Pengertian Bahasa Plesetan Bahasa Plesetan
yang memuat harapan yang terbentuk oleh kelaziman atau pengalaman yang berulang-ulang dan dirangsang oleh umpan awal yang seakan-akan sudah lazim
dikenal kemudian di tengah jalan pesan itu mengalami pembelokan, penyelewengan, kejutan, keterpatahan, atau kecelakaan yang tidak diduga
penerima pesan sehingga timbul kelucuan. Kelucuan merupakan tujuan diciptakannya bahasa plesetan.
Permainan bahasa dapat ditemukan dalam berbagai macam wacana, khususnya wacana yang mempunyai tujuan-tujuan khusus. Dalam permainan
bahasa, kesenangan, kegembiraan, dan bahkan humor menjadi tujuannya. Tema cabul menjadi terselubung kecabulannya dan berkurang tingkat seronoknya
apabila dikemas dalam permainan bahasa. Kritik yang disampaikan dengan wacana lucu menjadikan sasaran kritik tidak marah atau paling tidak berkurang
kemarahannya. Keunggulan permainan bahasa dalam konteks sosial dan pemakaian
bahasa menjadikan pilihan tersendiri dalam mengungkapkan suatu hal. Berangkat dari kondisi inilah, maka fenomena plesetan senantiasa menjadi pilihan tepat
untuk mengemukakan ide dan gagasan. Selain itu, dengan permainan bahasa penutur dapat melepaskan diri dari kekangan sosial.
Sehubungan dengan permainan, dalam bahasa Jawa ada fenomena plesetan. Menurut Muhammad melalui Kayam, 1990: 8, plesetan merupakan
kemahiran spontan orang Jawa untuk menempatkan satu kata atau kalimat yang mendadak jadi lain. Bahkan secara lebih jelas Supardo 1997: 1 dalam makalah
menyebutkan yang dimaksud dengan plesetan adalah setiap ujaran yang didukung
oleh satuan lingual dalam bentuk kata, frasa, klausa, atau kalimat yang bentuk serta maknanya disimpangkan dari yang sebenarnya.
Heryanto 1996: 102 menyebutkan ada tiga macam plesetan di dalam bahasa Jawa yaitu 1 plesetan yang sekedar atau murni bermain- main, 2
plesetan yang menjungkirbalikan hierarki kebenaran. Dengan demikian yang tampil hanyalah keterampilan akrobatik kata-kata. Berbagai nama atau singkatan
yang diagungkan lembaga resmi dijungkir balik menjadi ungkapan konyol, 3 plesetan sebagai disiplin radikal yang serius yang dikejar bukan tawa publik,
tetapi setiap presentasi dan pretensi kebenaran. Plesetan ternyata tidak hanya ditemukan dalam bahasa Jawa, dalam
bahasa Indonesia fenomena ini pun ditemukan. Dengan kiat mencegah adanya konflik, orang lalu menciptakan bentuk-bentuk yang berbau humor dengan cara
mengubah bentuk dan menggeser makna di dalam unsur tuturan mereka. Kegiatan mengubah bentuk dan menggeser makna inilah yang merupakan wujud kreativitas
berbahasa. Dalam hal ini kreativitas berbahasa dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan bentuk-bentuk kebahasaan sebagai sarana
menuangkan ide, gagasan atau informasi dalam proses komunikasi. Plesetan sebagai fenomena permainan bahasa yang dihadirkan untuk
menghindari timbulnya konflik dalam masyarakat, menghadirkan kesenangan dan kesegaran. Hal ini berkaitan dengan tujuan hidup yang utama pada manusia teori
Hedone yaitu untuk mencari kesenangan sehingga setiap permasalahan dicari alternatif pemecahanan yang mendatangkan kesenangan, jauh dari kes ulitan
apalagi menimbulkan konflik yang dapat mengganggu budaya harmoni dalam
masyarakat Purwanto, 1990: 74. Selain itu, berdasarkan teori Abraham Maslow melalui Purwanto, 1990: 78, digunakannya bahasa plesetan
untuk mengungkapkan ide, gagasan, atau pesan berkaitan dengan kebutuhan sosial yaitu
untuk berkomunikasi dengan sesama serta kebutuhan aktualisasi diri yang berupa pengembangan diri secara maksimum melalui ekspresi diri diwujudkan dalam
bentuk kreativitas berbahasa.