7 Anak laki-laki mempunyai kecepatan dan kekuatan otot yang lebih baik dari pada putri.
8 Kesiapan dan kematangan untuk keterampilan bermain menjadi baik. 2.1.20.2 Karakteristik Psikis atau Mental
1 Banyak mengeluarkan energi untuk fantasinya. 2 Ingin menentukan pandangan hidupnya.
3 Mudah gelisah karena keadaan yang remeh. 2.1.20.3 Karakteristik Sosial
1 Ingin diakui oleh kelompoknya. 2 Mengetahui moral dan etik dari kebudayaannya.
3 Persekawanan yang tetap makin berkembang. Keterampilan gerak telah siap diarahkan kepada permainan besar atau
olahraga prestasi. Bentuk penyajian pembelajaran sebaiknya dalam bentuk bermain beregu, komando, tugas dan lomba.
Perlu diketahui, bahwa untuk keperluan fantasi dan imajinasinya, kecepatan tumbuh serta kematangan sejenisnya banyak dibutuhkan energi
dalam jumlah besar, maka terjadilah kemerosotan jasmani atau psikik. Keadaan anak pada masa pertumbuhan dan kematangan terjadi kemurungan dan fantasi
yang berlebihan. Keadaan ini menyebabkan rasa tidak mampu, enggan bergerak dan mengelak terhadap pelajaran pendidikan jasmani. Oleh sebab itu, perlu
dipikirkan pemberian jenis permainan yang rekreatif Sukintaka, 1992:45.
2.2. Kerangka Berpikir
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan,yang bertujuan untuk mengembangkan
aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis,
keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani,
olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujian pendidikan nasional. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
Rekreasi merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan manusia seutuhnya yang diselenggarakan di sekolah, baik dari pendidikan dasar sampai menengah.
Berdasarkan kompetensi Penjasorkes saat ini maka perlu adanya pengembangan
model pembelajaran
Penjasorkes yang
sesuai yaitu
pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, menyenangkan, gembira dan berbobot sehingga siswa dalam melaksanakan pembelajaran Penjasorkes idak merasa
bosan dan terbebani. Tingkat kebugaran jasmani yang kurang tidak karena siswa masih males untuk bergerak meskipun sarana dan prasarananya yang ada
sudah cukup memadai. Disamping itu pengetahuan siswa mengenai teknik dasar dalam permainan olahraga hanya sebatas apa yang diberitahukan oleh guru
Penjasorkes. Oleh karena itu, diperlukan suatu stimulus baru agar siswa dapat bergerak aktif guna meningkatkan ranah psikomotor dan fisik, serta
mengembangkan ranah kognitif dalam pembelajaran Penjasorkes sehingga ranah afektif ikut meningkat pula.
Modifikasi Pembelajaran melalui permainan Lumba Jaring merupakan salah satu upaya yang harus diwujudkan. Model pembelajaran melalui
permainan Lumba Jaring ini diharapkan mampu membuat siswa menjadi lebih aktif bergerak, berorientasi pada student-centered dalam berbagai situasi dan
kondisi yang menyenangkan ketika mengikuti pembelajaran penjasorkes sehingga tingkat kebugaran serta kegembiraan siswa-siswi Sekolah Menengah
Pertama SMP meningkat.
BAB III
METODE PENGEMBANGAN
3.1 Model Pengembangan