TORTOR HORJA DALAM MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA BANDUNG.

(1)

Polman Lihardo Godfreet Saragih, 2014

TORTOR HORJA DALAM MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

TORTOR HORJA DALAM MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Seni Tari

Oleh

POLMAN LIHARDO GODFREET SARAGIH (0900504)

JURUSAN PENDIDIKAN SENI TARI FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

Polman Lihardo Godfreet Saragih, 2014

TORTOR HORJA DALAM MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

TORTOR HORJA DALAM MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA BANDUNG

Oleh:

Polman Lihardo Godfreet Saragih

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Polman Lihardo Godfreet Saragih Juni 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, Dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Polman Lihardo Godfreet Saragih, 2014

TORTOR HORJA DALAM MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu LEMBAR PENGESAHAN

SKRIPSI

TORTOR HORJA DALAM MASYARAKAT BATAK TOBA

DI KOTA BANDUNG Oleh:

POLMAN LIHARDO GODFREET SARAGIH 0900504

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing I,

Dr. Trianti Nugraheni, M.Si. NIP. 19730316 199702 2 001

Pembimbing II,

Agus Budiman, M. Pd. NIP. 19770312 200501 1 002

Mengetahui,


(4)

Polman Lihardo Godfreet Saragih, 2014

TORTOR HORJA DALAM MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Dr. Frahma Sekarningsih, S. Sen., M. Si.


(5)

Polman Lihardo Godfreet Saragih, 2014

TORTOR HORJA DALAM MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Judul yang diambil dalam penelitian ini adalah “Tortor Horja dalam masyarakat Batak Toba di Kota Bandung’. Adapun permasalahan yang diangkat

dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana struktur penyajian Tortor Horja dalam upacara adat pernikahan bagi masyarakat Batak Toba?; 2) Bagaimana Fungsi

Tortor Horja bagi masyarakat Batak Toba?. Tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini untuk mengetahui struktur penyajian Tortor Horja dalam upacara adat pernikahan dalam masyarakat Batak Toba, mengetahui fungsi Tortor Horja bagi masyarakat Batak Toba. Metode yang digunakan yaitu metode deskriptif analisis dengan pendekatan sinkronik. Teori yang digunakan adalah teori fungsi. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh sebuah temuan bahwa Tortor Horja dalam upacara adat pernikahan masyarakat Batak Toba di Kota Bandung telah mengalami beberapa pergeseran. Dilihat dari ragam Tortor Horja yang tidak ditampilkan secara keseluruhan dan mempengaruhi kepada fungsi Tortor Horja. Secara keseluruhan disimpulkan bahwa Tortor Horja adalah upacara ritual penuh, saat ini mengalami pergeseran fungsi menjadi semi ritual. Tortor Horja saat ini merupakan semi ritual dan hiburan bagi masyarakat Batak Toba di Kota Bandung. Peneliti menyarankan agar para pelaku seni, dinas kebudayaan dan pemerintahan serta dunia pendidikan hendaknya memberikan perhatian kepada kesenian Tortor

Horja agar lebih memajukan kesenian Tortor Horja.


(6)

Polman Lihardo Godfreet Saragih, 2014

TORTOR HORJA DALAM MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

The title is taken in this study is "Tortor Horja Toba Batak society in

Bandung”. The issues raised in this research are: 1) How does the structure of the presentation Tortor Horja ceremonial marriage to Toba Batak society?; 2) How Tortor Horja function Toba Batak society?. The goal in this study to determine the structure of the presentation Tortor Horja ceremonial marriage in Toba Batak society, knowing the function Tortor

Horja for Toba Batak society. The method used is descriptive method of

analysis with synchronic approach. The theory used is the theory of functions. Based on the results of the study, obtained a finding that Tortor

Horja ceremonial marriage in Toba Batak society Bandung has undergone

several shifts. Judging from the variety Tortor Horja which is not shown in its entirety and change the function Tortor Horja. Overall concluded that

Tortor Horja is full of rituals, is currently experiencing a shift in the

function of a spring ritual. Tortor Horja is now a semi-ritual and entertainment to Toba Batak society in Bandung. Researchers suggest that the principals of art, culture and government offices as well as education should pay attention to this art in order to further advance the art Tortor

Horja.


(7)

Polman Lihardo Godfreet Saragih, 2014

TORTOR HORJA DALAM MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... BAB 1 PENDAHULUAN

A.Latar Belakang ... B. Identifikasi Masalah... C.Rumusan Masalah ... D.Tujuan Penelitian... E. Manfaat Penelitian ... F. Sistematika Penulisan ... .... BAB II KAJIANPUSTAKA

A.Penelitian terdahulu... .... B. Pengertian Tari... C.Tortor Horja... D.Fungsi Pertunjukan... ....

1. Sebagai Sarana Ritual... 2. Sebagai Hiburan Pribadi... ... 3. Sebagai Presentasi Estetis... E. STRUKTUR PENYAJIAN... BAB III METODE PENELITIAN

A.Metode Penelitian... B. Lokasi dan Subjek Penelitian...

1. Lokasi Penelitian... 2. Subjek Penelitian... C.Teknik Pengumpulan Data... 1. Observasi... 2. Wawancara... 3. Studi Dokumen... 4. Studi Pustaka... D. Instrumen Penelitian... 1. Pedoman Observasi... 2. Pedoman Wawancara... 3. Studi Dokumen... E.Teknik Analisis Data... F. Tahap-Tahap Penelitian...

i ii iii v vii viii ix 1 5 5 5 6 7 8 10 11 12 14 15 16 17 19 21 21 21 21 22 23 24 25 25 26 26 26 27 28


(8)

Polman Lihardo Godfreet Saragih, 2014

TORTOR HORJA DALAM MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Persiapan Penelitian... 2. Pelaksanaan Penelitian... 3. Penulisan Laporan... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian... 1. Struktur Penyajian Tortor Horja...

1) Motif Gerak Tortor Horja... 2) Tortor Horja dalam Upacara Adat Pernikahan... 3) Pola Lantai Tortor Horja dalam Upacara Adat Pernikahan... 4) Tata Rias Tortor Horja... 5) Tata Busana Tortor Horja... 6) Iringan Musik Gondang dalam Tortor Horja... 2. Fungsi Tortor Horja bagi Masyarakat Batak Toba... B. Pembahasan Hasil Penelitian...

1. Struktur Penyajian Tortor Horja... 2. Fungsi Tortor Horja bagi masyarakat Batak Toba... BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN... B. SARAN... DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN... GLOSARIUM

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

28 29 30 31 31 31 41 44 49 51 53 56 58 58 61 69 69 71 73


(9)

Polman Lihardo Godfreet Saragih, 2014

TORTOR HORJA DALAM MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Motif dan Makna Gerak Tortor Laki-laki ...33

Tabel 4.2 Motif dan Makna Gerak Tortor Perempuan ...35

Tabel 4.3 Struktur Penyajian Tortor Horja ...41

Tabel 4.4 Pola Lantai Tortor Horja Menyambut Hasuhuton...44


(10)

Polman Lihardo Godfreet Saragih, 2014

TORTOR HORJA DALAM MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Gerak Tangan di Butuha (laki-laki)...33

Gambar 4.2 Gerak Mangaot-ngaot Tabina...34

Gambar 4.3 Gerak Marsantabi di Bohina... 34

Gambar 4.4 Gerak Marnaek Mijur Huhut Talak...35

Gambar 4.5 Gerak Tangan di Butuha (perempuan)...35

Gambar 4.6 Gerak Marsantabi di Parate-atean...36

Gambar 4.7 Gerak Bungka Tangan...36

Gambar 4.8 Gerak Ampe di Abara...37

Gambar 4.9 Gerak Rap Udur Juruk tu Jolo...37

Gambar 4.10 Gerak Margolom-golom Masak ...38

Gambar 4.11 Tata Rias Tortor Horja ...51

Gambar 4.12 Busana Tortor Horja Tradisional...52


(11)

Polman Lihardo Godfreet Saragih, 2014

TORTOR HORJA DALAM MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Keputusan...73

Lampiran 2. Biodata Narasumber...75

Lampiran 3. Pedoman Wawancara...76

Lampiran 4. Struktur Badan Pengurus UKSU-ITB...77


(12)

[Type text]

Polman Lihardo Godfreet Saragih, 2014

TORTOR HORJA DALAM MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Tari adalah suatu pertunjukan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat pendukungnya. Tari merupakan warisan budaya leluhur dari beberapa abad yang lampau. Tari diadakan sesuai dengan kebudayaan setempat dengan cara dalam konteks yang berbeda-beda. Tari diadakan untuk upacara–upacara yang berkaitan dengan adat kepercayaan, namun ada juga yang melaksanakannya sebagai hiburan atau rekreasi. Sistem sosial dan lingkungan alam mempengaruhi bentuk dan fungsi tari pada suatu komunitas suku dan budaya.

Tari dalam kehidupan masyarakat Batak Toba disebut Tortor, dan penari biasa disebut dengan Panortor. Tortor adalah seni tari dengan menggerakkan seluruh badan dengan dituntun irama Gondang, dengan pusat gerakan pada tangan dan jari, kaki dan telapak kaki/punggung dan bahu. Tortor memiliki prinsip semangat kebersamaan, rasa persaudaraan, atau solidaritas untuk kepentingan bersama. Dalam kehidupan masyarakat Batak Toba, Tortor berhubungan erat dengan upacara adat, upacara ritual, maupun untuk hiburan. Tari (Tortor) mempunyai peranan penting dalam aktivitas kehidupan mereka yang berkaitan dengan kehidupan spiritual dan juga untuk hubungan sosial kemasyarakatan.

Tortor dilakukan dengan berbagai kegiatan ritual maupun upacara keagamaan dan

juga dapat dipertunjukkan dalam konteks adat.

Setiap gerakan pada Tortor Batak yang berekspresi disebut urdot.

Mangurdot berarti menggerakkan badan dan anggota tubuh secara ekspretif. Urdot

ini dilakukan sesuai dengan iringan gondang. Gondang dan Tortor adalah perpaduan bunyi dan gerak tubuh yang dibawakan. Tortor ditarikan sesuai dengan kedudukan masing – masing warga masyarakat di dalam kehidupan adat


(13)

2

Polman Lihardo Godfreet Saragih, 2014

TORTOR HORJA DALAM MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

masyarakat Batak Toba yang disebut sistem kekerabatan. Sistem ini disebut dengan Dalihan Na Tolu. Dalihan Na Tolu terdiri dari Hula–hula ( pihak pemberi

istri ), Boru ( pihak istri ), Dongan Sabutuha (kerabat semarga).

Seni tari Batak Toba pada zaman dahulu merupakan sarana utama pelaksanaan upacara ritual keagamaan. Manortor juga dilakukan dalam acara gembira seperti sehabis panen, perkawinan, yang pada waktu itu masih menganut kepercayaan yang berbau mistis. Acara pesta adat membunyikan Gondang

Sabangunan (dengan perangkat musik yang lengkap) sangat erat hubungannya

dengan pemujaan para dewa dan roh-roh nenek moyang (leluhur) pada zaman dahulu.

Dalam aktivitas manortor banyak pantangan yang tidak diperbolehkan, seperti tangan si penari tidak boleh melewati batas setinggi bahu ke atas, karena bila itu dilakukan berarti si penari sudah siap menantang siapapun dalam bidang ilmu pendukunan, atau adu pencak silat dengan penuh tenaga dalam. Tortor adalah tarian seremonial yang secara fisik merupakan tarian, namun makna yang lebih dari gerakan-gerakannya menunjukkan tortor merupakan sebuah media komunikasi, karena melalui media gerakan yang disajikan terjadi interaksi antar partisipan upacara.

Perubahan maupun penyesuaian yang terjadi akibat pengaruh masuknya agama Kristen pada masyarakat Batak Toba mengakibatkan masyarakat Batak Toba semakin tidak tahu tentang reportoar gondang yang berkaitan dengan ritual kepercayaan lama, terjadinya pergeseran fungsi tortor dengan iringan Gondang

Sabangunan dari kepercayaan lama menjadi lebih sekular, seperti penggunaan

dalam konteks perayaan dan pesta pembangunan gereja. Akibat larangan dari pihak gereja tentang aktivitas musik gondang mengakibatkan berkurangnya kuantitas penyajian musik tradisi gondang dengan tortor yang mengakibatkan berkurangnya pengetahuan tentang musik gondang dan tortor khususnya bagi generasi muda Batak Toba. Dengan adanya brass band telah memperkenalkan


(14)

3

Polman Lihardo Godfreet Saragih, 2014

TORTOR HORJA DALAM MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

musik gondang, meskipun reportoar lagu yang dibawakan masih memiliki kedekatan yang cukup erat dengan karakteristik musik yang terdapat dalam musik tradisi gondang. Begitu pula dengan gerakan tortor yang pada saat ini sudah banyak menghilangkan unsur-unsur tradisi kepercayaan lama. Seiring dengan perubahan musik tradisi gondang (dari kepercayaan tradisi lama) menjadi jenis musik yang lebih bersifat sekular, demikian pula dengan gerakan tortor yang dilakukan tidak lagi terlalu kaku atau sudah lebih bebas meskipun masih tetap dalam konteks adat yang menganut sistem kekerabatan Dalihan Na Tolu, artinya aturan dalam manortor itu masih tetap dilaksanakan meskipun nilai kesakralannya sudah mulai hilang.

Pertunjukan tortor dalam masyarakat Batak biasa disebut dengan Pesta

Horja. Pesta Horja ini juga memiliki bagian bagian tertentu, sesuai dengan

upacara adat yang akan/sedang dilaksanakan. Bagian – bagian dari Pesta Horja itu sendiri terdiri dari Upacara adat Pernikahan, Upacara adat Kematian dan juga Upacara adat Penyembahan Leluhur yang telah meninggal. Di setiap pertunjukan tari tortor itu juga konsep atau struktur pertunjukan yang ditampilkan berbeda - beda, sesuai dengan upacara yang sedang dilaksanakan.

Sebagai seni pertunjukan, kesenian tortor tentu mempunyai fungsi dan makna tersendiri. Sebagaimana yang diketahui, fungsi seni pertunjukan itu terdiri dari tiga fungsi primer yaitu : (1) sebagai sarana ritual, (2) sebagai ungkapan pribadi yang pada umumnya berupa hiburan , dan (3) sebagai presentasi estesis.

Hampir di setiap daerah di Indonesia terdapat masyarakat keturunan Batak Toba. Ini dikarenakan penyebaran masyarakat Batak Toba ke kota-kota besar, salah satunya adalah Kota Bandung. Mereka memilih tinggal di Kota Bandung dengan berbagai alasan tertentu. Sekalipun masyarakat Batak Toba telah melakukan perjalanan jauh meninggalkan daerah asalnya, mereka tetap membawa kebudayaan Batak Toba dalam diri mereka. Dalam setiap acara tertentu mereka selalu melakukannya sesuai dengan adat Batak Toba. Berjalan seiringnya waktu dan lamanya mereka tinggal di kota-kota maju, mereka memulai untuk hidup yang


(15)

4

Polman Lihardo Godfreet Saragih, 2014

TORTOR HORJA DALAM MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

baru, berkeluarga, mempunyai keturunan bahkan sampai meninggalpun mereka tetap memilih tinggal di kota tersebut dan mulai lupa akan daerah asal suku mereka sendiri. Dengan demikian anak cucu mereka hampir tidak mengerti adat suku Batak Toba.

Banyak upacara adat yang dilakukan masyarakat Batak Toba yang ada di Kota Bandung, seperti upacara adat pernikahan, upacara adat kematian dan juga upacara-upacara lainnya. Tapi semakin majunya kehidupan di Kota Bandung dan terpengaruh dengan budaya yang ada di Kota Bandung membuat mereka hanya sekedar melakukan dan melaksanakan upacara adat tersebut tanpa mengetahui dengan benar apa tujuan dan makna dari upacara yang mereka lakukan. Mereka hanya sekedar menari di saat upacara adat, tetapi mereka tidak tahu apa arti dan makna sesungguhnya atas apa yang mereka tarikan, tarian yang merak tarikan juga tidak terstruktur sebagaimana mestinya, sama halnya saat mereka meminta pemain musik untuk memainkan musik mengiringi tarian mereka.

Dalam setiap upacara adat, salah satunya upacara adat pernikahan memiliki latar belakang tortor yang sangat mendalam artinya sehingga menghasilkan fungsi dan makna setiap tortor yang berbeda-beda, tergantung di saat/dalam upacara apa mereka sedang melakukannya. Tetapi masyarakat Batak Toba yang ada di Kota Bandung lebih sering melakukan tortor di dalam setiap acara tanpa mengetahui benar atau tidaknya tarian itu seharusnya ditarikan. Dalam pemikiran mereka, yang penting mereka sudah melakukan upacara dan sudah manortor sesuai kebutuhan acara tersebut, tanpa memikirkan arti dan makna tortor itu.

Dengan demikian berdasarkan uraian di atas kesenian Tortor tentu mempunyai fungsi dan makna yang sangat penting dalam upacara tertentu yang dilakukan oleh masyarakat Batak yang biasa disebut dengan Pesta Horja. Dari hal tersebut timbulah daya tarik tersendiri bagi peneliti, dimana peneliti akan mencoba memaparkan fungsi pertunjukan tari tortor dalam upacara pernikahan (pesta


(16)

5

Polman Lihardo Godfreet Saragih, 2014

TORTOR HORJA DALAM MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

masyarakat Batak Toba yang ada di Kota Bandung mengerti arti sesungguhnya

Tortor Horja dalam upacara adat yang dilaksanakan.

Beberapa peneliti terdahulu yang telah meneliti dan menulis tentang Tortor

Batak dan membahas berbagai aspek tentang Tortor Batak. Berangkat dari

perbandingan dahulu kala dan masa sekarang di mana fenomena yang terjadi dalam pernyajian Tortor Batak banyak berubah dalam fungsi beserta makna dari

Tortor Batak. Dan dikarenakan pengetahuan masyarakat Batak Toba yang ada di

Kota Bandung sangat sedikit tentang Tortor Horja, maka dari itu, peneliti mengangkat sebuah penelitian yang berjudul: TORTOR HORJA DALAM MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA BANDUNG.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Tortor Horja merupakan salah satu kebudayaan Masyarakat Batak Toba di

Indonesia. Banyak masyarakat umum belum mengetahui tentang Tortor Horja. Bahkan masyarakat Batak Toba sendiri juga banyak yang tidak mengetahui pasti tentang Tortor Horja, termasuk masyarakat Batak Toba yang ada di Kota Bandung. Mereka tidak mengerti apa tujuan sebenarnya dari Tortor Horja, dan mereka juga tidak mengetahui struktur penyajian Tortor Horja yang sebenarnya. Tortor Horja memiliki ketetapan yang tidak boleh dirubah dalam penyajiannya. Karena setiap bagian dalam struktur penyajian Tortor Horja memiliki fungsi dan makna yang berbeda-beda namun merupakan satu kesatuan yang utuh.

C. RUMUSAN MASALAH

Agar pembahasan lebih terarah maka ditentukan pokok permasalahan. Maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimana struktur penyajian Tortor Horja dalam upacara adat pernikahan bagi masyarakat Batak Toba?


(17)

6

Polman Lihardo Godfreet Saragih, 2014

TORTOR HORJA DALAM MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian merupakan rumusan kalimat yang menunjukkan adanya sesuatu hal yang ingin diperoleh setelah penelitian selesai. Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan struktur penyajian Tortor Horja dalam upacara adat pernikahan bagi masyarakat Batak Toba.

2. Mendeskripsikan fungsi Tortor Horja bagi masyarakat Batak Toba.

E. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian yang dilakukan peneliti ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi semua pihak terutama, antara lain sebagai berikut.

1. Pemerintah Daerah Setempat

Melalui penelitian ini peneliti dapat memberikan sumbangsih pemikiran yang ditunjang data otentik tentang eksistensi satu tari tradisional yang ada di masyarakat, sehingga bisa dijadikan pertimbangan dalam rangka pembinaan dan pengembangannya.

2. Jurusan Pendidikan Seni Tari UPI

Menambah kekayaan hasanah pustaka, khususnya dalam seni – seni tradisi Nusantara.

3. Peneliti

Manfaat yang paling terasa adalah penambahan ilmu dan wawasan yang dirasakan oleh peneliti sendiri terutama dalam proses berpikir ke arah yang obyektif. Dalam hal ini peneliti sangat setuju pada pendapat yang mengatakan bahwa “pengalaman adalah guru yang terbaik”.

4. Pembaca

Hasil penelitian ini memberikan informasi dan data secara langsung, mengenai fungsi dan makna tari Tortor dalam masyarakat Batak dan sekaligus sebagai motivasi awal bagi pembaca untuk menindaklanjuti.


(18)

7

Polman Lihardo Godfreet Saragih, 2014

TORTOR HORJA DALAM MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

F. SISTEMATIKA PENELITIAN

Adapun sistematika penelitian dalam skirpsi ini adalah sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini membahas tentang latar belakang masalah yang menjadi pertimbangan peneliti untuk meneliti dan menulis skripsi ini. Dan di dalamnya juga terdapat rumusan masalah yang akan membantu peneliti untuk lebih mudah menulis Skripsi ini.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam bab ini terdapat penelitian terdahulu, yang merupakan panduan untuk peneliti menulis skripsi. Dan di dalamnya juga terdapat teori-teori yang digunakan peneliti untuk menulis skripsi lebih tepat sesuai dengan sistematika yang baik.

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini menguraikan tentang metode yang akan peneliti gunakan selama melakukan penelitian. Teknik-teknik yang peneliti gunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian juga dijelaskan di dalam bab ini.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini menjelaskan seluruh hasil penelitian yang peneliti dapatkan selama menjalani penelitian. Seluruh data-data yang peneliti dapatkan dituangkan di dalam bab ini. Di dalam bab ini juga


(19)

8

Polman Lihardo Godfreet Saragih, 2014

TORTOR HORJA DALAM MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

terdapat pembahasan hasil penelitian, di mana hasil pembahasan tersebut adalah analisis dari hasil penelitian yang peneliti dapatkan selama melakukan penelitian.

Pada BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Bab ini berisi tentang kesimpulan dari keseluruhan yang peneliti dapatkan selama penelitian, dan hasil analisi data yang telah peneliti lakukan, dirangkum didalam bab ini. Dan di dalam bab ini, peneliti juga menuliskan saran-saran dengan harapan Tortor Horja mendaptkan perhatian agar memajukan kesenian Tortor Horja.


(20)

Polman Lihardo Godfreet Saragih, 2014

TORTOR HORJA DALAM MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Teknik penyajian dalam bentuk tulisan adalah deskriptif analitis. Dengan menggunakan metode ini hasil penelitian akan dideskripsikan dan dianalisis, dengan fokus utama pada bidang budaya dan sosialnya.

Secara garis besar dapat dinyatakan bahwa penelitian kualitatif umumnya ditujukan untuk mempelajari kehidupan kelompok manusia. Biasanya manusia di luar kelompok peneliti. Penelitian ini melibatkan berbagai jenis disiplin, baik itu dari ilmu humaniora, sosial, ataupun ilmu alam. Para peneliti mempercayakan kepada perspektif naturalistik, serta menginterpretasi untuk mengetahui pengalaman manusia, yang oleh karena itu biasanya inheren dan dibentuk oleh berbagai nilai etis posisi politik.

Edi Sedyawati (1984:116) juga mengungkapkan perlunya tahapan-tahapan dalam meneliti seni tari, seperti berikut.

Penelitian seni tari juga dapat kita bagi ke dalam tiga macam atau tahap, yakni (1) pengumpulan; (2) penggolongan; dan (3) penganalisaan dan penulisan. Khusus untuk seni tari, ada satu lagi yang dapat kita sebut sebagai tahap nomor empat, yaitu pengolahan atau pemanggungan.

Metode menunjukkan kepada proses, prinsip, serta prosedur yang digunakan untuk mendekati masalah dan mencari jawaban atas masalah yang ada. Dalam ilmu-ilmu sosial, istilah tersebut diartikan sebagai cara orang melakukan penelitian. Seperti apa saja yang kita lakukan, asumsi minat serta tujuan kita sendiri sangat mempengaruhi pilihan prosedur metodologis kita.

Arikunto (2010:203) mengemukakan bahwa: “metode penelitian adalah cara yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Metode


(21)

20

Polman Lihardo Godfreet Saragih, 2014

TORTOR HORJA DALAM MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan”. Berdasarkan pemaparan di atas, maksud dari metode penelitian adalah suatu alat atau cara untuk membantu peneliti agar mendapatkan hasil dari objek yang diteliti.

Metode yang digunakan tergantung pada tujuan yang ingin dicapai. Dengan kata lain penggunaan metode penelitian harus dilihat mengenai efektifitas, efisien dan relevannya. Suatu metode penelitian dikatakan efektif, apabila selama pelaksanaan metode penelitian tersebut terlihat adanya perubahan positif menuju perubahan yang diharapkan. Dikatakan efisien apabila penggunaan fasilitas, waktu, tenaga dan biaya digunakan sehemat mungkin tetapi mencapai hasil yang maksimal. Relevan atau tidaknya suatu metode biasaanya dilihat dari manfaat metode tersebut. Apabila antara pengolahan data, hasil pengolahan data dan tujuan yang ingin dicapai tidak ada penyimpangan, maka metode tersebut dikatakan relevan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Metode ini dianggap paling tepat untuk membedah berbagi persoalan yang sedang diteliti yaitu Tortor Horja dalam masyarakat Batak Toba di Kota Bandung, di dalam upacara adat pernikahan. Sukmadinata (2009:40) menjelaskan bahwa:

Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya.

Dari pemaparan di atas, disimpulkan bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha untuk mendeskripsikan sesuatu, baik kondisi yang sedang berlangsung, proses, akibat atau efek yang terjadi.

Paparan di atas mengungkapkan bahwa di dalam metode deskriptif analisis adalah metode yang memaparkan berbagai kondisi yang terjadi di lapangan. Jadi dalam penelitian ini, peneliti berusaha memaparkan kejadian-kejadian yang terjadi


(22)

21

Polman Lihardo Godfreet Saragih, 2014

TORTOR HORJA DALAM MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yaitu struktur Tortor Horja dan fungsi Tortor Horja dalam upacara pernikahan bagi masyarakat Batak Toba, kemudian menganalisis dan mendeskripsikannya berdasarkan keadaan yang sebenarnya di lapangan. Untuk mengungkapkan kebenaran suatu permasalahan yang ada di lapangan peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, antara lain : observasi, wawancara, studi pustaka serta studi dokumentasi. Begitu juga dengan instrumen penelitiannya berupa lembar observasi dan pedoman wawancara serta dokumentasi.

B. LOKASI DAN SUBJEK PENELITIAN

1. Lokasi Penelitian.

Lokasi penelitian ini berada di Kota Bandung, tepatnya meneliti Perkumpulan Mahasiswa Sumatera Utara di Institut Teknologi Bandung. Tempat ini dipilih menjadi lokasi penelitian, karena dianggap cukup banyak mengetahui tentang Tortor Horja dalam upacara adat pernikahan Batak Toba yang berkembang bagi masyarakat pendatang di Kota Bandung. Dari lokasi yang dipilih peneliti, diharapkan dapat memperoleh data yang diperlukan mengenai

Tortor Horja di Kota Bandung, strutur penyajian serta fungsi Tortor Horja bagi

masyarakat Batak Toba yang ada di Kota Bandung. 2. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah para penari pesta/Panortor Tortor Horja, serta ketua adat Batak Toba/Raja Parhata di Kota Bandung. Pencarian informasi dalam penelitian ini adalah dengan cara snowball sampling. Sugiyono (2011: 54) berpendapat “snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data,

yang pada awalnya jumlahnya sedikit dan lama-lama menjadi besar”. Hal ini dilakukan, karena dari jumlah sumber data yang sedikit itu belum mampu memberikan data yang memuaskan, maka mencari orang lain lagi yang dapat digunakan sebagai sumber data. Pengambilan sampel dalam penelitian ini bertujuan untuk mengkaji mengenai fungsi Tortor Horja serta struktur penyajian


(23)

22

Polman Lihardo Godfreet Saragih, 2014

TORTOR HORJA DALAM MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Tujuan utama melaksanakan penelitian adalah mendapatkan data, oleh sebab itu teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam sebuah penelitian. Pengumpulan data adalah pencatatan peristiwa-peristiwa atau hal-hal-hal atau keterangan atau karakteristik sebagian atau seluruh elemen yang akan menunjang atau mendukung penelitian. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Adapun teknik pengumpulan data sebagai berikut. 1. Observasi

Obervasi adalah suatu proses komplek, suatu proses yang tersusun dari proses biologis dan psikologis. Dua di antaranya yang terpenting adalah proses pengamatan dan ingatan. Penggunaan teknik ini berdasarkan pada pertimbangan bahwa terdapat sejumlah data yang hanya diangkat melalui pengamatan langsung ke lokasi penelitian.

Dilihat dari segi proses pengumpulan data, Sugiyono (2011:145) membedakan observasi menjadi dua bagian, yaitu: a) Observasi berperan serta

(participant observation); b) Observasi non partisipan non participant observation). Observasi berperan serta adalah observasi yang melibatkan peneliti

dengan kegiatan yang sedang diamati. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam dan sampai mengetahui tingkat makna dari setiap perilaku yang tampak. Observasi nonpartisipan adalah suatu observasi di mana peneliti tidak terlibat langsung dan hanya sebagai pengamat independen. Pengumpulan data dengan observasi nonpartisipan ini tidak akan mendapat data yang mendalam dan tidak sampai pada tingkat makna, yaitu nilai-nilai di balik perilaku yang tampak, yang terucap dan tertulis.

Tujuan observasi dilakukan untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan

Tortor Horja di Kota Bandung, maka diperlukan pengamatan secara menyeluruh


(24)

23

Polman Lihardo Godfreet Saragih, 2014

TORTOR HORJA DALAM MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengenai aspek yang akan diteliti. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini observasi yang digunakan adalah observasi berperan serta (participant observation). Peneliti terlibat langsung dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Kegiatan observasi ini dilakukan dalam kegiatan Perkumpulan Mahasiswa Sumatera Utara di Institut Teknologi Bandung serta ikut dalam upacara adat pernikahan Batak Toba di Kota Bandung, guna untuk melihat proses berlangsungnya Tortor Horja.

Kegiatan observasi ini pertama kali dilakukan pada tanggal 20 Januari 2014. Pada kegiatan ini peneliti melihat langsung keberadaan Tortor Horja dalam upacara adat pernikahan yang sedang berlangsung di Kota Bandung. Dalam kegiatan ini, peneliti menemukan suatu permasalahan mengenai struktur dan fungsi Tortor Horja dalam upacara adat pernikahan. Pada tanggal 5 Februari 2014, peneliti melakukan observasi kedua dengan mendatangi langsung Perkumpulan Mahasiswa Sumatera Utara di Institut Teknologi Bandung. Dalam observasi tersebut, peneliti melakukan wawancara dan pertanyaan seputar kebudayaan Batak Toba di Kota Bandung. Dilanjut kembali pada tanggal 28 April 2014, peneliti kembali melakukan observasi dengan mendatangi Perkumpulan Mahasiswa Sumatera Utara di Institut Teknologi Bandung untuk melihat dokumen tentang motif gerak tortor Batak serta alat musik pengiring Tortor

Horja.

2. Wawancara

Teknik pengumpulan data dengan menggunakan wawancara apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang akan diteliti dan peneliti ingin mengetahui lebih dalam hal-hal dari responden. Wawancara adalah proses pengumpulan data atau informasi melalui tatap muka antara pihak peneliti dengan pihak yang akan menjadi narasumber dalam penelitian. Dilakukan kepada beberapa narasumber yang dianggap mampu memberikan data yang dibutuhkan. Arikunto mengungkapkan (2010:198)


(25)

24

Polman Lihardo Godfreet Saragih, 2014

TORTOR HORJA DALAM MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

“wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interview)

untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interviewer).

Ungkapan di atas menyatakan bahwa wawancara dilakukan untuk menilai keadaan seseorang hingga peneliti akan mendapatkan data yang diinginkan dengan melakukan tanyajawab dengan narasumber.

Sugiyono (2011:138-141) mengatakan bahwa wawancara dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Wawancara terstruktur digunakan apabila peneliti mengetahui informasi dengan pasti apa saja yang akan diperoleh. Oleh sebab itu diperlukan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan yang tertulis. Wawancara tidak terstruktur yaitu wawancara dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun sistematis dan lengkap untuk mendapatkan data.

Kegiatan wawancara ini pertama kali dilakukan pada tanggal 20 Januari 2014. Pada kegiatan ini peneliti melihat langsung keberadaan Tortor Horja dalam upacara adat pernikahan dengan melakukan wawancara kepada amang

Sitanggang yang merupakan salah satu ketua adat Batak Toba. Dalam wawancara

tersebut, peneliti bertanya mengenai garis-garis besar permasalahan yang akan menjadi topik penelitian ini. Dalam kesempatan yang sama, peneliti juga melakukan wawancara acak kepada tamu undangan yang datang mengenai ritual yang sedang berlangsung, tahapan-tahapan tortor yang sedang ditarikan, dan juga apa makna dari setiap ritual tortor yang ditarikan. Dan pada tanggal 5 Februari 2014, peneliti melakukan wawancara kedua dengan mendatangi langsung Perkumpulan Mahasiswa Sumatera Utara di Institut Teknologi Bandung. Dalam kegiatan tersebut, peneliti melakukakan wawancara dan mengajukan pertanyaan mengenai fungsi dan makna dari setiap motif gerak Tortor Batak serta struktur

Tortor Horja.

3. Studi Dokumen

Hasil penelitian dari observasi dan wawancara akan lebih dapat dipercaya apabila didukung oleh data dari dokumen-dokumen. Dokumen merupakan catatan


(26)

25

Polman Lihardo Godfreet Saragih, 2014

TORTOR HORJA DALAM MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

peristiwa yang sudah berlalu baik bentuk tulisan, gambar, dan karya-karya lain seseorang. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa dokumen berupa foto, video Tortor Horja dalam upacara adat pernikahan.

Dalam hal ini, peneliti mengumpulkan foto-foto berjalannya upacara adat pernikahan Batak Toba, serta foto panortor. Yang nantinya foto-foto tersebut akan digunakan untuk menganalisis tentang motif gerak Tortor dan akan membantu untuk menjelaskan apa makna sebenarnya dari gerak tari tersebut. Dan peneliti juga melakukan perekaman video Tortor Horja dalam upacara adat pernikahan guna untuk memudahkan peneliti untuk meneliti struktur penyajian

Tortor Horja.

Studi dokumen ini peneliti lakukan pada tanggal 28 April 2014 dengan mendatangi langsung Perkumpulan Mahasiswa Sumatera Utara di Institut Teknologi Bandung. Dalam kegiatan tersebut, peneliti mengumpulkan dokumen berupa foto-foto alat musik yang biasa digunakan masyarakat Batak Toba dan juga mengumpulkan dokumen foto-foto motif gerak Tortor Batak.

4. Studi Pustaka

Studi pustaka merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari suatu penelitian. Teori-teori yang mendasari masalah dan bidang yang akan diteliti dapat ditemukan dengan melakukan studi pustaka. Studi pustaka yaitu tahap pencarian data dari sumber-sumber tertulis berupa skripsi, buku-buku ilmiah, karangan-karangan ilmiah, tesis, disertasi, peraturan-peraturan, ensiklopedia dan artikel yang tertulis, baik tercetak maupun elektronik yang berkaitan erat dengan objek penelitian yang digunakan sebagai bahan data studi yang melandasi penelitian.

D. INSTRUMEN PENELITIAN

Sebuah penelitian pada prinsipnya melakukan pengukuran, tentu saja dalam hal ini harus ada alat ukur yang baik untuk mendapatkan data yang valid.


(27)

26

Polman Lihardo Godfreet Saragih, 2014

TORTOR HORJA DALAM MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sugiyono (2011:102) menyatakan “instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati”.

Sugiyono (2011:222) mengungkapkan bahwa “terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas hasil penelitian, yaitu kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data”. Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen penelitian adalah peneliti itu sendiri. Sugiyono (2011:223) mengungkapkan bahwa:

Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatu belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah , fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semua tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu dilaksanakan. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.

Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut.

1. Pedoman Observasi

Arikunto (2010:200) mengungapkan observasi dapat dilakukan dengan dua cara, yang kemudian digunakan untuk menyebut jenis observasi, yaitu:

a) Observasi non-sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan instrumen pengamatan.

b) Observasi sistematis, yang dilakukan pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan.

Dalam penelitian ini menggunakan observasi sistematis, sehingga peneliti memerlukan pedoman sebagai instrumen penelitian. Peneliti datang langsung ke lokasi penelitian untuk mengamati serta mencatat segala data mengenai fungsi dan struktur penyajian Tortor Horja.

2. Pedoman Wawancara

Wawancara merupakan dialog yang dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang objek penelitian, maka dalam pelaksanaan wawancara tentu saja


(28)

27

Polman Lihardo Godfreet Saragih, 2014

TORTOR HORJA DALAM MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memerlukan alat bantu. Alat bantu berupa pertanyaan-pertanyaan yang akan ditanyakan, Selanjutnya yang diungkapkan Arikunto (2010:192) bahwa “penelitian menggunakan metode wawancara, instrumennya adalah pedoman wawancara”. Dalam wawancara peneliti menanyakan tentang struktur penyajian

Tortor Horja serta fungsi Tortor Horja bagi masyarakat Batak Toba.

3. Studi Dokumen

Informasi yang didapat dalam sebuah penelitian tentu saja tidak hanya benda-benda tertulis seperti buku, majalah, dokumen, catatan harian, tetapi bisa berupa gambar ataupun suara. Studi dokumentasi ini membantu dalam pelengkap penelitian. Oleh sebab itu diperlukan alat-alat yang dapat membantu studi dokumentasi ini, alat yang digunakan yaitu.

a) Handphone, digunakan untuk merekam suara ketika melakukan

wawancara dengan narasumber

b) Video atau camera digital, digunakan untuk dokumentasi penelitian dimana peneliti mengambil rekaman video ataupun gambar kesenian

Tortor Horja.

E. TEKNIK ANALISIS DATA

Setelah semua data telah dikumpulkan, selanjutnya yang harus dilakukan adalah menganalisis data. Sugiyono (2011:244) mengemukakan bahwa:

Analisis data adalah proses mencari, menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengn cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan, sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama proses penelitian di lapangan, dan setelah selesai penelitian di lapangan. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan Sugiyono (2011:245) bahwa “analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum turun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian”. Akan


(29)

28

Polman Lihardo Godfreet Saragih, 2014

TORTOR HORJA DALAM MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tetapi dalam penelitian kualitatif, analisi data akan lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data.

Langkah-langkah yang diambil dalam menganalisi data diantaranya. a. Data Reduction (Reduksi Data)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak penting, sehingga data yang telah direduksi akan memberikan gambaran lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data berikutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

Reduksi data dalam penelitian ini digunakan untuk memilih, merangkum dan memfokuskan hal-hal pokok mengenai fungsi dan struktur penyajian Tortor

Horja, serta mengkaji makna Tortor Horja dalam kehidupan masyarakat Batak

Toba. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.

b. Data Display (Penyajian Data)

Setelah mereduksi data, maka langkah selanjutnya adalah mendisplay data atau memaparkan data dalam bentuk uraian singkat ataupun bagan. Hal ini akan memudahkan peneliti untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang dipahami.

c. Conclution Drawing/verification

Langkah terakhir dalam analisi data yaitu membuat kesimpulan atau

conclution drawing. Kesimpulan dan dianggap kredibel apabila didukung oleh

bukti-bukti valid dan konsisten. Kesimpulan yang dicapai merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan berupa deskripsi atau gambaran mengenai Tortor Horja dalam masyarakat Batak Toba di Kota Bandung.


(30)

29

Polman Lihardo Godfreet Saragih, 2014

TORTOR HORJA DALAM MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sebagimana oleh Arikunto (2010:61) bahwa: “langkah-langkah penelitian yang lain lebih menitik beratan pada kegiatan administrative yaitu pembuatan rancangan penelitian, pelaksanaan penelitian, pembuatan laporan penelitian”.

Merujuk pada pernyataan di atas, makan langkah-langkah yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut.

1. Persiapan Penelitian a) Pengajuan judul

Pada tahap ini peneliti memilih topik atau judul, selanjutnya mengajukan judul yang akan diteliti kepada dewan skripsi untuk dijadikan bahan dasar penelitian. Dalam tahapan ini, judul yang pertama kali diajukan adalah “Fungsi dan Makna Tortor dalam Masyarakat Batak Toba yang ada di Kota

Pematangsiantar, Sumatera Utara”. Tetapi, dari hasil pertimbangan pihak dewan memberikan masukan untuk mengubah judul menjadi “ Fungsi Tortor Horja dalam Masyarakat Batak Toba di Jakarta”.

b) Pengajuan proposal

Setelah melakukan seleksi judul dan topik penelitian, selanjutnya adalah penyusunan proposal penelitian. Penyusunan proposal dikonsultasikan kepada pembimbing akademik. Selanjutnya pengajuan proposal kepada dewan skripsi.

c) Sidang proposal

Pada saat sidang proposal terdapat beberapa orang penguji. Setiap penguji memberikan masukan-masukan tentang penelitian yang akan dilakukan. Dan pada saat sidang proposal ditentukan dosen pembimbing yang akan membimbing peneliti menyelesaikan penulisan.

d) Revisi proposal

Setelah sidang proposal dilaksanakan, selanjutnya melakukan revisi sesuai masukan yang diberikan penguji yang selanjutnya dikonsultasikan


(31)

30

Polman Lihardo Godfreet Saragih, 2014

TORTOR HORJA DALAM MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan pembimbing I dan pembimbing II. Namun dilihat dari judul skripsi yang kurang mengarah dan keterbatasan waktu dalam penelitian, pembimbing memberikan masukan kembali untuk mengganti judul menjadi “Tortor Horja

dalam Masyarakat Batak Toba di Kota Bandung”. e) Pengajuan ijin penelitian

Persiapan lainnya sebelum penelitian di lapangan adalah pengajuan ijin penelitian. Proposal disahkan oleh pembimbing I dan pembimbing II serta diketahui oleh Ketua Jurusan.

f) Penetapan Instrumen Penelitian

Penetapan instrumen penelitian yaitu membuat pedoman wawancara. Hal ini dipersiapkan sebagai panduan dalam melakukan tanya jawab dengan narasumber. Pertanyaan wawancara berisi pertanyaan-pertanyaan yang mengacu pada tujuan penelitian.

2. Pelaksanaan Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini peneliti melakukan beberapa kegiatan yaitu sebagai berikut.

a) Survei

Langkah pertama yang peneliti lakukan adalah survei secara langsung ke lapangan bertujuan mendapatkan informasi dan data awal penelitian ini. b) Pengumpulan data

Data yang diperoleh dari penelitian ini menggunakan beberapa cara, yaitu observasi, wawancara, studi dokumentasi, dan studi pustaka.

c) Pengolahan data

Data yang diperoleh kemudian dirangkum, dipaparkan dalam bentuk uraian singkat kemudian ditarik kesimpulan.


(32)

31

Polman Lihardo Godfreet Saragih, 2014

TORTOR HORJA DALAM MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Data yang diperoleh kemudian ditafsirkan sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian.

3. Penulisan Laporan

Langkah-langkah penulisan laporan yaitu sebagai berikut.

a) Semua data yang diperoleh dari lapangan dianalisis dana disusun berdasarkan pertanyaan peneliti. Setelah data dikumpulkan, kemudian data dijadikan sebuah laporan penelitian yang bersifat deskriptif.

b) Pedoman buku yang digunakan adalah pedomana karya tulis ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

c) Penulisan laporan tidak lepas dari proses bimbingan, baik dengan pembimbing I maupun pembimbing II. Proses bimbingan dilakukan untuk mendapatkan hasil tulisan yang sempurna dengan perbaikan, karena kurang lengkapnya data dan sistematika penulisan.

d) Skripsi yang telah disusun kemudian digandakan untuk diserahkan kepada pembimbing, kemudian disahkan oleh pembimbing I dan pembimbing II dan digandakan untuk kepentingan pra-sidang dan sidang.


(33)

[Type text]

Polman Lihardo Godfreet Saragih, 2014

TORTOR HORJA DALAM MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.KESIMPULAN

Didalam Tortor Horja, terdapat struktur dan ragam gerak tortor yang sudah memiliki susunan yang paten dan wajib ditampilkan dalam upacara adat pernikahan. Setiap struktur dan ragam tortor memiliki tujuan dan makna yang berbeda. Namun dalam pelaksanaan Tortor Horja dalam upacara adat pernikahan di Kota Bandung, tidak semua struktur dan ragam gerak Tortor Horja ditampilkan. Dengan tidak ditarikannya seluruh ragam gerak tortor dalam upacara tersebut, secara tidak langsung juga merubah sebagian makna dan yang terlebih fungsi dari Tortor Horja tersebut. Dalam waktu penyajiannya juga relatif lebih singkat. Selain itu, busana yang digunakan juga telah berubah, dan terlihat lebih modern. Saat ini kebaya sudah digunakan oleh perempuan dan juga bunga melati sebagai penghias kepala. Untuk laki-laki juga telah menggunakan setelan jas yang lengkap. Dalam iringan musiknya juga masyarakat Batak Toba yang ada di Kota Bandung juga tidak sedikit yang telah menggunakan musik digital dan keyboard dalam mengiringi Tortor Horja. Tidak lagi menggunakan seperangkat alat musik

Gondang yang langsung dimainkan oleh pargocci.

Dilihat dari apa yang terjadi dalam masyarakat Batak Toba yang ada di Kota Bandung dalam menampilkan Tortor Horja. Secara keseluruhan dapat disimpulkam bahwa pada awalnya Tortor Horja merupakan upacara ritual yang penuh, saat ini telah mengalami pergeseran fungsi menjadi semi ritual. Dengan demikian fungsi Tortor Horja pun bergeser sebagai penghibur masyarakat dalam upacara adat pernikahan Batak Toba yang semi ritual.

B.SARAN

Tortor Horja merupakan suatu kesenian tradisional dan kebudayaan yang


(34)

70

Polman Lihardo Godfreet Saragih, 2014

TORTOR HORJA DALAM MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan pemerintah, karena dengan adanya pengelolaan yang baik maka akan berdampak pada keberhasilan. Peneliti berharap dengan adanya penelitian ini akan bermanfaat bagi para pembaca. Dari hasil penelitian ini ada beberapa saran yang ingin peneliti sampaikan kepada:

1. Bagi pelaku kesenian Tortor Horja

Peneliti menyarankan kepada para tokoh dan pelaku kesenian Tortor

Horja untuk tetap menjaga kelestarian kesenian ini agar tetap bisa dinikmati anak

cucu kita. Selain itu juga diharapkan adanya pembinaan terhadap generasi muda agar kesenian Tortor Horja ini tetap ada dan berkembang.

2. Dinas Kebudayaan dan Pemerintah

Keberadaan kesenian Tortor Horja ini merupakan aset kebudayaan yang sangat berharga. Peneliti mengharapkan adanya pembinaan, pengembangan, dan peningkatan kebudayaan yaitu dengan pendataan ataupun pendokumentasian kesenian Tortor Horja oleh Dinas Kemudayaan dan Pemerintah lebih ditingkatkan lagi. Selain itu, Tortor Horja bisa menjadi ciri khas kebudayaan suku Batak yang ada di Indonesia.

3. Kepada Masyrakat Umum

Peneliti berharap agar masyarakat umum lebih apresiatif terhadap kesenian tradisional yang merupakan aset kebudayaan bangsa.

4. Dunia Pendidikan

Kesenian Tortor Horja dapat dijadikan salah satu materi pembelajaran dalam pembelajaran kesenian di sekolah.


(35)

Polman Lihardo Godfreet Saragih, 2014

TORTOR HORJA DALAM MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Dibia, Wayan I Widaryanto, FX Suanda. (2006). Tari Komunal. Lembaga Pendidikan Seni Nusantara (LPSN). Jakarta.

DJ. Gultom Raja Marpodang. (1987). Dalihan Na Tolu. Medan.

Djelantik, A. A. M. (1990). Pengantar Dasar Ilmu Estetika Jilid I Estetika

Instrumental. Denpasar: Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI).

Faisal, Sanapiah. (2010). Format Format Penelitian Sosial. Yogyakarta: Rajawali Pers.

Irwansyah, Harahap. (1990). “Analisis Komparatif Bentuk (Penggarapan) dan Teknik Permainan dari sebuah Gondang yang disajikan oleh Tujuh Partaganing.” Skripsi S-1. Universitas Sumatera Utara.

Marriam, Alan P. (1964). The Anthropology of Music. Chicago. Evaston III: Northwestern University Press. (Edisi terjemahan Drs. Muhammad Takari). Narawati. (2003). Wajah Tari Sunda Dari Masa Ke Masa. Bandung: P4ST.

Narawati dan Soedarsono. (2005). Tari Sunda Dulu, Kini dan Esok. Bandung: P4ST.

Pedersen, Paul. (1970). Batak Blood and Protestan Soul. Grand Rapids, Mich: William B. Eerdmans.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (1988). Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Rahayu, Teguh. (2012). Pengertian, Sejarah, Dan Asal Usul Tari Tortor. Tersedia: http//:www.teguhhrsp.com,html[21 Juli 2012].

Sangti, Batara. (1977). Sejarah Batak. Balige: Karl Sianipar.

Sedyawati, Edy. (1981). Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta: Sinar Harapan. ---. (1984). Tari Tinjauan dari Berbagai Segi. Jakarta: Pustaka Jaya.


(36)

72

Polman Lihardo Godfreet Saragih, 2014

TORTOR HORJA DALAM MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Siahaan, N. (1964). Sejarah Kebudayaan Batak. Medan: CV. Napitupulu and Sons.

---. (1982). Adat Dalihan Natolu Prinsip dan Pelaksanaannya. Jakarta: Penerbit Grafindo.

Siahaan, Mangaraja Asal. t.t. Gondang Dohot Tortor Batak. Pematang Siantar: Sjarif Saama.

Soedarsono. (1972). Djawa dan Bali: Dua Pusat Perkembangan Dramatari di

Indonesia. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

---. (1998). Seni Pertunjukan Indonesia Di Era Globalisasi. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.

---. (2010). Seni Pertunjukan Indonesia Di Era Globalisasi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Soerjono. (1983). Teori Sosial Tentang Perubahan Sosial. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Suanda, Endo Sumaryono. (2006). Tari Tontonan. Jakarta: Lembaga Pendidikan Seni Nusantara (LPSN).

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda

Sumardjo, Jakob. (2009). Akar Budaya Indonesia Masyarakat Peramu. Bandung: Kelir.

Webster’s, Merriam. (1994). “Collegiate DictionarySchreiner, Lothar. 2002. Adat dan Injil. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.


(37)

Polman Lihardo Godfreet Saragih, 2014

TORTOR HORJA DALAM MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu LAMPIRAN 2

BIODATA NARASUMBER

Nama : Lukman M. Sitanggang, BA Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat/Tanggal Lahir : Samosir, 30 Desember 1943 Pendidikan : Sarjana Muda


(38)

Polman Lihardo Godfreet Saragih, 2014

TORTOR HORJA DALAM MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Ketua CU. Karya Bakti

LAMPIRAN 3

PEDOMAN WAWANCARA

Untuk Seniman / Ketua Adat masyarakat Batak Toba 1.Apakah tortor horja itu?

2.Sejak kapan dilaksanakan tortor horja dalam masyarakat Batak Toba? 3.Pada saat kapan saja pelaksanaan tortor horja dilakukan?

4.Apa latar belakang diadakan tortor horja? 5.Apa tujuan diadakan tortor horja?

6.Apakah ada mitos yang berkaitan dengan pelaksanaan tortor horja? 7.Bagaimana struktur penyajian tortor horja?

8.Bagaimana struktur koreografi tortor horja? 9.Bagaimana kostum yang digunakan? 10.Bagaimana tata riasnya?

11.Peralatan apa saja yang diperlukan untuk melaksanakan tortor horja? 12.Apa saja persiapan dalam pelaksanaan tortor horja?

13.Siapa saja yang terlibat dalam tortor horja?

14.Apakah ada syarat khusus untuk menjadi panitia dalam penyajian tortor horja?

15.Musik apa yang dipakai untuk mengiringi tortor horja dan bagaimana keterkaitan antar gerak dan musiknya?

( FUNGSI dan MAKNA)


(39)

Polman Lihardo Godfreet Saragih, 2014

TORTOR HORJA DALAM MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2.Makna apa yang terkandung dalam setiap tahap ritual dan koreografi tortor horja?

3.Adakah perubahan fungsi tortor horja dari dulu sampai sekarang? 4.Apa makna tortor horja bagi masyarakat Batak Toba?

5.Makna apa yang diterimana masyarakat Batak Toba setelah melakukan tortor horja?

LAMPIRAN 4

Struktur Badan Pengurus UKSU-ITB April 2014 - November 2014

KETERANGAN.

Ketua Umum : Hary R Hasugian

Sekretaris Jenderal : Gandhi Malau Bendahara Umum : Lidia Naibaho Kadep Manajemen dan


(40)

Polman Lihardo Godfreet Saragih, 2014

TORTOR HORJA DALAM MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kadep Seni dan Budaya : Bryan A Situmorang Kadep Internal : Arnold Pasaribu Kadep Eksternal : Juan Napitupulu Kadep Komunikasi dan Informasi : Benyamin Manullang

LAMPIRAN 5 FOTO PENELITIAN

1. ULOS BATAK TOBA

Gambar Ulos Batak Toba

Sumber Foto. Dokumentasi Lihardo (2014)


(41)

Polman Lihardo Godfreet Saragih, 2014

TORTOR HORJA DALAM MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Alat Musik Gong

Sumber Foto. Dokumentasi Lihardo (2014)


(42)

Polman Lihardo Godfreet Saragih, 2014

TORTOR HORJA DALAM MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar Alat Musik Hasapi

Sumber Foto. Dokumentasi Lihardo (2014)

Alat Musik Gondang


(43)

Polman Lihardo Godfreet Saragih, 2014

TORTOR HORJA DALAM MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu LAMPIRAN 5 (Lanjutan)

Gambat Alat Musik Kolintang Sumber Foto. Dokumentasi Lihardo (2014)


(44)

Polman Lihardo Godfreet Saragih, 2014

TORTOR HORJA DALAM MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar Alat Musik Suling

Sumber Foto. Dokumentasi Lihardo (2014)

LAMPIRAN 5 (Lanjutan)

3. NOTASI TORTOR HORJA

Gambar Notasi Pembukaan


(45)

Polman Lihardo Godfreet Saragih, 2014

TORTOR HORJA DALAM MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar Notasi 1

Sumber foto. Dokumentasi Lihardo (2014)


(46)

Polman Lihardo Godfreet Saragih, 2014

TORTOR HORJA DALAM MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar Notasi 2

Sumber foto. Dokumentasi Lihardo (tahun 2014)

Gambar Notasi 3


(1)

Polman Lihardo Godfreet Saragih, 2014

TORTOR HORJA DALAM MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Alat Musik Gong

Sumber Foto. Dokumentasi Lihardo (2014)


(2)

Polman Lihardo Godfreet Saragih, 2014

TORTOR HORJA DALAM MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar Alat Musik Hasapi

Sumber Foto. Dokumentasi Lihardo (2014)

Alat Musik Gondang


(3)

Polman Lihardo Godfreet Saragih, 2014

TORTOR HORJA DALAM MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LAMPIRAN 5 (Lanjutan)

Gambat Alat Musik Kolintang Sumber Foto. Dokumentasi Lihardo (2014)


(4)

Polman Lihardo Godfreet Saragih, 2014

TORTOR HORJA DALAM MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar Alat Musik Suling

Sumber Foto. Dokumentasi Lihardo (2014)

LAMPIRAN 5 (Lanjutan)

3. NOTASI TORTOR HORJA

Gambar Notasi Pembukaan


(5)

Polman Lihardo Godfreet Saragih, 2014

TORTOR HORJA DALAM MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar Notasi 1

Sumber foto. Dokumentasi Lihardo (2014)


(6)

Polman Lihardo Godfreet Saragih, 2014

TORTOR HORJA DALAM MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar Notasi 2

Sumber foto. Dokumentasi Lihardo (tahun 2014)

Gambar Notasi 3