mempunyai rantai glycocidic α1→6 dan rantai α1→3.
8,9,20
Glukan dihubungkan terhadap kariogenik alami dari bakteri. Glukan membantu perlekatan bakteri pada
permukaan padat dengan bertindak sebagai pembawa bakteri lainnya dan membentuk matriks.
20
Kelarutan Glukan atau dekstran dalam air akan berpengaruh terhadap pembentukan koloni Streptococcus mutans pada permukaan gigi.
6
Metabolisme dari sukrosa ekstraselular oleh Streptococcus mutans yang memproduksi dekstran yang
tidak larut dalam air dengan rantai α1→3 sangat mempengaruhi pe mbentukan plak dan peningkatan kolonisasi dari bakteri pada plak, semakin tidak larut air maka
pembentukan plak akan semakin baik.
8
` Strain tertentu Streptococcus mutans dapat mensintesis fruktan disamping
glukan dari sukrosa. Fruktan atau levan merupakan polimer fuktosa yang disintesis dari kelompok fruktosil melalui ikatan fructofuranoside
β2→1, ikatan ini yang paling dominan dan sintesisnya dikatalisir oleh fructosyltransferase.
9
Tidak seperti glukan, fruktan terlihat tidak memainkan peranan penting dalam agregasi sel
Streptococcus mutans. Polimer ini rusak oleh bakteri pada plak lainnya dalam plak.
8
Pada saat gigi mulai erupsi, gigi segera dilindungi oleh lapisan tipis glikoprotein yang disebut acquired pellicle. Glikoprotein dari saliva segera diabsorbsi
oleh hidroksiapatit dan kemudian melekat erat pada permukaan gigi. Pada awal pembentukan plak, pertama sekali bakteri aerob yang akan melekat pada permukaan
pelikel, yaitu bakteri Streptococcus sanguis yang dominan dan kemudian diikuti bakteri lainnya.
2.4.2 Streptococcus mutans dalam pembentukan plak
Perlekatan awal bakteri terhadap hidroksiapatit sangat lemah dan
bersifat reversible, sehingga bakteri tidak membentuk koloni. Setelah Streptococcus mutans serotip c mensintesis dekstran ekstraseluler dari sukrosa baru perlekatan dan
agregasi bakteri terhadap permukaan enamel terjadi dan kemudian diikuti dengan peningkatan kolonisasi. Terjadinya agregasi bakteri dikarenakan adanya reseptor
dekstran pada permukaan dinding sel bakteri, reseptor spesifik yang terdapat pada permukaan gigi ini juga membantu bakteri untuk melekat pada permukaan gigi. Hal
ini menyebabkan terjadinya interaksi antar sel selama pembentukan plak lebih mudah.
Streptococcus sanguis juga mampu mensintesis dekstran ekstraseluler dari sukrosa yang berbentuk rantai 1
→6 dan larut dalam air. Sebaliknya Streptococcus mutans mensintesis lebih banyak dekstran yang tidak larut dalam air dengan rantai
1 →3, sehingga Streptococcus mutans lebih baik dalam pembentukan plak daripada
Streptococcus sanguis karena organisme ini tidak mempunyai reseptor dekstran di permukaan sel nya.
8
Metabolisme sukrosa ekstraseluler oleh Streptococcus mutans serotipe c dengan produk dekstran ikatan α1→3 yang tidak larut dalam air, sangat berperan
dalam mekanisme pembentukan plak gigi dan peningkatan kolonisasi dalam plak. Peningkatan kolonisasi ini , terjadi karena agregasi bakteri melalui tiga dasar interaksi
sel. Interaksi yang terjadi meliputi perlekatan bakteri pada permukaan gigi, perlekatan homotipik antar sesama sel, dan perlekatan heterotipik antar sel yang berbeda.
Dekstran dengan ikatan α1→3 juga bertindak sebagai mediator agregasi antara S.mutans, S.sanguis dan A.viscosus. Oleh karena itu dekstran yang pembentukanya
8
dikatalisis oleh glukosyltranferase GTF, merupakan ekspresi esensial dari virulensi Streptococcus mutans.
Steptococcus mutans pada plak memetabolisme sukrosa menjadi asam lebih cepat daripada bakteri lain di dalam agregasi. Koloni Streptococcus mutans ditutupi
oleh glukan atau dekstran yang dapat mengurangi perlindungan dan aktifitas anti bakteri pada saliva terhadap plak gigi. Plak dapat menghambat difusi asam ke saliva
dan sebagai hasil konsentrasi asam menjadi tinggi di permukaan enamel. Hal ini akan membuat produksi asam meningkat dan reaksi dalam rongga mulut menjadi asam dan
kondisi ini akan membuat kondisi demineralisasi gigi terus berlanjut yang merupakan proses awal terjadinya karies.
8
6
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESA PENELITIAN
Pada penelitian ini bahan coba yang akan digunakan adalah obat kumur yang mengandung cetylpyridinium chloride CPC dalam berbagai sediaan bebas alkohol
yang sudah tersedia di pasaran, kemudian dibandingkan dengan obat kumur yang mengandung chlorhexidine CHX. Dalam percobaan, CPC dan CHX yang telah
ditetesi ke dalam cakram kosong akan diletakkan di atas media Mueller Hinton Agar MHA yang telah diinokulasi oleh suspensi S.mutans sebelumnya. Efek
penghambatan dari CHX dan beberapa sediaan CPC terhadap S.mutans akan diamati berdasarkan besarnya diameter zona hambat disekitar cakram yang telah ditetesi
bahan coba. Schie, menyatakan bahwa CPC yang bermuatan positif akan bertemu dengan
muatan negatif pada dinding sel bakteri, selanjutnya terjadi penetrasi terhadap membran sel bakteri yang akan melarutkan membran bakteri. Membran yang larut
akan merusak permeabilitas yang menyebabkan kebocoran interseluler dan gangguan pada metabolisme bakteri yang menghambat pertumbuhan sel dan pada akhirnya
menyebabkan kematian pada sel. CHX telah diteliti selama lebih dari 20 tahun, merupakan bahan kemoterapi
yang paling potensial dalam menghambat Streptococcus mutans dan karies gigi, sehingga CHX sering digunakan sebagai kontrol positif untuk penilaian potensi