INTERAKSI SOSIAL MAHASISWA ANTARA ETNIS MADURA DAN JAWA DI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA.

(1)

INTERAKSI SOSIAL MAHAHASISWA ANTARA ETNIS

MADURA DAN JAWA

DI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu

Sosial (S.Sos) dalam Bidang Sosiologi

Oleh:

MOH. IMAM FADAL ARAFAH

NIM. B05210032

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

JURUSAN ILMU SOSIAL

FEBRUARI 2015


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Moh. Imam Fadal Arafah, 2015, Interaksi Sosial Mahasiswa Antara Etnis

Madura dan Jawa ( Di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya). Skripsi

program studi sosiologi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Kata Kunci: Interaksi Sosial, Etnis Madura dan Jawa

Ini merupakan penelitian lapangan guna menjawab pertanyaan sebagai berikut: Faktor-faktor terjadinya interaksi sosial antara etnis Madura dan Jawa serta bagaimana bentuk-bentuk interaksi sosial antara etnis Madura dan Jawa.

Data penelitian ini dihimpun melalui wawancara dan telaah pustaka. Teknik analisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif analitis yang bertujuan untuk membuat deskripsi atau gambaran mengenai objek penelitian secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta di lapangan, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang akan di teliti. Kemudian data tersebut diolah dan di analisis dengan pola pikir deduktif.

Adapun penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana interaksi sosial yang terjadi antara mahasiswa etnis Madura dan Jawa di kampus UIN Sunan Ampel Surabaya. Dari hasil penelitian menyimpulkan bahwa interaksi sosial antara mahasiswa etnis Madura dan Jawa di kampus UIN Sunan Ampel Surabaya. Interaksi antar kedua etnis tersebut terjalin sangat baik dan harmonis, bahkan seperti dalam satu keluarga. Terjadinya interaksi yang baik tersebut di sebabkan oleh beberapa faktor dalam bentuk yang berbeda diantaranya, faktor kerjasama, persaingan, dan saling berhubungan dalam bentuk organisasi, kegiatan sosial kemasyarakatan, dan pendidikan. Bukan hanya interaksi antar sesama mahasiswa yang terjalin dengan baik, akan tetapi interaksi mahasiswa dengan masyarakat jemur wonosari juga terjalin dengan sangat baik, hal itu bisa di buktikan dengan di ikut sertakannya mahasiswa dalam setiap acara sosial kemasyarakatan yang di adakan oleh masysrakat jemur wonosari.


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI...,...iii

MOTTO...iv

PERSEMBAHAN...,...v

PERNYATAANPERTANGGUNGJAWABANPENULISAN SKRIPSI...vi

ABSTRAK ...vii

KATA PENGANTAR ...viii

DAFTAR ISI ...x

BAB I : PENDAHULUAN...1

A.Latar Belakang...1

B.Rumusan Masalah...3

C.Tujuan Penelitian...3

D.Manfaat Penelitian...6

E. Definisi Konseptual...6

F. Penelitian Terdahulu...7

G.Metode Penelitian...9

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian...9

2. Lokasi dan Waktu Penelitian...10

3. Pemilihan Subyek Penelitian...10

4. Tahap-Tahap Penelitian...11

5. Teknik Pengumpulan Data...12

6. Teknik Analisis Data...14

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data...15


(7)

BAB II : KAJIAN TEORI ...21

A. Kajian Pustaka ...21

B. Kerangka Teoritik ...41

C. Penelitian Terdahulu yang Relevan ...46

BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA...49

A.Deskripsi Umum Obyek Penelitian ...49

B.Deskripsi Hasil Penelitian...54

C. Analisis Data...74

BAB IV PENUTUP ...80

A. Kesimpulan...80

B. Saran ...81

DAFTAR PUSTAKA...83 LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Pedoman wawancara

2. Surat keterangan (bukti melakukan penelitian)


(8)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konsep tentang masyarakat pasti sering kita dengar, seperti: masyarakat desa, masyarakat kota, masyarakata Jawa, masyarakat Madura dan lain-lain. Meskipun secara mudah bisa di artikan bahwa masyarakat itu berarti warga namun pada dasarnya konsep masyarakat itu sendiri sangatlah abstrak dan sulit untuk di fahami.

Istilah masyarakat berasal dari bahasa arab yaitu musyarak ayang

berarti ikut serta atau berpartisipasi, sedangkan dalam bahasa inggris

disebut society. Sehingga bisa dikatakan bahawa masyarakat adalah

sekumpulan manusia yang berinteraksi dalam hubungan sosial, mereka mempunyai kesamaan budaya, wilayah, dan identitas.

Masyarakat adalah suatu keseluruhan kompleks hubungan manusia yang luas sifatnya, keseluruhan yang komplek sendiri berarti bahwa keseluruhan itu terdiri atas bagian-bagian yang membentuk suatu kesatuan (peter l. Berger).

sedangkan menurut selo soemardjan masyarakat adalah orang-orang yang hidup berkelompok dan menghasilkan kebudayaan.

Kelompok sosial adalah himpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama oleh karena adanya hubungan di antara mereka. Hubungan


(9)

2

tersebut menyangkut hubungan timbal-balik yang saling mempengaruhi

dan juga suatu kesadaran saling tolong-menolong1. Jadi kelompok sosial

dapat di artikan sebagai kumpulan manusia yang lebih dari dua orang untuk melakukan suatu interaksi dalam masyarakat.

Interaksi sosial merupakan kunci dari kehidupan sosial, sehingga tanpa adanya interaksi sosial, tidak mungkin terjadi kehidupan bersama. Dalam interaksi sosial tersebut perilaku manusia yang satu akan mempengaruhi, mengubah atau bahkan memperbaiki perilaku manusia yang lain secara timbal balik. Jadi dengan adanya interaksi sosial membuat manusia dapat belajar, meniru, dan mengembangkan kemampuan diri.

Interaksi sosial tidak hanya terjadi antar individu, tetapi dapat juga terjadi antar individu dengan kelompok ataupun kelompok dengan kelompok, interaksi antar kelompok dapat selalu ditemui dimanapun terutama dalam masyarakat yang bercorak majemuk atau heterogen, dalam masyarakat yang majemuk tersebut berbagai kelompok masyarakat bertemu dengan berbagai macam latar belakang sosial ekonomi maupun budaya. Interaksi antar kelompok ini jika di amati akan sangat menarik, karena di dalamnya terdapat pola tingkah laku, kebiasaan, maupun nilai dan norma yang berbeda-beda, sehingga jika di antar kelompok tersebut kurang saling menjaga akan kemungkinan terjadi gesekan ataupun pertentangan di antara mereka.


(10)

3

Indonesia sebagai bangsa dengan berbagai macam etnis di dalamnya, dapat di katakan sebagai bangsa yang sangat majemuk, di antaranya ada etnis Jawa dan Madura yang keduanya mempunyai banyak perbedaan baik dari segi adat istiadat, perilaku, maupun budayanya. Mahasiswa yang berasal dari etnis Jawa sebagai bagian dari etnis mayoritas di pulau jawa dan juga merupakan salah satu kontrol sosial, mau tidak mau mereka harus lebih terlibat secara aktif dalam mewujudkan persatuan dalam segenap aspek kehidupan. Sehingga dapat dikatakan juga bahwa mereka memegang peranan yang penting dalam mewujudkan interaksi yang harmonis, khususnya dengan etnis Madura.

B. Rumusan Masalah

1. Apa faktor penyebab terjadinya interaksi sosial antara etnis Madura

dan Jawa?

2. Bagaimana bentuk-bentuk interaksi sosial antara etnis Madura dan

Jawa?

C. Tujuan Penelitian

1. Ingin mengetahui apa faktor penyebab terjadinya interaksi sosial

antara etnis Madura dan Jawa!

2. Ingin mengetahui bagaimana bentuk-bentuk interaksi sosial antara


(11)

4

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini di harapkan dapat menjadi masukan yang bersifat ilmiah dalam bidang sosiologi yang berkaitan dengan sikap terhadap etnis Madura dan interaksi antar etnis, serta hubungan interaksi antar keduanya.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini di harapkan dapat bermamfaat bagi mahasiswa etnis Jawa untuk mewujudkan kondisi interaksi dengan etnis Madura yang positif di lingkungan kampus pada khususnya dan di lingkungan masyarakat pada umumnya.

E. Definisi Konseptual

1. Interaksi Sosial

Hubungan antar manusia atau relasi sosial sangat menentukan struktur masyarakat, hubungan ini di dasarkan dalam praktik komunikasi, sehingga komunikasi merupakan dasar eksistensi masyarakat. Hubungan antar manusia, hubungan satu dengan yang lain, baik dalam bentuk perorangan maupun dengan kelompok atau antar kelompok manusia sendiri menjadi sumber dinamika perubahan

dan perkembangan masyarakat2.


(12)

5

Sedangkan menurut soerjono soekanto interaksi sosial

merupakandasar proses sosial yang terjadi karena adanyahubungan-hubungan antar individu, antar kelompok, atau antar individu dan

kelompok3.

2. Etnis Madura

Masyarakat madura dikenal juga memiliki budaya yang khas, unik, stereotipikal, dan stigmatik. Istilah khas disini menunjukkan bahwa entitas etnik madura memiliki kehususan kultural yang tidak serupa dengan etnografi komunitas etnis lain. Kehususan kulturan ini antara lain tampak pada ketaatan, ketundukan, dan kepasrahan mereka kepada empat figur utama dalam kehidupan yaitu buppa, bhabu, guruh, ratoh (bapak, ibu, guru, dan pemimpin pemerintahan)

3. Etnis Jawa

Masyarakat Jawa sebagai suatu etnik di Indonesia, menurut Koentjaraningrat, dikatakan bahwa hakekat hidup orang Jawa pada dasarnya menganggap hidup sebagai rangkaian peristiwa yag penuh dengan kesengsaraan, dimana harus dijalakan dengan tabah dan pasrah.

Mereka biasanya menerima keadaannya sebagai nasib. Selanjutnya tingkah laku dan adat sopan santun orang Jawa terhadap sesamanya sangat berorientasi kolateral. Bahwa mereka hidup tidak sendiri di


(13)

6

dunia, maka mereka hidup saling tolong-menolong, saling memberikan bantuannya. Mereka juga mengembangkan sikap tenggang rasa (teposeliro), dan berlaku conform dengan sesamanya, selain itu mereka

juga mengintensifkan solidaritas antara para anggota suatu kelompok kerabat4.

Etnis Jawa memiliki ciri halus, ramah tamah, sopan santun, sederhana, dan menghormati adat kebiasaan. Orang Jawa sangat terkenal sebagai suku bangsa yang sopan dan halus, tetapi mereka juga terkenal sebagai suku bangsa yang tertutup dan tidak mau terus terang. Sifat ini konon berdasarkan watak orang Jawa yang ingin menjaga harmoni atau keserasian dan menghindari konflik, karena itulah mereka cenderung untuk diam dan tidak membantah apabila terjadi perbedaan pendapat. Sistem kekeluargaan pada masyarakat Jawa didasarkan pada prinsip keturunan bilateral, sistem istilah kekerabatan didasarkan pada sistem klasifikasi menurut angkatan yang menyetarakan antara tingkatan keluarga ayah dan ibu sebagai orang tua dari generasi di bawahnya.

Di samping itu dalam hubungan sosial dilandasi oleh nilai-nilai

budaya Jawa dan nilai-nilai itu didasari prinsip: “seseorang harus bisa

menempatkan diri sesuai dengan kondisinya”, yang mempunyai makna

sangat dalam. Konsepbudaya yang bernilai tinggi adalah apabila


(14)

7

manusia itu suka bekerjasama dengan sesamanya berdasakan rasa solidaritas yang besar. Biasanya disebut dengan nilai gotong royong

F. Penelitian terdahulu

Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti yang pernah penulis baca diantaranya:

1. Lucia Rini Sugiarti yang berjudul “interaksi antar etnis yang di tinjau dari sikap mahasiswa etnis Jawa terhadap etnis Cina” fakultas psikologi di universitas katolik soegijapranata.

Dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dimana peneliti membahas masalah cara menyikapi hubungan antar kedua etnis tersebut, dan hasil temuan yang di hasilkan oleh peneliti tersebut positif dalam artian dari kedua etnis tersebut sama-sama bersikap baik tidak ada perbedaan di antara kedua etnis.

2. Fahroni dari Fakultas Ushuludin Universitas Islam Negeri Sunan

Kalijaga yang berjudul “Interaksi Sosial Mahasiswa Asing”

Dalam penelitiannya peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan teori interaksionisme simbolik dengan tujuan peneliti ingin mengetahui pola interaksi sosial yang di lakukan mahasiswa dengan masyarakat setempat.

Dalam penilitan ini peneliti menjelaskan masalah toleransi sosial yang kaitannya dengan interaksi sosial mahasiswa patani dengan


(15)

8

masyarakat sekitar menyangkut toleransi perbedaan agama yang di anut oleh para mahasiswa patani.

Dan hasil dari penelitian tersebut di jelaskan bahwasanya toleransi yang di miliki mahasiswa patani sangat tinggi walaupun bercorak majemuk, ini menunjukan bahwa ada peluang terjadinya pembauran sosial antara mahasiswa patani dengan masyarakat setempat.

3. Roudlotul Jannah Sofiyana yang berjudul “pola interaksi

masyarakat dengan waria di pondok pesantren khusus Al-Fatah

Sleman Yogyakarta” dalam skripinya di Universitas Negeri

Semarang.

Dalam penelitian ini peneliti mendieskripsikan pola interaksi sosial dengan masyarakat di pondok pesantren Al-Fatah.

Metode penelitan yang yang digunakan oleh peneliti adalah deskripsi kualitatif. Metode deskripsi dapat di artikan sebagai

prosedur pemecahan masalah yang di selidiki dengan

menggambarkan atau melukiskan keadaan penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang nampak atau sebagaimana adanya (hadari nawawi, 2005: 63)

Dari hasil penelitian tersebut, peneliti menjelaskan bahwa pola interaksi sosial yang terjadi antara waria dengan masysrakat yaitu melalui beberapa bentuk-bentuk yang di golongkan menjadi dua yaitu proses asosiatif dan proses disaosiatif. Dalam proses asosiatif


(16)

9

tidak ada kerja sama, akomodasi, asimilasi. Sedangkan proses disasosiatif ada persaingan, kontrafersi, dan pertentangan.Dalam pelaksanaanya di lapangan pola interaksi sosial yang terjadi antara masyarakat dengan waria sangat baik dan masyarakat sekitar ponpes sangat mendukung di dirikannya ponpen waria di desanya. Dari ketiga hasil penelitian yang di kutip dapat di bedakan dengan penelitian yang saat ini akan di laksanakan, penelitian yang saat ini di angkat yaitu ingin mengetahui faktor penyebab terjadinya interaksi mahasiswa antara dua etnis yang berbeda yaitu etnis Madura dan Jawa. Serta bagaimana bentuk interaksi yang di bangun dari kedua etnis yang akan di teliti.

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif, yaitu suatu jenis penelitian yang bersifat melukiskan realitas sosial yang

kompleks yang ada di masyarakat5.Metode penelitian kualitatif

sebagaimana yang diungkapkan Bogdan dan Taylor6 sebagai prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

5

Bagoesida, Filsafat Penelitiandan MetodePenelitian Sosial,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), 38.

6


(17)

10

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini di kampus Universitas Negeri Sunan Ampel Surabaya. karena di tempat tersebut banyak mahasiswa yang berasal dari etnis Madura dan juga dari Jawa itu sendiri yang bertempat tinggal di sekitar kampus UIN Sunan Ampel surabaya atau di daerah Jemur wonosari surabaya.

3. Pemilihan subyek penelitian

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spradley dinamakan “social situation” atau situasi social yang terdiri atas tiga elemen, yaitu tempat (palace), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Situasi social tersebut dapat dinyatakan sebagai objek penelitian yang ibgin

dipahami secara lebih mendalam “apa yang terjadi” di dalamnya7

. Menurut Nasution dalam penelitian kualitatif yang dijadikan sampel hanyalah sumber yang dapat memberikan informasi. Sampel dapat berupa hal peristiwa, manusia, situasi yang diobservasi. Sering sampel dipilih secara “purposive” bertalian dengan purpose atau tujuan tertentu. Sering pula responden diminta untuk menunjuk orang lain yang dapat memberikan informasi kemudian responden ini diminta pula menunjuk orang lain dan seterusnya. Cara ini lazim disebut “snowball sampling” yang dilakukan secara serial atau berurutan.

7


(18)

11

Berdasarkan paparan di atas, subjek penelitian ini adalah sumber

yang dapat memberikan informasi dipilih secara purposivebertalian

dengan purpuse atau tujuan tertentu. Subjek yang diteliti akan

ditentukan langsung oleh peneliti berkaitan dengan masalah dan tujuan peneliti.

4. Tahap-tahap penelitian

Tiga tahap utama penelitian yaitu: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap penulisan laporan.

a. Tahap perencanaan:

1. Pemilihan masalah

2. Latar belakang masalah

3. Perumusan masalah

4. Tujuan dan mamfaat penelitian

5. Telaah pustaka

6. Kerangka teoritis atau konseptual

b. Tahap pelaksanaan:

1. Pengumpulan data

2. Pengolahan data: menyunting, dan mentabulasi data

3. Analisis data


(19)

12

5. Kesimpulan

c. Tahap penulisan laporan:

1. Kalangan pembaca

2. Kerangka isi laporan

3. Format dan tata cara penulisan ilmiah

5. Teknik pengumpulan data

Dalam hal ini data dikumpulkan dengan teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut:

a. Pengamatan (observasi)

Pengamatan adalah alat pengumpul data yang di lakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik

gejala-gejala yang di selidiki.8 Pengamatan atau observasi merupakan

suatu unsur penting dalam penelitian kualitatif, observasi dalam konsep yang sederhana adalah sebuah proses atau kegiatan awal yang dilakukan oleh peneliti untuk bisa mengetahui kondisi realitas

lapangan penelitian. Menurut Black dan Champion9 observasi

adalah mengamati dan mendengar perilaku seseorang selama beberapa waktu, tanpa melakukan manipulasi atau pengendalian

8

Cholid Narbuko, Metodologi Penelitian, (Jakarta:Bumi Aksara. 1997), 70.

9


(20)

13

serta mencatat penemuan yang memungkinkan atau memenuhi syarat untuk digunakan ke dalam tindakan analisis.

Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan pengamatan kepada beberapa mahasiswa yang berasal dari etnis Madura dan Jawa yang ada di kelurahan jemur wonosari sebagai obyek penelitian yang akan menyumbangkan data dalam penelitian saat ini.

b. Wawancara (interview)

Wawancara merupakan bagian penting dalam penelitian kualitatif sehingga peneliti dapat memperoleh data dari berbagai

informan secara langsung. Penelitian kualitatif sangat

memungkinkan untuk penyatuan teknik observasi dengan

wawancara. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Nasution10

bahwa dalam sebuah penelitian kualitatif observasi saja, belum memadai itu sebabnya observasi harus dilengkapi dengan wawancara.

Dalam penelitian ini peneliti tidak hanya melakukan pengamatan akan tetapi juga melakukan wawancara kepada setiap informan yang terpilih. karena wawancara bisa membantu memperoleh data secara langsung dari informan secara jelas. Peneliti akan mewawancarai mahasiswa etnis Madura dan Jawa yang bermukim di kelurahan Jemursari.

10


(21)

14

c. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, nuku-buku, surat kabar, majalah,

prasasti, agenda, dan sebagainya.11 Dokumentasi dalam penelitian

ini, merupakan hal yang sangat penting sebagai pelengkap metode observasi dan wawancara catatan lapangan. Selain untuk mendapatkan data tentang pola interksi antar etnis.

6. Teknik analisis data

Definisi analisis data, dikemukakan oleh para ahli metodologi penelitian. Berikut ini adalah definisi analisis data yang dikemukakan oleh para ahli metodologi penelitian tersebut, yang terdiri dari :

Menurut Lexy J. Moleong (2002), analisis data adalah proses mengorganisasikan dari mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar, sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.

Dari pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa, analisis data adalah rangkaian kegiatan penelaahan, pengelompokan, sistematisasi, penafsiran, dan verifikasi data agar sebuah fenomena memiliki nilai sosial, akademik dan ilmiah.

11


(22)

15

Teknik analisis data dalam penelitian ini, dilakukan setelah data-data diperoleh melalui teknik wawancara mendalam dan observasi. Kemudian data-data tersebut, di analisis secara saling berhubungan untuk mendapatkan dugaan sementara, yang dipakai dasar untuk mengumpulkan data berikutnya, lalu dikonfirmasikan dengan informan secara terus menerus secara triangulasi.

7. Teknik pemeriksaan keabsahan data

Teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini, seperti yang dirumuskan ada tiga macam yaitu, antara lain :

a. Perpanjangan Keikutsertaan

Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data. Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan peneliti pada latar penelitian. Dalam konteks ini, dalam upaya menggali data atau informasi yang berkaitan dengan permasalahan penelitian, peneliti selalu ikut serta dengan informan utama dalam upaya menggali informasi yang berkaitan dengan fokus penelitian. Misalnya peneliti selalu bersama informan utama dalam melihat lokasi penelitian.


(23)

16

Ketekunan pengamatan dilakukan dengan maksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang relevan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.

Dalam konteks ini, sebelum mengambil pembahasan penelitian, peneliti telah melakukan pengamatan terlebih dahulu secara tekun dalam upaya menggali data atau informasi untuk di jadikan obyek penelitian yang pada akhirnya peneliti menemukan permasalahan yang menarik untuk dibedah, yaitu masalah interaksi mahasiswa etnis Madura khususnya yang tinggal di sekitar kampus UIN sunan ampel surabaya.

c. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Denzin (1978), membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyedik dan teori.

Validitas dan objektivitas merupakan persoalan fundamental dalam kegiatan ilmiah. Agar data yang diperoleh peneliti memiliki validitas dan objektivitas yang tinggi, diperlukan beberapa persyaratan yang diperlukan. Berikut ini akan peneliti kemukakan metode yang digunakan untuk meningkatkan validitas dan


(24)

17

objektivitas suatu penelitian, terutama dalam penelitian kualitatif.

Robert K. Yin (1996), mensyaratkan adanya validitas design

penelitian. Untuk itu, Paton (1984), menyarankan diterapkan teknik

triangulasi sebagai validitas design penelitian. Adapun teknik

triangulasi yang peneliti pakai dalam penelitian ini adalah

triangulasi data atau triangulasi sumber. Sebagaimana

dikemukakan Yin, triangulasi data dimaksudkan agar dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan multi sumber data.

Dalam konteks ini, upaya yang dilakukan oleh peneliti dalam pengecekan data yaitu dengan menggunakan sumber data dalam pengecekan data yaitu dengan menggunakan sumber data dalam penggaliannya, baik itu sumber data primer yang berupa hasil wawancara maupun sumber data sekunder yang berupa buku, majalah dan dokumen lainnya. Sedangkan metode atau cara yang digunakan dalam analisis data adalah metode analisis kualitatif. Artinya analisis kualitatif dilakukan dengan memanfaatkan data (kualitatif) dari hasil observasi dan wawancara mendalam, dengan tujuan memberikan eksplanasi dan pemahaman yang lebih luas atas hasil data yang dikumpulkan. Dan kemudian peneliti melakukan langkah membandingkan atau mengkorelasikan hasil penelitian dengan teori yang telah ada. Hal itu dilakukan untuk mencari perbandingan atau hubungan antara hasil penelitian dengan teori yang telah ada.


(25)

18

H. Sistematika Pembahasan

Dalam membahasa suatu penelitian diperlukan sistematika

pembahasan yang bertujuan untuk memudahkan penelitian, langkah -langkah pembahasan sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan, pada bab ini terdiri atas tujuh sub bab antar lain latar belakang masalah, rumusan masalah, maksud dan tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

BAB II : Kajian teori, pada bab ini terdiri dari tiga sub bab, sub bab pertama yaitu kajian pustaka dan sub bab kedua yakni kerangka teoritik serta yang ketiga sub bab hasil penelitian yang relevan.

BAB III : Penyajian dan analisis data pada bab ini terdiri dari tiga sub bab yaitu pertama deskripsi umum obyek penelitian dan sub bab kedua deskripsi hasil penelitian, yang ketiga analisis data.

.

BAB IV : Penutup, yang terdiri dari dua sub bab yakni yang pertama kesimpulan dan yang kedua saran. .


(26)

19

Penelitian ini di perkirakan berjalan selama lima bulan di mulai dari bulan Maret s/d Agustus 2014. Pengajuan proposal penelitian merupakan tahapan kedua setelah sebelumnya ada tahapan pengajuan judul terlebih dahulu. Seminar proposal merupakan tahapan ketiga sebelum peneliti turun lapangan untuk proses pengumpulan data, dan tahapan terakhir ujian pertanggungjawaban hasil penelitian. Untuk lebih jelasnya berikut adalah tabel jadwal rencana penelitian ini.

Tabel. 1 Jadwal Penelitian

No Uraian Kegiatan

Maret April Mei Agustus Februari

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

1 PengajuanJudul .

2 Penyusunan Proposal .

3 Seminar Proposal .

4 TurunLapangan . . . . . . . . .

5 Pengumpulan Data . . . . . . . . . .

6 Analisis Data . . . . . . . . .


(27)

20


(28)

24

BAB II

KAJIAN TEORI

1. Kajian Pustaka A.Interaksi Sosial

1. Pengertian Interaksi Sosial

Manusia sebagai makhluk sosial, dituntut untuk melakukan hubungan sosial antara sesamanya dalam hidupnya, disamping tuntutan untuk berhubungan antara inidvidu dengan individu, serta hidup berkelompok .

Hubungan antar manusia atau relasi sosial sangat menetukan struktur masyarakat. Hubungan ini didasarkan dalam praktik komunikasi, sehingga komunikasi merupakan dasar eksistensi masyarakat. Hubungan antar manusia, hubungan satu dengan yang lainnya, baik dalam bentuk perorangan maupun dengan bentuk kelompok atau anta kelompok manusia itu sendiri menjadi sumber dinamika perubahan dan perkembangan masyarakat.

Hubungan sosial merupakan salah satu hubungan yang harus di laksanakan, dan mengandung pengertian bahwa dalam hubungan itu setiap individu menyadari tentang kehadirannya disamping kehadiran individu lain.


(29)

25

Hal ini di sebabkan bahwa dengan kata sosial berarti hubungan yang berdasarkan adanya kesadaran yang satu dengan yang lain, ketika mereka saling berbuat, saling mengakui dan saling mengenal.

Dari pengertian di atas, maka interaksi sosial ialah pengaruh hubungan timbal balik antara individu satu dangan individu lainnya di berbagai bidang kehidupan bersama, misalnya segi kehidupan ekonomi , politik, dan hukum.

Sementara itu, H. Bonner memberi rumusan yakni:

Interaksi sosial ialah suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia ketika kelakuan individu yang satu memengaruhi, mengubah, atau

memperbaiki kelakuan individu yang lain, atau sebaliknya.1

Dengan demkian, dari beberapa definisi diatas peneliti

menyimpulkan bahwa interaksi sosial ialah hubungan antara individu satu dengan individu ynag lain, yang mana individu satu dapat memengaruhi individu yang lain atau sebaliknya, yang mana terjadi adanya hubungan yang saling timbal balik, dan hubungan tersebut dapat berlangsung antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok.


(30)

26

2. Ciri-Ciri dan Syarat Terjadinya Interraksi Sosial

1. Ciri Interaksi Sosial

Dengan di ketahui pengertian dari interaksi sosial diatas, kita bisa mengetahui ciri ciri penting yang bisa menimbulkan terjadinya proses interaksi sosial, yang mana proses interaksi sosial tersebut harus mempunyai hubungan antara individu dengan individu, maupun antara individu dengan kelompok.

Pelaku dalam interaksi juga harus lebih dari dua, dan memiliki tujuan tertentu, seperti memengaruhi individu lain, dan interaksi ini juga ada hubungan dengan struktur dan fungsi kelompok, karena individu dalam hidupnya tidak bisa terpisah dari kelompok. Disamping itu, tiap-tiap individu memiliki fungsi di dalam kelompoknya.

Charles P. Lommis mengungkapkan ciri dari interaksi sosial, yakni:

a. Jumlah pelaku lebih dari seorang, bisa dua atau lebih

b. Adanya komunikasi antara para pelaku dengan menggunakan

simbol-simbol

c. Adanya suatu dimensi waktu yang meliputi masa lampau,

kini dan akan datang, yang menentukan sifat dari aksi yang sedang berlangsung


(31)

27

d. Adanya tujuan-tujuan tertentu, terlepas dari sama atau tidak

sama dengan yang diperkirakan oleh para pengamat.2

2. Syarat Terjadinya Interaksi Sosial

Hubungan interaksi sosisal merupakan hubungan interaksi sosial yang dinamis, menyangkut antara individu, antara kelompok maupun ant komunikasi tersebut, sikapn adanyara individu dangan kelomok.

Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat, yaitu:

1. Adanya kontak sosial (Sosial Contact)

Kata kontak berasal dari bahasa latin con atau cum (artinya bersama-sama) dan tango (artinya menyentuh).

Dengan demikian, kontak sosial merupakan tahap pertama terjadinya interaksi sosial. Dapat di katakan bahwa untuk terjadinya suatu kontak sosial, tidak perlu harus secara badaniyah

seperti arti harfiah kata kontak yang berarti “”bersama-sama

menyentuh”. Manusia sebagai individu dapat mengadakan kontak

tanpa menyentuh tetapi sebagai makhluk, ia dapat melakukannya dengan jalan berkkomunikasi yaitu: komunikasi sosial (face to face

communication) dan interpersonal communication melalui media.3

2


(32)

28

2. Adanya komunikasi.

Yaitu orang memberi arti pada prilaku orang lain perasaan-perasaan apa yang ingin di sampaikan orang tersebut.

Adanya komunikasi, yaitu seseorang memberi arti pada perilaku orang lain, perasaan-perasaan apa yang inngin di sampaikan orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberi reaksi terhadap perasaan yang ingin di sampaikan oleh orang tersebut.

Arti terpenting komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran pada perilaku orang lain (yang berbentuk pembicaraan, gerak gerik badan atau sikap), perasaan apa yang ingin di sampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin di sampaikan oarang lain tersebut.

Dengan adanya komunikasi tersebut, sikap-sikap dan perasaaan suatu kelompok manusia atau perseorangan dapat di ketahui oleh kelompok lain. Hal itu kemudian merupakan bahan untuk menetukan reaksi apa yang di lakukannya.


(33)

29

3. Faktor Terjadinya Interaksi Sosial

Faktor-faktor yang menyebabkan berlangsungnya interaksi sosil antara lain:

a. Faktor Imitasi

Imitasi adalah tindakan sosial meniru sikap, tindakan, tingkah laku atau penampilan fisik seseorang yang berlebihan. Salah satu positifnya adalah bahwa imitasi dapat mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan

nilai yang berlaku.4

b. Faktor Sugesti

Sugesti adalah pengaruh psikis baik yang datang dari dirinya sendiri maupun dari orang lain yang pada umumnya

diterima tanpa adanya daya kritik.5 Faktor sugesti

berlangsung apabila seseorang memberi suatu pandangan atau suatu sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh pihak lain.

c. Faktor Identifikasi

Identifikasi adalah kecenderungan dalam diri

seseorang untuk menjadi sama dengan orang lain. Identifikasi sebenarnya merupakan kecenderunngan-kecenderungan atau keinginan-keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain.

4


(34)

30

d. Faktor Simpati

Simpati adalah suatu proses dimana merasa tertarik

dengan orang lain.6

4. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial

Bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja sama

(cooperation), persaingan (competition), dan bahkan dapat juga berbentuk pertentangan atau pertikaian (conflict). Pertikaian mungkin akan mendapatkan sesuatu penyelesaian, namun penyelesaian tersebut hanya akan dapat di terima untuk sementara waktu, yang dinamakan akomodasi. Keempat bentuk pokok dari interaksi sosial tersebut tidak perlu merupakan suatu komunitas, di dalam arti bahwa interaksi itu dimulai dengan kerjasama yang kemudian menjadi persaingan serta memuncak menjadi pertikaian untuk akhirnya sampai pada akomodasi.

Soerjono soekanto mengadakan penggolongan yang lebih luas lagi, menurut mereka, ada dua macam proses sosial atau bentuk-bentuk interaksi sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial yakni

assosistif dan dissosiatif.7

Secara ringkas menjelaskan interaksi sosial yang merupakan terjadinya tahapan-tahapan proses interaksi ini menjadi pokok bahasan di antaranya:

6

Idianto M., Sosiologi , (Jakarta: Erlangga, 2004), 60-62.


(35)

31

a. Kerjasama (Cooperation)

Kerjasama disini dapat di definisikan sebagai bentuk utama dari proses interaksi sosial, karena pada dasarnya individu atau kelompok melaksanakan interaksi sosial untuk

memenuhi kebutuhan bersaman. Kerja sama akan

berkembang apabila menghadapi situasi tertentu, seperti tantangan alam yang ganas, pekerjaan yang membutuhkan tenaga massal, musuh dari luar, upacara keagamaan sakral.

Fungsi kerjasama di gambarkan oleh charles H. Cooley

yakni “kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa

mereka mempuyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut; kesadaran akan adanya organisasi merupakan fakta-fakta penting dalam kerjasama

yang berguna.”8

b. Akomodasi (Akomodation)

Menurut gillin dan gillin akomodasi adalah suatu pengertian yang di gunakan oleh para sosiolog untuk menggambarkan suatu proses dalam hubunngan-hubungan

sosial yang sama artinya dengan pengertian adaptasi.9

8


(36)

32

Istilah akomodasi dipergunakan dalam dua arti. Yang pertama untuk menunjuk pada suatu keadaan dan kedua menunjuk pada suatu proses. Akomodasi yang menunjuk pada suatu keadaan berarti adanya suatu keseimbangan dala interaksi antara individu dan kelompok sehubungan dengan norma dan nilai sosial yang berlaku di dalam masyarakat. Sebagai suatau proses, akomodasi menunjuk pada usaha-usaha untuk meredakan pertentangan agar mencapai kesetabilan.

c. Asimilasi

Asimilasi merupakan proses sosial pada tahap lanjut, artinya asimilasi terjadi setelah melalui tahap kerjasama dan akomodasi. Suatu asimilasi di tandai oleh usaha-usaha

mengurangi perbedaan-perbedaan anta individu atau

kelompok. Dan juga meliputi usaha-usaha mempertinggi

kesatuan, sikap dan proses-proses mental dengan

memperhatikan kepentingan dan tujuan bersama. Asimilasi memiliki syarat sebagai berikut:

1. interaksi sosial tersebut bersifat satu pendekatan pihak

yang lain, dimana pihak yang lain tadi juga berlaku sama.

2. Interaksi sosial tersebut tidak mengalami

halangan-halangan atau hambatan.


(37)

33

4. Interaksi sosial tinggi dan tetap serta ada keseimbangan

antara pola-pola asimilasi tersebut.10

B. Etnis Jawa

Suatu kelompok manusia yang mempunyai kebudayan, nilai, adat istiadat, ataupun cara hidup tertentu. Adapun etnis jawa meliputi seluruh

bagian tengah dan timur pualau jawa.11 Dalam pergaulan dan sosialisasi

hidup sehari-hari, kelompok etnis ini menggunakan bahasa jawa. Bahasa jawa sendiri pada perinsipnya di golongkan kedalam dua tingkatan yaitu bahasa jawa ngoko dan bahasa jawa kromo. Bahasa jawa ngoko di gunakan oleh mereka yang sudah mengenal secara akrab, orang yang lebih tua lebih muda usianya, atau di tujuka kepada orangbyang lebih rendah status sosialnya. Sedangkan bahasa jawa kromo di gunakan untuk orang yang belum di kenal secara akrab, orang yang setingkat apapun yang lebih tinggi dalam hal usia maupun status sosialnya.

Dalam hal sosialisasi, koentjaningrat menguraikan bahwa etnis jawa memiliki sistem orientasi sebagai berikut:

1. Orang jawa pada dasarnya menganggap hidupnya sebagai

rangkaian peristiwa yang penuh dengan kesengsaraan, yang harus di jalankan dangan tabah dan pasrah, sehingga harus di terima sebagai nasib.

10


(38)

34

2. Rakyat kecil biasanya akan mengatakan bahwa mereka

bekerja hanya sekedar agar dapat makan (ngupaya upa), sehingga muncul ungkapan ajangaya, ajangangsa dalam menjalani hidupnya. Dalam kalangan pelajar dan priyai memandang masalah tujuan akhir serta terpengaruhi daya upaya manusia sehubungan dengan pahala, merupakan sesuatu yang baru akan mereka peroleh di dunia akhirat kelak.

3. Mereka berusaha untuk hidup selaras dengan alam beserta

kekuatan-kekuatannya.

4. Orang jawa pada umumnya masih memandang masa lalu,

terutama yang berkaitan dengan nostalgia akan benda-benda pusaka dan silsilah keturunan.

5. Tingkah laku dan adat sopan santun orang jawa dengan

sesama sangat berorientasi kolateral. Mereka

mengembangkan sikap yang tenggang rasa dan

mengintensifkan solidaritas. Mereka juga bisa hidup rukun dengan tujuan mempertahankan tujuan masyarakat yang hamonis, sehingga sering kali berusaha menghilangkan tanda-tanda ketegangan dalam masyarakat. Konfil akan dihindari dengan cara membiarkan permasalahan berlaku


(39)

35

mengungkapkan diri dan mengambil posisi tertentu dalam masyarakat dianggap tidak etis.

6. Setiap orang dalam berbicara dan membawakan diri harus

menunjukkan sikap hormat terhadap orang lain, sesuai dengan derajat dan kedudukannya dalam masyarakat. Semua hubungan dalam masyarakat teratur secara herarkis, sehingga setiap orang wajib mempertahankan dan membawakan diri sesuai dengan susunan herarkisnya.

7. Orang hidup harus sesuai dengan peraturan moral,

meskipun tidak berarti harus melawan nafsu dan menunda terpenuhinya suatu kebutuhan.

8. Orang jawa lebih suka mengambil jalan tengah, karena

memungkinkan untuk bisa merangkul banyak pihak.

9. Perkawinan merupakan suatu peristiwa yang harus terjadi

pada kehidupan setiap orang, meskipun secara ekonomi

belum memadai.12

ElastisitasSebagaiCiridariBudayaMasyarakatJawa

Elastisitas mempunyai makna kefleksibelan dan kemampuan sesuatu atas adanya gangguan atau input dari luar. Untuk lebih jelas kita bisa lihat pada contoh orang jawa yang mengikuti program transmigrasi ke luar jawa, dengan segala keterbatasan dan lingkungan yang masih asing,


(40)

36

mereka telah menunjukan suatu prestasi kemampuan yang luar biasa. Mereka berhasil membaur dan beradaptasi dengan lingkungan serta penduduk sekitar.Apa yang dapat kita tarik sebagai kesimpulan dari cerita di atas adalah suatu fenomena yang realitasnya adalah bahwa orang Jawa dengan kebudayaannya dapat terus hidup (survival) meskipun jauh di perantauan dan dapat berdampingan serta melebur dengan masyarakat dan kebudayaan lain yang sama sekali berlainan karakternya. Hal ini membuktikan bahwa orang Jawa dan kebudayaan Jawa memiliki kemampuan untuk terus menerus hidup menyesuaikan diri dengan tantangan dan perubahan jaman.

Dengan kata lain mungkin sifat kebudayaan Jawa memang cukup elastis, sehingga dapat selalu lentur dan cair dalam menghadapi situasi dan tantangan apa pun. Bukankah hal seperti itu pun telah dibuktikan sejak lama melalui kehidupan komunitas transmigran asal Jawa di seluruh pelosok tanah air Indonesia bahkan Nusantara; yang selalu dapat bertahan untuk hidup mulai dengan keterbatasan sarana dan fasilitas, akan tetapi pada akhirnya dapat sukses dan kaya. Tapi yang selalu harus menjadi catatan dan patut dibanggakan, bahwa mereka selalu dapat hidup menyesuaikan diri dengan lingkungan alam dan lingkungan sosial-budaya tempatan.

Dalam konteks pengembaraan budaya Jawa ke seluruh Indonesia maupun ke manca negara itu, akulturasi pun dengan demikian terus selalu


(41)

37

terjadi antara budaya tempatan dengan budaya Jawa sebagai pendatang. Akan tetapi selalu saja dapat kita amati, bahwa nilai-nilai kejawaan tampaknya masih cukup jelas terlihat bahkan mendominasi.

Dengan demikian sekali lagi dapat disimpulkan, fakta-fakta di atas adalah sebuah fenomena yang membuktikan bahwa nilai-nilai kebudayaan Jawa selalu saja dapat beradaptasi di mana pun, kapan pun dan dengan siapa pun. Dan nilai-nilai itu adalah nilai-nilai yang mungkin saja seperti yang disebut oleh Frans Magnis Suseno sebagai prinsip rukun dan hormat. Mungkin karena sikap-sikap inilah orang jawa selalu dapat elastis, cair dan melebur dengan budaya tempatan di mana pun. Jadi dengan kata lain kebudayaan Jawa sudah cukup teruji menghadapi tantangan dan perubahan jaman dalam skala nasional, regional maupun global.

C. Etnis Madura

Madura adalah nama pulau yang terletak di sebelah utara Jawa Timur. Pulau Madura ini besarnya kurang lebih 5.250 km2 (lebih kecil dari pulau Bali), dengan penduduk sebanyak 4 juta jiwa. Madura dibagi menjadi 4 kabupaten, Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep. Bangkalan berada di ujung paling barat pulau Madura dan saat ini telah dibangun jembatan terpanjang di Indonesia, jembatan Suramadu (Surabaya-Madura), merupakan salah satu kawasan perkembangan Surabaya, serta tercakup dalam Gerbang kertosusila. Dan uniknya Sumenep yang merupakan salah satu kabupaten di Madura selain terdiri


(42)

38

dari wilayah daratan, terdiri pula dari kepulauan yang berjumlah 126

pulau.13

Masyarakat Madura dikenal juga memiliki budaya yang khas, unik, stereotipikal, dan stigmatik. Istilah khas disini menunjukkan bahwa entitas etnik Madura memiliki kekhususan-kultural yang tidak serupa dengan etnografi komunitas etnik lain. Kekhususan- kultural ini antara lain tampak pada ketaatan, ketundukan, dan kepasrahan mereka kepada empat figur

utama dalam kehidupan yaitu Buppa, Babu, Guruh, ban Ratoh (Bapak,

Ibu, Guru dan Pemimpin Pemerintahan). Persepsi prof. Dr. kuntowijoyo memberikan beberapa penilaian tentang Madura dan masyarakatnya, yaitu:

1. rakyat Madura dinilai mempunyai watak keras, tidak mau

mengalah. Tidak diketahui secara pasti apa yang

mempengaruhi sampai mereka berstatement seperti itu, apa mungkin ada pihak- pihak yang tidak senang terhadap rakyat

Madura sehingga ia membesar-besarkan berita yang

sebenarnya berita tersebut tidaklah seperti yang ia pahami, dan ia sampaikan, atau berasal dari orang luar Madura yang kebetulan pada saat berkunjung ke Madura menemukan kejadian yang mereka anggap keras, seperti Clurit, dan Carok, atau malah berasal dari rakyat Madura yang tidak paham akan makna budaya Madura terutama Clurit sehingga ia


(43)

39

menceritakan, dan menjelaskannya dengan penjelasan yang kurang tepat bahkan salah yang pada akhirnya Clurit identik dengan Carok sehingga Carok secara tidak langsung dianggap

menjadi bagian dari budaya Madura. Pandangan ini – Clurit,

dan Carok adalah kultur Madura – merupakan pandangan yang

sudah tidak asing lagi didengar dari ungkapan-ungkapan mereka ketika mendengar kata Madura, dan sudah tertanam dengan kuat dalam memori mereka bahwasanya Madura adalah wilayah berdarah yang penuh kekerasan, semua masalah hanya diselesaikan dengan kekerasan, dan pertumpahan darah.

2. Sumber daya manusia (SDM) rendah, pandangan mereka

terhadap permasalahan ini tidak separah anggapan- anggapan terhadap tindakan-tindakan kekerasan yang pernah dilakukan rakyat Madura, ketika perspektif mereka terhadap clurit, dan

carok sangat mendominasi mereka – bahkan hampir semua –

memori mereka, namun dalam masalah ini masih bisa dibagi menjadi dua bagian, pertama yang menganggap rakyat Madura rendah, dan yang menganggap SDM Madura unggul. Yang menganggap SDM rakyat Madura rendah biasanya dari kalangan yang kurang memperhatikan secara langsung kualitas rakyat Madura, hal ini biasanya banyak terjadi diluar dunia lembaga pendidikan yang tidak berinteraksi langsung dengan rakyat Madura (siswa, atau mahasisiwa madura), atau bisa


(44)

40

dikatakan orang-orang yang terpengaruhi oleh data-data jumlah lembaga yang dianggap menjadi ukuran kualitas SDM suatu wilayah tertentu, dalam hal ini biasa dilakukan oleh pemerintah, dan instansi formal lainnya, dan orang yang memandang Madura dari kejauhan, seperti masyarat biasa. Sedikitnya lembaga pendidikan yang ada di Madura, dan terbatasnya universitas berkualits menjadi alasan terkuat untuk mengatakan rakyat Madura adalah rakyat yang awam, tidak mengenal pendidikan, tidak berkompetensi dalam bidang keilmuan, buta teknologi, dan tidak ada yang bisa dibanggakan dari Madura, sehingga muncullah sifat meremehkan terhadap rakyat Madura. Mereka beranggapan bahwa lembaga pendidikan baik sekolah maupun kampus merupakan pusat pembentukan SDM yang berkualitas, jadi bagaimana mungkin SDM bisa berkualitas jika tempat pemproduksinya terbatas (tidak memadai).

3. kemiskinan yang tidak tertangani. Berdasarkan hasil penelitian,

yang tertera dalam buku- buku dan dipeta dunia sekalipun, bahkan realita yang ada, juga menyatakan bahwa pendapatan Madura bisa dikatakan hanyalah pertanian, karena mayoritas dan bahkan hampir keseluruhan rakyat Madura bercocok tanam, diantara yang sangat dibanggakan adalah tembakau, padi, jagung, kacang ijo, dan tanaman- tanaman kecil lainnya.


(45)

41

Nah dari kondisi ini bisa ditebak, dan bisa digambarkan suasana perekonomian dimadura. Dan berdasar penelitian pemerintah tentang kondisi perekonomian disana, mereka

menyebutkan bahwa pengangguran dimadura sedang

merajalela. Sedikitnya lapangan pekerjaan, minimnyanya kreatifitas rakyat Madura menjadikan pengangguran berserakan diberbagai tempat, yang berakibatkan angka kemiskinan yang terus bertambah dari waktu kewaktu. Sempitnya pemikiran rakyat Madura yang menganggap bahwa PNS merupakan profesi yang sangat dan paling menjanjikan juga merupakan faktor yang sangat berpengaruh/berperan dalam kemerosotan perekonomian dimadura. Padahal jika dicermati masih banyak pekerjaan yang jauh lebih menjanjikan terhadap makmurnya perekonomian disana, misalkan kreativitas diri kerajinan khas Madura, batik Madura, dan kerajinan lainnya, dan perdagangan (bisnis) juga jauh lebih menguntungkan dari pada PNS. Dari

beberapa analisis tadi, hasil musyawarah pemerintah

menyebutkan bahwa permasalahan ini hanya bisa ditangani dengan mengadakan perindustrialisasi dikawasan Madura. Ketika perindustrian dibuka para investor akan berbondong-bondong menanamkan modal dimadura, namun masih ada beberapa kecemasan yang ada, dikuatirkan adalah adanya kebijakan pemerintah yang tidak memihak kepada rakyat, jika


(46)

42

demikian meskipun perindustrian di Madura berkembang dengan pesat, tapi bisa saja rakyat Madura tidak mempunyai peran sedikitpuan, dan bahkan bisa saja mereka dijadikan budak para investor asing diwilayah sendiri, sehingga yang terjadi bukan ada perbaikan perbaikan perekonomian disana, malah yang ada hanyalah perbudakan, dan pemerasan terhadap rakyat Madura.

4. Berwajah paspasan, berpenampilan kolot, dan jadul. Entah

darimana dan apa yang membuat beberapa orang di luar madura beranggapan demikian, tapi bisa jadi akibat dari rakyat Madura yang mereka kenal langsung mungkin rata-rata bercirikan seperti itu, sehingga muncullah perspektif yang sesuai dengan realita yang mereka dapatkan. Hal ini bisa dikatakan subyektifitas yang popular di masyarakat di luar Madura. Terlepas dari pandangan persepsi yang terkesan subyektif di atas adalah wajar-wajar saja, karena memang, kadang orang luar Madura kurang arif memberikan penilaian obyektif tentang streotif orang Madura yang sesungguhnya.

Khasanah keunikan Madura juga merambah pada nilai – nilai

budaya, yang mana hal tersebut perlu untuk dilestarikan dan

dikembangkan. Diantaranya adalah ungkapan-ungkapan

seperti: “Manossa coma dharma”, ungkapan ini menunjukkan keyakinan akan kekuasaan Allah Yang Maha Kuasa. “Abhantal


(47)

43

ombha‟ asapo‟ angen, abhantal syahadad asapo‟ iman”, menunjukkan akan berjalin kelindannya budaya Madura

dengan nilai-nilai Islam.” Bango‟ jhuba‟a e ada‟ etembang

jhuba‟ a e budi”, lebih baik jelek di depan daripada jelek di

belakang. “Asel ta‟ adhina asal”, mengingatkan kita untuk tidak

lupa diri ketika menjadi orang yang sukses dan selalu ingat akan asal mula keberadaan diri. “Lakonna lakone, kennengngana kennengnge” sama halnya dengan ungkapan “The right man in the right place”. “Pae” jha‟ dhuli palowa,

manes jha‟ dhuli kalodu”, nasehat agar kita tidak terburu-buru

mengambil keputusan hanya berdasarkan fenomena. Kita harus permasalahan, baru diadakan analisis untuk kemudian menetapkan kebijakan. “Karkar colpe‟”, bisa dikembangkan untuk menumbuhkan sikap bekerja keras dan cerdas, apabila

kita ingin menuai hasil yang ingin dinikmati.14

Keunikan yang lain dari budaya Madura adalah pada dasarnya dibentukdan dipengaruhi oleh kondisi geografis dan topografis masyarakat Madura yang kebanyakan hidup di daerah pesisir, sehingga mayoritas penduduk Madura memiliki mata pencaharian sebagai nelayan. Bahasan mengenai masyarakat Madura tidak akan lepas pada perkembangan sejarah masa lalu Madura di saat mendalami akar jaman sebelum dan sesudah masa kolonial Belanda.

14


(48)

44

2. kerangka Teoritik

Dalam menganalisis Interaksi Sosial mahasiswa etnis Madura dan Jawa di kelurahan Jemur Wonosari, kecamatan Wonocolo, kota Surabaya maka peneliti mengunakan teori interaksionisme simbolik. Istilah interaksionisme simbolik menjadi sebuah metode untuk pendekatan yang relatif khusus pada ilmu yang membahas tingkah laku manusia.

Teori interaksionisme simbolik dimunculkan oleh George Herbert Mead, teori ini memiliki substansi yaitu kehidupan bermasyarakat terbentuk melalui proses interaksi dan komunikasi antar individu dan antar kelompok dengan menggunakan simbol-simbol yang dipahami maknanya melalui proses belajar dan memberikan tanggapan terhadap

stimulus yang datang dari lingkungannya dan dari luar dirinya.15

Masyarakat merupakan bentukan dari interaksi antar individu. Interaksi sosial adalah sebuah interaksi antar pelaku, dan bukan antar faktor-faktor yang menghubungkan mereka, atau yang membuat mereka berinteraksi. Teori interaksionisme simbolik melihat pentingnya interaksi sosial sebagai sebuah sarana ataupun sebagai sebuah penyebab ekspresi tingkah laku manusia. Mead memandang interaksi sosial dalam masyarakat terjadi dalam dua bentuk utama, yaitu “Percakapan Isyarat”

(Interaksi non simbolik) dan “Penggunaan Simbol-simbol penting”

(interaksi simbolik).

15


(49)

45

Istilah interaksi simbolik diciptakan oleh Herbert Meadpada tahun 1863-1931 dan dipopulerkan oleh Blumer pada tahun 1937, meskipun sebenarnya Mead-lah yang paling popular sebagai peletak dasar teori tersebut.

Esensi dari teori Interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manusia, yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna Meadmengkonseptualisasikan manusia sebagai pencipta atau pembentuk kembali lingkungannya, sebagai perancang dunia

obyeknya dalam aliran tindakannya, alih–alih sekedar merespons

pengharapan kelompok.

Perspektif interaksionisme simbolik berusaha memahami perilaku manusia dari sudut pandang subyek, perspektif ini menyarankan bahwa perilaku manusia harus dilihat sebagai proses yang memungkinkan

manusia membentuk dan mengatur perilaku mereka dengan

mempertimbangkan keberadaan orang lain yang menjadi mitra interaksi mereka.

Definisi yang mereka berikan kepada orang lain, situasi, obyek dan bahkan pada diri mereka sendiri yang menentukan perilaku mereka. Perilaku mereka tidak dapat digolongkan sebagai kebutuhan, dorongan impuls, tuntutan budaya atau tuntutan peran, manusia bertindak hanya berdasarkan pada definisi atau penafsiran mereka atas obyek-obyek di sekeliling mereka.


(50)

46

Dalam pandangan interaksi simbolik, sebagaimana ditegaskan Mead proses sosial dalam kehidupan kelompoklah yang menciptakan dan menegakkan kehidupan kelompok, dalam konteks ini, maka makna dikontruksikan dalam proses interaksi dan proses tersebut bukanlah suatu medium netral yang memungkinkan kekuatan-kekuatan sosial memainkan peranannya, melainkan justru merupakan substansi sebenarnya dari organisasi sosial dan kekuatan sosial.

Bagi penganut interaksi simbolik memungkinkan mereka

menghindari problem-problem struktulisme dan idealisme dan

mengemudikan jalan tengah dari problem tersebut.

Menurut teori Interaksi simbolik, kehidupan sosial pada dasarnya adalah interaksi manusia yang menggunakan simbol-simbol, mereka

tertarik pada cara manusia menggunakan simbol-simbol yang

merepresentasikan apa yang mereka maksudkan untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Dan juga pengaruh yang ditimbulkan dari penafsiran simbol-simbol tersebut terhadap perilaku pihak-pihak yang terlihat dalam interaksi sosial.

Penganut interaksi simbolik berpandangan, perilaku manusia pada dasarnya adalah produk dari interpretasi mereka atas dunia dari sekeliling mereka jadi tidak mengakui bahwa perilaku itu dipelajari atau ditentukan sebagaimana dianut teori Behavioristik atau teori struktural.

Secara ringkas Teori Interaksionisme simbolik didasarkan pada premis-premis berikut:


(51)

47

pertamaindividu merespons suatu situasi simbolik, mereka merespon lingkungan termasuk obyek fisik (benda) dan Obyek sosial (perilakumanusia) berdasarkan media yang dikandung komponen-komponen lingkungan tersebut bagi mereka.

Kedua, makna adalah produk interaksi sosial, karena itu makna tidak melihat pada obyek, melainkan dinegosiasikan melalui penggunaan bahasa, negosiasi itu dimungkinkan karena manusia mampu mewarnai segala sesuatu bukan hanya obyek fisik, tindakan atau peristiwa (bahkan tanpa kehadiran obyek fisik, tindakan atau peristiwa itu) namun juga

gagasan yang abstrak.

Ketiga, makna yang interpretasikan individu dapat berubah dari

waktu ke waktu, sejalan dengan perubahan situasi yang ditemukan dalam interaksi sosial, perubahan interpretasi dimungkinkan karena individu dapat melakukan proses mental, yakni berkomunikasi dengan dirinya sendiri.

Dalam penelitian ini peneliti ingin memahami obyek penelitian menggunakan teori interaksionisme simbolik yang mana dari teori ini kita bisa memahami masyarakat berdasarkan simbol dari kedua etnis yaitu Madura dan Jawa, dari teori ini bisa kita fahami bahwasanya komunikasi itu sangatlah penting sebagai awal dari memulainya aktifitas manusia sehari-hari.


(52)

48

Dan simbol-simbol juga bisa mewakili cara kita berkomunikas, karena terkadang lawan bicara kita sudah bisa memahami dari simbol yang melekat pada diri kita.

Teori interaksionisme simbolik memandang manusia sebagai makhluk sosial dalam suatu pengertian yang mendalam, yakni suatu makhluk yang ikut serta dalam berinteraksi sosial dengan dirinya sendiri, dengan membuat indikasinya sendiri, dan memberikan respon pada sejumlah indikasi.

Asumsi-asumsi interaksionis simbolik berdasarkan karya Herbert Blumer sebagai berikut :

1. Manusia bertindak terhadap sesuatu atas dasar asumsi internilai

simbolik yang dimiliki sesuatu itu (kata benda atau isyarat) dan bermakna bagi mereka.

2. Makna-makna itu merupakan hasil interaksi sosial dalam

masyarakat manusia.

3. Makna-makna yang muncul dari simbol-simbol yang

dimodifikasi dan ditangani melalui proses penafsiran yang digunakan oleh setiap individu dalam keterlibatannya dengan

benda-benda dan tanda-tanda yang dipergunakan.16


(53)

49

3. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini maka dicantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti yang pernah penulis baca diantaranya:

a. Fahroni dari Fakultas Ushuludin Universitas Islam Negeri Sunan

Kalijaga yang berjudul “Interaksi Sosial Mahasiswa Asing” di

yogyakarta pada tahun 2001.

Dalam penelitiannya peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan teori interaksionisme simbolik dengan tujuan peneliti ingin mengetahui pola interaksi sosial yang di lakukan mahasiswa dengan masyarakat setempat.

Dalam penilitan ini peneliti menjelaskan masalah toleransi sosial yang kaitannya dengan interaksi sosial mahasiswa patani dengan masyarakat sekitar menyangkut toleransi perbedaan agama yang di anut oleh para mahasiswa patani.

Dan hasil dari penelitian tersebut di jelaskan bahwasanya toleransi yang di miliki mahasiswa patani sangat tinggi walaupun bercorak majemuk, ini menunjukan bahwa ada peluang terjadinya pembauran sosial antara mahasiswa patani dengan masyarakat setempat.

b. Lucia Rini Sugiarti yang berjudul “Interaksi Antar Etnis yang di


(54)

50

Fakultas Psikologi di Universitas Katolik Soegijapranata di sumatra utara pada tahun 2005.

Dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dimana peneliti membahas masalah cara menyikapi hubungan antar kedua etnis tersebut, dan hasil temuan yang di hasilkan oleh peneliti tersebut positif dalam artian dari kedua etnis tersebut sama-sama bersikap baik tidak ada perbedaan di antara kedua etnis.

c. Roudlotul Jannah Sofiyana yang berjudul “Pola Interaksi

Masyarakat dengan Waria di Pondok Pesantren Khusus al-Fatah

Sleman Yogyakarta” dalam skripinya di Universitas Negeri

Semarang pada tahun 2005.

Dalam penelitian ini peneliti mendieskripsikan pola interaksi sosial dengan masyarakat di ponpes al-fatah.

Metode penelitan yang yang digunakan oleh peneliti adalah deskripsi kualitatif. Metode deskripsi dapat di artikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang di selidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan penelitian pada saat

sekarang berdasarkan fakta-fakta yang nampak atau

sebagaimana adanya (hadari nawawi, 2005: 63)

Dari hasil penelitian tersebut, peneliti menjelaskan bahwa pola interaksi sosial yang terjadi antara waria dengan masysrakat yaitu melalui beberapa bentuk-bentuk yang di


(55)

51

golongkan menjadi dua yaitu proses asosiatif dan proses disaosiatif. Dalam proses asosiatif tidak ada kerja sama, akomodasi, asimilasi. Sedangkan proses disasosiatif ada persaingan, kontrafersi, dan pertentangan. Dalam pelaksanaanya di lapangan pola interaksi sosial yang terjadi antara masyarakat dengan waria sangat baik dan masyarakat sekitar ponpes sangat mendukung di dirikannya ponpen waria di desanya.

Dari ketiga hasil penelitian yang di kutip dapat di bedakan dengan penelitian yang saat ini akan di laksanakan, penelitian yang saat ini di angkat yaitu ingin mengetahui faktor penyebab terjadinya interaksi mahasiswa antara dua etnis yang berbeda yaitu etnis Madura dan Jawa. Serta bagaimana bentuk interaksi yang di bangun dari kedua etnis yang akan di teliti.


(56)

49

BAB III

PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

A. Deskripsi Umum Objek Penelitian

1. Deskrisi Umum UIN Sunan Ampel Surabaya

Menurut letak geografis Wilayah kampus UIN Sunan Ampel Surabaya berdiri diatas tanah seluas 8 hektar, di Sisi barat kampus UIN Sunan Ampel Surabaya berbatasan dengan Jl. A. Yani tepatnya di depan Polda Jatim, Sisi utara berbatasan dengan Pabrik Kulit dan perumahan Penduduk Jemur Wonosari, Sisi timur berbatasan dengan pemukiman penduduk Jemur Wonosari dan di bagian Sisi selatan berbatasan dengan PT. PERURI.

Kampus UIN Sunan Ampel Surabaya yang letaknya sangat strategis karena merupakan pintu gerbang Kota Surabaya dari sisi Selatan.

2. Sejarah berdirinya Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Berdirinya IAIN sunan Ampel Surabaya Yang sekarang menjadi UIN Sunan Ampel Surabaya dimulai tahun 1961 yang timbul atas gagasan para tokoh masyarakat Jawa timur untuk memiliki perguruan tinggi agama Islam Negeri yang bernaung dibawah lingkungan Departemen agama Republik Indonesia.untuk mewujudkan cita cita tersebut maka para ulama„ dan tokoh masyarakat Jawa Timur pada tahun itu juga mengadakan pertemuan pertama di Jombang, Jawa Timur, dalam pertemuan tersebut juga dihadiri oleh Prof.RHA.Sunarjo, (Rektor) IAIN Sunan Kalijaga


(57)

50

Yogyakarta. Dalam pertemuan tersebut menghasilkan beberapa keputusan, antara lain :

a. Membentuk panitia pendirian IAIN.

b. Mendirikan Fakultas Syari„ah di Surabaya

c. Mendirikan Fakultas Tarbiyah di malang

Selanjutnya pada 9 oktober 1961,dengan SK Menteri Agama Republik Indonesia No 17 tahun 1961 dibentuklah sebuah yayasan yang diberi nama

Yayasan badan waqaf kesejahteraan fakultas Syari„ah dan Fakultas

Tarbiyah cabang surabaya yang bertugas antara lain :

a. Mengadakan persiapan pendirian IAIN Sunan Ampel dan

fakultas-fakultas, antara lain Fakultas Syari„ah di Surabaya dan Fakultas

Tarbiyah di Malang.

b. Menyediakan lokasi tanah untuk membangun kampus IAIN yang terletak di Jl.Jend.A.Yani No 117 Surabaya.

c. Menyediakan perlengkapan perkuliahan, sarana dan prasarana administrasi ,sarana transportasi khususnya kendaraan mobil untuk dua orang pemimpin fakultas Syari„ah Surabaya dan Fakultas Tarbiyah Malang. Pada periode tahun 1966-1970,Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel tumbuh dengan pesatnya sehingga berhasil membuka delapan belas fakultas yang tersebar ditiga provinsi, yaitu: Jawa timur, Kalimantan timur, Nusa Tenggara Barat.


(58)

51

Namun pada akhir periode 1971-1975 akreditasi kualitas fakultas dilingkungan Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel mulai dilaksanakan dan hasilnya ada 55 fakultas,yaitu di Bangkalan, Lumajang, Sumbawa, dan Bima dengan terpaksa ditutup kembali dan dihubungkan

dengan fakultas sejenis yang didomislinya berdekatan dengan Fakultas –

fakultas tersebut. Selanjutnya seiring dengan perkembangan zaman,maka diterbitkan keputusan presiden No 11 tahun 1997 dan mempunyai beberapa fakultas-fakultas dibeberapa daerah.

Disamping penyelenggaraan pendidikan program sarjana (S1) di semua fakultas,juga menyelenggarakan program Pascasarjana (S2) konsentrasi didirosah Islamiyah yang didasarkan pada KMA No 286/1994 (diresmikan oleh Menteri Agama tanggal 2enam November 1994 ) sebagai upaya pengembangan IAIN Sunan Ampel Surabaya.kemudian menyusul dibukanya konsentrasi pemikiran Islam dan pendidikan Islam berdasarkan SK Rektor Nomor25 / HK 005 / SK/P/98,Tanggal 12 maret 1998dan Ekonomi Islam yang diresmikan pada tabggal 8 agustus 2000 berdasarkan SK Rektor nomor 068/HK 005 /SK/P/2000.kemudian menyusul konsentrasi pendidikan agama islam (GPAIS), pendidikan guru

Ibtidaiyah (PGMI), Tafsir Hadist, Syari„ah, Dakwah dan pendidikan

bahasa arab.

Pada tanggal 28 februari 2001 diresmikan pula Program Doktor (S3) dengan konsentrasi Ilmu Keislaman oleh Menteri Agama Islam Republik


(59)

52

Indonesia Keputusan Dirjen Kelembagan Agama Islam Departemen Agama No.E / 250 / 2001, tanggal 26 september 2001.

3. Perubahan IAIN ke UIN Sunan Ampel Surabaya

Dalam konteks Pendidikan Tinggi Agama Islam di Indonesia, Tranformasi menjadi UIN Sunan Ampel Surabaya meruapakan upaya realistis oleh pihak IAIN surabaya untuk menjawab tantangan yang dihadapi pendidikan tinggi Islam atas pengaruh globalisasi yang terjadi ditengah masyarakat sederet kepentingan terus bersambung satu sama lain dibalik mendesaknya transformasi kelembagaan ini, khususnya dalam berhadapan dengan globalisasi. pada satu sisi transformasi ini penting dalam kerangka kepentingan bernegosiasi terhadap tantangan ekonomi dan kultural. Sedangkan di sisi lain, transformasi kelembagaan pendidikan tersebut memiliki arti signifikan dalam rangka pengintegarisan keilmuan umum dan islam serta penghapusan dikotomi antara keduanya yang sering mengemuka di dunia akademik.

Dengan demikian, penyelenggara pendidikan oleh UIN sunan Ampel Surabaya dibangun diatas semangat peneguhan dan penyemaian nilai-nilai islam moderat sebagai aktualisasi dan doktrin islam sebagai rahmatan lil alamin.sebagai identitas islam di Indonesia yang sudah mengalami kristalisasi dari proses yang panjang,semagat ini senantiasa menjadi orientasi layanan pendidikan tinggi islam oleh UIN Sunan Ampel Surabaya dan mejadi pembeda UIN Sunan Ampel Surabaya deangan Perguguruan Tinggi Agama Islam yang lain.


(60)

53

Dengan semangat orientasi diatas, UIN Sunan Ampel Surabaya berupaya dengan sungguh-sungguh untuk mengembangkan layanan pendidikan tinggi islam model Indonesia untuk mencapai standart Internasional.melaui penciptaan layanan pendidikan yang berkualitas dan berdaya saing nasional dan internasional, UIN Sunan Ampel Surabaya berketatapan hati untuk bersaing dengan lembaga-lembaga pendidikan lainnya diberbagai penjuru didunia.

B. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Penyajian Data

Pada bab ini peneliti akan menguraikan data dan hasil penelitian tentang interaksi sosial mahasiswa etnis Madura dan jawa di kelurahan jemur wonosari, kecamatan wonocolo, kota surabaya.

Pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan dalam wawancara ialah mengenai faktor-faktor terjadinya interaksi sosial antara etnis Madura dan jawa serta bagaimana bentuk-bentuk interaksi sosial antara etnis Madura dan etnis jawa.

1. Faktor-faktor Terjadinya Interaksi Sosial Antara Mahasiswa Etnis Madura

dengan Mahasiswa Jawa di Kelurahan Jemur wonosari

a. Saling berhubungan

Interaksi sosial itu sangatlah penting bagi kehidupan manusia, karena pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri ia selalu membutuhkan orang lain. pada dasarnya manusia itu membutuhkan


(61)

54

aman seperti yang terjadi di Kelurahan Jemur wonosari terutama mahasiswa Jawa.

Sebelumnya mahasiswa Jawa telah mengetahui tentang watak-watak, ciri khas dan karakter mahasiswa Madura. Untuk itu mahasiswa Jawa menghargai karakter mahasiswa Madura itu. Mahasiswa Madura selaku masyarakat pendatang sangat menghargai dan mematuhi segala peraturan-peraturan ataupun norma-norma yang ada didalamnya, agar mereka mendapatkan kenyamanan dan keamanan dalam kehidupan sehari-harinya dan dapat hidup berdampingan dengan semua masyarakat bukan hanya mahasiswa yang ada di Kelurahan Jemur wonosari. Mereka dapat bekerjasama dalam berbagai kegiatan dalam kemasyarakatan.

Seperti yang telah di sampaikan oleh Hafidhotul Aini, mahasiswa yang bearasal dari etnis jawa sudah bisa berinteraksi dengan baik dengan mahasiswa yang dari madura, semua itu bisa terjadi karena antara kedua etnis tersebut sama-sama berusaha untuk saling berhubungan satu sama-sama yang lainnya. saya sendiri juga berusaha memahami dan menghargai adat kebiasaan mereka, sehingga interaksi sosial antar kedua

etnis tersebut bisa berjalan dengan baik.1

Demikian pula dengan apa yang di sampaikan Mahmudi. Dari interaksi yang saya lakukan dengan teman-teman yang berasal dari jawa, saya bisa bertukar fikiran mengenai masalah organisasi, keilmuan, dan yang lainnya.

Dan salah satu faktor yang membuat saya berinteraksi dengan mahasiswa etnis jawa karena saya ingin sama dengan mereka mulai dari segi keorganisasian, keilmuan dan lain sebagainya. walupun terkadang diantara kita terdapat banyak perbedaan,


(62)

55

namun kita tetap berusaha untuk mencari jalan tengahnya supaya apa yang kita inginkan bisa tercapai dengan baik. Menurut saya orang jawa itu baik-baik dan juga cepat akrab dengan sesama mahasiswa yang lain. tapi, mungkin anak jawa merasa kesulitan ketika kumpul dengan orang madura karena bahasa madura menurut dia sangat unik, walaupun juga banyak dari teman-teman saya yang dari jawa ikut belajar bahasa

madura.2

Dalam kehidupan sehari-hari tentunya kita sangat ingin dihargai oleh rekan kita, baik dikampus, dirumah, dikantor dan dimanapun kita berada. Kata menghargai menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

mempunyai arti bermacam-macam, di antaranya memberi,

menentukan, menilai, membubuhi harga, menaksir harga, memandang penting (bermanfaat, berguna), menghormati. Karya orang lain adalah hasil perbuatan manusia berupa „suatu karya‟ yang baik (positif) yaitu hasil dari ide, gagasan manusia seperti seni, karya budaya, cipta lagu, mesin, atau sesuatu produk yang bermanfaat atau berguna untuk orang lain.

Menghargai hasil karya orang lain merupakan salah satu upaya membina keserasian dan kerukunan hidup antar manusia agar terwujud suatu kehidupan masyarakat yang saling menghormati dan menghargai sesuai dengan harkat dan derajat seseorang sebagai manusia. Menumbuhkan sikap menghargai hasil karya orang lain merupakan sikap yang terpuji karena hasil karya tersebut merupakan pencerminan pribadi penciptanya sebagai manusia yang ingin dihargai.

2


(63)

56

Kecenderungan sebagai manusia secara alamiah adalah keinginan untuk mendapat tanggapan atau penghargaan atas apa yang dilakukannya. Kebutuhan untuk menuangkan ekspresi diri secara positif telah mendorong setiap orang untuk terus menghasilkan karya terbaik demi kebaikan dirinya dan orang lain. Oleh karena itu, upaya dan hasil karya kreatif yang berguna bagi kemaslahatan orang banyak sudah selayaknya memperoleh penghargaan yang positif pula.

b. Kerjasama

kerjasama merupakan usaha terkoordinasi di antara

anggota kelompok atau masyarakat yang diarahkan untuk mencapai tujuan bersama. kerjasama adalah suatu bentuk interaksi sosial di mana tujuan anggota kelompok yang satu berkaitan erat dengan tujuan anggota kelompok yang lain atau tujuan kelompok secara keseluruhan sehingga seseorang individu hanya dapat mencapai tujuan bila individu lain juga mencapai tujuan, seperti misalnya kita bekerjasama dalam sebuah organisasi, ketika kita dalam sebuah organisasi maka kita akan di pertemukan dengan mahasiswa dari berbagai daerah yang berbeda dan di organisasi pula kita bisa menambah keakraban antara satu sama yang lainnya. dari keakraban itulah kita bisa menjalin kerjasam yang baik, misalnya, salah satu dari kita dalam satu organisasi ada yang kelaparan maka kita selalu membantu dengan menyisikan sebagian dari uang jajan kita untuk sahabat kita yang pada saat itu butuh makan,


(64)

57

terdekat kita. Jadi jika keakraban sudah terjalin sedemikian rupa seecara otomatis kerjasama diantara kita akan berjalan dengan baik.

Menurut pemaparan Kanzul karena saya hidup di organisasi dan di dalam organisasi itu memang memegang erat masalah kebersamaan dan kerjasama itu. Mengapa saya bisa bilang seperti itu, karena ketiaka suatu organisasi anggotanya sudah tidak mau bersatu dan bekerjasama maka jangan harap organisasi itu akan berjalan lama. Organisasi itu bukan mili individu akan tetapi organisasi itu milik kita semua yang ada dalam organisasi tersebut, jadi kita selalu menjujung tinggi kebeersamaan dan kerjasama demi kemajuan organisasi yang kita ikuti. Dan menurut saya semua mahasiswa yang ada di UIN sunan ampel ini rata-rata hubungannya berbentuk kerjasama, baik itu mahasiswa jawa sesama mahasiswa jawanya atau mahasiswa jawa dengan mahasiswa yang dari

madura.3

Bila tipe interaksi ini berkembang di kalangan mahasiswa maka kelompok dapat diduga bahwa para mahasiswa akan saling membantu, saling mendukung, saling memberi atau menerima, saling bergantung, dan saling memotivasi satu sama lain untuk maju. Inovasi yang ada dengan mudah menyebar di antara mereka, karena para mahasiswa mempunyai kepentingan yang sama yaitu ingin maju, sehingga mereka akan berupaya untuk saling berkoordinasi dan saling berkomunikasi dalam rangka lebih mengenal, memahami dan menguasai inovasi yang diperkenalkan pada mereka. setiap mahasiswa atau kelompok masyarakat selalu saja ada orang yang lebih dahulu memiliki informasi teknologi baru dan lebih maju (perintis, pelopor) . Dengan pola interaksi kerjasama yang berkembang dalam masyarakat, mereka ini


(65)

58

secara sadar atau tidak dapat memajukan anggota lainnya. Pada umumnya, tipe interaksi ini yang paling banyak dijumpai pada mahasiswa di kampus, karena mahasiswa secara kultural dan historis memiliki jiwa gotong royong dan kerjasama.

Sama dengan apa yang di sampaikan Fauzi, saya rasa ketiaka kita berkumpul sama orang yang menurut kita baru tidak berinteraksi itu mustahil, buktinya ketika kita di kelas saja, kita di kumpulkan dengan orang yang mayoritas kita tidak mengenalnya, jadi yang perlu kita lakukan pertama adalah bagaimana caranya kita untuk bisa mengenal dan bisa berkomunikasi, karena di lain hari kita pasti akan butuh sama orang terdekat kita entah saya yang butuh pertolongan terlebih dahulu atau teman saya yang butuh terhadap bantuan saya.

Contoh kecil saja misalnya kita ada tugas kelompok yang harus di selesaikan bersama, maka baru akan terasa hikmahnya mengenal dan bisa kerjasama dengan orang lain, karena kita juga tidak tahu kemampuan orang lain. nisa saja saya yang bisa atau malah sebaliknya. Jadi saya rasa rata-rata mahasiswa yang tinggal di kelurahan jemur wonosari ini mayoritas lebih

pada kerjasama antara satu dangan yang lainnya.4

Sikapkerjasama dalam kelompok merupakan perpaduan dari sikap

individu yang terbentuk berdasarkan komitmen bersama yang diwujudkan berupa satu sikap dan perilaku kelompok sesuai dengan karakteristik dari pada sikap dan perilaku individu. Bekerja sama dalam satu tim memang membutuhkan kekompakan dan kerja sama yang solid.

Tapi meski demikian, anda juga dituntut untuk mandiri di dalam

kelompok. Artinya, walau kerja tim, anda tidak boleh hanya


(66)

59

mengandalkan bantuan dan pertolongan rekan satu tim. Anda tetap harus memberikan kontribusi pribadi bagi kepentingan kelompok

Walau masing-masing anggota kelompok merupakan pribadi yang mandiri dalam kelompok kerja sama, iklim saling menjatuhkan harus dibuang jauh-jauh. Dan, anda juga perlu menyadari bahwa antara kita dan rekan lain adalah mitra sejajar yang memiliki tanggung jawab bersama di dalam satu tim. Tentu tujuan kelompok akan tercapai dengan baik jika komunikasi antar individu berlangsung lancar. Walau masing-masing anggota kelompok merupakan pribadi yang mandiri dalam kelompok kerja sama, iklim saling menjatuhkan harus dibuang jauh-jauh. Dan, anda juga perlu menyadari bahwa antara kita dan rekan lain adalah mitra sejajar yang memiliki tanggung jawab bersama di dalam satu kelompok. Tentu tujuan kelompok akan tercapai dengan baik jika komunikasi antar individu berlangsung lancar.

Menurut pemaparan Moh. Ali, ketika kita berada di kampus dan di pertemukan dengan mahasiswa yang sangat banyak dan berasal dari daerah yang berbeda maka yang ada di dalam benak saya pertama kali itu gimana caranya saya bisa kenal dan bisa belajar bareng sama teman-teman yang lain, karena ketika kita di kampus Cuma hidup sendiri maka tidak mustahil jika kita akan kekurangan informasi, misalnya informasi tentang perkuliahan, tugas, dan lain sebagainya. jadi kebersamaan itu sangat penting demi kemajuan dan

keberhasilan kita bersama.5


(1)

81

2. Bentuk-bentuk interaksi sosial antara mahasiwa Madura dengan mahasiswa Jawa di kampus UIN Sunan Ampel Surabaya adalah:

 Kegiatan sosial kemasyarakatan yang di adakan oleh masyarakat jemur wonosari juga ikut mendorong jalannya interaksi sosial mahasiswa dengan cara mengikut sertakan para mahasiswa yang tinggal di daerah jemur wonosari.

 Pendidikan, ketika kita sudah berinteraksi dan sudah banyak berteman dengan orang lain maka juga tidak akan menutup kemungkinan akan terdapat suatu persaingan di dalamnya, karena dari setiap orang yang kita kenal kemampuanya tidak akan sama namun kita terus berusaha untuk bisa menyamai bahkan kalau bisa mau melebihi kemampuan dari teman-temannya.

 organisasi, juga ikut andil dalam terjalinnya interaksi mahasiswa. Karena ketika kita sudah hidup dalam satu kampus sudah tidak bisa di pungkiri lagi untuk kita melakukan interaksi dalam sebuah organisasi,

B. Saran

Dari hasil penelitian tersebut, diharapkan kepada semua mahasiswa baik yang etnis madura dan jawa supaya tetap menjaga kelangsungan interaksi sosialnya, baik di kampus ataupun di luar kampus. Serta mahasiswa yang bertempat tinggal di kelurahan jemur wonosari supaya tetap dapat menjaga


(2)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

82

Diharapkan dari latar belakang kepentingan etnis yang ada dan sudah terjadi, dapat membuka mata dan fikiran mahasiswa dari etnis madura dan jawa dari semua golongan bahwa interaksi akan mengurangi perpecahan, dan mengurangi rusaknya persatuan bangsa. Diharapkan juga untuk masyarakat jemur wonosari untuk lebih memahami nilai-nilai Pancasila, konsep Bhineka Tunggal Ika benar-benar dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari tidak hanya dijadikan simbol semata.


(3)

83

DAFTAR

PUSTAKA

Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Renika Cipta. 1998

Cholid Narbuko, MetodologiPenelitian, Jakarta:Bumi Aksara. 1997 Dany Haryanto, Pengantar Sosiologi Dasar, Jakarta: PT. Prestasi

Pustakarya, 2011

Ida Bagus, FilsafatPenelitianDanMetodePenelitianSosial, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004

Koetrjaraningrar, StratifikasiEtnik, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006 Kuntowijoyo, Perubahan sosial Dalam Masyarakat Agraris Madura,

Yogyakarta: 2002

Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011

Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer, jakarta: PT. Raja grafindo persada.1994

Nasition, MetodologiResearch, Jakarta: Bumi Aksara, 1999

Nawawi Hadari, Instrumen Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1995

Ritzer Geogre, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda,

Jakarta: Grafindo Persada, 2007

Ritzer Geogre dan dongles J. Goodman, Teori SosiologiModern, Jakarta: Prenada Media, 2004


(4)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

84

Soekanto Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Press, 2010

Taneko, B. Soleman, StrukturdanProsesSosial, Jakarta: Rajawali, 1984 Usman Husaini, MetodologiPenelitianSosial, Jakarta: Bumi Aksara, 1996 Wirawan, I.B, Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma, Jakarta:


(5)

83

DAFTAR

PUSTAKA

Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Renika Cipta. 1998

Cholid Narbuko, MetodologiPenelitian, Jakarta:Bumi Aksara. 1997 Dany Haryanto, Pengantar Sosiologi Dasar, Jakarta: PT. Prestasi

Pustakarya, 2011

Ida Bagus, FilsafatPenelitianDanMetodePenelitianSosial, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004

Koetrjaraningrar, StratifikasiEtnik, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006 Kuntowijoyo, Perubahan sosial Dalam Masyarakat Agraris Madura,

Yogyakarta: 2002

Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011

Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer, jakarta: PT. Raja grafindo persada.1994

Nasition, MetodologiResearch, Jakarta: Bumi Aksara, 1999

Nawawi Hadari, Instrumen Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1995

Ritzer Geogre, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda,

Jakarta: Grafindo Persada, 2007

Ritzer Geogre dan dongles J. Goodman, Teori SosiologiModern, Jakarta: Prenada Media, 2004


(6)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

84

Soekanto Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Press, 2010

Taneko, B. Soleman, StrukturdanProsesSosial, Jakarta: Rajawali, 1984 Usman Husaini, MetodologiPenelitianSosial, Jakarta: Bumi Aksara, 1996 Wirawan, I.B, Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma, Jakarta: