Penjelasan Kerangka Pemikiran Kerangka Pemikiran

52

2.7. Kerangka Pemikiran

2.7.1. Penjelasan Kerangka Pemikiran

Keberadaan cagar budaya pada era pasca lahirnya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010, memberikan kewenangan dan peran yang lebih besar kepada pemerintah daerah untuk melakukan perlindungan dan pelestarian terhadap cagar budaya. Salah satu tujuan di balik lahirnya undang-undang tersebut adalah upaya pelestarian, pengelolaan, dan pemanfaatan cagar budaya yang digunakan untuk menunjang kepentingan daerah demi tercapainya tujuan dan cita-cita nasional bangsa. Namun di dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa kendala yang dialami oleh pemerintah daerah, seperti halnya Pemerintah Daerah Kabupaten Semarang yang berakibat kurang optimal dalam memberikan perlindungan hukum terhadap cagar budaya, khususnya Candi Ngempon. Sebagai situs cagar budaya, Candi Ngempon disalahgunakan oleh beberapa orang yang tidak bertanggung jawab sebagai tempat untuk berbuat tindakan asusila. Serta keberadaan tempat hiburan karaoke di Situs Petirtaan Derekan yang berada dalam satu kawasan dengan Candi Ngempon mengancam eksistensi situs cagar budaya tersebut. Tindakan tersebut merupakan pelanggaran hukum yang mencemari nilai-nilai historis dan religi Situs Cagar Budaya Candi Ngempon, mengingat bahwa hingga kini Candi Ngempon masih digunakan sebagai tempat peribadahan bagi umat Hindhu. Oleh karena itu, Pemerintah Daerah Kabupaten Semarang dituntut untuk memberikan perlindungan hukum terhadap Situs Cagar Budaya Candi Ngempon serta mampu memberikan jaminan agar kejadian semacam itu tidak akan terulang kembali. 53 Selama ini, secara teknis pelestarian Situs Candi Ngempon dilaksanakan oleh BPCP Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jawa Tengah, yang mana merupakan Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dengan kata lain berasal dari Pemerintah Pusat. Kemudian masyarakat juga merupakan pihak yang harus turut berkontribusi di dalam pelestarian cagar budaya. Masyarakat adalah partisipan yang memegang peranan penting di dalam perlindungan cagar budaya, sesuai di dalam Pasal 63 UUCB menyebutkan bahwa “Masyarakat dapat berperan serta melakukan pengamanan cagar budaya”. Frasa pengamanan di sini dimaksud dengan memberikan pelindung, menyimpan, dan atau menempatkannya pada tempat yang terhindar dari gangguan alam dan manusia terutama di saat keadaan darurat atau mendesak. Peran masyarakat dalam pelestarian cagar budaya merupakan implementasi dari asas partisipasi yang terkandung di dalam Pasal 2 UUCB. Asas partisipasi adalah bahwa setiap anggota masyarakat didorong untuk berperan aktif di dalam pelestarian cagar budaya. Dengan demikan, masyarakat diharapkan memiliki kesadaran terhadap pentingnya melestarikan cagar budaya untuk kepentingan bangsa. Berikut ini adalah gambar kerangka berfikir penulis tentang perlindungan hukum terhadap Situs Cagar Budaya Candi Ngempon oleh Pemerintah daerah Kabupaten Semarang. 54  Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 32 ayat 1  Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Pasal 236  Undang-Undang No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Pasal 95 dan Pasal 96  Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No. PM.57PW.007MKP2010  Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 28 Tahun 2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pelestarian Cagar Budaya. Pasal 1  Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah No. 10 Tahun 2013 tentang Pelestarian dan Pengelolaan Cagar Budaya. Pasal 4 dan Pasal 5.  Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 10 Tahun 2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas. Pasal 4 BPCB Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah Pemerintah Daerah Kabupaten Semarang Masyarakat dan pemilik Benda Cagar Budaya Melakukan Konservasi atau pelestarian terhadap cagar budaya di Provinsi Jawa Tengah UPT Pemkab yang Melaksanakan UU No. 11 Tahun 2010 Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Semarang Bagan 2.1. Kerangka Pemikiran PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP CAGAR BUDAYA DI KABUPATEN SEMARANG Studi Tentang Perlindungan Hukum Situs Cagar Budaya Candi Ngempon Landasan Teori: 1. Otonomi Daerah 2. Perlindungan Hukum 3. Pengawasan 4. Public Policy Cagar Budaya dimanfaatkan untuk kepentingan daerah dan demi tercapainya tujuan nasional Pelestarian, Pengelolaan, dan Pemanfaatan Situs Cagar Budaya Candi Ngempon 55

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Dasar Penelitian

Penelitian adalah suatu cara untuk menyelesaikan suatu masalah guna menekan batas-batas ketidaktahuan manusia. Dengan kata lain, penelitian adalah suatu pemikiran untuk melakukan kegiatan meneliti, mengumpulkan serta memproses fakta-fakta yang ada, sehingga kumpulan fakta-fakta tersebut dapat dikombinasikan oleh peneliti. Penelitian atau research menghasilkan suatu fenomena baru berupa teori-teori, kesimpulan, dan solusi mengenai permasalahan yang dialami oleh manusia. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

3.1.1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif yaitu : “Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya, perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll. Secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai m etode alamiah” Moleong, 2007: 6. Pendekatan penelitian ini diharapkan dapat menganalisis bagaimana bentuk perlindungan hukum yang dilakukan oleh pemerintah daerah terhadap Situs Cagar Budaya Candi Ngempon, kemudian faktor kendala yang dihadapi pemerintah daerah di dalam memberikan perlindungan hukum terhadap Candi Ngempon, serta upaya untuk mengatasi kendala tersebut.