EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMPULKAN DAN MENGKOMUNIKASIKAN SISWA PADA MATERI KOLOID

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING
DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMPULKAN
DAN MENGKOMUNIKASIKAN SISWA
PADA MATERI KOLOID

Oleh
LINIARTI

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Kimia
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2013

ABSTRAK


EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING
DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMPULKAN
DAN MENGKOMUNIKASIKAN SISWA
PADA MATERI KOLOID

Oleh

LINIARTI

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran
inkuiri terbimbing dalam meningkatkan keterampilan menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Tahap, pembelajaran inkuiri terbimbing yang digunakan terdiri
dari 5 tahap yaitu : (1) mengajukan permasalahan atau pertanyaan, ( 2) merumuskan hipotesis, dan (3) mengumpulkan data, (4) analisis data, (5) membuat kesimpulan.

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Sampel dalam
penelitian ini adalah siswa SMA Perintis 1 Bandar Lampung kelas XI IPA3 dan
kelas XI IPA4 semester genap Tahun Ajaran 2012-2013 yang memiliki karakteristik hampir sama. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuasi
eksperimen dengan Non Equivalent (Pretest and Posttest) Control Group Design.
Efektivitas pembelajaran inkuiri terbimbing diukur berdasarkan perbedaan nGain yang signifikan. Hasil penelitian menunjukkan nilai rerata n-Gain ke-


terampilan menyimpulkan untuk kelas kontrol dan eksprimen masing-masing 0,34
dan 0,54; dan rerata n-Gain keterampilan mengkomunikasikan untuk kelas kontrol
dan eksprimen masing-masing 0,41 dan 0,59.

Berdasarkan pengujian hipotesis menggunakan uji-t, didapat kesimpulan bahwa
model inkuiri terbimbing efektif dalam meningkatkan keterampilan menyimpulkan dan mengkomunikasikan pada materi koloid.

Kata kunci: keterampilan menyimpulkan dan mengkumunikasikan,
Model inkuiri terbimbing

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... viii

I.

PENDAHULUAN ......................................................................................


1

A. Latar Belakang ....................................................................................

1

B. Rumusan Masalah ...............................................................................

6

C. Tujuan Penelitian ................................................................................

6

D. Manfaat Penelitian ..............................................................................

7

E. Ruang Lingkup ....................................................................................


7

II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................

9

A. Efektivitas Pembelajaran ....................................................................

9

B. Teori Belajar Konstruktivisme………………………………………..

9

C. Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ........................................................

11

D. Keterampilan Proses Sains ...................................................................


12

E. Kerangka Berfikir ................................................................................

17

F. Anggapan Dasar ..................................................................................

20

G. Hipotesis Umum ..................................................................................

20

III. METODOLOGI PENELITIAN..................................................................

21

A. Populasi dan Sampel ............................................................................


21

B. Jenis dan Sumber Data .........................................................................

22

C. Metode dan Desain Penelitian .............................................................

23

D. Variabel Penelitian ...............................................................................

23

E. Instrumen Penelitian ............................................................................

24

F. Validitas Instrumen ..............................................................................


24

G. Prosedur Penelitian ..............................................................................

25

H. Tekhnis Analisis Data………………………………………………… 26
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .........................................

32

A. Hasil Penelitian dan Analisis Data ......................................................

32

B. Pembahasan .........................................................................................

39

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan .............................................................................................

47

B. Saran ...................................................................................................

47

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................

48

LAMPIRAN
1.

Silabus Eksperimen ..............................................................................

50

2.


RPP Eksperimen .................................................................................

59

3.

LKS .....................................................................................................

98

4.

Kisi – Kisi Soal Pretes dan Postes ...................................................... 129

5.

Soal Pretes dan Postes .......................................................................... 131

6.


Rubrik Penilaian Soal Pretes dan Postes ............................................. 134

7.

Analisis Hasil Pretes dan Postes .......................................................... 140

8.

n-Gain Keterampilan Menyimpulkan Dan Mengkomunikasikan .…. 150

9.

Perhitungan dan Analisis Data ............................................................. 153

10. Lembar Penilaian Aspek Afektif Siswa .............................................. 162
11. Lembar Penilaian Aspek Psikomotor Siswa ........................................ 170
12. Lembar Observasi Kinerja Guru Mengajar.......................................... 178
13. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian......................................... 186


I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu kimia adalah cabang dari IPA yang secara khusus mempelajari tentang
struktur, susunan, sifat dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi. Ilmu kimia terdiri dari banyak konsep, hukum, dan azas, dari
yang sederhana sampai yang kompleks. Oleh sebab itu, pembelajaran kimia harus
diupayakan untuk dapat membekali siswa dengan berbagai kemampuan.

Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan pokok dalam seluruh proses pendidikan di sekolah. Hal ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan
salah satunya tergantung pada proses belajar yang dialami siswa selama pembelajaran berlangsung. Selain itu, suasana belajar yang dikembangkan oleh guru
mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan belajar siswa.
Salah satu prasyarat yang harus diwujudkan selama kegiatan belajar mengajar
adalah bagaimana guru mampu meningkatkan atau membangun partisipasi aktif
siswa. Sehingga guru tidak lagi menjadi satu satunya sumber belajar yang selalu
mentransfer ilmu pengetahuan dan informasi kepada siswanya, akan tetapi guru
menjadi fasilitator yang senantiasa aktif memilih strategi belajar dan menyiapkan
perangkat pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk meningkatkan atau
membangun partisipasi aktifnya. Oleh karena itu aktifitas dan kreatifitas guru

2

dalam memotivasi siswa untuk terlibat langsung dan aktif dalam pembelajaran
merupakan salah satu aspek yang menentukan keberhasilan pencapaian tujuan
belajar.

Faktanya pembelajaran kimia di sekolah cenderung hanya menghadirkan konsep,
hukum dan teori saja tanpa menyuguhkan bagaimana proses ditemukannya
konsep, hukum dan teori tersebut sehingga tidak tumbuh sikap ilmiah dalam diri
siswa. Materi disampaikan dengan metode ceramah akibatnya siswa menyerap
informasi secara pasif, hanya mengenal banyak konsep secara hafalan. Selain itu,
pembelajaran kimia juga menjadi tidak menarik dan lepas relevansinya dengan
dunia nyata yang seharusnya menjadi objek ilmu pengetahuan tersebut.
(Depdiknas, 2003).

Hal ini di perkuat berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di kelas XI
IPA SMA Perintis 1 Bandar Lampung pada mata pelajaran kimia, pembelajaran
kimia menggunakan metode ceramah dan tanya jawab, serta praktikum untuk
materi tertentu. Pada proses pembelajaran, guru menyampaikan materi terlebih
dahulu dan sesekali melontarkan pertanyaan kepada siswa. Guru meminta siswa
untuk mendengarkan dan mencatat materi yang dijelaskan oleh guru. Setelah
semua materi dijelaskan, guru memberikan latihan soal untuk dikerjakan siswa
dan pada akhir pembelajaran guru bersama siswa menyimpulkan materi yang baru
saja dipelajari. Tujuan utama pembelajaran seperti ini adalah menekankan pada
penguasaan konsep se-hingga siswa dapat mengerjakan soal pada saat ujian.
Pembelajaran seperti ini membuat siswa kurang tertarik pada pelajaran kimia,
karena siswa sulit untuk menghubungkan konsep ilmu kimia dengan kehidupan

3

sehari-hari. Siswa belum menyadari bahwa ilmu kimia sangat dekat dengan kehidupan mereka, setiap saat mereka berhubungan dengan kimia, makanan yang
mereka konsumsi, pakaian yang mereka kenakan setiap hari pada hakekatnya
adalah ilmu kimia.

Salah satu upaya agar proses pembelajaran berpusat pada siswa, maka perlunya
menekan proses pembelajaran pada sikap ilmiah siswa seperti melalui pendekatan
keterampilan proses sains (KPS), Keterampilan Proses Sains adalah semua keterampilan yang terlibat pada saat berlangsungnya sains. KPS penting dimiliki
guru agar digunakan sebagai jembatan untuk menyampaikan pengetahuan atau
informasi baru kepada siswa atau mengembangkan pengetahuan atau informasi
yang telah dimiliki siswa. KPS sangat cocok diaplikasikan pada kegiatan praktikum.

Keterampilan Proses Sains pada pembelajaran sains menekankan pada pembentukan keterampilan untuk memperoleh pengetahuan dan pengomunikasian hasilnya.
Penting bagi seorang guru melatihkan KPS kepada siswa, karena dapat membekali
siswa dengan suatu keterampilan berpikir dan bertindak melalui sains untuk menyelesaikan suatu masalah serta menjelaskan fenomena yang ada dalam kehidupannya sehari-hari.

Salah satu indikator keterampilan proses sains adalah keterampilan Menyimpulkan dan mengkomunikasikan, keterampilan menyimpulkan dapat diartikan sebagai suatu keterampilan untuk memutuskan keadaan suatu objek atau peristiwa
berdasarkan fakta, konsep dan prinsip yang diketahui, sedangkan keterampilan
mengkomunikasikan dapat diartikan sebagai menyampaikan dan memperoleh

4

fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk tulisan, gambar, gerak,
tindakan, atau penampilan misalnya dengan berdiskusi, mendeklamasikan, mendramakan, mengungkapkan, melaporkan (dalam bentuk lisan, tulisan, gerak, atau
(penampilan).

Melalui pengamatan langsung yang banyak dilakukan pada materi koloid ini,
siswa dituntut agar mampu menjelaskan hasil percobaan, serta menyusun dan
menyampaikan laporan secara sistematis dan jelas. Kemampuan-kemampuan ini
tidak lain merupakan indikator keterampilan mengkomunikasikan. Hal ini menunjukkan bahwa secara tidak langsung pembelajaran inkuiri terbimbing ini
mampu meningkatkan keterampilan berkomunikasi siswa.

Sama halnya dengan materi koloid, siswa akan sangat tertarik jika mereka mengetahui hubungan koloid dengan kehidupan sehari-hari. Misalnya pada saat membuat susu dimana susu akan dicampurkan dengan air kemudian akan terlihatbahwa
campuran tersebut larut dan tidak dapat disaring, serta contoh yang lainnya. Oleh
karena itu, sudah menjadi tugas guru untuk dapat menciptakan suatu proses pembelajaran yang efektif dan menyenangkan bagi siswa, sehingga tidak hanya peningkatan keterampilan saja yang siswa dapatkan, tetapi juga kebermanfaatan
ilmu tersebut bagi kehidupan mereka sehari-hari.

Adapun usaha yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan melakukan studi pustaka dengan mempelajari hasil penelitian terdahulu. Salah satu
hasil penelitian yang meneliti model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah
Marlinda (2012) dalam penelitiannya yang menjelaskan bahwa adanya peningkat-

5

an hasil belajar siswa dengan digunakannya keterampilan berfikir kritis dalam
model inkuiri terbimbing pada materi laju reaksi. Berdasarkan hasil penelitian
tersebut, maka diproleh kesimpulan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing diharapkan dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran dan membantu siswa dalam menemukan dan memahami konsep yang
sulit.

Pembelajaran inkuiri terbimbing dapat membantu dalam menggunakan ingatan
dan transfer pada situasi proses belajar yang baru, mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka,
situasi proses belajar menjadi lebih terangsang, dapat mengembangkan bakat atau
kecakapan individu, dan memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri,
(Roestiyah, 1998).

Pembelajaran inkuiri terbimbing dimulai dengan memberikan pertanyaan dan cara
bagaimana menjawab pertanyaan tersebut. Melalui pertanyaan tersebut siswa dilatih melakukan observasi terbuka, kemudian mengembangkan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat suatu kesimpulan. Kegiatan
seperti ini dapat melatih siswa membuka pikirannya sehingga mampu membuat
hubungan antara kejadian, objek atau kondisi dengan kehidupan nyata. Melalui
model pembelajaran ini siswa diajak untuk bisa menemukan masalah-masalah
yang berkaitan dengan materi pelajaran sehingga siswa dapat terlibat secara aktif
dalam proses belajar mengajar, selain itu model ini juga dapat membangkitkan
semangat siswa, karena siswa dapat merasakan usaha keras mereka dalam

6

penyelidikannya. Dengan demikian keterampilan proses sains siswa dapat terlatih
dengan baik.

Pembelajaran inkuiri terbimbing diharapkan menjadi salah satu model pembelajaran yang dapat memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan hasil
belajar kimia siswa. Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan-lah penelitian
yang berjudul ”Efektivitas Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dalam Meningkatkan Keterampilan Menyimpulkan dan mengkomunikasikan Siswa
pada Materi Koloid”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
 Apakah model pembelajaran inkuiri terbimbing efektif dalam meningkatkan keterampilan menyimpulkan dan mengkomunikasikan siswa pada
materi koloid.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
 Mendeskripsikan efektivitas pembelajaran inkuiri terbimbing dalam meningkatkan keterampilan menyimpulkan dan mengkomunikasikan siswa
pada materi koloid.

7

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa,
guru, dan sekolah yaitu :
1. Siswa menjadi aktif dalam pembelajaran, sehingga keterampilan menyimpulkan dan mengkomunikasikan siswa menjadi lebih baik.
2. Dapat memberikan pengalaman belajar secara langsung kepada siswa,
mempermudah siswa dalam meningkatkan keterampilan menyimpulkan
dan mengkomunikasikan siswa.
3. Pembelajaran inkuiri terbimbing menjadi salah satu alternatif strategi pembelajaran yang inovatif, kreatif, dan produktif bagi guru dalam memilih
model pembelajaran sebagai upaya meningkatkan keterampilan proses
sains siswa.
4. Sumbangan pemikiran dan informasi dalam upaya meningkatkan mutu
pembelajaran kimia di sekolah.

E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah:
1. Efektivitas pembelajaran inkuiri terbimbing ditunjukkan dengan adanya
perbedaan n-Gain yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas
eksperimen.
2. Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang selama ini digunakan. Pembelajaran konvensional yang diterapkan menggunakan

8

metode ceramah, tanya jawab, latihan, dan praktikum pada materi-materi
tertentu.
3. Pembelajaran inkuiri terbimbing terdiri dari 5 tahap yaitu mengajukan
permasalahan, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis
data, dan membuat kesimpulan.
4. Keterampilan menyimpulkan merupakan indikator dari keterampilan
proses sains ( KPS ), keterampilan menyimpulkan dalam penelitian ini
yaitu menyimpulkan dari hasil pengamatan.
5. Indikator keterampilan mengkomunikasikan yang diamati dalam penelitian
ini adalah mendiskusikan hasil percobaan, memberikan data hasil percobaan atau pengamatan dalam bentuk tabel, membuat tabel, membaca tabel,
menjelaskan hasil percobaan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Efektivitas Pembelajaran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, membawa hasil dan
merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan, dalam hal ini efektivitas
dapat dilihat dari tercapai tidaknya tujuan instruksional khusus yang telah dicanangkan. Metode pembelajaran dikatakan efektif jika tujuan instruksional
khusus yang dicanangkan lebih banyak tercapai (Satria, 2005).

Efektivitas metode pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan
dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Menurut Wicaksono
(2008), kriteria keefektifan dalam suatu penelitian adalah:
Model pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa
apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan perbedaaan yang
signifikan antara pemahaman awal sebelum pembelajaran dan pemahaman
setelah pembelajaran (gain yang signifikan).

B. Teori Belajar Konstruktivisme

Teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompokkan dalam teori pembelajaran
konstruktivis (constructivist theorist of learning). Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan
informasi kompleks, memeriksa informasi baru dengan aturan-aturan lama dan

10

merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benarbenar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya. Teori ini berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemrosesan informasi, dan teori
psikologi kognitif yang lain, seperti teori Bruner (Slavin dalam Nur, 2002 : 8).

Menurut teori kontruktivis, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah guru tidak hanya sekadar memberikan pengetahuan kepada siswa,
tetapi siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru
dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi cerdas dan secara sadar menggunakan strategi mereka
sendiri untuk belajar. Guru bisa memberi siswa anak tangga yang membawa
siswa ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus
memanjat anak tangga tersebut (Nur, 2002 : 8).

Dalam upaya mengimplementasikan teori belajar konstruktivisme, Tytler (1996:
20) mengajukan beberapa saran yang berkaitan dengan rancangan pembelajaran,
sebagai berikut:
(1) memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan
bahasa sendiri.
(2) memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir tentang pengalamannya
sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif.
(3) memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru.
(4) memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki
siswa.
(5) mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka.
(6) menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.

11

C. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Pembelajaran inkuiri terbimbing adalah cara penyajian pelajaran dengan memberi
kesempatan kepada siswa untuk menemukan informasi dengan bantuan guru.
Dalam hal ini siswa ditempatkan untuk belajar sendiri mengembangkan kemampuan dalam memecahkan masalah dan siswa benar-benar ditempatkan sebagai
subyek belajar. Pembelajaran inkuiri memungkinkan siswa untuk mengalami
sendiri bagaimana caranya menemukan keterkaitan-keterkaitan baru dan bagaimana caranya mendapatkan pengetahuan melalui kegiatan mandiri. Guru dapat
membantu siswa memahami konsep yang sulit dengan cara memberikan pengalaman langsung menggunakan eksperimen. Belajar harus bersifat menyelidiki atau
melalui penemuan.

Gulo (2002) dalam Trianto (2007:137-138) menyatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing adalah sebagai berikut:
1. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan
Kegiatan metode pembelajaran inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan, kemudian siswa diminta untuk merumuskan
hipotesis.
2. Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi permasalahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses ini, guru
membimbing siswa menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang diberikan.
3. Mengumpulkan data
Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Guru
membimbing siswa untuk menentukan langkah-langkah pengumpulan
data. Data yang dihasilkan dapat berupa tabel atau grafik.
4. Analisis data
Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan
menganalisis data yang telah diperoleh. Setelah memperoleh kesimpulan,
dari data percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang telah dirumuskan.
Bila ternyata hipotesis itu salah atau ditolak, siswa dapat menjelaskan
sesuai dengan proses inkuiri yang telah dilakukannya.

12

5. Membuat kesimpulan
Langkah penutup dari pembelajaran penemuan adalah membuat
kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh siswa.
Menurut Sudjana (1989) dalam Trianto, ada lima tahapan yang ditempuh dalam
melaksanakan inkuiri terbimbing, yakni:
1. Merumuskan masalah untuk dipecahkan oleh siswa
2. Menetapkan jawaban sementara atau lebih dikenal dengan istilah hipotesis
3. Siswa mencari informasi, data, fakta yang diperlukan untuk menjawab
permasalahan atau hipotesis
4. Menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi
5. Mengaplikasikan kesimpulan atau generalisasi dalam situasi baru

D. Keterampilan Proses Sains (KPS)

Menurut Moedjiono dan Dimyati (2006:140-145), keterampilan proses sains dapat
diartikan sebagai keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang terkait dengan kemampuan-kemampuan mendasar yang telah ada dalam diri siswa.

Funk dalam Dimyati dan Mudjiono (2006) membagi keterampilan Proses menjadi
dua kelompok besar yaitu keterampilan dasar dan keterampilan terintegrasi.
Keterampilan dasar (basic skill) terdiri dari enam keterampilan, yakni:
mengamati, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, mengkomunikasikan, dan
menyimpulkan. Sedangkan keterampilan terintegrasi (grated skill ) terdiri dari
sepuluh keterampilan, yakni: mengidentifikasi variabel, membuat tabel data, menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan hubungan antarvariabel, mengumpulkan dan mengolah data, menganalisis penelitian, menyusun hipotesis,
mendefinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian, dan melaksanakan eksperimen.

13

a.

Mengamati
Melalui kegiatan mengamati, kita belajar tentang dunia sekitar kita yang
fantastis. Manusia mengamati objek-objek dan fenomena alam dengan panca
indra: penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan perasa atau pengecap. Informasi yang kita peroleh, dapat menuntut keingintahuan, mempertanyakan, memikirkan, melakukan interpretasi tentang lingkungan kita,
dan meneliti lebih lanjut. Selain itu, kemampuan mengamati merupakan keterampilan paling dasar dalam proses dan memperoleh ilmu pengetahuan
serta merupakan hal terpenting untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan proses yang lain. Mengamati memiliki dua sifat yang utama,
yakni sifat kualitatif dan sikap kuantitatif. Mengamati bersifat kualitatif
apabila dalam pelaksanaannya hanya menggunakan pancaindra untuk memperoleh informasi. Mengamati bersifat kuantitatif apabila dalam pelaksanaannya selain menggunakan pancaindra, juga menggunakan peralatan lain
yang memberikan informasi khusus dan tepat.

b.

Mengklasifikasikan
Mengklasifikasikan merupakan keterampilan proses untuk memilah berbagai
objek peristiwa berdasarkan sifat-sifat khususnya, sehingga didapatkan
golongan atau kelompok sejenis dari objek peristiwa yang dimaksud.
Contohnya antara lain: mengklasifikasikan cat berdasarkan warna, mengklasifikasikan binatang menjadi binatang beranak dan bertelur, dan lain-lain.

c.

Mengukur
Mengukur dapat diartikan sebagai membandingkan yang diukur dengan satuan ukuran tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Contoh-contoh

14

kegiatan yang menampakkan keterampilan mengukur antara lain: mengukur
panjang garis, mengukur berat badan, mengukur temperatur, dan kegiatan
sejenis yang lain.
d.

Memprediksi
Memprediksi dapat diartikan sebagai mengantisipasi atau membuat ramalan
tentang segala hal yang akan terjadi pada waktu mendatang, berdasarkan perkiraan pada pola atau kecenderungan tertentu, atau hubungan antara fakta,
konsep, dan prinsip dalam ilmu pengetahuan.

e.

Mengkomunikasikan
Mengkomunikasikan dapat diartikan sebagai menyampaikan dan memperoleh
fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk tulisan, gambar,
gerak, tindakan, atau penampilan misalnya dengan berdiskusi, mendeklamasikan, mendramakan, mengungkapkan, melaporkan (dalam bentuk lisan,
tulisan, gerak, atau penampilan).

f.

Menyimpulkan
Menyimpulkan dapat diartikan sebagai suatu keterampilan untuk memutuskan keadaan suatu objek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep dan prinsip
yang diketahui.

Keterampilan proses sains dibutuhkan untuk menggunakan dan memahami sains
(Gagne dalam Hartono, 2007 ). Untuk dapat memahami hakikat IPA secara utuh
yakni IPA sebagai proses, produk, dan aplikasi, siswa harus memiliki kemampuan
keterampilan proses sains. Keterampilan Proses Sains(KPS) adalah semua keterampilan yang terlibat pada saat berlangsungnya sains. KPS terdiri dari beberapa keterampilan yang satu sama lain berkaitan dengan sebagai prasyarat.

15

KPS penting dimiliki guru untuk digunakan sebagai jembatan untuk menyampaikan pengetahuan atau informasi baru kepada siswa atau mengembangkan pengetahuan atau informasi yang telah dimiliki siswa. KPS ini dapat diaplikasikan
misalnya pada kegiatan praktikum.

Menurut Esler dan Esler dalam Hartono(2007), KPS dikelompokkan menjadi 2
yaitu keterampilan proses dasar dan keterampilan proses terpadu.
Keterampilan Proses Dasar

Keterampilan Proses Terpadu

Mengamati ( Observasi)
Mengkomunikasikan ( Klasifikasi )
Melakukan Pengukuran
Berkomunikasi
Menarik Kesimpulan
Memprediksi

Merumuskan Hipotesis
Menyatakan Variabel
Mengontrol Variabel
Mendefinisikan Operasional
Eksperimen
Menginterpretasi Data
Penyelidikan
Aplikasi Konsep

Dimyati dan Mudjiono (2002) memuat alasan mengenai pendekatan KPS yang
diambil dari pendapat Funk dalam Hartono (2007) sebagai berikut :
(1) Pendekatan KPS dapat mengembangkan hakikat ilmu pengetahuan siswa.
Siswa terdorong untuk memperoleh ilmu pengetahuan dengan baik karena
lebih memahami fakta dan konsep ilmu pengetahuan.
(2) Pembelajaran melalui KPS akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak hanya menceritakan, dan atau mendengarkan sejarah ilmu pengetahuan.
(3) KPS dapat digunakan untuk belajar proses dan sekaligus produk ilmu
pengetahuan. Pendekatan KPS memberikan kesempatan kepada siswa untuk
secara bertindak sebagai seorang ilmuan ( Dimyati dan Mudjiono, 2002 )

16

Tabel 1. Indikator keterampilan dasar
Keterampilan Dasar

Indikator

Mampu menggunakan semua indera untuk
mengamati, mengidentifikasi, dan memahami sifat
benda dan kejadian secara teliti dari hasil
pengamatan
Mampu menentukan perbedaan, mengkontraskan
Klasifikasi
ciri-ciri, mencari kesamaan, membandingkan, dan
menentukan dasar penggolongan terhadap suatu
objek
Mampu memilih dan menggunakan peralatan untuk
Pengukuran
menentukan secara kuantitatif dan kualitatif ukuran
suatu benda secara benar yang sesuai untuk
panjang, luas, volume, waktu, berat, dan lain-lain.
Dan mampu mendemonstrasikan perubahan suatu
satuan pengukuran ke satuan pengukuran lain
Mampu membaca dan mengkompilasi informasi
Komunikasi
dalam grafik atau diagram, menggambar data
empiris dengan grafik, tabel, atau diagram,
menjelaskan hasil percobaan, menyusun dan
menyampaikan laporan secara sistematis dan jelas
Mampu membuat suatu kesimpulan tentang suatu
Menarik Kesimpulan
benda atau fenomena setelah mengumpulkan,
menginterpretasi data dan informasi
Tabel 2. Indikator keterampilan proses sains terpadu
Observasi

Keterampilan Terpadu

Indikator

Merumuskan Hipotesis
( Formulating Hypotheses )

Mampu menyatakan hubungan antara 2
variabel, mengajukan perkiraan penyebab suatu
hal terjadi dengan mengungkapkan bagaimana
cara melakukan pemecahan masalah
Mampu mendefiniskan semua variabel jika
digunakan dalam percobaan
Mampu mengidentifikasikan variabel yang
mempengaruhi hasil percobaan menjaga
kekonstanannya selagi memanipulasi variabel
bebas
Mampu menyatakan bagaimana mengukur
semua faktor atau variabel dalam suatu
eksperimen

Menamai Variabel
(Naming Variable )
Mengontrol Variabel
( Controlling Variabel )

Membuat Definisi
Operasioal
(Making Operational
Definition )
Melakukan Eksperimen
( Experimenting )

Mampu melakukan kegiatan mengajukan
pertanyaan yang sesuai, menyatakan hipotesis,
mengidentifikasi dan mengontrol variabel,
mendefinisikan secara operasional variabelvariabel, mendesain sebuah eksperimen.

17

Keterampilan Terpadu

Indikator

Interpretasi
( Interpretting )

Mampu menghubung-hubungkan hasil
pengamatan terhadap obyek, menarik
kesimpulan, menemukan pola atau keteraturan
yang dituliskan ( misalkan dalam tabel ) suatu
fenomena

Merancang Penyelidikan
( Investigating )

Mampu menentukan alat dan bahan yang
diperlukan dalam suatu penyelidikan,
menentukan variabel kontrol, variabel bebas,
menentukan apa yang akan diamati, diukur dan
ditulis, dan menentukan cara dan langkah kerja
yang mengarah pada pencapaian kebenaran
ilmiah
Mampu menjelaskan peristiwa baru dengan
menggunakan konsep yang telah dimiliki dan
mampu menerapkan konsep yang telah
dipelajari dalam situasi baru

Aplikasi Konsep
( Appling Concepts )

E. Kerangka Berpikir

Tidak dapat dipungkiri bahwa keberhasilan suatu proses pembelajaran erat kaitannya dengan ketepatan pendidik dalam memilih model pembelajaran. Kemampuan
guru untuk memilih dan menerapkan model dan media pembelajaran yang tepat
akan menentukan tingkat prestasi belajar siswa terhadap konsep yang diberikan
dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran inkuiri terbimbing adalah pembelajaran di mana siswa diberikan kesempatan untuk menganalisis hasil dan mengambil kesimpulan secara mandiri,
sedangkan topik, pertanyaan dan bahan penunjang ditentukan oleh guru.

Pembelajaran inkuiri terbimbing terdiri dari 5 tahap. Tahap pertama yaitu tahap
mengajukan pertanyaan atau permasalahan. Pada tahap ini guru memberikan permasalahan agar siswa mampu menemukan sendiri arah dan tindakan-tindakan

18

yang harus dilakukan untuk memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru.
Tahap kedua yaitu tahap merumuskan hipotesis. Pada tahap ini guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk merumuskan hipotesis secara bebas dari permasalahan yang diberikan berdasarkan pengetahuan awal mereka. Tahap ketiga
yaitu tahap mengumpulkan data. Pada tahap ini guru membimbing siswa untuk
mengumpulkan data yang dapat diperoleh dari melakukan percobaan atau telaah
literatur. Pada tahap ini siswa diharapkan mampu mengumpulkan data semaksimal mungkin untuk mendukung jawaban hipotesis yang dituliskan. Tahap
keempat yaitu tahap menganalisis data. Pada tahap ini guru membimbing siswa
menganalis data dari hasil percobaan yang telah dilakukan atau telaah litertur,
siswa berdiskusi dalam kelompoknya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang terdapat pada LKS. Pada tahap ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa berpikir rasional bahwa kebenaran jawaban bukan hanya berdasarkan argumentasi tetapi didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggung jawabkan. Tahap kelima yaitu tahap membuat kesimpulan. Pada tahap
ini guru membimbing siswa membuat kesimpulan berdasarkan hasil percobaan
dan analisis data yang telah diperoleh. Tahap ini diharapkan mampu membantu
siswa dalam upaya mengembangkan kemampuan dalam menyelesaikan masalah
yang diberikan, sampai pada akhirnya kemampuan mereka berkembang secara
utuh.

Didasarkan pada keterangan dari beberapa ahli yang telah diuraikan sebelumnya
bahwa kelebihan dari pembelajaran inkuiri terbimbing dibandingkan dengan pembelajaran konvensional yakni pada pembelajaran inkuiri terbimbing cara penyajian pelajaran yaitu dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan

19

informasi dengan bantuan guru. Dalam hal ini siswa ditempatkan untuk belajar
sendiri mengembangkan kemampuan dalam memecahkan masalah dan siswa
benar-benar ditempatkan sebagai subyek belajar. Pembelajaran inkuiri memungkinkan siswa untuk mengalami sendiri bagaimana caranya menemukan keterkaitan-keterkaitan baru dan bagaimana caranya mendapatkan pengetahuan melalui kegiatan mandiri. Pada pembelajaran ini siswa juga dapat mengembangkan
keterampilan mengkomunikasikan dan keterampilan menyimpulkan yang memungkinkan mereka belajar dan bekerja dalam tim, siswa dapat mengintegrasikan
teori dan praktek yang memungkinkan mereka menggabungkan pengetahuan lama
dan baru, sehingga pada akhirnya memotivasi siswa untuk belajar lebih baik.
Pada materi koloid memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan kehidupan sehari-hari. Berdasarkan uraian tersebut peneliti memiliki pemikiran bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing akan lebih efektif dalam meningkatkan keterampilan
mengkomunikasikan dan menyimpulkan pada materi koloid yang lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

Namun, walaupun pembelajaran inkuiri terbimbing mempunyai beberapa keunggulan, pembelajaran ini juga memiliki kelemahan (Roestiyah, 1998).
Kelemahan-kelemahan inkuiri terbimbing antara lain adalah : (1) Guru harus tepat
memilih masalah yang akan dikemukan untuk membantu siswa menemukan
konsep. (2) Guru dituntut menyesuaikan diri terhadap gaya belajar siswasiswanya. (3) Guru sebagai fasilitator diharapkan kreatif dalam mengembangkan
pertanyaan-pertanyaan. Kelemahan pembelajaran inkuiri terbimbing dapat diatasi
dengan cara: (1) Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang membimbing
agar siswa terdorong mengajukan dugaan awal. (2) Menggunakan bahan atau

20

permainan yang bervariasi. (3) Memberikan kesempatan kepada siswa mengajukan gagasan-gagasan meskipun gagasan tersebut belum tepat.

F. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:
1. Siswa kelas XI IPA 3 dan XI IPA 4 semester genap SMA Perintis 1 Bandar
Lampung T.A. 2012/2013 yang menjadi subyek penelitian mempunyai
kemampuan dasar yang sama.
2. Tingkat kedalaman dan keluasan materi yang dibelajarkan sama.
3. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi peningkatan keterampilan menyimpulkan dan mengkomunikasikan materi koloid siswa kelas XI semester genap
SMA Perintis 1 Bandar Lampung T.A. 2012/2013 diabaikan.
4. Perbedaan gain keterampilan menyimpulkan dan mengkomunikasikan siswa
pada materi koloid semata-mata terjadi karena perbedaan perlakuan dalam
proses pembelajaran.

G. Hipotesis Umum

Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah:
a. Pembelajaran inkuiri terbimbing efektif untuk meningkatkan keterampilan
menyimpulkan dan mengkomunikasikan dibandingkan dengan pembelajaran
konvensional pada materi koloid.

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Penentuan Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Perintis 1
Bandar Lampung tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 196 siswa dan tersebar
dalam lima kelas. Siswa tersebut merupakan satu kesatuan populasi, karena adanya kesamaan-kesamaan sebagai berikut:
a. Siswa-siswa tersebut berada dalam lima kelas yang sama, yaitu kelas XI IPA
SMA Perintis 1 Bandar Lampung.
b. Siswa-siswa tersebut berada dalam semester yang sama, yaitu semester genap.
c. Dalam pelaksanaan pengajarannya, siswa-siswa tersebut diajar dengan
kurikulum yang sama (KTSP), dan jumlah jam belajar yang sama (4 jam
pelajaran dalam setiap minggu).

2. Sampel
Dalam penelitian ini yang bertindak sebagai sampel adalah siswa kelas XI IPA 3
dan XI IPA 4 SMA Perintis 1 Bandar Lampung.
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik sampling purposif, yaitu teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat

22

oleh peneliti sendiri berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui
sebelumnya. Pada teknik sampling purposif menurut Sudjana (2002), hanya
mereka yang dianggap ahli yang patut memberikan pertimbangan untuk pengambilan sampel yang diperlukan. Sampling purposif akan baik hasilnya di tangan
seorang ahli yang mengenal populasi dan dapat segera mengetahui lokasi
masalah-masalah yang khas. Dalam hal ini pertimbangan pengambilan sampel
yang digunakan adalah tingkat kognitif kedua kelas harus sama dan ada pada
tingkat kognitif menengah ke bawah. dalam hal ini penentuan sampel dilakukan
atas pertimbangan dari pihak sekolah yang memahami karakteristik siswa kelas
XI IPA di sekolah tersebut untuk menentukan kelas yang akan dijadikan sampel.
Akhirnya diperoleh kelas XI IPA 3 dan XI IPA 4 sebagai sampel. Kelas XI IPA 4
sebagai kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing,
sedangkan kelas IPA 3 sebagai kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran
konvensional.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang bersifat
kuantitatif yaitu data hasil tes sebelum pembelajaran diterapkan (pretest) dan hasil
tes setelah pembelajaran diterapkan (posttest) siswa.
Sumber data dibagi menjadi dua kelompok yaitu :
1.

Data hasil pretest dan posttest kelompok kontrol

2.

Data hasil pretest dan posttest kelompok eksperimen

23

C. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi-eksperimen dan Desain yang digunakan adalah Nonequivalent Pretes-Posttest Control Group Design (Sugiyono,
2002) Di dalamnya terdapat langkah-langkah yang menunjukkan suatu urutan kegiatan penelitian yaitu:

Tabel 3. desain penelitian
Pretest

Perlakuan

Posttest

Kelas kontrol

O1

-

O2

Kelas eksperimen

O1

X2

O2

Dengan keterangan O1 adalah pretest yang diberikan sebelum diberikan perlakuan, O2 adalah posttest yang diberikan setelah diberikan perlakuan. X2 adalah
perlakuan berupa penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing.

D. Variabel Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas penerapan metode
pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap keterampilan mengkomunikasikan dan
keterampilan menyimpulkan pada materi koloid siswa SMA Perintis 1 Bandar
Lampung. Penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat.
Sebagai variabel bebas adalah model pembelajaran yang digunakan, yaitu inkuiri
terbimbing dan pembelajaran konvensional. Sebagai variabel terikat adalah keterampilan mengkomunikasikan dan keterampilan menyimpulkan pada materi
koloid siswa SMA Perintis 1 Bandar Lampung.

24

E. Instrumen Penelitian

1.

Instrumen

Instrumen penelitian yang digunakan adalah :
a.

Silabus yang sesuai dengan standar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

b.

LKS kimia yang menggunakan model inkuiri terbimbing sejumlah 4 LKS.

c.

Soal pretest dan postest yang berjumlah 5 soal essay.

d.

Lembar aktivitas, yaitu lembar pengamatan terhadap aktivitas yang dilakukan
siswa selama proses pembelajaran.

F. Validitas Instrumen
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kesahihan suatu instrumen.
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan
dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Dalamkonteks
pengujian kevalidan instrumen dapat dilakukan dengan dua macam cara, yaitu
cara judgment dan pengujian empirik.
Penelitian ini menggunakan validitas isi. Validitas isi adalah kesesuaian antara
instrumen dengan ranah atau domain yang diukur (Ali M. 1992: 88). Adapun
pengujian kevalidan isi ini dilakukan dengan cara judgment. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan menelaah kisi-kisi, terutama kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan pengukuran, indikator, dan butir-butir pertanyaannya. Bila antara
unsur-unsur itu terdapat kesesuaian, maka dapat dinilai bahwa instrumen dianggap

25

valid untuk digunakan dalam mengumpulkan data sesuai kepentingan penelitian
yang bersangkutan. Oleh karena dalam melakukan judgment diperlukan ketelitian
dan keahlian penilai, maka peneliti meminta ahli untuk melakukan-nya. Dalam
hal ini dilakukan oleh Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si dan Ibu Dra. Ila Rosilawati,
M.Si selaku dosen pembimbing penelitian untuk mengujinya.

G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah yang digunakan penelitian ini adalah:
1. melakukan observasi kesekolah untuk mendapatkan informasi tentang keadaan
sekolah, data siswa, data nilai, jadwal dan tata tertib sekolah, serta saran prasarana di sekolah.
2. menetukan dua kelas sebagai kelas sampel.
3. mempersiapakn perangkat pembelajaran dan isntrumen.
4. pengujian validitas instrumen dengan dosen pembimbing.
5. memberikan pretest pada kelas kontrol dan eksprimen.
6. melaksanakan kegiatan pembelajaran pada materi koloid sesuai dengan model
pembelajaran yag telah ditetapkan di masing-masing kelas.
7. memberikan postest pada kelas kontrol dan eksprimen.
8. analisis data
9. kesimpulan.

26

Prosedur pelaksanaan penelitian tersebut dapat digambarkan dalam bentuk bagan
sebagai berikut :

Observasi Pendahuluan
Menentukan Populasi
dan Sampel

Mempersiapkan instrumen
Validasi instrumen

Kelas Eksperimen

Pembelajaran inkuiri
terbimbing

Pretest

Posttest

Kelas Kontrol
Pembelajaran
konvensional

Analisis Data
Kesimpulan

Gambar 1. Prosedur pelaksanaan penelitian.

H. Teknik Analisis Data

Tujuan analisis data adalah untuk memberikan makna atau arti yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah, tujuan, dan hipotesis yang telah
dirumuskan sebelumnya.
Nilai pretes dan postes pada penilaian keterampilan menyimpulkan dan
mengkomunikasikan dirumuskan sebagai berikut:
Nilai siswa =

x 100

........................(1)

27

Data yang diperoleh kemudian dianalisis, dengan menghitung gain yang selanjutnya digunakan uji homogenitas dan uji hipotesis.

1.

Menghitung n-Gain

Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan keterampilan menyimpulkan dan mengkomunikasikan pada materi koloid,
maka dilakukan analisis nilai gain ternormalisasi. Perhitungan ini bertujuan untuk
mengetahui peningkatan nilai pretes dan postes dari kedua kelas. Rumus n-Gain
(g) menurut Hake (1999) adalah sebagai berikut:
n-Gain =

........................(2)

Tabel 4. Klasifikasi gain ( g )
Besarnya g
g > 0.7
0,3 < g ≤ 0,7
g ≤ 0,3

2.

Interpretasi
Tinggi
Sedang
Rendah

Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dua kelompok sampel berasal dari
populasi berdistribusi normal atau tidak.

Hipotesis untuk uji normalitas :
H0 = data penelitian berdistribusi normal
H1 = data penelitian berdistribusi tidak normal
Untuk uji normalitas data, digunakan rumus yang terdapat dalam Sudjana (2005) :
........................(3)

28

Keterangan :
χ2 = uji Chi- kuadrat
Oi = frekuensi observasi
Ei = frekuensi harapan
Kriteria : Terima H0 atau data berdistribusi normal jika χ2hitung

χ2tabel

3 . Uji Homogenitas Dua Varians

Uji homogenitas dua varians digunakan untuk mengetahui apakah dua kelompok
sampel mempunyai varians yang homogen atau tidak.
H0 = data penelitian mempunyai variansi yang homogen
H1 = data penelitian mempunyai variansi yang tidak homogen
a.

Rumusan hipotesis

H0

(Sampel mempunyai varian yang homogen)

H1

(Sampel mempunyai varian yang tidak homogen)

Keterangan:
varians skor kelompok I
varians skor kelompok II
dimana dk1 = (n1-1) dan dk2 = (n2-1)

b.

Rumus statistik yang digunakan adalah uji-F:

....................(4)

29

Keterangan :

varians terbesar
varians terkecil

c.

Kriteria uji

Terima Ho jika Fhitung

4.

Ftabel dan tolak sebaliknya (Sudjana, 2005)

Pengujian Hipotesis

Untuk data sampel yang berasal dari populasi berdistribusi normal, maka uji
hipotesis yang digunakan adalah uji parametrik (Sudjana, 1996). Teknik pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik yaitu uji
perbedaan dua rata - rata, hipotesis dirumuskan dalam bentuk pasangan hipotesis
nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1).
1). Uji perbedaan dua rata-rata

Pengujian perbedaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui kemampuan keterampilan menyimpulkan dan mengkomunikasikan pada materi koloid mana
yang lebih tinggi antara pembelajaran inkuiri terbimbing dengan pembelajaran
konvensional.

Hipotesis 1 (Keterampilan menyimpulkan)
H0 : µ 1x≤ µ2x : Rata-rata n-Gain keterampilan menyimpulkan siswa pada materi
koloid yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing lebih
rendah atau sama dengan rata-rata n-Gain keterampilan menyimpulkan siswa dengan pembelajaran konvensional.

30

H1 : µ 1x> µ 2x

:

Rata-rata n-Gain keterampilan menyimpulkan siswa pada
materi koloid yang diterapkan pembelajaran inkuiri
terbimbing lebih tinggi dari pada rata-rata n-Gain keterampilan
menyimpulkan siswa dengan pembelajaran konvensional.

Hipotesis 2 (Keterampilan mengkomunikasikan)
Ho : µ 1y≤ µ2y : Rata-rata n-Gain keterampilan mengkomunikasikan siswa
pada koloid yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing
lebih rendah atau sama dengan rata-rata n-Gain keterampilan
mengkomunikasikan siswa dengan pembelajaran
konvensional.
H1 : µ 1y> µ 2y : Rata-rata n-Gain keterampilan mengkomunikasikan siswa
pada materi koloid yang diterapkan pembelajaran inkuiri
terbimbing lebih tinggi daripada peningkatan rata-rata n-Gain
keterampilan mengkomunikasikan siswa dengan pembelajaran
konvensional.
Keterangan :
µ 1 : Rata-rata n-Gain (x,y) pada materi koloid pada kelas yang diterapkan pembelajaran.
inkuiri terbimbing
µ 2 : Rata-rata n-Gain (x,y) pada materi koloid pada kelas dengan pembelajaran
konvensional
x: keterampilan menyimpulkan
y : keterampilan mengkomunikasikan

31

Dalam penelitian ini data yang diperoleh terdistribusi normal dan homogen, maka
pengujian menggunakan uji statistik parametrik, yaitu menggunakan uji-t
(Sudjana, 2005):

Rumus statistik yang digunakan adalah:
a)

Jika

t hitung

s2

(Sampel mempunyai varian yang homogen), maka :

X1 X 2
1
1
s
n1 n2

(n1 1) s12 (n2 1) s 22
n1 n2 2

.........................(5)

dan

..........................(6)

Keterangan :
thitung = Kesamaan dua rata-rata

X 1 = rata-rata n- Gain kelas eksperimen
X 2 = rata-rata n- Gain kelas kontrol
s2 = Varians
n1 = Jumlah siswa kelas eksperimen
n2 = Jumlah siswa kelas kontrol

s12 = Varians kelas eksperimen

s 22 = Varians kelas kontrol
Dengan kriteria pengujian: terima H0 jika t < t1-α dengan derajat kebebasan
d(k) = n1 + n2 – 2 dan tolak H0 untuk harga t lainnya. Dengan menentukan taraf
signifikan α = 5% peluang (1- α ).

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan dalam
penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Pembelajaran inkuri terbimbing efektif dalam meningkatkan keterampilan
menyimpulkan pada materi koloid siswa SMA Perintis 1 Bandar Lampung.
2. Pembelajaran inkuri terbimbing efektif dalam meningkatkan keterampilan
mengkomunikasikan pada materi koloid siswa SMA Perintis 1 Bandar
Lampung.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:
1. Pembelajaran inkuiri terbimbing hendaknya diterapkan dalam pembelajaran
kimia, terutama pada materi koloid karena terbukti efektif dalam meningkatkan keterampilan mennyimpulkan dan mengkomunikasikan.
2. Untuk meningkatkan efisien waktu sebaiknya dalam melakukan penelitian agar
mempersiapkan lebih awal hal-hal yang menunjang proses pembelajaran serta
lebih memperhatikan pengelolaan waktu dalam proses pembelajaran sehingga
pembelajaran lebih maksimal.

48

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. 1992. Strategi Penelitian Pendidikan. Angkasa. Bandung.
Basori, A. 2010. Kimia Untuk SMA. Bina Sarana Edukasi. Jakarta
Dahar, R.W. 1998. Teori-Teori Belajar. Erlangga. Jakarta.
Depdiknas. 2003. Pedoman khusus pengembangan silabus dan penilaian
kurikulum 2004. Direktorat Pendidikan Menengah Umum.
Dimyati dan Moedjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta.
Jakarta.
Djamarah dan Zain, A. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.
Hamalik, O. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Bandung
Hartono. 2007. Profil Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Program Pendidikan
Jarak Jauh SI PGSD Universitas Sriwijaya. Seminar Proceeding of The
International Seminar of Science Education, 27 Oktober 2007. Bandung
Ibrahim, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Universitas Negeri Surabaya.
Surabaya.
Marlinda, Mila. 2012. Efektivitas Model Inkuiri Terbimbing Dalam Meningkatkan
Menyebutkan Contoh Dan Mengidentifikasi Kesimpulan Pada Materi Laju
Reaksi ( siswa kelas XI IPA2 SMA Negeri 2 Gading Rejo). Universitas
Lampung. Bandar Lampung.
Muchtaridi dan Sandri Justiana. 2006. Kimia 2 SMA Kelas XI. Jakarta . Yudistira
Parning dan Horale. 2006. Kimia 2B SMA Kelas XI. Jakarta : Yudistira
Priyanto dan Harnoko.1997. Perangkat Pembelajaran. Depdikbud. Jakarta.
Purba, M. 2004. Kimia SMA Kelas XI. Erlangga. Jakarta.
Roestiyah. 1998. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.
Satria, A. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Halim Jaya. Jakarta.

49

Sriyono. 1992. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Rineka Cipta. Jakarta.
Suparno, P. 1997. Filsafat Kostruktivisme Dalam Pendidikan. Kanisius.
Yogyakarta
Sutresna, N. 2006. Kimia untuk Kelas XI. Jakarta . Grafindo
Trianto. 2009. Mendesain