Penetapan Kadar Nitrat dan Nitrit pada Air Baku PT. Tirta Sumut Di PDAM Tirtanadi Medan

(1)

PENETAPAN KADAR NITRAT DAN NITRIT PADA AIR

BAKU PT. TIRTA SUMUT DI PDAM TIRTANADI MEDAN

TUGAS AKHIR

OLEH:

KHOLIDAYANI HARAHAP

NIM 102410043

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

(3)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah diucapkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna, namun dengan pengetahuan dan pengalaman yang terbatas akhirnya penulis menyelesaikan Tugas Akhir yang diberi judul : “Penetapan Kadar Nitrat dan Nitrit pada Air Baku PT. Tirta Sumut Di PDAM Tirtanadi Medan”.

Penulis telah menerima banyak bantuan terutama dari berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian Tugas Akhir ini, berkat bantuan dan dorongan terhadap penulis sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang antara lain :

1. Teristimewa kepada Ayahanda Abdul Muis Pardomuan Harahap dan Ibunda Maskhairani Siregar serta Kakak saya Yuni Masdayani Harahap yang selama ini telah memberikan nasehat, dukungan, dan Do’a yang tak pernah putus, serta kepada seluruh keluarga yang telah memberikan semangat kepada Penulis selama proses penyelesaian Tugas Akhir ini. 2. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas

Farmasi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Ketua Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.


(4)

4. Bapak Dr. Edy Suwarso, S.U., Apt., selaku Dosen Pembimbing yang telah memberi petunjuk dan saran dalam menyelesaikan laporan ini.

5. Bapak Drs. Muchlisyam, M.Si., Apt., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan petunjuk dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. 6. Seluruh Staf Pengajar dan Pegawai Fakultas Farmasi Universitas Sumatera

Utara yang telah banyak membimbing penulis selama melaksanakan perkuliahan dan praktikum di Diploma III Analis Farmasi dan Makanan. 7. Teman-temanku Astri Wo Mariana Damanik, Clara Arianti, Dikky Tri

Pratana Harahap, Ely Widya Sari, Ramahdani, dan Tri Wahyuni, yang telah memberikan dukungan serta masukan yang memotivasi penulis untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini.

8. Seluruh teman-teman seperjuangan Analis Farmasi dan Makanan stambuk 2010 yang selalu kompak, serta semua pihak yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Penulis menyadari dalam penulisan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun. Akhir kata penulis mengharapkan semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan di masa mendatang, dan kiranya Allah SWT senantiasa melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya kepada kita semua.

Medan, Juni 2013

Penulis

(Kholidayani Harahap) NIM 102410043


(5)

DETERMINATION OF NITRATE AND NITRITE LEVELS IN THE RAW WATER PT. TIRTA SUMUT IN PDAM TIRTANADI MEDAN

ABSTRACT

Raw water is water used for drinking water treatment inputs that meet the quality requirements of raw water. Treated raw water into drinking water can come from underground water sources that contain a layer of water below the water surface or in shallow soil. Surface water sources are rivers, swamps, and springs, as well as sea water.

Samples taken from the PT. Tirta Sumut. Sample testing conducted on the 19 February 2013. Determination of nitrate and nitrite levels were calculated using spectrophotometry in accordance with the procedurs and DR 5000 spectrophotometer is used in the laboratory PDAM Tirtanadi Medan.

Test results show that the raw water is examined not contain nitrates and nitrites. Levels of nitrate found in the 0,077 mg/L. These result meet the requirements. Where the maximun nitrate level set by government regulations of RI No.82 Tahun 2001 (1st class quality standards) is 10 mg/L. Where as nitrite levels obtained are 0,015 mg/L, this result also meet the requirements. Where the maximum levels set by government regulation of RI No. 82 tahun 2001 (1st class quality standards) is 0,06 mg/L.


(6)

PENETAPAN KADAR NITRAT DAN NITRIT PADA AIR BAKU PT. TIRTA SUMUT DI PDAM TIRTANADI MEDAN

ABSTRAK

Air baku adalah air yang akan digunakan untuk input pengolahan air minum yang memenuhi persyaratan mutu air baku. Air baku yang diolah menjadi air minum dapat berasal dari sumber air bawah tanah yaitu lapisan air yang mengandung air di bawah permukaan tanah dangkal atau dalam. Sumber air permukaan yaitu sungai, rawa, dan mata air, serta air laut.

Sampel diambil dari PT. Tirta Sumut. Pengujian sampel dilakukan pada tanggal 19 Februari 2013. Penetapan kadar nitrat dan nitrit dilakukan dengan menggunakan metode spektrofotometri sesuai dengan prosedur dan alat spektrofotometer DR 5000 yang digunakan di laboratorium PDAM Tirtanadi Medan.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa air baku yang diperiksa tidak mengandung nitrat dan nitrit. Kadar nitrat yang diperoleh yaitu 0,077 mg/L, hasil ini memenuhi persyaratan. Di mana kadar maksimum nitrat yang ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001 (Baku mutu kelas 1) yaitu 10 mg/L. Sedangkan kadar nitrit yang diperoleh yaitu 0,015 mg/L, hasil ini juga memenuhi persyaratan. Di mana kadar maksimum yang ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001 (Baku mutu kelas 1) yaitu 0,06 mg/L.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRACT ... v

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 3

1.3 Manfaat ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Air ... 5

2.2 Sumber-sumber air ... 6

2.2.1 Air Laut ... 6

2.2.2 Air Hujan ... 6

2.2.3 Air Permukaan ... 6

2.2.4 Air Tanah ... 7

2.3 Air Baku ... 8

2.4 Unit-unit Pengolahan Air ... 10


(8)

2.6 Nitrit ... 17

2.7 Sifat Fisik dan Struktur Kimia ... 19

2.8 Spektrofotometri ... 20

BAB III METODE PENGUJIAN ... 24

3.1 Alat ... 24

3.2 Bahan ... 24

3.3 Prosedur Kerja ... 25

3.3.1 Analisis Nitrat ... 25

3.3.2 Analisis Nitrit ... 25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

4.1 Hasil ... 28

4.2 Pembahasan ... 28

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 30

5.1 Kesimpulan ... 30

5.2 Saran ... 30

DAFTAR PUSTAKA ... 31


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Kadar Methemoglobin ... 19 Tabel 4.1Hasil Penetapan Kadar Nitrat dan Nitrit ... 28


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Gambar ... 33 Lampiran 2. Contoh Perhitungan Kadar Nitrat dan Nitrit ... 34 Lampiran 3. Peraturan Pemerintah RI No.82 tahun 2001 ... 38


(11)

DETERMINATION OF NITRATE AND NITRITE LEVELS IN THE RAW WATER PT. TIRTA SUMUT IN PDAM TIRTANADI MEDAN

ABSTRACT

Raw water is water used for drinking water treatment inputs that meet the quality requirements of raw water. Treated raw water into drinking water can come from underground water sources that contain a layer of water below the water surface or in shallow soil. Surface water sources are rivers, swamps, and springs, as well as sea water.

Samples taken from the PT. Tirta Sumut. Sample testing conducted on the 19 February 2013. Determination of nitrate and nitrite levels were calculated using spectrophotometry in accordance with the procedurs and DR 5000 spectrophotometer is used in the laboratory PDAM Tirtanadi Medan.

Test results show that the raw water is examined not contain nitrates and nitrites. Levels of nitrate found in the 0,077 mg/L. These result meet the requirements. Where the maximun nitrate level set by government regulations of RI No.82 Tahun 2001 (1st class quality standards) is 10 mg/L. Where as nitrite levels obtained are 0,015 mg/L, this result also meet the requirements. Where the maximum levels set by government regulation of RI No. 82 tahun 2001 (1st class quality standards) is 0,06 mg/L.


(12)

PENETAPAN KADAR NITRAT DAN NITRIT PADA AIR BAKU PT. TIRTA SUMUT DI PDAM TIRTANADI MEDAN

ABSTRAK

Air baku adalah air yang akan digunakan untuk input pengolahan air minum yang memenuhi persyaratan mutu air baku. Air baku yang diolah menjadi air minum dapat berasal dari sumber air bawah tanah yaitu lapisan air yang mengandung air di bawah permukaan tanah dangkal atau dalam. Sumber air permukaan yaitu sungai, rawa, dan mata air, serta air laut.

Sampel diambil dari PT. Tirta Sumut. Pengujian sampel dilakukan pada tanggal 19 Februari 2013. Penetapan kadar nitrat dan nitrit dilakukan dengan menggunakan metode spektrofotometri sesuai dengan prosedur dan alat spektrofotometer DR 5000 yang digunakan di laboratorium PDAM Tirtanadi Medan.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa air baku yang diperiksa tidak mengandung nitrat dan nitrit. Kadar nitrat yang diperoleh yaitu 0,077 mg/L, hasil ini memenuhi persyaratan. Di mana kadar maksimum nitrat yang ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001 (Baku mutu kelas 1) yaitu 10 mg/L. Sedangkan kadar nitrit yang diperoleh yaitu 0,015 mg/L, hasil ini juga memenuhi persyaratan. Di mana kadar maksimum yang ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001 (Baku mutu kelas 1) yaitu 0,06 mg/L.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia dan makhluk hidup lainnya dan fungsinya bagi kehidupan tersebut tidak dapat digantikan oleh senyawa lainnya. Dalam jaringan, air merupakan medium untuk berbagai reaksi dan proses ekskresi. Tubuh manusia terdiri dari 60-70% air. Sebagian besar keperluan air sehari-hari berasal dari sumber air tanah dan sungai, oleh karena itu kuantitas dan kualitas sungai sebagai sumber air harus dipelihara (Achmad, 2004).

Air baku adalah air yang akan digunakan untuk input pengolahan air minum yang memenuhi persyaratan mutu air baku. Air baku yang diolah menjadi air minum dapat berasal dari sumber air bawah tanah yaitu lapisan yang mengandung air di bawah permukaan tanah dangkal atau dalam, sumber air permukaan yaitu sungai, rawa, dan mata air, serta air laut (Juju, 2012).

Komponen-komponen yang terdapat dalam air jelas berbeda jika sumber air tesebut berbeda pula. Air sungai mengandung padatan yang terbentuk sebagai akibat dari erosi, air juga mengandung mikroorganisme yang berasal dari berbagai sumber seperti udara, tanah, sampah, kotoran manusia ataupun hewan. Air juga mengandung logam berat yang berbahaya dari hasil buangan industri. Air yang bersumber dari mata air sebenarnya juga mengandung beberapa komponen yang sama, tapi dengan kadar yang berbeda (Wardhana, 1995).


(14)

Didalam suatu perairan sumber nutrient dapat berupa unsur hara makro (C,O,H, N,P,S,Mg,Ca,Na, dan Cl) dan unsur hara mikro (Fe, Mn, Cu, Zn, B, Co). Di antara unsur hara tersebut, yang dianggap sangat essensial untuk produksi yaitu nitrogen (N) dan fosfor (P) (Nugroho, 2006).

Senyawa-senyawa nitrogen terdapat dalam keadaan terlarut juga sebagai bahan tersuspensi. Jenis-jenis nitrogen anorganik yang utama dalam air adalah ion nitrat (NO3-) dan ammonium (NH4+). Dalam kondisi tertentu terdapat dalam

bentuk nitrit (NO2-) (Achmad, 2004).

Di perairan alami, nitrit (NO2) biasanya ditemukan dalam jumlah yang sangat

sedikit, lebih sedikit daripada nitrat, karena bersifat tidak stabil dengan keberadaan oksigen. Nitrit merupakan bentuk peralihan (intermediate) antara amonia dan nitrat (Nitrifikasi), dan antara nitrat dan gas nitrogen (denitrifikasi). Denitrifikasi berlangsung pada kondisi anaerob. Nitrat (NO3) adalah bentuk utama

nitrogen di perairan alami dan merupakan nutrient utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae. Nitrat nitrogen sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil. Senyawa ini dihasilkan dari proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan. Nitrifikasi yang merupakan proses oksidasi amonia menjadi nitrit dan nitrat adalah proses yang penting dalam siklus nitrogen dan berlangsung pada kondisi aerob (Effendi, 2003).

Nitrat, nitrit, dan amonia adalah senyawa nitrogen organik yang banyak mendapat perhatian pada kualitas air. Nitrat biasanya ada di permukaan dalam konsentrasi kecil, dan kemungkinan mencapai konsentrasi tinggi pada air tanah. Dalam jumlah yang berlebihan dapat menimbulkan kelainan pada bayi yang


(15)

disebut inflantile methemoglobinemia. Nitrat adalah unsur penting dalam proses

protosyntesis tanaman air. Nitrit merupakan bentuk antara oksidasi amonia ke nitrat atau reduksi nitrat ke amonia. Nitrit dapat masuk ke perairan melalui air limbah industri. Nitrit adalah penyebab sebenarnya, karena di dalam tubuh dapat mengikat zat besi dari hemoglobin yang membentuk methemoglobinemia. Asam yang di bentuk dari nitrat dapat bereaksi membentuk nitrosamines yang kebanyakan diketahui berpotensi carcinogen (Sutrisno dan Eni, 2002).

Spektrofotometer visible adalah pengukuran panjang gelombang dan intensitas ultravilolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel. Sinar tampak berada pada panjang gelombang 400-800 nm. Spektrum ini sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif (Ompusunggu, 2009).

Sehubung dengan bahayanya Nitrat dan Nitrit bagi kesehatan manusia, maka penulis tertarik untuk menulis Tugas Akhir yang berjudul “Penetapan Kadar Nitrat dan Nitrit pada Air Baku PT. TIRTA SUMUT di PDAM Tirtanadi Medan”.

1.2 Tujuan

1. Untuk Mengetahui kadar Nitrat dan Nitrit pada Air Baku PT. Tirta Sumut secara spektrofotometri di Laboratorium PDAM Tirtanadi Medan.

2. Untuk mengetahui apakah kadar Nitrat dan Nitrit yang diperiksa memenuhi standart mutu yang ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001 (Baku Mutu Kelas I).


(16)

1.3 Manfaat

1. Dapat mengetahui kadar Nitrat dan Nitrit pada Air Baku PT. Tirta Sumut secara spektrofotometri di Laboratorium PDAM Tirtanadi Medan.

2. Dapat mengetahui apakah kadar Nitrat dan Nitrit yang diperiksa memenuhi standart mutu yang ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001 (Baku Mutu Kelas I).


(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air

Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia dan makhluk hidup lainnya dan fungsinya bagi kehidupan tersebut tidak akan dapat digantikan oleh senyawa lainnya. Dalam jaringan hidup, air merupakan medium untuk berbagai reaksi dan proses ekskresi. Air merupakan komponen utama baik dalam tanaman maupun hewan termasuk manusia. Tubuh manusia terdiri dari 60-70% air. Sebagian besar keperluan air sehari-hari berasal dari sumber air tanah dan sungai, air yang berasal dari PAM (air ledeng) juga bahan bakunya berasal dari sungai, oleh karena itu kuantitas dan kualitas sungai sebagai sumber air harus dipelihara (Achmad, 2004).

Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan, terutama penyakit perut. Peningkatan kualitas air minum dengan jalan mengadakan pengelolaan terhadap air yang akan diperlukan sebagai air minum dengan mutlak diperlukan terutama apabila air tersebut berasal dari air permukaan (Sutrisno dan Eni, 2002).

Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan industri, domestik, dan kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya air, antara


(18)

lain menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan, dan bahaya bagi semua makhluk hidup yang bergantung pada sumber daya air (Effendi, 2003).

2.2 Sumber-Sumber Air

Menurut Sutrisno dan Eni (2002), berdasarkan sumber-sumbernya, air terbagi atas air laut, air atmosfer, air meteriologik (air hujan), air permukaan dan air tanah.

2.2.1 Air laut

Air laut mempunyai sifat asin, karena air laut mengandung garam NaCl. Kadar garam NaCl dalam air laut sekitar 3%, maka air laut tidak memenuhi syarat untuk air minum.

2.2.2 Air atmosfir, Air meteriologik (Air hujan)

Dalam keadaan murni, sangat bersih, namun dengan adanya pengotoran udara yang disebabkan oleh kotoran-kotoran, industri/debu menyebabkan air hujan tercemar. Apabila air hujan akan dijadikan sebagai sumber air minum hendaknya pada waktu menampung air hujan jangan dimulai pada saat hujan mulai turun, karena masih mengandung banyak kotoran. Air hujan mempunyai sifat agresif terutama terhadap pipa-pipa penyalur maupun bak-bak reservoir, sehingga hal ini akan mempercepat terjadinya korosi (karatan). Air hujan ini mempunyai sifat lunak, sehingga akan boros terhadap pemakaian sabun.

2.2.3 Air permukaan

Air permukaan adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya,


(19)

misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri kota dan sebagainya. Sumber-sumber air permukaan adalah air sungai dan air danau.

a. Air sungai

Air sungai dalam penggunaanya sebagai air minum haruslah mengalami suatu pengolahan yang sempurna yaitu pengolahan air dari cara yang sederhana sampai pengolahan yang lengkap (complete treatment process). Air sungai ini pada umumnya mempunyai derajat pengotoran yang tinggi sekali. Debit yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan akan air minum pada umumnya dapat mencukupi.

b. Air rawa/danau

Kebanyakan air rawa ini berwarna yang disebabkan oleh adanya zat-zat organis yang telah membusuk, misalnya asam humus yang larut dalam air yang menyebabkan warna kuning coklat. Dengan adanya pembusukan kadar zat organis tinggi, maka umumnya kadar Fe dan Mn akan tinggi pula dan dalam keadaan kelarutan O2 kurang sekali (anaerob), maka

unsur-unsur Fe dan Mn ini akan larut. Pada permukaan air akan tumbuh algae (lumut) karena adanya sinar matahari dan O2.

2.2.4 Air tanah

a. Air tanah dangkal

Air tanah dangkal terjadi karena daya proses peresapan air dari permukaan tanah. Air tanah dangkal ini dapat pada kedalaman 15,00 m. Air tanah dangkal ini ditinjau dari segi kualitasnya agak baik bila digunakan sebagai


(20)

sumur air minum. Kuantitas air tanah dangkal ini kurang baik dan tergantung pada musim.

b. Air tanah dalam

Air tanah dalam biasanya terdapat di kedalaman antara 100-300 m, umumnya tergolong bersih, karena sewaktu proses pengalirannya mengalami penyaringan alamiah dan kebanyakan mikroba sudah tidak ada lagi terdapat di dalamnya. Air tanah dalam kualitasnya lebih baik dari air dangkal, karena penyaringannya lebih sempurna dan bebas dari bakteri. Perubahan musim juga hanya sedikit mempengaruhi air tanah dalam. c. Mata Air

Mata air adalah air tanah yang ke luar dengan sendirinya ke permukaan tanah. Mata air yang berasal dari tanah dalam, hampir tidak terpengaruh oleh musim dan kualitas/kuantitasnya sama dengan keadaan air tanah dalam.

2.3 Air Baku

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 16 tahun 2005, bahwa yang dimaksud dengan air baku untuk air minum rumah tangga, yang selanjutnya disebut air baku adalah air yang dapat berasal dari sumber air permukaan, cekungan air tanah dan/atau air hujan yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum. Untuk keperluan perencanaan sistem penyediaan air minum, terlebih dahulu perlu diketahui pasokan sumber air


(21)

bakunya berasal dari sumber: air hujan; air tanah terdiri dari mata air, air tanah dangkal, dan air tanah dalam; serta air permukaan (Joko, 2010).

Menurut Juju (2012), persyaratan air baku air minum pada dasarnya ada 2 sisi yang harus dipenuhi oleh suatu air baku sistem pengolahan air minum yaitu:

a. Segi Kualitas

Air yang dipergunakan harus memenuhi syarat-syarat kualitas fisik, kimia, dan biologi yang menjamin bahwa air tersebut akan aman dikonsumsi oleh masyarakat tanpa khawatir akan terkena penyakit bawaan air. Dalam hal ini, air harus memenuhi baku mutu sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001.

b. Segi Kuantitas

Air yang akan dipergunakan harus tersedia dalam jumlah yang cukup sehingga dapat dipergunakan selama dibutuhkan. Untuk menjaga kehidupan akuatik di dalam sumber air maka terdapat persyaratan pengambilan debit maksimum yang diizinkan yaitu sekitar 20%-40% dari kapasitas sumber. Menurut Effendi (2003), berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1990 mengelompokkan kualitas air menjadi beberapa golongan menurut peruntukannya. Adapun penggolongan air menurut peruntukannya adalah sebagai berikut:

1. Golongan A

Yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung, tanpa pengolahan terlebih dahulu.


(22)

2. Golongan B

Yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum. 3. Golongan C

Yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan. 4. Golongan D

Yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha di perkotaan, industri, dan Pembangkit Listrik Tenaga Air.

2.4Unit – Unit Pengolahan Air

Unit produksi sistem penyediaan air minum berfungsi untuk mengolah air baku menjadi air minum. Untuk mencapai kualitas air yang sesuai dengan standar kualitas air minum tersebut, air baku diolah dengan pemisahan partikel kasar, proses pemisahan tersuspensi, proses pemisahan terlarut, proses netralisasi, dan proses desinfeksi. Yang dimaksud dengan pengolahan air adalah usaha-usaha teknis yang dilakukan untuk merubah sifat-sifat air tersebut (Joko, 2010).

Adapun unit-unit pengolahan air di PDAM Tirtanadi antara lain sebagai berikut:

1. Bendungan

Sumber air baku adalah air permukaan Sungai yang diambil melalui bangunan bendungan dengan panjang 25 m (sesuai lebar sungai) dengan tinggi ± 4 m dimana pada sisi kiri bendungan dibuat sekat (channel) berupa saluran penyadap yang lebarnya 2 m dilengkapi dangan pintu pengatur ketinggian air masuk ke


(23)

2. Intake

Intake berfungsi untuk pengambilan/penyadapan air baku. Bangunan ini adalah saluran bercabang dua dilengkapi dangan bar screen (saringan kasar) yang berfungsi untuk mencegah masuknya sampah-sampah yang berukuran besar, dan

fine screen (saringan halus) yang berfungsi masuknya kotoran-kotoran maupun sampah berukuran kecil yang terbawa arus sungai. Masing-masing saluran dilengkapi dengan pintu pengatur ketinggian air (sluice gate) dan penggerak elektromotor. Pemeriksaan maupun pembersihan saringan dilakukan secara periodik untuk menjaga kestabilan jumlah air masuk .

3. Raw Water Tank (RWT)

Raw Water Tank (bak pengendap) merupakan bangunan yang dibangun setelah intake yang terdiri dari 2 unit (4 sel). Setiap unit berdimensi 23,3 m x 20 m, tinggi 5 m yang dilengkapi dengan dua buah inlet gate, dua buah outlate gate,

sluice gate dan pintu bilas 2 buah. Raw Water Tank berfungsi sebagai tempat pengendapan partikel-partikel kasar dan lumpur yang terbawa dari sungai dengan sistem sedimentasi (pengendapan).

4. Raw Water Pump (RWP)

Raw Water Pump (Pompa Air Baku) berfungsi untuk memompakan air dari RWT ke clearator. RWP ini terdiri dari 16 unit pompa air baku. Kapasitas setiap pompa air baku. Kapasitas setiap pompa 110 l/detik dengan rata-rata 18 m memakai motor AC nominal daya 75 KW. Pada Raw Water Pump (RWP) dilakukan Prechlorination yang berfungsi mengoksidasi zat-zat organik,


(24)

anorganik, dan mengendalikan pertumbuhan lumut (alga) juga menghilangkan polutan-polutan lainnya.

5. Koagulan

Bahan yang digunakan sebagai koagulan yaitu tawas. Untuk menentukan dosis tawas yang tepat terlebih dahulu dilakukan uji jartest . Jika pendosisan tawas terlalu rendah, maka pembentukan flok akan terganggu ditandai dengan air yang keruh. Begitu juga bila dosis tawas berlebih maka akan merusak proses pengolahan air, disamping itu sisa Al3+ tersebut akan bereaksi sehingga terjadi

flok-flok yang mengganggu kualitas air.

6. Clearator atau Clarifier (Proses Penjernihan Air)

Bangunan Clearator terdiri dari 5 unit dengan kapasitas masing-masing 350 l/detik. Clearator berfungsi sebagai tempat pemisahan antara flok yang bersifat sedimen dengan air bersih sebagai effluent (hasil olahan). Hasil clearator

dilengkapi dengan agitator sebagai pengaduk lambat dan selanjutnya dialirkan ke

filter. Endapan flok-flok tersebut kemudian dibuang sesuai dengan tingkat ketebalannya secara otomatis.

Clearator ini terbuat dari beton berbentuk bulat dengan lantai kerucut yang dilengkapi sekat-sekat pemisah untuk proses-proses sebagai berikut:

1. Primary Reaction Zone

2. Secondary Reaction Zone

3. Return Reaction Zone

4. Clarification Reaction Zone


(25)

7. Filter

Dari clearator air dialirkan ke filter untuk menyaring turbidity (kekeruhan), beberapa flok-flok halus dan kotoran lain yang lolos dari clearator melalui pelekatan pada media filter yang berjumlah 24 unit jenis saringan pasir cepat masing-masing menggunakan motor AC nominal daya 5 KVA.

Dimensi masing-masing filter ini adalah 5 m, panjang 8,25 m, tinggi 6,25 m, tinggi permukaan air maksimum 5,05 m, serta tebal media filter 114 cm, dengan lapisan sebagai berikut:

- Pasir kwarsa, 0,45-1,20 mm, dengan ketebalan 61 cm.

- Pasir kwarsa, diameter 1,80-2,00 mm, dengan ketebalan 15 cm. - Krikil halus, diameter 4,75-6,30 mm, dengan ketebalan 8 cm. - Krikil sedang, diameter 6,30-10,00 mm, dengan ketebalan 7,5 cm. - Krikil sedang, diameter 10,00-20,00 mm, dengan ketebalan 7,5 cm. - Kerikil kasar, diameter 20,00 mm – 40,00 mm dengan ketebalan 15 cm

Dalam jangka waktu tertentu, permukaan filter akan tersumbat oleh flok yang masih tersisa dari proses. Pertambahan ketinggian permukaan air diatas media

filter sebanding dengan berlangsungnya penyumbatan (clogging) media filter oleh flok-flok. Selanjutnya dilakukan proses backwash, yaitu pencucian media filter

dengan menggunakan sistem aliran balik dengan menggunakan air yang di supply

dari pompa reservoir. Proses ini bertujuan untuk mengoptimalkan kembali fungsi

filter. Banyaknya air yang dibutuhkan untuk backwash untuk satu buah filter

adalah 200-300 m dan backwash dilakukan 1 x 24–72 jam, tergantung pada lancar tidaknya penyaringan.


(26)

8. Reservoir

Reservoir ini adalah berupa bangunan beton berdimensi panjang 50 m, lebar 40 m, tinggi 7 m, berfungsi untuk menampung air bersih/air olahan setelah melewati media filter dengan kapasitas ± 12.000 m3 dan kemudian didistribusikan

ke pelanggan melalui reservoir-reservoir distribusi diberbagai cabang. Air bersih yang mengalir dari filter ke reservoir dibubuhi chlor (post chlorination) yang bertujuan untuk membunuh mikroorganisme patogen, sedangkan penambahan larutan kapur jenuh bertujuan untuk menetralisasi pH air.

9. Finish Water Pump(FWP)

FWP (pompa distribusi air bersih) berfungsi untuk mendistribusikan air bersih dari reservoir utama di instalasi ke reservoir-reservoir distribusi di cabang melalui pipa transmisi 1.000 mm dan 800 mm. FWP terdiri dari 5 unit pompa dengan kapasitas masing-masing 375 l/det total head 55 m menggunakan motor AC. 10. Sludge Lagoon

Daur ulang adalah cara paling tepat dan aman dalam mengatasi dan meningkatkan kualitas lingkungan. Prinsip ini telah mendorong perusahaan untuk membangun sarana pengolahan limbah berupa sludge lagoon. Lagoon ini berfungsi sebagai media penampung air buangan bekas pencucian sistem pengolahan dan kemudian air tersebut disalurkan kembali ke RWT untuk diproses kembali.


(27)

2.5 Nitrat

Menurut Effendi (2003), Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen di

perairan alami dan merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae. Nitrat nitrogen sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil. Senyawa ini dihasilkan dari proses sempurna senyawa nitrogen diperairan. Nitrifikasi yang merupakan proses oksidasi amonia menjadi nitrat dan nitrit adalah proses yang penting dalam siklus nitrogen dan berlangsung pada kondisi aerob. Oksidasi amonia menjadi nitrit dilakukan oleh bakteri Nitrosomonas, sedangkan oksidasi nitrit menjadi nitrat dilakukan oleh bakteri Nitrobacter. Kedua jenis bakteri tersebut merupakan bakteri kemotrofik, yaitu bakteri yang mendapatkan energi dari proses kimiawi. Berikut persamaan reaksi dari oksidasi amonia menjadi nitrit, dan oksidasi nitrit menjadi nitrat:

Nitrosomonas

2 NH3 + 3 O2 2 NO2- + 2 H+ + 2 H2O

Nitrobacter

2 NO2- + O2 2 NO3-

Adanya nitrat (NO3-) dalam air adalah berkaitan erat dengan siklus nitrogen

dalam alam. Dalam siklus tersebut dapat diketahui bahwa nitrat dapat terjadi baik dari N2 atmosfir maupun dari pupuk-pupuk (fertilizer) yang digunakan dan dari

oksidasi NO2- oleh bakteri dari kelompok Nitrobacter. Nitrat yang terbentuk dari

proses-proses tersebut merupakan pupuk dari tanaman-tanaman. Nitrat yang kelebihan dari yang dibutuhkan oleh kehidupan tanaman terbawa oleh air yang merembes melalui tanah, sebab tanah tidak mempunyai kemampuan untuk


(28)

menahannya. Ini mengakibatkan terdapatnya konsentrasi nitrat yang relatif tinggi pada air tanah. Jumlah nitrat (NO3-) dalam usus cenderung untuk berubah menjadi

nitrit (NO2-), yang dapat bereaksi langsung dengan haemoglobin dalam darah

membentuk “methaemoglobine” yang dapat menghalangi perjalanan oksigen di dalam tubuh (Sutrisno dan Eni, 2002).

Nitrat biasanya ada di dalam air permukaan dalam konsentrasi kecil, dan kemungkinan mencapai konsentrasi tinggi pada air tanah. Dalam jumlah yang berlebihan dapat menimbulkan kelainan pada bayi yang disebut Inflantile Methemoglobinemia. Nitrat adalah unsur yang penting dalam proses protosyntesis

tanaman air(Sutrisno dan Eni, 2002).

Nitrat merupakan hasil akhir dari oksidasi nitrogen dalam air laut. Kadar nitrogen akan semakin meningkat dengan bertambahnya kedalaman. Peningkatan kadar nitrat di dalam air laut dipengaruhi oleh masuknya limbah-limbah domestik dan pertanian yang banyak mengandung nitrat. Konsentrasi nitrat di perairan selain berasal dari nitrifikasi nitrit, juga berasal dari pengikatan nitrogen bebas dari udara oleh mikroorganisme (Nugroho, 2006).

Sumber pencemaran nitrat dalam air umumnya berasal dari limbah industri, septi tank, limbah hewan (ikan dan burung), dan limbah dari angkutan air (kapal, perahu, dan lain-lain). Selain itu limbah dari lahan-lahan pertanian akibat aktivitas pemupukan, penggunaan pestisida, dan lain-lain memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap polusi nitrat di dalam air permukaan (Surface water) dan air bawah tanah (Ground water) (Ompusunggu, 2009).


(29)

2.6 Nitrit

Di perairan alami, nitrit (NO2) biasanya ditemukan dalam jumlah yang sangat

sedikit. Lebih sedikit daripada nitrat, karena bersifat tidak stabil dengan keberadaan oksigen. Nitrit merupakan bentuk peralihan (intermediate) antara amonia dan nitrat (nitrifikasi), dan antara nitrat dan gas nitrogen (denitrifikasi). Denitrifikasi berlangsung pada kondisi anaerob ( Effendi, 2003).

Sumber nitrit dapat berupa limbah industri dan limbah domestik. Kadar nitrit pada perairan relatif kecil, karena segera dioksidasi menjadi nitrat. Perairan alami mengandung nitrit sekitar 0,001 mg/L dan sebaiknya tidak melebihi 0,06 mg/L. Di perairan, kadar nitrit jarang melebihi 1 mg/L. Kadar nitrit yang lebih dari 0,05 mg/L dapat bersifat tosik bagi organisme perairan yang sangat sensitif. Untuk keperluan air minum, WHO merekomendasikan kadar nitrit sebaiknya tidak lebih dari 1 mg/L. Bagi manusia dan hewan, nitrit bersifat lebih toksik daripada nitrat. Pada manusia konsumsi nitrit yang berlebihan dapat mengakibatkan terganggunya proses pengikatan oksigen oleh hemoglobin darah, yang selanjutnya membentuk methemoglobin yang tidak mampu mengikat oksigen (Effendi, 2003).

Menurut Chandra (2006), dalam keadaan normal, nitrit tidak ditemukan dalam air minum, kecuali dalam air yang berasal dari air tanah akibat adanya proses reduksi nitrat oleh garam besi.

Nitrit (NO2) beracun terhadap udang dan ikan karena mengoksidasi Fe2+ di

dalam hemoglobin. Dalam bentuk ini kemampuan darah untuk mengikat oksigen sangat merosot. Mekanisme toksisitas dari nitrit ialah pengaruhnya terhadap transport oksigen dalam darah dan kerusakan jaringan. Akumulasi nitrit di dalam


(30)

tambak dan kolam diduga terjadi sebagai akibat tidak seimbangnya antara kecepatan perubahan dari nitrit menjadi nitrat dan dari amonia menjadi nitrit (Ghufran, 2007).

Efek terhadap kesehatan manusia yang ditimbulkan oleh kandungan nitrit ini dalam air adalah serupa dengan apa yang diakibatkan oleh nitrat, yaitu dapat menyebabkan terbentuknya “Methemoglobine” yang dapat menghambat perjalanan oksigen dalam tubuh, dan dapat menyebabkan “Blue baby” pada bayi. Selain itu, nitrit adalah zat yang bersifat beracun, sehingga standar persyaratan kualitas air minum yang ditetapkan oleh Dep. Kes. RI tidak memperbolehkan kehadiran nitrit pada air minum. Nitrit adalah penyebab sebenarnya, karena di dalam tubuh nitrit dapat mengikat zat besi dari hemoglobin yang membentuk methemoglobinemia. Asam yang dibentuk dari nitrat dapat bereaksi membentuk nitrosamines yang kebanyakan diketahui berpotensi carcinogen (Sutrisno dan Eni, 2002).

Nitrit juga dapat mengakibatkan penurunan tekanan darah karena efek vasodilatasinya. Gejala klinis yang timbul dapat berupa nausea, vomitus, nyeri abdomen, nyeri kepala, pusing, selain itu sianosis dapat muncul dalam jangka waktu beberapa menit sampai 45 menit. Pada kasus yang ringan, sianosis hanya tampak di sekitar bibir dan membran mukosa. Adanya sianosis sangat tergantung dari jumlah total hemoglobin dalam darah (Ompusunggu, 2009).

Efek racun yang akut dari nitrit adalah methemoglobinemia, dimana lebih dari 10% hemoglobin diubah menjadi methemoglobin. Bila konversi ini melebihi 70% maka akibatnya akan sangat fatal (Ompusunggu, 2009).


(31)

Tabel 2.1 Kadar Methemoglobin

Berdasarkan tabel 2.1 di bawah ini, maka dapat diketahui kadar methemoglobin dan gejala yang akan ditimbulkan.

Kadar

Methemoglobin Gejala yang timbul

3% Kadar normal

3% - 10% Tidak ada gejala klinis

10% - 15% Kemampuan darah untuk mengangkut oksigen berkurang dan menyebabkan darah menjadi coklat

15% - 20% Terjadi sianosis dimana tuuh berwarna biru – abu-abu, biasanya asymtomatic

20% - 45% Sakit kepala, pusing, lemah, kurangnya produktivitas, kesulitan bernafas

45% - 55% Peningkatan depresi pada CNS (Sistem Saraf Pusat)

55% - 65% Koma, seizures, cardiac failur, cardiac arrythmias, metabolic asidosis

>65% Resiko tinggi yang dapat menyebabkan kematian

2.7 Sifat Fisik dan Struktur Kimia

Nitrat dibentuk dari asam nitrat yang berasal dari amonia melalui proses oksidasi katalitik. Nitrit juga merupakan hasil metabolisme dari siklus nitrogen. Bentuk pertengahan dari nitrifikasi dan denitrifikasi. Nitrat dan nitrit adalah komponen yang mengandung nitrogen berikatan dengan atom oksigen, nitrat mengikat 3 atom oksigen sedangkan nitrit mengikat 2 atom oksigen. Di alam nitrat sudah diubah menjadi bentuk nitrit atau bentuk lainnya (Ompusunggu, 2009).


(32)

Struktur Kimia Nitrat Struktur Kimia Nitrit O

N O N - - O -

O O

Berat molekul 62,05 Berat molekul 46,006

Pada kondisi yang normal, baik nitrat maupun nitrit adalah komponen yang stabil, tetapi pada suhu yang tinggi akan tidak stabil. Nitrat sangat berbahaya untuk didekati karena dapat terbentuk gas beracun dan bila terbakar dapat menimbulkan ledakan. Bentuk garam dari nitrat dan nitrit tidak berwarna dan tidak berbau serta tidak berasa, bersifat higroskopis (Ompusunggu, 2009).

2.8 Spektrofotometri

Spektrofotometer visible adalah pengukuran panjang gelombang dan intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel. Sinar tampak berada pada panjang gelombang 400-800 nm. Spektrum ini sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif (Ompusunggu, 2009).

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang, pengukuran terhadap suatu deret contoh pada suatu panjang gelombang tunggal mungkin juga dapat dilakukan. Alat-alat demikian dapat dikelompokkan baik sebagai manual atau perekam, maupun sebagai sinar tunggal atau sinar rangkap (Day dan Underwood, 2000). Prinsip dari alat ini yaitu radiasi pada rentang panjang gelombang 400-800 nm dilewatkan melalui suatu larutan senyawa. Elektron-elektron pada ikatan di dalam


(33)

molekul menjadi tereksitasi sehingga menempati keadaan kuantum yang lebih tinggi dan dalam proses menyerap sejumlah energi yang melewati larutan tersebut. Semakin longgar elektron tersebut ditahan di dalam ikatan molekul, semakin panjang gelombang (energi lebih rendah) radiasi yang diserap (Watson, 2010).

Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorbsi untuk larutan sampel atau blanko, dan suatu alat untuk mengukur perbedaan antara sampel dan blanko ataupun pembanding (Khopkar, 2003).

Menurut Muldja (1995), alat-alat instrumentasi Spektrofotometer UV-Visible terdiri dari:

1. Sistem Optik

Pada umumnya konfigurasi dasar setiap spektrofotometer UV-Visible berupa susunan peralatan optik yang terkontruksi sebagai berikut:

Keterangan:

SR = Sumber Radiasi M = Monokromator

SK = Sampel Kompratemen D = Detektor

A = Amplifier atau penguat VD = Visual Display


(34)

2. Sumber Radiasi

Beberapa sumber radiasi yang dipakai pada spektrofotometer UV-Vis adalah lampu deuterium, lampu tungsen, dan lampu merkuri. Sumber radiasi Deuterium dapat dipakai pada daerah panjang gelombang 190 nm sampai 380 nm (daerah ultraviolet dekat), karena pada rentang panjang gelombang tersebut sumber radiasi deuterium memberikan dua garis spektra yang dapat dipakai uintuk mengecek ketepatan panjang gelombang pada spektrofotometer UV-Vis.

3. Monokromator

Monokromator berfungsi untuk mendapatkan radiasi monokromatis dari sumber radiasi polikromatis.

4. Sel atau Kuvet

Sel atau kuvet merupakan wadah sampel yang akan dianalisis. Ditinjau dari bahan yang dipakai membuat kuvet, ada 2 macam kuvet yaitu, kuvet dari leburan silika (kuarsa) dan kuvet dari gelas.

5. Detektor

Detektor merupakan salah satu bagian dari spektrofotometer UV-Vis yang penting. Oleh karena itu, kualitas detektor akan menentukan kualitas spektrofotometer UV-Vis. Fungsi detektor di dalam spektrofotometer adalah mengubah sinyal radiasi yang diterima menjadi sinyal elektronik.


(35)

Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh detektor dalam spektrofotometer UV-Vis antara lain:

a. Detektor harus mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap radiasi yang diterima, tetapi harus memberikan noise yang sangat minimum (rendah). b. Detektor harus mempunyai kemampuan untuk memberikan respon

terhadap radiasi pada daerah panjang gelombang yang lebar (UV-Vis). c. Detektor harus memberikan respon terhadap radiasi dalam waktu yang

serempak.

d. Detektor harus memberikan jaminan terhadap respon kuantitatif dan sinyal elektronik yang dikeluarkan harus berbanding lurus dengan sinyal yang diterima.

e. Sinyal elektronik yang diteruskan oleh detektor harus diamplifikasikan oleh penguat (amplifier) ke recorder (pencatat).


(36)

BAB III

METODE PENGUJIAN

3.1 Alat

Adapun alat yang digunakan pada analisis nitrat dan nitrit antara lain: a. Spektofotometer DR 5000

b. Beaker gelas 50 ml c. Erlenmeyer 25 ml d. Labu ukur 10 ml e. Kuvet 10 ml

f. Pipet volume 10 ml g. Magnetic Stirer h. Hot plate

3.2 Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada analisis nitrat dan nitrit antara lain: a. Sampel air

b. NitraVer 6 Nitrate Reagent Powder Pillows c. NitriVer 3 Nitrite Reagent Powder Pillows d. Akuades atau air demineralisasi


(37)

3.3 Prosedur Kerja 3.3.1 Analisis Nitrat

a. Pastikan analis memakai masker dan sarung tangan.

b. Tekan power pada alat Spektrofotometer DR 5000, pilih nomor program 351 dan layar akan menunjukkan 351 N, Nitrate LR.

c. Ubah Multi-cell Adapter dengan holder persegi untuk kuvet ukuran 10 ml. d. Tuang 15 sampel air ke dalam erlenmeyer 25 ml.

e. Tambahkan 1 Pillow NitraVer 6 Nitrate Reagent Powder ke dalam sampel. f. Tekan tombol timer untuk waktu reaksi 15 menit, aduk dengan stirrer

hotplate.

g. Ketika waktu reaksi selesai, tekan kembali tombol timer > OK, maka waktu reaksi akan berjalan kembali selama 2 menit.

h. Ketika waktu reaksi tercapai, tuangkan 10 ml sampel yang di dalam erlenmeyer ke dalam labu ukur 10 ml.

i. Tambahkan 1 Pillows Nitriver 3 Nitrite Reagent Powder kedalam labu ukur.

j. Homogenkan, masukkan ke dalam kuvet 10 ml (sampel).

k. Jika kandungan nitrat pada sampel ada, maka akan terbentuk warna merah muda (pink).

l. Sediakan 1 kuvet 10 ml, masukan sampel air sebanyak 10 ml kedalam kuvet (blanko).

m. Kemudian tekan tombol timer > OK kembali, maka reaksi akan dimulai untuk 15 menit.


(38)

n. Setelah waktu tercapai, masukkan kuvet blanko kedalam dudukan kuvet dengan posisi garis penunjuk menghadap kearah analis.

o. Tekan tombol zero, maka layar akan menampilkan 0,000 Abs.

p. Kemudian masukkan kuvet sampel kedalam dudukan kuvet, tekan Abs, lalu tekan read hasilnya akan terlihat. Hasil pengujian akan tampil sebagai absorbansi.

q. Kadar dapat dihitung dengan persamaan, y = 3,020x – 0,0185

r. Cuci dan bilas erlenmeyer, kuvet segera sesudah melakukan prosedur pengujian.

3.3.2 Analisis Nitrit

a. Pastikan analis telah memakai masker dan sarung tangan. b. Tekan power pada alat spektrofotometer DR 5000.

c. Tekan nomor program 371 dan tombol start, layar akan menunjukkan 371 N, Nitrite LR-PP.

d. Ubah Multy-cell Adapter dengan holder persegi untuk kuvet ukuran 10 ml. e. Masukkan 10 ml sampel air ke dalam labu ukur 10 ml.

f. Tambahkan 1 kandungan Nitriver 3 Nitrite Reagent powder pillow ke dalam labu ukur 10 ml, hingga larut. Warna merah muda akan terbentuk jika nitrit nitrogen ada dalam sampel air.

g. Pindahkan larutan yang terdapat pada labu ukur ke dalam kuvet 10 ml (sampel).


(39)

h. Sediakan 1 kuvet 10 ml, lalu masukkan 10 ml sampel kedalam kuvet (blanko).

i. Tekan tombol timer, masa reaksi akan dimulai untuk 20 menit.

j. Jika waktu telah tercapai, masukkan kuvet blanko pada dudukan kuvet dan tekan tombol zero, maka pada layar akan menunjukkan 0,000 Abs.

k. Masukkan kuvet sampel pada dudukan kuvet dengan posisi garis batas kuvet menghadap analis. Tekan Abs, lalu tekan read. Hasil pengujian akan tampil sebagai absorbansi.


(40)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berikut ini adalah hasil yang diperoleh dari penetapan kadar nitrat dan nitrit pada Air Baku PT. Tirta Sumut di Laboratorium PDAM Tirtanadi Medan pada tanggal 19 Februari 2013 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.1 Hasil Penetapan Kadar Nitrat dan Nitrit pada Air Baku PT. Tirta Sumut

Berdasarkan Tabel 4.1 di bawah ini, maka dapat diketahui hasil dari Penetapan Kadar Nitrat dan Nitrit pada Air Baku PT. Tirta Sumut yang diuji pada tanggal 19 Februari 2013.

No Tanggal pengujian Parameter Uji

Kadar yang diperoleh

(mg/L)

Kadar Maksimum air

Baku (mg/L)

1 19 Februari 2013 Nitrat 0,077 10

2 19 Februari 2013 Nitrit 0,015 0,06

4.2 Pembahasan

Berdasarkan pengujian yang dilakukan pada Penetapan Kadar Nitrat dan nitrit pada Air Baku PT. Tirta Sumut, maka diperoleh hasil pada kadar nitrat yaitu 0,077 mg/L, di mana Kadar Maksimum yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001 yaitu 10 mg/L. Dengan demikian Kadar Nitrat pada Air Baku PT. Tirta Sumut memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001 (Baku Mutu Kelas I).

Sedangkan pada pengujian Kadar Nitrit diperoleh hasil 0,015 mg/L, di mana Kadar Maksimum yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001 yaitu 0,06 mg/L. Dengan demikian, maka Kadar Nitrit pada Air Baku PT.


(41)

Tirta Sumut memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001 (Baku Mutu Kelas I).

Kadar nitrat untuk keperluan air minum sebaiknya tidak melebihi 10 mg/L. Nitrat tidak bersifat toksik terhadap organisme akuatik. Konsumsi air yang mengandung kadar nitrat yang tinggi akan menurunkan kapasitas darah untuk mengikat oksigen, terutama pada bayi yang berumur kurang dari lima bulan. Keadaan ini dikenal sebagai methemoglobinemia atau blue baby disease, yang mengakibatkan kulit bayi berwarna kebiruan (Effendi, 2003).

Kadar nitrit pada perairan relatif kecil karena segera dioksidasi menjadi nitrat. Perairan alami mengandung nitrit sekitar 0,001 mg/L dan sebaiknya tidak melebihi 0,06 mg/L. Di perairan, kadar nitrit jarang melebihi 1 mg/L. Kadar nitrit yang lebih dari 0,05 mg/L bersifat toksik bagi organisme perairan yang sangat sensitif. Untuk keperluan air minum, WHO merekomendasikan kadar nitrit sebaiknya tidak lebih dari 1 mg/L. Pada manusia, konsumsi nitrit yang berlebihan dapat mengakibatkan terganggunya proses pengikatan oksigen oleh haemoglobin darah, yang selanjutnya membentuk methemoglobin yang tidak mampu mengikat oksigen (Effendi, 2003).


(42)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Dari pengujian yang dilakukan pada Penetapan Kadar Nitrat dan Nitrit pada Air Baku PT. Tirta Sumut secara spektrofotometri, maka diperoleh hasil, dimana kadar Nitrat 0,077 mg/L, sedangkan kadar Nitrit yaitu 0,015 mg/L.

2. Dari hasil pengujian yang dilakukan, maka kadar nitrat yang diperoleh yaitu 0,077 mg/L, dimana kadar tersebut memenuhi persyaratan Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001, sedangkan kadar nitrit yang diperoleh yaitu 0,015 mg/L, dimana kadar tersebut juga memenuhi persyaratan Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001 (Baku Mutu Kelas I).

5.2 Saran

1. Dapat meningkatkan kesadaran masyarakat agar tetap menjaga kebersihan lingkungan, sehingga tetap terjaganya kualitas air sebagai sumber penyediaan air bersih.

2. Untuk penetapan kadar selanjutnya agar dapat menggunakan metode yang lain pada penetapan kadar nitrat dan nitrit pada air baku.

3. Diharapkan PDAM Tirtanadi Medan melakukan pengukuran operating time dan menentukan panjang gelombang maksimum pada saat pengujian.


(43)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, R. (2004). Kimia Lingkungan. Yogyakarta: Andi. Hal. 33-34.

Chandra, B. (2006). Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Hal. 67.

Day, R.A., dan Underwood, A.L. (1980). Quantitative Analysis. Diterjemahkan oleh Soendoro, R. Widaningsih, W.B.A., dan Sri, R.S., Analisa Kimia Kuantitatif. (1981).Jakarta: Erlangga. Hal. 222.

Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 11, 152-156. Ghufran, M., dan Andi, B.T. (2007). Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya

Perairan. Jakarta: Rineka Cipta. Hal. 65.

Juju. (2012). Air Baku. Diakses dari:

Maret 2013.

Joko, T. (2010). UnitAir Baku dalam Sistem Penyediaan Air Minum. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal. 53-54.

Khopkar, S.M. (1990). Elementary Consept Of Analytic Chemistry.

Diterjemahkan oleh Saptoharjo, A., Konsep Dasar Kimia Analitik. (2007). Jakarta: UI Press. Hal. 215-216.

Muldja,M., dan Suharman. (1995). Analisis Instrumental. Surabaya: Airlangga. Hal. 48-51

Nugroho, A. (2006). Bioindikator Kualitas Air. Jakarta. Universitas Trisakti. Hal. 49, 51.

Ompusunggu, H. (2009). Analisa Kandungan Nitrat Air Sumur Gali Masyarakat di Sekitar Tempat Pembuangan Sampah (TPS) di Desa Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu. Diakses dari: http:/ repository/.usu.ac.id/: Handle/123456789/14639. Tgl 17 Maret 2013.

Sutrisno, T., dan Eni, S. (2002). Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: Rineka cipta. Hal. 1, 13-18, 44-45, 78.

Wardhana, W.A. (1995). Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Andi. Hal. 78.


(44)

Watson, G.D. (2005). Pharmaceutical Analysis. Diterjemahkan oleh Winny, R.S.,


(45)

Lampiran 1. Gambar

Sampel Air Spektrofotometer DR 5000

Pereaksi Analisis Nitrat: Nitriver 3, Blanko dan Sampel Analisa Nitrat Nitriver 6


(46)

Lampiran 2. Contoh Perhitungan Kadar Nitrat dan Nitrit 1. Perhitungan Kadar Nitrat

Kadar Nitrat ditetapkan dengan menggunakan Spektrofotometer DR 5000 pada Air Baku PT. Tirta Sumut, maka penetapan kurva baku sebagai berikut: Tabel Konsentrasi dan Absorbansi Kurva Baku Nitrat

No X Y X2 Y2 XY

1 0,05 0,128 0,00250 0,01638 0,00640 2 0,10 0,282 0,01000 0,07952 0,02820 3 0,15 0,445 0,02250 0,19803 0,06675 4 0,20 0,586 0,04000 0,3434 0,11720 5 0,25 0,737 0,06250 0,54317 0,18425 6 0,30 0,884 0,09000 0,78146 0,26520 Total (Σ) 1,05 3,062 0,22750 1,96196 0,66800 Rata-Rata 0,175 0,510 0,03792 0,32699 0,11133 Rumus:

=

∑ ��− (∑ �)(∑ �)/�

∑ �2 (∑ �)2/

� = 0,66800−(1,05)(3,062)/6 0,22750− (1,05)2/6

= 0,66800−3,2151/6 0,22750−1,1025/6

= 0,66800−0,53585 0,22750−0,18375

=

0,13215

0,0437

a = 3,020

b =Y - aX

= 0,510 – (3,020) (0,175) = 0,510 – 0,5285


(47)

Lampiran 2 (sambungan)

Dari perhitungan tersebut maka dapat diperoleh persamaan: y = ax - b

y = 3,020x - 0,0185

Koefesien Korelasi: R =

(

)( )

(

)

[

2 2

]

[

2

( )

2

]

Y n X

n

− − − Y X Y X XY n

= 6 (0,66800)− (1,05)(3,062)

��6(022750) – (1,05)2��6(1,96196) – (3,062)2�

=

4,008 –3,2151

�[1,365−1,1025] �11,771776 –9,37584�

=

0,7929

�(0,2625)(2,39592)

=

07929

√0,62893

=

0,7929 0,7930 = 0,9998

Kurva kalibrasi Nitrat

Dari pengujian kadar Nitrat pada Air Baku PT. Tirta Sumut diperoleh absorbasi 0,217 maka kadar Nitrat dapat dihitung dengan persamaan:

y = ax - b

0,217 = 3,020 x - 0,0185 3,020 x = 0,217 + 0,0185 x = 0,217+0,0185

3,020 x = 0,077 mg/L

y = 3,020x - 0,0185 R² = 0,9998

0,000 0,200 0,400 0,600 0,800 1,000

0,00 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25 0,30 0,35

A bs o r ba ns i Konsentrasi


(48)

Lampiran 2 (sambungan)

2. Penetapan Kadar Nitrit

Kadar Nitrit ditetapkan dengan menggunakan Spektrofotometer DR 5000 pada Air Baku PT. Tirta Sumut, maka penetapan kurva baku sebagai berikut: Tabel Konsentrasi dan Absorbansi Kurva Baku Nitrit

No X Y X2 Y2 XY

1 0,005 0,017 0,00003 0,00029 0,00009 2 0,010 0,049 0,00010 0,00240 0,00049 3 0,050 0,301 0,00250 0,09060 0,01505 4 0,100 0,608 0,01000 0,36966 0,06080 5 0,150 0,843 0,02250 0,71065 0,12645 Total (Σ) 0,315 1,818 0,03513 1,17360 0,20288 Rata-Rata 0,0525 0,303 0,00586 0,19560 0,03381

Rumus:

=

∑ ��−∑ �2 (∑ �)(∑ �)/�

− (∑ �)2/�

� = 0,20288−(0,315)(1,818)/5 0,03513− (0,315)2/5

= 0,20288 – 0,57267/5 0,03513−0,0999225/5

= 0,20288−0,114534 0,03513−0,019844

=

0,088346

0,0152856

a = 5,779

b =Y - aX

= 0,303– (5,779) (0,0525) = 0,303 – 0,303


(49)

Lampiran 2 (sambungan)

Dari perhitungan tersebut maka dapat diperoleh persamaan: y = ax - b

y = 5,779x +0,000

Koefesien Korelasi: R =

(

)( )

(

)

[

2 2

]

[

2

( )

2

]

Y n X

n

− − − Y X Y X XY n

= 5 �0,20288�− �0,315�(1,818)

��5�0,03513� – �0,315�2� �5�1,17360� – �1,818�2�

=

1,0144 –0,57267

�[0,17565−0,099225] �5,808 –3,305124�

=

0,44173

�(0,076425)( 2,562876)

=

0,44173

√0,195867

=

0,44173 0,44256 = 0,998

Kurva kalibrasi Nitrit

Dari pengujian kadar Nitrit pada Air Baku PT. Tirta Sumut diperoleh absorbasi 0,088 maka kadar Nitrit dapat dihitung dengan persamaan:

y = ax + b

0,088 = 5,779 x + 0,000 5,779 x = 0,088 - 0,000 x = 0,088−0,000

5,779 x = 0,015 mg/L

y = 5,779x - 0,000 R² = 0,998

0,000 0,200 0,400 0,600 0,800 1,000

0,000 0,020 0,040 0,060 0,080 0,100 0,120 0,140 0,160

A bso r ba nsi konsentrasi


(50)

(51)

(52)

(1)

Lampiran 2 (sambungan)

Dari perhitungan tersebut maka dapat diperoleh persamaan: y = ax - b

y = 3,020x - 0,0185

Koefesien Korelasi: R =

(

)( )

(

)

[

2 2

]

[

2

( )

2

]

Y n X

n

− − − Y X Y X XY n

= 6 (0,66800)− (1,05)(3,062)

��6(022750) – (1,05)2��6(1,96196) – (3,062)2�

=

4,008 –3,2151

�[1,365−1,1025] �11,771776 –9,37584�

=

0,7929

�(0,2625)(2,39592)

=

07929

√0,62893

=

0,7929

0,7930

= 0,9998

Kurva kalibrasi Nitrat

Dari pengujian kadar Nitrat pada Air Baku PT. Tirta Sumut diperoleh absorbasi 0,217 maka kadar Nitrat dapat dihitung dengan persamaan:

y = ax - b

0,217 = 3,020 x - 0,0185 3,020 x = 0,217 + 0,0185 x = 0,217+0,0185

3,020

y = 3,020x - 0,0185 R² = 0,9998

0,000 0,200 0,400 0,600 0,800 1,000

0,00 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25 0,30 0,35

A bs o r ba ns i Konsentrasi


(2)

2. Penetapan Kadar Nitrit

Kadar Nitrit ditetapkan dengan menggunakan Spektrofotometer DR 5000 pada Air Baku PT. Tirta Sumut, maka penetapan kurva baku sebagai berikut: Tabel Konsentrasi dan Absorbansi Kurva Baku Nitrit

No X Y X2 Y2 XY

1 0,005 0,017 0,00003 0,00029 0,00009

2 0,010 0,049 0,00010 0,00240 0,00049

3 0,050 0,301 0,00250 0,09060 0,01505

4 0,100 0,608 0,01000 0,36966 0,06080

5 0,150 0,843 0,02250 0,71065 0,12645

Total (Σ) 0,315 1,818 0,03513 1,17360 0,20288 Rata-Rata 0,0525 0,303 0,00586 0,19560 0,03381

Rumus:

=

∑ ��−∑ �2 (∑ �)(∑ �)/�

− (∑ �)2/�

� = 0,20288−(0,315)(1,818)/5 0,03513− (0,315)2/5

= 0,20288 – 0,57267/5

0,03513−0,0999225/5

=

0,20288−0,114534

0,03513−0,019844

=

0,088346

0,0152856

a = 5,779

b =Y - aX

= 0,303– (5,779) (0,0525) = 0,303 – 0,303


(3)

Lampiran 2 (sambungan)

Dari perhitungan tersebut maka dapat diperoleh persamaan: y = ax - b

y = 5,779x +0,000

Koefesien Korelasi: R =

(

)( )

(

)

[

2 2

]

[

2

( )

2

]

Y n X

n

− − − Y X Y X XY n

= 5 �0,20288�−�0,315�(1,818)

��5�0,03513� – �0,315�2��5�1,17360� – �1,818�2�

=

1,0144 –0,57267

�[0,17565−0,099225] �5,808 –3,305124�

=

0,44173

�(0,076425)( 2,562876)

=

0,44173

√0,195867

=

0,44173

0,44256

= 0,998 Kurva kalibrasi Nitrit

Dari pengujian kadar Nitrit pada Air Baku PT. Tirta Sumut diperoleh absorbasi 0,088 maka kadar Nitrit dapat dihitung dengan persamaan:

y = ax + b

0,088 = 5,779 x + 0,000 5,779 x = 0,088 - 0,000 x = 0,088−0,000

5,779

x = 0,015 mg/L

y = 5,779x - 0,000 R² = 0,998

0,000 0,200 0,400 0,600 0,800 1,000

0,000 0,020 0,040 0,060 0,080 0,100 0,120 0,140 0,160

A bso r ba nsi konsentrasi


(4)

(5)

(6)