inkuiri pada materi koloid lebih rendah atau sama dengan ratarata n-Gain keterampilan berpikir fleksibel dengan pembelajaran
konvensional SMA Negeri 7 Bandar Lampung.

H1

: µ 1x > µ 2x
Rata-rata n-Gain keterampilan berpikir fleksibel dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi koloid lebih tinggi daripada ratarata n-Gain keterampilan berpikir fleksibel dengan pembelajaran
konvensional SMA Negeri 7 Bandar Lampung.
Keterangan:
µ 1 : Rata-rata (x) pada materi koloid pada kelas yang diterapkan model
pembelajaran inkuiri terbimbing.
µ 2 : Rata-rata (x) pada materi koloid pada kelas yang diterapkan pembelajaran
konvensional.
x: keterampilan berpikir fleksibel.

32

G. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis.

1. Analisis Data

Tujuan analisis data yang dikumpulkan adalah untuk memberikan makna atau arti
yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah,
tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Hal-hal yang diperlukan
dalam menganalisis data setelah melakukan pretes dan postes pada siswa SMA
Negeri 7 Bandar lampung adalah :
Nilai pretest dan postest dirumuskan sebagai berikut:
1. Penentuan Nilai Akhir Siswa

Nilai Siswa 

skor jawaban yang benar
x 100
skor maksimal

...................(1)

Dari data yang diperoleh kemudian dicari gain ternormalisasinya, dan selanjutnya
digunakan untuk menguji hipotesis.

2. Perhitungan gain ternormalisasi
Untuk mengetahui efektifitas model inkuiri terbimbing dalam meningkatkan
keterampilan berpikir fleksibel, maka dilakukan analisis skor gain ternormalisasi.
Perhitungan ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan nilai pretes dan postes dari
kedua kelas. Menurut Meltzer besarnya peningkatan dihitung dengan rumus n-Gain
( normalized gain), yaitu :
................... (2)

33

Tabel 6. Klasifikasi gain ( g )
Besarnya g
g > 0.7
0,3 < g ≤ 0,7
g ≤ 0,3

Data

Interpretasi
Tinggi
Sedang
Rendah

gain

ternormalisasi yang diperoleh diuji normalitas dan homogenitasnya kemudian
digunakan sebagai dasar dalam menguji hipotesis penelitian.

2. Pengujian hipotesis

a. Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dua kelompok sampel berasal
dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Hipotesis untuk uji normalitas :
Ho = data penelitian berdistribusi normal
H1 = data penelitian berdistribusi tidak normal
Untuk uji normalitas data digunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

= uji Chi- kuadrat
fo = frekuensi observasi
fe = frekuensi harapan

D