PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI DI KELURAHAN PETEMON KECAMATAN SAWAHAN KOTA SURABAYA (Studi mengenai Pengelola Lingkungan).

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur

Oleh :

SAGITA AYU KINANTI NPM : 0441010071

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR 2010


(2)

Penelitian ini didasarkan pada fenomena kemiskinan yang terjadi di Kelurahan Petemon. Hal ini terbukti dengan tidak dimilikinya sarana dan prasarana yang layak dan kurangnya kesadaran masyarakat tentang arti kehidupan yang nyaman.

Perumusan masalah yang digunakan adalah bagaimana cara mewujudkan Pemberdayaan Masyarakat melalui PNPM Mandiri di Kelurahan Petemon, Kecamatan Sawahan, Kota Surabaya, (studi mengenai pengelola Lingkungan). Sesuai dengan masalah tersebut maka dapat diketahui tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan tentang Pemberdayaan Masyarakat melalui PNPM Mandiri di Kelurahan Petemon, Kecamatan Sawahan, Kota Surabaya mengenai pengelola lingkungan agar tercipta tata kehidupan masyarakat yang nyaman.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif yang memiliki satu variabel yaitu Pemberdayaan Masyarakat melalui PNPM Mandiri. Fokus penelitian adalah pendataan kondisi prasarana dan penyusunan rencana pemanfaatan dan pemeliharaan prasarana. Pedoman yang digunakan dalam penelitian ini pada Peraturan Presiden No.07 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional 2004 - 2009 dan Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Nomor 25/KEP/MENKO/KESRA/VII/2007 tentang penanggulangan kemiskinan.

Yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah Kasi Perekonomian Fisik dan Prasarana Wilayah, Ketua RW, Ketua RT, Tokoh Masyarakat Koordinator BKM “Petemon Bina Sejahtera”, Bendahara BKM “Petemon Bina Sejahtera”, UPL BKM “Petemon Bina Sejahtera” dan masyarakat yang menerima manfaat dana BLM PNPM Mandiri.

Hasil penelitian dapat diketahui bahwa dalam melakukan pendataan kondisi prasarana terlebih dahulu di awali dengan pembentukan Tim Pengelola Operasi dan Pemeliharaan (O&P), tujuannya untuk mendata jenis prasarana lingkungan yang bermanfaat langsung bagi masyarakat, pendataan dilakukan setiap satu bulan sekali dengan melakukan survei ke lokasi. Sedangkan penyusunan rencana pemanfaatan dan pemeliharaan prasarana melalui perbaikan prasarana dari dana BLM (hibah) PNPM Mandiri yang tujuannya untuk manjaga prasarana agar tetap berfungsi secara optimal dan berkesinambungan.

Kesimpulan yang diperoleh, bahwa pendataan kondisi prasarana tujuannya untuk mengetahui kondisi prasarana yang telah diperbaiki dalam keadaan baik atau rusak, dan penyusunan rencana pemanfaatan dan pemeliharaan prasarana merupakan serangkaian kegiatan yang terencana dan sistematis yang dilakukan secara rutin maupun berkala untuk menjaga agar prasarana yang telah dibangun tetap dapat berfungsi dan bermanfaat sesuai yang direncanakan.


(3)

1.1. Latar Belakang Masalah

Lingkungan merupakan bagian terbesar dari seluruh kehidupan makhluk hidup yang ada di bumi ini. Lingkungan mempunyai fungsi dan manfaat yang sangat berarti bagi kelangsungan hidup makhluk yang menyertainya. Agar menjadi sumber dan penunjang bagi kehidupannya, maka kelestarian lingkungan harus selalu dijaga sertamencegah dan menanggulangi pencemaran dan pengerusakan lingkungan hidup. Terciptanya keselarasan dan keserasian hubungan atara manusia dan lingkungan sangat penting, karena kondisi lingkungan yang bersih dan sehat dapat mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan hidup manusia.

Menurut Danusaputro (1980:67) lingkungan adalah atau secara lebih lengkap dapat diterangkan sebagai semua benda dan daya serta kondisi, termasuk didalamnya manusia dan tingkah laku perbuatannya yang terdapat dalam masyarakat dimana manusia berada dan memperngaruhi kelangsungan hidup serta kesejahteraan manusia dan jasad-jasad hidup lainnya.

Terciptanya suatu kondisi lingkungan yang bersih dan sehat dan lestari merupakan idaman semua orang di dunia ini, begitu juga dengan masyarakat Indonesia. Namun keinginan untuk mewujudkan suatu lingkungan yang bersih, sehat dan lestari sangat sulit, hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran masyarakat


(4)

tentang arti kehidupan yang nyaman. Maka upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat adalah dengan penggalangan potensi masyarakat melalui proses pemberdayaan.

Menurut Kartasasmita dalam Mashoed (2004 : 46) pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain pemberdayaan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat. Pemberdayaan memerlukan keterlibatan yang lebih besar dari perangkat pemerintah daerah serta berbagai pihak untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil yang dicapai.

Menurut Sumodiningrat seperti yang dikutip oleh Abipraja (2002 : 68) pelaksanaan program–program pemberdayaan masyarakat bertujuan mencapai keberhasilan dalam : (1) Mengurangi jumlah penduduk miskin; (2) Mengembangkan usaha peningkatan pendapatan yang dilakukan oleh penduduk miskin dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia.; (3) Meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap upaya peningkatan kesejahteraan keluarga miskin di lingkungannya; (4) Meningkatkan kemandirian kelompok yang ditandai dengan makin berkembangnya usaha produktif anggota dan kelompok, makin kuatnya permodalan kelompok, makin rapinya sistem administrasi kelompok, serta makin luasnya interaksi kelompok dengan kelompok lain di dalam masyarakat; (5) Meningkatkan kapasitas masyarakat dan pemerataan pendapat yang ditandai oleh


(5)

peningkatan keluarga miskin yang mampu memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan sosial dasarnya.

Masyarakat yang mandiri tidak dapat diwujudkan secara cepat / instant, melainkan melalui serangkaian kegiatan pemberdayaan masyarakat yang direncanakan, dilaksanakan dan dimanfaatkan oleh masyarakat sendiri. Melalui kegiatan yang dilakukan dari, oleh dan untuk masyarakat, diharapkan upaya penanggulangan kemiskinan dapat berjalan dengan efektif.

Berdasarkan Peraturan Presiden No.07 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional 2004-2009 dan berdasar atas Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Nomor 25/KEP/MENKO/KESRA/VII/2007 tentang Pedoman Umum Program Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri), pemerintah secara tegas menetapkan upaya penanggulangan kemiskinan sebagai salah satu prioritas untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri.

Program Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri merupakan salah satu Program Nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. Kegiatan PNPM Mandiri mempunyai ruang lingkup yang terbuka bagi semua kegiatan penanggulangan kemiskinan yang diusulkan dan disepakati oleh masyarakat salah satunya adalah penyediaan dan perbaikan sarana dan prasarana lingkungan pemukiman, sosial dan ekonomi secara padat karya.


(6)

Dalam melaksanakan Program Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri diperlukan suatu lembaga yang mampu memberdayakan masyarakat melalui penciptaan kesempatan kerja produktif dan peningkatan ekonomi produktif masyarakat. Keberadaan lembaga masyarakat yang kokoh dapat dicapai apabila lembaga tersebut benar-benar mengakar, representative dan dipercaya oleh masyarakat di wilayahnya, sehingga mampu mengorganisir dan menjadi wadah masyarakat untuk bersinergi sekaligus menggalang potensi yang ada untuk mengatasi persoalan kemiskinan di wilayahnya. Lembaga masyarakat seperti demikian, dalam pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri di sebut Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM).

Dalam buku pedoman pelaksanaan PNPM Mandiri, (2008:1), Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) merupakan suatu institusi atau lembaga masyarakat dengan kedudukan sebagai pimpinan suatu organisasi masyarakat di tingkat Kelurahan. Sedangkan perangkat kelurahan sebagai pelaksana kebijakan publik di tingkat lokal sedangkan organisasi masyarakat formal tingkat kelurahan (organisasi yang dibentuk atas dasar peraturan pemerintah dan/atau perundangan, misalnya Dewan Kelurahan, Badan Perwakilan Desa, dll) sebagai pengawas dan regulator atau pembuat kebijakan publik di tingkat lokal. Kedudukan dan hubungan BKM dengan perangkat kelurahan dan organisasi masyarakat formal lainnya di tingkat kelurahan tidak bersifat struktural formal melainkan hubungan yang bersifat koordinatif, fungsional dan komplementer atau saling melengkapi serta mendukung satu sama lain.


(7)

Melalui keberadaan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) diharapkan tidak ada lagi kelompok masyarakat yang masih terjebak dalam kemiskinan serta dapat tercipta lingkungan kota dengan perumahan yang lebih layak huni di dalam pemukiman yang lebih responsif, dengan sistem sosial masyarakat yang lebih mandiri melaksanakan prinsip-prinsip pembangunan.

Namun dalam pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri masih banyak masalah-masalah yang dihadapi, antara lain : (1) Banyak usia produktif belum mempunyai keterampilan dan pekerjaan untuk kehidupan diri maupun keluarga; (2) Sebagian masyarakat hidup dibawah garis kemiskinan dan sangat memprihatinkan; (3) Kurangnya sarana dan prasarana dasar penunjang pemukiman; (4) Kurangnya modal usaha dan pinjaman yang dapat diakses bagi pengusaha kecil dengan cepat. (Buku pedoman PJM Pronangkis, 2007 : 14). Salah satu masalahnya antara lain adalah masalah tentang sarana dan prasarana dasar penunjang pemukiman.

Suatu lingkungan akan dianggap bersih, sehat dan lestari, bila masyarakat sadar tentang arti kehidupan yang nyaman. Untuk itu, masyarakat dituntut untuk berperan aktif dan bertanggung jawab dalam memelihara dan menjaga sarana dan prasarana yang telah dibangun, sehingga dapat memberikan manfaat yang berkesinambungan.

Mengingat bahwa kegiatan lingkungan atau yang dikenal dengan kegiatan infrastruktur adalah komponen kegiatan yang dibiayai oleh Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) PNPM Mandiri yang berasal dari APBN dan APBD. Di dalam pelaksanaannya, kegiatan lingkungan didukung oleh berbagai pihak antara lain,


(8)

Unsur Pemerintah Desa/Kelurahan, Masyarakat melalui LKM dan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM), Laki-laki dan perempuan berpartisipasai dalam seluruh program infrastruktur dan Kelompok peduli (tokoh masyarakat). Keempat unsur tersebut mendukung kebutuhan masyarakat desa atau kelurahan serta kebutuhan masyarakat di wilayah yang lebih luas sehingga diharapkan dapat meningkatkan tata kehidupan masyarakat yang nyaman.

Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Surabaya, Provinsi Jawa Timur saat ini terdiri dari 38 kabupaten atau kota, 654 kecamatan, serta 8482 desa atau kelurahan. (www.bps.com). Propinsi Jawa Timur merupakan salah satu lokasi sasaran Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri. Lokasi PNPM Mandiri diutamakan pada Kecamatan yang memiliki criteria, seperti 1) Memiliki jumlah penduduk miskin cukup besar; 2) Tingkat pelayanan dasar rendah; 3) Tingkat kapasitas fiscal rendah; 4) Memiliki desa / kelurahan yang tertinggal.

Kelurahan Petemon termasuk dalam kriteria tersebut, dengan jumlah penduduk 41.200 jiwa dalam 11.385 KK yang terdiri dari 18 RW dan 123 RT. Sebagian besar masyarakat di Kelurahan Petemon mata pencariannya adalah sebagai pedagang dengan penghasilan yang tidak mencukupi untuk kebutuhan rumah tangga. Kelurahan Petemon adalah salah satu kelurahan yang menjadi sasaran dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri, karena sarana dan prasarana dasar pemukiman yang ada di Kelurahan Petemon kurang memadai, sehingga masalah ini berdampak pada tata kehidupan masyarakat yang kurang nyaman.


(9)

Adapun tabel jumlah sarana dan prasarana fisik yang ada di Kelurahan Petemon Kecamatan Sawahan Kota Surabaya adalah sebagai berikut :

Tabel 1.1

Jumlah Sarana dan Prasarana Fisik Kelurahan Petemon No. Sarana dan Prasarana Jumlah (unit)

1. Rumah semi permanen 621

2. Lampu 285

3. Tempat sampah Rumah Tangga 241

4. MCK umum 236

5. Gorong-gorong bulat / kotak 102

6. Jembatan 30

7. Transportasi sampah 23

8. Lahan kosong 15

9. Jalan besar 5

10. TPS 1

11. Terminal 1

Sumber : PJM Pronangkis, 2010

Berdasarkan tabel di atas, jumlah sarana dan prasarana fisik yang ada di Kelurahan Petemon secara umum. Selain itu, untuk mengetahui secara terperinci mengenai keadaan sarana dan prasarana yang ada di Kelurahan Petemon yang kurang memadai, disajikan dalam bentuk table sebagai berikut :

Tabel 1.2

Jumlah Sarana dan Prasarana Fisik yang Kurang Memadai di Kelurahan Petemon

No. Sarana dan Prasarana Jumlah (unit) Prosentase (%)

1. MCK umum 110 36,7

2. Rumah semi permanen 95 31,7

3. Transportasi sampah 6 2

4. Gorong-gorong bulat / kotak 29 6

5. Tempat sampah Rumah Tangga 60 20

Jumlah 300 100

Sumber : PJM Pronangkis, 2010

Berdasarkan tabel di atas, jumlah sarana dan prasarana fisik di Kelurahan Petemon yang kurang memadai adalah banyaknya MCK (Mandi, Cuci, Kakus)


(10)

umum dengan jumlah 110 unit atau 36,1 %. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan lahan dan biaya untuk membangun MCK pribadi serta MCK umum yang ada sudah berusia tua dan tingkat pemakaiannya tinggi. Hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran masyarakat Kelurahan Petemon untuk menjaga dan memelihara prasarana tersebut, sehingga manfaat yang diterima oleh masyarakat Kelurahan Petemon dengan adanya prasarana tersebut adalah tidak optimal dan tidak berkelanjutan, meskipun dapat dipakai tetapi dalam jangka waktu yang terbatas.

Upaya yang dilakukan masyarakat dalam meningkatkan kelancaran pelaksanaan kegiatan lingkungan adalah dengan merumuskan tahap-tahap pelaksanaan kegiatan lingkungan, antara lain : (1) Tahap Persiapan; (2) Tahap Perencanaan; (3) Tahap Pelaksanaan Konstruksi; (4) Tahap Pasca Konstruksi (Pemanfaatan dan Pemeliharaan). Salah satu kegiatan terpenting dari semua proses Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri, khususnya pada pelaksanaan kegiatan lingkungan yaitu kegiatan pemanfaatan dan pemeliharaan (Tahap Pasca Konstruksi). Sasaran dari kegiatan pemanfaatan dan pemeliharaan ditujukan pada pendataan kondisi prasarana serta penyusunan rencana pemanfaatan dan pemeliharaan prasarana.

Suatu prasarana dapat memberikan manfaat dalam jangka panjang bila pemanfaatan dan pemeliharaan prasarana sesuai dengan kebutuhan / standart yang berlaku. Dalam melaksanakan pemeliharaan prasarana dan sarana perlu ditanamkan kesadaran kepada masyarakat bahwa pemeliharaan sarana dan prasarana harus dilakukan oleh semua warga pemakai, agar masyarakat dapat


(11)

merasakan manfaat serta dapat meningkatkan tata kehidupan masyarakat yang nyaman.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti mengambil judul “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Di Kelurahan Petemon Kecamatan Sawahan Kota Surabaya (studi mengenai Pengelola Lingkungan)”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka peneliti ingin merumuskan masalah sebagai berikut :

“Bagaimana cara memajukan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Di Kelurahan Petemon Kecamatan Sawahan Kota Surabaya (studi mengenai Pengelola Lingkungan)”

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian antara lain adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan tentang Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Di Kelurahan Petemon Kecamatan Sawahan Kota Surabaya mengenai pengelola lingkungan agar tercipta tata kehidupan masyarakat yang nyaman.


(12)

1.4. Kegunaan Penelitian

1. Bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Untuk menambah referensi dan litelatur perbendaharaan perpustakaan yang dapat digunakan sebagai kajian untuk penelitian yang sejenis khususnya bagi mahasiswa Jurusan Administrasi Negara.

2. Bagi Penulis

Untuk menambah ilmu pengetahuan sekaligus menambah wawasan nyata sehingga dapat dijadikan bahan referensi yang berharga bagi peneliti.

3. Bagi Instansi

Untuk bahan pertimbangan dan bahan masukan bagi Kelurahan Petemon dan BKM Petemon Bina Sejahtera secara teori dari peneliti dalam pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Di Kelurahan Petemon Kecamatan Sawahan Kota Surabaya (studi mengenai Pengelola Lingkungan).


(13)

2.1. Penelitian Terdahulu

Kajian empirik maupun teoritik penanggulangan kemiskinan telah banyak dilakukan. Dari beberapa hasil penelitian yang pernah dilakukan juga diungkapkan mengenai usaha–usaha penangulangan kemiskinan di Indonesia, antara lain :

1 Aditya Kusuma Admaja (2006), dari Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur dalam skripsinya yang berjudul peran BKM dalam Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan di Kecamatan Jombang kabupaten Jombang. Jenis penelitian ini deskriptif kualitatif, fokus penelitian ini ada 2 yaitu, peran BKM dalam pengawasan pelaksanaan P2KP dan peran BKM dalam menumbuhkan berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat miskin dalam pemanfaatan dana bantuan P2KP.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengawasan terhadap dana bantuan P2KP yang dilakukan BKM sengon Sejahtera melalui KSM telah dilakukan secara optimal dan berkala. Dan pemberdyaan masyarakat yang dilakukan oleh BKM sengon sejahtera dari dana bantuan P2KP yang berupa keterampilan dan keahlian kepada masyarakat miskin dapat dilakukan dengan baik sesuai dengan tujuan dari P2KP yaitu pemberdayaan masyarakat miskin.


(14)

2. Muchtar, (2000) dari Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dalam penelitiannya yang berjudul Strategi Pemberdayaan Berbasis Kelembagaan Lokal Dalam Penanganan Kemiskinan Perkotaan (Kasus Implementasi P2KP di Desa Sukadanau Kecamatan Cikarang Barat Kabupaten Bekasi), www.damandiri.or.id, (06 february 2009). Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan kualitatif (pemahaman, pandangan, dan tanggapan) para informan di lapangan yang menghasilkan data deskriptif. Fokus penelitian ini pada aspek input, proses dan hasil pencapaian program. Teknik pengumpulan data berupa wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Analisa data dalam penelitian ini dilakukan melalui 3 tahapan, yaitu Reduksi Data, Penyajian Data, dan Penarikan Kesimpulan (Miles, Huberman, dan Yin dalam Suprayogo dan tobrani, 2001,h,192).

Hasil penelitian menunjukan, meskipun lembaga lokal (masyarakat) telah menunjukan kinerjanya (pada awal implementasi program). Dimana telah mampu melakukan pembangunan sejumlah sarana dan prasarana desa melalui dana hibah program ditambah swadaya masyarakat setempat, menyalurkan dana kepada KSM, dan telah mampu menggulirkan beberapa kali, tetapi jika dicermati (setelah program menginjak tahun kedua) dapat dinyatakan belum/tidak terjadi proses pemberdayaan (khususnya) bagi warga miskin, karena tidak terjadi tranfer daya kepada warga miskin, sebaba program lebih dimanfaatkan oleh kelompok yang mampu, proses belajar sosial tidak berlangsung, sebab program lebih bernuansa ekonomi, dan


(15)

lembaga lokal masyarakat lebih berperan sebagai penyalur kredit dari pada lembaga pemberdayaan.

Adapun persamaan antara penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu yaitu sama – sama menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif sedangkan perbedaan antara penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu adalah penelitian sekarang bertujuan untuk mendeskripsikan tentang Pemberdayaan Masyarakat melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri mengenai program lingkungan agar tercipta tata kehidupan masyarakat yang nyaman.

Analisa data menggunakan data deskriptif kualitatif yaitu memeriksa data yang terkumpul, mengelompokan, mengklasifikasikan, pengelolaan data dan selanjutnya dianalisa dan ditemukan kesimpulannya. Teknik pengumpulan data menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi.

2.2. Definisi Pemberdayaan Masyarakat

Upaya pengentasan dan penanggulangan kemiskinan di Indonesia ditandai dengan perubahan semula berorientasi pada pertumbuhan ekonomi menjadi lebih berorientasi pada pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan dan kemiskinan harus dimengerti oleh seluruh lapidan masyarakat. Proses sosialisasi tentang program penanggulangan kemiskinan dengan pendekatan pemberdayaan terus dikembangkan kearah yang lebih berkualitas.

Menurut Kartasasmita dalam Mashoed (2004 : 46) pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat martabat lapisan masyarakat


(16)

yang dalam kondisi sekarang tidak mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain pemberdayaan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat.

PNPM Mandiri (2007 : 11) mendefinisikan pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakan atau meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian dan kesejahteraan.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya meningkatkan kualitas, harkat, martabat, masyarakat melalui proses perencanaan, pendidikan dan penelitian untuk memandirikan serta memampukan masyarakat untuk lepas dari kemiskinan.

1.2.1. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat

Menurut Jamasy (2004:42) mengatakan bahwa pemberdayaan masyarakat merupakan prasyarat mutlak bagi upaya penanggulangan masalah kemiskinan. Adapun tujuan pemberdayaan masyarakat adalah sebagai berikut :

1. Menekan perasaan ketidak berdayaan masyarakat miskin bila berhadapan dengan struktur social politik. Langkah konkritnya adalah meningkatkan kesadaran kritis pada posisinya.

2. Memutuskan hubungan yang bersifat eksploitatif lapisan orang miskin perlu dilakukan bila terjadi reformasi social, budaya dan politik ( artinya biarkan kesadaran kritis masyarakat miskin muncul dan biarkan pula


(17)

mereka melakukan reorganisasi dalam rangka meningkatkan produktivitas kerja dan kualitas hidupnya ).

3. Tertanam rasa persamaan ( egalitian ) dan berikan gambaran bahwa kemiskinan bukan merupakan takdir, tetapi sebagai penjelmaan konstruksi social.

4. Merealisasikan perumusan pembangunan dengan melibatkan masyarakat miskin secara penuh.

5. Pembangunan social dan budaya bagi masyarakat miskin. 6. Distribusi Infrastruktur yang lebih merata.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa untuk memberdayakan masyarakat dalam menanggulangi kemiskinan adalah menekan perasaan ketidakberdayaan, memutuskan hubungan yang bersifat ekploitatif terhadap lapisan orang miskin, menanamkan perasaan sama, melibatkan masyarakat secara penuh dalam merealisasikan perumusan pembangunan, membangun kondisi social dan budaya pada masyarakat miskin dan mendistribusikan insfrastruktur yang lebih merata.

1.2.2. Kebijakan Pemberdayaan Masyarakat

Menurut Mashoed (2004:81) strategi kebijakan penangulangan kemiskinan untuk menciptakan pemberdayaan masyarakat dapat dipilah dalam tiga kelompok, antara lain :

1. Kebijakan secara tidak langsung mengarah pada sasaran tapi memberikan dasar tercapainya Suasana yang mendukung kegiatan social ekonomi.


(18)

Strategi ini digunakan pada penciptaan kondisi yang menjamin kelangsungan setiap upaya peningkatan pemerataan pembangunan dan penanggulangan kemiskinan, penyedian saran dan prasarana, penguatan kelembagaan, serta penyempurnaan peraturan perundang – undangan yang menunjang kegiatan social ekonomi masyarakat.

2. Kebijakan yang secara langsung mengarah kepada peningkatan kegiatan ekonomi kelompok sasaran, yaitu kebijakan yang diarahkan pada peningkatan akses terhadap sarana dan prasarana yang mendukung penyedian kebutuhan dasar, berupa pangan, sandang, pangan, perumahan, kesehatan, dan pendidikan, peningkatan produktivitas dan pendapatan, khususnya masyarakat berpenghasilan rendah.

3. Kebijakan khusus menjangkau masyarakat miskin melalui upaya khusus. Kebijakan khusus ini diutamakan pada penyiapan penduduk miskin untuk dapat melakukan kegiatan sosial ekonomi sesuai dengan budaya setempat.

1.2.3. Strategi Pemberdayaan Masyarakat

Guimares (2004 : 45) yang dikutip Mashoed dalam “ Integrated Rural Development” menyatakan beberapa strategi pemberdayaan yang dapat dilakukan secara simultan :

1. Strategi De – Linking

Strategi ini meletakkan sasaran penanggulangan kemiskinan dengan meningkatkan kemampuan kaum miskin untuk mengartikulasi


(19)

kepentingan kepada sistem sehingga diharapkan adanya keberlanjutan program pengentasan kemiskinan.

2. Strategi Desentralisasi

Strategi ini menempatkan lokus pengembilan keputusan pada unit paling dekat dengan kelompok sasaran, sehingga dapat terwujud keputusan yang paling merefleksikan aspirasi dan kepentingan objektif masyarakat miskin. Maka upaya yang dilakukan melalui pendekatan pelayanan dan berada pada lingkungan masyarakat miskin.

3. Strategi Integrasi Spatial

Dengan strategi ini, pengentasan kemiskinan dilakukan melalui perencanaan yang terintegrasi, yaitu antara desa tertinggal dengan kota terdekat, antara desa terisolasi dengan kota kecamatan, dan seterusnya.

1.2.4. Upaya – upaya Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk meningkatkan harkat martabat lapisan masyarakat, yang dalam kondisi sekarang tidak mampu melepaskan dirinya dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan.

Menurut Kartasasmita dalam Mashoed (2004:46), upaya – upaya dalam pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan melalui tiga tahap, antara lain :

1. Menciptakan suasana atau iklim tolaknya yang memungkinkan masyarakat untuk berkembang. Disini titik tolaknya bahwa setiap manusia, setiap masyarakat memiliki potensi yang dapat dikembangkan, artinya tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya.


(20)

2. Memperkuat potensi daya yang dimiliki oleh masyarakat ( Empowering ). Dalam rangka ini perlu langkah – langkah yang lebih positif, Selain menciptakan iklim dan suasana. Penguatan ini merupakan / meliputi langkah – langkah nyata dan menyangkut penyediaan berbagai masukan, serta pembukaan akses kedalam berbagai peluang yang akan membuat masyarakat menjadi makin berdaya. Dalam rangka pemberdayaan ini upaya yang amat pokok adalah peningkatan taraf pendidikan, derajat kesehatan, serta akses kedalam sumber – sumber kemajuan ekonomi seperti modal, teknologi, informasi, lapangan kerja, dan pasar.

3. Pemberdayaan mengandung pula arti melindungi ( Protecting )

Dalam proses pemberdayaan harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah karena kekurangberdayaan dalam menghadapi yang kuat. Oleh karena itu, perlindungan dan pemihakkan kepada yang lemah sangat mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan masyarakat. Melindungi bukan berarti mengisolasi atau menutupi dari interaksi, karena hal ini justru akan menglunglaikan yang lemah. Melindungi harus dilihat dari sebagai upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, serta eksploitasi yang kuat atas yang lemah. Pendekatan utama dalam konsep pemberdayaan adalah masyarakat tidak dijadikan objek berbagai proyek pembangunan, tetapi merupakan subyek upaya pembangunan sendiri.


(21)

1.3. Definisi Lingkungan

Menurut Danusaputro (1980:67) lingkungan adalah semua benda dan daya serta kondisi, termasuk didalamnya manusia dan tingkah laku perbuatannya yang terdapat dalam masyarakat dimana manusia berada dan memperngaruhi kelangsungan hidup serta kesejahteraan manusia dan jasad-jasad hidup lainnya.

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang memengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak langsung. (afand.cybermq.com)

Sedangkan definisi lingkungan menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 tahun 1997 adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, makhkuk hidup termasuk manusia dan prilakunya yang mempengaruhi prikehidupan dan kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lainnya.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut.

1.3.1. Tujuan, Maksud dan Indikator Kegiatan Lingkungan

Tujuan dari pelaksanaan kegiatan lingkungan adalah meningkatkan pelayanan prasarana bagi masyarakat umum maupun kelompok masyarakat dengan mengutamakan kualitas serta didukung adanya pelaksanaan operasi dan pemeliharaan di tingkat masyarakat. Sedangkan maksud dari pelaksanaan kegiatan


(22)

lingkungan adalah agar terjadi proses pembelajaran membangun lingkungan di tingkat masyarakat, agar tercapai kebutuhan yang layak serta memenuhi kebutuhan masyarakat. Indikator kinerja merupakan salah satu cara mengukur tingkat keberhasilan pelaksanaan kegiatan lingkungan. Adapun inikator kinerja yang dipergunakan antara lain :

1 Kelompok sasaran utama adalah masyarakat miskin

2 Biaya prasarana dan sarana yang dibangun masyarakat minimum 20% lebih murah bila dibandingkan dengan biaya prasarana sejenis yang dibangun dengan pola pembangunan yang tidak berbasis masyarakat

3 Hasil pembangunan harus berkualitas tinggi. Salah satu ukuran kualitas yang dipergunakan adalah umur bangunan dan lama pelayanan minimum lima tahun

4 Penerima manfaat puas dengan perbaikan pelayanan infrastruktur yang diberikan.

1.3.2. Macam-Macam Lingkungan

Menurut Amsyari (1997:11) lingkungan hidup terbagi dalam tiga golongan, antara lain :

1 Lingkungan Fisik (Physical Environmental)

Lingkungan ini merupakan segala sesuatu di sekitar kita yang berbentuk benda mati seperti rumah, kendaraan, gunung, udara, sinar matahari, dll.


(23)

2 Lingkungan Biologis (Biologycal Environmental)

Lingkungan biologis adalah segala sesuatu yang berada di sekitar manusia yang berupa organisme hidup lainnya, selain dari manusia itu sendiri seperti binatang, tumbuhan, dll.

3 Lingkungan Sosial (Social Environmental)

Lingkungan sosial merupakan manusia – manusia lain yang berada di sekitarnya seperti tetangga, teman, dll.

1.4. Definisi Organisasi

Menurut Daniel dalam Sutarto (1995:31) organisasi adalah seluruh orang yang melaksanakan fungsi-fungsi yang berbeda tetapi saling berhubungan dan dikoordinasi agar supaya sebuah tugas lebih dapat diselesaikan.

Menurut Joseph dalam Sutarto (1995:33) organisasi dirumuskan sebagai struktur dan proses kelompok orang yang bekerja sama yang membagi tugas-tugasnya diantara para anggotanya, menetapkan hubungan-hubungan dan menyatukan aktivitas-aktivitasnya kearah tujuan–tujuan bersama.

Sedangkan menurut Walfred dan Frederick dalam Sutarto (1995:33) organisasi adalah satuan orang-orang yang tersusun secara sistematis untuk mencapai tujuan-tujuan khusus dalam mana masing-masing orang mempunyai peran yang telah ditetapkan secara formal.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa organisasi adalah perkumpulan antara dua orang atau lebih yang tersusun secara sistematis serta


(24)

dalam melakukan suatu pekerjaan dibutuhkan suatu kerjasama dan koordinasi aktivitas guna mencapai tujuan bersama-sama.

1.4.1. Prinsip – Prinsip Organisasi

Prinsip-prinsip organisasi atau yang sering disebut dengan azas-azas organisasi. Prinsip atau azas merupakan dasar, pondasi atau suatu kebenaran yang menjadi pokok atau tumpuan berpikir. Menurut Prajudi dalam Wursanto (2002:210) prinsip-prinsip organisasi antara lain :

1. Prinsip tujuan, yang berarti bahwa organisasi harus mempunyai tujuan. 2. Prinsip pembagian kerja, bahwa dalam organisasi harus ada pembagian kerja

dan penugasan kerja yang homogen.

3. Prinsip perimbangan antara tugas, tanggung jawab dan wewenang. 4. Prinsip pelimpahan kekuasaan harus jelas batasan-batasannya.

5. Kesatuan komando, bahwa azas ini menghendaki satu orang satu atasan. 6. Komunikasi, untuk mengadakan pertukaran informasi atara instansi yang

ada di dalam organisasi.

7. Prinsip pengecekan, yang berarti bahwa setiap pemimpin berkewajiban untuk melakukan pengecekan terhadap pelaksanaan kegiatan.

8. Prinsip kontinuitas, yang artinya kegiatan dalam organisasi harus bersifat terus-menerus, tidak boleh mandeg, dalam keadaan atau situasi yang bagaimanapun.

9. Prinsip saling asuh, yang berarti antara unit (lini dengan staff) saling bekerjasama dan menyadari akan kepentingan setiap unit yang ada dalam


(25)

organisasi. Jangan sampai suatu unit merasa lebih penting dari pada unit yang lain.

10.Prinsip koordinasi, untuk mencegah timbulnya bahaya disintegrasi.

11.Prinsip kehayatan, yang mencerminkan bahwa organisasi itu hidup atau berhayat.

12.Prinsip tau diri, yang berarti bahwa setiap organisasi harus sadar akan tugas dan tanggung jawabnya serta mengetahui posisi masing-masing dalam organisasi.

1.5. Definisi Kebijakan

Menurut Woll dalam Tangkilisan (2003:2) kebijakan merupakan sejumlah aktivitas pemerintah untuk memecahkan masalah di masyarakat baik secara langsung maupun melalui berbagai lembaga yang memperngaruhi kehidupan masyarakat.

Menurut Andersson dalam Widodo ( 2001: 190 ) mengartikan kebijakan publik sebagai serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh perilaku dan sekelompok pelaku guna memecahkan masalah tertentu.

Selain itu menurut Fredrich dalam Widodo ( 2001:190 ) mengartikan kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang, sekelompok atau pemerintahan dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan – hambatan tertentu seraya mencari peluang – peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan.


(26)

Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan public adalah merupakan serangkaian keputusan yang dibuat untuk mencapai tujuan dan sasaran yang diinginkan.

1.5.1. Macam-macam Teori Kebijakan

Dalam buku Wahab (2001:190) teori pengambilan keputusan yang palin dikenal dan banyak diterima oleh kalangan luas adalah teori rasional komprehensif dan teori inkremental.

a. Teori Rasional Komprehensif

Unsur – unsur utama dari teori ini dapat ditemukan sebagai berikut :

1. Pembuatan keputusan dihadapkan pada suatu masalah – masalah yang dapat dibedakan dalam masalah – masalah lain atau setidaknya dinilai sebagai masalah – masalah yang dapat diperbandingkan satu sama lain 2. Tujuan – tujuan, nilai – nilai atau sasaran yang mempedomani pembuat

keputusan amat jelas dan dapat ditetapkan rangkaiannya sesuai dengan urutan kepentingannya

3. Pelbagai alternative untuk memecahkan masalah tersebut diteliti secara seksama

4. Akibat – akibat ( biaya dan manfaat ) yang ditimbulkan oleh setiap alternative yang dipilih diteliti

5. Setiap alternative dan masing – masing akibat yang menyertainya, dapat diperbandingkan dengan alternative – alternative lainnya


(27)

dapat memaksiamsikan tercapainya tujuan, nilai atau sasaran yang telah digariskan

b. Teori Inkremental

Teori inkremental dalam pengambilan keputusan mencerminkan suatu teori pengambilan keputusan yang menghindari banyak masalah yang harus dipertimbangkan ( seperti dalam teori rasional komprehensif ) dan, pada saat yang sama, merupakan teori yang lebih banyak menggambarkan cara yang ditempuh oleh pejabat – pejabat pemerintah dalam mengambil keputusan sehari – hari .

Pokok – pokok teori incremental ini dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Pemilihan tujuan atau sasaran dan analisis tindakan empiris yang

diperlukan untuk mencapainya dipandang sebagai sesuatu yang saling terkait dari pada sebagai sesuatu hal yang saling terpisahkan. 2. Pembuat keputusan dianggap hanya mempertimbangkan beberapa

alternative yang langsung berhubungan dengan pokok masalah, dan alternative – alternative ini hanya dipandang berbeda secara inkremental atau marginal bila dibandingkan dengan kebijaksanaan yang ada sekarang.

3. Bagi tiap alternative hanya sejumlah kecil akibat – akibat yang mendasar saja yang akan dihadapi .

4. Masalah yang akan dihadapi oleh pembuat keputusan akan diredifinisikan secara teratur. Pandangan inkrementalisme memberikan kemungkinan untuk mempertimbangkan dan


(28)

menyesuaikan tujuan dan sarana serta sana dan tujuan sehingga menjadikan dampak dari masalah itu lebih dapat ditanggulangi. 5. Bahwa tidak ada keputusan atau cara pemecahan yang tepat bagi tiap

masalah. Batu uji bagi keputusan yang baik terletak pada keyakinan bahwa berbagai analisis pada akhirnya akan sepakat pada keputusan itu adalah yang paling tepat sebagai sarana untuk mencapai tujuan. 6. Pembuatan keputusan yang inkremental pada hakikatnya bersifat

perbaikan – perbaikan kecil dan hal ini dapat lebih diarahkan untuk memperbaiki ketidaksempurnaan dari upaya – upaya konkrit dalam mengatasi masalah sosial yang ada sekarang daripada sebagai upaya untuk menyodorkan tujuan – tujuan sosial yang sama sekali baru dimasa yang akan datang.

1.6. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat ( PNPM ) Madiri

Untuk meningkatkan efektifitas penaggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja, pemerintah meluncurkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri mulai tahun 2007. Melalui PNPM Mandiri, penangulanggan kemiskinan melibatkan unsur masyarakat, melalui dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi.

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program–program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri dilaksanakan melalui hormonisasi


(29)

dan pengembangan sistem serta mekanisme dan prosedur program, peneydian pendampingan dan pendanaan penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan.

2.6.1. Tujuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri

Dalam Buku Pedoman Umum PNPM Mandiri,(2007:11) tujuan dari PNPM Mandiri ada 2 yaitu sebagai berikut :

1. Tujuan Umum

Meningkatakan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri.

2. Tujuan Khusus

1. Meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat miskin, kelompok perempuan, komunitas adat terpencil dan kelompok masyarakat lainnya yang rentan dan terpinggir ke dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan.

2. Meningkatnya kapasitas kelembagaan masyarakat yang mengakar, representatif.

3. Meningkatnya kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat terutama masyarakat miskin melalui kebijakan, program yang berpihak kepada masyarakat miskin.

4. Meningkatnya sinergi masyarakat, pemerintah daerah, swasta, asosiasi,perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi


(30)

masyarakat, dan kelompok peduli lainnya,untuk mengefektifkan upaya – upaya penanggulangan kemiskinan.

5. Meningkatnya pemberdayaan dan kemandirian masyarakat, serta kapasitas pemerintah daerah dan kelompok peduli lainnya dalam menanggulangi kemiskinan didaerahnya.

6. Meningktanya modal sosial masyarakat yang berkembang sesuai dengan potensi sosial dan budaya serta untuk melestarikan kearifanlokal.

7. Meningkatkan inovasi dan pemanfaatan teknologi tepat guna, informasi dan komunikasi dalam pemberdayaan masyarakat.

2.6.2. Strategi Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri

Dalam buku Pedoman Umum Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri (2007 : 12), untuk mewujudkan tujuan yang akan dicapai dalam pelaksanaan PNPM Mandiri maka diperlukan strategi umum dan strategi khusus.

1. Strategi Umum terdiri dari :

a. Strategi Dasar, meliputi upaya-upaya pemberdayaan untuk meningkatkan kemampuan serta menjalin kemitraan yang seluas-luasnya dengan berbagai pihak dalam mewujudkan keberdayaan dan kemandirian masyarakat, menerapkan keterpaduan dan sinergi pendekatan pembangunan sektoral, pembangunan kewilayahan dan pembangunan partisipatif.


(31)

b. Strategi Operasional meliputi, pengoptimalan seluruh potensi dan sumber daya yang dimiliki masyarakat, pemerintah pusat, pemerintah daerah, swasta, lembaga swadaya masyarakat dan kelompok peduli lainnya secara sinergis, mengutamakan pemerintah kota/kabupaten sebagai program penanggulangan kemiskinan di wilayahnya, menerapkan konsep pembangunan partisipatif secara konsisten dan dinamis serta berkelanjutan.

2. Strategi Khusus terdiri dari :

a. Mengembangkan lembaga keswadayaan masyarakat yang mengakar representative dan dapat dipercaya.

b. Mengembangkan program pembangunan jangka menengah dan rencana tahunan dalam rangka penanggulangan kemiskinan.

c. Berpartisipasi aktif dalam musrenbang kelurahan dan kecamatan

d. Meningkatkan kapasitas pemerintah agar mampu bersinergi dengan masyarakat dan para memangku kepentingan setempat dalam penanggulangan kemiskinan.

2.7. Badan Keswadayaan Masyarakat

Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) adalah sebagai penggerak modal sosial untuk menanggulangi kemiskinan diwilayah kelurahan/desa sasaran, mempunyai tugas–tugas pokok merumuskan kebijakan penangulangan kemiskinan yang ada diwiliyahnya, merealisasikan penyusuran program penanggulangan kemiskinan dengan pendekatan partisipatif dan demokratis.


(32)

Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, dalam pelaksanaan tugasnya BKM dibantu oleh perangkat organisasi berupa unit–unit pengelola. Oleh karena itu fungsi pelaksanaan kegiataan akan dilakukan oleh unit–unit pengelola : UPL sebagai unit pengelola kegiataan lingkungan, UPS sebagai unit pengelola kegiataan sosial dan UPK sebagai unit pengelola keuangan.

2.7.1. Tugas Badan Keswadayaan Masyarakat

BKM berfungsi sebagai penggerak dan pengendali agar program penanggulangan kemiskinan dapat berjalan. Adapun tugas pokok BKM dapat diuraikan :

1. Merumuskan kebijakan serta aturan main secara demokratis mengenai hal–hal yang berhubungan dengan penanggulangan kemiskinan.

2. Mengorganisasikan masyarakat utuk merumuskan visi, misi, rencana strategi, pronangkis.

3. Memonitor, mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan keputusan-keputusan yang diambil.

4. Memverifikasikan penilaian yang telah dilaksanakaan oleh unit-unit pelaksanaan.

5. Mengawal terlembaganya nilai–nilai kemanusian dan prinsip kemasyarakatan.

6. Mewakili masyarakat untuk memberikan kontrol dan masukan terhadap kebijakan pemerintah.


(33)

2.8. Kerangka Berpikir

Berdasarkan landasan teori diatas, penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri. Adapun kerangka berpikirnya antara lain :

Gambar 1 Kerangka Berpikir

Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat No:25/Kep/Menko/Kesra/VII/2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

Program Kegiatan Lingkungan BKM Petemon Bina Sejahtera tahun 2007-2009

Pemanfaatan dan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana

Pendataan Kondisi Prasarana

Penyusunan rencana pemanfaatan dan pemeliharaan prasarana

Tercipta tata kehidupan masyarakat yang nyaman


(34)

3.1. Jenis Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian ilmiah diperlukan metode penelitian yang disesuaikan dengan pokok permasalahan yang akan diteliti. Metode penelitian itu sendiri adalah merupakan suatu proses atau rangkaian langkah yang terencana dan sistematis yang digunakan dalam mencari strategi pemecahan masalah yang akan diteliti. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penelitian juga merupakan suatu tahap dari penelitian.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan maksud ingin memperoleh gambaran yang komperhensif atau menyeluruh dan mendalam tentang Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Di Kelurahan Petemon Kecamatan Sawahan Kota Surabaya (studi mengenai Pengelola Lingkungan).

Secara teoritis, menurut Bagdan dan Taylor dalam Moleong (2007:4), penelitian kualitatif digunakan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Sedangkan menurut Denzin dan Lincoln dalam Moleong (2007:5), penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.


(35)

Dari kajian tentang definisi-definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menggambarkan dan memahami fenomena tentang apa yang dialami subyek peneliti misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, secara holistic dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini adalah bersifat deskriptif, yang mencoba menggambarkan secara mendalam suatu obyek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya.

Nawawi (2005:63), mengartikan penelitian deskriptif sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek dan obyek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.

Penelitian deskriptif mempunyai beberapa cirri-ciri, antara lain :

1. Penelitian deskriptif diupayakan untuk menggambarkan fenomena tertentu secara terperinci.

2. Hasil akhir dari penelitian adalah suatu kesimpulan yang tidak berlaku umum, tetapi hanya berlaku pada lokasi penelitian saja.

3. Menggambarkan subyek atau obyek penelitian berdasarkan fakta sebagaimana adanya.

Penelitian kualitatif–deskriptif ini menitikberatkan pada Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Di Kelurahan Petemon Kecamatan Sawahan Kota Surabaya (studi


(36)

mengenai Pengelola Lingkungan). Dalam penelitian dengan metode kualitatif ini, peneliti bertujuan untuk mendeskripsikan tentang Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Di Kelurahan Petemon Kecamatan Sawahan Kota Surabaya mengenai pengelolaan lingkungan agar tercipta tata kehidupan masyarakat yang nyaman.

3.2. Fokus Penelitian

Menurut Moleong (2007:94), menyatakan bahwa ada dua maksud tertentu yang ingin peneliti capai dalam merumuskan masalah penelitian dengan jalan memanfaatkan fokus. Pertama, fokus dapat membatasi studi penelitian, jadi dalam hal ini fokus akan membatasi bidang inkuiri sehingga peneliti tidak perlu kesana kemari untuk mencari subyek penelitian. Kedua, penetapan fokus itu berfungsi untuk memenuhi criteria inklus – eksklusi atau kriteria masuk – keluar (inclucion – exclution criteria) suatu informasi yang baru diperoleh dilapangan. Jadi dengan penetapan fokus yang jelas dan mantap, seorang peneliti dapat membuat keputusan yang tepat tentang data mana yang akan dikumpulkan dan data mana yang tidak perlu dijamah ataupun data mana yang akan dibuang.

Dalam penelitian kualitatif diguanakan variabel mandiri tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain. Yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Di Kelurahan Petemon Kecamatan Sawahan Kota Surabaya mengenai pengelola lingkungan agar tercipta tata kehidupan masyarakat yang nyaman.


(37)

Fokus dalam penelitian kualitatif berkaitan erat dengan rumusan masalah, dimana masalah penelitian dijadikan acuan dalam menentukan fokus penelitian. Dalam hal ini fokus penelitian dapat berkembang atau berubah sesuai dengan perkembangan masalah penelitian dilapangan. Dalam penelitian ini yang menjadi perumusan masalah adalah Bagaimana cara memajukan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Di Kelurahan Petemon Kecamatan Sawahan Kota Surabaya mengenai pengelola lingkungan agar tercipta tata kehidupan masyarakat yang nyaman. Dilihat dari perumusan masalah di atas, maka dapat disimpulkan yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah :

1. Pendataan kondisi prasarana

Pendataan ini dilakukan untuk mengetahui kondisi prasarana yang telah dibangun, apakah ada kerusakan / kekurangan ataupun permasalahan lainnya yang perlu ditangani. Sasaran kajian pada fokus ini, meliputi :

a. Pembentukan Tim

b. Pendataan Jenis Prasarana c. Waktu Pendataan

2. Penyusunan rencana pemanfaatan dan pemeliharaan prasarana

Rencana pemeliharaan merupakan serangkaian kegiatan pemeliharaan yang dilakukan untuk menjaga prasarana agar tidak rusak atau tetap berfungsi secara optimal. Sasaran kajian pada fokus ini, meliputi :

a. Musyawarah / Rembuk Warga b. Pemeliharaan Prasarana


(38)

c. Dana Kegiatan

d. Pembangunan dan perbaikan prasarana e. Penggunaan prasarana secara optimal 3.3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat atau lokasi dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh peneliti, dimana dalam mencari dan mengumpulkan sumber-sumber data dilapangan. Dalam penelitian kualitatif ini yang menjadi lokasi penelitian adalah Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Petemon Bina Sejahtera.

Adapun alasan obyektif penulis memilih Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Petemon Bina Sejahtera karena pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri merupakan wewenang dan tanggungjawab dari BKM. Selain itu BKM Petemon Bina Sejahtera merupakan badan yang dinilai baik dan dipercaya oleh masyarakat Kelurahan Petemon khususnya dalam pelaksanaan PNPM Mandiri.

3.4. Sumber Data

Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian ini adalah subyek dimana data diperoleh (Suharsimi Akrikunto, 2002:107). Sedangkan menurut Lofland dalam Moleong (2007:157), sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lainnya, dalam penelitian kualitatif ini menggunakan data primer dan sekunder.


(39)

Data primer adalah data yang diambil secara langsung dari sumbernya atau melalui pengumpulan data dari pihak-pihak yang terkait dengan perumusan masalah penelitian, dalam penelitian ini yang terkait dengan perumusan masalah Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri mengenai program lingkungan agar tercipta tata kehidupan masyarakat yang nyaman., adalah Koordinator Unit Pengelola Lingkungan (UPL) yaitu bapak Joko Suroto.

Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari data yang ada pada lembaga atau instansi serta bahan lainnya yang berkaitan dengan variable penelitian ini atau sumber data tertulis yang berkaitan. Dalam penelitian ini yang menjadi data sekunder adalah data yang relevan dengan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri (studi mengenai Program Lingkungan).

Dalam penelitian kualitatif ini, pengumpulan data dan informasi yang berhubungan dengan penelitian ini diperoleh melalui informan, peristiwa dan dokumen, antara lain :

1 Informan atau Key Informan

Informan atau Key Informan dipilih secara “Purposive” yaitu didasarkan pada subyek yang menguasai permasalahan dan berada pada obyek penelitian, yang memiliki data dan bersedia memberikan data yang benar-benar relevan dan kompeten dengan masalah penelitian yaitu berupa data keterangan, cerita atau kata-kata yang bermakna sehingga data yang diperoleh dapat dipergunakan untuk membagun teori. Oleh karena itu dalam


(40)

penelitian ini yang menjadi informan kunci awal peneliti adalah Koordinator Unit Pengelola Lingkungan (UPL).

2 Sumber tertulis

Data ini diperoleh dari sumber tertulis yang secara tidak langsung berkaitan dengan focus penelitian seperti sumber buku, majalah, arsip dan dokumen-dokumen pribadi resmi.

3 Dokumen

Dokumen disisni adalah yang dipakai sebagai sumber data lain yang sifatnya melengkapi data utama yang relevan dengan masalah dan focus penelitian, seperti data demografi dan monografi dilokasi penelitian.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Data merupakan bagian terpenting dari penelitian karena hakekat dari penelitian adalah pencarian data yang nantinya diinterprestasikan dan dianalisis dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data diperlukan suatu teknik untuk memudahkan dalam upaya-upaya mengumpulkan data di lapangan.

a. Wawancara

Menurut Moleong (2007:186), wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu dan dilakukan oleh dua pihak, pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan diwawancarai memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Teknik wawancara bertujuan untuk mendapat data yang valid guna menjawab masalah penelitian.


(41)

b. Pengamatan Langsung (Observasi)

Teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung pada saat survey pendahuluan yang bertujuan untuk mengamati fenomena yang terjadi yang berkaitan dengan obyek penelitian. Data observasi yang berupa deskripsi yang actual, cermat dan terinci mengenai keadaan lapangan, kegiatan manusia dan situasi social serta konteks dimana kegiatan-kegiatan yang terjadi.

c. Dokumentasi

Pengumpulan data dengan menyalin arsip-arsip yang ada di instansi-instansi terkait. Dolumen sebagai sumber data dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan bahkan untuk meramalkan. Dalam penelitian ini, dokumen yang dikumpulkan adalah dokumen yang relevan dengan fokus penelitian.

3.6. Analisa Data

Taylor dan Bogdan dalam Moloeng (2007:103) menyatakan bahwa analisa data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasi data, memilah–milah, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting, apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Untuk mencapai analisis data yang yang baik perlu dilakukan analisi interaktif. Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sejak awal dan sepanjang proses berlangsung (Miles dan Huberman, 1992:16), melalui tahap sebagai tahap sebagai berikut :


(42)

1. Reduksi Data

Sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan tranformasi data kasar yang muncul dari catatan tertulis dilapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisa yang menajam, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data dengan cara yang sedemikian rupa sehingga dapat ditarik kesimpulan atau verifikasi. Data yang diperoleh dari lokasi penelitian atau data dilapangan ditulis dalam uraian yang jelas dan lengkap, yang nantinya akan direduksi, dirangkum dan difokuskan pada hal ini yang berkaitan dengan penelitian kemudian dicari tema atau pola melalui proses, penyutingan, mpemberian kode dan pembuatan tabel.

2. Penyajian Data

Dilakukan dengan mendeskripsikan data yang ada secara sederhana, rinci, utuh dan integrativeyang digunakan sebagai pijakan untuk menetukan langkah berikutnya dalam menarik kesimpulan dari data yang ada.

3. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi

Hal ini dilakukan secara terus menerus sepanjang proses penelitia, mulai penelitian memasuki lapangan dan proses pengumpulan data berlangsung. Penulis berusaha untuk menganalisis dan mencari pola, tema, hubungan, persamaan dan hal–hal yang sering timbul yang dituangkan dalam kesimpulan yang tentatif, namun dengan bertambahnya data melalui verifikasi terus–menerus akan memperoleh kesimpulan yang bersifat groundeed atau dasar.


(43)

Proses analisa data secara interaktif dapat disajikan dalam bentuk skema sebagai berikut :

Gambar 2

Analisa Data Kualitatif Model Interaktif

Pengumpulan Data

Reduksi Data

Kesimpulan

Sumber : Miles dan Huberman (1992:20)

Berdasarkan sekema diatas, jelaslah bahwa data yang diperoleh dilapangan tidak terbukti dengan angka-angka tetapi berisikan uraian-uraian sehingga menggambarkan hasil yang sesuai dengan data yang dianalisa kemudian diinterprestasikan. Masalah yang dihadapi, diuraikan dengan berpatokan pada teori-teori serta temuan-temuan yang diperoleh pada saat penelitian tersebut, kemudian dicarikan kesimpulan dan pemecahannya.

3.8. Keabsahan Data

Dalam setiap penelitian memerlukan standart untuk melihat derajat kepercayaan atau kebenarannya dari hasil penelitian. Dalam penelitian kualitatif standart tersebut disebut dengan keabsahan data. Menurut Lincon dan Guba dalam Moleong (2002:173–174) untuk menjamin keabsahan data diperlukan teknik


(44)

pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan ini didasarkan atas kriteria yang digunakan yaitu :

1. Derajat Kepercayaan ( Credibility )

Pada dasarnya penerapan kriteria derajat kepercayaan menggantikan konsep validitas dari non kualitatif. Kriteria ini berfungsi untuk melakukan inquiri (penyelidikan) sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya. 2. Transferability ( Keteralihan )

Konsep ini menyatakan bahwa generalisasi suatu penemuan dapat berlaku atau diterapkan pada semua konteks dalam populasi yang sama atas dasar penemuan yang diperoleh pada sampel yang secara representative mewakili populasi itu.

3. Dependability ( Ketergantungan )

Konsep ini memperhitungkan segala – galanya yaitu yang ada pada reabiltasi itu sendiri ditambah faktor – faktor lainnya yang tersangkut dan bagaimana hal itu dibicarakan dalam konteks pemeriksaan.

4. Conformabilty ( Kepastian )

Dalam hal ini obyektifitas – subyektifitas suatu hal tergantung pada orang seorang. Hal itu digali dari pengertian bahwa jika sesuatu itu obyektif berarti dapat dipercaya, faktual dan dapat dipastikan.


(45)

4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian 4.1.1. Keadaan Geografis Kelurahan Petemon

Kelurahan Petemon merupakan bagian dari Wilayah Kotamadya Surabaya yang berada di bawah Kecamatan Sawahan. Kelurahan Petemon dipimpin oleh seorang Lurah yang bernama Riadi Agus, SH. Kelurahan Petemon memiliki luas wilayah 135 Ha. Dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

- Sebelah Utara : Kelurahan Tembok Dukuh - Sebelah Selatan : Kelurahan Kupang Krajan - Sebelah Barat : Kelurahan Simo Mulyo - Sebelah Timur : Kelurahan Sawahan

Kondisi geografis Kelurahan Petemon dengan ketinggian tanah dan permukaan laut adalah 3 meter dan curah hujan 200 mm pertahun, sedangkan suhu rata-ratanya 36 C. Jarak Kelurahan Petemon dari pusat pemerintah adalah sebagai berikut:

- Jarak dari pusat kota : 5 km

- Jarak dengan kantor Kecamatan : 3 km


(46)

4.1.2. Keadaan Penduduk Kelurahan Petemon Kecamatan Sawahan

Jumlah penduduk di Kelurahan Petemon adalah 41.411 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga 11.385 kk. Wilayah administrasi Kelurahan Petemon memiliki jumlah Rukun Warga sebanyak 18 RW yang membawahi 123 RT.

Adapun perincian jumlah penduduk Kelurahan Petemon berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.1

Daftar Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Prosentase (%)

1. Laki-laki 20.519 49,5

2. Perempuan 20.892 50,5

Jumlah 41.411 100

Sumber: PJM Pronangkis 2010

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk Kelurahan Petemon terdiri dari penduduk perempuan dengan prosentase 50,5% hal ini dikarenakan tingkat kelahiran untuk jenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan tingkat kelahiran jenis kelamin laki-laki.


(47)

Tabel 4.2

Daftar Jumlah Penduduk Menurut Agama

No. Agama Jumlah (Orang) Prosentase (%)

1. Islam 30.835 74.4

2. Protestan 6.488 15.7

3. Katolik 2.772 6.7

4. Hindu 150 0.4

5. Budha 1.166 2.8

Jumlah 41.411 100

Sumber: PJM Pronangkis 2010

Kehidupan beragama merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena seluruh aspek kehidupan manusia diatur dalam agama. Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa penduduk di Kelurahan Petemon mayoritas memeluk agama Islam dengan prosentase 74.4% hal ini dikarenakan mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam.


(48)

Tabel 4.3.

Daftar Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Prosentase (%)

1. Strata 3 ( S3 ) 216 0,6

2. Strata 2 ( S2 ) 634 1,7

3. Strata 1 ( S1 ) 2.270 6

4. Diploma 2.465 6,5

5. SLTA/Sederajat 9.932 26,4

6. SLTP/Sederajat 13.730 36,4

7. SD/Sederajat 8.445 22,4

Jumlah 37.692 100

Sumber: PJM Pronangkis 2010

Pendidikan merupakan suatu faktor penunjang keberhasilan pembangunan karena dengan pendidikan dapat meningkatkan kualitas SDM yang dapat membentuk watak dan mental serta pola pikir yang baik. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan masyarakat Kelurahan Petemon adalah SLTP/Sederajat dengan prosentase 36,4%, hal ini dikarenakan bahwa masyarakat masih kurang memiliki kesadaran akan pentingnya pendidikan.


(49)

Tabel 4.4

Daftar Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian No. Mata Pencaharian Jumlah (Orang) Prosentase (%)

1. PNS 954 11.8

2. TNI 198 2.4

3. Pensiun 2.227 27.4

4. Buruh / Swasta 687 8.5

5. Pedagang 3.014 37.2

6. Jasa 11 0.1

7. Pertukangan 1.023 12.6

Jumlah 8.114 100

Sumber: PJM Pronangkis 2010

Keadaan sosial ekonomi suatu daerah erat kaitannya dengan jenis mata pencaharian penduduknya dan sarana perekonomian yang tersedia didaerah tersebut. Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa masyarakat di Kelurahan Petemon sebagian besar bermata pencaharian sebagai pedagang dengan prosentase 37.2%, hal ini dikarenakan dengan berdagang dapat meningkatkan pendapatan.


(50)

4.1.3. Visi, Misi, Tugas Pokok dan Fungsi Kelurahan Petemon Kecamatan Sawahan

A. Visi Kelurahan Petemon Kecamatan Sawahan

Mewujudkan Kelurahan Petemon yang unggul dan kompetitif dalam pelayanan serta berusaha menciptakan pemukiman yang bersih, tertib serta berwawasan lingkungan.

B. Misi Kelurahan Petemon Kecamatan Sawahan

1. Mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal dan religius.

2. Meningkatkan sarana dan prasarana Infrastruktur yang berwawasan lingkungan.

3. Menciptakan situasi yang aman, tertib, nyaman dan kondusif.

4. Meningkatkan kinerja Aparatur Kelurahan untuk selalu dapat memberikan pelayanan prima kepada Masyarakat.

C. Tugas Pokok Dan Fungsi Kelurahan Petemon Kecamatan Sawahan Tugas pokok dari Kelurahan Petemon adalah menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. Untuk melaksanakan tugas pokok Kelurahan Petemon mempunyai fungsi, sebagai berikut :

1. Penyusunan dan pelaksanaan Rencana Strategis dan Rencana Kerja; 2. Pelaksanaan kegiatan pemerintahan;


(51)

4. Pengkoordinasian kegiatan pembangunan; 5. Pemberdayaan masyarakat;

6. Pelayanan masyarakat;

7. Penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum; 8. Pemeliharaan sarana dan prasarana pelayanan umum; 9. Pembinaan lembaga kemasyarakatan;

10.Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM);

11.Penyusunan dan pelaksanaan Standar Pelayanan Publik (SPP);

12.Pelaksanaan fasilitasi pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) dan/atau pelaksanaan pengumpulan pendapat pelanggan secara periodik yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas layanan;

13.Pengelolaan pengaduan masyarakat;

14.Pengelolaan administrasi umum meliputi penyusunan program, ketatalaksanaan, ketatausahaan, keuangan, kepegawaian, rumah tangga, perlengkapan, kehumasan, kepustakaan dan kearsipan;

15.Pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi; 16.Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

4.1.4. Struktur Organisasi Kelurahan Petemon

Wilayah administrasi Kelurahan Petemon memiliki jumlah rukun warga sebanyak 18 RW. Yang membawahi 123 Rukun Tetangga (RT). Struktur organisasi pemerintah Kelurahan Petemon dapat dilihat dalam gambar berikut:


(52)

Gambar 3

Struktur Organisasi Pemerintah Kelurahan Petemon

SEKRETARIS Kamid, SH LURAH

Riadi Agus Susanto, SH

KASI PEMERINTAHAN NURSYAMSIYAH F KASI KETENTRAMAN & KETERTIBAN IMAM SUDIARSO KASI

PEREKONOMIAN FISIK & PRASARANA WILAYAH

NINIK ASMANINGSIH, Sos

KASI SOSIAL & PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT

Dra.VONNY ELFRIDA

Sumber: Profil Kelurahan Petemon ( 2010 )

4.1.5. Kedudukan Tugas dan Kewajiban Perangkat Kelurahan

Untuk kelancaran tugas-tugas dari perangkat Kelurahan, maka perlu ditetapkan tugas pokok dan fungsi perangkat Kelurahan sebagai berikut :

1. Lurah

Lurah mempunyai tugas, yaitu:

a. Menyelenggarakan Pemerintah, Pembangunan dan Kemasyarakatan. b. Melaksanakan urusan Pemerintah yang dilimpahkan oleh Kepala

Daerah.

Lurah mempunyai fungsi, yaitu : a. Pembina lembaga masyarakat.

b. Pelaksanaan kegiatan Pemerintah Kerlurahan. c. Pemberdayaan Masyarakat.


(53)

d. Pelayanan Masyarakat.

e. Penyelenggaraan Ketentram dan Ketertiban Umum. f. Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas Pelayanan Umum.

g. Penyusunan Program, Pembinaan Administrasi dan Ketata Usahaan.

2. Sekretaris Desa/Kelurahan

Sekretaris Kelurahan mempunyai tugas antara lain :

a. Membantu Lurah dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan Pemerintahan.

b. Memberikan pelayanan administratif kepada seluruh Perangkat Kelurahan.

Sekretaris Kelurahan mempunyai fungsi, yaitu :

a. Pelaksanaan koordinasi penyususnan rencana program, anggaran dan laporan Kelurahan.

b. Pelaksanaan pembinaan organisasi dan Ketatalaksanaan. c. Pengelolaan Administrasi Kepegawaian.

d. Pengelolaan surat menyurat, dokumentasi, Rumah Tangga, perlengkapan/peralatan kantor/kearsipan dan perpustakaan.

e. Pelaksanaan Hubungan Masyarakat (Humas).

f. Pelaksanaan Pengawasan dan Pengendalian pelaksanaan tugas di bidang Ketata Usahaan.


(54)

h. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Lurah sesuai dengan tugas dan fungsinya.

3. Kepala Seksi (Kasi), terdiri dari : A. Kepala Seksi (Kasi) Pemerintahan

Kepala Seksi (Kasi) Pemerintahan mempunyai tugas, yaitu :

a. Membantu Lurah dalam menyiapkan bahan perumusan kebijakan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan urusan Pemerintah.

Kepala Seksi (Kasi) Pemerintahan mempunyai Fungsi, yaitu :

a. Penyusunan rencana program dan petunjuk teknis di bidang urusan Pemerintahan.

b. Pelaksanaan rencana program dan petunjuk teknis di bidang urusan Pemerintahan.

c. Pelaksanaan koordinasi dan kerjasama dengan Lembaga dan Instansi lain di Bidang urusan Pemerintahan.

d. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian di bidang urusan Pemerintahan.

e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas.

f. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Lurah sesuai dengan tugas dan fungsinya.


(55)

B. Kepala Seksi (Kasi) Ketentraman dan Ketertiban Umum

Kepala Seksi (Kasi) Ketentraman dan Ketertiban Umum mempunyai tugas, yaitu :

a. Membantu Lurah dalam menyiapkan bahan perumusan kebijakan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan urusan Ketentraman dan Ketertiban Umum.

Kepala Seksi (Kasi) Ketentraman dan Ketertiban Umum mempunyai fungsi, yaitu :

a. Penyusunan rencana program dan petunjuk teknis di bidang urusan Ketentraman dan Ketertiban Umum.

b. Pelaksanaan rencana program dan petunjuk teknis di bidang urusan Ketentraman dan Ketertiban Umum.

c. Pelaksanaan koordinasi dan kerjasama dengan Lembaga dan Instansi lain di Bidang urusan Ketentraman dan Ketertiban Umum. d. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian di bidang urusan

Ketentraman dan Ketertiban Umum.

e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas.

f. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Lurah sesuai dengan tugas dan fungsinya.


(56)

C. Kepala Seksi (Kasi) Perekonomian, fisik dan Prasarana Wilayah

Kepala Seksi (Kasi) Perekonomian, fisik dan Prasarana Wilayah mempunyai tugas, yaitu :

a. Membantu Lurah dalam menyiapkan bahan perumusan kebijakan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan urusan Perekonomian, fisik dan Prasarana Wilayah.

Kepala Seksi (Kasi) Perekonomian, fisik dan Prasarana Wilayah mempunyai fungsi, yaitu :

a. Penyusunan rencana program dan petunjuk teknis di bidang urusan Perekonomian, fisik dan Prasarana Wilayah.

b. Pelaksanaan rencana program dan petunjuk teknis di bidang urusan Perekonomian, fisik dan Prasarana Wilayah.

c. Pelaksanaan koordinasi dan kerjasama dengan Lembaga dan Instansi lain di Bidang Perekonomian, fisik dan Prasarana Wilayah. d. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian di bidang urusan

Perekonomian, fisik dan Prasarana Wilayah.

e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas.

f. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Lurah sesuai dengan tugas dan fungsinya.


(57)

D. Kepala Seksi (Kasi) Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat

Kepala Seksi (Kasi) Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat mempunyai tugas, yaitu :

a. Membantu Lurah dalam menyiapkan bahan perumusan kebijakan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan urusan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat.

Kepala Seksi (Kasi) Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat mempunyai fungsi, yaitu :

a. Penyusunan rencana program dan petunjuk teknis di bidang urusan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat.

b. Pelaksanaan rencana program dan petunjuk teknis di bidang urusan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat.

c. Pelaksanaan koordinasi dan kerjasama dengan Lembaga dan Instansi lain di Bidang Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat.

d. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian di bidang urusan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat.

e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas.

f. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Lurah sesuai dengan tugas dan fungsinya.


(58)

Berikut ini akan dijelaskan karakteristik jumlah perangkat Kelurahan Petemon berdasarkan jabatan, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan usia adalah sebagai berikut :

Tabel 4.5. Karakteristik

Jumlah Perangkat Kelurahan Petemon Berdasarkan Jabatan Jabatan Jumlah (Orang) Prosentase (%)

Lurah 1 16.7

Sekretaris 1 16.7

Kepala Seksi 4 66.6

Jumlah 6 100

Sumber: Profil Kelurahan Petemon ( 2010 )

Berdasarkan tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa jumlah kepala seksi lebih banyak dengan prosentase 66,6 % dibandingkan yang lainnya. Hal ini disebabkan karena dalam melaksanakan tugasnya, Lurah dibantu Kepala Seksi.

Tabel 4.6.

Karakteristik Jumlah Perangkat Kelurahan Petemon Berdasarkan Jenis Kelamin

Jabatan Jumlah (Orang) Prosentase (%)

Laki-laki 3 50

Perempuan 3 50

Jumlah 6 100


(59)

Dari tabel 4.6 di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa jumlah perangkat Kelurahan Petemon antara laki-laki dan perempuan adalah seimbang dengan prosentase 50 %. Hal ini disebabkan dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintahan, sesama perangkat kelurahan dapat bekerjasama dan saling membantu.

Tabel 4.7. Karakteristik

Jumlah Perangkat Kelurahan Petemon Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Prosentase (%)

S1 4 66.7

SLTA 2 33.3

SLTP - 0

SD - 0

Jumlah 6 100

Sumber: Profil Desa Kelurahan Petemon (2010)

Berdasarkan tabel 4.7 di atas tingkat pendidikan paling tinggi diduduki oleh tingkat pendidikan S1 dengan prosentase 66,7 %. Hal ini dikarenakan dengan tingkat pendidikan S1 mampu memberikan pelayanan yang lebih kepada masyarakat dan dapat mempertanggung jawabkan tugas-tugasnya dengan baik.


(60)

Tabel 4.8. Karakteristik

Jumlah Perangkat Kelurahan Petemon Berdasarkan Usia Usia (Tahun) Jumlah (Orang) Prosentase (%)

20 - 26 2 33.3

27 - 40 3 50

41 - 56 1 16.7

Jumlah 6 100 Sumber: Profil Kelurahan Petemon (2010)

Berdasarkan tabel 4.8 di atas usia perangkat Kelurahan paling tinggi diduduki oleh usia dewasa dengan prosentase 33,3 %. Hal ini dikarenakan tenaga kerja pada umumnya bekerja pada usia 27 tahun ke atas.

4.1.6. Sejarah Badan Keswadayaan Masyarakat “Petemon Bina Sejahtera” Kelurahan Petemon Kecamatan Sawahan Kota Surabaya

Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) merupakan suatu institusi atau lembaga masyarakat dengan kedudukan sebagai pimpinan suatu organisasi masyarakat di tingkat Kelurahan. BKM Petemon Bina Sejahtera dibentuk pada tanggal 20 Februari 2000 dengan status kantor sewa, yang berkedudukan di Kelurahan Petemon tepatnya di Jalan Petemon IV / 157 A. Badan Keswadayaan Masyarakat “Petemon Bina Sejahtera” berbentuk paguyuban warga dengan kepemimpinan kolektif dan bersifat otonom, tidak berafiliasai kemanapun baik partai, golongan, suku, agama dan pemerintah, artinya bahwa, BKM ini adalah milik seluruh masyarakat bukan milik pemerintah, perorangan ataupun kelompok masyarakat tertentu. Anggota BKM dipilih melalui Rembuk Warga Tahunan yang


(61)

dilaksanakan satu tahun sekali dan sifat keanggotaan BKM adalah sukarela dan ikhlas.

4.1.7. Visi, Misi, Tujuan dan Fungsi Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) “ Petemon Bina Sejahtera” Kelurahan Petemon Kecamatan Sawahan

A. Visi Badan Keswadayaan Masyarakat “ Petemon Bina Sejahtera” Kelurahan Petemon Kecamatan Sawahan

Membangun kepedulian masyarakat Kelurahan Petemon terhadap masyarakat miskin untuk saling peduli, saling asah, saling asuh dan gotong royong untuk bahu membahu membangun masyarakat serta kesadaran kritis sebagai perorangan maupun kelompok secara mandiri, serta mampu membangun sinergi dengan berbagai pihak untuk menanggulangi kemiskinan secara efektif dan berkelanjutan.

B. Misi Badan Keswadayaan Masyarakat “ Petemon Bina Sejahtera” Kelurahan Petemon Kecamatan Sawahan

Meningkatkan harkat dan martabat masyarakat Kelurahan Petemon dalam upaya mengentaskan kemiskinanyang ada di wilayahnya, membudayakan jalinan kerja sama kemitraan dengan pelaku pembangunan lokal lainnya, serta memberdayakan masyarakat miskin untuk menuju pada kesejahteraan, kemakmuran secara adil dan dapat dipercaya.


(62)

C. Tujuan Badan Keswadayaan Masyarakat “ Petemon Bina Sejahtera” Kelurahan Petemon Kecamatan Sawahan

Dalam menjalankan kegiatannya BKM Bina Sejahtera mempunyai tujuan sebagai berikut :

1. Mendorong tumbuhnya kepedulian berbagai pihak sebagai upaya pengendalian kontrol sosial terhadap keberhasilan program penanggulangan kemiskinan.

2. Mendorong tumbuh kembangnya prakarsa, partisipasi masyarakat serta transparasi dan demokrasi.

3. Meningkatkan kemampuan kelembagaan dan organisasi yang berakar dimasyarakat khususnya dalam mengola akses bagi masyarakat miskin ke sumberdaya kunci yang ada.

4. Mendorong dan menjalin sinergi penanggulangan kemiskinan sebagai gerakan masyarakat melalui kemitraan antar pelaku pembangunan.

5. Meningkatkan kesejahteraan warga sasaran melalui kegiatan peningkatan keterampilan sumber daya manusia Kelurahan Petemon khususnya warga sasaran.

6. Menumbuhkan kegiatan iklim berusaha melalui keredit mikro kepada warga sasaran yang berpotensi dalam mengembangkan usahanya.

7. Memperbaiki sarana prasarana dasar lingkungan keluarga sasaran yang kurang memadai.


(63)

D. Fungsi Badan Keswadayaan Masyarakat “Petemon Bina Sejahtera” Kelurahan Petemon Kecamatan Sawahan

Dalam menanggulangi masalah kemiskinan, BKM berfungsi sebagai pusat pengambilan keputusan yang adil dan demokratis, pengendalian pembangunan, sarana informasi dan komunikasi serta pusat advokasi integrasi kebutuhan program masyarakat dengan kebijakan atau program pemerintah.

4.1.8. Pengelolaan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) “Petemon Bina Sejahtera” Kelurahan Petemon Kecamatan Sawahan

Badan Keswadayaan Masyarakat “Petemon Bina Sejahtera” dikelola oleh pengurus Badan Keswadayaan Masyarakat yang terpilih dalam rapat pembentukan BKM. Berikut adalah susunan kepengurusan Badan Keswadayaan Masyarakat “Petemon Bina Sejahtera” Kelurahan Petemon Kecamatan Sawahan :


(64)

Table 4.9 Susunan Pengurus

Badan Keswadayaan Masyarakat “Petemon Bina Sejahtera”

No. Nama Jenis Kelamin Jabatan

1. Ir.Soewarsono,MT.MM Laki - Laki Koordinator

2. Drs. Imam Bonangin Laki - Laki Anggota

3. Dra. Sri Surtijati Perempuan Anggota

4. Moelyadi, BA. Laki Anggota

5. Gunadi Laki Anggota

6. Mujianto Laki Anggota

7. Agus Rifa’I Laki Anggota

8. Saju Kaheksi Erasotyo Laki Sekretaris

9. Joko Suroto Laki UPL

10. Asbito,BBA Laki UPK

11. Yeni Meirawati,Sos Perempuan Kasir / Adm

12. Nevi Tunggani Perempuan UPS

Sumber : BKM Petemon Bina Sejahtera (2010)

Dalam tabel kepengurusan tersebut terlihat jelas bahwa susunan pengurus BKM Petemon Bina Sejahtera terdiri dari 1 orang koordinator BKM Petemon Bina Sejahtera, 9 orang anggota BKM Petemon Bina Sejahtera, 1 sekretaris BKM Petemon Bina Sejahtera, 1 orang kasir / administrasi BKM Petemon Bina Sejahtera dan 3 orang yang terbagi Unit Pengelola Keuangan, Unit Pengelola Lingkungan , Unit Pengelola Sosial.


(65)

4.1.9. Struktur Organisasi Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) “Petemon Bina Sejahtera” Kelurahan Petemon Kecamatan Sawahan Untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan penanggulangan kemiskinan yang disepakati seluruh masyarakat, diperlukan koordinasi yang baik dari semua fungsi yang ada dalam BKM Petemon Bina Sejahtera. Struktur organisasi BKM Petemon Bina Sejahtera digunakan untuk menjelaskan dasar pembagian tugas dan fungsi dari masing-masing bagian. Berikut ini merupakan struktur organisasi BKM Petemon Bina Sejahtera.

Gambar 4

Struktur Organisasi Badan Keswadayaan Masyarakat di Kelurahan Petemon

SEKRETARIAT

Saju Kaheksi Erasotyo

UPL

Joko Suroto (Koordinator)

UPK

 Asbito,BBA ( Koordinator )

 Yeni Meirawati,Sos ( Kasir / Adm )

KSM

UPS

Nevi Tunggani (Koordinator)

DEWAN PIMPINAN KOLEKTIF

 Ir.Soewarsono,MT.MM ( Koordinator )

 Drs. Imam Bonangin ( Anggota )

 Dra. Sri Surtijati ( Anggota )

 Moelyadi, BA. ( Anggota )

 Gunadi ( Anggota )

 Mujianto ( Anggota )

 Agus Rifa’I ( Anggota )


(66)

4.1.10.Kedudukan Tugas dan Fungsi Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) “ Petemon Bina Sejahtera” Kelurahan Petemon Kecamatan Sawahan

Untuk kelancaran tugas-tugas dari Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) di Kelurahan Petemon, maka perlu ditetapkan tugas pokok dan fungsi perangkat desa sebagai berikut:

1. Dewan Pimpinan Kolektif

Dewan Pimpinan Kolektif bertanggung jawab menggerakan potensi warga masyarakat kelurahan dalam menanggulangi kemiskinan, Dewan Pimpinan Kolektif mempunyai tugas antara lain :

1. Menumbuhkan kerjasama dan kepercayaan di antara anggota BKM dengan masyarakat dan pihak luar.

2. Merumukan semua keputusan dan tindakan bersama, tidak ada anggota yang memutuskan sendiri berdasarkan kepentingannya.

3. Menjalin dialog terbuka dengan diskusi – dikusi secara berkala, saling memberikan informasi dan bertukar pengalaman. (transparansi informasi)

4. Mencatat semua kegiatan yang dilakukan dan informasi yang diterima, agar semua anggota bisa mengakses informasi tersebut. (transparansi informasi)

5. Memberikan kesempatan yang sama kepada semua anggota untuk berpendapat dan mengemukakan perasaan – perasaannya dalam suasana saling menghargai.


(1)

e. Penggunaan Prasarana Secara Optimal

Berdasarkan buku pedoman Pemanfaatan dan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana, penggunaan prasarana secara optimal yaitu penggunaan prasarana sesuai dengan fungsi utama. Setiap jenis prasarana yang dibangun mempunyai cara penggunaan yang berbeda-beda untuk prasarana tertentu diperlukan pengaturan penggunaan prasarana, agar tidak terjadi kesalahan dalam penggunaannya atau tidak sesuai dengan fungsi utamanya. Pengaturan penggunaan prasarana harus disesuaikan dengan kebutuhan pemafaatan dan jenis prasarananya. Disamping itu prasarana juga harus dipelihara dengan baik agar tidak rusak dan tetap berfungsi secara optimal. Untuk menghindari penggunaan prasarana yang tidak sesuai dengan fungsinya maka perlu dibuat dan disepakati cara penggunaan prasarana secara benar atau sesuai fungsinya. Setelah ditetapkan kemudian perlu di sosialisasikan agar dipahami dan dilaksanakan secara bersama-sama oleh semua warga pemanfaat.

Berdasarkan hasil penelitian masyarakat sudah menggunakan prasarana MCK umum sesuai dengan fungsi utama, agar bangunan atau prasarana yang telah diperbaiki dapat dimanfaatkan lebih lama. Dengan dibangunnya MCK umum, warga RT 04/ RW XI menjadi lebih tenang dan tidak ragu apabila ingin menggunakan MCK Umum dan masyarakat menjadi lebih sadar akan pentingnya hidup sehat dan bersih. Kebutuhan MCK untuk satu pemukiman adalah 2 sampai 3 unit. Untuk setiap satu jamban dan satu kamar mandi dapat melayani 10 (KK) Kepala Keluarga atau 45 orang.


(2)

dari sarana fisik yang memadai, sehingga dengan pembangunan fisik tersebut, dapat meningkatkan tata kehidupan masyarakat yang nyaman. Dengan dibangunnya MCK umum ini, sangat berarti bagi kelangsungan hidup masyarakat miskin khususnya yang tidak mempunyai MCK pribadi. Meskipun MCK yang digunakan adalah milik bersama namun mereka sudah memanfaatkan dan memelihara prasarana yang dibangun secara optimal / sesuai dengan fungsi utamanya.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Pendataan Kondisi Prasarana

Dari seluruh penjelasan serta pemaparan dari hasil pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut :

Dalam melakukan pendataan kondisi prasarana terlebih dahulu di awali dengan pembentukan Tim Pengelola Operasi dan Pemeliharaan (O&P). Proses pembentukan Tim Pengelola Operasi dan Pemeliharaan dilakukan melalui penunjukkan oleh koordinator KSM Lingkungan kepada para staf maupun masyarakat penerima manfaat. Jenis prasarana lingkungan yang didata oleh Tim Pengelola Operasi dan Pemeliharaan (O&P) anatara lain pembuatan Mandi Cuci Kakus (MCK) umum, pemasangan jalan, pembangunan saluran got, dan lain-lain. Prasarana tersebut bermanfaat langsung bagi masyarakat penerima manfaat, apabila prasarana yang dibangun tidak memberikan manfaat dalam jangka panjang akan mengakibatkan tidak tercapainya tata kehidupan masyarakat yang nyaman. Untuk menjaga prasarana tersebut maka Tim Pengelola Operasi dan Pemeliharaan (O&P) melakukan survei langsung ke lokasi setiap 1 bulan sekali. Pengecekan kondisi prasarana ini bertujuan untuk mengetahui kondisi prasarana yang telah diperbaiki dalam kondisi baik atau rusak apabila ada prasarana yang rusak, petugas segera melakukan tidakan perbaikan.


(4)

Dari seluruh penjelasan serta pemaparan dari hasil pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut :

Kegiatan pemanfaatan dan pemeliharaan merupakan serangkaian kegiatan terencana dan sistematis yang dilakukan secara rutin maupun berkala untuk menjaga agar prasarana yang telah dibangun tetap dapat berfungsi dan bermanfaat sesuai yang direncanakan. Pembanguan MCK umum di RT 04 RW XI dilaksanakan setelah Tim Pengelola Operasi dan Pemeliharaan (O&P) melakukan musyawarah / rembuk warga. Dana untuk membangun MCK umum tersebut sebesar Rp. 6.250.000, dana ini berasal dari BLM PNPM Mandiri dan swadaya masyarakat. Sedangkan biaya pemeliharaan prasarana berasal dari iuran wajib sebesar Rp. 5.000 dan dana ini didapat dari warga yang merasakan manfaat langsung dari perbaikan prasarana MCK umum kemudian dana ini dikumpulkan kepada Ketua KSM Lingkungan setiap 1 minggu.

Dengan adanya pembangunan MCK umum ini masyarakat dapat memanfaatkan prasarana sesuai dengan fungsi / kegunaannya dari masing-masing prasarana. Masyarakat juga sadar tentang arti kehidupan yang nyaman dan kesehatan menjadi lebih terjamin.


(5)

5.2.Saran

1. Pendataan Kondisi Prasarana

Keterbatasan Tim Pengelola Operasi dan Pemeliharaan dalam melakukan pendataan membuat jalannya proses pendataan terganggu. Dalam melakukan pendataan kondisi prasarana sebaiknya petugas menambah anggotanya agar proses pendataan dapat berjalan lebih efektif dan efisien.

2. Penyusunan Rencana Pemanfaatan dan Pemeliharaan Prasarana

Dalam melakukan kegiatan pemanfaatan dan pemeliharaan kondisi prasarana hendaknya Tim Pengelola Operasi dan Pemeliharaan lebih meningkatkan kinerjanya agar tujuan yang ingin dicapai dapat terlaksana dengan baik dan tepat sasaran, serta hasilnya bisa dinikmati dan dimanfaatkan oleh masyarakat miskin untuk meningkatkan kesejahteraan dan tata kehidupan masyarakat yang nyaman.

Dalam penarikan iuran wajib hendaknya disesuaikan dengan situasi budaya dan kemampuan ekonomi warga pemanfaat dan kebutuhan akan biaya pemeliharaan/perbaikan. Besarnya iuran atau retribusi yang akan dikenakan baik perorangan atau per keluarga, baik rutin atau setiap kali penggunaan, kepada warga pemanfaat tetap atau dari luar, bagi warga kurang mampu atau mampu, hendaknya dimusyawarahkan dan disepakati secara bersama-sama oleh seluruh anggota KSM/warga pemanfaat yang ada sehingga tidak terlalu membebani dan semua warga pemanfaat tetap dapat memperoleh hak-hak yang sama dalam pemanfaatan prasarana (adil).


(6)

karena tidak di manfaatkan dan dipelihara dengan baik, oleh karena itu Pemerintah Daerah dan BKM / UPL memberikan fasilitas, dukungan dan pembinaan dalam mengelola, memanfaatkan dan memelihara prasarana yang telah di bangun melalui wadah organisasi KSM.

Pelaksanaan kegiatan pemanfaatan dan pemeliharaan diawali dengan pembentukan Tim Operasi dan Pemeliharaan oleh KSM Lingkungan melalui forum musyawarah warga pemanfaat.

5.1 Saran

Dari hasil pemaparan hasil penelitian dan berdasarkan kesimpulan diatas maka, peneliti menyarankan :

“Dalam menjalankan kegiatan pemanfaatan dan pemeliharaan, hendaknya BKM dan Tim Pengelola Operasi dan Pemeliharaan lebih meningkatkan kinerjanya agar tujuan yang ingin di capai dapat terlaksana dengan baik dan tepat sasaram, serta hasilnya bisa dinikmati dan dimanfaatkan oleh masyarakat miskin untuk meningkatkan kesejahteraan dan tata kehidupan masyarakat yang nyaman.”


Dokumen yang terkait

“Efektivitas Pelaksanaan Pembangunan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM –MP) Di Desa Hutapadang Kota Padangsidimpuan Hutaimbaru

1 83 111

Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan (studi kasus : Pinjaman Bergulir di Kelurahan Bantan Kecamatan Tembung)

4 79 75

Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Bidang Agribisnis Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sipogu Kecamatan Arse Kabupaten Tapanuli Selatan.

0 50 136

Efektivitas Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan ( Studi Kasus Irigasi Pertanian Di Desa Aritonang, Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara)

3 57 116

“Keterlibatan Yayasan Dayah Bustanul Ulum Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa Alue Pineung di Langsa Timur.

0 47 97

Evaluasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) Terhadap Pengembangan Sosio-Ekonomi Dan Kesejahteraan Masyarakat Di Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir

0 50 160

Partisipasi Masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Nasional (PNPM) Mandiri Perdesaan (Studi Deskriftif di Kelurahan Aek Simotung, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara)

0 62 148

Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (Studi Pada Simpan Pinjam Perempuan/SPP di Desa Napagaluh, Kec. Danau Paris, Kabupaten Aceh Singkil)

4 34 146

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM)MANDIRI KELURAHAN WONOREJO KECAMATAN RUNGKUT KOTA SURABAYA (Studi Tentang Program Pendidikan Non Formal).

0 0 21

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI DI KELURAHAN PETEMON KECAMATAN SAWAHAN KOTA SURABAYA (Studi mengenai Pengelola Lingkungan)

0 1 12