Bab I Pendahuluan Sistematika Pembahasan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id disalahkan artikan oleh masyarakat sekitar sebagai sesuatu yang rendah dan seringkali menjadi bahan tertawaan dalam kesempatan formal atupun informal. Bagi seorang wanita yang hidup dalam budaya patriarkhi seperti negara kita ini, beban sosial yang harus dipikulakibat perubahan status dari seorang istri menjadi seorang janda karena perceraian tentunya memiliki porsi yang lebih besar dibandingkan seorang duda. Selain itu konotasi negatif yang melekat pada perempuan berstatus janda juga merupakan beban berat tersendiri yang harus dijalani setelah bercerai. Hal tersebut menjadi alasan peneliti untuk mengambil informan wanita daripada pria. Dari aspek lain, yang ditemukan oleh Abdul Aziz adalah ketakutan ibu rumah tangga yang masih bersuami terhadap seorang janda. Ia takut suaminya akan tergoda dengan seorang janda. Menurut seorang informannya, janda adalah seorang yang butuh kasih sayang laki-laki serta nafkah ekonomi. Karenanya ia takut jika janda dapat menjadi seorang penggoda suami dari orang lain. 8 2. Penelitian kedua dilakukan oleh Saiful Mubin Mz dari Fakultas Psikologi dan Kesehatan UIN Sunan Ampel Surabaya pada tahun 2015 judulnya adalah “Interaksi Sosial Wanita Single Parent”. Penelitian tersebut membahas tentang stigma masyarakat yang 8 Abdul Aziz, Pemaknaan Perempuan Pasca Perceraian, skripsi Fakultas Dakwah dan Komunikasi, 2012, Digilibuinsby.ac.id diakses pada tanggal 10102016 pukul 14.11 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id memandang “single parent” karena perceraian sebagai sebuah kecacatan dalam nilai sosial. Sebab statusnya dianggap sebagai kegagalan dari pihak perempuan. Adanya anggapan dan pelabelan tersebuat menjadikan perempuan single parent merasa emosi dan menimbulkan tekanan batin. Faktor ekonomi juga menjadi kendala karena mereka tidak lagi diberi nafkah oleh pihak laki-laki. Hal itu menjadikan perempuan harus berusaha untuk dapat menghidupi anaknya seorang diri dengan banyak sekali kebutuhan. Interaksi sosial yang terjadi pada perempuan single parent seringkali menimbulkan persepsi negatif dari masyarakat, karena masyarakat menganggap single parent mempunyai banyak masalah dalm kehidupannya. Seorang single parent mempunyai kondisi psikologis yang kurang baik karena persepsi masyarakat tersebut. Akibatnya, interaksi dengan masyarakat sekitar juga jarang dilakukan. Selain terganggu dengan stigma masyarakat ia juga disibukkan dengan pekerjaanya dalam memenuhi kebutuhan ekonominya 9 . 3. Penelitian yang ketiga dilakukan oleh Wintarti dari Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Bimbingan Penyuluhan IAIN Walisongo Semarang dengan judul “Problematika Perceraian dan Dampaknya Terhadap Tingkah Laku Anak Desa 9 Saiful Mubin Mz, Interaksi Sosial Wanita Single Parent, Skripsi Fakultas Psikologi dan Kesehatan, 2015, Digilib.uinsby.ac.id diakses pada tanngal 20102016 pukul 15.11