Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perawatan Diri Ibu Pascasalin di Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERAWATAN DIRI IBU PASCASALIN

DI RUMAH SAKIT UMUM PIRNGADI MEDAN

SKRIPSI

Oleh

Zakiah Wildani S

081121053

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Judul : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perawatan Diri Ibu Pascasalin di Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan

Nama Mahasiswa : Zakiah Wildani S

NIM : 081121053

Jurusan : Sarjana Keperawatan

Tahun : 2009

Tanggal lulus : 5 Januari 2010

Pembimbing Penguji I

Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep NIP.19750327 200112 2 007 NIP.19710312 200003 2 001

Penguji II

Nur Asiah, S.Kep, Ns

NIP.19780409 200312 2 004

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara telah menyetujui Skripsi ini sebagai bagian dari persyaratan kelulusan Sarjana Keperawatan (S.Kep).

Medan, Januari 2010 Pembantu Dekan I,

Erniyati, S.Kp, MNS


(3)

Prakata

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan kesempatan bagi saya sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perawatan Diri Ibu Pascasalin di Rumah

Sakit Umum Pirngadi Medan”. Sholawat beriring salam saya ucapkan kepada Nabi Muhammad S.A.W, beserta keluarga dan sahabat.

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan S1 Keperawatan. Selama proses pembuatan skripsi ini, saya banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas keperawatan dan Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku PD I.

2. Ibu Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat selaku dosen pembimbing dalam pembuatan skripsi sakaligus dosen Pembimbing Akademik.

3. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep dan Ibu Nur Asiah, S.Kep, Ns selaku dosen penguji.

4. Ibu Lasma Sibarani, Amd. Keb selaku Kepala Ruangan V Obgin Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan.

5. Ibu saya Mesrah Harahap dan saudara saya Ihwal Januar S yang selalu mendo’akan saya dari jauh.

6. Teman saya Lidia, Tika, Eka, kak Fitri serta teman-teman seperjuangan yang tidak mungkin saya sebutkan satu per satu namun akan selalu tersimpan dihati saya.


(4)

Mudah-mudahan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan peneliti sendiri. Semoga Allah SWT meridhoi kerja keras kita semua, Amin.

Medan, Januari 2010 Penulis


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ... i

Halaman Pengesahan ... ii

Prakata ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... viii

Daftar Skema ... ix

Abstrak ... x

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1Latar belakang... 1

1.2Pertanyaan penelitian ... 3

1.3Tujuan penelitian ... 3

1.4Manfaat penelitian... 4

1.4.1 Manfaat untuk praktek keperawatan ... 4

1.4.2 Manfaat untuk pendidikan keperawatan ... 4

1.4.3 Manfaat untuk peneliti ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Pascasalin ... 5

2.1.1 Pengertian ... 5

2.1.2 Periode pascasalin ... 5

2.1.3 Perubahan fisiologis pada masa pascasalin ... 6

2.1.4 Kebutuhan dalam masa pascasalin ... 9

2.2 Perawatan diri ... 10

2.2.1 Pengertian ... 10

2.2.2 Jenis-jenis perawatan diri pascasalin ... 12

2.2.3Cara melakukan perawatan diri pascasalin ... 12

2.3Faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri ibu pascasalin .... 19

2.3.1 Faktor masa lalu ... 19

2.3.2 Faktor lingkungan... 20

2.3.3 Faktor internal ... 21

2.3.4 Petugas kesehatan ... 21

2.3.5 Pendidikan kesehatan ... 22

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN ... 24

3.1 Kerangka konseptual ... 24

3.2 Definisi konseptual ... 24

3.3 Definisi operasional ... 25

3.4 Hipotesis ... 26

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN ... 27

4.1 Desain penelitian ... 27

4.2 Populasi dan sampel ... 27

4.2.1 Populasi penelitian ... 27


(6)

4.3 Lokasi dan waktu penelitian ... 28

4.4 Pertimbangan etik ... 28

4.5 Instrumen penelitian ... 29

4.5.1 Kuisioner penelitian... 29

4.5.2 Validitas dan reliabilitas instruyen ... 30

4.6 Pengumpulan data ... 31

4.7 Analisa data ... 32

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 33

5.1 Hasil penelitian ... 33

5.1.1 Karakteristik responden ... 33

5.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri Ibu Pascasalin ... 34

5.1.3 Identifikasi faktor yang paling dominan dalam perawatan diri Ibu pascasalin ... 35

5.2 Pembahasan ... 38

5.2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri Ibu Pascasalin ... 38

5.2.2 Faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin ... 46

BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 50

6.1 Kesimpulan ... 50

6.2 Rekomendasi... 52

6.2.1 Untuk Praktek Keperawatan ... 51

6.2.2 Untuk Pendidikan Keperawatan ... 51

6.2.3 Untuk Penelitian Keperawatan ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 53 LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Lembaran persetujuan responden 2. Kuesioner penelitian

3. Perkiraan biaya penelitian 4. Riwayat hidup


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Distribusi frekwensi dan presentase data demografi (n=61)

Tabel 2 Distribusi frekwensi dan persentase berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin (n=61)

Tabel 3 Hasil analisa faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin (n=61).


(8)

DAFTAR SKEMA

Skema 1 Kerangka penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan perawatan diri ibu pascasalin


(9)

Judul : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perawatan Diri Ibu Pascasalin di Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan

Nama Mahasiswa : Zakiah Wildani S

NIM : 081121053

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S. Kep)

Tahun : 2009

Abstrak

Perawatan diri pascasalin adalah perawatan terhadap wanita yang telah selesai bersalin sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil, lamanya kira-kira 6-8 minggu. Kurangnya perawatan diri masa pascasalin berhubungan erat dengan kejadian infeksi nifas. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin yaitu faktor masa lalu, faktor lingkungan, faktor internal, faktor petugas kesehatan, dan faktor pendidikan kesehatan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin serta mengidentifikasi faktor apa yang paling dominan dalam mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin. Penelitian ini dilakukan pada 13 November-15 Desember 2009 di Ruang V Obgin Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan terhadap 61 orang responden.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang bertujuan untuk memaparkan faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin serta menggunakan metode korelasi analisa regresi linear ganda dengan sistem backward untuk mengidentifikasi faktor apa yang paling dominan dalam perawatan diri Ibu pascasalin.

Hasil penelitian diperoleh 46 responden (75,4%) menunjukkan faktor petugas kesehatan berpengaruh kuat terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin. Faktor yang paling dominan adalah faktor petugas kesehatan dengan nilai F hitung > F tabel (8,376 > 4,00) dan nilai p-value < sig (0,005 < 0,05). Berdasarkan hasil penelitian ini perawat hendaknya mampu menjalankan peran dan fungsinya sesuai kompetensi dan kebutuhan pasien.

Kata kunci : Ibu pascasalin, faktor perawatan diri Ibu pascasalin.


(10)

Judul : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perawatan Diri Ibu Pascasalin di Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan

Nama Mahasiswa : Zakiah Wildani S

NIM : 081121053

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S. Kep)

Tahun : 2009

Abstrak

Perawatan diri pascasalin adalah perawatan terhadap wanita yang telah selesai bersalin sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil, lamanya kira-kira 6-8 minggu. Kurangnya perawatan diri masa pascasalin berhubungan erat dengan kejadian infeksi nifas. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin yaitu faktor masa lalu, faktor lingkungan, faktor internal, faktor petugas kesehatan, dan faktor pendidikan kesehatan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin serta mengidentifikasi faktor apa yang paling dominan dalam mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin. Penelitian ini dilakukan pada 13 November-15 Desember 2009 di Ruang V Obgin Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan terhadap 61 orang responden.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang bertujuan untuk memaparkan faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin serta menggunakan metode korelasi analisa regresi linear ganda dengan sistem backward untuk mengidentifikasi faktor apa yang paling dominan dalam perawatan diri Ibu pascasalin.

Hasil penelitian diperoleh 46 responden (75,4%) menunjukkan faktor petugas kesehatan berpengaruh kuat terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin. Faktor yang paling dominan adalah faktor petugas kesehatan dengan nilai F hitung > F tabel (8,376 > 4,00) dan nilai p-value < sig (0,005 < 0,05). Berdasarkan hasil penelitian ini perawat hendaknya mampu menjalankan peran dan fungsinya sesuai kompetensi dan kebutuhan pasien.

Kata kunci : Ibu pascasalin, faktor perawatan diri Ibu pascasalin.


(11)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pascasalin (masa nifas) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Bari, 2002 dalam Harnawatiaj, 2008).

Perawatan diri pascasalin adalah perawatan terhadap wanita yang telah selesai bersalin sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil, lamanya kira-kira 6-8 minggu. Seluruh alat genitalia baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan. Perawatan pascasalin (masa nifas) sebenarnya dimulai sejak kala uri dengan menghindari kemungkinan-kemungkinan perdarahan postpartum dan infeksi. Bila ada perlukaan jalan lahir atau luka bekas episiotomi dilakukan penjahitan dan perawatan luka dengan sebaik-baiknya. Penolong persalinan harus tetap waspada sekurang-kurangnya satu jam sesudah melahirkan, untuk mengatasi kemungkinan terjadinya perdarahan pascasalin (Hanafiah, 2004).

Selain oleh perawat, perawatan pascasalin juga dapat dilakukan oleh ibu. Menurut Huliana (2003), ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh ibu pascasalin antara lain; keadaan umum harus baik (suhu, pernafasan, tekanan darah, denyut nadi dalam keadaan normal); mobilisasi dilakukan 2 jam setelah persalinan normal dan 24 jam pertama pada seksio sesar ;makanan atau diet ibu postpartum harus mengandung cukup kalori, protein, cairan serta buah-buahan; berkemih harus secepatnya dilakukan karena pengeluaran air seni meningkat


(12)

24-48 jam pertama sampai hari ke-5 setelah melahirkan; sedangkan buang air besar harus ada dalam 3-4 hari pascasalin; pada keadaan normal demam terjadi 12 jam pertama pascasalin dan suhu tidak melebihi 38oC yang akan kembali normal setelah 12 jam; mules-mules akan terjadi 2-3 hari sesudah melahirkan; serta usahakan menyusui sedini mungkin sesuai kemampuan ibu (Huliana, 2003).

Hal-hal di atas sangat mempengaruhi proses penyembuhan ibu, terutama pada alat-alat reproduksi ibu baik interna maupun eksterna yang akan berangsur-angsur pulih seperti keadaan sebelum hamil yang disebut involusio. Untuk membantu proses involusi, perawatan pascasalin dilakukan pada alat-alat reproduksi yang meliputi vulva, perineum, uterus, abdomen, payudara, dan perawatan tromboflebitis pada kaki, perawatan hemoroid, perawatan kulit, serta perlu diperhatikan bila terjadi postpartum syndrom (depresi setelah melahirkan) (Harnawatiaj, 2008).

Berdasarkan data yang diperoleh dari buku rawatan Ruang V Obgin Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan, jumlah pasien selama tahun 2008 sebanyak 794 orang di antaranya 456 kasus persalinan normal dan 338 kasus persalinan dengan seksio sesar. Hasil wawancara dengan perawat di Ruang V Obgin Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan jumlah pasien pada bulan januari 2009 adalah 62 orang di antara pasien tersebut yang mampu melakukan perawatan diri pascasalin mandiri sekitar 20% yang sebagian besar adalah multipara. Sedangkan 80% pasien tidak mampu melakukan perawatan pascasalin mandiri karena kurangnya pengetahuan tentang perawatan pascasalin. Perawatan diri Ibu pascasalin dilakukan oleh perawat. Dari penjelasan tersebut diperoleh bahwa masih ada Ibu pascasalin yang tidak mengetahui perawatan diri pascasalin.


(13)

Kurangnya perawatan diri masa pascasalin berhubungan erat dengan kejadian infeksi nifas. Infeksi nifas merupakan salah satu komplikasi pascasalin yang menyebabkan masih tingginya AKI di Indonesia (Wiludjeng, 2005). Penelitian sebelumnya memaparkan tentang masyarakat suku Karo di kota yang masih mempercayai perawatan tradisional sebagai media untuk menjaga kesehatan ibu nifas (Sari, 2004). Dalam hal ini peneliti sebelumnya hanya menekankan pada faktor budaya. Namun belum ada literatur yang menjelaskan faktor yang paling dominan mempengaruhi perawatan diri ibu pascasalin.

Berdasarkan hal tersebut di atas, peneliti merasa tertarik dan menganggap penting untuk melakukan penelitian tentang faktor yang mempengaruhi ibu pascasalin dalam melakukan perawatan diri.

1.2 Pertanyaan Penelitian

Faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri ibu pascasalin di RSU Pirngadi Medan serta faktor apa yang paling dominan ?

1.3 Tujuan Penelitian

- Mengidentifikasi faktor keadaan masa lalu Ibu pascasalin. - Mengidentifikasi faktor lingkungan Ibu pascasalin.

- Mengidentifikasi faktor internal Ibu pascasalin. - Mengidentifikasi faktor petugas kesehatan. - Mengidentifikasi faktor pendidikan kesehatan.

- Mengidentifikasi faktor yang paling dominan dalam perawatan diri Ibu pascasalin.


(14)

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat untuk Praktik Keperawatan

Memberikan informasi tentang asuhan keperawatan pada Ibu pascasalin, dan membantu meningkatkan derajat praktik keperawatan untuk memotivasi Ibu pascasalin agar melakukan perawatan diri.

1.4.2 Manfaat untuk Pendidikan Keperawatan

Mengembangkan pendidikan keperawatan khususnya pada Ibu pascasalin, dan membantu memberikan informasi tentang apa saja yang termasuk perawatan diri pascasalin dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

1.4.3 Manfaat untuk Peneliti

Sebagai sarana untuk pengembangan diri dan penerapan pengetahuan yang diperoleh di fakultas, serta mendapat pengalaman dalam melakukan penelitian.


(15)

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pascasalin

2.1.1 Pengertian

Pascasalin atau puerperium adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Pascasalin berakhir selama kira-kira 6 minggu (Bari, 2002 dalam Harnawatiaj, 2008 ).

Menurut WHO pascasalin atau puerperium adalah masa setelah 1 jam plasenta lahir sampai berakhirnya minggu keenam atau berlangsung selama 42 hari (Manuaba, 2001).

2.1.2 Periode Pascasalin

Pascasalin (puerperium) di bagi dalam 3 periode yaitu puerperium dini, saat ini ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dianggap telah bersih dan boleh berjalan setelah 40 hari. Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalis yang lamanya 6-8 minggu. Puerperium remote, yaitu waktu yang diperlukan untuk kepulihan dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi (Harnawatiaj, 2008).

Masa setelah melahirkan ini mendapatkan istilah khusus karena seorang ibu memerlukan perawatan, bantuan, dan pengawasan demi pulihnya kesehatan seperti sebelum melahirkan. Dalam perumusan pascasalin, dikatakan bahwa waktu pascasalin itu tertentu, jadi bukan berarti bahwa setelah ibu melahirkan akan selalu disebut dalam masa pascasalin dengan tidak terbatas, atau terbatas sampai kelahiran anak yang berikutnya. Maksud dari waktu tertentu adalah waktu untuk memulihkan kesehatan umum dan mengembalikan keadaan organ yang


(16)

mengalami perubahan. Waktu ini umumnya dibatasi antara 6 sampai 12 minggu apabila dalam keadaan normal, dan waktu ini di anggap cukup untuk mengembalikan keadaan organ seperti pada saat ketika belum hamil. Tentu saja bila tidak terjadi komplikasi.

Tetapi ada pula yang menentukan bahwa masa nifas itu hanya selama 7-10 hari saja, yaitu sampai ibu selesai di rawat di rumah sakit dan dianggap cukup sehat dan kuat untuk pulang ke rumah. Batas waktu ini mungkin dapat diterima bila pulihnya keadaan tersebut hanya bagi kesehatan umum saja, yang dalam kenyataannya waktu 10 hari sesudah melahirkan (bila keadaan normal) ibu sudah tampak sehat. Jadi, di sini tidak memperhitungkan kembalinya uterus dan organ-organ lain ke keadaan normal. Karena uterus dan organ-organ-organ-organ reproduksi yang lain tidak dapat kembali seperti semula dalam waktu 10 hari (Ibrahim, 1996).

2.1.3 Perubahan Fisiologis Pada Masa Pascasalin

Perubahan fisiologis pada masa pascasalin terjadi pada sistem reproduksi, servik, perineum, vulva dan vagina, payudara, sistem perkemihan, sistem gastrointestinal, sistem kardiovaskuler, sistem endokrin, sistem muskuloskeletal, dan sistem integumen (Harnawatiaj, 2008).

Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil. Pada saat bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus 1000 gram, pada akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari di bawah pusat dengan berat uterus 750 gram. Ketika satu minggu pascasalin tinggi fundus uteri teraba pertengahan pusat simpisis pubis dengan berat 500 gram. Dua minggu pascasalin tinggi fundus uteri tidak teraba di atas


(17)

simpisis pubis dengan berat uterus 350 gram, dan enam minggu pascasalin bertambah kecil dengan berat 50 gram. Servik mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan, ostium eksterna dapat dimasuki oleh dua jari tangan, setelah 6 minggu persalinan servik menutup (Harnawatiaj, 2008).

Lokhea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina. Dalam masa postpartum, ada macam-macam lokhea yaitu; lokhea rubra (kruenta) berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium selama dua hari pascasalin; lokhea sangunolenta berwarna kuning, berisi darah dan lendir, pada hari ketiga sampai ketujuh postpartum; lokhea serosa yang berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi pada hari ketujuh sampai keempat belas pascasalin; lokhea alba berupa cairan putih setelah dua minggu; lokhea purulenta cairan seperti nanah berbau busuk dan terjadi bila ada infeksi; serta lokheastasis yaitu lokhea yang tidak lancar keluar (Harnawatiaj, 2008).

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama setelah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah tiga minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol. Setelah melahirkan perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada postnatal hari ke-5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum melahirkan (Harnawatiaj, 2008).


(18)

Perubahan pada payudara dapat meliputi penurunan kadar progesteron secara cepat dengan peningkatan hormon prolaktin setelah persalinan. Kolostrum sudah ada saat persalinan, produksi ASI terjadi pada hari kedua atau hari ketiga setelah persalinan dan payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya proses laktasi (Harnawatiaj, 2008).

Pada sistem perkemihan buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama, kemungkinan terdapat spasme sphincter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan. Urine dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini merupakan deuresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo enam minggu. Pada sistem gastrointersinal kerap kali diperlukan waktu 3-4 hari sampai faal usus kembali normal. Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan, namun asupan makanan mengalami penurunan selama satu atau dua hari, gerak tubuh berkurang dan usus bagian bawah sering kosong jika sebelum melahirkan diberikan enema. Rasa sakit di daerah perineum dapat menghalangi buang air besar (Harnawatiaj, 2008).

Setelah terjadi deuresis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen, volume darah kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan hemoglobin kembali normal pada hari ke-5 meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar selama masa nifas, namun kadarnya masih tetap lebih tinggi dari pada normal. Plasma darah tidak begitu mengandung cairan dan dengan demikian daya koagulasi meningkat, pembekuan darah harus dicegah


(19)

dengan penanganan yang cermat dan penekanan pada ambulasi dini. Pada sistem endokrin kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam pascasalin. Progesteron turun pada hari ketiga pascasalin sedangkan kadar prolaktin dalam darah berangsur-angsur hilang (Harnawatiaj, 2008).

Pada sistem muskuloskletal, ambulasi pada umumnya dimulai 4-8 jam postpartum. Ambulasi dini sangat membantu untuk mencegah komplikasi dan mempercepat proses involusi. Penurunan melanin umumnya terjadi pada sistem integumen setelah persalinan, menyebabkan berkurangnya hyperpigmentasi kulit dan perubahan pembuluh darah yang tampak pada kulit karena kehamilan dan akan menghilang pada saat estrogen menurun (Harnawatiaj, 2008).

2.1.4 Kebutuhan Dalam Masa pascasalin

Kebutuhan dalam masa pascasalin meliputi kebutuhan fisik, psikologis, sosial. Dalam beberapa aspek kebutuhan-kebutuhan tersebut saling berkaitan. Kebutuhan fisik maksudnya adalah keadaan ibu selama hamil umumnya menurun walaupun tidak sakit. Waktu persalinan, keadaan umum ini lebih menurun lagi karena kelelahan, kesakitan, perdarahan, dan adanya luka bekas plasenta melekat dan luka pada vagina atau perineum. Pada periode pascasalin inilah waktunya berusaha memulihkan keadaan umum kembali seperti sebelum hamil. Untuk itu, menurut kebutuhan-kebutuhan fisik diperlukan istirahat cukup, makan bergizi, udara segar, lingkungan bersih (bebas dari ancaman kuman-kuman penyakit). Dalam pemenuhan kebutuhan ini, diperlukan pengawasan dan perawatan yang sempurna serta pengertian dari keluarga setelah ibu pulang nanti (Ibrahim, 1996).


(20)

Kebutuhan psikologis merupakan kebutuhan bagi tiap-tiap individu, bahwa manusia butuh diakui oleh manusia lain, butuh dikenal, butuh dihargai, butuh diperhatikan, butuh hubungan yang sehat, dan sebagainya. Perlu diingat setelah melahirkan keadaan psikis ibu mengalami distress karena adanya kelelahan dan kekecewaan, keadaan ini disebut postpartum syndrom (depresi setelah melahirkan). Dalam pemenuhan kebutuhan psikologis ini perawat dan semua petugas kesehatan yang berhubungan, serta keluarga harus bersikap dan bertindak bijaksana. Harus dapat menunjukkan rasa simpatik, mengakui, menghargai, menghormati ibu sebagaimana adanya, memperhatikan ibu dengan memberikan ucapan selamat misalnya, akan dapat memberikan perasaan senang. Dengan adanya a good human relationship diharapkan dapat memenuhi kebutuhan psikologis ibu setelah melahirkan (Ibrahim, 1980).

2.2 Perawatan Diri 2.2.1 Pengertian

Merawat adalah suatu aktivitas atau kegiatan dengan ruang lingkup yang luas, yang dapat menyangkut diri kita sendiri, orang lain atau sesuatu yang lain dapat juga menyangkut lingkungan kita. Jika kita merawat sesuatu, kita menginginkan agar hasil yang dicapai akan memuaskan, jadi kita akan selalu berusaha untuk mencapai suatu keseimbangan antara keinginan kita dan hasil yang akan diperoleh. Perawatan adalah proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia (biologis, psikologis, sosial, dan spiritual) dalam rentang sakit sampai dengan sehat (Aziz, 2004).


(21)

Perawatan diri mempunyai arti yang lebih luas dari apa yang sering diartikan dengan cara merawat diri menurut AKS (aktivitas kehidupan sehari-hari). Dalam pengertian merawat diri individu, terdapat beberapa hal yang mendasar yaitu pertama menyangkut sejumlah nilai, norma dan pendapat sehubungan dengan perbuatan seseorang sesuai dengan tindakannya. Kedua menyangkut juga pengertian, pandangan pribadi, dan beberapa aspek tertentu. Seseorang menginginkan suatu perawatan tertentu berdasarkan pandangan-pandangan pribadinya. Jika seseorang tidak lagi berminat mengambil keputusan semacam ini, maka ia akan mengalami gangguan merawat diri. Jadi dapat dikatakan bahwa kegiatan perawatan diri merupakan sikap dan kegiatan yang dilakukan pada saat perawatan diri itu berlangsung (Stevens dkk, 2000).

Perawatan pascasalin adalah perawatan terhadap wanita yang telah selesai bersalin sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil, lamanya kira-kira 6-8 minggu. Akan tetapi seluruh alat genitalia baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan (Hanafiah, 2004).

2.2.2 Jenis-jenis perawatan diri pascasalin

Setelah lahirnya plasenta, organ-organ reproduksi akan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Untuk membantu mempercepat proses pemulihan ibu harus melakukan perawatan diri pascasalin. Ada beberapa jenis perawatan diri yang dapat dilakukan oleh ibu pascasalin diantaranya: perawatan vulva dan perineum, perawatan uterus dan abdomen, perawatan payudara, perawatan kaki, perawatan hemoroid, dan perawatan kulit (Pritchard, dkk.1991).


(22)

2.2.3 Cara Melakukan Perawatan Diri Post Partum a. Perawatan Vulva dan Perineum

Vulva adalah bentuk lonjong dibatasi oleh klitoris pada bagian depan, kanan kiri oleh labia minora, dibelakang oleh perineum, terdapat orificium eksternal (Mochtar,1991). Perawatan vulva dapat dimulai dengan menyiram genitalia eksterna dan anus dengan air yang bersih kemudian cuci dengan sabun sampai kotoran-kotoran yang keluar dari vagina bersih. Kemudian bilas dengan air bersih. Lakukan perawatan vulva ketika mandi dan setiap kali ibu merasa tidak nyaman (Pritchard,1991).

Perineum adalah daerah antara kedua belah paha yang dibatasi oleh vulva dan anus. Yang perlu diperhatikan dalam perawatan perineum adalah bentuk luka perineum. Bentuk luka perineum setelah melahirkan ada 2 macam yaitu Ruptur dan Episiotomi (Danis, 2000 dalam Harnawatiaj, 2008).

Ruptur adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala dan bahu janin pada saat proses persalinan. Bentuk ruptur biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang robek sulit dilakukan penjahitan (Hamilton, 2002). Episiotomi adalah sebuah irisan bedah pada perineum untuk memperbesar muara vagina yang dilakukan tepat sebelum keluarnya kepala bayi. Episiotomi, suatu tindakan yang disengaja pada perineum dan vagina yang sedang dalam keadaan meregang. Tindakan ini dilakukan jika perineum diperkirakan akan robek teregang oleh kepala janin, harus dilakukan infiltrasi perineum dengan anastesi local, kecuali bila pasien sudah diberi anastesi epidural (Derek, 2002 dalam Harnawatiaj, 2008).


(23)

Menurut Hamilton (1995) lingkup perawatan perineum adalah mencegah kontaminasi dari rektum, menangani dengan lembut pada jaringan yang terkena trauma. Bersihkan semua keluaran yang menjadi sumber bakteri dan bau. Prosedur yang diajurkan kepada ibu untuk melakukan perawatan perineum yaitu mencuci tangan, membuang pembalut yang penuh dengan gerakan kebawah mengarah ke rektum dan letakkan pembalut tersebut kedalam kantong plastik, berkemih dan BAB ke toilet, siramkan air ke seluruh perineum, keringkan perineum dengan menggunakan tissue dari depan ke belakang kemudian setelah semua selesai cuci kembali tangan (Hamilton, 1995).

Perawatan perineum juga bisa dilakukan dengan cara penghangatan kering. Penghangatan kering dari cahaya lampu kadang-kadang digunakan untuk meningkatkan penyembuhan perineal, caranya perineum dibersihkan terlebih dahulu untuk membuang sekresi. Ibu berbaring terlentang dengan lutut fleksi dan diregangkan, dan lampu diletakkan dengan jarak 20 inci dari perineum. Penghangatan dengan cahaya lampu biasanya dilakukan tiga kali sehari selama 20 menit (Hamilton, 1995).

b. Perawatan Uterus dan Abdomen

Uterus (rahim) adalah struktur otot yang cukup kuat, dibagian luar ditutupi peritoneum dan rongga dalam dilapisi oleh mukosa rahim. Dalam keadaan tidak hamil, rahim terletak dalam rongga panggul kecil antara kandung kemih dan dubur. Rahim bentuknya seperti bola lampu pijar atau buah pear dan berongga terdiri atas 3 bagian besar yaitu badan rahim berbentuk segitiga, leher rahim berbentuk silinder, dan rongga rahim (Mochtar, 1991).


(24)

Besarnya rahim berbeda-beda tergantung pada usia, pernah melahirkan anak atau belum, ukurannya kira-kira sebesar telur ayam kampung. Pada nulipara ukurannya 5,5-8 cm x 3,5-4 cm x 2-2,5 cm sedangkan pada multipara 9-9,5 cm x 5,5-6 cm x 3-3,5 cm. Beratnya 40-50gr pada nulipara dan 60-70gr pada multipara. (Mochtar, 1991). Segera setelah melahirkan ukuran dan konsistensi uterus kira-kira seperti buah melon kecil dan fundusnya terletak tepat dibawah umbilicus. Setelah itu tinggi fundus berkurang 1-2 cm setiap hari sampai akhir minggu pertama, saat tinggi fundus sejajar dengan dengan tulang pubis (Hamilton, 1995).

Dengan kontraksi yang baik, uterus bisa diharapkan kembali mengkerut ke ukuran normal tanpa bantuan obat-obatan. Karena kontraksi pada dasarnya tidak hanya dibutuhkan untuk mengeluarkan janin saat persalinan. Tapi juga mengembalikan rahim ke bentuk dan ukuran semula, baik pada persalinan normal maupun persalinan dengan tindakan seperti vakum, forcep ataupun sesar (Pritchard,1991). Untuk memaksimalkan involusi uteri dan memulihkan tonus abdomen dapat dibantu dengan penggunaan korset dan melakukan senam nifas. Latihan ini dapat dilakukan dalam waktu 5-10 kali hitungan setiap harinya dan akan meningkat secara berlahan-lahan. Program senam nifas dimulai dari tahap yang paling sederhana hingga yang sulit. Adapun gerakan-gerakannya sebagai berikut:

Hari pertama, ambil nafas dalam-dalam, perut dikembungkan, kemudian napas dikeluarkan melalui mulut. Ini dilakukan dalam posisi tidur terlentang. Hari kedua, tidur terlentang, kaki lurus, tangan direntangkan kemudian ditepukkan ke muka badan dengan sikap tangan lurus, dan kembali ke samping. Hari ketiga, berbaring dengan posisi tangan di samping badan, angkat lutut dan


(25)

pantat kemudian diturunkan kembali. Hari keempat, tidur terlentang, lutut ditekuk, kepala diangkat sambil mengangkat pantat. Hari kelima, tidur terlentang, kaki lurus, bersama-sama dengan mengangkat kepala, tangan kanan, menjangkau lutut kiri yang ditekuk, diulang sebaliknya. Hari keenam, tidur terlentang, kaki lurus, kemudian lutut ditekuk ke arah perut 90o secara bergantian antara kaki kiri dan kaki kanan. Hari ketujuh, tidur terlentang kaki lurus kemudian kaki dibuka sambil diputar ke arah luar secara bergantian. Hari 8, 9, 10, tidur terlentang kaki lurus, kedua telapak tangan diletakkan di tengkuk kemudian bangun untuk duduk (sit up) (Schemieg, 2009).

c. Perawatan Payudara

Perawatan payudara adalah melakukan perawatan payudara pada ibu pascasalin atau sesudah melahirkan untuk memperlancar proses laktasi. Perawatan dengan menggunakan baby oil dan massage di sekitar payudara selama hamil juga dapat membantu puting yang datar. Sebaiknya dilakukan sebalum atau sewaktu mandi.

Prosedur parawatan payudara pada Ibu yang menyusui ada lima langkah masing-masing dilakukan 25-30 kali yaitu; pertama, tempatkan kedua belah telapak tangan di tengah dada ibu kemudian lakukan gerakan memutar mengelilingi payudara kearah luar, saat tangan berada di bawah payudara, angkat atau sanggah payudara sebentar dan lepaskan secara perlahan kearah depan. Kedua, tangan kanan membentuk kepalan, tempatkan di pangkal payudara. Tangan kiri menyanggah payudara, dengan buku-buku jari lakukan pengurutan dari pangkal payudara ke ujung ke arah puting susu. Lakukan merata ke seluruh payudara. Ketiga, tangan kanan diletakkan di pangkal payudara, tangan kiri


(26)

menyanggah payudara, lakukan pengurutan dari pangkal ke ujung ke arah putting susu. Keempat, tempatkan masing-masing ibu jari di atas payudara dan jari-jari lain menopang atau menyanggah payudara, tekan jari-jari ke ujung payudara atau ke arah puting susu. Kelima, lakukan gerakan memelintir puting susu sampai puting susu elastis dan kenyal. Kompres payudara menggunakan handuk yang telah dibasahi dengan air hangat selama 5 menit, ulangi pengompresan menggunakan handuk yang dibasahi dengan air dingin lakukan bergantian dan akhiri pengompresan menggunakan handuk yang dibasahi dengan air dingin. Lakukan 3 kali pada setiap payudara, keluarkan ASI kemudian keringkan (Kompos, 2008).

Selain itu parawatan payudara juga dilakukan pada Ibu yang tidak menyusui, misalnya pada ibu yang bayinya meninggal setelah dilahirkan. Pada Ibu yang tidak menyusui, pemberian obat-obat penghambat laktasi untuk mengurangi pembengkakan payudara yang terjadi dalam derajat tertentu. Penggunaan kutang yang dapat menyanggah payudara dengan baik sangat dianjurkan. Dapat juga dilakukan kompres es tetapi secara periodik harus dihentikan untuk memungkinkan terjadinya disfungsi refleks saraf dan aliran darah di antara kulit. Obat-obatan analgetik dapat digunakan untuk mengurangi rasa tidak nyaman (Hamilton, 1995).

d. Perawatan Kaki

Beratnya bobot tubuh yang bertumpu pada kaki selama kehamilan dapat menyababkan terjadinya tromboflebitis. Tromboflebitis merupakan peradangan dinding vena dan biasanya disertai pembentukan bekuan darah. Ketika pertama


(27)

kali terjadi bekuan pada vena akibat statis atau hyperkoagulabilitas, tanpa disertai peradangan, maka proses ini awal dari tromboflebitis (Smeltzet, 2003).

Perawatan tromboflebitis dapat dilakukan dengan tirah baring 5-7 hari setelah terjadinya trombosis vena dalam waktu ini kurang lebih sama dengan waktu yang diperlukan trombus melekat pada dinding vena, sehingga menghindari terjadinya emboli. Ketika mulai berjalan harus menggunakan stoking elastis. Berjalan-jalan akan lebih baik dari pada berdiri atau duduk lama-lama. Latihan di tempat tidur seperti dorsofleksi kaki melawan papan kaki juga dianjurkan. Kompres hangat dan lembab pada ekstrimitas yang terkena dapat mengurangi ketidak nyamanan sehubungan dengan trombisis vena dalam (Smeltzet, 2003).

e. Perawatan Hemoroid

Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi pada bagian kanal anal. Hemoroid sangat umum terjadi pada usia 50 tahunan, 50% individu mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan luasnya vena yang terkena. Kehamilan dapat mengawali atau memperberat hemoroid (Smeltzet, 2003).

Beberapa Ibu mengalami nyeri hemoroid setelah melahirkan. Tindakan yang dapat membantu menurunkan nyeri tersebut termasuk mandi berendam. Salep analgetik, supositoria rektal, dan pembalut hazel. Hemoroid dapat dimasukkan ke dalam rektum dengan menggunakan jari tangan yang bersarung. Mempertahankan posisi berbaring miring atau terlentang dan menghindari duduk lama juga sangat membantu. Hemoroid biasanya akan menghilang dalam beberapa minggu bila Ibu tidak mengalaminya sebelum kehamilan (Hamilton, 2003).


(28)

f. Perawatan Kulit

Naik turunnya kadar hormon estrogen dan progesteron saat hamil dan sesudah bersalin sangat mempengaruhi kulit. Beberapa kulit bereaksi dengan berjarawat dan ada juga yang lebih mulus dari biasanya. Jika anda berjarawat, sebisanya tidak menggunakan obat karena unsur kimianya bisa membahayakan si kecil yang masih menyusu. Lakukan saja perawatan kulit wajah rutin, seperti membersihkan, menyegarkan, dan melembabkan kulit (Danuatmaja, 2003).

Jika ketika hamil mengalami topeng kehamilan (cloasma gravidarum), atau perubahan kulit yang menjadi lebih gelap di sekitar mata, tulang hidung, dahi, dan bibir atas. Setelah melahirkan perubahan ini akan memudar dalam enam bulan. Beberapa obat-obatan memang dapat mempercepat, tetapi lupakan pemakaiannya jika sedang menyusui si kecil. Sambil menunggu kulit mulus kembali hindari paparan sinar matahari secara langsung karena akan memperparah melasma. Jika ingin keluar rumah gunakan krim tabir surya. Coba periksa leher, ketiak, dan bagian bawah payudara, apakah mengalami kulit tags atau serpihan daging tumbuh, jika ya tidak perlu khawatir karena ini bukan masalah medis yang perlu dikhawatirkan (Danuatmaja, 2003).

2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri masa pascasalin.

Aktifitas merawat diri masa pascasalin merupakan hal yang sangat penting. Selain mencegah infeksi nifas, perawatan pascasalin juga bertujuan mempercepat proses pengembalian keadaan ibu seperti keadaan sebelum hamil, serta meningkatkan kualitas hidup ibu dan bayi. Ibu harus mengetahui bentuk perawatan diri mana yang akan dijalankan dengan kesungguhan dan cara yang


(29)

sehat. Menurut berbagai sumber aktifitas merawat diri yang dijalankan seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berbeda. Ada lima faktor yang mempengaruhi dalam melakukan perawatan pascasalin.

2.3.1 Faktor masa lalu.

Melalui pengalaman di masa lalu seseorang dapat belajar cara merawat diri. Apabila Ibu sudah mengenal manfaat perawatan diri atau tehnik yang akan dilakukan, maka Ibu akan lebih mudah dalam melakukan perawatan diri pascasalin (Stevens, 2000). Contohnya jika Ibu mengetahui atau pernah melakukan perawatan payudara sebelumnya, maka akan mempengaruhi perilaku perawatan diri Ibu pascasalin. Ibu lebih mudah belajar atau melakukan perawatan payudara. Sedangkan Ibu yang belum mengetahui tentang perawatan payudara akan sulit melakukan perawatan tersebut. Dalam hal ini masa lalu memberikan pengaruh pada perilaku Ibu untuk melakukan perawatan diri pascasalin.

Menurut Stright (2005) dalam Yuliana (2008) ada faktor-faktor yang berpengaruh dalam perawatan diri Ibu pascasalin adalah faktor pengalaman pascasalin meliputi sifat persalinan/kelahiran, tujuan kelahiran, persiapan persalinan/kelahiran, peran menjadi orang tua yang mendadak.

2.3.2 Faktor lingkungan ibu pascasalin.

Lingkungan akan terus berubah selama kita hidup. Jika memasuki suatu fase kehidupan yang baru, akan selalu terjadi proses penyesuaian diri dengan lingkungan. Situasi ini dapat mempengaruhi Ibu dalam melakukan perawatan diri pada masa pascasalin (Stevens, 2000).


(30)

Sarana prasarana tersedia di dalam lingkungan guna mendukung dan mempromosikan perilaku kesehatan. Jasa konsultan dan spesialis dari petugas kesehatan lain seperti ahli nutrisi, dokter ahli, dan pekerja sosial harus ada sebagai usaha dalam membantu pasien mendapatkan keterampilan yang diperlukan untuk mencapai atau menjaga kesehatan dan kesejahteraannya agar tetap optimal. Organisasi berbasis masyarakat sering kali merupakan sarana yang sangat baik untuk menyebarkan informasi (Gomez & Gomez, 1984 dalam Bastable, 2002).

Selain itu, keluarga juga berperan sebagai sistem pendukung yang kuat bagi anggota-anggotanya, khususnya dalam penanganan masalah kesehatan keluarga. Seperti halnya Ibu pascasalin, maka anggota keluarga yang lain akan berusaha untuk membantu memulihkan kondisi kesehatannya ke kondisi semula. Fungsi keluarga dalam masalah kesehatan meliputi reproduksi, upaya membesarkan anak, nutrisi, pemeliharaan kesehatan dan rekreasi (Bobak, 2004).

2.3.3. Faktor internal ibu pascasalin.

Faktor internal adalah segala sesuatu yang berasal dari dalam diri sendiri (Marhijanto, 1999). Aktivitas merawat diri akan berbeda pada setiap individu. Hal ini juga dapat dipengaruhi oleh; usia, pendidikan, karakter, keadaan kesehatan, tempat lahir, budi pekerti, kebudayaan, dll. Ada juga faktor tertentu yang melekat pada pribadi yang tertentu seperti: selera dalam memilih, gaya hidup, dll. Pada Ibu usia muda perawatan pascasalin yang dilakukan akan berbeda dengan Ibu yang memiliki usia lebih dewasa. Demikian juga dengan pendidikan semakin tinggi pendidikan Ibu, maka kepeduliannya terhadap perawatan diri semakin baik (Stevens, 2000).


(31)

2.3.4 Petugas kesehatan

Petugas kesehatan, khususnya perawat sangat berperan penting dalam mempengaruhi perilaku perawatan diri Ibu pascasalin. Perawat merupakan orang yang dalam melakukan tindakannya didasari pada ilmu pengetahuan serta memiliki keterampilan yang jelas dalam keahliannya. Selain itu perawat juga mempunyai kewenangan dan tanggung jawab dalam tindakan yang berorientasi pada pelayanan melalui pemberian asuhan keperawatan kepada individu, kelompok, atau keluarga. Pemberian asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan kebutuhan dasar pasien. Di rumah sakit perawat adalah orang yang paling dekat dengan pasien, oleh sebab itu perawat harus mengetahui kebutuhan pasiennya. Perawat dapat memberikan asuhan keperawatan misalnya mengajarkan pada ibu postpartum bagaimana cara melakukan perawatan diri. Awalnya perawat dapat membantu Ibu dalam melakukan perawatan diri pascasalin, kemudian anjurkan Ibu untuk mengulanginya secara rutin dengan bantuan suami atau keluarga. Selanjutnya Ibu akan mampu melakukan perawatan diri pascasalin secara mandiri (Hidayat, 2004).

2.3.5 Pendidikan kesehatan

Pendidikan kesehatan merupakan serangkaian upaya yang ditujukan untuk mempengaruhi orang lain, mulai dari individu, kelompok, keluarga dan masyarakat agar terlaksananya perilaku hidup sehat. Sama halnya dengan proses pembelajaran yang bertujuan merubah perilaku individu, kelompok, keluarga dan masyarakat. Pendidikan kesehatan yang dimaksud adalah pendidikan kesehatan yang diperoleh Ibu pascasalin dari perawat atau tenaga kesehatan lainnya tentang


(32)

kesehatan, dalam hal ini khususnya tentang perawatan diri pascasalin (Dermawan, 2008). Pendidikan kesehatan ini akan mempengaruhi pengetahuan Ibu tentang perawatan diri pascasalin, yang akhirnya akan mempengaruhi perilaku perawatan diri Ibu.

Untuk mempermudah pemahaman Ibu, dalam melakukan pendidikan kesehatan perawat dapat menggunakan metode demonstrasi. Jika memungkinkan minta pasien untuk menjadi praktikan, jika tidak memungkinkan dapat menggunakan patung.


(33)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka konseptual

Kerangka konsep penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi perawatan diri Ibu masa pascasalin dan faktor apa yang paling dominan. Pascasalin merupakan masa yang dialami oleh seorang wanita setelah melahirkan. Pada masa pascasalin akan terjadi perubahan baik fisik maupun psikologis pada Ibu. Perubahan tersebut membutuhkan waktu untuk kembali pulih seperti keadaan semula. Hal ini berhubungan dengan kemampuan Ibu merawat diri pada masa pascasalin. Kemampuan tersebut dipengarui oleh faktor-faktor tertentu.

Skema 1. Kerangka penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin.

3.2 Defenisi Konseptual

Variabel pada penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin yaitu :

Faktor-faktor yang mempe- ngaruhi perawatan diri Ibu pascasalin:

- Faktor masa lalu Ibu - Faktor lingkungan Ibu - Faktor internal Ibu - Petugas kesehatan - Pendidikan kesehatan

Pengaruh kuat

Pengaruh sedang


(34)

3.2.1 Masa lalu

Waktu yang sudah berlalu yang pernah dialami. Kejadian masa lalu merupakan pengalaman-pengalaman yang tejadi di masa lalu, keberhasilan maupun kesalahan yang pernah dilakukan akan mengajarkan kita cara merawat diri (Stevens, 2000)

3.2.2 Lingkungan

Kawasan wilayah dan segala sesuatu yang terdapat di dalamnya. Segala sesuatu yang ada di sekitar kita (Marhijanto, 1999).

3.2.3 Internal

Adalah segala sesuatu yang berasal dari dalam diri sendiri (Marhijanto, 1999).

3.2.4 Petugas kesehatan

Adalah orang-orang yang bertugas di bidang kesehatan sesuai dengan pendidikan formal, wewenang dan tanggung jawabnya (Jumadi, 1999).

3.2.5 Pendidikan kesehatan

Pendidikan kesehatan merupakan serangkaian upaya yang ditujukan untuk mempengaruhi orang lain, mulai dari individu, kelompok, keluarga dan masyarakat agar terlaksananya perilaku hidup sehat (Dermawan, 2008).

3.3 Defenisi Operasional

Defenisi operasional dari faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin di Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan adalah :


(35)

Variabel Defenisi Alat ukur Skala Skoring Variabel faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin yang terdiri dari : Masa lalu Lingkungan Internal Petugas kesehatan Pendidikan kesehatan Pengalaman Ibu melakukan perawatan diri pada persalinan sebelumnya. Keluarga dan keadaan disekitar tempat tinggal Ibu. Semua faktor dari dalam diri Ibu seperti usia, pendidikan, kepercayaan, kebudayaan dll. Petugas kesehatan yang bertugas di Ruang Obgin RSU Pirngadi Medan saat Ibu pascasalin dirawat. Penjelasan atau Kuisioner sebanyak 4 pertanyaan Kuisioner sebanyak 4 pertanyaan Kuisioner sebanyak 4 pertanyaan Kuisioner sebanyak 4 pertanyaan Kuisioner sebanyak 4 Interval Interval Interval Interval Interval

1-5 = pengaruh lemah

6-10 = pengaruh sedang

11-16 = pengaruh kuat

1-5 = pengaruh lemah

6-10 = pengaruh sedang

11-16 = pengaruh kuat

1-5 = pengaruh lemah

6-10 = pengaruh sedang

11-16 = pengaruh kuat

1-5 = pengaruh lemah

6-10 = pengaruh sedang

11-16 = pengaruh kuat

1-5 = pengaruh lemah


(36)

penyuluhan tentang

perawatan diri pascasalin yang

diberikan oleh petugas

kesehatan.

pertanyaan 6-10 = pengaruh sedang

11-16 = pengaruh kuat

3.4 Hipotesis

Hipotesa dalam penelitian ini adalah ada pengaruh antara faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan Ibu pascasalin dengan perawatan diri Ibu pascasalin di Ruang V Obgin Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan.


(37)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain deskriptif dan korelasi yang bertujuan untuk memaparkan faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin serta mengidentifikasi faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin.

4.2 Populasi dan Sampel. 4.2.1 Populasi Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah Ibu pascasalin yang dirawat di Ruang V Obgin Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan. Populasi diambil berdasarkan jumlah pasien Oktober, November, dan Desember 2008 yang diperoleh dari buku rawatan Ruang V Obgin Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan yaitu sebanyak 158 orang.

4.2.2 Sampel Penelitian

Menurut Arikunto (2002), sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Pada penelitian ini penentuan jumlah sample dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik penarikan sampel yang bukan berdasarkan strata, random, atau daerah tetapi didasarkan atas adanya beberapa pertimbangan yaitu kriteria sampel. Berdasarkan Danapriatna dan


(38)

Setiawan (2005) desain deskriptif jumlah sampel minimal 10% dari populasi dengan menggunakan rumus :

2

1 Ne N n

+

= =

( )

61,2 61

58 . 2 158 01 . 0 158 1 158 10 158 1 158 2 0

0 = + × = = =

×

+ orang

Keterangan :

n = Ukuran sampel

N = Populasi

e = Persentase kelonggaran (2%, 5%, 10%)

Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Ibu pascasalin yang melahirkan sesar dan pervaginam tanpa komplikasi. 2. Dapat berorientasi dengan lingkungan.

3. Bersedia menjadi responden penelitian.

4. Di rawat di Ruang Obgin Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan.

4.3Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Ruang V Obgin Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan dilaksanakan pada bulan November-Desember 2009. Alasan peneliti memilih lokasi tersebut sebagai tempat penelitian karena merupakan rumah sakit pendidikan, dan banyak Ibu postpartum selama peneliti melakukan observasi di Rumah Sakit tersebut.

4.4Pertimbangan Etik

Dalam penelitian ini dilakukan pertimbangan etik yaitu memberi penjelasan kepada calon responden penelitian tentang tujuan penelitian dan


(39)

responden dipersilahkan untuk menandatangani lembar persetujuan (informed consent), tetapi jika calon responden tidak bersedia maka calon responden berhak untuk menolak untuk diteliti dan mengundurkan diri selama pengumpulan data berlangsung maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati haknya. Untuk menjaga kerahasiaan catatan mengenai data responden, peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data (kuisioner) tetapi hanya menulis nomor kode yang digunakan. Kerahasian semua informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh peneliti dan hanya digunakan untuk penelitian.

4.5Instumen Penelitian 4.5.1 Kuisioner Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner yang sebagian disusun sendiri oleh peneliti yang berpedoman pada tujuan penelitian dan tinjauan pustaka, sebagian lagi diadopsi dari kuisioner Sitepu (2006). Instrument ini terdiri dari dua bagian yaitu kuisioner data demografi dan kuisioner faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri Ibu masa pascasalin.

Kuisioner data demografi responden meliputi usia, agama, suku, dan pekerjaan. Kuisioner faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri Ibu masa pascasalin berisi 20 pertanyaan yang terdiri dari 4 pertanyaan untuk faktor masa lalu, 4 pertanyaan untuk faktor lingkungan, 4 pertanyaan untuk faktor internal, 4 pertanyaan untuk faktor pendidikan kesehatan, dan 4 pertanyaan untuk faktor petugas kesehatan.


(40)

Penilaian menggunakan skala likert dengan empat pilihan alternatif jawaban. Masing-masing jawaban diberi kode a, b, c, dan d dengan skor jawaban a=1, b=2, c=3, dan d=4. Nilai tertinggi pada setiap faktor 16 dan terendah 1. Berdasarkan rumus Sudjana (1992) maka :

kelas banyak

g ren

p= tan

Panjang kelas p dengan rentang 16 dan banyak kelas 3 (pengaruh kuat, sedang, lemah) didapatkan panjang kelas sebesar 5. Batas kelas bawah interval adalah 1, maka faktor yang mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin dapat dikategorikan menjadi :

1-5 = pengaruh lemah 6-10 = pengaruh sedang 11-16 = pengaruh kuat

4.5.2 Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Validitas dapat diuraikan sebagai tingkatan ukuran penelitian yang sebenarnya, yang memang didesain untuk mengukur. Validitas berkaitan dengan nilai sesungguhnya dari hasil dan merupakan karakteristik yang penting dari penelitian yang baik (Slevin dkk, 2005). Uji validitas penelitian ini dilakukan oleh ahli dalam penelitian ini.

Uji reliabilitas bertujuan untuk mengetahui seberapa besar derajat atau kemampuan alat ukur tersebut untuk mengukur secara konsisten sasaran yang akan diukur. Alat ukur yang baik adalah alat ukur yang memberikan hasil yang sama bila digunakan beberapa kali pada kelompok subjek (Ritonga, 1997). Menurut Nursalam (2002) uji reliabilitas dilakukan terhadap 10 orang. Uji


(41)

menggunakan formula Cronbach Alpha dalam SPSS versi 12.0. Reliabilitas dikatakan baik jika memiliki nilai Cronbach Alpha > 0,60 (Nugroho, 2005). Kuisioner ini telah direliabilitas dengan nilai cronbach alpha untuk faktor masa lalu 0,82, faktor lingkungan 0,8, faktor internal 0,86, faktor petugas kesehatan 0,78, dan faktor pendidikan kesehatan 0,88 sehingga kuisioner ini layak digunakan.

4.6Pengumpulan data

Prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data yaitu pada tahap awal peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada instansi pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Setelah mendapat izin dari instansi pendidikan kemudian peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian ke Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan. Setelah mendapat izin penelitian, kemudian peneliti menjelaskan tujuan penelitian kepada responden dan bila responden setuju untuk menjadi responden penelitian, maka peneliti mengajukan surat persetujuan responden (informed consent) untuk ditandatangani. Setelah itu peneliti menjelaskan cara pengisian kuesioner secara teliti dan cermat, dan peneliti memberikan kesempatan untuk bertanya bila ada yang tidak dimengerti. Waktu yang diberikan pada responden untuk mengisi kuisioner adalah 30 menit. Beberapa responden meminta bantuan peneliti untuk mengisikan lembar kuisionernya sesuai denga jawaban yang diberikan responden. Hal ini dilakukan karena responden merasa kurang nyaman menulis dengan infus yang dipasang di tangan kanan. Setelah diisi kuisioner dikumpulkan kembali oleh


(42)

peneliti dan diperiksa kelengkapannya, apabila ada kuisioner yang tidak lengkap maka diselesaikan pada saat itu juga.

4.7Analisa data

Setelah data terkumpul maka analisa data dapat dilakukan melalui empat tahapan yaitu dimulai dengan editing untuk memeriksa kembali semua kuisioner tersebut satu persatu, untuk memastikan bahwa setiap kuisioner telah diisi sesuai petunjuk. Dilanjutkan dengan pemberian kode atau angka tertentu untuk memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi data. Kemudian data diproses memakai program komputerisasi SPSS versi 12.0, dan terakhir data dicleaning yaitu untuk mengecek kembali data yang telah dientry apakah ada kesalahan atau tidak.

Metode statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif untuk melihat gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin di Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan dan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase.

Metode statistik yang digunakan untuk menentukan faktor yang paling dominan mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin adalah metode analisis korelasi regresi linear ganda. Metode ini digunakan karena jumlah variabel bebas lebih dari dua variabel. Menggunakan komputer dengan program SPSS versi 12.0. Dalam hal ini peneliti menggunakan metode Backward. Awalnya faktor masa lalu, faktor lingkungan, faktor internal, faktor petugas kesehatan, dan faktor pendidikan kesehatan diteliti dan dianalisa pengaruhnya terhadap perawatan diri Ibu pascasalin. Faktor yang paling kecil pengaruhnya dikeluarkan dari proses


(43)

analisa data, demikian seterusnya hingga didapat faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap perawatan diri Ibu pascasalin (Hastono, 2001).

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan data hasil penelitian dan pembahasan berdasarkan pengumpulan data primer yang dilakukan pada 13 November-15 Desember 2009 di Ruang V Obgin Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan terhadap 61 orang responden. Penyajian data meliputi faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan Ibu pascasalin, serta faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin.

5.1 Hasil penelitian

5.1.1 Karakteristik responden

Hasil data demografi pada Ibu pascasalin di Ruang V Obgin Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan. Berdasarkan 61 responden diperoleh 3 rentang usia, 2 pembagian agama, 4 penggolongan suku dan 1 jenis pekerjaan.

Tabel 1 Distribusi frekwensi dan persentase data demografi (n=61)

Data demografi Frekwensi (n) Persentase(%) Usia :

17-20 tahun 3 4,9

21-30 tahun 28 45,9

30-43 tahun 30 49,2

Agama :

Islam 48 78,7

Kristen 13 21,3


(44)

Batak 25 41,0

Jawa 22 36,1

Melayu 5 8,2

Lainnya 9 14,8

Tabel 1 Lanjutan

Data demografi Frekwensi (n) Persentase(%) Pekerjaan :

Ibu rumah tangga 61 100

Keterangan: dari tabel distribusi frekwensi dan persentase diperoleh hasil yang paling dominan sebanyak 30 responden (49,2%) berusia 30-43 tahun, 48 responden (78,7%) beragama Islam, 25 responden (41,0%) suku Batak, dan 61 responden (100%) bekerja sebagai Ibu rumah tangga.

5.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin

Pada penelitian ini 5 faktor yang diteliti dalam mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin yaitu faktor masa lalu, faktor lingkungan, faktor internal, faktor petugas kesehatan, dan faktor pandidikan kesehatan. Hasil penelitian diperoleh bahwa faktor petugas kesehatan memberikan pengaruh yang kuat terhadap perawatan diri Ibu pascasalin dengan frekwensi 46 orang (75,4%) yang dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini.

Tabel 2 Distribusi frekwensi dan persentase berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin (n=61)

Faktor yang mempengaruhi Frekwensi (n) Persentase (%) Faktor masa lalu :

Kuat 44 72,1

Sedang 13 21,3

Lemah 4 6,6

Faktor lingkungan :

Kuat 16 26,2

Sedang 40 65,6

Lemah 5 8,2

Faktor internal :

Kuat 45 73,8


(45)

Sedang 14 23,0

Lemah 2 3,3

Tabel 2 Lanjutan

Faktor yang mempengaruhi Frekwensi (n) Persentase (%)

Faktor petugas kesehatan :

Kuat 46 75,4

Sedang 15 24,6

Faktor pendidikan kesehatan :

Kuat 2 3,3

Sedang 39 63,9

Lemah 20 32,8

Keterangan: dari hasil distribusi frekwensi dan persentase diperoleh jawaban yang paling dominan yaitu 44 responden (72,1%) yang menunjukkan pengaruh yang kuat pada faktor masa lalu, 40 responden (65,6%) menunjukkan pengaruh sedang pada faktor lingkungan, 45 responden (73,8%) menunjukkan pengaruh kuat pada faktor internal, 46 responden (75,4%) menunjukkan pengaruh kuat pada faktor petugas kesehatan, 39 responden (63,9%) menunjukkan pengaruh sedang pada faktor pendidikan kesehatan.

5.1.3 Identifikasi faktor yang paling dominan dalam perawatan diri Ibu pascasalin.

Dari hasil analisa regresi linear ganda menggunakan metode backward pada faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin diperoleh nilai F-test pada tabel ANOVA. Berdasarkan Nugroho (2005), hasil F-test ini menunjukkan variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen jika p-value (pada kolom sig) < level of significant yang telah


(46)

ditentukan (0,05) atau F hitung > F tabel. Menurut Sulaiman (2004), metode

backward digunakan untuk mengeluarkan satu per satu variabel independent yang

paling kecil pengaruhnya dari persamaan regresi sehingga diperoleh faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap perawatan diri Ibu pascasalin seperti pada tabel 3.

Tabel 3 Hasil analisa faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin (n=61).

Variabel yang dikeluarkan F hitung >F tabel p-value < sig Faktor internal 2,168 < 2,38 0,071 > 0,05 Faktor masa lalu 2,745 > 2,51 0,037 < 0,05 Faktor lingkungan 3,680 > 2,78 0,017 < 0,05 Faktor pendidikan kesehatan 5,066 > 3,17 0,009 < 0,05 Faktor petugas kesehatan 8,376 > 4,00 0,005 < 0,05

Keterangan: tabel hasil analisa faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi perawaan diri Ibu pascasalin menunjukkan faktor yang tersisa pada tahap akhir analisa adalah faktor petugas kesehatan dengan F hitung > F tabel dan p-value < sig.

Pada tahap awal proses regresi faktor masa lalu, faktor lingkungan, faktor internal, faktor petugas kesehatan, serta faktor pendidikan kesehatan diteliti secara bersama-sama pengaruhnya terhadap perawatan diri Ibu pascasalin. Faktor internal dikeluarkan dari analisa regresi dengan nilai F hitung 2,168 sedang F tabel 2,38, serta nilai p-value 0,071 sedangkan level of significantnya 0,05, yang berarti 2,168 < 2,38, dan 0,071 > 0,05, sehingga diperoleh bahwa faktor internal adalah faktor yang paling kecil pengaruhnya dibandingkan faktor masa lalu, faktor lingkungan, faktor petugas kesehatan, dan faktor pendidikan kesehatan. Menurut Nugroho (2005) bila F hitung > F tabel, dan p-value < level of significant (sig 0,05) maka variabel independent mempengaruhi variabel dependent.


(47)

Pada tahap selanjutnya faktor masa lalu, faktor lingkungan, faktor petugas kesehatan, dan faktor pendidikan kesehatan yang dianalisa pengaruhnya terhadap perawatan Ibu pascasalin. Faktor masa lalu dikeluarkan dari analisa regresi dengan nilai F hitung 2,745 sedangkan F tabel 2,51, dan p-value 0,037, sehingga artinya 2,745 > 2,51 dan 0,037 < 0,05. Hasil analisa menunjukkan bahwa faktor masa lalu lebih kecil pengaruhnya dibandingkan faktor lingkungan, faktor petugas kesehatan, dan faktor pendidikan kesehatan terhadap perawatan diri Ibu pascasalin. Seperti dikemukakan oleh Nugroho (2005) bila F hitung > F tabel, dan p-value <

level of significant (sig 0,05) maka variabel independent mempengaruhi variabel

dependent.

Selanjutnya faktor lingkungan, faktor petugas kesehatan, dan faktor pendidikan kesehatan yang dianalisa terhadap perawatan diri Ibu pascasalin. Faktor lingkungan dikeluarkan dari analisa regresi dengan F hitung 3,680, F tabel 2,78 dan p-value 0,017. F hitung > F tabel dan p-value < level of significant maka variabel independen mempengaruhi variabel dependent (Nugroho, 2005). Hasil ini menunjukkan bahwa faktor lingkungan kecil pengaruhnya dibandingkan faktor petugas kesehatan dan pendidikan kesehatan terhadap perawatan diri Ibu pascasalin.

Selanjutnya faktor petugas kesehatan dan faktor pendidikan kesehatan yang dianalisa. Faktor pendidikan kesehatan dikeluarkan dari analisa regresi dengan F hitung 5,066 dengan F tabel 3,17 dan p-value 0,009, dimana 5,066 > 3,17 sedangkan 0,009 < 0,05. Berdasarkan Nugroho (2005) bila F hitung > F tabel, dan p-value < level of significant (sig 0,05) maka variabel independent mempengaruhi variabel dependent. Dari hasil dapat disimpulkan bahwa faktor


(48)

pendidikan kesehatan lebih kecil pengaruhnya dibandingkan faktor petugas kesehatan terhadap perawatan diri Ibu pascasalin.

Faktor petugas kesehatan adalah faktor yang tersisa dan dianalisa pengaruhnya terhadap perawatan diri Ibu pascasalin. Diperoleh F hitung 8,376 dengan F tabel 4,00 sedangkan p-value 0,005. Sehingga 8,376 > 4,00 dan 0,005 < 0,05. Berdasarkan Nugroho (2005) bila F hitung > F tabel, dan p-value < level of

significant (sig 0,05) maka variabel independen mempengaruhi variabel dependen.

Hal ini menunjukkan bahwa faktor petugas kesehatan yang paling dominan pengaruhnya terhadap perawatan diri Ibu pascasalin.

5.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, pembahasan dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin serta faktor apa yang paling dominan.

5.2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin a. Faktor masa lalu

Hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin pada 61 orang responden di Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan diperoleh faktor masa lalu mempunyai pengaruh kuat terhadap perawatan diri Ibu pascasalin sebanyak 72,1% dan pengaruh sedang 21,3%. Hal ini didukung oleh pendapat Stright (2005) dalam Yuliana (2008) ada faktor-faktor yang berpengaruh dalam perawatan diri Ibu nifas salah satunya adalah faktor pengalaman pascasalin. Melalui pengalaman seseorang dapat belajar cara merawat


(49)

diri. Apabila Ibu sudah mengenal manfaat perawatan diri atau tehnik yang akan dilakukan, maka Ibu akan lebih mudah dalam melakukan perawatan diri pascasalin (Stevens, 2000).

Berdasarkan pertanyaan kuisioner tentang sudah berapa kali Ibu melahirkan, diparoleh 50 orang (82,0%) responden yang melahirkan lebih dari satu kali (multipara). Sesuai dengan pernyataan-pernyataan di atas, Ibu multipara seharusnya lebih mampu dan berpengalaman melakukan perawatan diri pascasalin dibandingkan dengan Ibu primipara. Namun hal ini tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh pengalaman Ibu multipara, berdasarkan hasil penelitian masih terdapat 21,3% yang menunjukkan pengaruh sedang dan 6,6% yang menunjukkan pengaruh lemah terhadap faktor masa lalu. Menurut responden tersebut mereka tidak melakukan perawatan diri pascasalin karena tidak ada biaya, dan tidak ada waktu karena harus mengurus rumah dan bayi. Ada juga yang mengatakan perawatan pascasalin tidak penting karena semua akan kembali ke keadaan normal dengan sendirinya. Berdasarkan hal-hal di atas faktor masa lalu memang mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin, tetapi harus didukung oleh faktor-faktor lain seperti ekonomi, dan pengetahuan Ibu tentang perawatan diri pascasalin.

b. Faktor lingkungan

Bukan hanya pengalaman masa lalu yang mempengaruhi, faktor lingkungan juga ikut mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin walaupun pengaruhnya tidak terlalu besar (26,2%). Sarana prasarana yang tersedia di dalam lingkungan guna mendukung dan mempromosikan perilaku kesehatan. Organisasi berbasis masyarakat sering kali merupakan sarana yang sangat baik untuk menyebarkan informasi (Gomez & Gomez, 1984 dalam Bastable, 2002). Kondisi


(50)

lingkungan yang negatif dapat menyebabkan stress fisik dan berpengaruh buruk terhadap emosi, untuk itu keluaga harus membantu dalam mempertahankan emosi Ibu pascasalin sehingga hal ini dapat membantu perawatan diri Ibu pascasalin (Admin, 2008). Cara keluarga dalam penggunaan pelayanan kesehatan dapat mempengaruhi cara pasien dalam menyelenggarakan kesehatannya.

Responden yang menunjukkan pengaruh lingkungan sedang 40 orang (65,6%) serta yang menunjukkan pengaruh lingkungan lemah sebanyak 5 orang (8,2%) mengungkapkan bahwa diantara mereka ada yang tinggal dengan keluarga besar, mendapat dukungan dari keluarga, bertempat tinggal dekat dengan pelayanan kesehatan, namun kurang melakukan perawatan diri setelah melahirkan karena tidak mampu dari segi ekonomi sehingga tidak mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada. Hal ini menegaskan bahwa faktor lingkungan memang memberi pengaruh terhadap perawatan diri Ibu, namun harus diperhatikan faktor-faktor pendukung yang lain misalnya faktor ekonomi.

c. Faktor internal

Masih ada faktor yang cukup besar dalam mempengaruhi perawatan diri Ibu postpartum yaitu faktor internal (91,8%). Seperti diungkapkan Potter (2005) keyakinan seseorang terhadap kesehatan terbentuk oleh variabel intelektual yang terdiri dari pengetahuan fungsi tubuh dan penyakit, latar belakang pendidikan, serta sosial ekonomi juga akan mempengaruhi cara seseorang mendefenisikan dan bereaksi terhadap penyakitnya. Hal ini terlihat dari tingkat pendidikan responden yang sebagian besar SMA (77%). Responden yang berpendidikan SD (9,8%) dan SMP (11,5%) ada yang melakukan perawatan diri setelah melahirkan namun berbeda cara dengan berpendidikan lebih tinggi. Berarti ada hal tertentu yang


(51)

melekat pada pribadi Ibu seperti selera dalam memilih perawatan yang sangat mempengaruhi proses pemulihan kesehatan Ibu.

Prawirohardjo (2002) juga menyatakan kemiskinan, kebodohan, ketidakmampuan membayar pelayanan kesehatan yang baik juga ikut berperan terhadap kesehatan Ibu. Pendapat ini sesuai hasil penelitian bahwa 57,4% responden berpenghasilan > Rp.1000.000 dan seharusnya mampu melakukan perawatan Ibu pascasalin. Namun diantara responden tersebut masih ada yang menggungkapkan tidak melakukan perawatan Ibu pascasalin karena tidak sempat dan menurut responden perawatan pascasalin tidak penting. Hal ini dapat dilihat dari persentase responden yang menunjukkan pengaruh internal sedang sebanyak 23,0% dan lemah sebanyak 3,3% terhadap perawatan Ibu pascasalin. Paritas juga merupakan bagian dari faktor internal. Sebagian besar responden merupakan multipara, hasil penelitian memperlihatkan sebagian besar 73,8% responden melakukan perawatan diri pascasalin. Hal ini didukung pernyataan Prawirohardjo (2002), paritas lebih dari 2 (multipara) lebih mampu melakukan perawatan diri dibandingkan primipara. Sementara itu Indriani (2008) menyatakan fenomena pada saat ini terutama dikota besar Ibu pascasalin khususnya primipara sering merasa bigung dengan peran barunya sebagai Ibu terutama dalam melakukan perawatan diri maupun perawatan bayi. Hal ini dapat didukung dengan keberadaan keluarga di samping Ibu.

Selain hal-hal di atas, data demografi juga mendukung faktor internal. Data demografi diantaranya usia, agama, suku, dan pekerjaan. Berdasarkan Prawirohardjo (2002) usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun, sedangkan usia di bawah 20 tahun dan usia di atas 30 tahun merupakan usia


(52)

yang beresiko terhadap kematian maternal. Usia juga berpengaruh terhadap cara pandang seseorang dalam kehidupan, masa depan dan pengambilan keputusan. Usia di atas 20 tahun adalah usia dewasa dan usia kematangan psikologis yaitu periode penyesuaian terhadap pola kehidupan baru, siap menerima peran baru sebagai suami atau istri, orangtua, dan pencari nafkah. Hal ini mendukung hasil penelitian sebanyak 45,9% responden berusia 21-30 dan 49,2% responden berusia 31-43 tahun yang mengungkapkan melakukan perawatan diri pascasalin. Sesuai dengan perkembangan psikologi bahwa usia di atas 20 tahun merupakan usia kematangan psikologis sehingga Ibu lebih siap menerima dan menyesuaikan diri dengan perannya sebagai Ibu. Maka usia sangat mempengaruhi kesiapan seorang Ibu untuk menerima keadaan dan menyesuaikan diri dengan kebutuhannya setelah melahirkan.

Agama merupakan salah satu pendukung dalam faktor internal turut mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin. Seperti diungkapkan responden yang beragama Islam (78,7%) bahwa saat kehamilan, persalinan, sampai setelah melahirkan selalu berdo’a sehingga lebih tenang dalam menjalankan semua proses tersebut. Demikian juga dengan responden yang beragama Kristen (21,3%) mengungkapkan dengan mengikuti kegiatan keagamaan akan memberikan rasa tenang dalam menjalani proses kehamilan, persalinan, dan setelah melahirkan. Diharapkan dengan dukungan agama Ibu lebih mempunyai motivasi untuk melakukan perawatan diri pascasalin. Hal ini didukung oleh penjelasan bahwa disiplin agama berpotensi meningkatkan keterampilan koping dan dukungan sosial; asuh perasaan optimisme dan harapan; memajukan perilaku sehat, dan


(53)

mengurangi perasaan depresi dan kegelisahan (Gundersen, 2000 dalam Portal kesehatan dan konsultasi kesehatan gratis, 2009).

Kebudayaan yang merupakan hal yang diyakini Ibu ikut mempengaruhi perawatan diri. Ibu pascasalin dari latar kebudayaan yang berbeda mengikuti praktik keperawatan diri yang berbeda pula. Diungkapkan oleh Madurama (2009) sering kali perawat harus merencanakan dan memberikan asuhan kepada individu / keluarga yang kepercayaan kesehatannya berbeda dari faham perawat guna memberikan pelayanan yang efektif dan cocok perawat harus mengenal pentingnya pengaruh budaya, seperti praktek merawat diri sendiri, serta praktek diseputar konsepsi, kehamilan, melahirkan, laktasi dan membesarkan anak. Responden dalam penelitian ini memili suku yang berbeda-beda, sehingga perawatan diri pascasalin yang dilakukan juga berbeda sesuai dengan kebudayaan masing-masing. Responden paling banyak adalah suku Batak (41,0%), mereka melakukan perawatan diri yang disebut ”dadang” untuk melakukan perawatan perineum, vagina, dan kulit. Sementara itu suku Jawa dan Melayu tidak mengenal istilah ”dadang”.

Pekerjaan merupakan salah satu yang mendukung pelaksanaan perawatan diri pascasalin Ibu. Responden penelitian ini 100% adalah Ibu rumah tangga yang sebagian besar waktunya berada dirumah walaupun beberapa responden mempunyai kegiatan seperti berdagang kecil-kecilan di samping rumahnya. Ibu rumah tangga seperti ini seharusnya mampu melakukan perawatan diri setelah melahirkan karena lebih banyak di rumah dari pada beraktivitas di luar rumah, tetapi hal ini harus didukung oleh pengetahuan Ibu tentang perawatan diri setelah melahirkan keluarga, serta tingkat ekonomi. Sedangkan Ibu yang bekerja lebih


(54)

sulit untuk melakukan perawatan diri postpartum dikarenakan keterbatasan cuti, serta kurangnya waktu berada di rumah. Didukung pernyataan Wilson (2009) kembali bekerja melahirkan merupakan dilema yang umum dihadapi para ibu bekerja. Zaman sekarang sebagian besar para ibu memilih kembali bekerja setelah melahirkan, meski menyadari kembali bekerja berarti harus mempekerjakan tenaga pengasuh untuk merawat anak selama ibu bekerja dan mengurangi kesempatan Ibu untuk melakukan perawatan diri.

d. Faktor petugas kesehatan

Petugas kesehatan khususnya perawat merupakan faktor paling penting dalam perawatan diri Ibu pascasalin. Sebanyak 75,4% responden mengungkapkan perawat memberikan informasi tentang perawatan diri pascasalin, membantu Ibu melakukan perawatan pascasalin, mengajarkan keluarga tentang perawatan Ibu pascasalin, dan perawat mempunyai peran penting agar pasien secara berlahan mampu memenuhi kebutuhannya secara mandiri. Hal ini juga didukung oleh pendapat Widodo (1999) dalam Pamungkas (2008) bahwa perawat merupakan salah satu tenaga kesehatan yang paling sering berinteraksi dengan pasien, mempunyai kewajiban membantu pasien mempersiapkan fisik dan mental, termasuk dalam pemberian pendidikan kesehatan. Sikap dan tingkah laku perawat membantu menumbuhkan rasa kepercayaan pasien. Setiap kontak yang dilakukan dengan pasien hendaklah membuat pasien yakin bahwa ia berada diantara orang-orang yang memperhatikan keselamatannya.

Sebanyak 24,6% responden yang menunjukkan faktor petugas kesehatan berpengaruh sedang terhadap perawatan diri Ibu pascasalin, hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan responden tentang perawatan pascasalin. Sesuai dengan


(55)

penjelasan responden yang menyatakan walaupun perawatan diri pascasalin tidak dilakukan, kesehatan mereka tetap akan pulih seperti semula. Petugas kesehatan perlu memberikan informasi pada responden tentang manfaat dilakukannya perawatan diri Ibu pascasalin serta akibat yang dapat terjadi jika Ibu tidak melakukan perawatan diri pascasalin.

e. Faktor pendidikan kesehatan

Seperti yang diungkapkan oleh Notoatmojo (2003), pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan harapan dengan adanya pesan tersebut masyarakat, keluarga atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Maka faktor pendidikan kesehatan juga memberikan pengaruh terhadap perawatan diri Ibu pascasalin.

Responden dalam penelitian ini kurang mendapatkan pendidikan kesehatan, terlihat dari hanya 3,3% responden yang menunjukkan pengaruh kuat terhadap perawatan diri. Pendidikan kesehatan yang diperoleh baik dari petugas kesehatan maupun kader-kader kesehatan, di rumah sakit ataupun di masyarakat tentang perawatan diri Ibu pascasalin, akan memberikan informasi yang diperlukan oleh Ibu postpartum untuk melakukan perawatan diri dan dapat mendukung tindakan konstruktif Ibu terhadap perawatan diri pascasalin (Bascom, 2009).


(56)

5.2.2 Faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin.

Hasil analisa statistik dalam penelitian ini adalah faktor petugas kesehatan merupakan faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin. Tabel ANOVA (seperti tabel 5.3) yang menunjukkan faktor akhir yang tesisa dari proses regresi adalah faktor petugas kesehatan dengan hasil F hitung 8,376 > F tabel 4,00 dan p-value 0,005 < 0,05. Berdasarkan Nugroho (2005) variabel independen mempengaruhi variabel dependen.

Seperti pendapat Riady (2006), perawat sebagai provider dan masyarakat sebagai konsumer pelayanan kesehatan, menjamin suatu hubungan yang saling mendukung dan mempengaruhi perubahan dalam kebijakan dan pelayanan kearah peningkatan status kesehatan, khususnya pada Ibu pascasalin. Hal ini juga didukung oleh pendapat Widodo (1999) bahwa perawat merupakan salah satu tenaga kesehatan yang paling sering berinteraksi dengan pasien, mempunyai kewajiban membantu pasien mempersiapkan fisik dan mental, termasuk dalam pemberian pendidikan kesehatan, maka memerlukan keterampilan komunikasi yang baik. Sikap dan tingkah laku perawat membantu menumbuhkan rasa kepercayaan, sehingga Ibu pascasalin mampu dan mau melakukan perawatan diri pascasalin.

Peran perawat yang tidak kalah pentingnya adalah memberikan perhatian kepada pasien dalam segala situasi yang berhubungan dengan kesehatannya. Ada banyak hal yang tercakup dalam proses tersebut yang tidak hanya sekedar rutinitas perawatan seperti memeriksa tekanan darah, denyut nadi atau suhu pasien saja. Lebih dari itu para perawat merupakan bagian yang tak terpisahkan dari


(57)

keseluruhan proses pemulihan pasien. Menurut The American Medical Association Encyclopedia of Medicine, "Perhatian perawat lebih tertuju pada reaksi keseluruhan pasien terhadap penyakitnya ketimbang pada penyakit itu sendiri. Perawat lebih memusatkan perhatiannya untuk mengatasi rasa sakit fisik pasien, melepaskan pasien dari penderitaan mental dan jika mungkin menghindari timbulnya komplikasi". Selain itu, perawat juga memberikan perhatian yang penuh pengertian yang mencakup mendengarkan dengan sabar semua kekhawatiran dan ketakutan pasien serta memberikan dorongan emosi dan motivasi (Tiok, 2008).

Seperti diungkapkan Wiyana (2008) bahwa pasien sangat responsiv terhadap layanan langsung terutama terhadap perawat dan dokter. Perawat lebih banyak berinterakis dengan pasien di banding tenaga yang lain dan ini merupakan variabel yang paling mudah bersentuhan dengan kepuasan pasien. Perilaku Caring perawat menjadi jaminan apakah layanan perawatan bermutu apa tidak.

Perawatan merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan dan salah satu faktor yang memenuhi tercapainya pembangunan nasional, oleh karena itu tenaga keperawatan berada ditatanan pelayanan kesehatan terdepan dengan kontak pertama dan terlama dengan pasien, yaitu selama 24 jam per hari dan 7 hari per minggu, maka perawat perlu mengetahui dan memahami tentang peran, fungsi dan tanggung jawab sebagai perawat profesional agar dapat memberikan pelayanan keperawatan yang optimal dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien (Admin, 2008).

Periode pascasalin sangat penting bagi ibu, bayi, dan keluarga karena dua alasan penting. Pertama, merupakan masa penyesuaian fisiologis bagi ibu dan


(58)

bayi. Kedua, merupakan periode penyesuaian sosial dan emosional untuk Ibu. Dengan demikian, peran perawat selama periode pascasalin adalah untuk mempromosikan kesejahteraan fisik Ibu dan bayi, mendukung dan memperkuat pengetahuan Ibu untuk pemenuhan kesehatan dan kesejahteraan, dan juga rasa percaya diri sehingga memungkinkan Ibu untuk memenuhi perannya dalam keluarga, serta mendukung pengembangan keterampilan perawatan diri (Public Health Agency of Canada, 2002).


(59)

BAB 6

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

6.1 Kesimpulan

a. Faktor masa lalu memberikan peran yang penting terhadap perawatan diri Ibu pascasalin dengan frekwensi. Melalui pengalaman seseorang dapat belajar cara merawat diri. Namun hal ini tidak sepenuhnya menjamin kemampuan Ibu, ada hal-hal lain yang ikut mempengaruhi diantaranya kebudayaan, keluarga, pendidikan, dan pekerjaan.

b. Faktor lingkungan juga ikut mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin walaupun pengaruhnya tidak terlalu besar. Sarana prasarana yang tersedia di lingkungan untuk mendukung dan mempromosikan perilaku kesehatan, tinggal dengan keluarga besar, mendapat dukungan dari keluarga dapat membantu Ibu dalam melakukan perawatan diri, tetapi faktor ekonomi juga merupakan hal yang perlu dipertimbangkan.

c. Faktor yang cukup besar dalam mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin yaitu faktor internal. Hal ini berhubungan dengan pendidikan, paritas serta tingkat ekonomi.

d. Faktor petugas kesehatan adalah faktor yang dianggap paling kuat mempengaruhi perawatan diri Ibu. Perawat merupakan orang yang paling sering berhubungan dengan pasien dan yang paling mengetahui kebutuhan pasien, maka seharusnya memang perawat membantu pasien dalam pemenuhan kebutuhannya agar pasien secara berlahan mampu memenuhi


(60)

kebutuhannya secara mandiri. sikap dan tingkah laku perawat juga harus membantu menumbuhkan rasa kepercayaan pasien.

e. Faktor pendidikan kesehatan adalah faktor yang penting agar pasien mampu melakukan perawatan diri pascasalin. Hal ini dapat mendukung tindakan konstruktif Ibu terhadap perawatan diri pascasalin.

f. Faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin berdasarkan analisa regresi linier ganda dengan metode

backward pada tabel ANOVA adalah petugas kesehatan (75,4%) dengan

nilai F hitung 8,376 dan F tabel 4,00, sedangkan nilai p-value 0,005 (sig 0,05). Sehingga diperoleh F hitung > F tabel dan p-value < level of

significant. Berdasarkan Menurut Nugroho (2005) bila F hitung > F tabel,

dan p-value < level of significant (sig 0,05) maka variabel independent mempengaruhi variabel dependent.

6.2 Rekomendasi

6.2.1 Untuk Praktek Keperawatan

Praktek keperawatan perlu mempertimbangkan pemberian pendidikan kesehatan serta mengajarkan perawatan diri Ibu pascasalin, yang dapat diberikan pada Ibu hamil maupun Ibu nifas saat mereka memeriksakan diri.

6.2.2 Untuk Pendidikan Keperawatan

Pendidikan keperawatan perlu melakukan praktek perawatan pascasalin pada mahasiswa keperawatan di kampus sehingga saat berhadapan dengan pasien mahasiswa lebih mampu membantu melakukan perawatan diri Ibu pascasalin.


(61)

6.2.3 Untuk Penelitian Keperawatan

Penelitian selanjutnya perlu mempertimbangkan penggunaan teknik wawancara ataupun observasi langsung kerumah responden dalam pengumpulan data agar data yang diperoleh lebih akurat.


(1)

sumber informasi perawatan diri

15 24.6 24.6 24.6

10 16.4 16.4 41.0

36 59.0 59.0 100.0

61 100.0 100.0

pengalaman orang lain pengalaman sebelumnya semua sumber

Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Frequencies Per Item Faktor Lingkungan

Statistics

61 61 61 61

0 0 0 0

3.36 1.30 3.31 1.07

4.00 1.00 3.00 1.00

4 1 4 1

1.239 .587 .847 .250

1 1 1 1

4 3 4 2

Valid Missing N

Mean Median Mode

Std. Deviation Minimum Maximum

fasilitas yankes

informasi dari kader

dukungan keluarga

informasi dari ormas

fasilitas yankes

13 21.3 21.3 21.3

48 78.7 78.7 100.0

61 100.0 100.0

tidak ada ada dan aktif Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

informasi dari kader

47 77.0 77.0 77.0

10 16.4 16.4 93.4

4 6.6 6.6 100.0

61 100.0 100.0

tidak pernah kadang-kadang sering

Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(2)

dukungan keluarga

5 8.2 8.2 8.2

27 44.3 44.3 52.5

29 47.5 47.5 100.0

61 100.0 100.0

tidak pernah sering selalu Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

informasi dari ormas

57 93.4 93.4 93.4

4 6.6 6.6 100.0

61 100.0 100.0

tidak pernah kadang-kadang Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Frequencies Per Item Faktor Internal

Statistics

61 61 61 61

0 0 0 0

2.70 3.57 3.20 3.30

3.00 4.00 3.00 4.00

3 4 3 4

.667 .499 .679 1.054

1 3 1 1

4 4 4 4

Valid Missing N

Mean Median Mode

Std. Deviation Minimum Maximum

pendidikan penghasilan

usia pertama kali

melahirkan

pemeriksaan setelah melahirkan

pendidikan

6 9.8 9.8 9.8

7 11.5 11.5 21.3

47 77.0 77.0 98.4

1 1.6 1.6 100.0

61 100.0 100.0

SD SMP SMA

perguruan tinggi Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(3)

penghasilan

26 42.6 42.6 42.6

35 57.4 57.4 100.0

61 100.0 100.0

500.000-1.000.000 >1.000.000 Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

usia pertama kali melahirkan

1 1.6 1.6 1.6

6 9.8 9.8 11.5

34 55.7 55.7 67.2

20 32.8 32.8 100.0

61 100.0 100.0

<18 thn 18-20 thn 21-25 thn >25 thn Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

pemeriksaan setelah melahirkan

9 14.8 14.8 14.8

16 26.2 26.2 41.0

36 59.0 59.0 100.0

61 100.0 100.0

tidak pernah sering selalu Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Frequencies Per Item Faktor Petugas Kesehatan

Statistics

61 61 61 61

0 0 0 0

1.93 3.77 2.05 3.85

2.00 4.00 2.00 4.00

2 4 2 4

.772 .424 .973 .358

1 3 1 3

3 4 4 4

Valid Missing N

Mean Median Mode

Std. Deviation Minimum Maximum

informasi dari perawat

bantuan perawat

penjelasan perawat pada

keluarga

peran perawat


(4)

informasi dari perawat

20 32.8 32.8 32.8

25 41.0 41.0 73.8

16 26.2 26.2 100.0

61 100.0 100.0

tidak pernah kadang-kadang sering

Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

bantuan perawat

14 23.0 23.0 23.0

47 77.0 77.0 100.0

61 100.0 100.0

sering selalu Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

penjelasan perawat pada keluarga

21 34.4 34.4 34.4

22 36.1 36.1 70.5

12 19.7 19.7 90.2

6 9.8 9.8 100.0

61 100.0 100.0

tidak pernah kadang-kadang sering

selalu Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

peran perawat

9 14.8 14.8 14.8

52 85.2 85.2 100.0

61 100.0 100.0

sering selalu Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(5)

Frequencies Per Item Faktor Pendidikan Kesehatan

Statistics

29 29 29 29

0 0 0 0

1.28 1.21 1.21 2.55

1.00 1.00 1.00 3.00

1 1 1 3

.528 .491 .491 .948

1 1 1 1

3 3 3 4

Valid Missing N

Mean Median Mode

Std. Deviation Minimum Maximum

penyuluhan perawatan diri

penyuluhan membantu pemahaman

ibu

ibu mampu melakukan perawatan diri

perawatan diri postpartum

persalinan selanjutnya

penyuluhan perawatan diri

22 75.9 75.9 75.9

6 20.7 20.7 96.6

1 3.4 3.4 100.0

29 100.0 100.0

tidak pernah kadang-kadang sering

Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

penyuluhan membantu pemahaman ibu

24 82.8 82.8 82.8

4 13.8 13.8 96.6

1 3.4 3.4 100.0

29 100.0 100.0

tidak pernah kadang-kadang sering

Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

ibu mampu melakukan perawatan diri

24 82.8 82.8 82.8

4 13.8 13.8 96.6

1 3.4 3.4 100.0

29 100.0 100.0

tidak pernah kadang-kadang sering

Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(6)

perawatan diri postpartum persalinan selanjutnya

5 17.2 17.2 17.2

7 24.1 24.1 41.4

13 44.8 44.8 86.2

4 13.8 13.8 100.0

29 100.0 100.0

tidak pernah kadang-kadang sering

selalu Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent