Strategi Adaptasi Rumah Tangga Korban Phk Di Kelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan Deli Dalam Mempertahankan Sosial Ekonomi Keluarga.

(1)

STRATEGI ADAPTASI RUMAH TANGGA KORBAN PHK

DI KELURAHAN KOTA BANGUN KECAMATAN MEDAN

DELI DALAM MEMPERTAHANKAN

SOSIAL EKONOMI KELUARGA

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Universitas Sumatera Utara Oleh:

JULI DARTO PURBA

050902015

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

ABSTRAK

Skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat meraih gelar sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial. Dengan judul “STRATEGI ADAPTASI RUMAH TANGGA KORBAN PHK DI KELURAHAN KOTA BANGUN KECAMATAN MEDAN DELI DALAM MEMPERTAHANKAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA” masalah yang dibahas dalam skiripsi ini adalah bagaimana kondisi sosial ekonomi rumah tangga korban PHK di Kelurahan Kota Bangun dalam mempertahankan sosial ekonomi keluarga. kondisi sosial ekonomi dilihat dari indikator kondisi pendapatan, pangan, perumahan, kesehatan pendidikan anak serta bagaimana strategi adaptasi yang dilakukan oleh masyarakat korban PHK.

Penelitian ini tidak menggunakan populasi tetapi menggunakan subjek penelitian karena data mengenai jumlah korban PHK di Kelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan Deli tidak tersedia. Jadi jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 3 keluarga dengan menggunakan tehnik penarikan sampel secara Snow ball. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskripstif dengan. Instrumen penyaringan data yang digunakan adalah dengan mengumpulkan, mengelola, menyajikan dan menggambarkan yang disimpulkan secara life story dan dianalisis kemudian.

Dari penelitian yang telah dilakukan maka penulis dapat menyimpulkan pendapatan para korban PHK sangat kecil karena pekerjaan yang mereka kerjakan bergaji sangat kecil sehingga mereka melakukan strategi seperti mencari pekerjan sampingan. Kondisi pangan sebagian para korban PHK masih bisa dikatakan 4 sehat dan sebagian lagi hanya seadanya yang kurang memenuhi standart gizi. Keluarga korban PHK yang dapat mengkonsumsi makanan 4 sehat tidak menabung hasil dari pekerjanya. Status kepemilikan rumah umumnya bagi keluarga tua adalah hak milik tetapi bagi keluarga muda umumnya masih menyewa dengan kondisi fisik semi permanen. Apabila mengalami sakit umumnya mereka berobat ke Puskesmas atau membeli obat di warung karena lebih murah. Sedangkan anak dalam keluarga jarang yang melanjutkan ke perguruan tinggi, tamat SMA biasanya mereka menjadi buruh. Karena pendapatan yang minim maka korban PHK memerlukan strategi untuk mempertahankan sosial ekonomi keluarga sehingga kondisi pangan mereka dapat tercukupI strateginya adalah mencari pekerjaan sampingan yang biasanya 1 tulang punggung keluarga menjadi 2 atau dibantu oleh anak-anaknya, menjadi harian lepas, menggunting sandal, mengubah pola konsumsi yang dulunya membeli beras per sak sekarang perkilo


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Berkat dan Kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul dari skripsi ini adalah “ STRATEGI ADAPTASI RUMAH TANGGA KORBAN PHK DI KELURAHAN KOTA BANGUN KECAMATAN MEDAN DELI DALAM MEMPERTAHANKAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA” Skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sosial pada Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.

Selama penyusunan skripsi ini Penulis menyadari akan sejumlah kekurangan dan kelemahan, untuk itu penulis membuka diri untuk saran dan kritik yang dapat membangun guna perbaikan di masa akan datang.

Skripsi ini Saya persembahkan terkhusus buat Ayahanda tersayang N. Purba dan ibunda K. Br Sinaga yang sudah menjadi spirit buat saya serta semua saudara-saudara yang telah mendukung Penulis selama penulisan skripsi ini.

Pada kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu Penulis dalam penyelesaian skripsi ini, dan secara khusus Penulis menghanturkan Banyak Terima Kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan. Bapak Drs. Matias Siagian, Msi., selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.


(4)

2. Bapak Drs. Bengkel Ginting, Msi., selaku dosen pembimbing yang telah bersedia membimbing dan memberi dukungan dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih Pak berkat bapak kami semakin pintar.

3. Kepada Ibu Erni, Pak Ayuf, Ibu Lundu yang telah bersedia menjadi informan penulis yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini kepada Kepala lingkungan I Pak Arifin dan juga kepada tukang ojek yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.

4. Kepada Pimpinan Yayasan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia (YAKMI) Ibu Ester beserta semua staff, Kak siska, Kak Indah, Kak Ritar, Kak Rotua, dan yang tidak tersebutkan namanya yang sudah membantu penulis dalam hal pengumpulan data.

5. Buat kedua orang tua yang penulis cintai dan kasihi Ayahanda N. Purba dan Ibunda K. Br Sinaga terima kasih atas semua kasih sayang dan dukungan yang telah kalian berikan selama ini.

6. Buat saudara-saudaraku Kak Very, kak Vera, my little sister semangat yah, my little bro jangan bandal I luv U all.

7. Buat seseorang yang tersayang dan terkasih, yang saya cintai yang selalu setia dan sabar mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini M. Siahaan thank you so much.

8. Buat teman-teman Kezouz ’05 (KOMA)……. Hidup adalah perjuangan, berjuanglah untuk lebih hidup. hehehe. Buat Kariz, Poote, anti, Ninot S.sos, Chiek, Nuva, Hanie, Nida, Samri (taomingse), Ico (lebay), Jolli , Rudi, kiel, Agung PB, Jonis (Andi), tina, Timoty (Roni), Ramot ( manusia


(5)

aneh), Tio, Etty, Maxwel (irwansah), Morris ( S jamil ) Dicky & Dico Erni, Nurhayati, Mexxi, S.Sos, Theo, S.Sos, Watiek, S.Sos, Eva, S.Sos, Ocyk, S.Sos dan yang lainya. Semua senior dan juniorku di Kezouz….dan semua yang tidak bisa aku sebutkan namanya satu persatu….thanx buat semuanya….

9. Buat teman seperjuangan Timo...Teman-temanku 1 kost berdikari Toman, apparaku Very Trgn alias Kuda, Peapa, the natale, dicky, dico.

10. Buat keluarga besar IMIKS doakan saya.

11. Buat orang-orang yang gak tersebutkan namanya yang sudah mendukung dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, aku ucapin terima kasih dan sukses buat kalian semua.

Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini. Untuk itu sangat diharapkan saran dan kritik guna menyempurnakannya agar kedepannya penulis dapat lebih baik lagi. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Sekian dan Terima Kasih.

Medan, Agustus 2009 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR BAGAN ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 9

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian ... 10

1.3.2 Manfaat Penelitian... 10

1.4 Sistematika Penulisan ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Strategi Adaptasi ... 12

2.2 Sebab-sebab kemiskinan……….. 16

2.3 Pemutusan Hubungan Kerja 2.3.1 Hak – hak Tenaga Kerja ... 20

2.3.2 Keselamatan Kerja ... 21

2.3.3 Prosedur PHK ... 22

2.4 Sosial Ekonomi ... 23

2.5 Keluarga 2.5.1 Pengertian Keluarga ... 25

2.5.2 Ciri – ciri Keluarga ... 23

2.5.3 Fungsi – fungsi Pokok Keluarga ... 26

2.5.4 Peranan Keluarga terhadap Perkembangan Individu ... 29

2.6 Defenisi Kesejahteraan Sosial ... 32

2.7 Kerangka Pemikiran... . 33

2.8 Bagan kerangka penelitian ... 35


(7)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian... 37

3.2 Lokasi Penelitian ... 37

3.3 Subjek Penelitian ... 37

3.4 Studi Lapangan ... 38

3.5 Teknik Analisa Data ... 40

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Kelurahan Kota Bangun ... 41

4.2 Komposisi Penduduk 4.2.1 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 43

4.2.2 Komposisi Penduduk Menurut Usia ... 43

4.2.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agam... 45

4.2.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Penduduk... 46

4.2.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Angkatan kerja... 47

4.2.6 Komposisi Jumlah Penganguran... 48

4.2.7 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian.... 48

4.3 Sarana dan Prasarana 4.3.1 Sarana Jalan... 50

4.3.2 Sarana Kesehatan... 51

4.3.3 Sarana Peribadatan... 53

4.3.4 Sarana Pendidikan... 53

4.3.5 Prasarana Hiburan dan Rekreasi... 55

4.3.6 Sarana Komunikasi... 55

4.4 Sistem Pemerintahan ... 56

4.5 Struktur Pemerintahan ... 59

BAB V ANALISA DATA 5.1 Kasus Informan I 5.1.1 Identitas Informan I... 60


(8)

5.2 Kasus Informan II

5.2.1 Identitas Informan II ... 69

5.2.2 Kondisi Sosial ekonomi Informan II ... 69

5.3 Kasus Informan III 5.3.1 Identitas Informan III ... 78

5.3.2 Kondisi Sosial ekonomi Informan I .. ... 78

5.4 Analisa Kasus ... 84

5.5 Kesimpulan Life Story Informan I,II,III... 90

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan dan Saran 6.1.1 Kesimpulan ... . 92

6.2.2 Saran... . 96 Daftar Pustaka


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Luas Kota Bangun... 42

Tabel 2 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 43

Tabel 3 Komposisi Penduduk Menurut Usia... 43

Tabel 4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama... 45

Tabel 5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Penduduk... 46

Tabel 6 Komposisi Penduduk Berdasarkan Angkatan kerja... 47

Tabel 7 Komposisi Jumlah Penganguran... 48

Tabel 8 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian... 48

Tabel 9 Sarana Jalan... 50

Tabel 10 Sarana Kesehatan... 51

Tabel 11 Sarana Peribadatan... 53

Tabel 12 Sarana Pendidikan... 53

Tabel 13 Prasarana Hiburan dan Rekreasi... 55


(10)

DAFTAR BAGAN

1. Bagan Kerangka Penelitian………... 35 2. Bagan Struktur organisasi Kelurahan Kota Bangun...……….…… 59


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuesioner (Angket)

2. Pengajuan dan Persetujuan Judul Skripsi

3. Surat Keputusan Komisi Pembimbing Penulisan Proposal/Penelitian Skripsi

4. Lembar Kegiatan Bimbingan Penulisan Proposal Penelitian 5. Lembar Kegiatan Bimbingan Penelitian/ Penulisan Skripsi

6. Surat Pengantar Penelitian dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan

7. Surat Keterangan telah mengadakan penelitian dari Kelurahan Kota Bangun.


(12)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

ABSTRAK

Skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat meraih gelar sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial. Dengan judul “STRATEGI ADAPTASI RUMAH TANGGA KORBAN PHK DI KELURAHAN KOTA BANGUN KECAMATAN MEDAN DELI DALAM MEMPERTAHANKAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA” masalah yang dibahas dalam skiripsi ini adalah bagaimana kondisi sosial ekonomi rumah tangga korban PHK di Kelurahan Kota Bangun dalam mempertahankan sosial ekonomi keluarga. kondisi sosial ekonomi dilihat dari indikator kondisi pendapatan, pangan, perumahan, kesehatan pendidikan anak serta bagaimana strategi adaptasi yang dilakukan oleh masyarakat korban PHK.

Penelitian ini tidak menggunakan populasi tetapi menggunakan subjek penelitian karena data mengenai jumlah korban PHK di Kelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan Deli tidak tersedia. Jadi jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 3 keluarga dengan menggunakan tehnik penarikan sampel secara Snow ball. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskripstif dengan. Instrumen penyaringan data yang digunakan adalah dengan mengumpulkan, mengelola, menyajikan dan menggambarkan yang disimpulkan secara life story dan dianalisis kemudian.

Dari penelitian yang telah dilakukan maka penulis dapat menyimpulkan pendapatan para korban PHK sangat kecil karena pekerjaan yang mereka kerjakan bergaji sangat kecil sehingga mereka melakukan strategi seperti mencari pekerjan sampingan. Kondisi pangan sebagian para korban PHK masih bisa dikatakan 4 sehat dan sebagian lagi hanya seadanya yang kurang memenuhi standart gizi. Keluarga korban PHK yang dapat mengkonsumsi makanan 4 sehat tidak menabung hasil dari pekerjanya. Status kepemilikan rumah umumnya bagi keluarga tua adalah hak milik tetapi bagi keluarga muda umumnya masih menyewa dengan kondisi fisik semi permanen. Apabila mengalami sakit umumnya mereka berobat ke Puskesmas atau membeli obat di warung karena lebih murah. Sedangkan anak dalam keluarga jarang yang melanjutkan ke perguruan tinggi, tamat SMA biasanya mereka menjadi buruh. Karena pendapatan yang minim maka korban PHK memerlukan strategi untuk mempertahankan sosial ekonomi keluarga sehingga kondisi pangan mereka dapat tercukupI strateginya adalah mencari pekerjaan sampingan yang biasanya 1 tulang punggung keluarga menjadi 2 atau dibantu oleh anak-anaknya, menjadi harian lepas, menggunting sandal, mengubah pola konsumsi yang dulunya membeli beras per sak sekarang perkilo


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Krisis ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat lebih dikenal dengan Krisis Global 2008 telah menyebabkan PHK besar-besaran hampir di seluruh belahan dunia. Data pemerintah Amerika Serikat yang dirilis pada bulan oktober 2008 menunjukkan jumlah pekerja yang di-PHK di Amerika serikat berjumlah 478 ribu orang. Pada perkembangan selanjutnya bulan Desember Walstreet kembali mengumumkan jumlah PHK mencapai 152.000 orang. Hal itu merupakan jumlah PHK terbesar yang melebihi estimasi yaitu 85.000 orang. Akibat lain dari Krisis tersebut adalah ditariknya bursa saham pada berbagi sektor investasi yang turut mempengaruhi rontoknya bursa saham dunia. (Modjo, 2008. WIB ).

Indonesia pun menjadi salah satu negara yang terkena dampak dari krisis ekonomi global tersebut. Hal ini disebabkan karena Indonesia adalah negara dengan perekonomian terbuka, berperan aktif dalam perdagangan internasional. Produk-produk andalan ekspor Indonesia ke Amerika Serikat dan Eropa seperti tekstil, kopi, teh, menghadapi tantangan berat karena menurunnya permintaan yang sangat besar dari para pengusaha di Amerika Serikat dan Eropa. Permasalahannya adalah produk-produk tersebut di dalam negeri menyerap tenaga kerja yang sangat signifikan. Oleh karenanya, ancaman Pemutusan hubungan


(14)

kerja (PHK) bukan merupakan sebuah ancaman tetapi telah menjadi kenyataan (Piningit, 2009. 18:53 WIB)

Merujuk pada angka angkatan kerja pada tahun 2008, akan terdapat peningkatan angka pengangguran antara 1–2% pada tahun 2009. Data-data awal juga mengindikasikan keseriusan persoalan yang ada. Badan Litbang Depnakertrans, misalnya, menunjukkan sudah terdapat sekitar 90.000 orang yang akan atau sudah terkena PHK hingga akhir Januari 2009 pada sektor formal. Ledakan pengangguran pada sektor formal dipastikan akan berdampak pada sektor informal serta mengikis pendapatan riil pekerja.

Mereka yang diberhentikan pada sektor formal akan beralih profesi ke- sektor informal yang mengakibatkan penurunan produktivitas dan menekan tingkat upah. Kondisi ini akan merusak pasar kerja yang sudah dibangun selama 5 tahun terakhir. Pada saat ini, sekitar dua pertiga dari pekerja bekerja di sektor informal umumnya minim perlindungan dan memiliki produktivitas rendah. Melemahnya permintaan akibat krisis global akan meningkatkan rasio pekerja informal. Penurunan pasar kerja juga akan menghambat distribusi pendapatan domestik. Angka ketimpangan yang diukur oleh koefisien Gini sesungguhnya sudah memprihatinkan karena tertinggi selama hampir 30 tahun terakhir.

Peningkatan kesempatan kerja akan sangat banyak terjadi di tengah arus PHK yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar dan berskala internasional tetapi dengan sistem kontrak. Para ekonom memperkirakan dan meramalkan


(15)

bahwa pertumbuhan ekonomi dunia 2009 akan berasal dari tiga negara besar Asia yang memiliki pasar yang cukup besar yakni Cina, India, dan Indonesia. Pangsa pasar domestik Indonesia masih cukup besar jika dibandingkan dengan negara tetangga Indonesia dan dapat menopang pertumbuhan ekonomi dunia. Pasar di Indonesia masih jauh dari sempurna, masih membanjirnya produk impor baik yang legal maupun ilegal inilah yang membuat pasar menjadi tak sempurna walaupun dalam data BPS bulan Januari 2009, ekspor kita turun 9 %, bukan berarti ini sinyal untuk menjadi sebuah negara proteksionis.

Indonesia tentu tidak ingin sikap proteksionis yang dilakukan diikuti negara lain dan tentu saja akhirnya akan merugikan Indonesia sendiri. Sedangkan di Sumatera Utara Sebanyak 30 perusahaan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 5.627 pekerja hingga akhir tahun lalu. Alasannya, selain kesalahan yang dibuat pekerja, larangan berserikat, juga akibat krisis ekonomi.

Data yang diperoleh dari Kelompok Pelita Sejahtera (KPS) menunjukkan, perusahaan yang melakukan PHK beralasan melakukan efisien, rata-rata perusahaanya bergerak di bidang industri. Misalnya saja mebel dan perusahaan sarung tangan. . Selain itu, dari catatan KPS, penyelesaian yang dilakukan selama ini tidak jelas. Di antaranya, 15 kasus yang terjadi tidak mendapatkan penyelesaian akhir. “Seperti PT Central Windu Sejati” yang melakukan PHK terhadap 2.000 pekerjanya. Perusahaan yang bergerak di sektor makanan itu menginginkan untuk mengubah status pekerja tetap menjadi status pekerja kontrak


(16)

Data yang dihimpun Disnaker Kota Medan, periode Januari-Desember 2008, dari 256 perusahaan jumlah pekerja yang di-PHK mencapai 3.942 orang. Jumlah ini mengalami peningkatan karena pada periode yang sama, pada 2007, jumlah yang di-PHK mencapai 2.000-an orang. Sementara periode Januari 2009, tercatat jumlah pekerja yang di PHK sebanyak 34 orang (Harja, 2009. 15:30 ).

Data yang dipaparkan diatas hanya sebagian saja karena masih banyak korban PHK yang belum terdata karena para korban PHK masih banyak yang tidak melaporkan diri meraka kepada Disnaker. Kota Medan merupakan kota terpadat ke-3 setelah DKI Jakarta dan Surabaya yang tentu saja mempunyai banyak tenaga kerja. Kota Medan mempunyai kawasan industri yang disebut Kawasan Industri Medan (KIM) yang berada di Kelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan Deli. Kawasan industrilah yang paling banyak melakukan PHK karena dampak dari krisis global yang paling banyak adalah disektor industri.

Masyarakat yang bekerja di Kawasan Industri Medan ( KIM ) umumnya adalah buruh. Pendidikan para buruh umumnya paling tinggi adalah Sekolah Menengah Atas ( SMA ) sehingga ketika terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) para buruh hanya akan mendapat pekerjaan yang sama bahkan lebih parah lagi mereka hanya menjadi buruh harian lepas dengan gaji yang sedikit dan resiko pekerjaan yang besar.


(17)

Kawasan Industri Medan awalnya adalah kawasan industri yang berkembang pesat dimana menyerap banyak tenaga kerja kondisi inilah yang menyebabkan orang dari desa bermigrasi dan melamar pekerjaan ke Kawasan Industri Medan (KIM). Saat itu untuk mendapatkan pekerjaan sangatlah mudah menyebabkan daerah pinggiran kawasan ini dihuni oleh banyak buruh salah satunya adalah Kelurahan Kota Bangun yang warganya kebanyakan adalah para buruh. Kondisi ini membawa dampak positif bagi masyarakat Kelurahan Kota Bangun dengan kehadiran buruh masyarakat dapat menambah pendapatan keluarga dengan membuka usaha kecil seperti warung kopi, kios, membuat kos-kosan atau rumah kontrakan.

Interaksi yang terjadi dilingkungan para buruh, menyebabkan terjadinya peningkatan populasi penduduk di Kelurahan Kota Bangun karena banyak diantara buruh yang sudah menikah dan bermukim di Kelurahan Kota Bangun mempunyai VIII Lingkungan. Penuturan Bapak Arifin Sebagai tokoh masyarakat dan Kepala lingkungan I, Bapak Arifin melihat adanya pengaruh cukup besar dengan ditutupnya pabrik –pabrik misalnya PT. Glofindo sebuah pabrik sarung tangan, PT Growt Asia, PT Udang Mas dll, terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat di sekitar pabrik. Hampir setiap keluarga di kawasan tersebut bekerja sebagai buruh dan warga mendapat penghasilan dari menyewakan kamar-kamar pada buruh. Satu kamar rata-rata menghasilkan Rp. 100.000,- – Rp. 200.000,-/bulan. Dengan banyaknya pekerja industri yang di PHK otomatis banyak kamar yang kosong. Salah satu warga yang menyewakan kos-kosan adalah Bapak Jarmin yang mempunyai 6 kamar yang biasanya relatif penuh, sekarang hanya tinggal 4


(18)

kamar yang tersewa. Akibat krisis ini, penghasilan dari sewa kamarnya telah berkurang antara Rp. 300.000,- hingga Rp. Rp. 400.000,- per bulan.

Menurut Jarmin, penutupan pabrik di wilayah ini juga berpengaruh terhadap pemilik angkot dan para pedagang kecil. Sebagai contoh, sebelum krisis ekonomi melanda kawasan industri, dari pukul 05.00 - 10.00 WIB pemilik angkot dapat menghasilkan Rp. 30.000,- Tetapi setelah pabrik tutup, mereka tidak dapat menghasilkan uang sebesar itu dipagi hari. Akibatnya penghasilan para supir angkot menurun dan para supir angkot kembali kepada jalur lama yaitu Belawan-Medan.

Bapak Jarmin mulai risau mengenai kelangsungan pendidikan ketiga anaknya, meskipun anak tertua yang sudah lulus dari STM dan yang SMA sudah bisa membantu dengan bekerja sebagai buruh. Tetapi dengan bantuan anaknya tidak dapat menjamin kelangsungan keluarganya karena gaji yang mereka peroleh hanya sedikit yang bisa ditabung, sewaktu-waktu juga mereka dapat di PHK. Suatu saat Pak Jarmin menggadaikan rumahnya karena keinginan anak pertamanya ingin melamar menjadi anggota Tentara Nasional Indonesia(TNI) tetapi kecelakaan di pabrik membuatnya menjadi cacat. Akibatnya uang yang sudah disediakan dipakai untuk berobat karena perusahaan tempat anaknya bekerja tidak mau memberikan tunjangan kesehatan. Kini harapan anak Pak Jarmin pupus sudah untuk menjadi anggotan TNI. Sisa uang dari penggadaian rumah dipakai istrinya untuk membuat usaha kecil-kecilan dengan mendirikan sebuah warung kecil dengan berjualan es dewer, goreng-gorengan dan mie. Dari hasil wawancara penulis dengan istri Pak Jarmin laba yang didapatkan dari


(19)

berjualan tidaklah cukup untuk keperluan dapur karena sudah cukup banyak saingan. lebih parah lagi kos-kosan mereka sebagian telah dijual.

Tingkat pendidikan anak Pak Jarmin hanya sampai pada tingkatan SMA hal ini disebabkankan karena biaya yang dibutuhkan sangat besar untuk melanjut keperguruan tinggi dan anaknya pun harus membantu perekonomian keluarga dengan bekerja sebagai buruh dipabrik-pabrik agar adiknya tetap dapat menamatkan sekolah ke Sekolah Menengah Atas karena dengan mempunyai ijazah SMA sudah mudah untuk melamar pekerjaan ke pabrik.

Seorang warga lainnya yang berada di lingkungan I yaitu Bapak Jumirin yang juga terkena PHK menuturkan sebelum di PHK ia bekerja di PT. Glofindo salah satu pabrik besar di Kawasan Industri Medan waktu itu ia berpenghasilan cukup besar sehingga ia dapat membangun rumah sendiri. Dari pengamatan penulis rumah Pak Jumirin sudah permanen untuk ukuran buruh di Kelurahan Kota bangun misalnya lantainya sudah dikeramik, dindingnya sudah beton. Tetapi setelah pabrik ditutup, kondisi kehidupan Pak Jumirin sangat jauh berubah karena istri Pak Jumirin juga korban PHK dari perusahan yang sama, mereka sulit untuk mendapat pekerjaan yang baik karena alasan latar belakang pendidikan mereka dan umur yang sudah tua, jadi walaupun mereka memperoleh pekerjaan tidak lebih baik dari pekerjaan mereka sebelumnya. Beruntung anak-anaknya masih sekolah dasar jadi tidak membutuhkan biaya yang besar untuk biaya pendidikan.


(20)

Pak Jumirin bercerita dulu kehidupan mereka sangat teratur misalnya, berangkat kerja jam 8 pagi dan pulang jam 5 sore.Setelah di PHK kehidupannyapun mulai terkatung – katung, dimana untuk mendapatkan pekerjaan baru sangatlah sulit. Hal ini disebabkan karena sistem dari perusahaan menggunakan sistim kontrak, apalagi latar belakang pendidikan Pak Jumirin yang rendah. Kondisi keluarga sangat memprihatinkan contohnya mereka yang biasanya membeli beras perkarung tetapi sekarang hanya membeli beras perkilo. Dari kasus ini tergambar penurunan pendapatan yang luar biasa dibanding dengan ketika pabrik-pabrik masih beroperasi. Salain cerita korban buruh diatas masih banyak kasus – kasus yang lain seperti buruh yang belum berkeluarga memilih untuk pulang kampung atau mencari pekerjaan lain kedaerah lain ataupun kota lain. Sedangkan kebanyakan yang berkeluarga memilih menetap dengan pertimbangan biaya untuk pindah dan modal yang dibutuhkan. Dari kasus diatas sungguh sangat memprihatinkan kondisi sosial ekonomi masyarakat korban PHK.

Dari kasus diatas pemerintahpun sepertinya tidak dapat malakukan perbaikan yang signifikan, program yang dilakukan pemerintah seperti BLT (bantuan langsung tunai) Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) atau Kredit Usaha Rakyat (KUR) belum mampu mengatasi masalah yang dihadapi masyarakat korban PHK. Untuk itu dibutuhkan suatu cara untuk tetap dapat bertahan hidup.

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dipaparkan diatas maka penulis merasa tertarik untuk melihat bagaimana kondisi kehidupan sosial ekonomi keluarga korban PHK dan strategi adaptasi apa yang dilakukan


(21)

masyarakat korban PHK untuk itu penulis mengangkat judul sebagai berikut : “ Strategi Adaptasi Rumah Tangga Korban PHK Di Kelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan Deli Dalam Mempertahankan Sosial Ekonomi Keluarga “.

1.2 Perumusan Masalah

Menurut M. Nazir ( 1983 : 111) perumusan masalah merupakan langkah yang penting karena langkah ini akan menentukan kemana suatu penelitian diarahkan. Perumusan masalah perlu jelas dan tegas sehingga proses penelitian benar-benar terarah dan terfokus ke permasalahan yang jelas. Adapun permasalahan yang dirumuskan adalah sebagai berikut

1. Bagaimana kondisi kehidupan sosial ekonomi rumah tangga korban PHK dikelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan Deli.

2. Bagaimana strategi adaptasi rumah tangga korban PHK dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

1.3 Pembatasan Masalah

1. Strategi apa yang dilakukan oleh masyarakat korban PHK dalam mempertahankan sosial ekonomi keluarga.

2. Objek penelitian adalah para korban PHK yaitu Buruh yang berasal dari Kawasan Industri Medan.

3. Penelitian terbatas pada kondisi kehidupan korban PHK yaitu, kondisi pangan sehari–hari, pendidikan anak, kesehatan, jumlah pendapatan, kondisi perumahan, pemenuhan akan alat teknologi.


(22)

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian

Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana masyarakat Korban PHK di Kelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan Deli dalam mempertahankan Sosial Ekonomi Keluarga dan Strategi apa yang mereka lakukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup mereka.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi refrensi dalam rangka memperhatikan kondisi sosial ekonomi keluarga para masyarakat korban PHK di Kelurahan kota Bangun Kecamatan Medan Deli. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi masukan bagi instansi terkait dalam mengambil kebijakan dan perhatian terhadap masalah perburuhan bagi para Pemerintah maupun Pengusaha.


(23)

1.5 Sistematika Penulisan

Penulisan Penelitian ini disajikan dalam enam (6) bab dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULIAN

Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sitematika penulisan

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian,subjek penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang gambaran umum mengenai lokasi dimana peneliti melakukan penelitian.

BAB V : ANALISA DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data dari hasil peneliti dan analisanya.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang bermanfaat dari hasil penelitian.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Strategi Adaptasi

Adaptasi merupakan proses perubahan yang dilakukan oleh para korban PHK dengan situasi krisis global dunia. Strategi adaptasi yaitu cara – cara atau tindakan yang dilakukan oleh korban PHK untuk mempertahankan sosial ekonomi keluarganya. Edi Suhartono seorang pengamat masalah kemiskinan dari IPB, menyatakan bahwa defenisi dari strategi bertahan hidup (coping strategi ) adalah kemampuan seorang dalam menerapkan seperangkat cara untuk mengatasi berbagai permasalahan yang melingkupi kehidupannya. Dalam konteks keluarga miskin, strategi penangan masalah ini pada dasarnya merupakan segenap asset yang dimilikinya bisa juga dinamakan dengan kapabilitas keluarga miskin dalam menanggapi goncangan dan tekanan (Shock and Stress) (Suhartono. 2007. htpp://www.policy.hu. Diakses tanggal 22 Februari 2009 Pukul 16:00 )

Selanjutnya Edi Suhartono menyatakan strategi bertahan hidup (coping strategis) Dalam mengatasi goncangan dan tekanan ekonomi dapat dilakukan dengan berbagai cara yang dapat dikelompokkan dengan 3 cara yaitu :

a. Strategi Aktif yaitu strategi yang mengoptimalakan segala potensi keluarga ( misalnya melakukan aktifitas sendiri, memperpanjang jam kerja, memanfaatkan sumber atau tanaman liar dilingkungan sekitarnya dan sebagainya).


(25)

b. Strategi Pasif yaitu mengurangi pengeluaran keluarga (misalnya pengeluaran sandang, pangan, pendidikan, dan sebagainya ).

c. Strategi Jaringan misalnya menjalin relasi, baik secara informal maupun secara formal dengan lingkungan sosialnya dan lingkungan kelembagaan (misalnya meminjam uang tetangga, mengutang diwarung, memanfaatkan program kemiskinan, meminjam uang ke renteinir atau bank dan sebagainya) (Suhartono. 2007. htpp://www.policy.hu. Diakses tanggal 22 Februari 2009 Pukul 16:00)

Sebagian besar peneliti mengenai coping strategis menggunakan keluarga atau rumah tangga sebagai unit analisis. Meskipun istilah keluarga dan rumah tangga sering dipertukarkan, keduanya memiliki sedikit perbedaan. Keluarga menunjuk pada hubungan normatif antara orang – orang yang memiliki ikatan biologis, sedangkan rumah tangga menunjukkan pada sekumpulan orang yang hidup satu atap namun tidak selalu memiliki hubungan darah baik anggota keluarga maupun rumah tangga umumnya memiliki kesempatan untuk menggunakan sumber-sumber yang dimilikinya secara bersam-sama.

Konsep mata pencaharian (livelihood) sangat penting dalam memahami coping strategis karena merupakan bagian dari atau kadang – kadang dianggap sama dengan strategi mata pencaharian (livelihood strategies). Satu mata pencaharian meliputi pendapatan (baik yang bersifat tunai ataupun barang), lembag-lembag sosial, relas gender, hak-hak kepemilikan yang diperlukan guna mendukung dan menjamin kehidupan. Seperti kasus kehidupan nelayan yang senantiasa tidak mendapat jaminan kehidupan yang layak dan nelayan senantiasa


(26)

tidak dapat dilepaskan dari jebakan kemiskinan. Sejak enam bulan terakhir, dari bulan Februari hingga Juli sekarang masyarakat nelayan dihadapkan pada musim paceklik yang tak kunjung akhir. Untuk mengatasi masalah di musim paceklik ini, berbagai upaya telah dilakukan nelayan, contohnya adalah beberapa nelayan Pangandaran menjual perhiasan istri demi menyambung hidup keluarganya.

Musim paceklik adalah permasalahan klasik, dikarenakan musim paceklik akan senantiasa datang setiap tahun. Sampai saat ini nelayan tidak mendapatkan dana asuransi dan tabungan untuk jaminan keselamatan atau masa depan keluarganya dalam menghadapi musim paceklik itu. Namun yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah, mengapa mereka tetap bertahan menjadi nelayan meskipun selalu terjebak dalam kubangan kemiskinan dan bagaimana caranya mereka keluar dari jebakan kemiskinan di musim paceklik.

Selain itu, kompleksnya permasalahan kemiskinan masyarakat nelayan terjadi disebabkan masyarakat nelayan hidup dalam suasana alam yang keras yang selalu diliputi ketidakpastian (uncertainty) dalam menjalankan usahanya. Kondisi inilah yang mengakibatkan nelayan dijauhi oleh institusi-institusi perbankan dan perusahaan asuransi, seperti sulitnya masyarakat nelayan mendapatkan akses pinjaman modal, baik untuk modal kerja maupun untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga.


(27)

Berbagai strategi adaptasi dilakukan masyarakat nelayan untuk bertahan hidup. Strategi adaptasi yang biasanya dilakukan adalah memobilisasi peran perempuan (kaum istri) dan anak-anaknya untuk mencari nafkah. Keterlibatan perempuan dalam mencari nafkah untuk keluarga di wilayah pesisir atau desa-desa nelayan tidak terlepas dari sistem pembagian kerja secara seksual (the division of labour by sex) yang berlaku pada masyarakat setempat.

Kaum perempuan biasanya terlibat penuh dalam kegiatan pranata-pranata sosial ekonomi yang mereka bentuk, seperti arisan, kegiatan pengajian berdimensi kepentingan ekonomi, simpan pinjam, dan jaringan sosial yang bisa mereka manfaatkan untuk menunjang kelangsungan hidup keluarga. Hadirnya pranata-pranata tersebut merupakan strategi adaptasi masyarakat nelayan dalam menghadapi kesulitan hidup yang dihadapinya. Strategi adaptasi diartikan sebagai pilihan tindakan yang bersifat rasional dan efektif sesuai dengan konteks lingkungan sosial, politik, ekonomi dan ekologi, dimana penduduk miskin itu hidup.

Sedangkan strategi adaptasi yang dilakukan para nelayan (kaum suami) adalah diversifikasi pekerjaan untuk memperoleh sumber penghasilan baru. Bahkan, strategi adaptasi tersebut diselingi dengan menjual barang-barang berharga yang ada dan berhutang. Namun, kedua strategi ini pun tidak mudah didapat karena berbagai faktor telah membatasi akses mereka.

Bagi masyarakat nelayan, jaringan sosial merupakan salah satu potensi budaya yang dapat dimanfaatkan secara kreatif untuk menyikapi tekanan


(28)

ekonomi. Kendati pun demikian, harus diakui bahwa pemanfaatan fungsi jaringan sosial masih bersifat karitatif, bukan merupakan solusi substansial untuk mengatasi berbagai kesulitan sosial-ekonomi rumah tangga nelayan secara mendasar. Hal ini dikarenakan, faktor-faktor penyebab kesulitan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari atau kemiskinan di kalangan masyarakat nelayan sangat kompleks. (Solihin. 2004. september 2009)

2.2 Sebab – sebab kemiskinan

Kemiskinan adalah sebuah kondisi kekurangan yang dialami oleh seseorang atau keluarga. Batas garis kemiskinan itu ditentukan antara lain kebutuhan pokok minimum untuk hidup. Dibidang perburuhan, terdapat ketentuan kebutuhan fisik minimum (KFM) yang dinilai dengan uang untuk seorang saja atau seseorang dengan beberapa keluarga. (Raharja, 1955: 145)

Orang miskin adalah mereka yang tingkat pedapatannya dibaawah garis kemiskinan, yang dalam Susenas ditentuka sebesar Rp 20.614,- per kapita per bulan (daerah perkotaan) dan Rp 13.295,- per kapita per bulan (daerah pedesaan) untuk tahun1990. Sebenarnya ukuran ini juga berbeda dari satu propinsi kepropinsi lainnya. Batas miskin tertinggi untuk propinsi adalah untuk Kalimantan Selatan sebesar Rp 26.208,-, sedangkan yang terendah adalah Lampung sebesar Rp 17.664,-

Kondisi kemiskinan disebabkan oleh beberapa faktor yang berbeda antara lain :


(29)

Seseorang miskin karena mengangur, sehingga tidak memperoleh penghasilan atau kalau bekerja tidak penuh, baik dalam ukuran hari, minggu, bulan ataupun tahun. Hal yang kedua itu sering disebut gejala setengah menganggur (disguised unemployment). Apabila orang bersangkutan memperoleh pekerjaan dengan upah atau gaji yang memadai, maka orang tersebut terlepas dari kemiskinan.

2. Upah gaji dibawah standart minimum.

Seseorang bisa memiliki pekerjaan tertentu tetapi jika upahnya dibawah standart, sementara itu pengeluarannya cukup tinggi, maka orang tersebut tergolong miskin.

3. Produktivitas kerja yang rendah.

Produktivitas kerja yang rendah. Lebih dari 60,0% insiden kemiskinan terdapat disektor pertanian. Pada umumnya kemiskinan disektor ini disebabkan produktivitas yang sudah rendah.

4. Ketiadaan aset.

Dibidang pertanian, kemiskinan terjadi karena petani tidak memiliki lahan atau kesempatan untuk mengolah lahan. Disini terjadi perbedaan antara pemilikan lahan dan penguasaan lahan. Petani yang memiliki lahan atau hanya memiliki lahan sempit belum tentu miskin asalkan mempunyai lahan garapan. Hanya saja, dengan menyewa atau menyakap, pendapatan yan diterima tentu lebih kecil dibandingkan dengan pemilikan lahan.


(30)

5. Diskriminasi.

Kemiskinan juga terjadi karena diskriminasi seks. Dari data upah diketahui bahwa penghasilan perempuan perbulan itu rata-rata 56, 0% saja dari penghasilan laki-laki. Jika itu merupakan tambahan bagi penghasilan keluarga, maka penghasilan perempuan ikut mengangkat keluarga dari kemiskinan. Tetapi bagi wanita yang belum kawin atau menjanda, maka hal itu berarti kemiskinan.

6. Tekanan harga.

Pendapatan yang rendah bukan hanya disebabkan karena rendahnya produktivitas, melainkan juga karena tekanan harga. Hal ini terutama berlaku pada petani kecil pengrajin dalam industri rumah tangga. Tekanan harga juga bukan hanya disebabkan oleh mekanisme permintaan dan penawaran bebas, tetapi juga disebabkan oleh pembili, penimbunan aturan tata niaga dan berbagai bentuk manipulasi.

7. Penjualan tanah.

Penjualan tanah baik tanah pertanian, pertambakan atau perumahan bisa menimbulkan kejatuhan dan akhirnya kemiskinan. Banyaka terdengar informasi masyarakat tradisional menjual tanah untuk naik haji. Uang yang didapatkan cukup banyak tetapi karena dipakai untuk membayar ONH dan bekal naik haji lainnya, orang trsebut bisa miskin. Penjualan tanah bisa disebabkan karena penjulan tanah yang cukup baik dengan tanah lain yang ditukarkan dipinggiran, tetapi bisa juga terjadi akibat kompensasi penganguran. (Raharja, 1955: 145)


(31)

1.6 Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)

Masalah terpenting atau yang sangat terpenting dalam masalah ketenagakerjaan adalah soal pemutusan hubungan kerja bagi tenaga kerja berarti kehilangan mata pencaharian yang berarti pula permulaan penganguran dengan segala akibatnya sehingga untuk menjamin kepastian dan ketentraman hidup kaum tenaga kerja sehaharunya tidak ada PHK (Manulang, 1988 : 106)

Ada 4 istilah dalam PHK:

1. Termination, yaitu putusnya hubungan kerja karena selesainya berakhirnya kontrak kerja.

2. Dismissal, yaitu putusnya hubungan kerja karena tindakan indispliner. Misalnya tenga kerja melakukan kesalahan-kesalahan seperti pemabok, madat serta melakukan tindakan kejahatan.

3. Redundancy, yaitu pemutusan hubungan kerja yang dikaitkan dengan perkembangan teknologi.

4. Retrenchment, yaitu pemutusan hubungan kerja yang dikaitkan dengan masalah-masalah ekonomi, seperti resesi ekonomi, masalah pemasaran dan lain sebagainya, sehingga perusahaan tidak dapat/tidak mampu untuk memberikan upah kepada tenaga kerja/karyawannya.

Menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 1696 Tenaga Kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan, baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (pasal 1). Jadi penegertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliput i tenaga kerja didalam maupun diluar hubungan kerja dengan alat reproduksi


(32)

utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri, baik tenaga fisik maupun pikiran ciri khas dari hubungan kerja tersebut diatas ialah bekerja dibawah perintah orang lain dengan menerima upah (Manulang, 1988 : 3)

Menurut DR. Payman Simanjuntak (dalam Manulang 1988 : 3) Tenaga Kerja adalah penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan dan yang melaksanakan kegiatan lainnya seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga.

2.1.1 Hak-Hak Tenaga Kerja

1. Tiap tenaga kerja berhak atas pekerjaan dan penghasilan yang layak bagi kemanusiaan.

2. Tiap tenaga kerja berhak memilih atau pindah pekerjaan sesuai dengan bakat dan kemampuannya.

3. Tiap tenaga kerja berhak atas pembinaan dan keahlian dan kejujuran untuk memperoleh serta menambah keahlian dan ketrampilan kerja, sehingga potensi dan daya kerjanya dapat dikembangkan dalam rangka mempertinggi kecerdasan dan keterampilan kerja sebagai bagian yang tidak dapat dipasahkan dari pembinaan bangsa.

4. Tiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan, kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai denagan amartabat manusia dan moral agama.

5. Tiap tenaga kerja berhak mendirikan dan menjadi anggota perserikatan tenaga kerja.


(33)

2.1.2 Keselamatan Kerja

Berbicara mengenai keselamatan kerja maka yang dimaksudkan disini adalah bertalian dengan kecelakaan kerja, yaitu kecelakaan yang terjadi ditempat kerja atau dikenal dengan istilah kecelakaan industri. Sesuatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas.

Suatu kejadian atau peristiwa tertentu adalah sebab-musababnya demikian pula kecelakaan industri/ kecelakaan kerja ini dimana ada 4 faktor penyebabnya: 1. Faktor manusianya

Misalnya karena kurangnya keterampilan atau pengetahuan salah penempatan misalnya tenaga kerja tamatan STM tetapi ditempatkan sebagai tata usaha.

2. Faktor materilnya/ bahan/peralatannya

Misalnya bahan seharusnya terbuat dari besi akan tetapi, supaya lebih mudah dibuat dari bahan lainnya sehinnga nudah menimbulkan kecelakaan.

3. Faktor bahaya/sumber bahaya, ada dua sebab: a. Perbuatan berbahaya

Misalnya karena metode kerja yang salah, keletihan/kelesuan, sikap kerja yang tidak sempurna dan sebagainya.

b. Kondisi/keadaan berbahaya

Yaitu keadaan yang tidak aman dari mesin/peralatan-peralatan, lingkungan, proses, sifat pekerjaan.


(34)

Misalnya kurangnya pemeliharaan/perawatan mesin-mesin peralatan sehingga tidak bisa bekerja dengan sempurna.

2.1.3 Prosedur Pemutusan Hubungan Kerja

Prosedur pemutusan hubungan kerja menurut Undang-undang No. 12 Tahun 1964 adalah sebagai berikut.

a. Pertama–tama pengusaha harus mengusahakan agar jangan terjadi pemutusan hubungan kerja.

b. Apabila setelah diadakan segala usaha dimana pemutusan hubunga kerja tidak dapat dihindarkan, maka pengusaha harus merundingkan maksudnya untuk memutuskan hubungan kerja dengan organisasi pekerja yang bersangkutan/yang ada diperusahaan tersebut atau dengan karyawan/tenaga kerja.

c. Bila perundingan tersebut nyata-nyata tidak menghasilkan persesuaian paham, pengusaha hanya dapat memutuskan hubungan kerja dengan tenaga kerja setelah memperoleh izin dari P4D (Panitia Penyelesaian Perburuhan Daerah), bagi pemutusan hubungan kerja perseorangan dan P4P ( Panitia Penyelesaian Peselisihan Perburuhan Pusat ) bagi pemutusan hubungan kerja secara besar-besaran.

d. P4 Daerah dan P4 Pusat menyelesaikan permohonan izin pemutusan hubungan kerja dalam waktu sesingkat singkatnya, menurut tata cara yang berlaku untuk penyelesaian perselisihan hubungan industrial.


(35)

e. Dalam hal P4 daerah atau P4 Pusat memberikan izin, maka dapat ditetapkan pula kewajiban pengusaha untuk memberikan kepada tenaga kerja/ karyawan yang bersangkutan uang pesangon. Uang jasa dan ganti rugi.

f. Terhadap penolakan pemberian izin oleh P4 daerah atau pemberian izin dengan syarat dalam waktu 14 hari setelah putusan diterima oleh pihak-pihak yang bersangkutan, baik tenaga kerja maupun pengusaha atau organisasi tenaga kerja dan organisasi pengusaha yang bersangkutan dapat minta banding kepada P4 Pusat.

g. P4 pusat menyelesaikan permohonan banding menurut tata cara yang berlaku untuk penyelesaian perselisihan hubungan industrial dalam tingkat banding.

Pemutusan hubungan kerja secara besar-besaran dianggap terjadi jika suatu perusahaan dalam satu bulan pengusaha memutuskan hubungan kerja lebih dari 10 orang tega kerja atau lebih, atau mengadakan retetan pemutusan– pemutusan hungan kerja yang dapat menggambarkan suatu itikad untuk mengadakan suatu pemutusan hubungan kerja secara besar-besaran.

2.2 Sosial Ekonomi

Pengertian sosial ekonomi jarang dibahas secara bersamaan pengertian sosial dan pengertian ekonomi sering dibahas secara sendiri – sendiri pengertian sosial dalam ilmu sosial menunjuk pada objeknya yaitu masyarakat. Sedangkan pada departemen sosial menunjuk pada objeknya sedangkan pada departemen sosial menunjuk pada kegiatan yang ditujukan untuk mengatasi persoalan yang


(36)

dihadapi oleh masyarakat dalam bidang kesejahteran yang ruang lingkupnya pekerjaan dan kesejahteraan sosial.

Sosial dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat, sedangkan dalam konsep sosiologis manusia sering disebut mahluk sosial yang artinya manusia tidak dapat hidup wajar tanpa adanya bantuan orang lain disekitarnya. Ekonom secara etimologi berasal dari bahasa yunani yakni oikos yang artinya rumah tangga dan nomos yang artinya yang artinya mengatur. Ekonomi sering diartikan sebagaia cara manusia memenuhi segala kebutuhannya sehari-hari.

Sementara dalam kamus besar bahasa Indonesia ekonomi adalah segala sesuatu tentang azas-azas produksi distribusi dan pemakaian barang-barang serta kekayaan seperti perdagangan, keuangan, perindustrian jadi dapat dikatakan bahwa ekonomi berkaitan dengan proses pemenuhan keperluan hidupnya sehari – hari.

Kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan merupakan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur sosial masyarakat pemberian posisi ini disertai pula dengan posisi tertentu dalam struktur sosial masyarakat pemberian posisi ini disertai pula dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh pembawa status (Koentjaraningrat, 1977: 35)

Pengertian sosial ekonomi yaitu sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat atau sosial ekonomi adalah kemampuan seseorang untuk menempatkan dirinya dilingkungannya sehingga ia dapat


(37)

menentukan keberadaan dirinya berdasarkan atas apa yang dimilikinya yaitu mengenai pendapatan bagaimana pendapatan dari masyarakat itu sama halnya dengan perumahan, kesehatan, pendidikan, kondisi pangan apakah masyarakat sudah mampu untuk mencukupi kehidupan masyarakat itu.

2.3 Keluarga

2.5.1 Pengertian keluarga

Keluarga adalah merupakan kelompok primer yang paling penting dalam masyarakat. Keluarga merupakan salah satu group yang terbentuk dari perhubungan laki-laki dan perempuan yang mana sedikit banyak berlangsung lama untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak. Jadi keluarga dalam bentuk murni merupakan satu kesatuan sosial yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak. (Ahmadi, 2000: 239)

Secara Historis, keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan organisasi terbatas, dan mempunyai ukuran minimum, terutam pihak-pihak yang pada awalnya mengadakan suatu ikatan. Keluarga sebagai organisasi mempunyai perbedaan dengan organisasi-organisasi lainnya salah satu perbedaan yang cukup penting terlihat dari bentuk hubungan anggota-anggotanya yang lebih bersifat mendalam dan merupakan

Ciri-ciri kelompok primer antara lain: 1. Mempunyai hubungan yang lebih intim 2. Kooperatif


(38)

4. masing-masing anggota memerlukan anggota lainnya sebagai tujuan bukannya alat untuk mencapai suatu tujuan

Ciri-ciri lain juga dikemukakan oleh Paul H. Landis, adalah: 1. Intimate

2. Face to face

3. Warm hearted relationship

Dengan demikian keluarga mempunyai system jaringan interaksi yang lebih bersifat hubungan interpersonal, dimana masing-masing anggota dalam keluarga mempunyai intensitas hubungan satu sama lain antara ayah dan ibu dan anak, maupun antara anak-anak. Keluarga pada dasarnya merupakan suatu kelompok yang terbentuk dari suatu hubungan seks yang tetap, untuk menyelenggarakan hal-hal yang berkenaan dengan keorangtuaan dan pemeliharaan anak.

2.5.2 ciri-ciri keluarga

Keluarga pada dasarnya merupakan suatu kelompok yang terbentuk dari suatu hubungan seks yang tetap, untuk menyelenggarakan hal–hal yang berkenaan dengan keorangtuaan dan pemeliharaan anak.

a. ciri – ciri umum

Menurut Mac iver and Page, ciri – ciri umum keluaga antara lain 1. keluarga merupakan hubungan perkawinan


(39)

2. bentuk perkawinan atau susunan kelembagaan yang berkenaan dengan hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk dan dipelihara

3. suatu system tata nama, termasuk bentuk perhitungan garis keturunan

4. ketentuan – ketentuan ekonomi yang dibentuk oleh anggota – anggota kelompok yang mempunyai ketentuan khusus terhadap kebutuhan– kebutuhan ekonomi yang berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan anak. 5. merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga yang

walau bagaimana pun tidak mungkin menjadi terpisah dari kelompok keluarga.

b. ciri – ciri khusus

1. Kebersamaan : keluarga merupakan bentuk yang hampir paling universal dari antara bentuk organisasi sosial lainnya.

2. Dasar–dasar emosional : hal ini didasarkan pada suatu kompleks dorongan–dorongan yang sangat mendalam dan ikatan kelompok yang erat tentang emosi–emosi sekunder, dari cinta romantik, rasa kasih saying sampai pada kebanggan akan ras.

3. Pengaruh perkembangan : bahwa keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama–pertama bagi seluruh bentuk hidup yang tertinggi, termasuk manusia. Pada khusunya membentuk karakter individu.


(40)

4. Ukuran yang terbatas : keluarga merupakan kelompok yang terbatas ukurannnya dan merupakan skala yang paling kecil dari semua organisasi formal yang merupakan struktur sosial

5. Posisi inti dalam struktur sosial : keluarga merupakan inti dari organisasi-organisassi sosial lainnya kerap kali didalam masyarakat yang sederhana maupun didalam masyarakat yang lebih maju, struktur sosial secara keseluruhan dibentuk dari satuan – satuan keluarga.

6. Tanggung jawab para anggota : keluarga memiliki tuntutan – tuntutannya dan dilaksanakan sesuai dengan kondisi – kondisi pemenuhan kebutuhan-kebutuhan yang mampu dilakukan oleh keluarga.

7. Aturan kemasyarakatan (aturan – aturan sosial) : aturan-aturan kemasyarakatan pada khusunya terjaga dengan adanya hal-hal yang tabu dan aturan-aturan sah yang menetukan kondisi-kondisi masyarakatnya (Khairuddin, 1997: 5-10)

2.5.3 Fungsi-Fungsi Pokok Keluarga

Pada dasarnya keluarga mempunyai fungsi-fungsi pokok yakni fungsi yang sulit dirubah dan digantikan oleh orang lain. Sedangkan fungsi-fungsi lain atau fungsi-fungsi sosial, relatif lebih mudah berubah atau mengalami perubahan. Fungsi-fungsi pokok tersebut antara lain :


(41)

Keluarga merupakan tempat lahirnya anak – anak, fungsi ini merupakan dasar kelangsungan hidup masyarakat. Namun, fungsi ini juga mengalami perubahan karena keluarga sekarang cenderung pada jumlah anak yang sedikit.

b. Fungsi Afeksi

Dalam keluarga terjadi hubungan sosial yang penuh dengan kemesraan dan afeksi. Hubungan afeksi ini tumbuh sebagai akibat hubungan cinta kasih yang menjadi dasar perkawinan. Melalui hubungan cinta kasih yang menjadi dasar perkawinan, dari cinta kasih ini lahirlah hubungan hubungan persaudaraan, persahabatan, kebiasaaan, indentifikasi, persamaan pandangan mengenai nilai-nilai cinta kasih. Hubungan afeksi ini merupakan faktor penting bagi perkembangan pribadi anak. Dalam masyarakat yang makin impersonal, sekuler dan asing, pribadi sangat membutuhkan hubungan afeksi seperti yang terdapat pada keluarga, suasana afeksi itu tidak terdapat dalam institusi sosial lainnya.

c. Fungsi Sosialisasi

Fungsi sosialisasi menunjukkan peranan keluarga dalam kepribadian anak. Melalui interak sosial dalam keluarga, anak mempelajari pola – pola tingkah laku, sikap dan keyakinan, cita-cita dan nilai–nilai dalam mayarakat dalam rangka perkembangan kepribadiaannya.

2.5.4 Peranan Keluarga Terhadap Perkembangan Individu

Keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dalam kehidupan manusia, tempat dimana dia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya. Semua yang diuraikan mengenai


(42)

interaksi kelompok berlaku pula dalam interaksi kelompok keluarga yang merupakan kelompok primer termasuk pembentukan norma-norma sosial, internalisasi norma-norma, terbentunya tingkah laku individu dan lain-lain. Di dalam keluarga interaksi sosial individu berdasarkan simpati, ia pertama-tama belajar memperhatikan keinginan-keinginan orang lain, belajar bekerjasama, bantu membantu.

Dalam interaksi sosial individu, seseorang pertama-tama memegang peranan sebagai mahluk sosial yang memiliki norma-norma dan kecakapan dalam pergaulannya dengan orang lain. Pengalaman-pengalaman dalam interaksi sosial dalam keluarga turut menentukan pula cara-cara tingkah lakunya terhadap orang lain dalam pergaulan sosial diluar keluarganya, didalam masyarakat pada umumnya berlangsung tidak wajar.

Selain peranan umum keompok keluarga sebagai kerangka sosial yang pertama, tempat manusia berkembang sebagi mahluk sosial terdapat pula peranan-peranan tertentu di dalam keadaan-keadaan keluarga yang dapat mempenagaruhi perkembangan individu sebagai mahluk sosial, antara lain:

a. Status sosial ekonomi

Keadaan sosial ekonomi keluarga tentulah berpengaruh terhadap perkembangan individu, apabila kita perhatikan bahwa adanya perekonomian yang cukup, maka lingkungan material yang dihadapi individu didalam keluarga itu lebih luas untuk mengembangkan bermacam – macam kecakapan yang tidak dapat ia kembangkan apabila tidak ada peranannya. Hubunagn orang tua dalam status sosial ekonomi serba cukup dan kurang mengalami tekanan – tekanan fundamental seperti dalam


(43)

memperoleh nafkah hidupnya yang memadai. Orang tua dapat mencurahkan perhatian yang lebih mendalam pada pendidikan anaknya apabila ia tidak dibebani dengan masalah kebutuhan primer.

b. Kebutuhan keluarga

Salah satu faktor utama lain yang mempengaruhi perkembangan sosial individu adalah faktor keutuhan keluarga. Keutuhan keluarga adalah keutuhan dalam struktur keluarga terdiri atas ayah, ibu, dan anak-anak. Apabila tidak ada ayah atau ibu atau bahkan keduanya, maka struktur keluarga sudah tidak utuh lagi. Selain keutuhan dalam struktur keluarga dimaksudkan pula keutuhan dalam interaksi keluarga, bahwa dalam keluarga berlangsung interaksi sosial yang wajar (harmonis). Apabila orang tua berselisih disertai dengan tindakan agresif; keluarga tidak dapat tidak dpat dikategorikan sebagai keluarga yang utuh.

c. Sikap dan kebiasaan orang tua

Peranan keluarga terhadap perkembangan sosial individu tidak hanya terbatas pada status sosial ekonominya atau pada keutuhan struktur dan interaksinya saja. Demikin juga cara-cara dan sikap-sikap dalam pergaulannya memegang peranan cukup penting didalamnya. Keluarga itu merupakan kelompok sosial dengan tujuan, struktur norma, dinamika kelompok, termasuk cara–cara kepemimpinanya yang sangat mempengaruhi kehidupan individu yang menjaddi anggota keluarga tersebut. Begitu pula cara-cara bertingkah laku orang tua yang dalam hal ini menjadi pemimpin kelompok sangat mempengaruhi suasana interaksi keluarga dan dapat merangsang perkembangan ciri-ciri tertentu pribadi anaknya.


(44)

Status anak berperan sebagai suatu faktor yang dapat mempeenagaruhi perkembangan sosial dalam keluarganya. Status anak misalnya, status anak sebagi anak tunggal, anak sulung atau anak bungsu diantara saudaranya. Hasil dari beberapa penelitian menyimpulkan bahwa anak tunggal dibandingkan dengan anak–nak yang bersaudara biasanya sangat egois, terdapat hal – hal mengenai ‘peranan aku’ didalam dirinya.

2.6 Defenisi Konsep Kesejahteraan Sosial

Konsep kesejahteran sosial sebagai suatu program yang teroganisir dan sistematis yang dilengkapi dengan segala macam ketrampilan ilmiah merupakan suatu konsep yang baru berkembang terutama di negara berkembang. Masalah-masalah kemiskinan, penyakit dan disorganisasi sosial merupakan Masalah-masalah yang sudah lama. Akan tetapi di negara-negara maju baru kira-kira seratus tahun masalah itu dirasakan sangat berat dan menggangu perkembangan masyarakat sehingga diperlukan sistem yang lebih teratur. Menurut Walteral Friedlander (Nurdin, 1992: 1)

Kesejahteraan sosial adalah sistem yang terorganisir dari pelayanan-pelayanan sosial dan lembaga-lembaga yang bertujuan untuk membantu individu dan kelompok untuk mencapai standart hidup dan kesehatan yang memuaskan dan relasi-relasi pribadi dan sosial yang memungkinkan mereka mengembangkan kemampuannya sepenuh mungkin dan meningkatkan kesejahteraannya selaras dengan kebutuhan keluarga dan masyarakatnya.


(45)

Sedangkan kesejahteraan menurut UU No. 6 Tahun 1974 tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial, pasal 2 ayat 1 adalah sebagai berikut: Kesejahteraan Sosial ialah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir dan batin yang memungkinkan bagi setianp warga negara untuk mengadakan pemuasan kebutuhan jasmaniah dan rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri sendiri, keluarga serta masyarakat dengan menjungjung tinggi hak-hak azasi serta kewajiban manusia sesuai dengan falsafah negara kita yaitu Pancasila.

2.7 Kerangka Pemikiran

Krisis ekonomi global yang melanda dunia sangat berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia, krisis ekonomi telah membuat kondisi kehidupan rumah tangga korban PHK sangat mengkhawatirkan. Buruh yang belum berkeluarga memilih untuk pulang kampung atau pindah kota untuk mencari pekerjaan lain sedangkan para buruh yang sudah berkeluarga memilih menetap karena untuk pindah mereka membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Di tengah Pemutusan Hubungan Kerja rumah tangga buruh harus tetap berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup misalnya sandang, pangan, uang sekolah anaknya, biaya sewa rumah dengan lapangan pekerjaan sangat sedikit dengan banyak persaingan.

Pemutusan hubungan kerja ini disebabkan oleh banyak perusahaan yang tidak sanggup bertahan terhadap krisis ekonomi global sehingga untuk menekan


(46)

biaya produksi perusahaan mengurangi kerugian dengan mengambil inisiatif yaitu mengurangi jumlah tenaga kerja.

Rumah tangga yang terkena PHK tidak boleh pasrah dalam menghadapi kondisi seperti ini harus ada suatu upaya untuk mengatasi berbagai permasalahan yang melingkupi permasalahan kehidupan dilakukan oleh rumah tangga untuk tetap dapat bertahan dalam menghadapi krisis global ini. Perlu adanya strategi adaptasi yang mengoptimalkan segala potensi yang dilakukan oleh rumah tangga korban PHK agar dapat mempertahankan sosial ekonomi keluarga. Maka untuk memperjelas bahasan ini peneliti menggambarkan kerangka pemikiran strategi adaptasi masarakat korban PHK dalam mempertahankan sosial ekonomi keluarga sebagai berikut


(47)

Gambar I

Bagan Kerangka Penelitian

Pemutusan Hubungan Kerja

1. Pengontrolan konsumsi keluarga

2. Penggantian makanan yang dikonsumsi dengan yang lebih murah atau terjangkau misalnya mengganti ikan dengan telur.

3. Penjualan simpanan benda-benda berharga seperti emas, perabotan rumah tangga untuk memperoleh tambahan uang.

4. Peminjaman kredit dari Bank, anggota keluarga, pedagang atau lintah darat.

5. Produksi dan perdagangan skala kecil membuka warungan atau kedai sampah.

6. Menanam tanaman yang bisa yang bisa di konsumsi di pekarangan rumah

7. Migrasi ke desa atau ke kota lain.

8. Menitipkan anak ke kerabat atau keluarga lain baik secara temporer maupun permanen.

9. Penjualan asset produksi seperti tanah, binatang ternak untuk memperoleh tambahan uang

10. Menjadi Buruh Harian Lepas untuk menambah uang tambahan. 11. Mencari pekerjaan lain.

Pemenuhan Kebutuhan Pangan & bukan Pangan Krisis Ekonomi Global

Kondisi Sosial ekonomi Korban PHK Buruk Pendapatan, Perumahan, Pendidikan, Kesehatan, Pangan


(48)

2.8 Defenisi Konsep

Konsep merupakan abstraksi mengenai fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik, kejadian, keadaan kelompok atau individu tertentu (Singarimbun, 1981:32) dalam hal ini konsep penelitian bertujuan untuk merumuskan dan mendefinisikan istilah-istilah yang digunakan secara mendasar agar tercipta suatu persamaan persepsi dan menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian ini.

a. Starategi adaptasi diartikan sebagai suatu rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran atau tujuan khusus. Strategi adaptasi disini adalah suatu cara atau teknik dari suatu gambaran tentang reaksi manusia dalam menanggapi suatu keadaan yang ditempuh oleh keluarga korban PHK dalam memenuhi kebutuhan keluarga

b. Keluarga adalah kelompok orang yang ada hubungan darah atau perkawinan. Orang-orang yang termasuk keluarga adalah ibu, bapak dan anak-anaknya

c. Rumah tangga adalah menunjuk pada sekumpulan orang yang hidup satu atap namun tidak selalu memiliki hubungan darah.

d. PHK adalah kehilangan mata pencaharian bagi tenaga kerja. Dan berakhirnya kontrak/perjanjian kerja dengan pengusaha.

e. Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan Keluarga akan Pendapatan, Perumahan, Pendidikan, Kesehatan dan Pangan.


(49)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu suatu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta–fakta yang tampak atau sebagaimana adanya ( Nawawi, 1998: 63 ).

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan Deli. Alasan pemilihan lokasi ini adalah karena Kelurahan Kota Bangun berada di Kawasan Industri Medan, kawasan industri sangat rentan dengan PHK dari hasil observasi peneliti sudah banyak tenaga kerja/buruh yang di PHK. Hal ini yang menyebabkan peneliti tertarik melakukan penelitian di Kelurahan Kota Bangun. Peneliti ingin mengetahui kondisi sosial ekonomi rumah tangga korban PHK dan bagaimana strategi adaptasi rumah tangga korban PHK dalam mempertahankan sosial ekonomi keluarga.

3.3 Subjek Penelitian

Pada penelitian ini yang perlu di jelaskan bukan ”Populasi dan Sampel” Melainkan ”Subjek Penelitiannya” istilah subjek penelitian menunjuk pada orang,


(50)

individu atau kelompok yang disajikan unit atau satuan (kasus) yang diselidiki yang menjadi informan utama adalah informan itu sendiri yang merupakan sumber keterangan yang penting.

Dalam penelitian ini metode yang digunakan dalam penentuan informan adalah menggunakan teknik Bola Salju atau SnowBal. Teknik pengambilan sampel dengan bantuan Key-informan, dan dari informan inilah akan berkembang sesuai dengan petunjuknya. Penelitian ini meningkatkan diri secara intensif terhadap suatu objek tertentu dengan mempelajari sebagai suatu kasus.

Sumber data tidak dipersoalkan dari sudut populasi dan sampel yang berarti juga tidak mempersoalkan sifat repesentatif. Bahkan tidak perlu menghiraukan berapa ukuran/jumlah yang diperlukan, untuk itu semua pihak yang dinilai dapat memberikan informasi dapat disajikan sebagai sumber data. Berdasarkan uraian diatas dalam penelitian ini peneliti menggunakan 3 keluarga sebagai informan dengan tambahan sumber data dari Kantor Lurah, Kepala Lingkungan I, tokoh agama, tokoh adat, dan juga korban PHK lainnya.

3.4 Studi Lapangan

Yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui penelitian dengan turun langsung ke lokasi penelitian untuk mencari fakta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, yaitu dengan cara:

1. Observasi (Direct observation) yaitu pengamatan langsung terhadap rumah tangga korban PHK. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain panca indra lainnya


(51)

seperti telinga, mulut, penciuman, kulit. Observasi merupakan kemampuan seseorang melakukan pengamatan melalui panca indra mata serta dibantu oleh panca indra lainnya. Dalam penelitian ini metode observasi adalah metode pengumpulan data dan pengamatan langsung. Mengamati perilaku, kegiatan mereka, interaksi dalam rumah tangga mengumpulkan data tentang gejala tertentu yang dilakukan dengan mengamati, mendengar dan mencatat kejadian yang menjadi sasaran penelitian terhadap kondisi sosial rumah tangga korban PHK dan strategi adaptasi apa yang dilakukan rumah tangga korban PHK dalam meningkatkan sosial ekonomi keluarga.

2. Wawancara mendalam. Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (Guide). Wawancara dimana pewawancara dengan informan terlibat dalam kehidupan sosial. Metode wawancara mendalam (in-depth interview) adalah sama seperti metode wawancara lainnya, hanya peran pewawancara, tujuan wawancara, peran informan, dan cara melakukan wawancara yang berbeda dengan metode wawancara lainnya, adalah bahwa wawancara mendalam dilakukan berkali-kali dengan membutuhkan waktu yang intensif wawancara dilakukan kepada rumah tangga korban PHK di kelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan Deli.


(52)

3.5 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini teknik analisis data yang dipakai adalah teknik analisa data deskriptif, yaitu dengan mengumpulkan, mengelola, menyajikan dan menjabarkan hasil penelitian yang didapatkan peneliti dari lapangan dan akan disimpulkan dalam bentuk Life Story dan dianalisis kemudian.


(53)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1Letak Kelurahan Kota Bangun

Kelurahan Kota Bangun berada di Kecamatan Medan Deli dan merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kota Medan. Kelurahan Kota Bangun berada pada ketinggian sekitar 1200 m di atas permukaan laut dan merupakan daerah dataran rendah. Sementara itu curah hujan mencapai rata-rata 2510-3000 MM per tahun dengan temperatur udara sekitar 30ºC-33ºC. Sedangkan PH tanah adalah 5,5-7. Udara di Kota Bangun sangat bau dan berdebu kondisi udara di kelurahan ini sangat tercemar berat tiap hari kita akan melihat awan yang tertutup oleh awan jarang sekali langit terlihat biru dan jernih. Apalagi dengan situasi wilayah industri ini sudah yang biasa dan masyarakatpun tidak memperdulikannya.

Kota Bangun atau pada umumnya lebih dikenal dengan dengan Kawasan Industri Medan ( KIM ).

Kelurahan Kota Bangun mempunyai batas-batas wilayah yaitu: 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Titi Papan

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Mabar

3. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Manunggal Kab Deli Serdang 4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Mabar

Kelurahan Kota Bangun ini terdiri dari 8 lingkungan yang masing-masing dipimpin oleh seorang kepala lingkungan. Sementara itu wilayah Kelurahan Kota Bangun sebagian besar dimanfaatkan sebagai areal pemukiman dan yang lainnya


(54)

adalah Luas industri dan Luas pertanian. Untuk lebih jelasnya luas Kelurahan Kota Bangun lihat pada tabel berikut:

TABEL 1

LUAS KELURAHAN KOTA BANGUN

No Pemanfaatan tanah Luas (km) Persentase 1 2 3 4 5 6 Luas Pemukiman Luas kuburan Luas Pekarangan Luas Taman Perkantoran

Luas prasarana umum lainnya

1,76 km 0,03 km 0,6 km - 0,01 km 0,1 km 70,4 1,2 24 - 0,4 4

Total Luas 2,50 km 100

Sumber: Kantor Kelurahan Kota Bangun ;2007

4.2 Keadaan Demografis

Kelurahan Kota Bangun mempunyai jumlah penduduk sebanyak 12.355 jiwa yang terdiri dari 1899 Kepala Keluarga (KK). Jadi terdapat jumlah rata-rata per KK adalah 6,50 jiwa. Jumlah penduduk dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, hal ini disebabkan oleh adanya angka kelahiran dan adanya penduduk perantau yang datang ke daerah ini. Penduduk kelurahan ini terdiri dari berbagai suku bangsa namun mayoritas penduduknya adalah suku Melayu sebagai suku asli yang mendiami daerah ini. Selain itu terdapat juga penduduk dari suku Batak, Jawa, Cina, India, Nias dan lain-lain.


(55)

4.2.1 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Untuk mengetahui jumlah penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut.

TABEL 2

KOMPOSISI PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase

1 2

Laki-laki Perempuan

6.042 6.311

48,91 51,08

Jumlah 12.353 100

Sumber: Kantor Kelurahan Kota Bangun ;2009

Dari tabel 2 di atas dapat dilihat adanya perbedaan jumlah penduduk perempuan yang lebih banyak sekitar 51,08 % bila dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki.

4.2.2 Komposisi Penduduk Menurut Usia

Penduduk Kelurahan Kota Bangun terdiri dari berbagai kelompok usia yang dapat digambarkan dalam tabel berikut ini.


(56)

TABEL 3

KOMPOSISI PENDUDUK MENURUT USIA

No Golongan Usia Jumlah Persentase

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

0 – 12 bulan 1 -4 tahun 5 – 6 tahun 7 – 12 tahun 13 – 15 tahun 16 – 18 tahun 19 – 25 tahun 26 – 35 tahun 36 – 45 tahun 46 – 50 tahun 51 – 58 tahun Lebih dari 59 tahun

135 582 305 982 512 524 1249 1831 1863 968 1504 424 1,24 5,34 2,80 9,02 4,70 4,81 11,48 16,83 17,12 8,89 13,82 3,89

Jumlah 10.879 100

Sumber: Kantor Kelurahan Kota Bangun ;2007

Berdasarkan tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa kelompok umur penduduk di Kelurahan Kota Bangun menunjukkan bahwa penduduk di daerah ini di dominasi oleh penduduk yang berusia 19-45 tahun yaitu sekitar 45,43 %. Golongan umur 51-58 tahun ada sekitar 13,82 %. Berdasarkan data yang diperoleh bahwa tingkat kelahiran di daerah ini jumlahnya relative rendah. Hal ini disebabkan kesadaran penduduk dan tekanan ekonomi yang terjadi sehingga


(57)

muncul kesadaran mengikuti gerakan Keluarga Berencana semakin meningkat dengan demikian tingkat kelahiran penduduk dapat ditekan jumlahnya sehingga pertumbuhan penduduk dapat dikendalikan. Ini dapat terlihat dari rata-rata jumlah anggota keluarga di kelurahan ini adalah 4,57 jiwa per rumah tangga.

4.2.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

Menurut kriteria agama di daerah ini menganut berbagai macam agama yang dapat dilihat dari tabel berikut.

TABEL 4

KOMPOSISI PENDUDUK BERDASARKAN AGAMA

No Agama Jumlah Persentase

1 2 3 4 5 Islam Protestan Katholik Budha Hindu 6784 630 85 3378 2 62,35 5,79 0,78 31,05 0.01

Jumlah 10879 100

Sumber: Kantor Kelurahan Kota Bangun ;2007

Menurut kriteria agama yang dianut, pada umumnya penduduk Kelurahan Kota Bangun mayoritas beragama Islam yaitu sebanyak 62,35 %, dan sebagian penduduk beragama Budha yaitu 31,05 %, agama K. Protestan 5,79 % dan lain-lain sebanyak 0.79 %. Penduduk yang beragama Budha dan Hindu biasanya adalah penduduk dari Etnis Tionghoa dan India.


(58)

Tingkat toleransi beragama didaerah ini sangat tinggi itu terbukti dengan tidak pernah ada konflik antar agama yang terjadi di daerah ini yang memancing perilaku anarkis. Masing-masing pemeluk agama melaksanakan ibadah serta perayaan-perayaan hari besar keagamaannya sesuai ajaran di rumah ibadah masing-masing, di Kelurahan Kota Bangun ini terdapat 3 buah Mesjid, mushola 4 buah, gereja ada 2 buah, wihara ada 2 buah ( sumber kantor kelurahan 2007 )

4.2.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Penduduk

Untuk melihat komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan di Kelurahan Kota Bangun dapat dilihat dari tabel berikut ini

TABEL 5

KOMPOSISI PENDUDUK BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN PENDUDUK

No Pendidikan Jumlah Persentase

1 2 3 4 5 6 Belum Sekolah Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA

Tamat Perguruan Tinggi/Akademi

867 580 2760 2615 1570 95 10,21 6,83 32,52 30,81 18,49 1,11

Jumlah 8487 100


(59)

Perkembangan pendidikan di daerah ini masih stagnan yang ditandai dengan peningkatan jumlah lulusan dari SD ke jenjang yang lebih tinggi tidak mengalami peningkatan yang drastis hal ini dapat kita lihat dari tabel diatas bahwa jumlah tamatan SD dari yang paling banyak kemudian menurun menjadi 30,81 % dan lulusan SMA menurunmenjadi 18, 49 demikian juga halnya masyarakat yang mengenyam pendidikan perguruan tinggi. Hal ini mungkin disebabkan karena kondisi perekonomian masyarakat yang menengah kebawah sehingga tidak mampu untuk menyekolahkan anaknya.

4.2.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Angkatan kerja TABEL 6

TENAGA KERJA

Sumber: Kantor Kelurahan Kota Bangun ;2007

Dari tabel 7 di atas kita dapat memahami bahwa jumlah angkatan kerja yang berusia 15-60 adalah palingg tinggi tidak menutup kemungkinan mereka kebanyakan adalah buruh. Mereka bisa saja wanita maupun pria.

No Angkatan Kerja Jumlah Persentase

1 2 3

Usia 15-60 tahun Ibu Rumah Tangga

Jalan Jembatan Kelurahan

8437 1411 985

77,88 13,02 9,09


(60)

4.2.6 Komposisi Jumlah Penganguran TABEL 7 PENGANGGURAN

Sumber: Kantor Kelurahan Kota Bangun ;2007

Berdasarkan tabel 8 diatas jumlah pengangguran merupakan yang paling tinggi mencapai 42,06 % hal ini disebabkan karena krisis global yang melanda indonesia dan Kawasan Industri Medan juga merupakan salah satu yang terkena dampak dari krisis global tersebut, sehingga banyak perusahaan yang gulung tikar dan memPHK karyawannnya.

4.2.7 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada tabel berikut.

No Angkatan Kerja Jumlah Persentase 1

2 3 4 5

Pengangguran Usia 15-55 15-55 yang masih sekolah

15-55 yang menjadi ibu rumah tangga 15-55 yang bekerja penuh

15-55 bekerja tidak penuh

3525 594 1675 1820 765

42,06 7,08 19,99 21,72 9,12


(61)

TABEL 8

KOMPOSISI PENDUDUK BERDASARKAN MATA PENCAHARIAN

No Mata Pencaharian Jumlah Persentase

1 2 3 4 5 6 7 8 9 Buruh PNS/TNI/Polri Pengrajin, Penjahit Pedagang, Pengusaha Tukang batu, T.kayu Peternak, Nelayan Montir, dokter Sopir, Ojek Petani 4227 122 16 150 2 12 5 47 142 89,49 2,58 0,33 3,17 0,04 0,25 0.10 0,99 3

Jumlah 4723 100

Sumber: Kantor Kelurahan Kota Bangun ;2007

Berdasarkan mata pencaharian penduduk Kelurahan Kota Bangun yang telah bekerja tercatat 4227 dan mereka adalah buruh. Hal ini dikarenakan Kawasan Industri Medan berada di Kelurahan Kota Bangun sehingga kebanyakan mata pencaharian penduduknya adalah sebagai buruh.


(62)

4.3 Sarana dan Prasarana 4.3.1 Sarana Jalan

TABEL 9 SARANA JALAN

Sumber: Kantor Kelurahan Kota Bangun ;2007

Kondisi jalan di Kelurahan Kota Bangun sebagian besar sudah diaspal disamping terdapat pula jalan batu dan tanah. Setiap harinya jalan tersebut menjadi lintasan berbagai kendaraan umum. Sementara jalan besar adalah jalan lintas truk – truk pengangkut hasil dari pabrik yang ada di Kelurahan Kota Bangun dan jalan ini juga sebagai jalan lintas yang menghubungkan Belawan dengan Medan.

No Kelas Jalan Kondisi

1 2 3

Jalan Kampung Gang

Jalan Jembatan Kelurahan

Baik Rusak Rusak


(63)

4.3.2 Sarana Air bersih

TABEL 10

SARANA AIR BERSIH

No Prasarana Air Bersih Jumlah

1 2 3 4

Jumlah hidran Jumlah sumur gali Jumlah MCK PAM

5 1365

1 359

Jumlah 1729

Sumber: Kantor Kelurahan Kota Bangun ;2007

Sarana Air Bersih yang paling banyak digunakan di Kelurahan ini adalah menggunakan Sumur gali sedangkan yang menggunakan PAM hanya 359 keluarga yang lainnya masih ada yang menggunakan air sungai untuk keperluan sehari – hari misalnya untuk menyuci dll.

4.3.3 Sarana Kesehatan

Faktor kesehatan merupakan hal yang penting bagi manusia karena dalam keadaan sehatlah manusia akan dapat melaksanakan aktivitasnya sehari-hari. Namun untuk mencapai kesehatan yang baik harus didukung oleh sarana kesehatan yang memadai pula. Sarana kesehatan di Kelurahan Kota Bangun belum memenuhi jika dibandingkan dengan jumlah penduduk di Kelurahan ini kelurahan ini juga mempunyai masyarakat yang rentan terkena resiko keselamatan kerja ini disebabkan karena kebanyakan penduduknya bekerja sebagai buruh di


(64)

pabrik menggunakan alat berat dan resiko pencemaran limbah pabrik, misalnya udara dan bahan kimia. Adapun sarana kesehatan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

TABEL 11

SARANA KESEHATAN

No Sarana Kesehatan Jumlah

1 2 3 4 5 6 7

Rumah Sakit Umum Klinik Bersalin Puskesmas Posyandu Apotek Poliklinik Dokter praktek

- - 1 6 - 3 -

Jumlah 10


(65)

4.3.4 Sarana Peribadatan

Untuk melaksanakan ibadah masing-masing agama yang dianut oleh penduduk di Kelurahan Kota Bangun terdapat berbagai jenis peribadatan yaitu:

TABEL 12

SARANA PERIBADATAN

No Sarana Peribadatan Jumlah

1 2 3 4

Gereja Masjid Mushola Vihara

2 3 4 2

Jumlah 11

Sumber: Kantor Kelurahan Kota Bangun ;2009

4.3.5 Sarana Pendidikan

Untuk menampung penduduk yang ingin mengikuti pendidikan formal dan non formal, pemerintah dan pihak swasta membangun sarana pendidikan di Kelurahan Kota Bangun. Sarana pendidikan yang telah tersedia di kelurahan ini adalah


(66)

TABEL 13

SARANA PENDIDIKAN

No Sarana pendidikan Jumlah (unit)

1 2 3 4

Taman kanak-kanak SD Negeri/Swasta SMP

SMA

1 5 1 -

Jumlah 7

Sumber: Kantor Kelurahan Kota Bangun ;2007

Di samping pendidikan formal seperti yang disebutkan di atas terdapat juga tempat-tempat kursus atau latihan yang bersifat non formal seperti kursus menjahit dan mengetik.


(1)

merasa tidak miskin, sehingga tidak ada upaya yang lebih dalam meningkatkan pendapatan bahkan merasa cukup dan berterima kasih pada nasipnya hal ini biasanya karena berkaitan dengan nilai – nilai budaya seperti nilai takdir, nasip dll.

Umumnya buruh juga hanya mengenyam pendidikan menengah kebawah hal inilah yang dimanfaatkan oleh perusahaan untuk beralibi untuk menekan upah dan fasilitas yan diberikan. Belum lagi upah lembur, uang makan, uang trasportasi yang dalam perhitungan sering tidak dilakukan dengan jujur semata – mata untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya untuk perusahaan.

Selama ini kita beranggapan bahwa kehidupan korban PHK tidak dapat dilepaskan karena kondisi persoalan ekonomi, hal ini tidak selamanya benar dari kasus diatas kita mengetahui sebagian keluarga korban PHK sebenarnya mampu untuk meningkatkan perekonomiannnya tetapi korban PHK tetap miskin karena persoalan-persoalan non – ekonomi ( sosial, budaya dan politik ) misalnya kaum buruh adalah lapisan yang secara ekonomis miskin akan membentuk kantong-kantong kebudayaan yang disebut budaya kemiskinan demi kelangsungan hidup. Budaya miskin ini dapat dilihat dari nilai-nilai apatis, apolistis, fatalistil, ketidak berdayaan dari nilai ketidak berdayaan ini misalnya masyarakat korban PHK akan merasa tidak berdaya jika sudah berhadapan dengan sosial politis. Apabila budaya ini tidak dihilangkan maka rumah tangga korban PHK akan susah untuk meningkatkan perekonomiannya.

Persoalan lain dalam kehidupan buruh korban PHK adalah adanya perbedaan sikap terhadap pendidikan, etnis tertentu menilai tinggi terhadap


(2)

pendidikan maka etnis tersebut melakukan investasi lebih banyak untuk pendidikan maka kondisi tersebut akan mempengaruhi dunia kerja etos kerja berpengaruh kepada kepada produktivitas dari kasus diatas keluarga informan I sebenarnya mampu untuk menguliahkan anaknya tetapi karena pandangan akan pendidikan dan etos kerja yang kurang menyebabkan keluarga informan tidak mengalami perubahan. Rumah tannga korban PHK akan menghasilkan tenaga kerja yang miskin juga karenarumsh tangga korban PHK tidak mampu untuk memberikan pendidikan tinggi kepada anak – anak mereka sehingga nasip mereka akan tidak jauh beda dengan orang tuanya.

Kondisi buruh setelah di PHK sudah sangat mengkhawatirkan karena mereka adalah aset bangsa yang mengerakkan roda perekonomian negara. Para buruh yang di PHK umumnya akan mengalami kendala sabagai berukut :

A. Kesempatan kerja. Buruh yang sudah diPHK akan mengalami kemiskinan karena kondisi yang sudah menganggur, sehingga tidak memperoleh upah atau penghasilan atau jika bekerja tidak penuh, baik dalam ukuran hari maupun ukuran minggu, bulan atau tahun. Hal ini yang sering disebut sebagai gejala setengah menganggur. Apabila buruh tersebut memperoleh upah yang lumayan maka buruh tersebut akan terbebas dari kemiskinan jika dia memanfaatkan dengan baik hasil yang dia peroleh.

B. Upah gaji yang dibawah standart minimum meneyebabkan buruh yang di PHK berpikir kembali dalam mengambil pekerjaan tersebut karena


(3)

jika dibandingkan dengan penghasilan buruh dengan ngojek tidak jauh berbeda.

C. Ketiadaan aset. Dalam kasus diatas korban PHK biasanya tidak memiliki aset berupa simpanan tabungan baik yang berupa benda maupun uang sehingga mereka susah untuk membuka usaha baru.

D. Tekanan harga. Pendapatan yang rendah akan sangat berpengaruh dalam pemenuhan kebutuhan yang digunakan oleh korban PHK karena tekanan harga yang tinggi menyebabkan pendapatan yang diperoleh korban PHK semakin sulit.

E. Diskriminasi. Buruh yang di PHK dan telah berumur 30 tahunan keatas akan susah mendapatkan pekerjaan karena faktor dari usia mereka tidak dianggap produktif lagi.

6.1.2 Saran

Adapun saran-saran yang akan disampaikan oleh penulis kepada semua pihak yang terkait dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Sebaiknya pemerintah menaikkan upah minimun untuk para buruh dengan tujuan agar para buruh sebelum di PHK dapat menabung lebih banyak dan setelah di PHK uang yang ditabung dapat digunakan untuk memulai suatu usaha baru karena para korban PHK umumnya susah untuk mendapatkan modal karena tidak adanya jaminan mereka dapat mengembalikan pinjamannya.


(4)

b. Kepada pemerintah seharusnya menghapuskan sistim kerja kontrak dan outsourching karena sistem ini sangat merugikan para buruh, sehingga sewaktu – waktu perusahaan dapat memPHK karyawan dengan semena-mena tanpa adanya pesangon dan asuransi jiwa.

c. Kepada pihak yang terkait dengan ketenaga kerjaan baik pemerintah maupun swasta dituntut kerja samanya agar memberi perhatian kesejahteraan dan perlindungan keselamatan terhadap tenga kerja/buruh.

d. Pemerintah memberi kemudahan bagi kaum buruh dalam memperoleh akses dalam berbagai pelayanan sosial seperti pengobatan, pendidikan, keluarga berencana air bersih, sanitasi dll untuk meningkatkan ketahanan keluarga.

e. Lebih mengoptimalkan peranan Dinas Sosial dan menciptakan banyak pekerja sosial karena masalah setelah buruh di PHK bukan semata-mata masalah ekonomi tetapi harus ada yang memberikan motivator, bimbingan dan strategi bagi korban PHK untuk bangkit dari keterpurukan untuk merubah budaya pasrah.

f. Pemerintah memberi kemudahan bagi kaum buruh dalam memperoleh pinjaman ke Bank untuk memulai suatu usaha baru setelah mereka di PHK


(5)

Daftar Pustaka

Ahmadi,abu, 2002. Psikologi Sosial.Jakarta: PT Rineka Cipta.

Arikunto, Prof,Dr, Suharsimi, 1997. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Koentjaraningrat, 1977. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Penerbit

Aksara Baru

Khairuddin, W. 1997. Sosiologi Keluarga. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta Manulang, sendjun, 1988. Pokok-pokok Hukum ketenagakerjaan di Indonesia.

Jakarta: Rineka Cipta

Nazir. M, 1983. Metode Penelitian, Jakarta : Galia Indonesia.

Nawawi, Hadari, 1998. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Nurdin, Fadil, 1989. Pengantar Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial. Bandung: Angkasa

Raharja, Dawam, 1995. “Sebab – sebab kemiskinan” dalam Awan Setya Dewanta (Editor). Kemiskinan dan kesenjangan di Indonesia. Jakarta : Adytia Media

Salim, Peter, 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Modern english Press.

Shadily, Hassan, 1961. Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: Pembangunan.

Singarimbun, Masri, 1981. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.

Subagyo, joko, 1997, Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.


(6)

Sunarto, Kamanto, 2000. Pengantar Sosiologi. Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas UI.

Sunindhia,W. 1987. Masalah PHK dan Pemogokan . Jakarta: Bina Aksara Sumber lain

Harja, Ramita. 2009. data korban PHK di Sumut,

http://www.medanbisnisonline.com/2009/02/20/30-perusahaan-phk-5627-pekerja-di-sumut/. Diakses tanggal 22 Februari 2009 Pukul 15:30 WIB

Modjo, Ikhsan. 2008. Mengantisipasi masalah perburuhan,

2009 Pukul 15:03 WIB

Piningit, Satrio. 2009.krisis ekonomi global,

2009 Pukul 18:53 WIB

Solihin, Akhmad. 2004. Strategi adaptasi masyarakat miskin.

Suhartono,Edi. 2007. Coping strategis.

htpp://www.policy.hu/suharto/modul_a/makindo_07.htm Diakses tanggal 22 Februari 2009 Pukul 16:00 WIB