digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
63
E. Pengalaman Mengikuti Ritual Lintas Agama
Jurusan Perbandingan Agama sering mengadakan kunjungan dalam mengikuti ritual keagamaan, seperti halnya pada malam Misa di Gereja dan
detik-detik Waisyak di Mahavihara. Kegiatan tersebut telah menjadi rutinitas tahunan di Jurusan Perbandingan Agama sendiri, seperti yang dikatakan oleh
Leswono:
“Kemarin ketika kita ada prosesi malam Misa di Gereja Pantekosta, apakah kita masih bisa diperbolehkan oleh agama kita atau belum, kita belum berani
untuk menerapkannya dan seakan masih ada skat. Tapi ketika kita sudah totalitas, baru kita bisa mengatakan pluralisme, bisa menghargai kegiatan
mereka seperti apa.”
84
Menghadiri acara ritual keagamaan telah menjadi suatu hal yang wajar apabila dilakukan oleh seorang akademisi Perbandingan Agama, karena
merupakan suatu pengalaman untuk mengetahui cara peribadatan yang dilakukan oleh agama lain, dan merupakan suatu bentuk rasa empati yang
membuahkan hasil untuk memperkuat spritual terhadap agama sendiri berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh oleh mahasiswa Perbandingan
Agama, karena bentuk sosialisasi tidak hanya diterapkan pada waktu bencana datang melainkan menghormati dan menghargai perayaan hari besar yang
dilakukan oleh agama lain. Pratama mengutarakan bahwa pengalaman berkunjung ke tempat ibadah lain itu yang pertama didapatkan adalah
knowledge, minimal mengetahui aktifitas beribadah pada agama tertentu bahwa bentuk ibadahnya seperti demikian, paling tidak setelah melakukan
84
Leswono, Wawancara 11 Juni 2015
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
64
kunjungan dapat mengetahui dasaran tentang agama tersebut, sehingga disitu terbangun komunikasi-komunikasi yang aktif.
85
Dalam melakukan kunjungan mahasiswa Perbandingan Agama tidak mensia-siakan untuk mengamati bangunan tempat ibadah agama lain yang
dilihat dari perspektif budaya yang diakulturasikan dengan agamanya, dan juga 1001 macam sistem peribadatan, ajaran, serta konsep ketuhanan dari
agama yang mereka kunjungi. Dari hal tersebut mereka mempunyai konsep dasar pengetahuan sebagai bekal untkuk komunikasi lebih dalam. Menurut
Pratama, kunjungan tersebut dimaknai sebagai pengalaman untuk melihat ke halaman luar dari apa yang diyakininya dan dijadikan sebagai wadah untuk
komunikasi lebih dalam dengan agama lain, sehingga pemahaman tentang pluralisme dapat lebih luas untuk dipahami, dan konsep pluralisme itu
berangkat dari pengalaman mengunjungi tempat-tempat ibadah lain agama tersebut.
86
Seperti yang dikatakan Martapura di atas, untuk memperkuat keimanan dan spiritual terhadap agama sendiri harus melihat agama lain,
apabila hanya melihat agama yang dianut saja maka kebenaran itu hanya tampak pada agama sendiri tidak secara universal.
87
F. Dasar Hukum Mengucapkan Selamat Hari Besar Terhadap Agama Lain