Sistem Peringatan Banjir yang ada saat ini

menghindari daerah rawan banjir atau bantaran sungai sebagai tempat pemukiman. Pengembangan hutan kota, pengembangan situ di dalam kawasan pemukiman perkotaan dan pengembangan pohon yang berfungsi untuk menyangga air, juga merupakan upaya untuk mengatasi masalah banjir. Pengaruh limpasan permukaan terhadap bencana banjir dapat ditanggulangi dengan memperbesar kapasitas genangan air di wilayah hulu dan wilayah tengah, sehingga akan mengurangi volume air yang masuk ke wilayah hilir. Usaha penanggulangan dapat dilakukan dengan membangun waduk, danau, dan kolam-kolam. Pada saat diketahuinya gejala awal banjir, maka diperlukan kesiapan untuk mulai melaksanakan tindakan penanggulangan. Usaha tersebut tidak akan berhasil tanpa adanya peran serta dari para petugas dan masyarakat setempat.

5.2. Sistem Peringatan Banjir yang ada saat ini

Bendung Katulampa merupakan “check point” pertama guna mengetahui debit aliran air Sungai Ciliwung di kawasan Hulu dari Puncak, yang menuju ke DKI Jakarta setelah melalui pintu air Depok. Pos Pemantau Air Sungai Bendung Katulampa, sering dijadikan indikator tingkat bahaya aliran air dari Bogor yang menuju Jakarta, dan mampu memantau curah hujan di sekitar daerah hulu yang masuk melalui Sungai Ciliwung. Peringatan banjir yang berdasarkan pada debit di Bendung Katulampa di nilai masih kurang memadai. Hal ini karena sempitnya waktu antara peringatan banjir yang disampaikan dengan datangnya banjir, sehingga kesempatan untuk antisipasi banjir yang akan terjadi relatif kecilsempit. Waktu yang dibutuhkan bagi air untuk mengalir dari Katulampa ke Jakarta sekitar enam jam. Oleh karena itu, petugas Bendungan selalu mencatat debit dan melaporkannya. Kondisi ini bisa diperbaiki jika peringatan banjir tidak selalu berdasarkan pada catatan debit aliran sungai di Bendung Katulampa, tapi juga dibuat berdasarkan pada catatan curah hujan dari berbagai Stasiun yang ada di DAS Ciliwung Hulu yang bisa diperoleh lebih awal. Data curah hujan yang dibutuhkan dapat diperoleh dari beberapa Stasiun yang tercatat di kawasan Hulu yaitu di Stasiun Gunung Mas, Stasiun Citeko dan Stasiun Katulampa. Pos Duga Air Otomatis PDAO yang ada di Bendung Katulampa dibangun oleh Puslitbang Pengairan dan telah diperbaharui oleh Proyek Induk PWS Ciliwung Cisadane PIPWS. Di samping Pos Duga Air Otomatis PDAO, di Bendung Katulampa dibangun Pos Pengamatan Peringatan Dini Banjir Flood Warning System dengan sistem telemetring yang dipantau di Jakarta. Informasi dari Bendung Katulampa menunjukkan bahwa kondisi saat ini, ketinggian muka air di atas 90 cm di Bendung Katulampa merupakan dasar penentuan tingkatan siaga bagi satgas penanggulangan Banjir di DKI dengan kriteria sebagai berikut : § Siaga I : Tinggi Air 310 cm, debit 1.854 m 3 dtk. Dengan pemberitaan setiap 0,5 jam sekali. § Siaga II : Tinggi Air 240 cm sampai 310 cm, debit mulai 702 m 3 dtk sampai debit 1.854 m 3 dtk. Dengan pemberitaan setiap 1 jam sekali. § Siaga III : Tinggi Air 170 cm sampai 240 cm, debit mulai 411 m 3 dtk sampai debit 702 m 3 dtk. Dengan pemberitaan setiap 3 jam sekali. § Siaga IV : Tinggi Air 90 cm sampai 170 cm, debit mulai 106 m 3 dtk sampai debit 411 m 3 dtk. Dengan pemberitaan setiap 6 jam sekali.

5.3. Korelasi antara Debit dengan Curah Hujan