Perilaku Suami dalam Menghadapi Persalinan Istri Selama Seksio Sesaria di RSUD dr. Pirngadi Medan Tahun 2012

(1)

PERILAKU SUAMI DALAM MENGHADAPI PERSALINAN ISTRI SELAMA SEKSIO SESARIA DI RSUD dr. PIRNGADI

MEDAN TAHUN 2012

WIDYA PUTRI SIREGAR 115102021

PROPOSAL PENELITIAN

PROGRAM STUDI D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA T.A 2011/2012


(2)

(3)

Judul : Perilaku Suami dalam Menghadapi Persalinan Istri Selama Seksio Sesaria

Di RSUD dr. Pirngadi Medan Tahun 2012 Nama : Widya Putri Siregar

Nim : 115102021

Jurusan : D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Tahun : 2012

ABSTRAK

Latar belakang : Dukungan suami sangat penting dalam menentramkan perasaan istri karena banyak wanita sampai menjelang persalinan masih tidak bisa mempersiapkan dirinya dan menerima keadaannya melahirkan dengan operasi seksio sesaria.

Tujuan peenelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku suami dalam menghadapi persalinan istri selama seksio sesaria di RSUD dr. Pirngadi Medan Tahun 2012,

Metodologi : Desain penelitian ini bersifat deskriftif dengan pendekatan cross sectional, penentuan jumlah sampel penelitian teknik total sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 33 orang suami yang istrinya akan di seksio sesaria. Pengumpulan data di lakukan mulai 10 april sampai 10 mei 2012 dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari tiga bagian yaiutu yang pertama mengenai pengetahuan, sikap dan tindakan suami dalam menghadapi persalinan istri selama seksio sesaria.

Hasil : Dari analisis data dapat diketahui bahwa mayoritas umur responden adalah 20-30 tahun yaitu 12 orang (36,4%), pendidikan responden mayoritas SMA yaitu 19 orang (57,6%), pekerjaan mayoritas wiraswasta yaitu 21 orang (63,6%), dan jumlah anak mayoritas 2 yaitu 16 orang (48,5%). Pengetahuan suami dalam menghadapi persalinan istri selama seksio sesaria mayoritas berpengetahuan cukup yaitu 17 orang (51,5%), sikap suami mayoritas positif seksio sesaria yaitu 24 orang (72,7%) dan tindakan suami dalam menghadapi persalinan istri selama seksio sesaria adalah positif yaitu 22 orang (66,7%).

Kesimpulan : Dari hasil penelitian ini diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti secara lebih spesifik terhadap variabel dari sisi korelasi, agar dapat dilihat hubungan dukungan suami dalam persalinan istri selama seksio sesaria.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya, peneliti dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini yang berjudul Perilaku Suami dalam Menghadapi Persalinan Istri Selama Seksio Sesaria di RSUD. dr. Pirngadi Medan Tahun 2012.

Penulis menyadari bahwasannya dalam penulisan karya tulis ilmiah ini masih banyak terdapat kekurangan karena keterbatasan kemampuan pengetahuan penulis. Untuk itu dengan kerendahan hati penulis menerima segala kritik dan saran yang sifatnya membangun dari para pembaca sekalian.

Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing peneliti dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yaitu :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep. Ns. M.Kep selaku Ketua Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Febrina Oktavinola Kaban SST, M.Keb selaku dosen pembimbing dalam penyusunan proposal

4. dr. Juliandi Harahap, MA selaku penguji I 5. Betty Mangkuji SST, M.Keb selaku penguji II 6. Kepala RSUD. dr. Pirngadi Medan Tahun 2012


(5)

7. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi program studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

8. Ayahanda dan Ibunda tersayang yang telah memberikan dukungan, semangat kepada peneliti dalam menyelesaikan proposal ini.

9. Teman-teman yang telah memberikan dukungan kepada peneliti sehingga proposal ini selesai.

10.Semua pihak yang mendukung peneliti dalam menyelesaikan KTI ini.

Akhir kata peneliti ucapkan terimahkasih atas semua bantuan yang diberikan, semoga mendapat anugerah dari Allah SWT. Amin Ya Robbal Alamin.

Medan, April 2012


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR SKEMA ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

1. Tujuan Umum ... 3

2. Tujuan Khusus ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

A. Perilaku ... 5

B. Pengetahuan ... 7

C. Sikap ... 11

D. Tindakan ... 12

E. Suami ... 13

F. Seksio Sesaria ... 13


(7)

A. Kerangka Konsep ... 24

B. Defenisi Operasional ... 25

BAB IV METODE PENELITIAN ... 26

A. Desain Penelitian ... 26

B. Populasi dan Sampel ... 26

1. Populasi ... 26

2. Sampel ... 26

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

D. Pertimbangan Etik ... 27

E. Instrumen Penelitian. ... 27

F. Validitas dan Reabilitas Instrumen ... 30

1. Uji Validitas ... 30

2. Uji Realibilitas ... 31

G. Pengumpulan Data ... 31

H. Analisa Data ... 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33

A. Hasil Penelitian ... 33

1. Karakteristik Responden ... 33

2. Pengetahuan Responden ... 35

3. Sikap Responden ... 36

4. Tindakan Responden ... 38


(8)

1. Pengetahuan Suami dalam Menghadapi Persalinan Istri selama

Seksio Sesaria ... 40

2. Sikap Suami dalam Menghadapi Persalinan Istri selama Seksio Sesaria ... 41

3. Tindakan Suami dalam Menghadapi Persalinan Istri selama Seksio Sesaria ... 43

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 45

A. Kesimpulan ... 45

B. Saran ... 45


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Konsep Penelitian Perilaku Suami Dalam Menghadapi Isteri yang

akan Di Seksio Sesaria ... 25 Tabel 5.1 Distribusi Data Demografi Suami Menghadapi Persalinan Istri

Selama Seksio Sesaria di RSUD Dr.Pirngadi Medan Tahun 2012 .... 34 Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan Pengetahuan

Suami Menghadapi Persalinan Istri Selama Seksio Sesaria ... 34 Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Suami

Menghadapi Persalinan Istri Selama Seksio Sesaria di RSUD Dr.

Pirngadi Medan Tahun 2012 ... 36 Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan Sikap Suami

Menghadapi Persalinan Istri Selama Seksio Sesaria ... 37 Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Suami Menghadapi

Persalinan Istri Selama Seksio Sesaria di RSUD Dr. Pirngadi

Medan Tahun 2012 ... 38 Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan Tindakan Suami

Menghadapi Persalinan Istri Selama Seksio Sesaria ... 39 Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Suami Menghadapi

Persalinan Istri Selama Seksio Sesaria di RSUD Dr. Pirngadi


(10)

DAFTAR SKEMA

Skema 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Perilaku Suami Dalam Menghadapi Isteri yang akan Di Seksio Sesaria ... ... 24


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Responden

Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan

Lampiran 3 : Kuesioner

Lampiran 4 : Pernyataan Konten Validity

Lampiran 5 : Lembar Konsul

Lampiran 6 : Master Tabel

Lampiran 7 : Data Distribusi Frekuensi

Lampiran 8 : Surat Izin Pengambilan Data Penelitian

Lampiran 9 : Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 10 : Surat Selesai Penelitian Dari Ruang Obstetri SMF


(12)

Judul : Perilaku Suami dalam Menghadapi Persalinan Istri Selama Seksio Sesaria

Di RSUD dr. Pirngadi Medan Tahun 2012 Nama : Widya Putri Siregar

Nim : 115102021

Jurusan : D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Tahun : 2012

ABSTRAK

Latar belakang : Dukungan suami sangat penting dalam menentramkan perasaan istri karena banyak wanita sampai menjelang persalinan masih tidak bisa mempersiapkan dirinya dan menerima keadaannya melahirkan dengan operasi seksio sesaria.

Tujuan peenelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku suami dalam menghadapi persalinan istri selama seksio sesaria di RSUD dr. Pirngadi Medan Tahun 2012,

Metodologi : Desain penelitian ini bersifat deskriftif dengan pendekatan cross sectional, penentuan jumlah sampel penelitian teknik total sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 33 orang suami yang istrinya akan di seksio sesaria. Pengumpulan data di lakukan mulai 10 april sampai 10 mei 2012 dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari tiga bagian yaiutu yang pertama mengenai pengetahuan, sikap dan tindakan suami dalam menghadapi persalinan istri selama seksio sesaria.

Hasil : Dari analisis data dapat diketahui bahwa mayoritas umur responden adalah 20-30 tahun yaitu 12 orang (36,4%), pendidikan responden mayoritas SMA yaitu 19 orang (57,6%), pekerjaan mayoritas wiraswasta yaitu 21 orang (63,6%), dan jumlah anak mayoritas 2 yaitu 16 orang (48,5%). Pengetahuan suami dalam menghadapi persalinan istri selama seksio sesaria mayoritas berpengetahuan cukup yaitu 17 orang (51,5%), sikap suami mayoritas positif seksio sesaria yaitu 24 orang (72,7%) dan tindakan suami dalam menghadapi persalinan istri selama seksio sesaria adalah positif yaitu 22 orang (66,7%).

Kesimpulan : Dari hasil penelitian ini diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti secara lebih spesifik terhadap variabel dari sisi korelasi, agar dapat dilihat hubungan dukungan suami dalam persalinan istri selama seksio sesaria.


(13)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Persalinan merupakan suatu proses yang alamiah, proses persalinan dapat berjalan lancar dan tidak berkembang pada keadaan yang patologis, serta diperoleh ibu dan bayi yang sehat optimal maka diperlukan upaya sejak dini yaitu semenjak ibu hamil, seperti mempersiapkan kondisi fisik dan mental ibu yang cukup sehingga kelahiran bayi berjalan lancar dan menghasilkan ibu dan bayi yang sehat optimal (Prawirohardjo, 2002).

Seksio Sesaria merupakan prosedur bedah untuk pelahiran janin dengan insisi melalui abdomen (laparotomi) dan uterus (histerektomi) untuk mengeluarkan satu bayi atau lebih (Liu. 2008. hlm 227).

Menurut WHO (Badan Kesehatan Dunia), memperkirakan bahwa angka persalinan dengan Seksio Sesaria sekitar 10% sampai 15% dari semua proses persalinan di negara-negara berkembang dibandingkan dengan 20% di Britania Raya dan 23% di Amerika Serikat. Kanada pada 2003 memiliki angka 21%. Di Indonesia sendiri, presentase operasi sesar sekitar 5%. Di rumah sakit pemerintah rata-rata 11% sementara di rumah sakit swasta bisa lebih dari 30% (Juditha, I, 2009).

Di Indonesia berdasarkan hasil Riskesdes (Riset kesehatan dasar) tahun 2010 angka persalinan dengan seksio sesaria adalah 15,3 %. Sedangkan angka kejadian persalinan Seksio Sesaria menurut data RSUD dr. Pirngadi medan jumlah ibu bersalin Seksio Sesaria tahun 2008 mencapai 335 orang dan pada tahun 2009 meningkat mencapai 400 orang. (RSUD dr. Pirngadi).


(14)

Chaplin (2006, dalam Pieter & Lumongga, 2010, hal.27) mengatakan bahwa, perilaku adalah kumpulan dari reaksi, perbuatan, aktifitas, gabungan gerakan, tanggapan dan jawaban yang dilakukan seseorang, seperti proses berfikir, bekerja, hubungan seks dan sebagainya.

Menurut Sherwen, (2001) tindakan menyelamatkan ibu dan janin dengan darurat akan meningkatkan kecemasan suami, ketakutan terhadap kematian dan perlukaan terhadap tubuh istri dan anaknya menjadi pendorong kecemasannya. Berdasarkan beberapa pengalaman suami, respon kecemasan, ketegangan dan ketakutan yang di rasakan suami dapat terlihat dalam bentuk reaksi negatif suami berupa marah-marah atau memaki-maki tenaga kesehatan, menarik diri, menangis, berjalan mondar-mandir, merokok terus-menerus, meremas-remas tangan, menggigit-gigit kuku. Sebagian suami merespon kecemasan dengan reaksi positif, mencari tenaga kesehatan untuk mendapatkan informasi yang jelas tentang keadaan istrinya, membaca koran, berdoa dengan berkomat-kamit atau menundukkan kepala, berbincang-bincang dengan orang lain untuk mengalihkan kecemasannya (Misrawati, 2006 ¶8).

Menurut Lutfiatus (2004) selama proses persalinan, suami juga sudah harus diajak menyiapkan diri menyambut kedatangan si kecil, karena tidak semua suami siap mental menunggui istrinya yang sedang kesakitan. Adakalanya suami menjadi panik dan berperilaku aneh. Jadi persiapan suami dalam menghadapi proses persalinan harus dilakukan sejak awal.

Setiap orang mempunyai kemampuan adaptasi yang berbeda demikian pula dalam menghadapi operasi untuk kelahiran sibuah hati. Sebagian orang mungkin dapat cepat mempersiapkan mentalnya saat menerima keputusan dokter bahwa istri mereka harus melahirkan dengan operasi. Namun, sebagian lagi mungkin sulit untuk


(15)

menerima keadaan itu, untuk itu, dukungan suami sangat penting dalam menentramkan perasaan istri karena banyak wanita sampai menjelang detik-detik persalinan masih tidak bisa menerima keadaannya. Hal ini karena ia merasa sudah mempersiapkan dirinya untuk melahirkan normal tetapi kenyataannya ia harus melahirkan dengan operasi.

Berdasarkan perubahan-perubahan perilaku yang dialami suami baik dalam reaksi positif maupun negatif maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Perilaku Suami Dalam Menghadapi Persalinan Istri Selama Seksio Sesaria di RSUD. dr. Pirngadi Medan Tahun 2012”.

B. Perumusan Masalah

Bagaimanakah Perilaku Suami Dalam Menghadapi Persalinan Istri Selama Seksio Sesaria di RSUD. dr. Pirngadi Medan Tahun 2012.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Untuk mengetahui Perilaku Suami Dalam Menghadapi Persalinan Istri Selama Seksio Sesaria di RSUD. dr. Pirngadi Medan Tahun 2012.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengetahuan suami dalam menghadapi istri bersalin dengan Seksio Sesaria.

b. Untuk mengetahui sikap suami dalam menghadapi istri bersalin dengan Seksio Sesaria.

c. Untuk mengetahui tindakan suami dalam menghadapi istri bersalin dengan Seksio Sesaria.


(16)

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Penulis

Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, sikap, keterampilan dan memberi pengalaman melaksanakan penelitian mandiri serta melakukan analisis yang berkaitan dengan asuhan persalinan.

2. Bagi Institusi Pendidikan Universitas Sumatera Utara

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan kepustakaan di D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU.

3. Bagi Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan

Hasil penelitian ini dapat meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit dalam memberikan asuhan terhadap ibu bersalin dengan Seksio Sesaria terutama dengan mengikutsertakan suami dalam berpartisipasi selama persalinan.

4. Bagi Peneliti Lanjutan

Hasil penelitian ini dapat memberikan data awal dalam mengadakan penelitian yang terkait dengan perilaku suami dalam menghadapi istri bersalin dengan Seksio Sesaria.


(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku

1. Pengertian perilaku

Notoatmodjo (2007, dalam Pieter & Lumongga, 2010 hal. 28) mengatakan bahwa perilaku adalah totalitas dari penghayatan dan aktifitas yang memengaruhi proses perhatian, pengamatan, pikiran, daya ingat dan fantasi seseorang. Meskipun perilaku adalah totalitas respon, namun semua respon sangat tergantung pada karakteristik individual. Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda-beda disebut dengan determinan perilaku.

Menurut Green,L (1980) perilaku di pengaruhi oleh 3 faktor utama, yakni: 1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor), faktor ini mencakup

pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal – hal yang berkaitan dengan kesehatan, system nilai yang di anut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat social ekonomi, dan sebagainya.

2. Faktor-faktor pemungkin (enambling factor), faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat. 3. Faktor – faktor penguat (reinforcing factor), faktor ini meliputi faktor sikap

dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku petugas termasuk petugas kesehatan (Notoadmodjo, 2003)

Skener (1938) dalam seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori Skiner ini di sebut teori ”S –


(18)

O – R” atau stimulus – organisme – respon. Skiner membedakan adanya dua respon yaitu:

1. Respondent respon atau reflexive, yakni respon yang di timbulkan oleh rangsangan- rangsangan (stimulus) tertentu.

2. Operant respon atau instrumental respon, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang di dasari oleh pengetahuan, sikap, dan tindakan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak di dasari oleh pengetahuan, sikap, dan tindakan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:

1. Kesadaran (Awareness), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (Object) terlebih dahulu.

2. Merasa tertarik (Interest), yakni orang mulai tertarik kepada stimulus. 3. Menimbang (Evaluation), yakni menimbang baik dan tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya.

4. Mencoba (Trial), orang yang mulai mencoba perilaku baru.

5. Mengadopsi (adoption), subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus (Notoadmodjo,2003)

B. Pengetahuan

1. Defenisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai. Pengetahuan


(19)

itu semua milik atau isi pikiran-pikiran. Dengan demikian pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu.(Bakhtiar,2010).

2. Jenis Pengetahuan

Burhanuddin Salam, mengemukakan bahwa pengetahuan yang dimiliki manusia ada 4, yaitu :

a. Pengetahuan biasa yakni pengetahuan yang dalam filsafat dikatakan dengan istilah common sense, karena seseorang memiliki sesuatu dimana ia menerima secara baik.

b. Pengetahuan ilmu, yaitu ilmu sebagai terjemahan dari science. Dalam pengertian yang sempit science diartikan untuk menunjukkan ilmu pengetahuan alam, yang sifatnya kuantitatif dan objektif.

c. Pengetahuan filsafat yakni pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran yang bersifat kontemplatif dan spekulatif.

d. Pengetahuan agama yakni pengetahuan yang hanya diperoleh dari Tuhan lewat para utusan-Nya.(Bakhtiar, 2010).

3. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang dapat dicakup di dalam kognitif yang mempunyai enam tingkatan, yaitu :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya yang termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari, oleh sebab itu “tahu” ini merupakan tingkat pengaetahuan yang paling rendah. Ukuran “tahu” yaitu menyebutkan,menguraikan, mandefenisikan dan menyatakan.


(20)

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Ukurannya yaitu dapat menjelaskan dan meramalkan.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks situasi yang lain.

d. Analisa (analysis)

Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objec kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dan formulasi-formulasi yang ada, misalnya : dapat meringkas, merencanakan dan menyelesaikan.

f. Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada (Notoadmodjo, 2003)


(21)

4. Sumber Pengetahuan

Sumber pengetahuan adalah sebagai berikut : a. Empirisme

Pengalaman menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalaman.

b. Rasionalisme

Aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan. c. Intuisi

Menurut Henry Bergson intuisi adalah hasil dari evolusi pemahaman yang tertinggi.

d. Wahyu

Wahyu adalah pengetahuan yang di sampaikan oleh Allah kepada manusia lewat perantara para nabi (Bhaktiar, 2010)

5. Cara Memperoleh Pengetahuan

Cara memperoleh pengetahuan adalah sebagai berikut :

a. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan adalah sebagai berikut : 1) Cara coba salah

Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil, maka dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.

2) Cara kekuasaan atau otoritas

Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat, baik ormal maupun informal, ahli agama, pemegang


(22)

pemerintah dan berbagai prinsip orang lain yang menerima apa yang dikemukakan orang lain yang mempunyai otoritas tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri.

3) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam mmecahkan permasalahan yang dihadapi di masa lalu.

4) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih populer disebut dengan metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis bocan (1561-1626). Kemudian dikembangkan oleh Deobold van Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah (Notoadmodjo, 2005).

6. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang akan di ukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas. (notoatdmojo, 2003).

C. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Pengertian sikap menurut Newcomb yang di


(23)

kutip oleh Notoatmodjo (2007), bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu (Notoadmodjo, 2007)

Menurut Allport menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok:

1. Kepercayaan (Keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

3. Kecenderungan untuk bertindak. Sikap terdiri dari berbagai tingkatan: a. Menerima (reiceiving)

Menerima artinya bahwa orang ( subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek), misalnya sikap orang terhadap gizi dapat di lihat dari kesediaan orang itu terhadap ceramah – ceramah tentang gizi.

b. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila di tanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.


(24)

d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. (Notoatmodjo,2003)

D. Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Tingkatan – tingkatan tindakan atau praktek ini mempunyai beberapa pembagian, yaitu:

1. Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan di ambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

2. Respon terpimpin (guided response)

Dapat melakukan berbagai sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.

3. Mekanisme (Mechanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.

4. Adopsi (adoption)

Adopsi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. ( Notoatmodjo, 2003).


(25)

E. Suami

Menurut Harymawan (2007, dalam Suparyanto, 2011) mengatakan bahwa suami adalah pemimpin dan pelindung bagi istrinya, maka kewajiban suami terhadap istrinya ialah mendidik, mengarahkan serta mengertikan istri kepada kebenaran, kemudian membarinya nafkah lahir batin, mempergauli serta menyantuni dengan baik (Harymawan, 2007).

Menurut kamus besar bahasa Indonesia mengartikan suami adalah pria yang menjadi pasangan hidup resmi seorang wanita (istri) yang telah menikah. Suami adalah pasangan hidup istri (ayah dari anak-anak), suami mempunyai suatu tanggung jawab yang penuh dalam suatu keluarga tersebut dan suami mempunyai peranan yang penting, dimana suami sangat dituntut bukan hanya sebagai pencari nafkah akan tetapi suami sebagai motivator dalam berbagai kebijakan yang akan di putuskan termasuk merencanakan keluarga.

F. Seksio Sesaria

1. Pengertian Seksio Sesaria

Seksio Sesaria adalah sebuah bentuk melahirkan anak dengan melakukan sebuah irisan pembedahan yang menembus abdomen seorang ibu (laparotomi) dan uterus (hiskotomi) untuk mengeluarkan satu bayi atau lebih. Cara ini biasanya dilakukan ketika kelahiran melalui vagina akan mengarah pada komplikasi-komplikasi media, kendati cara ini semakin umum sebagai pengganti kelahiran normal. Namun dalam perjalanannya tidak hanya disitu saja mewacanakan seksio sesaria, khususnya perempuan, banyak aspek yang biasa dikaji lebih dalam tentang itu ( Dewi & Fauzi. 2007.hlm.1).


(26)

2. Penyebab Seksio Sesaria

Persalinan merupakan upaya melahirkan janin yang ada di dalam rahim ibunya. Jadi, apabila persalinan harus dilakukan dengan operasi, menurut buku Obstetri and Gynecology, yaitu untuk keselamatan ibu dan janin ketika persalinan harus berlangsung, tidak terjadi kontraksi, distosia (persalinan macet) sehingga menghalangi persalinan alami, dan bayi dalam keadaan darurat sehingga harus segera dilahirkan, tetapi jalan lahir tidak mungkin dilalui janin. Jadi, penyebab dilakukannya operasi pada persalinan sebagai berikut :

a. Faktor Janin

1. Bayi terlalu besar

Berat bayi lahir sekitar 4.000 gram atau lebih (giant baby), menyebabkan bayi sulit keluar dari jalan lahir. Umumnya, pertumbuhan janin yang berlebihan (makrosomia) karena ibu menderita kencing manis (diabetes mellitus). Keadaan ini dalam ilmu kedokteran disebut bayi besar objektif. Apabila dibiarkan terlalu lama di jalan lahir dapat membahayakan keselamatan janinnya.

2. Kelainan letak bayi

Ada dua kelainan letak janin dalam rahim, yaitu letak sungsang dan letak lintang.

3. Gawat janin (fetal distress)

Keadaan gawat janin pada tahap persalinan, memungkinkan dokter memutuskan untuk segera melakukan operasi. Apalagi jika ditunjang oleh kondisi ibu yang kurang menguntungkan. Seperti diketahui, sebelum lahir, janin mendapat oksigen dari ibunya melalui ari-ari (akibat ibu menderita tekanan darah tinggi atau kejang rahim), serta gangguan pada


(27)

tali pusat (akibat tali pusat terjepit antara tubuh bayi) maka suplai oksigen yang disalurkan ke bayi pun menjadi berkurang. Akibatnya, janin akan tercekik karena kehabisan napas. Kondisi bias menyebabkan janin mengalami kerusakan otak, bahkan tidak jarang meninggal dalam rahim. 4. Janin abnormal

Janin sakit atau abnormal, misalnya gangguan Rh, kerusakan genetik, dan hidrocephalus (kepala besar karena otak berisi cairan), dapat menyebabkan dokter memutuskan dilakukan operasi.

5. Faktor plasenta

Ada beberapa kelainan plasenta yang menyebabkan keadaan gawat darurat pada ibu atau janin sehingga harus dilakukan persalinan dengan operasi seperti plasenta previa, plasenta lepas (solutio plasenta), plasenta accrete, vasa previa.

6. Kelainan tali pusat

Kelainan tali pusat yang biasa terjadi seperti prolapsus tali pusat (tali pusat membumbung) dan terlilit tali pusat.

7. Bayi kembar (multiple pregnancy)

Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara seksio sesar. Hal ini karena kelahiran kembar memiliki risiko terjadinya komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi.

b. Faktor ibu

Faktor ibu yang menyebabkan dilakukanya tindakan operasi misalnya panggul sempit atau abnormal, disfungsi kontraksi rahim, riwayat kematian prenatal, pernah mengalami trauma persalinan, dan ingin dilakukanya tindakan sterilisasi. Kondisi kehamilan bisa pula sebagai penyebab


(28)

dilakukannya operasi. Misalnya, tidak ada tanda persalinan, padahal kehamilan harus diakhiri karena alasan janin atau ibunya, ibu menderita eklampsia atau ketuban pecah dini, dan ingin dilakukan tindakan sterilisasi. Sebaliknya, usia kehamilan belum cukup bulan (25 minggu), tetapi kehamilan harus diakhiri.

Berikut ini, faktor ibu yang menyebabkan janin harus dilahirkan dengan operasi adalah :

1. Usia

Ibu yang melahirkan untuk pertama kali pada usia sekitar 35 tahun, memiliki risiko melahirkan dengan operasi, apalagi pada wanita dengan usia 40 tahun keatas, pada usia ini biasanya seseorang memiliki penyakit yang berisiko, misalnya, darah tinggi, penyakit jantung, kencing manis. 2. Tulang Panggul

Cephalopelvic disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara normal.

3. Persalinan sebelumnya dengan Seksio Sesaria

Sebenarnya, persalinan melalui bedah sesar tidak mempengaruhi persalinan selanjutnya harus berlangsung secara operasi atau tidak. Apabila memang ada indikasi yang mengharuskan dilakukannya tindakan pembedahan, seperti bayi terlalu besar, panggul terlalu sempit, atau jalan lahir yang tidak mau membuka, operasi bias saja dilakukan.

4. Faktor hambatan jalan lahir

Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang kaku sehingga tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan


(29)

bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek, dan ibu sulit bernapas. Gangguan jalan lahir biasa juga terjadi karena ada mioma atau tumor. Keadaan ini menyebabkan persalinan terhambat atau macet, yang biasanya disebut distosia.

5. Kelainan kontraksi rahim

Jika kontraksi rahim lemah dan tidak terkoordinasi (inkordinate uterine action) atau tidak elastisnya leher rahim sehinnga tidak dapat melebar pada proses persalinan, menyebabkan kepala bayi tidak terdorong dan tidak adapat melewati jalan lahir dengan lancar. Apabila keadaan ini tidak memungkinkan maka dokter biasanya akan melakukan seksio sesaria.

6. Ketuban pecah dini

Robeknya kantung ketuban sebelum waktunya dapat menyebabkan bayi harus segera dilahirkan. Apabila air ketuban habis sama sekali, dan bayi masih belum waktunya untuk lahir, biasanya dokter akan berusaha mengeluarkan bayi dalam kandungan, baik melalui kelahiran biasa maupun seksio sesaria. Air ketuban yang pecah sebelum waktunya akan membuka rahim sehingga memudahkan masuknya bakteri lewat vagina. Dengan masuknya bakteri lewat vagina, infeksi akan terjadi pada ibu hamil dan janin dalam kandungan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, sekitar 60-70% bayi-bayi yang kehamilannya mengalami ketuban pecah dini akan lahir 2x24 jam. Apabila bayi tidak lahir juga lewat waktu itu, baru lah dokter melakukan tindakan, yaitu operasi seksio sesaria.

7. Rasa takut kesakitan

Umumnya, seorang wanita yang melahirkan secara alami akan mengalami proses rasa sakit. Kondisi tersebut karena keadaan yang pernah atau baru


(30)

akan terjadi dan sering menyebabkan seorang wanita yang akan melahirkan merasa ketakutan, khawatir, dan cemas menjalaninya. Akibatnya, untuk menghilangkan rasa itu semua mereka berpikir melahirkan dengan cara seksio sesaria.

3. Risiko Seksio Sesaria

Seksio Sesaria sebaiknya dilakukan karena pertimbangan medis, bukan keinginan pasien yang tidak ingin menanggung rasa sakit. Hal ini karena risiko Seksio Sesaria lebih besar daripada persalinan alami. Faktor risiko paling banyak dari Seksio Sesaria adalah akibat tindakan anastesi, jumlah darah yang dikeluarkan oleh ibu selama operasi berlangsung, komplikasi penyulit, endometritis (radang endometrium), trombopleblitis (pembekuan darah pembuluh balik), embolisme (penyumbatan pembuluh darah), paru-paru.

Komplikasi lain yang bersifat ringan adalah kenaikan suhu tubuh selama beberapa hari dalam masa nifas, sedangkan komplikasi berat, seperti peritonitis (radang selaput perut), sepsis atau disebut juga terjadi infeksi puerperal.

Dibawah ini adalah risiki-risiko yang mungkin dialami oleh wanita yang melahirkan dengan operasi yang dapat mengakibatkan cedera pada ibu maupun bayi, risiko ini sifatnya individual, yaitu tidak terjadi pada semua orang :

a. Alergi

Biasanya, risiko ini terjadi pada pasien yang alergi terhadap obat tertentu. Penggunaan obat-obatan pada pasien dengan operasi Caesar lebih banyak dibandingkan dengan cara melahirkan alami. Oleh karena itu, biasanya sebelum operasi akan ditanyakan kepada pasien apakah mempunyai alergi tertentu.


(31)

b. Perdarahan

Perdarahan banyak timbul pada waktu pembedahan jika cabang-cabang arteria uteri ikut terbuka atau karena atonia uteri. Kehilangan darah yang cukup banyak dapat menyebabkan syok secara mendadak. Kalau perdarahan tidak dapat diatasi, kadang perlu histerektomi, terutama pada kasus atonia uteri. Oleh karena itu sebelum operasi, seorang wanita harus melakukan pemeriksaan darah lengkap. Salah satunya untuk mengetahui masalah pembekuan darah.

c. Cedera pada orang lain

Jika tidak dilakukan secara hati-hati, kemungkinan pembedahan dapat mengakibatkan terlukanya orang lain, seperti rectum atau kandung kemih. d. Perut dalam rahim

Seorang wanita yang telah mengalami pembedahan akan memiliki perut dalam rahim. Oleh karena itu, pada tiap kehamilan serta persalinan berikutnya ia memerlukan pengawasan yang cermat sehungan dengan bahaya rupture uteri.

e. Demam

Demam setelah operasi tidak bisa dijelaskan penyebabnya. Namun, kondisi ini bisa terjadi karena infeksi.

f. Mempengaruhi produksi ASI

Efek pembiusan dapat mempengaruhi produk ASI jika dilakukan pembiusan total (narkose). Akibatnya, kolostrum tidak bisa dinikmati bayi dan bayi tidak dapat segera menyusui begitu segera dilahirkan. Namun, apabila dilakukan dengan pembiuasan regional (misalnya spinal) tidak banyak mempengaruhi produksi ASI (Bramantyo. 2005.hlm.11).


(32)

4. Rencana Persalinan

Tidak seorangpun dapat menentukan dengan tepat bagaimana proses persalinannya akan berlangsung walaupun dapat memperkirakan, hanya mendekati perhitungan yang selama kehamilan sudah bisa di antisipasi, yaitu berdasarkan pemeriksaan kehamilan yang sudah di lakukan selama sembilan bulan kehamilan. Selama pemeriksaan ini, dokter atau penolong persalinan akan mengungkapkan kondisi kehamilan dan kemungkinan persalinan yang akan terjadi.

Dengan membicarakan hal tersebut maka ibu dan suami akan memperoleh gambaran kira-kira seperti apa proses persalinan yang akan di alami. Dengan kondisi ini, diharapkan ibu dan suami lebih siap dalam menghadapi proses persalinan. Apalagi jika dokter telah memberikan gambaran tentang kemungkinan persalinan dengan operasi karena kondisi ibu dan janinnya. Pengetahuan tentang keadaan kehamilan dan kemungkinan persalinan yang akan dilakukan, memungkinkan untuk mempersiapkan fisik dan mental.

Pentingnya perencanaan ini karena menyangkut pada kesehatan fisik dan psikis calon orang tua. Lain halnya apabila rencana persalinan bisa dilakukan secara alami, tetapi tiba-tiba berubah dalam waktu cepat, bahkan pada hari atau detik-detik persalinan sudah berlangsung. Pada kondisi ini, tindakan operasi merupakan jalan satu-satunya untuk menolong ibu. Oleh karena itu apapun perkiraan dokter tentang kemungkinan persalinan yang akan di alami, sebaiknya setiap pasangan mempersiapkan kemungkinan yang akan terjadi.yang penting juga di perhatikan adalah mempersiapkan mental dan psikis calon ayah tentang berbagai kemungkinan hambatan kehamilan dan persalinan yang bisa terjadi pada istri.


(33)

5. Persiapan mental

Setiap orang mempuanyai kemampuan adaptasi yang berbeda demikian pula dalam menghadapi operasi untuk menghadapi kelahiran sibuah hati. Sebagian orang mungkin dapat cepat mempersiapkan mentalnya untuk menerima keputusan dokter saat harus melahirkan dengan operasi. Namun, sebagian lagi mungkin sulit untuk menerima keadaan itu. Untuk itu, dukungan suami sangat penting dalam menentramkan perasaan istri karena banyak wanita sampai menjelang detik-detik persalinan masih tidak bisa menerima keadaannya. Hal ini karena istri merasa sudah mempersiapkan dirinya untuk melahirkan normal tetapi kenyataannya istri harus melahirkan dengan operasi.

Berusaha untuk tetap tenang dan selalu berfikir positif merupakan cara yang cukup ampuh untuk menghadapi kondisi-kondisi yang menegangkan perasaan stress maupun ketakutan yang muncul ketika mengadapi persalinan yang sama sekali yang tidak pernah terbayangkan akan dapat di atasi apabila berpasrah diri.

Untuk menentramkan atau mengurangi kecemasan, cobalah cara-cara berikut ini:

a) Banyak bertanya kepada ahlinya tentang prosedur operasi, termasuk dari dokter lain. Pada beberapa orang, pengetahuan ini malah menambah kecemasan. Apalagi jika penjelasan dokter tidak cukup informatif dan kooperatif. Namun, bukankah lebih baik tahu daripada tidak sama sekali

b) Mencari teman yang istrinya sudah pernah menjalani seksio sesaria untuk berbagi pengalaman

c) Mencari informasi dari media cetak maupun elektronik tentang berbagai hal seputar operasi.


(34)

d) Berdiskusilah dengan pasangan dan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.

6. Peran suami

Seperti halnya kehamilan, yang merupakan hasil “kerjasama” suami dan istri maka kerjasama ini juga seharusnya terus berlangsung sampai janin dilahirkan. Idealnya, peran ini sudah disosialisasikan sejak awal kehamilan dan perilaku-perilaku kecil, seperti ikut mengantar istri memeriksakan kehamilan dan memberikan dukungan kepada istri yang sedang hamil.

Selanjutnya, menjelang persalinan yang merupakan saat menegangkan, calon ayah perlu mengurangi kegiatan dan melakukan beberapa persiapan. Beberapa pertanyaan yang sering muncul adalah, apa yang harus dilakukan calon ayah ketika saat persalinan segera datang.

1. Komunikasi dengan dokter, apa yang bisa dilakukan sebelum, selama, dan setelah operasi.

2. Kompromikan dengan istri, apa yang diinginkannya dan mampu atau bisa dilakukan suami sebelum, selama, dan setelah operasi.

3. Mengetahui letak barang-barang yang sudah dipersiapkan istri, seperti tas yang berisi semua perlengkapan peribadi yang harus dibawa.

4. Jalan yang harus dilalui menuju ketempat bersalin. 5. Mengetahui prosedur-prosedur administrasi rumah sakit.

6. Ketika hari persalinan tiba, suami dapat menjadi seseorang yang sangat membantu dalam “memudahkan” proses persalinan. Ia dapat menjadi perantara bagi suster dan pasien (istrinya) apa bila memerlukan sesuatu. Suami juga dapat komunikator bagi istri dan penolong persalinan, karna suami lah yang paling peka dan tahu kemauan istrinya. Termasuk bentuk


(35)

dukungan terhadap “Perjuangan” yang akan dilakukan istri, misalnya para istri dapat mengelus-elus punggung istrinya, memijat kaki istrinya, membisikkan kata-kata yang membesarkan hati, menenangkan ketika istri gelisah, atau member semangat ketika istri akan bersalin dengan oprasi. Hal ini harus dilakukan untuk menghindari kepanikan saat persalinan tiba, apa lagi jika persalinannya diluar rencana, misalnya persalinan harus diakhiri segera, atau lebih cepat dari waktu yang ditentukan (Bramantyo. 2005.hlm.41).

Kehadiran suami tanpa tekanan dari luar pada proses persalinan akan sangat penting dalam membantu istri, terutama jika suami tahu banyak tentang proses melahirkan. Para suami sering mengeluhkan betapa tertekannya mereka kerena sama sekali tidak tahu apa yang harus dikerjakan untuk menolong istri mereka (Lutfiatus, 2004).


(36)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN A. Kerangka Konsep

Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui peri;aku suami dalam menghadapi persalinan istri selama seksio sesaria. Hal ini dapat dilihat dari kerangka konsep peneliti dibawah ini :

variabel Independen Variabel Dependen

Skema 3.1. Kerangka Penelitian Seksio Sesaria Perilaku dalam menghadapi

persalinan istri selama Seksio Sesaria

a. Pengetahuan b. Sikap c. Tindakan


(37)

B. Defenisi Operasional

Definisi operasional adalah untuk membatasi ruang lingkup serta pengertian variabel yang diamati atau diteliti.

Table 3.1 variabel penelitian

No Variabel Defenisi

operasional Alat ukur Hasil ukur Skala

1. Pengetahuan Segala sesuatu yang diketahui suami tentang seksio sesaria

Kuesioner 1. Baik : jika responden menjawab dengan benar 8-10 dari jumlah

pertanyaan 2. cukup : jika responden menjawab dengan benar 4-7 dari jumlah pertanyaan 3. kurang : jika responden menjawab dengan benar 0-3 dari jumlah pertanyaan

Ordinal

2. Sikap Respon yang masih tertutup yang berupa perasaan terhadap istri yang akan di seksio sesaria

Kuesioner 1. positif bila responden menjawab jumlah kategori > 15 2. negatif bila

responden menjawab jumlah kategori ≤ 15

Ordinal

3. Tindakan Perbuatan nyata yang dilakukan secara langsung oleh suami terhadap istri yang akan di seksio sesaria

Kuesioner 1.Ya ( Dilakukan ) : jika responden memiliki jumlah kategori > 5 dari jumlah pertanyaan 2. Tidak dilakukan : jika responden memiliki jumlah kategori ≤ 5 dari jumlah pertanyaan


(38)

BAB IV

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah jenis deskriptif dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengidentifikasi Perilaku Suami Dalam Menghadapi Persalinan Istri Selama Seksio Sesaria di RSUD dr. Pirngadi Medan Tahun 2012.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh suami yang menghadapi persalinan istri selama seksio sesaria di RSUD dr. Pirngadi Medan. Pengumpulan data dilakukan selama 1 bulan dengan jumlah persalinan seksio sesaria sebanyak 33 kasus. Sehingga yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah 33 suami yang menghadapi persalinan istri selama seksio sesaria.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari keseluruhan objek yang diteliti yang dianggap mewakili dari seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005). Karena jumlah populasi <100 maka sampel yang digunakan yaitu seluruh populasi yang akan menjadi subjek dalam penelitian ini sebanyak 33 suami.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD dr.Pirngadi Medan pada April 2012. Adapun pertimbangan pemilihan lokasi penelitian karena di RSUD dr. Pirngadi Medan berdasarkan informasi dari rekam medik Rumah sakit bahwa penelitian yang menyangkut perilaku suami dalam menghadapi persalinan istri selama seksio sesaria,


(39)

memiliki jumlah sampel yang banyak, dan merupakan rumah sakit pendidikan serta lokasi rumah sakit yang strategis.

D. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari institusi pendidikan yaitu program studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU dan izin dari pimpinan RSUD dr. Pirngadi Medan. Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik, yaitu: memberikan penjelasan kepada calon responden tentang tujuan dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila calon responden bersedia, maka calon responden dipersilahkan untuk menandatangani informed consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung. Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada instrumen penelitian, tetapi menggunakan inisial. Data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

E. Instrumen Penelitian.

Dalam melaksanakan penelitian, peneliti menggunakan instrument berupa kuesioner yang ditulis oleh si peneliti berdasarkan tinjauan pustaka sebagai alat pengumpulan data. Kuesioner tentang data demografi responden meliputi umur, pendidikan terakhir, dan pekerjaan. Pertanyaan untuk pengetahuan sebanyak sepuluh soal dengan bentuk pertanyaan tertutup yang terdiri dari pilihan jawaban : a,b,c, dan d jika menjawab benar maka diberi nilai satu (skor = 1), sedangkan salah maka diberi nol (skor = 0).


(40)

Untuk mendapatkan kriteria digunakan perhitungan sebagai berikut : 1. Menentukan skor terbesar dan terkecil

Skor terbesar : 10 Skor terkecil : 0

2. Menentukan nilai rentang ( R ) Rentang = 10 -0

= 10

3. Menentukan nilai panjang kelas ( i )

Panjang kelas ( i ) =

s banyakkela

R g rentan ( )

= 3 10

= 3,3

4. Menentukan skor kategori

No Kategori Skor Jumlah pertanyaan yang benar 1 Kurang 0 + 3,3 = 3,3 0 -3 2 Cukup 3,4 + 3.3 = 6,7 4 -7 3 Baik 6,7 + 3,3 = 10 8 -10

Kuesioner ini berisi pertanyaan untuk sikap sebanyak sepuluh pertanyaaan dengan bentuk pertanyaan tertutup yang terdiri dari pilihan jawaban : sangat setuju, setuju, tidak setuju. Pertanyaan 1 -5 merupakan pernyataan positif (favorable) dan pernyataan nomor 6-10 merupakan pernyataan negatif (unfavorable). Untuk pernyataan positif skor Sangat Setuju (SS) = 4, Setuju (S) = 3, Tidak Setuju (TS) = 2 dan Sangat Tidak Setuju (STS) = 1. Untuk pernyataan negatif (SS) = 1, (S) =2, (TS) = 3, (STS) = 4. Total skor sikap diperoleh nilai terendah sepuluh dari dan nilai


(41)

tertinggi 40 yang. Jadi semakin positif skor semakin baik sikap suami dalam menghadapi istri yang akan seksio sesaria. Untuk mendapatkan kriteria digunakan perhitungan sebagai berikut :

1. Menentukan skor terbesar dan terkecil Skor terbesar : 40

Skor terkecil : 10

2. Menentukan nilai rentang ( R )

Rentang = skor terbesar – skor terkecil = 40 -10

= 30

3. Menentukan nilai panjang kelas ( i )

Panjang kelas ( i ) =

s banyakkela

R g rentan ( )

= 2 30

= 15 4. Menentukan skor kategori

No Kategori Skor 1 Negatif ≤ 15 2 Positif > 15

Kuesioner ini berisi pertanyaan untuk tindakan sebanyak sepuluh soal dengan bentuk pertanyaan tertutup yang terdiri dan tidak. Jika dari pilihan jawaban : ya dan tidak. Jika menjawab dilakukan maka skor 1, dan jika menjawab tidak dilakukan maka skor 0. Total skor terendah 0 dan skor tertinggi 10. Jadi semakin tinggi skor menunjukan tindakan suami yang semakin mendukung istri dalam menghadapi seksio sesaria.


(42)

1. Menentukan skor terbesar dan terkecil Skor terbesar : 10

Skor terkecil : 0

2 Menentukan nilai rentang ( R )

Rentang = skor terbesar – skor terkecil = 10 -0

= 10

3. Menentukan nilai panjang kelas ( i )

Panjang kelas ( i ) =

s banyakkela

R g rentan ( )

= 2 10

= 5 3. Menentukan skor kategori

No Kategori Skor 1 Negatif ≤ 15 2 Positif > 15

F. Validitas dan Reabilitas Instrumen 1. Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kemampuan instrumen untuk mengukur apa yang hendak diukur (Arikunto, 2006). Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan content validity index. Uji validitas akan dilakukan oleh dokter obgyn yang dianggap sebagai pakarnya.

2. Uji Realibilitas

Uji reabilitas adalah ketepatan atau ketepatan suatu alat pengukur. Uji reabilitas dilakukan untuk melihat alat dapat dipercaya atau dapat diandalkan untuk


(43)

digunakan sebagai alat ukur (Arikunto, 2006). Uji reabilitas dalam penelitian ini mengukur tingkat kestabilan atau kekonsistenan jawaban yang diberikan responden atas pertanyaan dari kuesioner. Sekumpulan pertanyaan unutuk mengukur dimensi variabel yang kita ukur jika koefisien reabilitasnya 0,7 atau lebih dari 0, 7 sudah memadai syarat reabilitas. Uji realibitas akan dilakukan pada 10 orang suami yang memiliki istri sedang dalam proses melahirkan yang mempunyai kriteria yang sama dengan sampel, kemudian data diolah menggunakan SPSS dengan mencari koefisien realibitas Alpha Cronbach.

G. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner oleh responden untuk mengidentifikasi perilaku suami dalam menghadapi persalinan istri selama sksio sesaria. Prosedur pengumpulan data yang dilakukan adalah: mengajukan surat permohonan izin penelitian pada institusi pendidikan program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU, dan mengajukan surat permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada pimpinan RSUD dr. Pirngadi Medan setelah mendapat izin kemudian peneliti melaksanan penelitian, selanjutnya peneliti menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan dan manfaat penelitian. Kemudian meminta persetujuan dari calon responden untuk menjadi responden dengan menandatangani informed consent, setelah itu peneliti memberikan penjelasan, setelah memberikan penjelasan, peneliti memberikan lembar kuesioner kepada responden, peneliti juga melakukan observasi, kemudian peneliti memeriksa kelengkapan data. Selanjutnya data yang telah terkumpul dianalisa.


(44)

H. Analisa Data

Analisa data yang dilakukan adalah analisa univariat, semua variabel dianalisa secara deskriptif dengan menghitung frekuensinya. Dari pengolahan data deskriptif, data demografi disajikan dalam tabel distribusi frekuensi dan persentase. Hasil analisa data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi untuk melihat pengetahuan, sikap dan tindakan suami dalam menghadapi persalinan istri selama seksio sesaria.


(45)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada Bab ini akan menguraikan tentang hasil penelitian mengenai perilaku suami dalam menghadapi persalinan istri selama seksio sesaria di RSUD dr. Pirngadi Medan Tahun 2012 yang bertempat di Jalan Prof. H.M. Yamin, S.H No. 47 Medan yang dipimpin oleh Direktur Dr. Dewi Fauziah Syahnan, SP, THT di Ruang V Obgyn melalui pengumpulan data terhadap 33 orang responden. Penyajian data meliputi karakteristik responden, distribusi frekuensi perilaku suami yang terdiri dari pengetahuan, sikap dan tindakan suami dalam menghadapi persalinan istri selama seksio sesaria.

1. Karakteristik Responden

Dari data demografi responden berdasarkan karakteristik responden meliputi : umur, suku, pendidikan, pekerjaan, dan paritas. Berdasarkan data karakteristik responden diketahui bahwa dari 33 responden sebagian besar responden berumur 26-30 tahun merupakan responden terbanyak yaitu 12 orang (36,4%), berdasarkan suku sebagian besar responden adalah suku jawa sebanyak 11 orang (33,3%), berdasarkan pendidikan mayoritas responden berpendidikan SMA sebanyak 19 orang (57,6%), berdasarkan pekerjaan responden mayoritas didapat responden yang memiliki pekerjaan sebagai Wiraswasta sebanyak 21 orang (63,6 %), dan berdasarkan paritas mayoritas responden memiliki 2 orang anak sebanyak 16 orang (48,5%).


(46)

Tabel 5.1

Distribusi Data Demografi Suami Menghadapi Persalinan Istri Selama Seksio Sesaria di RSUD. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2012

No Karakteristik F %

A. 1. 2. 3. 4. Umur 20-25 26-30 31-35 36-40 7 12 11 3 21,2 36,4 33,3 9,1

Total 33 100

B. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Suku Jawa Batak Melayu Minang Karo Aceh 11 10 3 5 2 2 33,3 30,3 9,1 15,2 6,1 6,1

Total 33 100

B. 1. 2. 3. 4. Pendidikan SD SMP SMA PT 1 7 19 6 3,0 21,2 57,6 18,2

Total 33 100

C. 1. 2. 3. 4. Pekerjaan PNS Pegawai Swasta Wiraswasta Tani/Buruh 3 4 21 5 9,1 12,1 63,6 15,2

Total 33 100

F. 1. 2. Paritas 1 orang 2 orang > 2 orang

12 16 5 36,4 48,5 15,2


(47)

2. Pengetahuan Responden

Berdasarkan hasil pilihan jawaban pengetahuan suami didapati bahwa suami yang banyak menjawab pertanyaan benar yaitu mengetahui pengertian seksio sesaria sebanyak 32 orang (97,3%), tidak melakukan tindakan negatif dalam menghadapi istri yang akan di seksio sesaria sebanyak 26 orang (78,8%), memenuhi kebutuhan rasa aman istri pada saat operasi akan berlangsung sebanyak 26 orang (78,8%) dan membantu enghilangkan perasaan takut dan khawatir yaitu sebanyak 29 orang (87,9%). Sedangkan responden yang banyak menjawab salah yaitu pada persiapan suami setelah mengetahui istrinya akan dioperasi yaitu sebanyak 16 orang (48,5%) dan operasi dapat dilakukan bila ada anjuran dan kesepakatan antara dokter dan suami dan keluarga yaitu sebanyak 14 orang (42,4%).

Tabel 5.2

Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan Pengetahuan Suami dalam menghadapi Persalinan Istri selama Seksio Sesaria

No Pertanyaan

Pilihan Jawaban

Benar Salah

F % F %

1. Definisi melahirkan dengan operasi 32 97 1 3 2. Tujuan seksio sesaria dilakukan oleh dokter 19 57,6 14 42,4 3. Operasi seksio sesaria hanya dapat dilakukan oleh

Dokter Spesialis Kandungan

18 54,5 15 45,5 4. Tindakan negatif yang dilakukan suami dalam

menghadapi istri yang akan di seksio sesaria

26 78,8 7 21,2 5. Persiapan suami setelah mengetahui istrinya akan

dioperasi

16 48,5 17 51,5 6. Kebutuhan psikologis istri pada saat melahirkan

agar operasi berjalan dengan lancar

22 66,7 11 33,3 7. Operasi dapat dilakukan bila ada anjuran dan

kesepakatan antara dokter dan suami dan keluarga

14 42,4 19 57,6 8. Kegiatan yang sebaiknya dilakukan untuk

menghilangkan rasa cemas selama operasi berlangsung

19 57,6 14 42,4

9. Yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan rasa aman istri pada saat operasi akan berlangsung

26 78,8 7 21,2 10. Menghilangkan perasaan takut dan khawatir 29 87,9 4 12,1


(48)

Berdasarkan hasil jawaban responden di atas, diketahui bahwa pengetahuan responden yang baik sebanyak 11 orang (33,3%), pengetahuan responden yang cukup sebanyak 17 orang (51,5%) dan pengetahuan responden yang kurang sebanyak 5 orang (15,2%).

Tabel 5.3

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Suami dalam Menghadapi Persalinan Istri Selama Seksio Sesaria di RSUD Dr. Pirngadi

Medan Tahun 2012

Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)

Baik 11 33,3

Cukup 17 51,5

Kurang 5 15,2

Total 33 100

3. Sikap Responden

Berdasarkan hasil pilihan jawaban ibu mengenai pernyataan sikap dalam menghadapi persalinan istri selama seksio sesaria didapatkan hasil bahwa untuk pernyataan yang positif (1-5), paling banyak suami memilih jawaban sangat setuju tentang Ketakutan terhadap kematian dan perlukaan terhadap tubuh istri dan anak senantiasa menghantui pikirannya yaitu sebanyak 25 orang (75,8%), dan suami akan semakin panik setelah mengetahui istrinya akan dioperasi sebanyak 17 orang (51,5%) dan yang paling banyak suami memilih jawaban setuju bahwa suami selalu merasa takut bila ada kesalahan selama operasi berlangsung yaitu sebanyak 18 orang (54,5%), Selama operasi berlangsung suami merasakan ketegangan dan kecemasan sebanyak 15 orang (39,4%), selama operasi berlangsung suami merasa tidak tenang sebanyak 13 orang (39,4%). Untuk pernyataan yang negatif (6-10), paling banyak responden menjawab sangat setuju pada perasaan bahagia, gembira, bingung bercampur menjadi satu yaitu sebanyak 15 orang (45,5%), suami selalu berusaha untuk tetap tenang selama seksio sesaria berlangsung sebanyak 13 orang (39,4%) dan


(49)

suami menghindari kepanikan, karena hanya menambah ketakutan istrinya sebanyak 17 orang (51,5%). Responden yang menjawab kurang setuju adalah suami yang berdoa dalam hati untuk lebih tenang selama operasi berlangsung yaitu sebanyak 13 orang (39,4%) dan selama operasi berlangsung, suami berusaha bersabar dan menyerahkan semua pada dokter sebanyak 13 orang (39,4%).

Tabel 5.4

Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan Sikap Suami dalam menghadapi Persalinan Istri selama Seksio Sesaria

No Pernyataan

Pilihan Jawaban Sangat

Setuju

Setuju Kurang

setuju

Tidak Setuju

F % F % F % F %

1. Ketakutan terhadap kematian dan perlukaan terhadap tubuh istri dan anak senantiasa menghantui pikiran saya

25 75,8 7 21,2 1 3 - -

2. Saya selalu merasa takut bila ada kesalahan selama operasi berlangsung

11 33,3 18 54,5 3 9,1 1 3 3. Selama operasi berlangsung saya merasakan

ketegangan dan kecemasan

14 42,4 15 45,5 3 9,1 1 3 4. Selama operasi berlangsung saya merasa

tidak tenang

11 33,3 13 39,4 9 27,3 - - 5. Saya semakin panik setelah istri saya akan

dioperasi

17 51,5 10 30,3 7 21,2 - - 6. Bahagia, gembira, bingung bercampur

menjadi satu

15 45,5 11 33,3 7 21,2 - - 7. Berdoa dalam hati membuat saya lebih

tenang selama operasi berlangsung

10 30,3 10 30,3 13 39,4 - - 8. Selama operasi berlangsung, saya berusaha

bersabar dan menyerahkan semua pada dokter.

13 39,4 7 21,2 13 39,4 - -

9. Saya selalu berusaha untuk tetap tenang selama seksio sesaria berlangsung

10 30,3 13 39,4 10 30,3 - - 10. Saya menghindari kepanikan, karena hanya

menambah ketakutan istri saya,

9 27,3 17 51,5 7 21,2 - -

Berdasarkan hasil jawaban responden di atas, diketahui bahwa sikap responden yang positif sebanyak 24 orang (72,7%) dan sikap responden yang negatif sebanyak 9 orang (27,3%).


(50)

Tabel 5.5

Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Suami dalam Menghadapi Persalinan Istri Selama Seksio Sesaria di RSUD Dr. Pirngadi Medan

Tahun 2012

Sikap Frekuensi Persentase (%)

Positif 24 72,7

Negatif 9 27,3

Total 33 100

4. Tindakan Responden

Berdasarkan hasil pilihan jawaban suami mengenai pernyataan tindakan suami dalam menghadapi persalinan istri selama seksio sesaria didapatkan hasil bahwa untuk pernyataan yang positif (1-5), paling banyak suami memilih jawaban Ya pada pernyataan bahwa Suami mencari tenaga kesehatan untuk mendapatkan informasi yang yang jelas tentang keadaan istrinya yaitu sebanyak 24 orang (72,7%), Suami berusaha tetap tenang dengan membaca Koran selama operasi berlangsung sebanyak 27 orang (81,8%), Suami berbincang-bincang dengan orang lain untuk mengalihkan kecemasannya sebanyak 26 orang (78,8%). Untuk pernyataan yang negatif (6-10) , paling banyak responden menjawab Ya pada pernyataan bahwa Suami akan tetap menunggu istri sampai operasi berakhir yaitu sebanyak 20 orang (60,6%), Suami terus memberikan motivasi kepada istri dengan memegang erat tangan istri sampai keruangan operasi sebanyak 23 orang (69,7%), Suami memastikan istri merasa nyaman saat operasi sebanyak 22 orang (66,7%) dan Suami membantu menghilangkan rasa takut yang dihadapi istri dengan terus disamping istri sebanyak 24 orang (72,7%).


(51)

Tabel 5.6

Distribusi Responden Berdasarkan Pernyataan Tindakan Suami dalam Menghadapi Persalinan Istri Selama Seksio Sesaria

No Pernyataan Ya Tidak

F % F %

1 Suami mencari tenaga kesehatan untuk mendapatkan informasi yang yang jelas tentang keadaan istrinya

24 72,7 9 27,3 2. Suami berusaha tetap tenang dengan membaca Koran

selama operasi berlangsung

27 81,8 6 18,2 3. Suami berdoa dengan khusuk 15 45,5 18 54,5 4. Suami berbincang-bincang dengan orang lain untuk

mengalihkan kecemasannya

26 78,8 7 21,2 5. Suami menunjukkan ketenangan selama seksio sesaria

berlangsung

17 51,5 16 48,5 6. Suami akan tetap menunggu istri sampai operasi

berakhir

20 60,6 13 39,4 7. Suami terus memberikan motivasi kepada istri dengan

memagang erat tangan istri sampai keruangan operasi

23 69,7 10 30,3 8. Suami membisikkan kata penghibur/dorongan dan

semangat sebelum istri di operasi

18 54,5 15 45,5 9. Suami memastikan istri merasa nyaman saat operasi 22 66,7 11 33,3 10. Suami membantu menghilangkan rasa takut yang

dihadapi istri dengan terus disamping istri

24 72,7 9 27,3

Berdasarkan hasil jawaban responden di atas, diketahui bahwa Tindakan responden yang positif sebanyak 22 orang (66,7%) dan tindakan responden yang negatif sebanyak 11 orang (33,3%).

Tabel 5.7

Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Suami dalam Menghadapi Persalinan Istri Selama Seksio Sesaria di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun

2012

Tindakan Frekuensi Persentase (%)

Positif 22 66,7

Negatif 11 33,3


(52)

B. Pembahasan

Berikut ini dilakukan pembahasan karakteristik responden berdasarkan data yang telah disajikan sebelumnya.

1. Pengetahuan Suami dalam Menghadapi Persalinan Istri Selama Seksio Sesaria Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh data bahwa dari 33 orang responden yang menghadapi persalinan istri selama seksio sesaria, mayoritas responden memiliki pengetahuan yang cukup tentang seksio sesaria sebanyak 17 orang (51,5%). Hal ini didukung dengan pendidikan suami yang sebagian besar berpendidikan SMA yaitu sebanyak 19 orang (57,6%) dan minoritas berpendidikan SD yaitu 1 orang (3%). Sesuai dengan pendapat Notoadmojo (2007) yang menyatakan konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik, lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat. Bertitik tolak dari konsep pendidikan tersebut, maka proses belajar pada individu, kelompok atau masyarakat dari tidak tahu tentang masalah nilai-nilai kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu mengatasi masalah-masalah kesehatannya sendiri menjadi mampu. Hal ini bertujuan untuk melihat bahwa semakin tinggi pendidikan yang dimiliki oleh responden maka semakin mudah dalam menyerap informasi serta ide-ide yang ada. Tingginya pendidikan seseorang diharapkan pada pengetahuan dan kemampuan yang dimilikinya untuk berperilaku hidup sehat.

Pada pekerjaan ditemukan mayoritas suami bekerja sebagai wiraswata sebanyak 21 orang (63,6%). Menurut Mubarak (2007) bahwa lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung.


(53)

Dilihat dari jumlah paritas mayoritas suami memiliki istri yang melahirkan anak yang ke-2 yaitu 16 orang (48,5%). Pengalaman seseorang dapat dijadikan sebagai pelajaran tentang suatu masalah. Maka dari itu dalam penelitian ini untuk kesekian kalinya suami menghadapi persalinan sehingga sebagian besar suami yang berpengalaman memiliki pengetahuan yang baik. Berdasarkan teori menurut Mubarak (2007) pengalaman seseorang mempengaruhi pengetahuan seseorang karena pengalaman merupakan suatu kejadian yang pernah dialami seseorang sehingga jika pengalaman itu baik, maka secara psikologis akan timbul kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaannya sehingga akan diterapkan pada diri pribadinya.

2. Sikap Responden dalam menghadapi persalinan istri selama seksio sesaria

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh data bahwa dari 33 orang responden yang menghadapi persalinan istri selama seksio sesaria, mayoritas responden memiliki sikap yang positif tentang seksio sesaria sebanyak 24 orang (72,7%). Suami dapat bersikap positif dikarenakan dari faktor internal yakni dari segi umur rata-rata berusia 26-35 tahun yang termasuk kelompok dewasa sehingga telah mampu menentukan mana yang baik dan mana yang tidak baik sebab pada usia ini menurut Mubarak (2007), semakin tua semakin bijaksana, semakin tua semakin banyak pula informasi yang didapatkan sehingga seseorang dapat bersikap sesuai dengan kebenaran yang ada.

Dari tingkat pendidikan sebagian besar berpendidikan SMA, dimana dalam bangku pendidikan seseorang menerima berbagai macam ilmu yang dapat mempengaruhi pola pikirnya. Selain itu orang tersebut akan mempunyai sudut pandang yang luas yang dapat mempengaruhi serta dapat merubah cara hidup atau sikap dan perilakunya. Sesuai dengan pendapat Azwar (2007) sikap adalah respon


(54)

evaluatif, respon ini hanya timbul apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus. Maka suami tersebut dapat menentukan sikap yang benar dalam menghadapi persalinan istri selama seksio seksaria.

Sedangkan dari factor eksternal antara lain yakni pekerjaan dimana sebagian besar suami bekerja sebagai wiraswasta. Pekerjaan ikut membentuk sikap seseorang. Hal ini karena dengan suatu pekerjaan maka akan berinteraksi dengan orang lain. Menurut Azwar (2007) dalam pembentukan suatu sikap seseorang juga dipengaruhi interaksi dengan orang lain. Oleh karena itu, dengan adanya pengaruh dari orang lain akan membentuk suatu sikap yang baru.

Dari segi pengalaman sebagian besar suami telah berpengalaman karena memiliki istri melahirkan anak lebih dari satu kali, dimana dengan pengalaman tersebut seseorang mampu untuk bersikap karena dengan kejadian yang telah dialami sebelumnya suami tersebut dapat berpikir untuk menentukan mana yang baik dan mana yang buruk sehingga suami tetap dapat menghadapi persalinan istri selama seksio sesaria.

Dari jawaban responden diketahui bahwa ketakutan terhadap kematian dan perlukaan terhadap tubuh istri dan anak senantiasa menghantui pikiran suami dalam menghadapi persalinan istri selama seksio sesaria sebanyak 75,8%. Hasil ini membuktikan bahwa responden masih memiliki sikap yang negatif terhadap seksio sesaria dengan hasil pengukuran diketahui bahwa 27,3% sikap responden negatif.

Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Misrawati (2006). Menyatakan bahwa seorang suami akan merasakan cemas dan marah saat memutuskan istri harus seksio sesaria segera tanpa rencana karena persepsinya terhadap ancaman keselamatan istri dan anaknya. Hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor kecemasan serta informasi dan


(55)

sikap tenaga kesehatan, sehingga seorang suami mengharapkan tenaga kesehatan untuk memberikan informasi yang jelas, komunikatif dan bersikap tenang.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan tersebut adalah situasi dan kondisi yang meningkatkan kecemasan meliputi informasi yang tidak jelas, trauma, keyakinan yang menentang seksio sesaria, belum ada pengalaman dioperasi dan tidak ada dana, serta situasi dan kondisi yang menurunkan kecemasan yaitu dukungan keluarga, teman, istri, pengalaman bekerja di lingkungan berbahaya, pengetahuan tentang seksio sesaria, serta budaya tradisi sebagai laki-laki.

3. Tindakan Responden dalam menghadapi persalinan istri selama seksio sesaria Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh data bahwa dari 33 orang suami yang menghadapi persalinan istri selama seksio sesaria, sebagian besar responden memiliki tindakan yang positif sebanyak 22 orang (66,7%). Hal ini dibuktikan oleh tindakan suami mencari tenaga kesehatan untuk mendapatkan informasi yang jelas tentang keadaan istrinya sebesar 72,7% dan suami membantu menghilangkan rasa takut yang dihdapi istri dengan terus berusaha disamping istri selama seksio sesaria. Hal ini kemungkinan terjadi karena suami sudah pernah menghadapi persalinan istri selama seksio sesaria, karena sebagian besar responden menghadapi persalinan untuk anak yang kedua. Tetapi banyak juga terdapat suami yang menghadapi persalinan istri untuk anak yang pertama. Dalam hal ini suami merasa cemas dengan persalinan yang dihadapi istri selama seksio sesaria.

Hal ini didukung oleh penelitian Hasmady (2008), bahwa suami mengalami kecemasan pada tingkat yang tinggi saat menghadapi proses kelahiran anak pertama, dengan gejala-gejala kecemasan seperti a) secara fisiologis subjek mengalami keluar keringat dingin, sakit kepala, mengalami sesak nafas, b) secara psikologis ditandai


(56)

dengan adanya perubahan emosi, mengalami rasa gelisah, dan mengalami rasa tegang, c) secara kognitif subjek mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi.

Selain hal di atas, pola pemikiran suami yang istri mengalami seksio sesaria juga dapat menyebabkan kecemasan Asumsi dan kesalahan proses dimana suami memiliki ketakutan terhadap proses kelahiran yang dilakukan melalui seksio sesaria karena suami memperoleh informasi bahwa proses kelahiran yang dilakukan melalui seksio sesaria memiliki resiko yang sangat tinggi.

Di samping itu faktor trauma mental juga dapat terjadi, karena suami memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan sewaktu menemani (menunggu) proses kelahiran anak pertama. Proses kelahiran anak pertama juga merupakan suatu keadaan yang baru bagi suami, karena dengan tidak adanya pengalaman, dapat memicu kecemasan suami.


(57)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah disajikan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa.

1. Pengetahuan suami dalam menghadapi persalinan istri selama seksio sesaria di RSUD dr. Pirngadi Medan sebagian besar memiliki pengetahuan yang cukup sebanyak 17 orang (51,5%).

2. Sikap suami dalam menghadapi persalinan istri selama seksio sesaria di RSUD dr. Pirngadi Medan sebagian besar memiliki sikap yang positif sebanyak 24 orang (72,7%).

3. Tindakan suami dalam menghadapi persalinan istri selama seksio sesaria di RSUD dr. Pirngadi Medan sebagian besar memiliki tindakan yang positif sebanyak 22 orang (66,7%).

4. Perilaku suami dalam menghadapi persalinan istri selama seksio sesaria di RSUD dr. Pirngadi Medan adalah cukup baik dilihat dari pengetahuan, sikap dan tindakan responden.


(58)

B. Saran

Adapun saran pada penelitian ini yaitu: 1. Bagi Penulis

Diharapkan hasil penelitian ini dapat meningkatkan ilmu pengetahuan, sikap, keterampilan dan memberikan pengalaman khusus dalam melaksanakan penelitian mandiri serta menganalisis data yang berkaitan tentang keterlibatan suami terhadap proses persalinan istri selama seksio sesaria.

2. Bagi Institusi Pendidikan Universitas Sumatera Utara

Diharapkan penelitian ini menjadi referensi tentang perilaku suami dalam menghadapi persalinan istri selama seksio sesaria di perpustakaan, sehingga dapat dijadikan bahan bacaan mahasiswa D–IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Bagi Rumah Sakit dr. Pirngadi Medan

Diharapkan bagi pihak rumah sakit agar dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dalam memberikan asuhan dan informasi yang lengkap mengenai persalinan seksio sesaria, sehingga pihak pasien tidak mengalami kecemasan yang berat dalam menghadapi persalinan seksio sesaria.

4. Bagi penelitian selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar penelitian selanjutnya terkait dengan hubungan dukungan suami terhadap istri selama seksio sesaria.


(59)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2005). Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

Bramantyo, L. (2005). Operasi Caesar Masalah dan Solusinya. Jakarta : Puspa Swara Anggota IKAPI.

Dewi, Y. (2007). Operasi Caesar. Jakarta : EDSA Mahkota.

Liu. TYD. (2008). Manual Persalinan (Labour Ward Manual). Jakarta : EGC. Lutfiatus, S. (2008). Panduan Lengkap Melahirkan. Jakarta : Diva Press. Marshall, F. 2004. Mengatasi Depresi Pasca-Melahirkan. Jakarta : Arcan.

Misrawati. (2006). Pengalaman dan Perilaku Suami dalam Menunggu Istri Melahirkan dengan Sectio Caesarea tidak Berencana di Rumah Sakit Kota Jakarta. Jakarta : UI.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rikena Cipta.

__________________ (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

__________________ (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta.

Pieter, HZ & Lumongga, N. (2011). Pengantar Psikologi untuk Kebidanan. Jakarta : KDT.

Poerdarminta. (2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Suparyanto. (2011). Konsep Suami. Jakarta : Rineka Cipta.


(60)

Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bernama Widya Putri Siregar, NIM 115102021 adalah mahasiswa Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini sedang melakukan penelitian mengenai Perilaku Suami Dalam Menghadapi Persalinan Istri Selama Seksio Sesaria di RSUD. dr. Pirngadi Medan Tahun 2012.” Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Untuk keperluan tersebut saya mengharapkan kesedian saudara untuk menjadi responden dalam penelitian ini dan mengisi kuesioner dengan jujur dan apa adanya. Jika bersedia silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan saudara.

Partisipasi saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga berhak untuk membebaskan diri setiap saat tanpa ada sanksi apapun. Identitas pribadi dan semua informasi yang saudara berikan akan dirahasiakan, hanya digunakan untuk keperluan penelitian ini. Terima kasih atas partisipasi saudara-saudara dalam penelitian ini.

Peneliti

( Widya Putri Siregar )

Medan, Januari 2012 Responden


(61)

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP) (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Umur :

Alamat :

Telp/hp :

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang penelitian “Perilaku Suami Dalam Menghadapi Persalinan Istri Selama Seksio Sesaria di RSUD dr. Pirngadi Medan Tahun 2012”

Maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan sebelumnya.

Medan, 2012


(62)

Lampiran 3

INSTRUMEN PENELITIAN

Tanggal :

No. Responden :

Petunjuk pengisian :

1. Menjawab setiap pertanyaan yang tersedia dengan memberikan tanda ceklist (√) pada tempat yang disediakan.

2. Semua pertanyaan harus dijawab.

3. Setiap pertanyaan di isi dengan satu jawaban.

4. Bila ada yang kurang mengerti silahkan bertanya kepada peneliti.

A. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI

Umur : Tahun

Suku : ( ) Jawa ( ) Melayu ( ) Karo

( ) Batak ( ) Minang ( ) Lain-lain, sebutkan... Pendidikan : ( ) SD ( ) SMA ( ) Lain-lain, sebutkan...

( ) SMP ( ) Perguruan Tinggi

Pekerjaan : ( ) PNS/TNI/POLRI ( ) Pedagang/Wiraswasta ( ) Pegawai Swasta ( ) Tani/Buruh

( ) Lain-lain, sebutkan... Anak yang ke :


(63)

B. PERILAKU SUAMI 1. Pengetahuan

Jawablah semua pertanyaan berikut dengan memberikan tanda silang (X) pada salah satu pilihan jawaban yang dianggap paling benar.

1. Apakah anda tahu yang di maksud melahirkan dengan operasi :

a. Melahirkan yang ditangani oleh dokter dengan cara membelah perut b. Melahirkan yang ditangani oleh bidan

c. Proses melahirkan melalui jalan lahir

2. Seksio sesaria dilakukan oleh dokter bertujuan untuk : a. Menghindari rasa sakit istri

b. Keselamatan ibu dan janin c. Mengurangi kekhawatiran suami

3. Operasi seksio sesaria hanya dapat dilakukan oleh : a. Dokter spesialis kandungan

b. Dokter umum c. Bidan

4. Tindakan negatif yang dilakukan suami dalam menghadapi istri yang akan diseksio sesaria adalah :

a. Berdo’a dan berusaha tetap tenang

b. Mencari tenaga kesehatan untuk mendapatkan informasi c. Merokok secara terus-menerus

5. Setelah mengetahui istri anda akan di operasi, apa yang anda persiapkan : a. Biardiam diri

b. Mempersiapkan diri dan mental d. Bingung

6. Kebutuhan psikologis istri pada saat melahirkan agar operasi berjalan dengan lancar : a. Semangat dan dukungan

b. Pendamping c. Perhatian

7. Operasi dapat dilakukan bila ada anjuran dan kesepakatan antara dokter dan : a. Pihak rumah sakit

b. Bidan

c. Suami dan keluarga

8. Kegiatan yang sebaiknya dilakukan untuk menghilangkan rasa cemas selama operasi berlangsung :

a. Berdiam diri

b. Menyerahkan segala urusan kepada keluarga c. Berdoa’a dan berusaha tenang

9. Hal yang dapat anda lakukan untuk memenuhi kebutuhan rasa aman istri pada saat operasi akan berlangsung :

a. Banyak menasehati

b. Mendampingi dan memberikan semangat kepada istri c. Memberikan dorongan untuk lebih tenang

10. Perasaan takut dan khawatir anda hanya dapat menyebabkan : a. proses operasi terhambat

b. Istri menjadi takut dan cemas c. Proses operasi menjadi lama


(64)

2. Petujuk Pengisian Kuisioner sikap

1. Jawablah pertanyaan di bawah ini sesuai dengan pengalaman atau tindakan yang anda lakukan. Berilah tanda ceklist (√) pada salah satu kotak berikut sesuai dengan jawaban yang anda anggap sesuai.

2. Keterangan jawaban : a. SS (Sangat setuju) b. S (Setuju)

c. TS (Tidak setuju)

d. STS (Sangat tidak setuju)

No Pertanyaan SS S TS STS

1 Ketakutan terhadap kematian dan perlukaan terhadap tubuh istri dan anak senantiasa menghantui pikiran saya

2 Saya selalu merasa takut bila ada kesalahan selama operasi berlangsung

3 Selama operasi berlangsung saya merasakan ketegangan dan kecemasan

4 Selama operasi berlangsung saya merasa tidak tenang

5 Saya semakin panik setelah mendengar istri saya akan di operasi

6 Bahagia, gembira, bingung bercampur menjadi satu

7 Berdoa dalam hati membuat saya lebih tenang selama operasi berlangsung

8 Selama operasi berlangsung, saya berusaha bersabar dan menyerahkan semua pada dokter

9 Saya selalu berusaha untuk tetap tenang selama seksio sesaria berlangsung

10 Saya menghindari kepanikan, karena hanya menambah ketakutan istri saya


(65)

3. Petunjuk Pengisian Kuisioner Tindakan

1. Jawablah pertanyaan di bawah ini sesuai dengan pengalaman atau tindakan anda lakukan. Berilah tanda ceklist (√) pada salah satu kotak berikut sesuai dengan jawaban yang anda anggap sesuai.

No Pertanyaan YA TIDAK

1 Suami mencari tenaga kesehatan untuk mendapatkan informasi yang jelas tentang keadaan istrinya

2 suami berusaha tetap tenang dengan membaca Koran selama operasi berlangsung

3 Suami berdoa dengan khusuk

4 Suami berbincang-bincang dengan orang lain untuk mengalihkan kecemasannya

5 Suami menunjukan ketenangan selama seksio sesaria berlangsung

6 Suami akan tetap menunggu istri sampai operasi berakhir 7 Suami terus memberikan motivasi kepada isteri dengan

memegang erat tangan istri sampai keruangan operasi. 8 Suami membisikkan kata penghibur/dorongan dan

semangat sebelum istri di operasi

9 Suami memastikan istri merasa nyaman saat operasi berlangsung

10 Suami membantu menghilangkan rasa takut yang dihadapi istri dengan terus berada disamping isteri


(66)

(67)

(68)

Lampiran 4

LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FK USU

Nama Mahasiswa : WIDYA PUTRI SIREGAR NIM : 115102021

Nama Pembimbing : Febrina Oktavinola Kaban, SST.M.Keb NIP :

Judul KTI : Perilaku Suami dalam menghadapi Istri yang akan di Seksio Sesaria di RSUD dr. Pirngadi Medan

Tanggal Materi Anjuran/Saran Paraf Pembimbing


(69)

DATA DISTRIBUSI FREKUENSI

Frequency Table

Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 20-25 thn 7 21.2 21.2 21.2

26-30 thn 12 36.4 36.4 57.6

31-35 thn 11 33.3 33.3 90.9

36-40 thn 3 9.1 9.1 100.0

Total 33 100.0 100.0

Suku

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Jawa 11 33.3 33.3 33.3

Batak 10 30.3 30.3 63.6

Melayu 3 9.1 9.1 72.7

Minang 5 15.2 15.2 87.9

Karo 2 6.1 6.1 93.9

Aceh 2 6.1 6.1 100.0


(70)

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SD 1 3.0 3.0 3.0

SMP 7 21.2 21.2 24.2

SMA 19 57.6 57.6 81.8

Perguruan Tinggi 6 18.2 18.2 100.0

Total 33 100.0 100.0

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid PNS 3 9.1 9.1 9.1

Pegawai Swasta 4 12.1 12.1 21.2

Wiraswasta 21 63.6 63.6 84.8

Tani/Buruh 5 15.2 15.2 100.0

Total 33 100.0 100.0

Paritas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 orang 12 36.4 36.4 36.4

2 orang 16 48.5 48.5 84.8

> 2 orang 5 15.2 15.2 100.0


(71)

Pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Baik 11 33.3 33.3 33.3

Cukup 17 51.5 51.5 84.8

Kurang 5 15.2 15.2 100.0

Total 33 100.0 100.0

Sikap

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Negatif 9 27.3 27.3 27.3

Positif 24 72.7 72.7 100.0

Total 33 100.0 100.0

Tindakan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Negatif 11 33.3 33.3 33.3

Positif 22 66.7 66.7 100.0


(72)

(73)

(74)

(75)

(76)

(1)

Pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Baik 11 33.3 33.3 33.3

Cukup 17 51.5 51.5 84.8

Kurang 5 15.2 15.2 100.0

Total 33 100.0 100.0

Sikap

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Negatif 9 27.3 27.3 27.3

Positif 24 72.7 72.7 100.0

Total 33 100.0 100.0

Tindakan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Negatif 11 33.3 33.3 33.3

Positif 22 66.7 66.7 100.0

Total 33 100.0 100.0


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)