Pengaruh Ibu Hamil Perokok Pasif Terhadap Berat Badan Lahir di Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 2014

(1)

PENGARUH IBU HAMIL PEROKOK PASIF TERHADAP BERAT BADAN LAHIR DI RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN

TAHUN 2014

MAISYAROH PANJAITAN 135102153

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

PENGARUH IBU HAMIL PEROKOK PASIF TERHADAP BERAT BADAN LAHIR DI RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN

TAHUN 2014 ABSTRAK Maisyaroh panjaitan

Latar belakang : Merokok adalah kebiasaan yang dilarang keras, baik saat hamil maupun tidak hamil, baik merokok pasif maupun aktif. Dampak negatif rokok dan asapnya terhadap ibu hamil dan janin antara lain berat badan janin lebih rendah dari normal dan sangat mempengaruhi tumbuh kembang janin.

Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ibu hamil perokok pasif terhadap berat badan lahir

Metodelogi Penelitiam : Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi dengan pendekatan retrospektif. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan consekutive sampling. Jumlah sampel 64 orang. Analisis data dilakukan dengan continuity correction.

Hasil Penelitian : Hasil penelitian berdasarkan ibu hamil dengan riwayat perokok pasif dari 36 responden terdapat 16 orang (35,6%) yang mengalami kejadian berat badan lahir rendah. Hasil uji statistik diperoleh nilai p 0,028, maka dapat disimpulkan ada pengaruh antara ibu hamil perokok pasif terhadap berat badan lahir. Diketahui nilai OR=9,93, artinya ibu hamil perokok pasif 9,93 kali lebih beresiko dibandingkan ibu hamil tidak perokok pasif.

Kesimpulan : Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan ada pengaruh antara ibu hamil perokok pasif terhadap berat badan lahir. Jadi, diharapkan kepada petugas kesehatan agar semakin peduli terhadap pemberian informasi kesehatan kepada ibu hamil.


(3)

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Pengaruh Ibu Hamil Perokok Pasif Terhadap Berat Badan Lahir di Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 2014”.

Dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mengalami kesulitan, akan tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini sebagaimana mestinya. Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. dr. Dedi Ardinata M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep selaku ketua program studi D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Salbiah, S.Kp, M.Kep selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan yang membantu penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Dr. Hemma Yulfi, DAP&E M. Med. Ed selaku dosen penguji 1 yang telah memberikan masukan dan arahan kepada penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Febrina Oktavinola Kaban, SST. M. Keb selaku dosen penguji 2 yang telah memberikan masukan dan arahan kepada penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.


(5)

6. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi program studi D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

7. Dr. Yulinda Elvi Nasution selaku kepala bidang pendidikan dan penelitian di Rumah Sakit Umum Haji Medan.

8. Kedua orang tua tercinta yang telah memberikan kasih sayang dan motivasi yang besar, baik berupa dukungan moril maupun material kepada penulis untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih atas semua bantuan, dorongan, dan semangat yang telah diberikan. Sekian dan terima kasih.

Medan, Juni 2014


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR SKEMA ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum ... 5

2. Tujuan Khusus ... 5

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi pelayanan kebidanan ... 6

2. Bagi pendidikan kebidanan ... 6

3. Bagi peneliti selanjutnya ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kehamilan ... 7

1. Pengertian ... 7

2. Pertumbuhan dan Perkembangan Janin ... 7

B. Rokok ... 13

1. Pengertian ... 13

2. Jenis – Jenis Rokok ... 14

3. Kandungan Rokok ... 15

4. Perokok Pasif ... 16

5. Pengaruh Rokok pada Kehamilan ... 18

6. Pengaruh Perokok Pasif pada Kehamilan ... 19

C. Berat Badan Lahir... 20

1. Berat Bayi Lahir Normal ... 20

2. Berat Bayi Lahir Rendah ... 21

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Berat Badan Lahir ... 25

1. Usia Ibu ... 25

2. Penyakit Kehamilan... 25

3. Kadar Hemoglobin ... 26

4. Status Gizi Ibu Hamil ... 26


(7)

BAB III KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep ... 28

B. Hipotesis ... 28

C. Defenisi Operasional ... 28

BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 30

B. Populasi dan Sampel ... 30

C. Tempat Penelitian ... 32

D. Waktu Penelitian ... 32

E. Etika Penelitian ... 32

F. Alat Pengumpulan Data ... 33

G. Prosedur Pengumpulan Data ... 34

H. Analisis Data ... 35

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 36

1. Analisis Univariat ... 36

2. Analisis Bivariat ... 39

B. Pembahasan ... 40

1. Interpretasi Dan Hasil Diskusi... 41

2. Keterbatasan Penelitian ... 46

3. Implikasi Penelitian ... 46

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 46

B. Saran ... 47 DAFTAR PUSTAKA


(8)

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Kerangka Konsep Pengaruh Perokok Pasif Terhadap Berat Badan


(9)

DAFTAR TABEL Halaman

Tabel 3.1 Defenisi Operasional Ibu Hamil Perokok Pasif Terhadap Berat

Badan Lahir di Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahu 2014 ………… 29 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat Ibu

Hamil Perokok Pasif di RSU Haji Medan Tahun 2014 ... 37 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Berat Badan Lahir

di RSU Haji Medan Tahun 2014 ... 38 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berat Badan Lahir Dari Riwayat Ibu Hamil

Perokok Pasif di RSU Haji Medan Tahun 2014 ... 38 Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Riwayat Ibu Hamil Perokok Pasif Terhadap

Berat Badan Lahir di Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun

2014 ... 39 Tabel 5.3 Pengaruh Ibu Hamil Perokok Pasif Terhadap Berat Badan Lahir


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Imliah Lampiran 2 : Kuisioner

Lampiran 3 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 4 : Surat Izin Data Penelitian Dari Fakultas Keperawatan USU Lampiran 5 : Surat Izin Penelitian di RSU Haji Medan

Lampiran 6 : Surat Balasan Penelitian dari RSU Haji Medan Lampiran 7 : Master Tabel Peneltian

Lampiran 8 : Hasil Out Put Data Penelitian Lampiran 9 : Daftar Riwayat Hidup


(11)

PENGARUH IBU HAMIL PEROKOK PASIF TERHADAP BERAT BADAN LAHIR DI RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN

TAHUN 2014 ABSTRAK Maisyaroh panjaitan

Latar belakang : Merokok adalah kebiasaan yang dilarang keras, baik saat hamil maupun tidak hamil, baik merokok pasif maupun aktif. Dampak negatif rokok dan asapnya terhadap ibu hamil dan janin antara lain berat badan janin lebih rendah dari normal dan sangat mempengaruhi tumbuh kembang janin.

Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ibu hamil perokok pasif terhadap berat badan lahir

Metodelogi Penelitiam : Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi dengan pendekatan retrospektif. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan consekutive sampling. Jumlah sampel 64 orang. Analisis data dilakukan dengan continuity correction.

Hasil Penelitian : Hasil penelitian berdasarkan ibu hamil dengan riwayat perokok pasif dari 36 responden terdapat 16 orang (35,6%) yang mengalami kejadian berat badan lahir rendah. Hasil uji statistik diperoleh nilai p 0,028, maka dapat disimpulkan ada pengaruh antara ibu hamil perokok pasif terhadap berat badan lahir. Diketahui nilai OR=9,93, artinya ibu hamil perokok pasif 9,93 kali lebih beresiko dibandingkan ibu hamil tidak perokok pasif.

Kesimpulan : Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan ada pengaruh antara ibu hamil perokok pasif terhadap berat badan lahir. Jadi, diharapkan kepada petugas kesehatan agar semakin peduli terhadap pemberian informasi kesehatan kepada ibu hamil.


(12)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) didefenisikan WHO (2011, hal. 1) sebagai berat saat lahir kurang dari 2500 gram. Prevalensi global berat badan lahir rendah (BBLR) adalah 15,5%, yang berarti bahwa sekitar 20 juta bayi yang lahir setiap tahun adalah BBLR, 96,5% BBLR terdapat di negara berkembang. Ada variasi yang signifikan dalam prevalensi BBLR di seluruh wilayah PBB, dengan insiden tertinggi di Asia Tengah (27,1%) dan terendah di Eropa (6,4 %).

Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibandingkan pada bayi dengan berat badan lahir lebih dari 2500 gram. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, mordibitas dan disabillitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan. Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%. Hasil studi di 7 daerah multisenter diperoleh angka BBLR dengan rentang 2,1%-17,2%. Secara Nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka BBLR sekitar 7,5%. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang diterapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7% (Pantiawati, 2010, hal.3).

Faktor risiko BBLR antara lain dibagi menjadi risiko demografi, risiko medis, risiko perilaku dan lingkungan, dan faktor risiko fasilitas kesehatan. Faktor risiko perilaku dan lingkungan meliputi saat hamil terkena paparan asap rokok, status nutrisi buruk, konsumsi alkohol, dan konsumsi narkoba serta faktor risiko


(13)

fasilitas kesehatan, seperti perawatan kehamilan yang tidak rutin atau tidak ada sama sekali (Kartika, 2013, ¶ 4 & 7).

Merokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia masih dianggap sebagai perilaku yang wajar, bagian dari kehidupan dan gaya hidup, tanpa memahami risiko dan bahaya kesehatan terhadap dirinya dan orang serta masyarakat sekitarnya. Menurut hasil survey GATS (Global Adult Tobacco

Survey) 2011, prevalensi perokok di Indonesia rankingnya naik menjadi nomor 2

di dunia. Prevalensi perokok pria sebesar 67,0% dan 2,7% wanita atau seluruhnya 34,8% atau 59,9 juta orang dewasa merokok (Kemenkes, 2012, hal.29).

Merokok adalah kebiasaan yang dilarang keras, baik saat hamil maupun tidak hamil; baik merokok secara pasif maupun aktif. Dampak negatif rokok dan asapnya terhadap ibu hamil dan janin antara lain berat badan janin lebih rendah dari normal (pertumbuhan janin terhambat) dan kondisi ini sangat memperngaruhi tumbuh kembang janin/bayi selanjutnya karena dengan berat badan yang tidak normal, maka akan mudah sekali terjadi hambatan tumbuh kembang. Kematian janin di dalam rahim, meningkatkan resiko kematian janin mendadak (Sudden Infant Death Syndrom/SIDS) (Djauzi, 2005 dalam Ramadhan, 2012,¶ hal. 27-28).

Asap Rokok Orang Lain (AROL) atau Second Hand Smoke (SHS), atau perokok pasif merupakan asap yang bercampur antara asap dan partikel. Asap ini terdiri dari 4000 senyawa kimia yang bercampur, termasuk di dalam suatu produk, seperti misalnya cat kuku (aseton), pembersih toilet (ammonia), racun tikus (sianida), pestidisa (DDT) dan asap knalpot mobil (karbonmonoksida) (Kemenkes, 2012, hal. 33).


(14)

Data GATS 2011 perokok pasif atau orang yang menghisap asap rokok sekunder adalah 51,3% atau 14,6 juta orang dewasa yang bekerja dalam gedung terpapar asap rokok di tempat kerja, 78,4% atau 133,3 juta orang dewasa terpapar dengan asap rokok di rumahnya, 85,4% atau 44 juta orang dewasa yang berkunjung ke restoran terpapar asap rokok(Kemenkes, 2012, hal.34).

Menurut Aditama (2011, hal.48-49), kenyataan memang menunjukkan bahwa rokok yang dibakar menghasilkan asap sampingan sejumlah dua kali lebih banyak daripada asap utama, karena asap sampingannya hampir terus-menerus keluar selama rokok dinyalakan, sementara asap utama baru akan keluar kalau rokok itu diisap. Dari satu batang rokok yang dinyalakan akan menghasilkan asap sampingan selama sekitar 10 menit, sementara asap utama hanya akan dikeluarkan pada waktu rokok itu diisap dan biasanya hanya kurang dari 1 menit.

Seorang perokok pasif akan mempunyai resiko yang sama dengan perokok aktif 1-5 batang perhari. Perempuan yang merokok pada kehamilan trimester kedua dan tiga mempunyai resiko yang sama bila merokok selama kehamilan. Bayi yang lahir dari seorang perokok bukan hanya mempunyai berat badan lahir rendah, tetapi juga ukuran panjang tubuh, kepala dan dada yang lebih kecil. Hampir semua komplikasi pada plasenta dapat ditimbulkan oleh rokok meliputi abortus, solusio plasenta, BBLR, dan plasenta previa. Hal ini akan meningkatkan kematian neonatus dan sindroma kematian janin mendadak (SIDH). Selain itu komplikasi ketuban pecah dini dan persalinan kurang bulan juga dapat terjadi (Prawirohardjo, 2010, hal.950&951).


(15)

Di Indonesia, 85% rumah tangga terpapar dari asap rokok. Estimasinya adalah delapan perokok meninggal karena perokok aktif, satu perokok pasif meninggal karena keterpaparan asap rokok orang lain. Berdasarkan perhitungan rasio ini maka sedikitnya kematian terjadi dikarenakan terpapar asap rokok orang lain di Indonesia. Bayi yang terpapar asap rokok, baik masih dalam kandungan atau setelah dilahirkan, ada peningkatan resiko kelahiran bayi prematur dan memiliki berat badan lahir rendah (BBLR), serta berlipat ganda resiko untuk sindrom kematian bayi mendadak (Kemenkes, 2012, hal. 34).

Hasil penelitian menunjukkan baik perokok aktif atau perokok pasif ada hubungan dengan kelahiran bayi dengan berat badan rendah, yang berdampak pada perkembangan anak. Menurut Makin et al. (1991) penelitian pada anak-anak umur 6-9 tahun dengan ibu perokok aktif, ibu perokok pasif dan ibu tanpa rokok ketika hamil, menunjukkan anak-anak dengan ibu tanpa rokok lebih baik dalam kemampuan berbicara, berbahasa, intelektual, visual, dan perilaku (Salmah, Rusmiati, Maryanah dan Susanti, 2006, hal. 98)

Dari data yang diperoleh, lebih besar prevalensi perokok laki-laki dibandingkan perokok wanita. Tetapi besar kemungkinan bahwa wanita hamil maupun tidak hamil lebih besar kemungkinan terpapar asap rokok di lingkungan rumah tangga, tempat kerja dan tempat-tempat umum lainnya.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nurlailai Ramadhan yang berjudul Hubungan Ibu Hamil Perokok Pasif Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah di Badan Layanan Umum Daerah RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun 2011 dengan sampel sejumlah 45 orang dengan tekhnik purposive sampling dan analisa data menggunakan uji chi-square. Hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara ibu hamil perokok pasif dengan kejadian berat badan lahir


(16)

rendah (BBLR) di Badan Layanan Umum Daerah RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun 2011 dengan nilai kemaknaan p=0,004 (p≤0,05).

Berdasarkan latar belakang di atas dan hasil survei pendahuluan yang dilakukan peneliti di Rumah Sakit Umum Haji Medan Oktober sampai Desember tahun 2013 terdapat 170 ibu yang melahirkan bayi, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang Pengaruh Ibu Hamil Perokok Pasif Terhadap Berat Badan Lahir Di Rumah Sakit Umum Haji Medan 2014.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah adakah pengaruh ibu hamil perokok pasif terhadap berat bayi lahir di Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 2014.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh ibu hamil perokok pasif terhadap berat bayi lahir di Rumah Sakit Haji Umum Medan Tahun 2014.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi riwayat ibu hamil sebagai perokok pasif di Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 2014.

b. Untuk mengidentifikasi berat bayi lahir di Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 2014.

c. Untuk mengidentifikasi berat bayi lahir dari riwayat ibu hamil perokok pasif di Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 2014.

d. Untuk mengidentifikasi riwayat ibu hamil perokok pasif terhadap berat badan lahir di Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 2014.


(17)

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pelayanan Kebidanan

Dapat digunakan sebagai intervensi dalam melaksanakan asuhan kebidanan. 2. Bagi Pendidikan Kebidanan

Mengembangkan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa kebidanan, terutama dalam mata kuliah asuhan kebidanan pada kehamilan dan neonatus.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Memberikan informasi tentang pegaruh ibu hamil perokok pasif terhadap berat badan lahir bagi peneliti berikutnya.

4. Bagi mayarakat

Menambah pengetahuan masyarakat agar lebih menjaga dan memperhatikan area-area bebas asap rokok khususnya bagi perokok aktif.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Kehamilan

1. Pengertian

Kehamilan didefenisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional (Prawiharjo, 2011, hal. 213).

Usia kehamilan dihitung dari hari pertama haid normal terakhir. Hal ini berarti penentuan usia kehamilan adalah 2 minggu lebih besar dari pada usia janin sebenarnya. Lama kehamilan rata-rata adalah 280 hari (40 minggu) saat janin berusia 266 hari (38 minggu) (Dunstall, Coad, 2007, hal.171).

2. Pertumbuhan dan perkembangan janin.

Kehidupan dalam rahim dibagi menjadi tiga tahap : a. Implantasi (0 – 2 minggu)

Implantasi atau nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam endometrium. Pada akhir minggu pertama (hari ke 5 sampai ke 7) zigot mencapai kavum uteri. Pada saat itu uterus sedang berada pada fase sekresi lendir dibawah pengaruh progesteron dari korpus luteum yang masih aktif. Sehingga lapisan endometrium dinding rahim menjadi kaya pembuluh darah dan banyak muara kelenjar selaput lendir rahim yang terbuka dan aktif. Kontak antara zigot stadium blastokista dengan dinding rahim pada keadaan tersebut akan mencetuskan berbagai reaksi seluler, sehingga sel-sel trofoblast zigot tersebut akan menempel dan mengadakan


(19)

infiltrasi pada lapisan epitel endometrium uterus (Susilawati, Maemunah, Yulianti, Rukiah, 2013, hal. 24).

b. Embrio (2 minggu – 8 minggu)

Tahap embrio berlangsung dari hari ke-15 sampai sekitar 8 minggu setelah konsepsi. Tahap ini merupakan masa organogenesis yaitu masa yang paling kritis dalam perkembangan sistem organ dan penampilan luar utama janin. Daerah yang sedang berkembang, mengalami pembelahan sel yang cepat dan sangat rentan terhadap malformasi akibat teratogen (Sujiyatini, Wahyuningsih, Yuni, 2009, hal.39).

c. Janin

Dari gumpalan sel yang kecil, embrio berkembang dengan pesat menjadi janin. Pada akhir 12 minggu pertama kehamilan jantungnya berdetak, usus-usus lengkap didalam abdomen, genetalia eksterna mempunyai karakteristik laki-laki atau perempuan, anus sudah terbentuk dan muka seperti manusia. Janin dapat menelan, melakukan gerakan pernafasan, kencing, menggerakkan anggota badan, mengedipkan mata dan mengerutkan dahi. Mulutnya membuka dan menutup. Berat janin sekitar 15-30 gram dan panjang 5-9 cm (Sujiyatini, Wahyuningsih, Yuni, 2009, hal.39).

Pertumbuhan dan perkembangan janin juga dapat dibagi berdasarkan trimester

a. Trimester Pertama

Dimulai dari masa konsepsi spermatozoa menembus dinding corona radiata dengan enzim hyalauronidase. Persenyawaan tersebut biasanya terjadi di daerah ampulla tubae. Sel telur yang telah dibuahi disebut


(20)

dengan zigot. Kromosom inti sel telur dan inti sel spermatozoa dari kedua inti bercampur hingga telur mempunyai 46 kromosom dan selanjutnya masing-masing kromosom membelah diri hingga terjadi 2 pasang (Susilawati at al, 2013, hal.35).

Zigot yang dihasilkan mulai mengalami pembelahan sel mitosis, yang disebut pembelahan. Melalui serangkaian tahapan, massa sel yang membelah disebut morula. Setelah mengalami reorganisasi sel dan cairan masuk ke dalam sel, morula menjadi blastosit. Blastosit inilah yang tertahan pada lapisan uterus. Saat proses implantasi berakhir pada hari ke-10 atau ke-11 setelah fertilisasi, periode embrionik telah dimulai (Varney, 2007, hal.508).

Pada saat implantasi, embrio dikenal dengan sebutan embrio bilaminar karena lingkaran embrio berbentuk dari sel massa bagian dalam, yang terdiri atas dua lapisan sel, yakni (1) epiblas, lapisan tebal sel-sel silindris yang membentuk dasar rongga amnion dan pada akhirnya akan menjadi endodermis, mesodermis, dan ektodermis embrionik dan (2) hipoblas, selapis tipis sel-sel kubus kecil yang tersusun atas endodermis utama kantung kuning telur (Varney, 2007, hal.508).

Jantung mulai berdetak pada awal minggu keempat pascafertilisasi. Pada akhir minggu keempat, embrio diperkirakan memiliki gambaran seperti kadal dan mempunyai bakal telinga (lubang otis), lengan (bakal lengan), tungkai (bakal tungkai), dan struktur leher dan wajah (empat lekuk brakial pertama) (Varney, 2007, hal.508).

Pada minggu kelima, perkembangan pesat otak menghasilkan perkembangan kepala yang membesar dan membuatnya menjadi bagian


(21)

yang lebih besar daripada anggota tubuh lainnya. Hidung mulut dan palatum mulai terbentuk selama minggu ke enam dan mata mulai terlihat (Varney, 2007, hal. 508).

Trimester pertama kehamilan juga mencakup dua minggu pertama periode janin. Pada akhir minggu ke-10 pascafertilisasi, atau minggu ke-12 bila dihitung sejak masa menstruasi terakhir, seluruh usus telah masuk ke dalam abdomen dan keluar dari tali pusat, genetalia eksterna telah memiliki karakteristik laki-laki atau perempuan (meski karekteristik ini belum terbentuk sempurna), anus telah terbentuk, dan raut wajah janin telah tampak seperti manusia. Janin memiliki berat kurang lebih 0,5 hingga 1 ons, mulai dapa menelan, melakukan gerak pernapasan, berkemih, menggerakkan bagian tungkai tertentu, dapat mengedipkan mata dan mengerutkan wajah. Mulut membuka dan menutup. Ukuran kepala sekitar sepertiga panjang, yang kurang lebih 56 hingga 61 milimeter (Varney, 2007, hal. 508).

b. Trimester Kedua

Pada bulan ke-4 kelopak mata mengalami fusi dan kepala berkembang lambat, sementara telinga bergerak ke posisi yang lebih tinggi pada kepala dan dagu tampak lebih jelas dengan terbentuknya mandibula. Perkembangan tubuh semakin cepat sementara perkembangan tungkai sekali lagi lebih lambat daripada lengan, dan arah perkembangan dari sepalik ke kaudal berlanjut. Kedua lengan telah mencapai panjang sesungguhnya. Kuku jari-jari tangan mulai berkembang, tetapi kuku jari-jari-jari-jari kaki belum. Respons refleks dan kegiatan muskular mulai terjadi, meski ibu belum merasakan pergerakan karena uterus terlalu tebal dan aktivitas bayi masih sangat halus.


(22)

Perbedaan jenis kelamin mulai jelas terlihat pada minggu ke-14 (dua belas minggu setelah fertilisasi). Pada minggu ke-16 terjadi kemajuan pesat pada perkembangan tulang. Panjang kepala – bokong kurang lebih 11,5 cm dan berat janin antara 350 hingga 400 gram pada minggu ke-16.

Pada bulan ke-5 perkembangan tubuh yang pesat tetap berlanjut. Kaki telah mencapai panjang total dan kuku pada jari-jari kaki mulai tumbuh. Kelopak mata masih menyatu. Janin bergerak lebih bebas di dalama uterus tanpa rasa terkurung sehingga perkembangan lebih lanjut akan terjadi. Pergerakan janin yang lebih kuat dan dinding uterus yang lebih tipis menghasilkan pengalaman quickening pada ibu, yang terjadi pada sekitar minggu ke-18. Ketika janin cegukan, ibu akan merasakannya sebagai sentakan ringan. Pada akhir bulan, verniks kaseosa mulai menutupi seluruh tubuh. Verniks kaseosa adalah campuran sebum (sekresi dari kelenjar sebasea) dan sel epitel permukaan yang tebal, suatu subtansi seperti keju yang melindungi kulit janin yang rapuh. Detak jantung dapat didengar dengan menggunakan fetoskop pada akhir bulan. Pada akhir minggu ke-20, panjang rato-rata kepala hingga bokong adalah 16,5 cm dengan berat badan kurang lebih hampir 500 gram (Varney, 2007, hal. 511)

Pertumbuhan rambut terlihat lebih jelas pada bulan ke-6. Seluruh tubuh janin dilapisi lanugo, yakni rambut halus yang menurun. Alis, bulu mata dan rambut kepala mulai muncul. Ukuran kepala masih lebih besar dibanding anggota tubuh lain. Kulit berkerut, bening, dan kemerahan, yang memberi penampilan tua pada janin, yang juga kurus dan tidak berlemak karena kurang lemak subkutaneus. Baik darah kapiler dan mioglobin merah pada otot dapat terlihat melalui kulit. Bakal gigi permanen mulai muncul.


(23)

Janin masih memiliki ruangan di dalam uterus untuk berjungkir balik dan dapat melakukan gerakan seperti menangis dan mengisap. Tangan mulai membentuk kepalan dan pegangan. Lemak coklat yang merupakan sumber energi, produksi panas, dan pengaturan panas pada bayi yang baru lahir juga mulai terbentuk. Pada akhir bulan, panjang rata-rata kepala hingga ke bokong kurang lebih 20,3 cm dan memeliki berat kurang lebih 600 gram (Varney, 2007, hal. 511).

c. Trimester Ketiga

Pada bulan ke-7, meskipun lemak mulai sedikit disimpan dan kontur mulai membulat, janin masih terlihat kurus dan masih tampak tua dan berkerut selama bulan ini. Panambahan berat badan yang berarti membuat tubuh menjadi lebih proporsional pada akhir bulan. Surfaktan mulai dihasilkan di paru-paru pada usia 26 minggu. Rambut kepala semakin panjang, gerakan mengisap menjadi lebih kuat, mata mulai menutup dan membuka, dan kuku-kuku pada jari mulai terlihat. Panjang rata-rata kepala-bokong kurang lebih 23 cm dengan berat sekitar 1000 gram pada akhir minggu ke-28 (Varney, 2007, hal. 511).

Pada bulan ke-8 simpanan lemak subkutan mulai memperhalus kerutan, tetapi kerutan janin belum hilang sepenuhnya. Tubuh janin juga sudah terisi lemak dan tidak tampak terlalu kurus. Verniks caseosa yang tebal menutupi seluruh tubuh janin. Rambut kepala terus bertumbuh dan lanugo banyak sekali, kecuali pada area wajah. Kuku jari sudah mencapai ujungnya, kuku kaki sudah mulai tumbuh, tetapi belum mencapai ujungnya. Janin telah memiliki kendali terhadap gerak pernapasan yang berirama dan temperatur tubuh. Mata telah terbuka dan refleks cahaya terhadap pupil


(24)

muncul pada akhir bulan. Ukuran panjang rata-rata kepala-bokong adalah 28 cm dan berat badan lebih kurang 1700 gram (Varney, 2007, hal. 511).

Pada akhir bulan ke-9, kulit menjadi halus tanpa kerutan karena lemak subkutan menebal dari cadangan tambahan. Tubuh menjadi lebih bulat sementara lengan dan tungkai tampak montok. Rambut memanjang, kuku pada jari kaki telah mencapai ujungnya, dan testis sebelah kiri biasanya telah turun ke skotum. Ukuran panjang rata-rata kepala sampai bokong 31,7 cm lebih sedikit dan berat badan kurang lebh 2500 gram selama minggu ke-36 (Varney, 2007, hal. 511-512).

Akhir bulan ke-10 janin sudah cukup bulan (matur/aterm), panjangnya mencapai 50 cm beratnya 3000 gram. Kulit halus tidak terdapat lanugo, tetapi masih terdapat verniks caseosa ialah campuran sel-sel epitel kulit. Kepala sudah ditumbuhi rambut, kuku melebihi ujung jari, pada janin laki-laki testis sudah ada dalam skrotum dan pada wanita labio mayora menutupi labia minora (Susilawati, Maemunah, Yulianti, Rukiah, 2013, hal. 36). B. Rokok

1. Pengertian

Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga berisi daun-da ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lain (Jaya, 2009, hal.14).


(25)

2. Jenis-jenis rokok

Menurut Jaya (2009, hal. 15-18), di Indonesia rokok di bedakan menjadi beberapa jenis :

a. Rokok berdasarkan bahan pembungkus 1) Klobot

Rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun jagung. 2) Kawung

Rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren 3) Sigaret

Rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas 4) Cerutu

Rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun tembakau 5) Rokok berdasarkan bahan baku:

1) Rokok putih

Rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun tembakau yang berisi saus untuk memdapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

2) Rokok kretek

Rokok yang bahan baku dan isinya berupa daun tembakau dan cengkeh yang berisi saus untuk mendapatkan efek dan aroma tertentu.

3) Rokok klembak

Rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau, cengkeh, dan kemenyan yang diberi saus untuk mendapatkan efek dan aroma tertentu.


(26)

4) Rokok berdasarkan bahan pembuatannya : 1. Sigaret Kretek Tangan

Rokok yang diproses pembuatannya dengan cara digiling atau dilenting dengan menggunakan tangan dan atau alat bantu sederhana.

2. Sigaret Kretek Mesin

Rokok yang proses pembuatannya menggunakan mesin. Sederhananya, material rokok dimasukkan ke dalam mesin pembuat rokok. Keluaran yang dihasilkan mesin pembuat rokok berupa rokok batangan.

5) Rokok berdasarkan pembuatan filter : 1) Rokok Filter

Rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat gabus. 1. Rokok Non Filter

Rokok yang pada bagian pangkalnya tidak terdapa gabus. 3. Kandungan Rokok

Di dalam sebatang rokok terkandung 4000 jenis senyawa kimia, dengan 3 komponen yang utama : nikotin adalah zat berbahaya yang menyebabkan kecanduan, tar adalah zat yang menyebabkan kanker, karbon monoksida adalah satu gas beracun yang menurukan kandungan oksigen (Kemenkes, 2011, hal, 29).

a. Nikotin

Nikotin adalah zat kimia berbahaya bersifat racun dan merusak organ-organ pernapasan manusia. Nikotin pada rokok juga dapat merusak jaringan otak, menyebabkan gangguan pada sistem peredaran darah, yaitu menyebabkan pembekuan darah, mengeraskan pembuluh darah arteri, dan menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Akibatnya orang yang dalam


(27)

tubuhnya terdapat banyak nikotin akan terasa lemah karena mengalami kekurangan oksigen (Ramdhani, 2007, hal.25).

Asap rokok mengandung sekitar 0,5% sampai 3% nikotin, dan kalau dihisap maka kadar nikotin dalam darah akan berkisar antara 40-50 mg/ml (Aditama, 2011, hal.35)

b. Tar

Bahan kimia yang dinamakan tar dalam rokok, dapat membunuh sel-sel pada gelembung-gelembung paru-paru (alveoli) dan membunuh sel-sel-sel-sel organ-organ pernapasan lainnya yang dilalui oleh asap rokok. Selain itu tar juga meningkatkan jumlah lendir dalam paru-paru (Ramdhani, 2007, hal.26).

c. Karbon Monoksida (CO)

Karbon monoksida (CO) akan mengganggu kemampuan darah mengikat oksigen. Karbon monoksida mempunyai kemampuan mengikat haemoglobin di dalam darah 200 kali lebih kuat dari oksigen. Akibatnya, haemoglobin tidak akan mengikat oksigen sehingga tubuh kekurangan oksigen yang merupakan suatu bahan utama bagi kehidupan manusia. Setiap batang rokok mengandung 3% sampai 6% gas CO. Kadar CO dalam darah perokok berat sekitar 5% (Aditama, 2001, hal.36)

4. Perokok Pasif

Menurut Jaya (2009, hal. 68&69) ada dua macam asap rokok yang mengganggu kesehatan :

a. Asap utama (mainstream), adalah asap yang dihisap perokok

b. Asap sampingan (sidestream), adalah asap yang merupakan pembakaran dari ujung rokok, kemudian menyebar ke udara.


(28)

Perokok pasif adalah orang-orang yang tidak merokok, namun menjadi korban perokok karena turut mengisap asap sampingan. Asap sampingan memiliki konsentrasi yang lebih tinggi, karena tidak melalui proses penyaringan. Dengan demikian asap sampingan memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menderita gangguan kesehatan akibat rokok.

Menurut Aditama (2009,hal.48&49), rokok yang terbakar menghasilkan asap sampingan sejumlah dua kali lebih banyak daripada asap utama, karena asap sampingan akan terus menerus keluar selama rokok dinyalakan, sementara asap utama akan keluar setelah rokok dihisap oleh perokok aktif. Dari satu batang rokok yang dinyalakan akan menghasilkan asap sampingan selama sekitar 10 menit, sementara asap utama hanya akan dikeluarkan pada waktu rokok dihisap dan biasanya kurang dari 1 menit.

Kadar aseton pada asap sampingan daripada asap sampingan adalah 2 sampai 5 kali lebih tinggi dari pada asap utama, kadar benzen 10 kali lebih tinggi, kadar gas CO sekitar 2,5 sampai 4,7 kali lebih tinggi dan kadar nikotin pada asap sampingan adalah 1,8 sampai 3,3 kali lebih tinggi pada asap sampingan daripada asap utama, kadar hidrogen sianida 4,2 sampai 6,4 kali lebih tinggi, kadar anilin 30 kali lebih tinggi. Jadi, walaupun asap sampingan dikeluarkan dulu ke udara bebas sebelum dihisap oleh perokok pasif, tetapi karena kadar bahan berbahayanya lebih tinggi daripada asap utama, maka perokok pasif menerima akibat buruk dasi kebiasaan merokok orang di sekitarnya.

Seorang perokok pasif yang berada di suatu ruangan yang penuh asap rokok selama satu jam maka ia akan mengisap nitrosamin sama banyaknya


(29)

dengan merokok 35 batang sigaret. Sementara itu, dari 130 ng benzpirin yang dikeluarkan oleh satu batang rokok yang dibakar, 100 ng akan keluar melalui asap rokok selama satu jam, maka ia akan mengisap bezipirin sama banyak dengan orang yang mengisap empat batan rokok (Aditama, 2009. Hal.49-50).

Menurut Ramadhan (2012) kategori perokok pasif dari jumlah akumulasi jumlah batang rokok yang dihisap oleh perokok aktif perhari yaitu :

a. Berat, bila terpapar asap rokok ≥ 11 batang b. Ringan, bila terpapar asap rokok 1- 10 batang 5. Pengaruh Rokok pada Kehamilan

Menurut Neil (2007, Hal.62&63), dalam rokok ada tiga zat yang membahayakan janin karbon monoksida, sianida dan nikotin. Karbon monoksida bercampur dengan haemoglobin dalam darah, akibatnya jumlah oksigen yang tersedia bagi bayi berkurang. Sianida adalah zat racun, dan jika bercampur dengan makanan bisa mengurangi jumlah gizi bagi janin. Untuk melepaskan sianida, tubuh membutuhkan banyak vitamin B12. Nikotin mengurangi pernapasan fetus, dan juga menyebabkan kontraksi pembuluh arteri pada plasenta dan tali pusat, hingga mengurangi jumlah oksigen yang sampai ke janin, jantung fetus berdetak lebih kuat untuk memenuhi kebutuhan oksigen pada tubuhnya. Kurangnya oksigen dan makanan bergizi inilah yang menyebabkan cacat pada janin. Pengaruh rokok pada janin dapat ditunjukkan dengan gambar pengukuran panas (thermograph). Ketika ibu hamil merokok, plasenta tampak dingin saat pembuluh darah mengerut dan aliran darah berkurang. Secara bersamaan, jantung janin berdetak lebih cepat saat nikotin mulai masuk.


(30)

Merokok pada kehamilan dapat mengakibatkan bayi lahir prematur, lebih kecil, dan lebih ringan, dibanding bayi dari wanita yang bukan perokok. Rata-rata perokok berat melahirkan bayi 200 gram lebih ringan dari pada yang dilahirkan wanita bukan perokok. Perokok berat bisa terancam keguguran. Pengaruh buruk kebiasaan merokok selama kehamilan berlangsung dalam jangka panjang. Studi menunjukkan bahwa pada usia 11 tahun, anak-anak yang dilahirkan dari ibu perokok di masa hamil, rara-rata lebih pendek dan kurang pintar dibanding yang tidak (Neil, 2007. hal. 63).

6. Pengaruh Perokok Pasif Pada Kehamilan

Menurut Neil (2007, hal.28) rokok bagi pria terutama para perokok berat dapat mengurangi kesuburan dan menyebabkan kerusakan pada sperma. Tidak berarti orang yang tidak merokok luput dari bahaya tersebut. Karena para perokok pasif memiliki resiko yang sama. Maka ibu hamil sebaiknya sebisa mungkin menghindari lingkungan berasap rokok.

Merokok pasif juga mungkin menjadi suatu bahaya bagi perempuan yang secara teratur terpapar asap rokok di tempat kerja atau rumah. Asap rokok di lingkungan dianggap sebagai karsinogen dan telah terbukti menaikkan risiko kanker pada orang-orang yang tidak merokok. Suatu analisis tentang akibat paparan asap rokok secara pasif pada kehamilan dan pada 3.000 perempuan menemukan paparan tersebut berkaitan dengan pertumbuhan janin yang buruk, dan paparan yang sangat tinggi berkaitan dengan lebih tingginya kematian janin dan lahir prematur serta berat lahir rendah (Walker, Humphiries, 2012, hal.112).

Karbonmonoksida yang bercampur dengan haemoglobin dalam darah dapat mengakibatkan jumlah oksigen yang tersedia bagi bayi berkurang.


(31)

Sianida adalah zat beracun, dan jika bercampur dengan makanan bisa mengurangi jumlah gizi bagi janin. Untuk melepaskan sianida, tubuh membutuhkan banyak vitamin B12. Nikotin mengurangi pernafasan pada fetus dan juga menyebabkan kontraksi pembuluh arteri pada plasenta dan tali pusat sehingga mengurangi jumlah oksigen yang sampai ke janin. Kekurangan oksigen dan nutrisi inilah yang menyebabkan cacat, apnea (lumpuhnya pernafasan), BBLR sampai kematian janin ( Rukiah, 2013, hal. 92).

C. Berat Badan Lahir

Berat badan lahir adalah suatu indikator kesehatan bayi baru lahir. Rata-rata bayi normal (gestasi 37-41 minggu) adalah 3000-3600 gram. Berat badan ini tergantung juga dari ras, status ekonomi orang tua, ukuran orang tua, dan paritas ibu. Secara umum berat bayi lahir rendah dan berat bayi lahir lebih besar resikonya untuk mengalami masalah (Sylviati, 2008 dalam Siagian, 2010, hal. 5).

Menurut Muslimatun (2010, hal. 2) berat badan lahir adalah berat badan neonatus pada saat kelahiran, ditimbang dalam waktu satu jam sesudah lahir. Bayi berat lahir cukup adalah bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram.

1. Berat bayi lahir normal

Menurut Rochmah, Vasra, Dahliana dan Sumastri (2012, hal. 1) bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram. Ciri-ciri bayi normal :

a. Berat badan 2500 – 4000 gram b. Panjang badan lahir 48 – 52 cm c. Lingkar dada 30 – 38 cm d. Lingkar kepala 33 – 35


(32)

e. Frekuensi jantung 180 denyut/menit, kemudian menurun sampai 120 -140 denyut/menit

f. Pernapasan pada beberapa menit pertama cepat, kira-kira 80 kali/menit, kemudian menurun setelah tenang kira-kira 40 kali/menit.

g. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup terbentuk dan diliputi verniks kaseosa.

h. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna i. Kuku agak panjang dan lemas

j. Genetalia : labia mayora sudah menutupi labia minora (pada perempuan), testis sudah turun (pada laki-laki).

2. Berat Bayi Lahir Rendah a. Defenisi

Menurut Maryunani dan Nurhayati (2009, hal.21&22), ada beberapa defenisi mengenai bayi dengan berat lahir rendah :

1) Neonatus atau bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahirnya kurang dari 2500 gram

2) Istilah prematuritas telah diganti dengan berat badan lahir rendah (BBLR) karena terdapat dua bentuk penyebab kelahiran bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram, yaitu karena usia kehamilan kurang dari 37 minggu, berat badan lebih rendah dari semestinya, sekalipun umur cukup, atau karena kombinasi keduanya.

b. Klasifikasi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Menurut Muslimatun (2010) di bagi menurut berat badan lahir :

1) Bayi berat lahir rendah (BBLR)/ Low birthweight infant adalah bayi dengan berat badan lahir 1500 sampai kurang dari 2500 gram.


(33)

2) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR)/ Very low birthweight infant adalah bayi dengan berat badan lahir 1000-1500 gram.

3) Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR)/Extremely very low

birthweight infant adalah bayi lahir hidup dengan berat badan kurang

dari 1000 gram.

Menurut Pantiawati (2010), bayi berat badan rendah (BBLR) dapat dikelompokkan menjadi prematuritas murni dan dismatur.

1) Prematuritas Murni

Prematuritas murni adalah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badan sesuai dengan berat badan untuk usia kehamilan atau disebut neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan. 2) Dismatur

Dismatur adalah bayi dengan berat badan kurang dari berat badan yang seharusnya untuk usia kehamilannya, yaitu berat badan dibawah persentil 10 pada kurva pertumbuhan intra uterin, biasa disebut dengan bayi kecil untuk masa kehamilan. Hal ini menunjukkan bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin, keadaan ini berhubungan dengan gangguan sirkulasi dan efisiensi plasenta.

c. Etiologi

Menurut Maryunani dan Nurhayati (2009, hal.23), penyebab berat badan lahir rendah kurang bulan/neonatus kurang bulan-kecil masa kehamilan(NKB-KMK) antara lain disebabkan oleh :

1) Berat badan ibu rendah 2) Ibu hamil yang masih remaja 3) Kehamilan kembar


(34)

4) Ibu pernah melahirkan bayi prematur/berat badan rendah sebelumnya. 5) Ibu dengan inkompeten serviks (mulut rahim yang lemah sehingga tidak

mampu menahan berat bayi dalam rahim) 6) Ibu hamil yang sedang sakit.

7) Tidak diketahui penyebabnya.

Sedangkan bayi yang lahir cukup bulan tetapi memiliki berat badan kurang/neonatus cukup bulan-kecil untuk masa kehamilan (NCB-KMK) antara lain disebabkan oleh :

1) Ibu hamil dengan gizi buruk/kurangan nutrisi

2) Ibu dengan penyakit hipertensi, preeklampsia, anemia. 3) Ibu menderita penyakit kronis, infeksi dan malaria kronik. 4) Ibu hamil yang merokok dan penyalahgunaan obat. d. Penatalaksanaan

Menurut Maryunani dan Nurhayati (2009, hal. 29-39) penatalaksanaan pada BBLR yaitu :

1) Pemberian ASI

ASI mempunyai keuntungan yaitu kadar protein tinggi, laktalalbumin, zat kekebalan tubuh, lipase dan asam lemak esensial, laktosa dan oligosakarida untuk memacu motillitas usus dan perlindungan terhadap penyakit. Dari segi psikologis, pemberian ASI dapat meningkatkan ikatan antara ibu dan bayi. Bayi berat lahir rendah rentan terhadap kekurangan nutrisi, fungsi organ belum matang, kebutuhan nutrisinya besar dan mudah sakit sehingga pemberian ASI atau nutrisi yang tepat penting untuk tumbuh kembang yang optimal bagi bayi.


(35)

2) Pencegahan kehilangan panas

Cara pencegahan pada bayi berat lahir rendah yang sehat yaitu segera setelah lahir bayi dikeringkan dan dibedong dengan popok hangat, pemeriksaan di kamar bersalin dilakukan di bawah radiant warmer (box bayi hangat), topi dipakaikan untuk mencegah kehilangan panas melalui kulit kepala, dan bila suhu bayi stabil, bayi dapat dirawat di boks terbuka dan diselimuti. Sedangkan pada bayi berat lahir rendah yang sakit cara untuk mencegah kehilangan panas yaitu bayi harus segera dikeringkan, untuk menstransportasi bayi digunakan transport inkubator yang sudah hangat, tindakan terhadap bayi dilakukan dibawah radiant warmer, dan suhu lingkungan netral dipertahankan.

3) Metode Kanguru

Metode kanguru merupakan salah satu metode perawatan BBLR untuk mencegah hipotermi pada bayi baru lahir. Keunggulan metode ini adalah bayi mendapatkan sumber panas alami (36-37 ° C) langsung dari kulit ibu, mendapatkan kehangatan udara dalam kantung/baju ibu serta ASI menjadi encer.

4) Pemijatan bayi

Pemijatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah bertujuan untuk memacu pertumbuhan berat badan bayi, membantu bayi melepaskan rasa tegang dan gelisah, menguatkan dan meningkatkan sistem imunologi, merangsang pencernaan makanan dan pengeluaran kotoran, membuat bayi tidur lebih tenang, dan menjalin komunikasi dan ikatan antara bayi atau orang tua.


(36)

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Berat Badan Lahir 1. Usia Ibu

Umur ibu erat kaitannya dengan berat bayi lahir. Kehamilan dibawah umur 16 tahun merupakan kehamilan berisiko tinggi, 2-4 kali lebih tinggu di bandingkan dengan kehamilan pada wanita yang cukup umur. Pada umur yang masih muda, perkembangan organ-organ reproduksi dan fungsi fisiologisnya belum optimal. Selain itu emosi dan kejiwaannya belum matang, sehingga pada saat kehamilan ibu tersebut belum dapat menanggapi kehamilan secara sempurna dan sering terjadi komplikasi. Selain itu semakin muda usia ibu hamil, maka akan terjadi bahaya bayi lahir kurang bulan, perdarahan, dan bayi lahir ringan (Rochjati, 2003 dalam Siagian, 2010).

Pada usia 21-35 tahun resiko gangguan kesehatan pada ibu hamil paling rendah yaitu sekitar 15 %. Selain itu apabila dilihat dari perkembangan kematangan, wanita pada kelompok umur ini telah memiliki kematangan reproduksi, emosional maupun aspek sosial. Meskipun pada saat ini beberapa wanita di usia 21 tahun menunda pernikahan karena belum meletakkan prioritas utama pada kehidupan baru tersebut. Pada umumnya usia ini merupakan usia yang ideal untuk hamil dan melahirkan untuk menekan gangguan kesehatan baik pada ibu dan juga janin (Revina, 2014)

2. Penyakit Saat Kehamilan

Penyakit pada saat kehamilan yang dapat mempengaruhi berat bayi lahir diantaranya adalah diabetes militus, cacar air, dan penyakit infeksi TORCH (Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes) (Rochjati, 2003 dalam Siagian, 2010).


(37)

Diabetes Militus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia (meningkatnya kadar gula darah) yang terjadi karna kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Bahaya yang terjadi pada janin yaitu abortus, kelainan kongenital, respiratory distress, neonatal hiperglikemia, makrosomia, hipocalsemia, kematian perinatal akibat diabetik ketoasidosism dan hiperbilirubinemia (Zein, 2009, hal. 1&6).

3. Kadar Hemoglobin

Data Depkes RI (2008) diketahui bahwa 24,5% ibu hamil menderita anemia. Anemia pada ibu hamil akan menambah resiko mendapatkan bayi berat lahir rendah (BBLR), resiko perdarahan sebelum dan pada saat persalinan, bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan bayinya, jika ibu tersebut menderita anemia berat. Hal ini disebabkan karena kurangnya suplai darah nutrisi akan oksigen pada plasenta yang akan berpengaruh pada fungsi plasenta terhadap janin.

4. Status gizi ibu hamil

Gizi ibu hamil menentukan berat bayi yang dilahirkan, maka pemantauan gizi ibu hamil sangatlah penting dilakukan. Pengukuran antropometri merupakan salah satu cara untuk menilai status gizi ibu hamil. Ukuran antropometri merupaka salah satu cara untuk menilai status gizi ibu hamil. Ukuran antropometri ibu hamil yang paling sering digunakan adalah kenaikan berat badan ibu hamil dan ukuran lingkar lengan atas (LLA) selama kehamilan (Riskesdas, 2007).

5. Perilaku dan Lingkungan

Faktor resiko perilaku dan lingkungan meliputi saat hamil terkena paparan asap rokok, status nutrisi buruk, konsumsi alkohol, dan konsumsi


(38)

norkoba serta faktor risiko fasilitas kesehatan, seperti perawatan kehamailan yang tidak rutin atau tidak sama sekali.

a. Paparan asap rokok

Merokok dalam kehamilan mempunyai hubungan yang kuat dengan kejadian solusio plasenta, BBLR dan kematian janin. Akibat merokok aktif tidak jauh berbeda dengan merokok pasif (suami perokok atau bekerja di lingkungan perokok) akan mengalami sulit tidur, tidur kurang nyenyak dan rasa sulit bernafas dibandingkan ibu hamil yang tidak terpapar asap rokok (Krisnadi, Effendi, Dan Pribadi, 2009, hal. 47).

b. Status nutrisi buruk

Wanita hamil dengan status gizi kurang memiliki kategori risiko tinggi keguguran, kematian bayi dalam kandungan, kematian bayi baru lahir, cacat dan berat lahir rendah (Rukiah, 2013, hal. 91).

c. Fasilitas kesehatan

Pemeriksaan kehamilan bertujuan untuk mengenal dan mengidentifikasi masalah yang timbul selama kehamilan, sehingga kesehatan selama ibu hamil dapat terpelihara dan yang terpenting ibu dan bayi dalam kandungan akan baik dan sehat sampai saat persalinan. Pemeriksaan kehamilan dilakukan agar kita dapat segera mengetahui apabila terjadi gangguan/kelainan padi ibu hamil dan bayi yang dikandung, sehingga dapat segera ditolong tenaga kesehatan (Depkes RI, 2008).


(39)

BAB III

KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep

Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti (Setiadi, 2007, hal.117). Variabel independen dalam penelitian ini adalah ibu hamil perokok pasif, sedangkan variabel dependen adalah berat badan lahir. Secara skematis, kerangka penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

Veriabel Independen Variabel Dependen

Skema 3. 1. Kerangka Konsep B. Hipotesis

Hipotesi adalah jawaban sementara dari suatu penelitian (Setiadi, 2007, hal. 119). Hipotesis dalam penelitian ini adalah hipotesa alternatif (Ha) yaitu ada pengaruh ibu hamil perokok pasif terhadap berat badan lahir.

C. Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah ruang lingkup atau batasan variable-variabel yang diamati yang bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran dan pengamatan terhadap variable-variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrument (Notoatmodjo, 2010, hal. 85)


(40)

Table 3.1

Defenisi Operasional Pengaruh Ibu Hamil Perokok Pasif Terhadap Berat Badan Lahir di Rumah Sakit Umum Haji Medan

Tahun 2014 No Variabel Defenisi

operasional

Alat Ukur

Cara Ukur

Hasil Ukur Skala 1 1 Variabel Independen Ibu Hamil Perokok Pasif Ibu hamil yang tidak merokok tetapi ikut menghisap asap rokok dari perokok aktif baik di lingkungan rumah, di tempat kerja maupun di tempat-tempat umum yang berada di Rumah Sakit Umum Haji Medan tahun 2014 Lembar cheklist Wawan cara Berat = Terpapar asap rokok ≥ 11 batang/hari Ringan = terpapar asap rokok 1-10 batang/hari Tidak = terpapar asap rokok 0 batang/hari Nomin al 2 2 Variabel Dependen Berat badan lahir Berat neonatus pada saat kelahiran, ditimbang dalam waktu kurang dari satu jam sesudah lahir di Rumah Sakit Umum Haji Medan tahun 2014 Lembar cheklist Dokum entasi

BBLR = BBL < 2500 gram Normal = BBL

≥ 2500 gram

Nomin al


(41)

BAB IV

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian, jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain analitik korelasi dengan pendekatan retrospektif, yaitu menelusuri kebelakang penyebab-penyebab yang dapat menimbulkan suatu penyakit di masyarakat (Chandra, 2008, hal.91). Penelitian ini dilakukan dengan cara membandingkan dua kelompok yaitu kelompok kasus dan kelompok kontrol, kemudian ditelusuri secara retrospektif ada tidaknya faktor risiko perokok pasif. Kelompok kasus merupakan kelompok BBLR, sedangkan kelompok kontrol merupakan kelompok berat badan normal.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek yang akan diteliti (Setiadi, 2007, hal.175). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi baru lahir dengan berat badan normal maupun BBLR dan ibu post partum dengan perokok pasif maupun tidak perokok pasif di Rumah Sakit Umum Haji Medan selama bulan Maret sampai Mei 2014.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Setiadi, 2007, hal.177). Sampel dari penelitian ini yaitu sebagian bayi baru lahir dengan berat badan normal maupun BBLR dan ibu post partum dengan perokok pasif maupun tidak perokok pasif di Rumah Sakit Umum Haji Medan.


(42)

Untuk menentukan jumlah sampel dengan menggunakan ketetapan absolut dan menggunakan rumus :

n = � �+�(�)� Keterangan : n = Jumlah sampel N= Jumlah populasi

d = Ketetapan relative yang ditetapkan oleh peneliti (0,05) Jadi sampel dalam penelitian ini adalah :

Diketahui N = 170 ;

n = �

1+�(�)2 =

170 1+170(0,05)2

= 170

1+170(0,0025) = 170

1+0,425 = 170

1,425 = 120

Jadi sampel yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah 120 responden. Dari hasil yang diperkirakan terdapat 60 responden merupakan perokok pasif dan 60 responden bukan perokok pasif.

Teknik pengambilan sampel menggunakan pendekatan secara consekutive

sampling, yaitu pemilihan sampel dengan menetapkan subyek yang

memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu, sehingga jumlah sampel terpenuhi (Setiadi, 2007, hal. 183).


(43)

1. Kriteria Inklusi a. Ibu post partum

b. Usia saat hamil 21-35 tahun

c. Bersedia untuk menjadi responden. 2. Kriterian eksklusi

a. Berat badan ibu rendah b. Kehamilan kembar

c. Riwayat melahirkan bayi BBLR/Prematur d. Kurang nutrisi sewaktu hamil

e. Ibu dengan penyakit sewaktu hamil. C. Tempat Penelitian.

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Haji Medan, dengan pertimbangan rumah sakit ini terdapat banyak bayi baru lahir dan ibu post partum. D. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai Mei 2014. E. Etika Penelitian

Peneletian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan dari institusi pendidikan yaitu Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU dan izin pimpinan Rumah Sakit.

Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik, yaitu :

1. Informed Consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

responden peneltian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar


(44)

persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. jika responden bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak responden.

2. Anonimity (tanpa nama)

Penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan. 3. Kerahasiaan (confidentiality)

Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian pada responden, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti. Data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

F. Alat Pengumpulan Data

Instrumen penelitian ini adalah alat untuk memperoleh data dari suatu penelitian. Istrumen dalam penelitian ini adalah lembar cheklist. Pada variabel independen peneliti memperoleh data secara primer yaitu dengan wawancara menggunakan lembar cheklist, yang berisi tentang data responden perokok pasif berat ≥ 11 batang, perokok pasif ringan 1-10 batang dan tidak terpapar asap rokok. Untuk mengetahui akumulasi asap rokok yang terhisap ibu hamil dilakukan dengan cara menanyakan dimana ibu terpapar asap rokok di rumah, di lingkungan kerja atau di lingkungan umum lainnya. Kemudian dijumlahkan keselurahan akumulasi asap rokok yang terhisap perbatangnya. Pada variabel dependen peneliti memperoleh data secara sekunder yaitu dengan mendokumentasikan data


(45)

responden dari data rekam medik, yang berisi tentang data berat badan bayi pada saat lahir. Dikategorikan berat badan normal apabila berat badan bayi ≥ 2500 gram dan dikategorikan BBLR apabila berat badan bayi < 2500 gram.

G. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yang dilakukan adalah mengajukan surat permohonan izin penelitian pada institusi pendidikan Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, dan mengajukan surat permohonan izin melaksanakan penelitian di Rumah Sakit Umum Haji Medan. Setelah mendapat izin, peneliti melaksanakan pengumpulan data pada ibu dan bayi yang dirawat di ruang perinatologi sesuai kriteria inklusi penelitian yaitu mau dan bersedia menjadi responden. Peneliti menemui responden di tempat penelitian.

Peneliti meminta persetujuan responden untuk menjadi responden dengan menandatangani informed consent. Setelah responden bersedia, peneliti kemudian mengisi lembar kuisioner data demografi yaitu nama inisial melalui wawancara. Dalam pengambilan data sekunder, peneliti mendokumentasikan data responden melihat pada data rekam medik apakah berat badan bayi lahir normal atau BBLR. Pengambilan data primer, peneliti menanyakan kepada responden apakah selama hamil terpapar asap rokok atau tidak terpapar asap rokok.

Setelah data terkumpul lalu dilakukan pengolahan data dengan bantuan program komputer dengan uji statistik uji chi-square untuk mengetahui pengaruh ibu hamil perokok pasif dan ibu hamil tidak perokok pasif terhadap berat badan lahir.


(46)

H. Analisis Data

Setelah semua data terkumpul, dilakukan analisa data kembali dengan memeriksa semua lembar cheklist apakah data sudah lengkap dan benar (editing). Kemudian data diberi kode (coding) untuk memudahkan peneliti dalam melakukan analisa data dan pengolahan data serta pengambilan kesimpulan data yang dimasukkan ke dalam bentuk tabel. Entry data dilakukan dengan menggunakan teknik komputerisasi. Tahap terakhir dilakukan cleaning dan entry yakni pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam program komputer guna menghindari terjadinya kesalahan.

Analisis data dilakukan menggunakan bantuan program komputer yang disesuaikan, dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Univariat

Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti, yakni data yang bersifat kategori akan dicari frekuensi dan persentasenya. Hasil data dibuat dalam bentuk tabel.

2. Bivariat

Analisis ini digunakan untuk menguji Pengaruh perokok pasif terhadap berat badan bayi lahir pada saat ibu hamil. Dalam menganalisis data secara bivariat, pengujian data dilakukan dengan uji statistik uji chi-square membandingkan perokok pasif pada saat ibu hamil dengan berat badan bayi lahir pada kelompok kasus dan kontrol. Pada awalnya data yang diperoleh berbentuk tabel 3 x 2, namun karena tidak memenuhi syarat uji chi-square yaitu masih ada sel yang mempunyai nilai expected kurang dari lima. Maka dilakukan penggabungan sel untuk kembali di uji dengan uji statistik chi-square (Hastono, 2011, hal. 116). Peneliti memutuskan untuk menggabungkan


(47)

kelompok ibu hamil perokok pasif berat dan ibu hamil perokok pasif ringan. Dengan begitu didapatkan data dengan tabel 2x2 lalu diuji kembali denga uji

chi-square. Data tersebut layak diuji chi-square karena tidak ada nilai expeted yang kurang dari lima. Taraf signifikan (α = 0.05), pedoman dalam menerima

hipotesis : jika data probabilitas (p) < 0.05 maka H0 ditolak dan apabila nilai (p) > 0,05 maka H0 gagal ditolak.


(48)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian tentang pengaruh ibu hamil perokok pasif terhadap berat badan lahir di Rumah Sakit Umum Haji Medan tahun 2014. Jumlah responden adalah 64 orang. Responden dibagi menjadi dua kelompok yaitu 17 responden BBLR sebagai kelompok kasus dan 47 orang responden normal sebagai kelompok kontrol.

1. Analisis univariat

Analisis univariat ini bertujuan mendeskripsikan karakteriktik masing – masing variabel yang diteliti yaitu persentase berat badan lahir dan persentase riwayat ibu perokok pasif. Berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan peneliti melalui wawacara pada responden yang berjumlah 64 orang diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat Ibu Hamil Perokok Pasifdi RSU Haji Medan Tahun 2014

Kategori F %

Perokok Pasif Berat Perokok Pasif Ringan Tidak Perokok Pasif

11 34 19

17,2 53,1 29,7

Total 64 100

Berdasarkan tabel 5.1 di atas menunjukkan bahwa dari 64 responden didapatkan ibu hamil perokok pasif berat sebanyak 11 orang (17,2%) dan ibu hamil perokok pasif ringan sebanyak 34 orang (53,1%).


(49)

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Berat Badan Lahir di RSU Haji Medan tahun 2014

Kategori F %

Normal BBLR

47 17

73,4 26,6

Total 64 100

Berdasarkan tabel 5.2 di atas menunjukkan bahwa dari 64 responden di dapatkan 17 bayi (26,6%) lahir dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah).

Tabel 5.3

Distribusi Frekuesi Berat Badan Lahir Dari Riwayat Ibu Perokok Pasif di RSU Haji Medan Tahun 2014

No

Berat Badan Lahir

Riwayat Ibu Hamil Perokok Pasif

Jumlah Berat Ringan Tidak

F % F % F % F %

1. Normal 5 7,8 24 37,5 18 28,1 47 73,4 2. BBLR 6 9,4 10 15,6 1 1,6 17 26,6 Total 11 17,2 34 53,1 19 29,7 64 100 Berdasarkan tabel 5.3 di atas menunjukkan bahwa dari 64 responden di dapatkan 17 bayi (26,6%) lahir dengan berat badan rendah 6 responden (9,4%) dari ibu hamil perokok pasif berat dan 10 responden (15,6%) dari ibu perokok pasif ringan


(50)

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Riwayat Ibu Hamil Perokok Pasif TerhadapBerat Badan Lahir Di Rumah Sakit Umum Haji Medan

Tahun 2014 No Perokok pasif

Berat badan lahir

Jumlah

BBLR Normal

F % F % F %

1 Perokok pasif berat 6 9,4 5 7,8 11 17,2 2 Perokok pasif Ringan 10 15,6 24 37,5 34 53,1 3 Tidak perokok pasif 1 1,6 18 28,1 19 29,7

Total 17 26,6 47 73,4 64 100

Berdasarkan tabel 5.3 di atas menunjukkan bahwa dari 64 responden di dapatkan 34 (53,1) ibu perokok pasif ringan 10 bayi (15,6%) mengalami kejadian BBLR.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk menghubungkan pengaruh ibu hamil perokok pasif terhadap berat badan lahir. Dalam menganalisa data secara bivariat pengujian data dilakukan dengan uji statistik chi- square.

Tabel 5.5

Pengaruh Ibu Hamil Perokok Pasif Dengan Berat Badan Lahir di RSU Haji Medan Tahun 2014.

No Perokok pasif

Berat Badan Lahir

Jumlah P

value

OR 95% CI

BBLR Normal

F % F % F %

P =

0,028 9, 93 1 Perokok pasif 16 35,6 29 64,4 36 100

2 Tidak perokok pasif 1 5,3 18 94,7 19 100 Total 17 26,6 47 73,4 64 100

Dari tabel 5.4 diatas dapat dilihat bahwa dari 64 responden di dapatkan 36 responden dengan perokok pasif didapatkan 16 (35,6%) ibu yang mengalami kejadian BBLR.


(51)

Hasil analisa chi-square pada tabel kontigensi 2x2 dengan derajat (df) = 1 dan tingkat signifikansi (α) sebesar 0,05, didapatkan hasil bahwa nilai chi-square hitung 4,827 dan nilai chi-square tabel 3,481.

Pada analisa chi-square Ho ditolak jika chi square hitung > chi- square tabel, atau p-value (signifikansi) < α. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh chi-square hitung (4,827) > chi-chi-square tabel (3,481) dan p-value (0,028) < α (0,05).

Dari pernyataan diatas bisa diambil kesimpulan bahwa penelitian pengaruh ibu hamil perokok pasif dengan berat badan lahir menolak Ho dan menerima Ha, jadi

kesimpulannya adalah pada tingkat kepercayaan 95% dan α=0,05 terdapat

pengaruh antara ibu hamil perokok pasif terhadap berat badan lahir dan resiko bagi ibu hamil perokok pasif terhadap berat badan lahir 9,93 kali lebih besar dibanding ibu hamil yang tidak terpapar asap rokok pada saat kehamilan.

B. Pembahasan

Jumlah persalinan di RSU Haji Medan pada bulan Februari 2014 sampai April 2014 sebanyak 147 kasus. Dengan menggunakan rumus sampel purposif untuk kasus kontral didapatkan sampek sejumlah 64 kasus dengan mempetimbangkan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Dari kasus ini terdapat kelompok kasus sebesar 17 orang (26,6%) dengan BBLR dan kelompok kontrol sebesar 47 orang (73,4%) dengan berat badan lahir normal.

Berdasarkan dari hasil penelitian, akan diuraikan pembahasan tentang perbedaan hasil penelitian ini dengan literatur yang berhubungan. Yakni pengaruh ibu hamill perokok pasif terhadap berat badan lahir.


(52)

1. Interpretasi Dan Diskusi Hasil. a. Riwayat ibu hamil perokok pasif

Berdasarkan tabel 5.1 didapatkan bahwa dari 64 responden, ibu hamil perokok pasif ringan sebanyak 34 orang (53,1%), ibu hamil perokok pasif berat sebanyak 11 orang (29,7%).

Perokok pasif adalah orang-orang yang tidak merokok, namun menjadi korban perokok karena turut mengisap asap sampingan (Jaya, 2009 hal 69). Ibu hamil perokok pasif merupakan ibu hamil yang tidak merokok tetapi terpapar asap rokok orang lain sewaktu kehamilan.

Data GATS 2011 perokok pasif atau orang yang menghisap asap rokok sekunder adalah 51,3% atau 14,6 juta orang dewasa yang bekerja dalam gedung terpapar asap rokok di tempat kerja, 78,4% atau 133,3 juta orang dewasa terpapar dengan asap rokok di rumahnya, 85,4% atau 44 juta orang dewasa yang berkunjung ke restoran terpapar asap rokok(Kemenkes, 2012, hal.34).

Seorang perokok pasif akan mempunyai resiko yang sama dengan perokok aktif 1-5 batang perhari. Perempuan yang merokok pada kehamilan trimester kedua dan tiga mempunyai resiko yang sama bila merokok selama kehamilan. Bayi yang lahir dari seorang perokok bukan hanya mempunyai berat badan lahir rendah, tetapi juga ukuran panjang tubuh, kepala dan dada yang lebih kecil. Hampir semua komplikasi pada plasenta dapat ditimbulkan oleh rokok meliputi abortus, solusio plasenta, BBLR, dan plasenta previa. Hal ini akan meningkatkan kematian neonatus dan sindroma kematian jani n mendadak (SIDH). Selain itu komplikasi ketuban pecah dini dan persalinan kurang bulan juga dapat terjadi (Prawirohardjo, 2010, hal.950&951).


(53)

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden merupakan perokok pasif ringan. Sebagian besar dari perokok pasif ringan ini terpapar asap rokok di lingkungan rumah yaitu dari anggota keluarga yang merokok dan sebagain terpapar di tempat kerja.

b. Berat badan lahir

Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa dari 64 responden, didapatkan 17 bayi (26,6%) lahir dengan BBLR.

Faktor risiko BBLR antara lain dibagi menjadi risiko demografi, risiko medis, risiko perilaku dan lingkungan, dan faktor risiko fasilitas kesehatan. Faktor risiko perilaku dan lingkungan meliputi saat hamil seperi terkena paparan asap rokok, status nutrisi buruk, konsumsi alkohol, dan konsumsi narkoba serta faktor risiko fasilitas kesehatan, seperti perawatan kehamilan yang tidak rutin atau tidak ada sama sekali (Kartika, 2013, ¶ 4 & 7).

c. Riwayat berat badan lahir dari riwayat ibu hamil perokok pasif

Berdasarkan tabel 5.3 di atas menunjukkan bahwa dari 64 responden di dapatkan 17 bayi (26,6%) lahir dengan berat badan rendah 6 responden (9,4%) ibu hamil perokok pasif berat dan 10 responden (15,6%) ibu perokok pasif ringan.

Suatu analisis tentang akibat paparan asap rokok secara pasif pada kehamilan dan pada 3.000 perempuan menemukan paparan tersebut berkaitan dengan pertumbuhan janin yang buruk, dan paparan yang sangat tinggi berkaitan dengan lebih tingginya kematian janin dan lahir prematur serta berat lahir rendah (Walker, Humphiries, 2012, hal.112).

Menurut Neil (2007, hal.28) rokok bagi pria terutama para perokok berat dapat mengurangi kesuburan dan menyebabkan kerusakan pada sperma. Tidak berarti orang yang tidak merokok luput dari bahaya tersebut. Karena para perokok


(54)

pasif memiliki resiko yang sama. Maka ibu hamil sebaiknya sebisa mungkin menghindari lingkungan berasap rokok.

Menurut asumsi peneliti semakin besar ibu hamil terpapar asap rokok maka semakin tinggi kejadian berat badan lahir rendah. Namun berat badan lahir rendah tidak sepenuhnya disebabkan oleh ibu hamil perokok pasif, masih ada faktor lain seperti status gizi, keadaan ekonomi, dan penyakit sewaktu kehamilan.

d. Riwayat ibu hamil perokok pasif terhadap berat badan lahir

Dari tabel 5.3 di atas dapat dilihat bahwa dari 64 responden di dapatkan 34 (53,1) ibu perokok pasif ringan 10 bayi (15,6%) mengalami kejadian BBLR.

Menurut Rukiah (2013) karbonmonoksida yang bercampur dengan haemoglobin dalam darah dapat mengakibatkan jumlah oksigen yang tersedia bagi bayi berkurang. Sianida adalah zat beracun, dan jika bercampur dengan makanan bisa mengurangi jumlah gizi bagi janin. Untuk melepaskan sianida, tubuh membutuhkan banyak vitamin B12. Nikotin mengurangi pernafasan pada fetus dan juga menyebabkan kontraksi pembuluh arteri pada plasenta dan tali pusat sehingga mengurangi jumlah oksigen yang sampai ke janin. Kekurangan oksigen dan nutrisi inilah yang menyebabkan cacat, apnea (lumpuhnya pernafasan), BBLR sampai kematian janin.

Pada penelitian ini mayoritas ibu yang mengalami kejadian BBLR adalah ibu hamil perokok pasif ringan. Ini dikarenakan ibu hamil perokok pasif bukan merupakan faktor utama yang menyebabkan BBLR. Ada faktor lain yang merupakan faktor penyebab BBLR yaitu usia ibu, penyakit sewaktu kehamilan, kadar haemoglobin yang rendah, dan status gizi ibu hamil yang buruk. Jadi ada kemungkinan penyebab BBLR dari penelitia ini adalah faktor-faktor tersebut karena perokok pasif bukan merupakan faktor penyebab tunggal dari BBLR.


(55)

e. Pengaruh ibu hamil perokok pasif terhadap berat badan lahir

Dari tabel 5.4 diatas dapat dilihat bahwa dari 64 responden di dapatkan 36 responden dengan perokok pasif didapatkan 16 (35,6%) ibu yang mengalami kejadian BBLR.

Dari hasil uji statistik chi-square terhadap 64 responden diperoleh nilai kemaknaan p = 0,028 (p ≤ 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang bermakna antara ibu hamil perokok pasif dengan berat badan lahir.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurlaila Ramadhan (2012) dalam penelitiannya tentang Hubungan Ibu Hamil Perokok Pasif Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah di Badan Layanan Umum Daerah RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun 2011 dengan sampel sejumlah 45 orang dengan tekhnik purposif sampling dan analisa data menggunakan uji

chi-square. Hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara ibu

hamil perokok pasif dengan kejadian berat badan lahir rendah (BBLR) di Badan Layanan Umum Daerah RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun 2011 dengan nilai kemaknaan p=0,004 (p≤0,05).

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anne Rufaridah (2011) dalam penelitiannya tentang Pengaruh Perokok Pasif Terhadap Plasenta, Berat Badan Lahir, Apgar Score Bayi Baru Lahir Pada Ibu Hamil Di Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2011 dengan jumlah sampel 43 orang dengan desain penelitian menggunakan studi kohort. Hasil uji analisa data chi-square di dapatkan nilai p =0,013 yang berarti terdapat pengaruh ibu hamil perokok pasif yang bermakna terhadap berat badan lahir di Kabupaten Padang Pariaman.


(56)

Menurut Walker dan Humphiries (2012, hal. 112) merokok pasif juga mungkin menjadi suatu bahaya bagi perempuan yang secara teratur terpapar asap rokok di tempat kerja atau rumah. Suatu analisis tetang akibat paparan asap rokok secara pasif pada kehamilan dan pada 3.000 perempuan menemukan paparan tersebut berkaitan dengan pertumbuhan janin yang buruk, dan paparan yang sangat tinggi berkaitan dengan lebih tingginya kematian janin dan lahir prematur serta berat lahir rendah.

Menurut Rukiah (2013) karbonmonoksida yang bercampur dengan haemoglobin dalam darah dapat mengakibatkan jumlah oksigen yang tersedia bagi bayi berkurang. Sianida adalah zat beracun, dan jika bercampur dengan makanan bisa mengurangi jumlah gizi bagi janin. Untuk melepaskan sianida, tubuh membutuhkan banyak vitamin B12. Nikotin mengurangi pernafasan pada fetus dan juga menyebabkan kontraksi pembuluh arteri pada plasenta dan tali pusat sehingga mengurangi jumlah oksigen yang sampai ke janin. Kekurangan oksigen dan nutrisi inilah yang menyebabkan cacat, apnea (lumpuhnya pernafasan), BBLR sampai kematian janin.

Berdasarkan hasil penelitian dan beberapa teori di atas, peneliti dapat berasumsi bahwa semakin berat seorang ibu hamil terpapr asap rokok maka semakin besar pula kemungkinan ibu tersebut akan melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah, akan tetapi perokok pasif bukan merupakan suatu penyebab tunggal. Selain ibu hamil perokok pasif, status gizi ibu, dan sosial ekonomi dan kesehatan ibu sewaktu hamil merupakan faktor yang mempengaruhi berat badan lahir.


(57)

2. Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti merasakan masih banyak keterbatasan yang dihadapi dalam melaksanakan penelitian. Semakin banyaknya sampel semakin akurat pula data yang akan didapat, tetapi dengan keterbatasan waktu dan tempat, peneliti mengambil sampel penelitian ini sebanyak 64 responden, yang terdiri dari 2 kelompok yaitu 17 kelompok kasus dan 43 kelompok kontrol,dan disamping itu keterbatasan penelitian ini juga dikarenakan peneliti tidak memberikan perlakuan terhadap responden. Peneliti tidak mengidentifikasi jarak paparan asap rokok terhadap ibu hamil perokok pasif dan peneliti juga tidak menjelaskan secara rinci dimana saja responden terpapar asap rokok.

3. Implikasi Penelitian

Bagi pelayanan kebidanan diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi tenaga kesehatan khususnya bidan dalam memberikan perhatian terhadap asuhan kebidanan kepada ibu hamil tentang pengaruh perokok pasif terhadap kehamilan khususnya pengaruh ibu hamil perokok pasif terhadap berat badan lahir, agar ibu dapat menjaga lingkungan sekitarnya dari tempat-tempat yang bebas asap rokok sehingga tidak mengakibatkan gangguan pada janinnya khusunya berat badan janin. Setelah membuktikan bahwa pengaruh ibu hamil perokok pasif terhadap berat badan lahir, maka diharapkan para pelayanan kesehatan untuk memberikan informasi kepada ibu hamil tentang pengaruh ibu hamil perokok pasif terhadap berat badan lahir.


(58)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang pengaruh ibu hamil perokok pasif terhadap berat badan lahir di Rumah Sakit Umum Haji Medan tahun 2014 dengan sampel sebanyak 64 responden dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Jumlah responden dengan riwayat ibu perokok pasif didapatkan 53,1% ibu hamil merupakan perokok pasif ringan dan 17,2% merupakan perokok pasif berat.

2. Jumlah responden berdasarkan berat badan lahir didapatkan 26,6% bayi lahir dengan BBLR.

3. Jumlah responden berdasarkan berat badan lahir dari riwayat ibu hamil perokok pasif didapatkan 26,6% bayi lahir dengan berat badan rendah, 9,4% dari ibu hamil perokok pasif berat dan 15,6% dari ibu perokok pasif ringan. 4. Jumlah responden berdasarkan riwayat ibu hamil perokok pasif terhadap berat

badan lahir didapatkan 53,1% ibu perokok pasif ringan 15,6% mengalami kejadian BBLR.

5. Hasil uji chi-square diketahui chi-square hitung 4,827 > chi-square tabel 3,481 dan p-value 0,028 < (α) 0,05 artinya terdapat pengaruh ibu hamil perokok pasif terhadap berat badan lahir dan resiko bagi ibu hamil perokok pasif akan mengalami kejadian BBLR 9,93 kali lebih besar dibanding ibu hamil yang tidak perokok pasif.


(59)

B. Saran

Dengan dilakukan penelitian ini dapat diketahui bahwa ada pengaruh ibu hamil perokok pasif terhadap berat badan lahir. Adapun saran dari peneliti yaitu :

1. Bagi pelayanan kebidanan

Diharapkan kepada petugas pelayanan kesehatan untuk semakin peduli terhadap pemberian informasi kepada ibu hamil. Hendaknya para penyedia layanan kesehatan memiliki beban tanggung jawab dalam mempromosikan kesehatan khususnya pada ibu hamil sehingga akan melahirkan bayi yang sehat.

2. Bagi pendidikan kebidanan

Diharapkan hasil penelitian ini perlu di intergrasikan dalam mata kuliah asuhan kebidanan pada kehamilan dan neonatus sebagai pengembangan ilmu kebidanan.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan pada peneliti selanjutnya lebih mengembangkan penelitian ini, dengan cara mengidentifikan tempat dan jarak ibu hamil terpapar asap rokok sehingga paparan asap rokok dapat diakumulasikan lebih jelas agar penelitian ini memberikan informasi yang lebih luas.

4. Bagi masyarakat

Diharap kepada masyarakat khususnya perokok aktif dapat menjaga dan lebih memperhatikan tempat-tempat yang bebas asap rokok dan tidak merokok disembarang tempat agar orang-orang yang bukan perokok tidak terkena paparan asap rokok khususnya ibu hamil.


(60)

DAFTAR PUSTAKA

Aditama, T.Y. (2011). Rokok dan Kesehatan. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).

Chandra, B. (2008). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : EGC.

Da

Dunstall, M., Coad, J. (2007). Anatomi dan Fisiologi untuk Bidan. Jakarta : EGC. Hastono, SP. (2011). Analisis Data. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

Hidayat, AA. (2011). Metode Penelitian Kebidanan dan Tekhnik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika.

Jaya, M. (2009). Pembunuh Berbahaya Itu Bernama Rokok. Samarinda : Riz’ma. Kepmenkes RI. (2012). Buletin Jendela Data Dan Informasi Kesehatan Penyakit

Tidak Menular. Jakarta : Depkes.

Krisnadi, Effendi, Pribadi. (2009). Bahaya rokok dalam kehidupan. Yogyakarta : Armico

Kusmiati, Y., Wahyuningsih, PH., Sujiyatini. (2009). Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta : Fitramaya.

Machfoedz, I. (2009). Metode Penelitian Bidang Kesehatan, Keperawatan,

Kebidanan, Kedokteran. Yogyakarta : Fitramaya

Maryunani, A., Nurhayati. (2009). Asuhan Kegawatdaruratan Dan Penyulit Pada

Neonatus. Jakarta : Trans Info Media.

Muslimatun, NW. (2010). Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Yogyakarta : Fitramaya.

Neil, Rose, W. (2007). Panduan Lengkap Perawatan Kehamilan. Jakarta : Dian Rakyat.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Pantiawati, I. (2010). Bayi dengan BBLR. Yogyakarta : Nuha Medika.

Prawirohardjo, P. (2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Ramadhan, N. (2011). Hubungan Ibu Hamil Perokok Pasif Dengan Kejadian Bayi

Berat Lahir Rendah Di Badan Layanan Umum Daerah RSU Meuraxa Banda Aceh. Banda Aceh : Stikes ubudiyah. Vol. 1,No. 2, Maret 2012.


(61)

Rochmah, Vasra, E., Dahliana, Sumastri. (2012). Asuahn Neonatus, Bayi & Balita

Panduan Belajar. Jakarta : EGC.

Ruparidah, A. (2011). Pengaruh Perokok Pasif Terhadap Plasenta, Berat Badan

Lahir, Apgar Score Bayi Baru Lahir Pada Ibu Hamil Di Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2011. Program Studi Ilmu Biomedik : Universitas

Andalas.

Salmah, Rusmiati, Maryanah, Susanti, NN. (2006). Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta : EGC.

Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riser Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu. Siagian, S. (2010). Hubungan Lingkar Lengan Atas Ibu Hamil Dengan Berat Bayi

Lahir Di Puskesmas Sigumpar Kabupaten Tobasamosir. Fakultas

Kedokteran : Universitas Sumatera Utara.

Susilawati, L.,Rukiah, AY., Yulianti, L., Maemunah,. (2013). Asuhan Kebidanan I

Kehamilan. DKI Jakarta : Trans Info Media.

Univiana, K. (2013). Mengenal Faktor Penyebab Bayi Lahir Berbobot Rendah. Diunduh pada 27 Februari 2013 dari

Varney, H., Kriebs, JM., Gegor, CL. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC.

Walker, WA., Humphries, C. (2012). Pola Makan Sehat Saat Hamil. Jakarta : Bhuana Ilmu Populer.

WHO. (2011). Optimal feeding of low birth-weight infant in low-and middle-income

contries.Dari

Zein, U. (2009). Penyakit-penyakit yang mempengaruhi kehamilan dan persalinan. Medan : USU Press


(62)

(63)

(64)

Lampiran 2

KUESIONER PENELITIAN

PENGARUH IBU HAMIL PEROKOK PASIF TERHADAP BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN

TAHUN 2014. Petunjuk pengisian kuesioner :

1. Berat badan bayi lahir di isi berdasarkan data rekam medik pasien. 2. Beri tanda (√) pada kolom :

• Non BBLR apabila berat badan ≥ 2500 gram

• BBLR apabila berat badan < 2500 gram

3. Beri tanda (√) pada kolom riwayat ibu perokok pasif pada saat hamil :

• Berat, bila ibu terpapar asap rokok ≥ 11 batang

• Ringan , bila ibu terpapar asap rokok 1-10 batang

• Tidak, bila ibu tidak terpapar asap rokok

No Berat badan bayi lahir

Non

BBLR BBLR

Riwayat ibu perokok pasif pada saat hamil

Berat

≥ 11 batang 1-10 batangRingan

Tidak terpapar asap rokok

1 3900 √ √

2 3000 √ √

3 2800 √ √

4 3000 √ √

5 3000 √ √

6 2900 √ √

7 2300 √ √

8 3400 √ √

9 2400 √ √

10 3300 √ √

11 2800 √ √

12 2200 √ √

13 2100 √ √

14 3100 √ √


(65)

No Berat badan bayi lahir

Non

BBLR BBLR

Riwayat ibu perokok pasif pada saat hamil

Berat

≥ 11 batang 1-10 batangRingan

Tidak terpapar asap rokok

16 2700 √ √

17 2800 √ √

18 3200 √ √

19 2400 √ √

20 2900 √ √

21 2900 √ √

22 2400 √ √

23 2200 √ √

24 2900 √ √

25 3000 √ √

26 4000 √ √

27 2200 √ √

28 2500 √ √

29 2800 √ √

30 3000 √ √

31 4400 √ √

32 3500 √ √

33 2800 √ √

34 2400 √ √

35 3400 √ √

36 3000 √ √

37 2300 √ √

38 2900 √ √

39 3500 √ √

40 3200 √ √

41 3000 √ √

42 3100 √ √

43 2800 √ √


(66)

No Berat badan bayi lahir

Non

BBLR BBLR

Riwayat ibu perokok pasif pada saat hamil

Berat

≥ 11 batang 1-10 batang Ringan

Tidak terpapar asap rokok

45 2500 √ √

46 2800 √ √

47 3000 √ √

48 3000 √ √

49 2400 √ √

50 3100 √ √

51 3100 √ √

52 3300 √ √

53 2300 √ √

54 3600 √ √

55 2400 √ √

56 2700 √ √

57 2800 √ √

58 2700 √ √

59 3400 √ √

60 2300 √ √

61 2400 √ √

62 2600 √ √

63 3300 √ √


(1)

(2)

Frequencies

[DataSet0]

Statistics ibu hamil perokok pasif

N Valid 64

Missing 0

ibu hamil perokok pasif

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid Tidak perokok pasif 19 29,7 29,7 29,7

Perokok pasif ringan 34 53,1 53,1 82,8 Perokok pasif berat 11 17,2 17,2 100,0


(3)

Frequencies

[DataSet0]

Statistics berat badan lahir

N Valid 64

Missing 0

berat badan lahir

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid normal 47 73,4 73,4 73,4

BBLR 17 26,6 26,6 100,0

Total 64 100,0 100,0

Crosstabs

[DataSet0]

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

ibu hamil perokok pasif * berat badan lahir

64 100,0% 0 ,0% 64 100,0%

ibu hamil perokok pasif * berat badan lahir Crosstabulation

berat badan lahir

Total

normal

BBLR

ibu hamil perokok

pasif

tidak terpapar

Count

18

1

19

% within ibu hamil

perokok pasif

94,7%

5,3%

100,0%


(4)

% within ibu hamil

perokok pasif

70,6%

29,4%

100,0%

berat

Count

5

6

11

% within ibu hamil

perokok pasif

45,5%

54,5%

100,0%

Total

Count

47

17

64

% within ibu hamil

perokok pasif

73,4%

26,6%

100,0%

Chi-Square Tests

Value

df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Pearson Chi-Square

8,976

a

2

,011

Likelihood Ratio

9,906

2

,007

Linear-by-Linear Association

8,834

1

,003

N of Valid Cases

64

a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is 2,92.

ibu hamil perokok pasif * berat badan lahir Crosstabulation

berat badan lahir

Total normal BBLR

ibu hamil perokok pasif tidak perokok pasif

Count 18 1 19

% within ibu hamil perokok pasif

94,7% 5,3% 100,0%

Perokok pasif Count 29 16 45

% within ibu hamil perokok pasif

64,4% 35,6% 100,0%

Total Count 47 17 64

% within ibu hamil perokok pasif

73,4% 26,6% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)


(5)

Pearson Chi-Square 6,284a 1 ,012

Continuity Correctionb 4,827 1 ,028

Likelihood Ratio 7,685 1 ,006

Fisher's Exact Test ,013 ,010

Linear-by-Linear Association 6,186 1 ,013

N of Valid Cases 64

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,05. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval Lower Upper Odds Ratio for ibu hamil

perokok pasif (tidak terpapar / terpapar)

9,931 1,211 81,435

For cohort berat badan lahir = normal

1,470 1,155 1,872

For cohort berat badan lahir = BBLR

,148 ,021 1,038


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A.

IDENTITAS PRIBADI

Nama

: Maisyaroh Panjaitan

Tempat / Tanggal Lahir : Sei Kepayang, 28 Oktober 1992

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Amak Ke

: 1 dari 2 bersaudara

Suku Bangsa

: Indonesia

Nama Ayah

: Amirsyah Panjaitan

Nama Ibu

: Elmun Siahaan

Alamat

: Dusun VI Desa Sei Kepayang Kanan Kecamatan

Sei Kepayang Kabupaten Asahan

B.

RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun 1998 – 2004

: SD Negeri No. 013915 Sei Kepayang Kanan Lulus

dan Berijazah.

Tahun 2004 – 2007

: SMP Negeri 1 Sei Kepayang. Lulus dan Berijazah.

Tahun 2007 – 2010

: MAN Tanjungbalai. Lulus dan Berijzah.

Tahun 2010 – 2013

: Akademi Kebidanan Medistra Lubuk Pakam. Lulus

dan Berijazah

Tahun 2013 – 2014

: mengikuti pendidikan di DIV Bidan Pendidik

Universitas Sumatera Utara