nilai pembelajaran pada siklus II mengalami peningkatan 7,12 atau sebesar 9,96
dari siklus I, dan termasuk dalam kategori baik.
Demikian dapat disimpulkan bahwa keterampilan peserta didik kelas VII D SMP Negeri 2 Welahan Kabupaten
Jepara dalam menulis puisi pada pembelajaran menulis puisi mengguanakan media audio visual dengan metode video criticmengalami peningkatan.Hasil tes dan nontes
menunjukkan peningkatan kearah yang lebih baik. Dengan demikian, siklus II merupakan tindakan akhir dari pembelajaran menulis puisi menggunakan media
audio visual dengan metode video critic, atau dengan kata lain tidak perlu melakukan tindakan siklus III pada penelitian ini.
4.2 Pembahasan
Pembahasan hasil penelitian dimaksudkan untuk menjawab rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini. Adapun masalah tersebut yaitu 1 Bagaimanakah
proses pembelajaran keterampilan menulis puisi menggunakan media audiovisual dengan metode video critic pada peserta didik kelas VII D SMP N 2 Welahan
Kabupaten Jepara?,2Bagaimanakah peningkatan keterampilan menulis puisi menggunakan media audiovisual dengan metode video critic pada peserta didik kelas
VII D SMP N 2 Welahan Kabupaten Jepara?, dan 3 Bagaimanakah perubahan tingkah laku peserta didik kelas VII D SMP N 2 Welahan Kabupaten Jepara setelah
mengikuti pembelajaran menulis puisi menggunakan media audiovisual dengan metode video critic?
4.2.1Proses Pembelajaran Keterampilan Menulis puisi Menggunakan Media Audio Visual dengan Metode Video Critic
Proses pembelajaran menulis puisi menggunakan media audio visual dengan metode video critic siklus I dan II berbeda. Perbedaan proses pembelajaran
siklus I dan II akan dijelaskan sebagai berikut. Ketika guru baru memasuki kelas di pembelajaran siklus I suasana kelas belum kondusif. Banyak peserta didik yang
masih belum duduk di tempat duduknya, Sebagian peserta didik terutama peserta didik laki-laki masih berkeliaran di dalam ruangan kelas dan bercanda dengan teman
mereka. Berbeda dengan siklus I, di siklus II ketika guru baru masuk kelas, suasananya sudah kondusif dan peserta didik terlihat siap mengikuti rangkaian
kegiatan pembelajaran menulis puisi. Perbandingan suasana saat guru baru masuk kelas pada pembelajaran siklus I dan II dapat dilihat pada gambar 4.16 berikut ini.
Siklus
I Siklus II
Gambar 4.16 Perbandingan Suasana Kelas saat Guru Masuk Kelas Gambar 4.16 menunjukkan bahwa peserta suasana kelas pada pembelajaran
siklus I sebagian peserta didik belum siap menerima materi pembelajaran, karena sebagian besar dari mereka belum duduk di tempat duduknya masing-masing,
sedangkan pada pmebelajaran siklus II saat guru baru memasuki kelas, suasananya
sudah kondusif. Peserta didik terlihat sudah berada di tempat duduknya masing- masing dan siap mengikuti rangkaian pembelajaran pengayaa diksi puisi
menggunakan media audio visual dengan metode video critic. Setelah mengondisikan kelas, pada pembelajaran siklus II guru melakukan tanya jawab kepada peserta didik
mengenai kesulitan yang dialami pada pembelajaran siklus I. Kesulitan peserta didik siklus di siklus I yaitu mereka masih kesulitan dalam menentukan judul yang menarik
dan cara mengembangkan kata-kata hasil kritikan dari video yang ditayangkan menjadi sebuah puisi. Suasana kelas ketika guru menjelaskan materi materi
pembelajarn juga berbeda. Kegiatan inti pembelajaran siklus II dimulai guru dengan menjelaskan materi
pembelajaran dengan menekankan pada kesulitan-kesulitan yang dialami peserta didik pada pembelajaran siklus I, yaitu pada cara menentukan judul yang menarik,
serta mengembangkan kata-kata hasil kritikan dari video yang telah ditayangkan menjadi sebuah puisi. Ketika guru menjelaskan materi pembelajaran siklus II dengan
menekankan pada kesulitan yang masih dialami, peserta didik sangat serius memperhatikan penjelasan guru. Perbandingan suasana kelas saat guru menjelasakan
materi pembelajaran siklus I dan II dapat dilihat pada gambar 4.17 berikut ini.
Siklus I Siklus II Gambar 4.17Perbandingan SuasanaKelas saat Guru Menjelaskan Materi
Pembelajaran
Gambar 4.17 tersebut menunjukkan suasana saat guru menjelaskan materi pembelajaran. Peserta didik tampak lebih serius memperhatikan penjelasan materi
pembelajaran dari guru dengan menekankan pada materi yang masih kesulitan dipahami oleh peserta didik yaitu pada cara menentukan judul yang menarik dan
mengubah hasil kritikan dari video yang ditayangkan menjadi sebuah puisi. Kemudian, peserta didik kembali diberi penjelasan mengenai langkah menulis puisi
terutama dalam menentukan judul yang menarik serta cara merangkai kata-kata hasil kritikan dari media audio visual yang ditayangkan guru menjadi sebuah puisi
Kegiatan selanjutnya peserta didik diminta untuk berkelompok, sesuai dengan kelompok yang telah terbentuk pada pembelajaran sebelumnya. Kemudian, peserta
didik diminta untuk menyimak tayangan media audio visual untuk mereka tanggapi secara berkelompok, kemudian hasil tanggapan dari media audio visual yang
ditayangkan tadi dikembangkan menjadi sebuah puisi di lembar kerja. Aktvitas peserta didik saat diskusi kelompok dapat dilihat pada gambar 4.18 berikut ini.
Siklus ISiklus II Gambar 4.18 Aktivitas Peserta Didik saat Berdiskusi Kelompok
Gambar 4.18 tersebut menunjukkan sebagian bahwa peserta didik terlihat serius mengerjakan tugas dari guru. Kelompok 1 peserta didik yang pada
pembelajaran siklus I kurang serius ketika proses diskusi pembelajaran berlangsung, terlihat lebih serius pada pembelajaran siklus II. Guru juga membimbing peserta didik
di tiap kelompok yang sedang berdiskusi mengembangkan hasil kritikan dari video yang telah ditayangkan untuk dikembangka menjadi sebuah puisi. Aktivitas guru saat
membimbing peserta didik di tiap kelompok dapat dilihat pada gambar 4.19 berikut ini.
Gambar 4.19 Aktivitas Guru saat Membimbing Peserta Didik di Tiap Kelompok
Gambar 4.19 tersebut menunjukkan aktivitas guru saat membimbing tiap kelompok peserta didik mengembangkan hasil kritikan dari video yang ditayangkan
menjadi sebuah puisi. Sebagian besar peserta didik pada pembelajaran siklus I masih canggung dan malu dengan guru, sedangkan pada pembelajaran siklus II peserta didik
sudah tidak canggung lagi untuk bertanya jawab dengan guru karena sudah mulai terbiasa dengan guru. Tiap-tiap kelompok tampak terjadi diskusi yang antusias.
Setelah diskusi kelompok selesai, perwakilan kelompok peserta didikmempresentasikan hasil pekerjaan kelompoknya yang berupa puisi.
Kegiatan selanjutnya, guru kembali memberikan tugas individu kepada peserta didik, yaitu menulis puisi berdasarkan pada media audio visual yang berdeda
dari sebelumnya dengan langkah-langkah seperti yang dilakukan pada latihan di tiap kelompok peserta didik sebelumnya sebagai penilaian akhir. Sebagian peserta didik
sangat serius mengerjakan tugas yang diberikan guru. Aktivitas peserta didik saat mengerjakan tugas individu dapat dilihat pada gambar 4.20 berikut ini.
Siklus
I Siklus II
Gambar 4.20 Aktivitas Peserta Didik saat Mengerjakan Tugas Individu
Setelah selesai berlatih menulis puisi secara berkelompok, peserta didik diminta untuk menulis puisi secara indvidu berdasarkan pada tayangan media audio
visual yang berbeda dengan sebelumnya. Gambar 4.20 tersebut menunjukkan sebagian besar peserta didik pada pembelajaran siklus II terlihat lebih serius
mengerjakan tugas yang diberikan guru. Peserta didik pada pembelajaran siklus I masih ada yang menghadap ke belakang dan asyik mengobrol dengan temanya, tetapi
pada pembelajaran siklus II peserat didikyang awalnya asyik mengobrol dengan temannya terlihat lebih serius mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
Pada kegiatan akhir pembelajaran guru dan peserta didik menyimpulkan materi pembelajaran yang telah dilakukan. Kemudian, guru membagikan lembar
jurnal dan wawancara kepada tiap peserta didik untuk diisi sesuai dengan apa yang dialami dan dirasakan selama proses pembelajaran menulis puisi menggunakan media
audio visual dengan metode video critic berlangsung. Guru juga memberikan motivasi kepada peserta didik untuk lebih giat berlatih dan belajar menulis puisi
4.2.2 Peningkatan Keterampilan Menulis puisi Menggunakan Media Audio Visual dengan Metode Video Critic pada Peserta Didik Kelas VII D SMP
Negeri 2 Welahan Kabupaten Jepara.
Peningkatan rata-rata skor tiap aspek dan rata-rata nilai kelas keterampilan menulis puisi menggunakan media audio visual dengan metode video criticpada tes
prasiklus, siklus I, dan siklus II peserta didik kelas VII D SMP Negeri 2 Welahan Kabupaten Jepara dapat dilihat pada tabel 4.18 berikut ini.
Tabel 4.18 Peningkatan Rata-Rata Skor Tiap Aspek dan Rata-Rata Nilai Kelas Pembelajaran Menulis puisi dari Prasiklus, Siklus I , dan Siklus II
Hasil Tes Peningkatan
No. Aspek
Penilaian Rata-Rata
Ps- SI SI- SII
Ps- SII Ps SI SII
1. Judul
8,67 13,89 15,22
5,22 60,20
1,33 9,57
6,55 75,54
2. Kesesuaian
isi dengan tema
10,78 14,56 15,56
3,78 35,06
1 6,86
4,78 44,34
3. Diksi
16,50 20,83 24,17
4,33 26,24
3,34 16,03
7,67 46,48
4. Rima
11,89 14,67 15,78
2,78 23,38
1,11 7,56
3,89 32,71
5. Tipografi
6,11 7,50
7,83 1,39
22,74 0,33
4,4 1,72
28,15
Rata-Rata Nilai Kelas
53,94 71,44 78,56
17,5 32,44 7,12
9,96 24,62
45,64
Peningkatan rata-rata skor tiap aspek dan rata-rata nilai kelas dari prasiklus ke siklus II dijelaskan pada tabel 4.18tersebut. Aspek judul yang semula pada prasiklus
hanya mencapai rata-rata skor 8,67 meningkat 5,22 atau sebesar 60,20 pada siklus I menjadi 13,89. Rata-rata skor aspek judul dari siklus I ke siklus II juga meningkat
1,33 atau sebesar 9,57 menjadi 15,22. Peningkatan rata-rata skor aspek judul pembelajaran menulis puisi menggunakan media audio visual dengan metode video
critic dari prasiklus ke siklus 11 yaitu 6,55 atau sebesar 75,54 , dari prasiklus yang
hanya mencapai rata-rata skor 8,67 meningkat menjadi 15,22 pada siklus II. Aspek Kesesuaian isi dengan tema mengalami peningkatan 3,78 atau sebesar 35,06 dari
prasiklus yang hanya mencapai rata-rata skor 10,78, pada siklus I meningkat sebesar 3,78 menjadi 14,56. Aspek kesesuaian isi dengan tema juga mengalami peningkatan
di siklus II, dari siklus I yang hanya mencapai rata-rata skor 14,56 pada siklus II rata-
rata nilai aspek judul meningkat 1 angka menjadi 15,56, atau mengalami peningkatan sebesar 6,86 dari siklus I. Persentase peningkatan rata-rata skor aspek kesesuaian
isi dengan tema dari prasiklus ke siklus II yaitu sebesar 44,34 , dari prasiklus yang hanya mencapai rata-rata nilai 10,78, pada siklus II naik sebesar 4,78 menjadi 15,56.
Aspek diksi pada prasiklus yang hanya mencapai rata-rata skor 16,50, pada siklus I meningkat 4,33 menjadi 20,83 atau mengalami peningkatan sebesar 26,24 . Rata-
rata skor aspek diksi juga meningkat pada siklus II, persentase kenaikan aspek diksi dari siklus I ke siklus II sebesar 16,03 , dari siklus I yang mencapai rata-rata nilai
20,83, pada siklus II meningkat 3,34 menjadi 24,17. Peningkatan rata-rata skor aspek diksi dari prasiklus ke siklus II yaitu sebesar 46,48 , dari prasiklus yang hanya
mencapai rata-rata skor 16,50, pada siklus II meningkat 7,67 menjadi 24,17. Aspek rima pada prasiklus hanya mencapai rata-rata skor 11,89 meningkat 2,78 menjadi
14,67 pada siklus I atau meningkat sebesar 23,38 . Rata-rata skor aspek rima pada siklus II juga mengalami peningkatan sebesar 7,56 , dari siklus I yang hanya
mencapai rata-rata skor 14,57 pada siklus II meningkat 1,11 menjadi 15,78. Persentase peningkatan rata-rata skor aspek rima dari prasiklus ke siklus II yaitu
sebesar 32,71 , dari prasiklus yang hanya mencapai rata-rata skor 11,89, pada siklus II meningkat 3,89 menjadi 15,78. Sementara itu, aspek tipografi mencapai rata-rata
skor 7,50, pada siklus I mengalami peningkatan 1,39 atau sebesar 22,74 dari prasiklus yang hanya mencapai nilai rata-rata 6,11. Aspek tipografi juga meningkat
sebesar 4,4 pada siklus II, dari siklus I yang hanya mencapai rata-rata nilai 7,50,
pada siklus II meningkat 0,33 menjadi 7,83. Peningkatan rata-rata skor aspek tipografi dari prasiklus ke siklus II yaitu sebesar 28,15 , dari prasiklus yang hanya
mencapai rata-rata skor 6,11, pada siklus II meningkat 1,72 menjadi 7,83. Untuk lebih jelasnya, peningkatan rata-rata skor tiap aspek pembelajaran
menulis puisi menggunakan media audio visual dengan metode video critic dari prasiklus ke siklus II dapat dilihat pada grafik 4.3 berikut ini.
Grafik 4.3Peningkatan Rata-Rata Skor Tiap Aspek Pembelajaran
Menulis Puisi dari Prasiklus, Siklus I , dan Siklus II
Grafik 4.3 tersebut menunjukkanpeningkatan rata-rata skor tiap aspek pada pembelajaran menulis puisi dari tahap prasiklus, siklus I, dan siklus II. Kelima aspek
tersebut adalah aspek judul, kesesuaian isi dengan tema, diksi, rima, dan tipografi. Peningkatan rata-rata skor aspek judul dari prasiklus yang semula hanya 8,67
meningkat sebesar 60,20 pada siklus I menjadi 13,89. Rata-rata skor judul juga
juga mengalami peningkatan sebesar sebesar 9,57 dari siklus I yang mencapai rata- rata skor sebesar 13,89 menjadi 15,22 pada siklus II, sedangkan untuk peningkatan
rata-rata skor aspek judul secara keseluruhan dari prasiklus ke siklus II sebesar 75,54 . Rata-rata skor aspek kesesuaian isi dengan tema pada prasiklus yang hanya
mencapai 10,78 meningkat menjadi 14,56 pada siklus I. Peningkatan rata-rata skor aspek kesesuaian isi dengan tema dari prasiklus ke siklus I sebesar 35,06 . Rata-rata
skor aspek kesesuaian isi dengan tema juga meningkat sebesar 6,86 pada siklus II, dari siklus I yang hanya mencapai 14,56, sedangkan pada siklus II meningkat menjadi
15,56. Peningkatan rata-rata skor aspek kesesuaian isi dengan tema dari prasiklus ke siklus II sebesar 44,34 . Aspek diksi pada tes prasiklus hanya mencapai rata-rata
skor sebesar 16,50, pada siklus I meningkat menjadi20,83 atau meningkat sebesar 26,24 . Rata-rata skorjuga meningkat lagi. Dari sikus I hanya mencapai rata-rata
skor20,83, pada siklus II rata-rata skor aspek diksi meningkat menjadi 24,17 atau meningkat sebesar 16,03 . Peningkatan rata-rata skor aspek diksi pembelajaran
menulis puisi menggnakan media audio visual dengan metode video critic dari prasiklus ke siklus II sebesar 46,48 . Peningkatan rata-rata skor aspek rima dari
prasiklus ke siklus I sebesar 23,38 .. Aspek rima dari siklus I yang hanya mencapai rata-rata skor 14,67meningkat menjadi 15,78 pada siklus II atau meningkat sebesar
7,56 . Secara keseluruhan aspek rima mengalami peningkatan rata-rataskor dari prasiklus ke siklus II sebesar 32,71 . Sementara itu, aspek tipografi mengalamai
peningkatan rata-rata skor sebesar 22,74 ,dari prasiklus yang rata-rata skornya
sebesar 6,11, meningkat menjadi 7,50 pada siklus I. Aspek tipografi juga mengalami peningkatan sebesar 4,4 dari siklus I yang rata-rata skornya hanyar 7,50 meningkat
menjadi 7,83 pada siklus II. Persentase peningkatan rata-rata skor aspek tipogrfi dari prasiklus ke siklus II sebesar 28,15 .
Peningkatan rata-rata skor pada tiap aspek pembelajaran menulis puisi menggunakan media audio visual dengan metode video critic juga juga diikuti
dengan peningkatan rata-ratanilai klasikal dari prasiklus ke siklus II yang digambarkan melalui grafik 4.4 berikut ini.
Grafik 4.4 Peningkatan Rata-Rata Nilai Kelas Pembelajaran Pengayaan Diksi Puisi dari Prasiklus, Siklus 1, dan Siklus II
Grafik 4.4 tersebut menunjukkan peningkatan rata-rata nilai kelas dari prasiklus, siklus I, dan siklus II. Rata-rata nilai kelas prasiklus yang hanya mencapai
53,94 meningkat sebesar 32,44 pada siklus 1 menjadi 71,44. Peningkatan rata-rata
nilai kelasjuga terjadi dari siklus I ke siklus II. Rata-rata nilai kelas siklus I yang hanya mencapai 71,44, pada siklus II rata-rata nilai kelasnya meningkat menjadi
78,56 atau meingkat sebesar 9,96 . Sementara itu, peningkatan rata-rata nilai kelas dari prasiklus ke siklus II yaitu sebesar 45,64 .
4.2.3 Perubahan Perilaku Peserta Didik Setelah Mengikuti Pembelajaran Menulis puisiMenggunakan Media Audio Visual dengan Metode Video
Critic. Pembelajaran Menulis puisi menggunakan media audio visual dengan metode
video critic selain meningkatkan nilai rata-rata peserta didik dalam menulis puisi,
juga dapat mengubah perilaku peserta didik ke arah yang positif. Perubahan perilaku peserta didik terjadi pada semua aspek yang ditargetkan.
Misalnya pada persiapan peserta didik sebelum mengikuti pembelajaran pengaayaan diksi puisi. Pada siklus II tampak bahwa peserta didik lebih siap
dibanding persiapan peserta didik pada siklus I. Selain itu, peserta didik juga lebih tertib dan tenang, serta menyiapkan buku dan alat tulis yang berkaitan dengan
pembelajaran.Peserta didik juga menyimak penjelasan materi dan tayangan media audio visual dengan lebih baik pada siklus II.
Berikut ini adalah perbandingan perubahan perilaku peserta didik pada siklus I dan siklus II berdasarkan hasil observasi. Perbandingan tersebut disajikan dalam
tabel 4.19.
Tabel 4.19 Perbandingan Hasil Observasi Siklus I dan Siklus II No
Aspek yang diobservasi Siklus I
Siklus II Peningkatan
F F F 1
2 3 4 5 6 7 8
Persiapan peserta didik dalam mengikuti
pembelajaran
a. Kondisi kelas sudah
tenang b.
Peserta didik telah duduk di tempat